ABSTRACT
The purposes of this research were: (1) to examine the impact of innovation on the performance
of micro business, (2) to examine the effect of proactive on the performance of micro business,
and (3) to examine the effect of risk-taking on the performance of micro business.
The objects of the study were all furnitureentrepreneurs in Kendari city. The population was all
furniture business in Kendari, which totals 242. The samples were determined by using Slovin
formula, resulting in 71samples. To analyze the data, a multiple linear regression analysis was
conducted by using the SPSS software version 20.
The results of the study were: (1) innovation has a positive and significant effect on the
performance of micro business; (2) proactive has a positive and significant effect on the
performance of micro business; (3) risk-taking has a positive and significant effect on the
performance of micro business.
1. Orientasi Kewirausahaan
Zimmerer and Scarborough (2005:3), “Entrepreneur is one who creates new
business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth
by identifying significant opportunities and assemblying the necessary resources to
capitalize on them”. Wirausahawan adalah orang yang menciptakan bisnis baru di dalam
suatu resiko dan ketidakpastian untuk kepentingan menuju keuntungan dan pertumbuhan
dengan mengidentifikasi peluang penting dan mengumpulkan sumber daya yang berperan
besar terhadap mereka.
Lumpkin et al. (2005) mendefinisikan: “Entrepreneurial orientation is defined as
the process, practices and decision-making activities that lead to the development and
delivery of new and innovative services that can differentiate an organization from others
in its market.” (Orientasi kewirausahaan sebagai suatu proses, praktek dan aktivitas
pengambilan keputusan yang mengarahkan kepada pengembangan dan penciptaan
produk baru dan inovatif yang dapat membedakan organisasi dengan organisasi lainnya
di pasar).
Mengutip pendapat Lumpkin dan Dess (1996), Wiklund dan Shepperd (2005)
berpendapat : “Entrepreneurial orientation to affirms strategic orientation, capturing
specific entrepreneurial aspects of decision-making styles, methods, and practices.”
(Kewirausahaan berkaitan dengan orientasi strategi perusahaan, mencakup aspek-aspek
khusus kewirausahaan dari gaya, metode dan praktek-praktek dengan menciptakan
perubahan).
Bentuk dari aplikasi atas sikap-sikap kewirausahaan dapat diindikasikan dengan
orientasi kewirausahaan dengan indikasi kemampuan inovasi, proaktif, dan kemampuan
mengambil risiko (Li et al., 2008).
Kemampuan inovasi berhubungan dengan persepsi dan aktivitas
terhadap aktivitas-aktivitas bisnis yang baru dan unik. Kemampuan berinovasi adalah
titik penting dari kewirausahaan dan esensi dari karakteristik kewirausahaan.
Beberapa hasil penelitian dan literatur kewirausahaan menunjukkan bahwa
orientasi kewirausahaan lebih signifikan mempunyai kemampuan inovasi daripada yang
tidak memiliki kemampuan dalam kewirausahaan (Johannessen, 2008).
Proaktifitas seseorang untuk berusaha berprestasi merupakan petunjuk lain dari
aplikasi atas orientasi kewirausahaan secara pribadi. Demikian pula bila suatu perusahaan
menekankan proaktifitas dalam kegiatan bisnisnya, maka perusahaan tersebut telah
melakukan aktifitas kewirausahaan yang akan secara otomatis mendorong tingginya
daya saing (Lee and Lan, 2011). Perusahaan dengan aktifitas kewirausahaan yang
tinggi berarti tampak dari tingginya semangat yang tidak pernah padam karena
hambatan, rintangan, dan tantangan. Sikap aktif dan dinamis adalah kata
kuncinya. Seseorang yang berani mengambil risiko dapat didefinisikan sebagai
seseorang yang berorientasi pada peluang dalam ketidakpastian konteks pengambilan
keputusan.
Hambatan risiko merupakan faktor kunci yang membedakan perusahaan
dengan jiwa wirausaha. Fungsi utama dari tingginya orientasi kewirausahaan adalah
bagaimana melibatkan pengukuran risiko dan pengambilan risiko secara optimal
(Johannesssen, 2008). Pengambilan risiko (risk taking) berarti suatu kecenderungan
melakukan tindakan berarti semacam berspekulasi pada pasar baru yang telah dikenal,
komitmen pada sebagian besar sumber daya digunakan untuk pekerjaan dengan hasil
yang tidak pasti. Wiklund dan Shepherd (2005) berpendapat bahwa pengambilan risiko
berhubungan dengan keinginan untuk komitmen bahwa sumber daya digunakan pada
proyek-proyek dimana biaya kegagalan tinggi yang menunjukkan pula bahwa hasil
proyek tersebut tidak diketahui.
Pengambilan risiko berhubungan dengan kecenderungan perusahaan
melaksanakan proyek-proyek berisiko dan merefleksikan preferensi manajer pada
tindakan berani untuk mencapai tujuan organsasi, dengan demikian keinginan
pengambilan risiko akan mendorong perusahaan untuk mengembangkan dan melahirkan
ide-ide baru untuk menghasilkan produk (jasa). Agresifitas bersaing (Competitive
Agressiveness) menunjukkan hasrat perusahaan secara langsung dan intens menantang
pesaing-pesaing untuk memasuki dan mengembangkan posisi pasar (Lumpkind dan Dess,
2005).
Berkaitan dengan dimensi-dimensi orientasi kewirausahaan, penelitian-penelitian
sebelumnya menyimpulkan bahwa dimensi-dimensi kewirausahaan secara individu
berpengaruh terhadap kinerja. Wiklund dan Shepherd (2005) menyatakan bahwa inovasi
yang dilakukan melalui penciptaan produk dan teknologi baru dapat menghasilkan
keunggulan bersaing karena dapat menggungguli pesaing, sehingga mampu menciptakan
hasil financial, produktivitas, mampu menghasilkan produk dan layanan (jasa) baru
kepada pasar mendahului pesaing.
Zahra dan Covin (2005) berpendapat bahwa sikap proaktif perusahaan dapat
menargetkan segmen-segmen pasar premium. Mendapatkan harga lebih tinggi dan
bergerak lebih cepat dari pesaing, perusahaan seperti memonitor perubahan-perubahan
pasar dan menanggapinya dengan cepat melalui penetapan strategi perusahaan yang
didasarkan pada perubahan pasar dan karenanya dapat memanfaatkan peluang-peluang
yang timbul. Agresifitas bersaing sesungguhnya merupakan kegiatan yang ditujukan
untuk mendapatkan informasi peluang dalam pasar target, sehingga perusahaan
memahami kekuatan, kelemahan dan kapabilitas serta strategi bersaing.
Lumpkin dan Dess (2005) menjelaskan bahwa agresifitas bersaing akan
memberikan kekuatan pada perusahaan dalam menghadapi pesaing dan memberikan
reaksi yang cepat ketika perusahaan berupaya mempertahankan posisi pasar atas tindakan
pesaing, dengan demikian sikap proaktif dan agresifitas bersaing berhubungan dengan
daya saing dengan cara yang berbeda. Hubungan pengambilan resiko dengan daya saing
terjadi melalui strategi yang beresiko dan menjadikan daya saing perusahaan bervariasi,
karena beberapa proyek mengalami kegagalan sementara proyek-proyek lain berhasil,
yang memungkinkan lebih menguntungkan untuk jangka panjang.
Zimmerer (2005) mendefinisikan orientasi kewirausahaan sebagai “process,
practice, and decision-making activities that lead to the development and delivery of new
and innovate services that can differentiate an organization from other is its market”
(suatu proses, praktik dan aktifitas pengambilan keputusan yang mengarahkan kepada
pengembangan dan penciptaan produk baru dan inovatif yang dapat membedakan
organisasi dengan organisasi lainnya di pasar).
2. Kinerja Usaha
Kinerja adalah merujuk pada tingkat pencapaian atau prestasi dari perusahaan
dalam periode waktu tertentu. Kinerja sebuah perusahaan adalah hal yang sangat
menentukan dalam perkembangan perusahaan. Tujuan perusahaan yang terdiri dari : tetap
eksis (survive), untuk memperoleh laba (benefit) dan dapat berkembang (growth), dapat
tercapai apabila perusahaan tersebut mempunyai performa yang baik. Kinerja
(performance) perusahaan dapat dilihat dari tingkat penjualan, tingkat keuntungan,
pengembalian modal, tingkat turn over dan pangsa pasar yang di raihnya.
Kinerja merupakan pencapaian hasil kerja manajemen terhadap sumber-sumber
secara ekonomi dan berkaitan dengan financial maupun non financial. Untuk
mengidentifikasi seberapa besar pencapaian keuntungan perusahaan pada suatu periode,
lazimnya digunakan ukuran ROI (return on investment) yaitu hasil perbandingan dari
pendapatan sebelum pajak dengan asset total (Wheelen, 2005).
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS
Hughes & Morgan (2007) menyatakan Dimensi sikap proaktif dan inovatif memiliki
pengaruh positif terhadap kinerja bisnis, sedangkan menurut Crawford dan Benedetto (2008)
bahwa Inovasi produk dilakukan akan meningkatkan nilai tambah dari suatu produk. Produk
baru yang sukses di pasaran akan memberikan keuntungan bagi perusahaan itu sendiri, dimana
akan meningkatkan kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari penjualan, keunggulan kompetitif
dan produktivitas perusahaan. Dalam menghasilkan produk baru biasanya terkait dengan inovasi
proses dimana setiap manfaat produk baru berasal dari inovasi proses.
Inovatif mengacu pada suatu sikap wirausahawan untuk terlibat secara kreatif dalam proses
percobaan terhadap gagasan baru yang memungkinkan menghasilkan metode produksi baru
sehingga menghasilkan produk atau jasa baru, baik untuk pasar sekarang maupun ke pasar baru.
Wiklund (1999), Covin dan Slevin (1991), Smart dan Conant (1994) bahwa orientasi
kewirausahaan yang tinggi berhubungan erat dengan penggerak utama keuntungan sehingga
seorang wirausahawan mempunyai kesempatan untuk mengambil keuntungan dan munculnya
peluang-peluang tersebut, yang pada akhirnya berpengaruh positif terhadap kinerja usaha.
Orientasi kewirausahaan yang semakin tinggi dapat meningkatkan kemampuan perusahaan
dalam memasarkan produknya menuju kinerja usaha yang lebih baik. Oleh sebab itu, perusahaan
yang semakin inovatif, proaktif, dan berani untuk mengambil risiko cenderung mampu untuk
berkinerja usaha yang lebih baik.
Zimmerer (2000) bahwa sukses kewirausahaan akan tercapai apabila wirausaha berfikir
dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu dengan cara-cara yang baru (thing and doing new
things or old thing in new way).
Knight Gary (2000) keterkaitan orientasi entrepreneur dan kinerja pada perusahaan-
perusahaan kecil dan menengah dalam menghadapi globalisasi, juga menemukan bahwa
orientasi entrepreneur berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Zao, Zheng et al (2005),
juga dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa orientasi entrepreneur berpengaruh
positip terhadap kinerja baik dalam bentuk kinerja perusahaan maupun kinerja produk.
Krauss et al (2005) pada para pengusaha kecil di Afrika Selatan bahwa
orientasi entrepreneur memiliki pengaruh positip dan signifikan terhadap tingkat pertumbuhan
usaha, jumlah tenaga kerja dan eksternal success evaluation yang merupakan ukuran kinerja
perusahaan. Beberapa karakteristik orientasi entrepreneur seperti personal inisiatif berpengaruh
signifikan terhadap tingkat pertumbuhan usaha, jumlah tenaga kerja dan exsternal success
evaluation yang menjadi indikator kinerja perusahaan.
Zahra (1995), Lumpkin & Dess (1996), inovasi dan proaktif yang tinggi dapat
meningkatkan prestasi / kinerja organisasi yang berkaitan dengan pertumbuhan penjualan,
keuntungan perusahaan, dan produktifitas tenaga kerja.
Kotler (2005) menyatakan bahwa apabila perusahaan proaktif, artinya sebuah perusahaan
telah memasuki pasar lebih dahulu dari pesaingnya, maka perusahaan tersebut akan selalu
menjadi pemimpin pasar.
Lumpkin dan Dess (1996), bahwa perusahaan yang memiliki orientasi kewirausahaan yang
kuat, akan lebih berani untuk mengambil risiko, dan tidak cuma bertahan pada strategi masa lalu.
Pada lingkungan yang dinamis seperti saat ini, orientasi kewirausahaan jelas merupakan hal yang
sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Salah satu orientasi strategik adalah berkaitan dengan orientasi
kewirausahaan (entrepreneurial orientation) memungkinkan menjadi kunci peningkatan
kinerja perusahaan (Wiklund, 1999).
Zahra (1995) bahwa perusahaan yang bersedia menanggung risiko dengan mengorbankan
biaya untuk mendapatkan manfaat (cost-benefit) dari setiap alternatif dalam pengambilan
keputusan, maka akan menjadikan perusahaan tersebut lebih kuat terhadap perubahan
perekonomian.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Keh et al (2002), Wiklund (1999) bahwa berani
mengambil risiko merupakan sikap wirausahawan yang melibatkan kesediaannya untuk
mengikat sumber daya dan berani menghadapi tantangan dengan melakukan eksploitasi atau
terlibat dalam strategi bisnis. Orientasi kewirausahaan yang tinggi berhubungan erat dengan
penggerak utama keuntungan sehingga seorang wirausahawan mempunyai kesempatan untuk
mengambil keuntungan dan munculnya peluang-peluang tersebut, yang pada akhirnya
berpengaruh positif terhadap kinerja usaha.
Hipotesis Penelitian
H1 Inovasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha kecil meubel di Kota Kendari, Wiklund
dan Shepherd (2005), Lumpkin et al. (2005), Hughes & Morgan (2007), Li et al. (2008)
H2 Proaktif berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha pada usaha kecil meubel di Kota
Kendari, Lumpkin et al. (2005), Sangen (2005), Hughes & Morgan (2007), Li et al. (2008),
Fairoz & Hirobumi (2010)
H3 Berani mengambil risiko berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha pada usaha kecil meubel
di Kota Kendari, Lumpkin et al. (2005), Sangen (2005), Li et al. (2008), Fairoz & Hirobumi
(2010)
BAB IV
METODE PENELITIAN
Berdasarkan hipotesis yang diajukan, maka alat analisis yang digunakan adalah regresi
linear berganda. Model yang digunakan untuk menjawab permasalahan apakah orientasi
kewirausahaan yang meliputi : Inovasi (X1), Proaktif (X2), Berani mengambil risiko (X3),
berpengaruh terhadap kinerja usaha (Y). Supranto (2004:57) dengan rumus :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ei
Keterangan :
Y = Kinerja Usaha
X1 = Inovasi
X2 = Proaktif
X3 = Berani Mengambil Risiko
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
ei = Kesalahan Pengganggu.
Pengujian Hipotesis
Probabilitas signifikan digunakan untuk menguji secara empiris pengaruh variabel-variabel
bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Apabila nilai signifikansi < = 0,05 pada tingkat
kepercayaan 95%, maka Ho akan ditolak dan Ha diterima (Gujarati, 1998:126).
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda pada tabel diatas diperoleh persamaan
regresi sebagai berikut :
Pembahasan
a. Pengaruh inovasi terhadap kinerja usaha kecil
Hasil pengujian pengaruh inovasi terhadap kinerja usaha kecil dapat dibuktikan
dengan nilai koefisien regresi berganda sebesar 0,446 dengan arah positif. Koefisien
regresi bertanda positif memiliki arti bahwa hubungan antara inovasi terhadap kinerja
usaha kecil adalah searah. Hasil ini dapat juga dibuktikan dengan dengan nilai
probabilitas (signifikansi) sebesar 0,000 < 0,05. Hasil pengujian membuktikan bahwa
semakin baik inovasi yang dilakukan oleh pengelola usaha kecil meubel maka semakin
tinggi kinerja usahanya. Hasil penelitian ini juga mengandung makna bahwa inovasi yang
tinggi searah dan berkontribusi nyata terhadap peningkatan kinerja usaha kecil meubel.
Usaha meubel melakukan inovasi karena adanya perubahan perilaku konsumen
dan kompetitor, perubahan teknologi. Inovasi produk merupakan suatu hal yang potensial
untuk menciptakan pemikiran dan imajinasi orang yang pada akhirnya menciptakan
pelanggan.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Crawford dan Benedetto (2008) bahwa
Inovasi produk dilakukan akan meningkatkan nilai tambah dari suatu produk. Produk
baru yang sukses di pasaran akan memberikan keuntungan bagi perusahaan itu sendiri,
dimana akan meningkatkan kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari penjualan,
keunggulan kompetitif dan produktivitas perusahaan. Dalam menghasilkan produk baru
biasanya terkait dengan inovasi proses dimana setiap manfaat produk baru berasal dari
inovasi proses.
Inovatif mengacu pada suatu sikap wirausahawan untuk terlibat secara kreatif
dalam proses percobaan terhadap gagasan baru yang memungkinkan menghasilkan
metode produksi baru sehingga menghasilkan produk atau jasa baru, baik untuk pasar
sekarang maupun ke pasar baru.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Wiklund dan Shepherd (2005)
menyatakan bahwa inovasi yang dilakukan melalui penciptaan produk dan teknologi baru
dapat menghasilkan keunggulan bersaing karena dapat menggungguli pesaing, sehingga
mampu menciptakan hasil financial, produktivitas, mampu menghasilkan produk dan
layanan (jasa) baru kepada pasar mendahului pesaing.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Covin dan Slevin (1991), Smart dan
Conant (1994) bahwa orientasi kewirausahaan yang tinggi berhubungan erat dengan
penggerak utama keuntungan sehingga seorang wirausahawan mempunyai kesempatan
untuk mengambil keuntungan dan munculnya peluang-peluang tersebut, yang pada
akhirnya berpengaruh positif terhadap kinerja usaha. Orientasi kewirausahaan yang
semakin tinggi dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memasarkan
produknya menuju kinerja usaha yang lebih baik. Oleh sebab itu, perusahaan yang
semakin inovatif, proaktif, dan berani untuk mengambil risiko cenderung mampu untuk
berkinerja usaha yang lebih baik.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Suendro (2010), bahwa inovasi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha kecil. Namun hasil penelitian tidak
mendukung penelitian Hartini (2012), Tjahjaningsih (2012)
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat dikemukakan beberapa kesimpulan
yaitu :
1. Inovasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil. Hal ini
mengandung makna bahwa semakin tinggi inovasi yang dilakukan oleh pengelola
meubel seperti : peningkatan kualitas, peningkatan fitur produk dan peningkatan gaya
dan design produk maka penjualan menjadi meningkat atau berdampak pada
peningkatan kinerja usaha kecil.
2. Proaktif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil. Hal ini
mengandug makna bahwa semakin proaktif pengelola meubel, seperti : berinisiatif
dalam menyelesaikan pembuatan produk dengan cepat, memperkenalkan produk baru
di pasar, dan menjalin kemitraan terhadap pelanggan maka akan mempertahankan
pelanggan serta menemukan pelanggan baru sehingga kinerja usaha yang
diindikasikan dengan pertumbuhan penjualan penjualan, tingkat pengembalian asset
dan laba bersih akan meningkat.
3. Berani mengambil risiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha
kecil. Hal ini mengandung makna bahwa dengan berani mengambil risiko dan berani
menghadapi tantangan maka pengelola meubel mempunyai kesempatan untuk
mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang pada sehingga kinerja usaha akan
menjadi meningkat.
B. Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
1. Usaha meubel harus meningkatkan inisiatif dalam memperkenalkan produk-produk
baru di pasar agar meningkatkan keputusan pelanggan untuk membeli produk.
2. Usaha meubel harus meningkatkan agresifitas dalam menghadapi risiko agar dapat
memperoleh keuntungan dari peluang yang ada.
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti kembali variabel penelitian ini dan
menambahkan variabel lain seperti : orientasi pasar dan lingkungan usaha.
DAFTAR PUSTAKA
Aulawi, Hilmi, Rajesri Govindaraju, Kadarsah Suryadi dan Iman Sudirman, 2009,
Hubungan Knowledge Sharing Behavior dan Individual Innovation
Capability, Jurnal Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, 174-187.
Bogaert, I., Maertens, R. and van Cauwenbergh, A., 1994, Strategy As Situational Puzzle:
The First of Components, in Hamel, G. and Heene, A., Competence-Based
Competition, John Wiley, Chichester.
Burgess, R. G. 1993. In the Field: An Introduction to Field Research. London: Allen and
Unwin.
Cooper, D.R. dan Schindler, P.S. 2003. Business Research Methods, Edisi ke-8,McGraw
Hill, New York.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sulawesi Tenggara, 2013, Daftar Sentra
Industri dan Kerajinan Propinsi Sulawesi TenggaraTahun 2013, Kendari.
Drucker, P.F. 1985. Innovation and Entrepreneurship: Practice and Principles. New
York: Harper and Row.
Galbreath, Jeremy, 2005, Which Resources Matter The Most to Firm Succes? An
Exploratory Study of Resources-Based Theory, Technovation, 25, 979-987.
Gaskill, L.A.R, H.E Van Auken and R.A Manning, 1993, A Factor Analytic Study of
The Perceived Causes of Small Business Failure, Journal of Small Business
Management, 18-31.
Hartini. 2012. Peran Inovasi: Pengembangan Kualitas Produk dan Kinerja Bisnis. Jurnal
Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.14, No. 1, Maret 2012: 82−88.
Hisrich. R.D., Peters, M.P., & Sheherd, D.A. 2005. Entrepreneurship.6 ed. New York:
McGraw-Hill Irwin.
Jauch, L.R, Glueck, W.F. 1988. Business Policy and Strategy Management.Singapore:
McGraw Hill.
Kao, R.W.Y. (1995), Entrepreneurship: A. Wealth Creation and Value Adding Proces,
Prentice Hail Singapore.
Knight, Gary. 2000. “Entrepreneurship and Marketing Strategy: the SME Under
Globalization”, Journal of International Marketing, Vol.8, No.2, p.12-32.
Kotler, Philip. 2005. Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks.
Kelompok Gramedia. Irawan
Latif, Davis A, 2008, Model for Teaching The Management Skills Component of
Managerial Effectiveness to Pharmacy Student, Review, p. 377
Lee, Maria R. and Yi-Chen Lan, 2011, Toward a Unified Knowledge management
Model for SMEs, Expert Systems With Applications, 729-735.
Wheelen, Thomas L and J D Hunger, 2005, Strategic Management and Business Policy,
Upper Saddle River, N J: Prentice Hall, NY.