Anda di halaman 1dari 23

JURNAL KEWIRAUSAHAAN

ANALISIS DIMENSI ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN PENGARUHNYA PADA


KINERJA USAHA
Disusun Oleh :
Nama : Ayu Apriyanti
Nim : 11150803
Kelas : 7-N

ABSTRACT

An Analysis of the Dimension of Entrepreneurship Orientation and Its Effect on


Business Performance

The purposes of this research were: (1) to examine the impact of innovation on the performance
of micro business, (2) to examine the effect of proactive on the performance of micro business,
and (3) to examine the effect of risk-taking on the performance of micro business.
The objects of the study were all furnitureentrepreneurs in Kendari city. The population was all
furniture business in Kendari, which totals 242. The samples were determined by using Slovin
formula, resulting in 71samples. To analyze the data, a multiple linear regression analysis was
conducted by using the SPSS software version 20.
The results of the study were: (1) innovation has a positive and significant effect on the
performance of micro business; (2) proactive has a positive and significant effect on the
performance of micro business; (3) risk-taking has a positive and significant effect on the
performance of micro business.

Keywords: dimension of entrepreneurship orientation, performance of micro business.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Industri Kecil (IK) merupakan salah satu sub sektor yang mempunyai sumbangan
cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pendapatan di
Indonesia. Dari kontribusi sembilan sektor lapangan usaha tersebut, sektor industri
pengolahan tetap sebagai the leading sector yang memberikan sumbangan terbesar dalam
pembentukan ekonomi Indonesia, (BPS, 2010).
Industri yang menggunakan SDA seperti anyaman rotan, bambu, kayu, dan lain-
lain menduduki urutan kedua dalam pengembangan usaha. Sektor ini mampu menggeser
struktur perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara, yang awalnya memiliki keunggulan
di sektor pertanian sebagai sektor primer, bergeser ke sektor sekunder dan tersier.
Malahan struktur ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami lompatan dari
pertanian ke jasa atau dari primer ke tersier (Suyana, 2006).
Sektor industri kecil di daerah selain berperan strategis untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan dan peningkatan produktivitas masyarakat
juga mempunyai peran untuk menciptakan lapangan usaha, memperluas kesempatan
kerja, mendorong pembangunan daerah, meningkatkan pendapatan masyarakat,
penanggulangan kemiskinan serta berupaya untuk meningkatkan ekspor non migas.
Fakta empirik perkembangan usaha kecil di atas menunjukkan hasil yang positif,
namun dalam pengembangan masih menghadapi berbagai tantangan besar dalam era
perekonomian terbuka (globalisasi) menimbulkan persaingan yang semakin ketat,
terbuka kemudahan akses masuk barang dan jasa dari luar negeri. Jika tantangan tersebut
tidak diantisipasi dengan baik dan kesiapan yang matang, menjadi ancaman, yakni
pangsa pasar produk-produk barang dan jasa yang dihasilkan tidak mampu bersaing
dengan produk-produk dari luar akan menurun, bahkan tergeser sepenuhnya dari pasar.
Secara umum industri kerajinan menunjukkan pertumbuhan positif dari tahun ketahun,
namun untuk jenis usaha kerajinan ukiran kayu pertumbuhannya mengalami stagnasi,
bahkan terjadi penurunan (Disperindag Sultra, 2013).
Agar usaha yang dijalankan tersebut dapat berhasil dengan baik,
seorang entrepreneur diharapkan memiliki kemampuan dalam menerapkan fungsi-fungsi
manajemen (entrepreneur skill) yang sejalan dengan konsep entrepreneurial
orientation, (Barney, 2001; Grant, 1996). Lebih lanjut Zulfadil (2010) menjelaskan hasil
temuan penelitiannya bahwa keberhasilan usaha tentu memerlukan adanya kemampuan
seorang entrepreneur (wirausaha) dalam menjalankan usahanya.
Agar usaha yang dijalankan tersebut dapat berhasil dengan baik,
seorang entrepreneur diharapkan memiliki kemampuan dalam menerapkan fungsi-fungsi
manajemen (entrepreneur skill) yang sejalan dengan konsep entrepreneurial orientation.
Menurut Wiklund (1999). Inti dari konsepsi ini, bahwa perusahaan yang telah
berorientasi wirausaha selalu melakukan inovasi produk, proses dan manajerial secara
konsisten, bersikap otonomi, berani mengambil resiko bisnis serta bersikap proaktif
dalam menghadapi persaingan. Covin dan Slevin (1991) dan Miller et al. (2005) juga
menambahkan bahwa perusahaan yang berorientasi wirausaha selalu sukses menemukan
peluang-peluang baru dalam aktivitas bisnisnya serta memperkuat posisi kompetitifnya di
pasar.
Zimerrer (2005) juga menambahkan bahwa perusahaan yang berorientasi
wirausaha dapat berpotensi menghasilkan variasi-variasi kerja yang lebih menguntungkan
dalam jangka panjang. Mengingat pentingnya pelaksanaan orientasi dalam meraih
keunggulan kompetitif dan kesuksesan usaha, maka usaha kecil Meubel perlu
mengembangkan orientasi kewirausahaan dalam aktivitas-aktivitas usahanya. Orientasi
kewirausahaan juga secara langsung dapat memberikan dampak perbaikan kinerja bisnis
(Wiklund, 1999; Wiklund & Shepherd, 2003; Lumpkin et al., 2005; Li et al., 2008;
Madhousi et al., 2011; Home, 2010; dan Nasution et al., 2010).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Orientasi Kewirausahaan
Zimmerer and Scarborough (2005:3), “Entrepreneur is one who creates new
business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth
by identifying significant opportunities and assemblying the necessary resources to
capitalize on them”. Wirausahawan adalah orang yang menciptakan bisnis baru di dalam
suatu resiko dan ketidakpastian untuk kepentingan menuju keuntungan dan pertumbuhan
dengan mengidentifikasi peluang penting dan mengumpulkan sumber daya yang berperan
besar terhadap mereka.
Lumpkin et al. (2005) mendefinisikan: “Entrepreneurial orientation is defined as
the process, practices and decision-making activities that lead to the development and
delivery of new and innovative services that can differentiate an organization from others
in its market.” (Orientasi kewirausahaan sebagai suatu proses, praktek dan aktivitas
pengambilan keputusan yang mengarahkan kepada pengembangan dan penciptaan
produk baru dan inovatif yang dapat membedakan organisasi dengan organisasi lainnya
di pasar).
Mengutip pendapat Lumpkin dan Dess (1996), Wiklund dan Shepperd (2005)
berpendapat : “Entrepreneurial orientation to affirms strategic orientation, capturing
specific entrepreneurial aspects of decision-making styles, methods, and practices.”
(Kewirausahaan berkaitan dengan orientasi strategi perusahaan, mencakup aspek-aspek
khusus kewirausahaan dari gaya, metode dan praktek-praktek dengan menciptakan
perubahan).
Bentuk dari aplikasi atas sikap-sikap kewirausahaan dapat diindikasikan dengan
orientasi kewirausahaan dengan indikasi kemampuan inovasi, proaktif, dan kemampuan
mengambil risiko (Li et al., 2008).
Kemampuan inovasi berhubungan dengan persepsi dan aktivitas
terhadap aktivitas-aktivitas bisnis yang baru dan unik. Kemampuan berinovasi adalah
titik penting dari kewirausahaan dan esensi dari karakteristik kewirausahaan.
Beberapa hasil penelitian dan literatur kewirausahaan menunjukkan bahwa
orientasi kewirausahaan lebih signifikan mempunyai kemampuan inovasi daripada yang
tidak memiliki kemampuan dalam kewirausahaan (Johannessen, 2008).
Proaktifitas seseorang untuk berusaha berprestasi merupakan petunjuk lain dari
aplikasi atas orientasi kewirausahaan secara pribadi. Demikian pula bila suatu perusahaan
menekankan proaktifitas dalam kegiatan bisnisnya, maka perusahaan tersebut telah
melakukan aktifitas kewirausahaan yang akan secara otomatis mendorong tingginya
daya saing (Lee and Lan, 2011). Perusahaan dengan aktifitas kewirausahaan yang
tinggi berarti tampak dari tingginya semangat yang tidak pernah padam karena
hambatan, rintangan, dan tantangan. Sikap aktif dan dinamis adalah kata
kuncinya. Seseorang yang berani mengambil risiko dapat didefinisikan sebagai
seseorang yang berorientasi pada peluang dalam ketidakpastian konteks pengambilan
keputusan.
Hambatan risiko merupakan faktor kunci yang membedakan perusahaan
dengan jiwa wirausaha. Fungsi utama dari tingginya orientasi kewirausahaan adalah
bagaimana melibatkan pengukuran risiko dan pengambilan risiko secara optimal
(Johannesssen, 2008). Pengambilan risiko (risk taking) berarti suatu kecenderungan
melakukan tindakan berarti semacam berspekulasi pada pasar baru yang telah dikenal,
komitmen pada sebagian besar sumber daya digunakan untuk pekerjaan dengan hasil
yang tidak pasti. Wiklund dan Shepherd (2005) berpendapat bahwa pengambilan risiko
berhubungan dengan keinginan untuk komitmen bahwa sumber daya digunakan pada
proyek-proyek dimana biaya kegagalan tinggi yang menunjukkan pula bahwa hasil
proyek tersebut tidak diketahui.
Pengambilan risiko berhubungan dengan kecenderungan perusahaan
melaksanakan proyek-proyek berisiko dan merefleksikan preferensi manajer pada
tindakan berani untuk mencapai tujuan organsasi, dengan demikian keinginan
pengambilan risiko akan mendorong perusahaan untuk mengembangkan dan melahirkan
ide-ide baru untuk menghasilkan produk (jasa). Agresifitas bersaing (Competitive
Agressiveness) menunjukkan hasrat perusahaan secara langsung dan intens menantang
pesaing-pesaing untuk memasuki dan mengembangkan posisi pasar (Lumpkind dan Dess,
2005).
Berkaitan dengan dimensi-dimensi orientasi kewirausahaan, penelitian-penelitian
sebelumnya menyimpulkan bahwa dimensi-dimensi kewirausahaan secara individu
berpengaruh terhadap kinerja. Wiklund dan Shepherd (2005) menyatakan bahwa inovasi
yang dilakukan melalui penciptaan produk dan teknologi baru dapat menghasilkan
keunggulan bersaing karena dapat menggungguli pesaing, sehingga mampu menciptakan
hasil financial, produktivitas, mampu menghasilkan produk dan layanan (jasa) baru
kepada pasar mendahului pesaing.
Zahra dan Covin (2005) berpendapat bahwa sikap proaktif perusahaan dapat
menargetkan segmen-segmen pasar premium. Mendapatkan harga lebih tinggi dan
bergerak lebih cepat dari pesaing, perusahaan seperti memonitor perubahan-perubahan
pasar dan menanggapinya dengan cepat melalui penetapan strategi perusahaan yang
didasarkan pada perubahan pasar dan karenanya dapat memanfaatkan peluang-peluang
yang timbul. Agresifitas bersaing sesungguhnya merupakan kegiatan yang ditujukan
untuk mendapatkan informasi peluang dalam pasar target, sehingga perusahaan
memahami kekuatan, kelemahan dan kapabilitas serta strategi bersaing.
Lumpkin dan Dess (2005) menjelaskan bahwa agresifitas bersaing akan
memberikan kekuatan pada perusahaan dalam menghadapi pesaing dan memberikan
reaksi yang cepat ketika perusahaan berupaya mempertahankan posisi pasar atas tindakan
pesaing, dengan demikian sikap proaktif dan agresifitas bersaing berhubungan dengan
daya saing dengan cara yang berbeda. Hubungan pengambilan resiko dengan daya saing
terjadi melalui strategi yang beresiko dan menjadikan daya saing perusahaan bervariasi,
karena beberapa proyek mengalami kegagalan sementara proyek-proyek lain berhasil,
yang memungkinkan lebih menguntungkan untuk jangka panjang.
Zimmerer (2005) mendefinisikan orientasi kewirausahaan sebagai “process,
practice, and decision-making activities that lead to the development and delivery of new
and innovate services that can differentiate an organization from other is its market”
(suatu proses, praktik dan aktifitas pengambilan keputusan yang mengarahkan kepada
pengembangan dan penciptaan produk baru dan inovatif yang dapat membedakan
organisasi dengan organisasi lainnya di pasar).
2. Kinerja Usaha
Kinerja adalah merujuk pada tingkat pencapaian atau prestasi dari perusahaan
dalam periode waktu tertentu. Kinerja sebuah perusahaan adalah hal yang sangat
menentukan dalam perkembangan perusahaan. Tujuan perusahaan yang terdiri dari : tetap
eksis (survive), untuk memperoleh laba (benefit) dan dapat berkembang (growth), dapat
tercapai apabila perusahaan tersebut mempunyai performa yang baik. Kinerja
(performance) perusahaan dapat dilihat dari tingkat penjualan, tingkat keuntungan,
pengembalian modal, tingkat turn over dan pangsa pasar yang di raihnya.
Kinerja merupakan pencapaian hasil kerja manajemen terhadap sumber-sumber
secara ekonomi dan berkaitan dengan financial maupun non financial. Untuk
mengidentifikasi seberapa besar pencapaian keuntungan perusahaan pada suatu periode,
lazimnya digunakan ukuran ROI (return on investment) yaitu hasil perbandingan dari
pendapatan sebelum pajak dengan asset total (Wheelen, 2005).
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

Hughes & Morgan (2007) menyatakan Dimensi sikap proaktif dan inovatif memiliki
pengaruh positif terhadap kinerja bisnis, sedangkan menurut Crawford dan Benedetto (2008)
bahwa Inovasi produk dilakukan akan meningkatkan nilai tambah dari suatu produk. Produk
baru yang sukses di pasaran akan memberikan keuntungan bagi perusahaan itu sendiri, dimana
akan meningkatkan kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari penjualan, keunggulan kompetitif
dan produktivitas perusahaan. Dalam menghasilkan produk baru biasanya terkait dengan inovasi
proses dimana setiap manfaat produk baru berasal dari inovasi proses.
Inovatif mengacu pada suatu sikap wirausahawan untuk terlibat secara kreatif dalam proses
percobaan terhadap gagasan baru yang memungkinkan menghasilkan metode produksi baru
sehingga menghasilkan produk atau jasa baru, baik untuk pasar sekarang maupun ke pasar baru.
Wiklund (1999), Covin dan Slevin (1991), Smart dan Conant (1994) bahwa orientasi
kewirausahaan yang tinggi berhubungan erat dengan penggerak utama keuntungan sehingga
seorang wirausahawan mempunyai kesempatan untuk mengambil keuntungan dan munculnya
peluang-peluang tersebut, yang pada akhirnya berpengaruh positif terhadap kinerja usaha.
Orientasi kewirausahaan yang semakin tinggi dapat meningkatkan kemampuan perusahaan
dalam memasarkan produknya menuju kinerja usaha yang lebih baik. Oleh sebab itu, perusahaan
yang semakin inovatif, proaktif, dan berani untuk mengambil risiko cenderung mampu untuk
berkinerja usaha yang lebih baik.
Zimmerer (2000) bahwa sukses kewirausahaan akan tercapai apabila wirausaha berfikir
dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu dengan cara-cara yang baru (thing and doing new
things or old thing in new way).
Knight Gary (2000) keterkaitan orientasi entrepreneur dan kinerja pada perusahaan-
perusahaan kecil dan menengah dalam menghadapi globalisasi, juga menemukan bahwa
orientasi entrepreneur berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Zao, Zheng et al (2005),
juga dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa orientasi entrepreneur berpengaruh
positip terhadap kinerja baik dalam bentuk kinerja perusahaan maupun kinerja produk.
Krauss et al (2005) pada para pengusaha kecil di Afrika Selatan bahwa
orientasi entrepreneur memiliki pengaruh positip dan signifikan terhadap tingkat pertumbuhan
usaha, jumlah tenaga kerja dan eksternal success evaluation yang merupakan ukuran kinerja
perusahaan. Beberapa karakteristik orientasi entrepreneur seperti personal inisiatif berpengaruh
signifikan terhadap tingkat pertumbuhan usaha, jumlah tenaga kerja dan exsternal success
evaluation yang menjadi indikator kinerja perusahaan.
Zahra (1995), Lumpkin & Dess (1996), inovasi dan proaktif yang tinggi dapat
meningkatkan prestasi / kinerja organisasi yang berkaitan dengan pertumbuhan penjualan,
keuntungan perusahaan, dan produktifitas tenaga kerja.
Kotler (2005) menyatakan bahwa apabila perusahaan proaktif, artinya sebuah perusahaan
telah memasuki pasar lebih dahulu dari pesaingnya, maka perusahaan tersebut akan selalu
menjadi pemimpin pasar.
Lumpkin dan Dess (1996), bahwa perusahaan yang memiliki orientasi kewirausahaan yang
kuat, akan lebih berani untuk mengambil risiko, dan tidak cuma bertahan pada strategi masa lalu.
Pada lingkungan yang dinamis seperti saat ini, orientasi kewirausahaan jelas merupakan hal yang
sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Salah satu orientasi strategik adalah berkaitan dengan orientasi
kewirausahaan (entrepreneurial orientation) memungkinkan menjadi kunci peningkatan
kinerja perusahaan (Wiklund, 1999).
Zahra (1995) bahwa perusahaan yang bersedia menanggung risiko dengan mengorbankan
biaya untuk mendapatkan manfaat (cost-benefit) dari setiap alternatif dalam pengambilan
keputusan, maka akan menjadikan perusahaan tersebut lebih kuat terhadap perubahan
perekonomian.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Keh et al (2002), Wiklund (1999) bahwa berani
mengambil risiko merupakan sikap wirausahawan yang melibatkan kesediaannya untuk
mengikat sumber daya dan berani menghadapi tantangan dengan melakukan eksploitasi atau
terlibat dalam strategi bisnis. Orientasi kewirausahaan yang tinggi berhubungan erat dengan
penggerak utama keuntungan sehingga seorang wirausahawan mempunyai kesempatan untuk
mengambil keuntungan dan munculnya peluang-peluang tersebut, yang pada akhirnya
berpengaruh positif terhadap kinerja usaha.
Hipotesis Penelitian
H1 Inovasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha kecil meubel di Kota Kendari, Wiklund
dan Shepherd (2005), Lumpkin et al. (2005), Hughes & Morgan (2007), Li et al. (2008)
H2 Proaktif berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha pada usaha kecil meubel di Kota
Kendari, Lumpkin et al. (2005), Sangen (2005), Hughes & Morgan (2007), Li et al. (2008),
Fairoz & Hirobumi (2010)
H3 Berani mengambil risiko berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha pada usaha kecil meubel
di Kota Kendari, Lumpkin et al. (2005), Sangen (2005), Li et al. (2008), Fairoz & Hirobumi
(2010)
BAB IV
METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha kecil meubel ataupemilik yang
tersebar pada 10 kecamatan di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggarayang berjumlah 242
pengelola usaha meubel.
Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan jumlahnya dengan menggunakan rumus
Slovin, dengan presisi 10% sehingga jumlah sampel dalam

Skala Pengukuran Data


Pengukuran data dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi responden terhadap obyek (Nazir, 2009). Pedoman
untuk pengukuran semua variabel adalah dengan menggunakan 5 point Likert scale, di mana jika
terdapat jawaban dengan bobot rendah maka diberikan skor 1 (satu) dan seterusnya sehingga
jawaban yang berbobot tinggi diberi skor 5 (lima). Kategori dari masing-masing jawaban dengan
kriteria sebagai berikut: Sangat Baik/Sangat setuju (skor 5); Baik/Setuju (skor 4); Netral (skor 3);
Tidak Baik/Tidak Setuju (skor 2); Sangat Tidak Baik/Sangat Tidak Setuju (skor 1), (Malhotra,
2010 dan Cooper & Sehindler, 2003.)

Metode Analisis Data


Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih
variabel independen (X1,X2, ….Xn) dengan varibel dependen (Y) Analisis ini untuk
memprediksikan nilai dari pada variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami
kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau
negatif.
Persamaan regresi linear berganda (Sugiyono, 2001) sebagai berikut :
Y’ = a + b X + b X + ……….+ b X
1 1 2 2 n n

Berdasarkan hipotesis yang diajukan, maka alat analisis yang digunakan adalah regresi
linear berganda. Model yang digunakan untuk menjawab permasalahan apakah orientasi
kewirausahaan yang meliputi : Inovasi (X1), Proaktif (X2), Berani mengambil risiko (X3),
berpengaruh terhadap kinerja usaha (Y). Supranto (2004:57) dengan rumus :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ei
Keterangan :
Y = Kinerja Usaha
X1 = Inovasi
X2 = Proaktif
X3 = Berani Mengambil Risiko
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
ei = Kesalahan Pengganggu.

Pengujian Hipotesis
Probabilitas signifikan digunakan untuk menguji secara empiris pengaruh variabel-variabel
bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Apabila nilai signifikansi < = 0,05 pada tingkat
kepercayaan 95%, maka Ho akan ditolak dan Ha diterima (Gujarati, 1998:126).
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa untuk dapat menjawab


permasalahan dan hipotesis yang diajukan dalam pelenlitian ini, yaitu pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat baik secara simultan maupun parsial dilakukan dengan analisis regresi
berganda. Ringkasan hasil perhitungan analisis regresi berganda dalam penelitian ini dapat
disajikan melalui tabel di bawah ini :

Tabel Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda pada tabel diatas diperoleh persamaan
regresi sebagai berikut :

Y = 0,446 + 0,308 + 0,306 + e


Dari persamaan di atas dan hasil analisis data dapat diinterpretasikan bahwa nilai R sebesar
0,940 menunjukan bahwa korelasi / hubungan variabel bebas inovasi, proaktif dan berani
mengambil risiko terhadap kinerja usaha adalah kuat karena nilainya berada di atas 0,50.
Selanjutnya nilai koefisien determinasi (R2) = 0,883. Artinya bahwa kinerja usaha meubel
dipengaruhi secara bersama-sama (simultan) oleh inovasi, proaktif dan berani mengambil risiko
sebesar 88,3% sedangkan sisanya sebesar 11,7% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model
penelitian ini. Nilai koefisien determinasi (R2) dalam penelitian ini memiliki akurasi atau
ketepatan model yang baik karena nilainya lebih besar dari 60%.
Selanjutnya hasil uji t diperoleh nilai signifikansi atau probabilitas < a = 0,05 pada tingkat
kepercayaan 95%. Hasil ini menunjukan bahwa secara parsial pengaruh inovasi, proaktif dan
berani mengambil risiko berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha kecil.

Pembahasan
a. Pengaruh inovasi terhadap kinerja usaha kecil
Hasil pengujian pengaruh inovasi terhadap kinerja usaha kecil dapat dibuktikan
dengan nilai koefisien regresi berganda sebesar 0,446 dengan arah positif. Koefisien
regresi bertanda positif memiliki arti bahwa hubungan antara inovasi terhadap kinerja
usaha kecil adalah searah. Hasil ini dapat juga dibuktikan dengan dengan nilai
probabilitas (signifikansi) sebesar 0,000 < 0,05. Hasil pengujian membuktikan bahwa
semakin baik inovasi yang dilakukan oleh pengelola usaha kecil meubel maka semakin
tinggi kinerja usahanya. Hasil penelitian ini juga mengandung makna bahwa inovasi yang
tinggi searah dan berkontribusi nyata terhadap peningkatan kinerja usaha kecil meubel.
Usaha meubel melakukan inovasi karena adanya perubahan perilaku konsumen
dan kompetitor, perubahan teknologi. Inovasi produk merupakan suatu hal yang potensial
untuk menciptakan pemikiran dan imajinasi orang yang pada akhirnya menciptakan
pelanggan.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Crawford dan Benedetto (2008) bahwa
Inovasi produk dilakukan akan meningkatkan nilai tambah dari suatu produk. Produk
baru yang sukses di pasaran akan memberikan keuntungan bagi perusahaan itu sendiri,
dimana akan meningkatkan kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari penjualan,
keunggulan kompetitif dan produktivitas perusahaan. Dalam menghasilkan produk baru
biasanya terkait dengan inovasi proses dimana setiap manfaat produk baru berasal dari
inovasi proses.
Inovatif mengacu pada suatu sikap wirausahawan untuk terlibat secara kreatif
dalam proses percobaan terhadap gagasan baru yang memungkinkan menghasilkan
metode produksi baru sehingga menghasilkan produk atau jasa baru, baik untuk pasar
sekarang maupun ke pasar baru.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Wiklund dan Shepherd (2005)
menyatakan bahwa inovasi yang dilakukan melalui penciptaan produk dan teknologi baru
dapat menghasilkan keunggulan bersaing karena dapat menggungguli pesaing, sehingga
mampu menciptakan hasil financial, produktivitas, mampu menghasilkan produk dan
layanan (jasa) baru kepada pasar mendahului pesaing.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Covin dan Slevin (1991), Smart dan
Conant (1994) bahwa orientasi kewirausahaan yang tinggi berhubungan erat dengan
penggerak utama keuntungan sehingga seorang wirausahawan mempunyai kesempatan
untuk mengambil keuntungan dan munculnya peluang-peluang tersebut, yang pada
akhirnya berpengaruh positif terhadap kinerja usaha. Orientasi kewirausahaan yang
semakin tinggi dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memasarkan
produknya menuju kinerja usaha yang lebih baik. Oleh sebab itu, perusahaan yang
semakin inovatif, proaktif, dan berani untuk mengambil risiko cenderung mampu untuk
berkinerja usaha yang lebih baik.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Suendro (2010), bahwa inovasi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha kecil. Namun hasil penelitian tidak
mendukung penelitian Hartini (2012), Tjahjaningsih (2012)

b. Pengaruh proaktif terhadap kinerja usaha kecil.


Berdasarkan hasil analisis pengaruh proaktif terhadap kinerja usaha kecil
menemukan pengaruh yang positif dan signifikan, maka hipotesis penelitian yang
menyatakan bahwa proaktif sebagai dimensi dari orientasi kewirausahaan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja usaha kecil cukup bukti untuk diterima. Temuan ini
menunjukan bahwa proaktif sebagai dimensi dari orientasi kewirausahaan mampu
menjelaskan peningkatan kinerja usaha kecil sektor meubel di Kota Kendari.
Dengan sikap proaktif yang dilakukan oleh pengelola produk sehingga bila ada
permintaan lagi pelanggan akan membeli ketempat yang sama, dengan demikian maka
usaha meubel memperoleh pelanggan yang tetap, disamping itu pula permintaan produk
dari konsumen lain juga cukup baik sehingga penjualan memperoleh pertumbuhan yang
baik. Produk meubel disamping di butuhkan untuk keperluan rumah tangga, juga untuk
peralatan kerja di perkantoran maupun disekolah, sehingga penjualan menunjukan
pertumbuhan yang baik. dengan pertumbuhan penjualan dan harga jual yang baik maka
laba yang diperoleh juga cukup baik, dengan demikian maka usaha kecil dapat
mengembalikan asset dengan baik.Sikap proaktif tersebut terus dikembangkan oleh setiap
pengelola usaha meubel agar minimal memiliki pangsa pasar yang tetap. Disamping itu
pula tetap mencari pelanggan-pelanggan baru dengan cara memperkenalkan produk baru
(lemari, kursi, meja, dsb) untuk mengantisipasi lonjakan permintaandari pelanggan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Knight Gary (2000) tentang keterkaitan
orientasi entrepreneur dan kinerja pada perusahaan-perusahaan kecil dan menengah
dalam menghadapi globalisasi, juga menemukan bahwa
orientasi entrepreneur berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Zhoo, Zheng et
al (2005), juga dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa
orientasi entrepreneur berpengaruh positip terhadap kinerja baik dalam bentuk kinerja
perusahaan maupun kinerja produk.
Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Krauss et al (2005) pada para
pengusaha kecil di Afrika Selatan bahwa orientasi entrepreneur memiliki pengaruh
positip dan signifikan terhadap tingkat pertumbuhan usaha, jumlah tenaga kerja dan
eksternal success evaluation yang merupakan ukuran kinerja perusahaan. Beberapa
karakteristik orientasi entrepreneur seperti personal inisiatif berpengaruh signifikan
terhadap tingkat pertumbuhan usaha, jumlah tenaga kerja dan exsternal success
evaluation yang menjadi indikator kinerja perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Zahra (1995), Lumpkin & Dess (1996),
inovasi dan proaktif yang tinggi dapat meningkatkan prestasi / kinerja organisasi yang
berkaitan dengan pertumbuhan penjualan, keuntungan perusahaan, dan produktifitas
tenaga kerja. Hasil penelitian ini juga mendukung pendapat Kotler (2005) bahwa apabila
perusahaan proaktif, artinya sebuah perusahaan telah memasuki pasar lebih dahulu dari
pesaingnya, maka perusahaan tersebut akan selalu menjadi pemimpin pasar.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Hughes & Morgan (2007), Suhartini
(2007) bahwa proaktif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil.

c. Pengaruh berani mengambil risiko terhadap kinerja usaha kecil.


Berdasarkan hasil analisis pengaruh berani mengambil risiko terhadap kinerja
usaha kecil menemukan pengaruh yang positif dan signifikan, maka hipotesis penelitian
yang menyatakan bahwa berani mengambil risiko sebagai dimensi dari orientasi
kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha kecil cukup bukti untuk
diterima. Temuan ini menunjukan bahwa berani mengambil risiko sebagai dimensi dari
orientasi kewirausahaan yang mampu menjelaskan peningkatan kinerja usaha kecil
sektor meubel di Kota Kendari.
Dengan berani mengambil risiko sehingga bila ada permintaan yang tinggi maka
usaha meubel memiliki persediaan yang cukup, disamping itu bila ada kerja sama dengan
pengelola proyek pengadaan peralatan sekolah maka penjualan akan semakin meningkat
dan laba bersih juga meningkat.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Lumpkin dan Dess (1996), bahwa
perusahaan yang memiliki orientasi kewirausahaan yang kuat, akan lebih berani
untuk mengambil risiko, dan tidak cuma bertahan pada strategi masa lalu.
Pada lingkungan yang dinamis seperti saat ini, orientasi kewirausahaan jelas
merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Zahra (1995) bahwa perusahaan yang
bersedia menanggung risiko dengan mengorbankan biaya untuk mendapatkan manfaat
(cost-benefit) dari setiap alternatif dalam pengambilan keputusan, maka akan menjadikan
perusahaan tersebut lebih kuat terhadap perubahan perekonomian.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Keh et al (2002), Wiklund (1999) bahwa
berani mengambil risiko merupakan sikap wirausahawan yang melibatkan kesediaannya
untuk mengikat sumber daya dan berani menghadapi tantangan dengan melakukan
eksploitasi atau terlibat dalam strategi bisnis. Orientasi kewirausahaan yang tinggi
berhubungan erat dengan penggerak utama keuntungan sehingga seorang wirausahawan
mempunyai kesempatan untuk mengambil keuntungan dan munculnya peluang-peluang
tersebut, yang pada akhirnya berpengaruh positif terhadap kinerja usaha.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Wiklund dan Shepherd (2005) bahwa
pengambilan risiko berhubungan dengan keinginan untuk komitmen bahwa sumber daya
digunakan pada proyek-proyek dimana biaya kegagalan tinggi yang menunjukkan pula
bahwa hasil proyek tersebut tidak diketahui.Pengambilan risiko berhubungan dengan
kecenderungan perusahaan melaksanakan proyek-proyek berisiko dan merefleksikan
preferensi manajer pada tindakan berani untuk mencapai tujuan organsasi, dengan
demikian keinginan pengambilan risiko akan mendorong perusahaan untuk
mengembangkan dan melahirkan ide-ide baru untuk menghasilkan produk (jasa).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat dikemukakan beberapa kesimpulan
yaitu :
1. Inovasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil. Hal ini
mengandung makna bahwa semakin tinggi inovasi yang dilakukan oleh pengelola
meubel seperti : peningkatan kualitas, peningkatan fitur produk dan peningkatan gaya
dan design produk maka penjualan menjadi meningkat atau berdampak pada
peningkatan kinerja usaha kecil.
2. Proaktif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil. Hal ini
mengandug makna bahwa semakin proaktif pengelola meubel, seperti : berinisiatif
dalam menyelesaikan pembuatan produk dengan cepat, memperkenalkan produk baru
di pasar, dan menjalin kemitraan terhadap pelanggan maka akan mempertahankan
pelanggan serta menemukan pelanggan baru sehingga kinerja usaha yang
diindikasikan dengan pertumbuhan penjualan penjualan, tingkat pengembalian asset
dan laba bersih akan meningkat.
3. Berani mengambil risiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha
kecil. Hal ini mengandung makna bahwa dengan berani mengambil risiko dan berani
menghadapi tantangan maka pengelola meubel mempunyai kesempatan untuk
mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang pada sehingga kinerja usaha akan
menjadi meningkat.

B. Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
1. Usaha meubel harus meningkatkan inisiatif dalam memperkenalkan produk-produk
baru di pasar agar meningkatkan keputusan pelanggan untuk membeli produk.
2. Usaha meubel harus meningkatkan agresifitas dalam menghadapi risiko agar dapat
memperoleh keuntungan dari peluang yang ada.
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti kembali variabel penelitian ini dan
menambahkan variabel lain seperti : orientasi pasar dan lingkungan usaha.
DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2003. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Aulawi, Hilmi, Rajesri Govindaraju, Kadarsah Suryadi dan Iman Sudirman, 2009,
Hubungan Knowledge Sharing Behavior dan Individual Innovation
Capability, Jurnal Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, 174-187.

Barney, Jay B, 1991, Resource-Based Theorities of Competitive Advantage: Ten Years


Retrospective on The Resource-Based View, Journal of Management, 27, 643-650.

Bogaert, I., Maertens, R. and van Cauwenbergh, A., 1994, Strategy As Situational Puzzle:
The First of Components, in Hamel, G. and Heene, A., Competence-Based
Competition, John Wiley, Chichester.

Burgess, R. G. 1993. In the Field: An Introduction to Field Research. London: Allen and
Unwin.

Crawford, C. Merle; Di Benedetto, C. Anthony. 2000. New Products Management Sixth


Edition. McGraw-Hill, New York.

Collis, David J. and Cynthia A. Montgomery, 1998, Corporate Strategy: A Resources


Base Approach, McGraw-Hill.

Cooper, D.R. dan Schindler, P.S. 2003. Business Research Methods, Edisi ke-8,McGraw
Hill, New York.

Covin, J.G and Slevin, 1991, A Conceptual Modelof Entrepreneurship as Firm


Behavior, Entrepreneurship Theory and Practice, 16 (1), 7-25.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sulawesi Tenggara, 2013, Daftar Sentra
Industri dan Kerajinan Propinsi Sulawesi TenggaraTahun 2013, Kendari.
Drucker, P.F. 1985. Innovation and Entrepreneurship: Practice and Principles. New
York: Harper and Row.

Dun Steinhoff, John F. Burgess. 1993. Small Business Management Fundamentals


6th ed. New York: McGrawhill Inc.

Galbreath, Jeremy, 2005, Which Resources Matter The Most to Firm Succes? An
Exploratory Study of Resources-Based Theory, Technovation, 25, 979-987.

Gaskill, L.A.R, H.E Van Auken and R.A Manning, 1993, A Factor Analytic Study of
The Perceived Causes of Small Business Failure, Journal of Small Business
Management, 18-31.

Grant, Robert M., 1997, Contemporary Strategy Analysis Concept, Techniques,


Application, 2nd, Secokusumo, T. (penerjemah), Analisis Strategi Kontemporer,
Konsep, Teknik, Aplikasi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Glancey, et al. 1998. Behaviour of disrupted of Solenopsis invicta toward queensand


pheromone-treated surrogate queens placed outside the nests.Sociobiology, 7: 283-
288.

Gujarati, 1998. Ekonometrika Dasar. Jakarta, Erlangga.

Hartini. 2012. Peran Inovasi: Pengembangan Kualitas Produk dan Kinerja Bisnis. Jurnal
Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.14, No. 1, Maret 2012: 82−88.

Hisrich. R.D., Peters, M.P., & Sheherd, D.A. 2005. Entrepreneurship.6 ed. New York:
McGraw-Hill Irwin.

Home, Niilo, 2011, Entrepreneurial Orientation of Grocery Retailer in Finland, Journal


of Retailing and Customer Services, Vol. 3, 1-9.
Hughes, M., and Morgan, R. E, 2007, Deconstructing The Relationship Between
Entrepreneurial Orientation and Business Performance at The Embryonic Stage of
Firm Growth, Industrial Marketing Management 36 : 651-661.

Jauch, L.R, Glueck, W.F. 1988. Business Policy and Strategy Management.Singapore:
McGraw Hill.

Joko Susilo. 2011. http://www.jokosusilo.com/2011/07/01/bagaimana-cara-memulai-


wirausaha-agar-sukses

Johannessen, Jon-Arild, 2008, Organisational Innovation is Part of Knowledge


Management, International Journal of Information management, 403-412.

Kao, R.W.Y. (1995), Entrepreneurship: A. Wealth Creation and Value Adding Proces,
Prentice Hail Singapore.

Knight, Gary. 2000. “Entrepreneurship and Marketing Strategy: the SME Under
Globalization”, Journal of International Marketing, Vol.8, No.2, p.12-32.

Kotler, Philip. 2005. Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks.
Kelompok Gramedia. Irawan

Latif, Davis A, 2008, Model for Teaching The Management Skills Component of
Managerial Effectiveness to Pharmacy Student, Review, p. 377

Lee, Maria R. and Yi-Chen Lan, 2011, Toward a Unified Knowledge management
Model for SMEs, Expert Systems With Applications, 729-735.

Terapan Jilit 1. Jakarta: PT Index.


Suryana 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju
Sukses. Jakarta: Salemba Empat.
Tambunan, 2003. Perekonomian Indonesia: Beberapa Masalah Penting. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Tjahjaningsih, Endang. 2012. Upaya Peningkatan Kinerja Organisasi Melalui
Inovasi Transformasi Budaya Prososial, Universitas Stikubank.

Wheelen, Thomas L and J D Hunger, 2005, Strategic Management and Business Policy,
Upper Saddle River, N J: Prentice Hall, NY.

Wiklund, 1999, The Sustainability of The Entrepreneurial Orientation-Performance


Relationship, Entrepreneurship Theory and Practice, Baylor University.

Wiklund, J & Shepherd D, 2005, Knowledge Based Resources, Entrepreneurial


Orientation and The Performance of Small and Medium Sized Business,
Strategic Management Journal (24), 1307-1314

Zahra, Q. A & Covin, J. G, 2005, Con-texture Influence on The Corporate


Entrepreneurship Performance Relationship: A Longitudinal Analysis, Journal of
Business Venturing (10), 43-58.

Zahra, S dan J. G. Covin. 1995. “contextual influences on the Corporate Entrepreneurship


– Performance : A Longitudinal Analysis”, Journal of Business Venturing, 10 (1),
pp. 43-58.

Anda mungkin juga menyukai