Anda di halaman 1dari 82

LAND CLEARING

BUKU 4

Written By Taufik Irawan


Desain Kebun Kelapa Sawit
Perencanaan/rancangan blok kebun adalah untuk merancang Tata
Ruang Perkebunan dimana didalamnya ditetapkan lokasi kebun Inti
dan lokasi kebun Plasma, wilayah Non-Tanaman seperti lokasi
Kompleks Perumahan, lokasi Pabrik dan wilayah Tanaman yang
afdeling yang terbagi atas: jaringan jalan, areal pembibitan, saluran air,
dan lokasi afdeling dan blok serta wilayah konservasi.

Merencanakan tata ruang dalam kebun dan divisi yang terbagi, tahun
tanam, material tanaman, blok, pembibitan, jaringan jalan, saluran air,
lokasi pabrik, kantor, perumahan, bangunan sosial, sarana olah raga
yang digambarkan dalam peta induk (ploting design)

Tujuan :

Sebagai pedoman tahapan kegiatan pelaksanaan yang


berkesinambungan efektif dan efisien

1. Pembuatan jalan pada Areal Datar/Darat

 Membuat desain jalan bersamaan dengan pembuatan blok


 Pembuatan jalan menggunakan buldozer minimal tipe D6
 Pembuatan parit pada satu sisi badan jalan jika dianggap perlu,
baik pada MR maupun CR
 Pembentukan badan jalan dengan motor greader. Jalan yang
dibentuk harus cembung pada bagian tengah badan jalan
(camber) agar air tidak tertahan di badan jalan
 Pembuatan tali air pada kiri dan kanan jalan harus dibuat
secara berselang-seling (zig-zag). Jumlah tali air ditentukan
berdasarkan tingkat kelandaian jalan
 Pemadatan badan jalan menggunakan road roller/ vibrating
compactor 6 ton
2. Pembuatan Jalan pada Areal Gambut/Rawa

Dibuat sistem tanggulan dengan membuat parit pada satu sisi jalan.
Tahap pembuatannya :

 Pembuatan desain jalan bersamaan dengan pembuatan blok

 Penentuan sisi badan jalan yang akan dibuat parit harus


ditetapkan satu arah berdasarkan pertimbangan lokasi
rendahan yang dominan agar parit yang terbentuk dapat
mengalirkan air dengan lancar

 Pembuatan jalan dengan cara menggali parit pada satu sisi


jalan menggunakan excavator dan tanah hasil galian
ditimbunkan pada badan jalan. Setelah timbunan tanah
mengering diratakan dengan buldozer dan selanjutnya
dilakukan penimbunan dengan tanah mineral. Badan jalan
dibentuk dengan motor greader dan harus cembung pada
bagian tengah badan jalan (camber) agar air tidak bertahan di
badan jalan

3. Pembuatan Jalan Kontur

Jalan kontur harus dibangun sebelum pembuatan teras. Hal yang


diperhatikan dalam pembuatan jalan kontur

 Harus memotong teras/kontur

 Badan jalan dibuat miring ke arah tebing

 Gradien (kemiringan sudut) pada umumnya harus 1:30


walaupun masih dimungkinkan 1:15 pada jarak pendek dan 1:8
pada lereng yang lebih curam

STANDARD KEBUN DAN DIVISI


Tabel Standard penataan kebun dan divisi

Uraian Kebun Kecil Kebun Besar


Luas (ha) ± 5.000 ha 10.000 ha
Luas 1 afdeling 750-1.000 ha 750-1.000 ha
Luas 1 blok 16-25 ha 16-25 ha
Jumlah afdeling 5-7 10-14
Pembukaan areal I 3.000 ha 3.000 ha
II 2.000 ha 3.000 ha
III 2.000 ha
IV 2.000 ha
Kapasitas pabrik 30 ton TBS/jam 60 ton TBS/jam
(2 tahap)
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)

Tabel Alokasi areal per hektar (%) secara umum untuk kebun besar

No Peruntukan Luas (m2) %-tase


1 Tanaman Pokok 9.196 91,96
2 Bibitan 20 0,20
3 Jaringan jalan 320 3,20
4 Parit 270 2,70
5 Pabrik dan Limbah 25 0,25
6 Kantor 2 0,02
7 Perumahan 135 1,35
8 Bangunan Sosial 16 0,16
9 Sarana olah raga 16 0,16
Jumlah 10.000 100,00
Sumber data : Vademecum Kelapa Sawit PT. PTPN IV (1996)
DASAR PERENCANAAN PERUNTUKAN PLOT DISAIN

I. Sistem jaringan jalan

Jalan adalah sarana penghubung untuk pengangkutan bahan, alat dan


produksi serta untuk jalan kontrol, maka jaringan jalan dan mutu jalan
di kebun merupakan salah satu faktor keberhasilan pengelolaan.
Perencanaan pembuatan jaringan jalan harus selaras dengan desain
kebun dan disesuaikan dengan kondisi topografi dan kebutuhan
berdasarkan luasan kebun.

Kebutuhan jalan disesuaikan dengan kondisi lahan. Pada areal datar


panjang main road 10,2 m per ha dan collection road 33,6 m per ha.
Pembangunan jalan dibuat dengan sistem segi empat beraturan (grid
system) mengikuti denah blok yang berukuran 300 m x 1.000 m.
Pembangunan jalan di areal berbukit kebutuhannya lebih banyak dan
dibuat dengan sistem jalan kontur.

II. Kantor dan Pemukiman

Tata letak kantor dan pemukiman harus sesuai dengan luas areal
tanaman, jarak kelokasi tanaman (ke afdeling-afdeling), kesehatan
lingkungan, sumber air dan jumlah karyawan. Pada umumnya kantor
ataupun pemukiman diletakkan pada titik sentral afdeling maupun
kebun

III. Pabrik

Perencanaan pabrik disesuaikan dengan luas areal tanaman kelapa


sawit yang produksinya akan diolah dan letaknya tidak mengganggu
kesehatan lingkungan pemukiman
Letak lokasi pabrik tersebut harus memenuhi syarat tertentu :

 Letak pabrik diusahakan pada titik sentral


 Dekat sarana perhubungan baik jalan raya, kereta api yang
menghubungkan ke pelabuhan
 Berdekatan dengan sumber air/sungai yang sepanjang tahun
terjamin debit airnya
 Mempunyai sarana penunjang misalnya bengkel serta tenaga
kerja
 Areal cukup rata/flat area

IV. Pembibitan

Bagi perkebunan baru didalam design kebun juga harus dicadangkan


areal lokasi pembibitan kelapa sawit.

Adapun pertimbangan yang dipedomani untuk menentukan lokasi


bibitan adalah

 Dekat dengan sumber air yang mengalir sepanjang tahun


 Areal cukup rata
 Dekat dengan penanaman kelapa sawit
 Bebas dari banjir
 Letaknya berdekatan dengan sumber tenaga
 Perencanaan luas bibitan disesuaikan dengan rencana
penanaman

V. Afdeling dan Blok

Luas divisi disesuaikan dengan keadaan topografi lahan dan efisiensi


pengelolaan areal yang dihubungkan dengan perawatan tanaman dan
pemanenan.

Luas areal satu divisi yang ideal berkisar ± 750 -1.000 ha


Luas ideal 1 blok adalah 25 ha (500 x 500 m) untuk daerah datar
sedangkan untuk daerah bergelombang, atau berbukit adalah 16 ha
(400 x 400 m)

VI. Pembuatan Jalan dan Jembatan/Gorong-gorong, Parit Drainase

1. Jalan

a. Pembuatan jalan pada Areal Datar/Darat

 Membuat desain jalan bersamaan dengan pembuatan blok

 Pembuatan jalan menggunakan buldozer minimal tipe D6

 Pembuatan parit pada satu sisi badan jalan jika dianggap perlu,
baik pada MR maupun CR

 Pembentukan badan jalan dengan motor greader. Jalan yang


dibentuk harus cembung pada bagian tengah badan jalan
(camber) agar air tidak tertahan di badan jalan

 Pembuatan tali air pada kiri dan kanan jalan harus dibuat
secara berselang-seling (zig-zag). Jumlah tali air ditentukan
berdasarkan tingkat kelandaian jalan

 Pemadatan badan jalan menggunakan road roller/vibrating


compactor 6 ton

b. Pembuatan Jalan pada Areal Gambut/Rawa

Dibuat sistem tanggulan dengan membuat parit pada satu sisi jalan.
Tahap pembuatannya :

 Pembuatan desain jalan bersamaan dengan pembuatan blok


 Penentuan sisi badan jalan yang akan dibuat parit harus
ditetapkan satu arah berdasarkan pertimbangan lokasi
rendahan yang dominan agar parit yang terbentuk dapat
mengalirkan air dengan lancar

 Pembuatan jalan dengan cara menggali parit pada satu sisi


jalan menggunakan excavator dan tanah hasil galian
ditimbunkan pada badan jalan. Setelah timbunan tanah
mengering diratakan dengan buldozer dan selanjutnya
dilakukan penimbunan dengan tanah mineral. Badan jalan
dibentuk dengan motor greader dan harus cembung pada
bagian tengah badan jalan (camber) agar air tidak bertahan di
badan jalan

c. Pembuatan Jalan Kontur

Jalan kontur harus dibangun sebelum pembuatan teras. Hal yang


diperhatikan dalam pembuatan jalan kontur

 Harus memotong teras/kontur

 Badan jalan dibuat miring ke arah tebing

 Gradien (kemiringan sudut) pada umumnya harus 1:30


walaupun masih dimungkinkan 1:15 pada jarak pendek dan 1:8
pada lereng yang lebih curam

Sistem jaringan jalan di kebun merupakan salah satu faktor yang paling
penting dalam menunjang dan menjamin kelancaran pengangkutan
terutama bahan-bahan keperluan tanaman, pengumpulan/
pengangkutan hasil serta pengontrolan. Perencanaan pembukaan
jaringan jalan harus disesuaikan dengan kondisi (topografi) dan
kebutuhan di perkebunan
Tabel Tekanan gandar pada berbagai klas jalan

No Klas Jalan Tekanan gandar tunggal


(PO)
1 Internasional 8 ton
2 Klas I 7 ton
3 Klas II 5 ton
4 Klas III 3,5 ton
5 Klas IIIa 2,75 ton
6 Klas IV 2 ton
7 Klas V 1,5 ton
Sumber data : Vademecum Kelapa Sawit PT. PTPN IV (1996)

a. Kelas Areal Lahan untuk Pembuatan Jalan

Pembuatan jalan pada Areal Datar/Darat

 Membuat desain jalan bersamaan dengan pembuatan blok

 Pembuatan jalan menggunakan buldozer minimal tipe D6

 Pembuatan parit pada satu sisi badan jalan jika dianggap perlu,
baik pada MR maupun CR

 Pembentukan badan jalan dengan motor greader. Jalan yang


dibentuk harus cembung pada bagian tengah badan jalan
(camber) agar air tidak tertahan di badan jalan

 Pembuatan tali air pada kiri dan kanan jalan harus dibuat
secara berselang-seling (zig-zag). Jumlah tali air ditentukan
berdasarkan tingkat kelandaian jalan

 Pemadatan badan jalan menggunakan road roller/vibrating


compactor 6 ton
Pembuatan Jalan pada Areal Gambut/Rawa

Dibuat sistem tanggulan dengan membuat parit pada satu sisi


jalan. Tahap pembuatannya :

 Pembuatan desain jalan bersamaan dengan pembuatan blok

 Penentuan sisi badan jalan yang akan dibuat parit harus


ditetapkan satu arah berdasarkan pertimbangan lokasi
rendahan yang dominan agar parit yang terbentuk dapat
mengalirkan air dengan lancar

 Pembuatan jalan dengan cara menggali parit pada satu sisi


jalan menggunakan excavator dan tanah hasil galian
ditimbunkan pada badan jalan. Setelah timbunan tanah
mengering diratakan dengan buldozer dan selanjutnya
dilakukan penimbunan dengan tanah mineral. Badan jalan
dibentuk dengan motor greader dan harus cembung pada
bagian tengah badan jalan (camber) agar air tidak bertahan di
badan jalan

Pembuatan Jalan Kontur

Jalan kontur harus dibangun sebelum pembuatan teras. Hal yang


diperhatikan dalam pembuatan jalan kontur

 Harus memotong teras/kontur

 Badan jalan dibuat miring ke arah tebing

 Gradien (kemiringan sudut) pada umumnya harus 1:30


walaupun masih dimungkinkan 1:15 pada jarak pendek dan 1:8
pada lereng yang lebih curam
b. Tahap Pembuatan Jalan

 Penentuan posisi/letak jalan yang akan dibuat melalui survei

 Pemancangan jalan ditentukan dengan theodolite. Posisi


pancang diletakkan di bagian tepi jalan sebelah luar dinding
bukit

 Pembuatan jalan dengan buldozer dimulai dari bawah


mengarah ke atas. Pancang yang sudah dibuat tidak boleh
tumbang untuk kontrol bahwa jalan telah disesuaikan dengan
desain

c. Penimbunan dan Pengerasan Jalan

Waktu Pelaksanaan

 Perencanaan penimbunan/pengerasan jalan disesuaikan


dengan kebutuhan kebun dengan memperhatikan iklim
setempat sehingga pekerjaan dapat dilakukan bukan pada
musim hujan

 Pengajuan rencana anggaran pekerjaan (RAP) dari kebun ke


CEO harus sudah selesai pada bulan Desember tahun sebelum
berjalan. Data RAP yang harus dipersiapkan terdiri atas peta
jalan yang akan ditimbun/dikeraskan, disertai data panjang,
lebar, tebal penimbunan (MR, CR, dll) serta volume material
yang akan digunakan

Sarana Pekerjaan

 Peralatan & sarana kerja yang diperlukan telah dipersiapkan


dalam kondisi baik
 Jenis sarana pekerjaan : grader, excavator, buldozer, mining
bucket, wheel loader, dump truk, roller/vibrating compactor 6
ton dan lainnya

 Bila pakai kontraktor, harus disiapkan oleh kontraktor sesuai


spesifikasi pekerjaan

Pengadaan Bahan

 Bahan yang dipakai harus diutamakan yang tersedia di lokasi


kebun dan sekitarnya dengan mempertimbangkan jarak
sumber bahan (quari) dengan lokasi penimbunan /pengerasan
jalan.

 Quari harus disurvey untuk menentukan kualitas dan


kecukupan bahan.

d. Jenis jalan perkebunan berdasar keperluan & fungsi :

Jalan Utama (Main Road)

 Adalah jalan yang menghubungkan antara kantor kebun


dengan afdeling, antar afdeling dan jalan akses keluar dari
emplasmen ke luar kebun
 Waktu Pembentukan jalan dan peningkatan badan jalan
(dikeraskan) pada TBM
 Apabila Lebar jalan adalah 8 m, dengan rincian 5 meter badan
jalan, serta 1 x 2 m bahu jalan dan 0,5 x 2 adalah parit jalan
 Apabila Bentuk Lebar jalan = 16 m; Pinggir jalan = 2 m; Parit
jalan = 1x0,6x0,5 m (tergantung kebutuhan); Bahu jalan = 2 m;
Badan jalan ± 6 m
 Dalam pembuatan jalan Utama, tidak ada barisan tanaman
yang hilang.
 Pembuatan jalan dilaksanakan secara mekanis dengan
permukaan jalan cembung serta kiri kana dibuat parit.
 Konstruksi Badan jalan dikeraskan dengan sirtu/batu belah 5/7,
tebal 7 cm. Pelaksanaan pengerasan TBM I = 40%, TBM II = 40%,
TBM III = 20%

Tabel Alat, Bahan dan Norma

No Uraian Norma
Angka Satuan
1 Manual
Pembuatan Parit 10 m/HK
Pembuatan Jalan 5 m/HK
2 Mekanis
Buldozer dan Pengerasan 50 m/JKT
Tanpa Pengerasan 100 M/JKT
Road Greader dgn Pengerasan 50 M/JKT
Tanpa Pengerasan 100 M/JKT
3 Bahan
Batu kali 0,440 M3/M Jln
Batu Belah 5/7 0,462 M3/M Jln
4 Wales
1 x digilas /7jam 300 M
2 x digilas 150 M
Catatan :
Bila jalan berada di pinggir tebing/jurang, parit hanya dibuat sebelah dalam/dinding
jalan, sedangkan pada pinggir jurang dibuat benteng. Pada areal yang
bergelombang/berbukit jalan utama lebih panjang serta sistem konstruksinya
berbeda dengan daerah datar/berombak

Jalan Transport

 Letak Berada di dalam areal tanaman atau jalan yang


menghubungkan areal tanaman ke jalan utama
 Waktu Pembentukan jalan tahun 0 peningkatan badan jalan
pada TBM
 Fungsi Jalan yang menghubungkan antara main road (jalan
utama) dengan collection road (jalan produksi) untuk transport
produksi dari lapangan ke pabrik, Untuk pengangkutan
alat/bahan dari gudang induk ke lapangan areal tanaman,
Memudahkan kontrol
 Konstruksi Badan jalan dikeraskan dengan sirtu/batu belah 5/7,
tebal 7 cm Pelaksanaan pengerasan TBM I = 40%, TBM II = 40%,
TBM III = 20%.
 Bentuk Permukaan badan jalan cembung, kemiringan 2,5-4%.
Lebar jalan 8 m; pinggir jalan 0,90 m; parit jalan 0,6x0,4x0,5 m
(tergantung kebutuhan); bahu jalan 0,50 m ; badan jalan 4 m

Tabel Alat, Bahan dan Norma

No Uraian Norma
Angka Satuan
1 Manual
Pembuatan Parit 10 m/HK
Pembuatan Jalan 5 m/HK
2 Mekanis
Buldozer dan Pengerasan 50 m/JKT
Tanpa Pengerasan 100 M/JKT
Road Greader dgn Pengerasan 50 M/JKT
Tanpa Pengerasan 100 M/JKT
3 Bahan
Batu kali 0,11 M3/M Jln
Batu Belah 5/7 3,31 M3/M Jln
4 Wales
1 x digilas /7jam 300 M
2 x digilas 150 M
Proyeksi naik turun pembuatan jalan harus dilakukan dengan baik
jangan terus menaik secara curam, karena akan mempertinggi
biaya angkutan
Jangan dibuat dengan penggalian tanah asli, jangan sekali-kali
membuat jalan menggunakan tanah timbunan karena akan
menjadi becek dan longsor

Jalan Produksi (Collection Road)

 Letak Merupakan jalan yang terletak dalam blok tanaman dan


berfungsi sebagai tempat pengumpul hasil/produksi yang
dihasilkan dari tanaman di blok
 Waktu Pembentukan jalan pada tahun 0, dan Pengerasan jalan
pada masa TBM

Tabel Alat, Bahan dan Norma

No Uraian Norma
Angka Satuan
1 Manual
Pembuatan Parit 10 m/HK
Pembuatan Jalan 5 m/HK
2 Mekanis
Buldozer dan Pengerasan 50 m/JKT
Tanpa Pengerasan 100 M/JKT
Road Greader dgn Pengerasan 50 M/JKT
Tanpa Pengerasan 150 M/JKT
3 Bahan
Batu Bujang 0,1 M3/M Jln
Batu Belah 5/7 0,31 M3/M Jln
4 Wales
1 x digilas /7jam 300 M
2 x digilas 150 M
 Fungsi Transportasi alat/bahan dari jalan produksi ke areal/
tanaman yang terisolir dan Transportasi hasil produksi (TBS)
dari TPH ke jalan produksi menuju ke jalan utama/pabrik serta
Mempermudah kontrol lapangan
 Konstruksi Badan jalan dikeraskan dengan sirtu/batu belah 5/7,
tebal 7 cm, sedangkan Pelaksanaan pengerasan TBM I 40%,
TBM II 40% dan TBM III 20%
 Bentuk Permukaan badan jalan cembung, kemiringan 2,5-4 %
dengan Lebar jalan 8 m; pinggir jalan 0,90 m; parit jalan
0,6x0,4x0,3 m (tergantung kebutuhan); bahu jalan 0,50 m;
badan jalan 4-5 m

Jalan Blok

 Letak Berada dalam areal sebagai batas dari blok ke blok yang
lain
 Waktu Pembentukan jalan dan pemadatan pada tahun 0

Tabel Alat, Bahan dan Norma

No Uraian Norma
Angka Satuan
1 Manual
Pembuatan Parit 10 m/HK
Pembuatan Jalan 5 m/HK
2 Mekanis
Buldozer dan Pengerasan 50 m/JKT
Tanpa Pengerasan 100 M/JKT
Road Greader dgn Pengerasan 50 M/JKT
Tanpa Pengerasan 100 M/JKT
3 Bahan
Batu Bujang 0,1 M3/M Jln
Batu Belah 5/7 0,25 M3/M Jln
 Fungsi Merupakan batas blok yang satu dengan lainnya juga
Merupakan pembantu jalan distribusi bahan/alat maupun
transportasi produksi serta Mempermudah kontrol lapangan
 Konstruksi Tanah pada badan jalan dipadatkan
 Bentuk Cembung, kemiringan 2,5-4% dengan Lebar jalan 8 m;
pinggir jalan 0,90 m, parit jalan 0,6x0,4x0,3 m tergantung
kebutuhan;bahu jalan 0,50 m; badan jalan 4 m

Jalan Kontrol

 Letak Berada dalam areal tanaman (dalam blok) Arah silang U-S
dan T-B
 Waktu Pembentukan pada saat TBM I semester I
 Fungsi Jalan masuk ke areal bagi pekerja dan juga Sebagai
jalan/ ke dalam areal tanaman serta Mempermudah
inventarisasi kondisi, luas areal dan jumlah tanaman yang
berada dalam blok, Mempermudah kontrol lapangan langsung
sampai ke dalam areal tanaman
 Konstruksi Lebar jalan 2 meter dengan cara Konstruksi
dicangkul/diratakan Kondisi harus terjaga/tetap bersih

Tabel Alat, Bahan dan Norma

No Uraian Norma
Angka Satuan
1 Manual
Pembuatan Parit 50 m/HK
2 Kimia
Tenaga 0,2 HK/Ha
Glyphosate 0,225 Ltr/Ha
2. Jembatan dan Gorong-gorong
 Pembuatan jalan diusahakan melalui bagian sungai yang
tersempit agar kalau harus dibuat jembatan cukup yang kecil
saja

 Sungai kecil dan dangkal cukup dengan gorong-gorong (bus air)

 Untuk 1 tempat gorong-gorong 7 bh, batu 1-2 m3; tenaga 6-10


HK

 Ukuran gorong-gorong besar : panjang 1 m, diameter 1 m kecil :


panjang 1 m, diameter 0,6 m

 Timbunan minimum setebal diameter gorong-gorong, misalnya


gorong-gorong dengan ukuran 60 cm ditimbun dengan tanah
minimal 60 cm

 Jalan dan tanah diatas gorong-gorong harus waterpass

Jenis-jenis jembatan menurut bahannya :

a. Jembatan timbun; jembatan dengan pondasi tanah dan lantai


kayu yang ditimbun tanah.

 Ukuran pondasi (pengerukan tanah) minimum adalah : Lebar


2 m, panjang 6 m, dalam 1,5 m.

 Permukaan pondasi datar dan rata yang dilandasi dengan


susunan kayu bulat.

 Gelagar dari jenis kayu keras dan kuat berbentuk bulat


(gelondongan), dengan spesifikasi minimum adalah : dia. 50
cm dan panjangnya ditambah 4 m dari jarak pondasi.
 Gelagar disusun rapat tanpa ada celah, kemudian ditimbun
tanah dengan ketebalan minimum 50 cm.

b. Jembatan kayu; jembatan dengan pondasi tanah dan lantai


kayu.

 Ukuran pondasi (pengerukan tanah) minimum adalah : Lebar


2 m, panjang 6 m, dalam 1 m.

 Permukaan pondasi datar dan rata yang dilandasi dengan


susunan kayu bulat.

 Gelagar dari jenis kayu keras dan kuat berbentuk bulat


(gelondongan).

 Jumlah kayu gelagar minimum 6 batang dengan susunan


yaitu : 1 batang disusun di kiri dan kanan, 4 batang sisanya
disusun secara berpasangan ditengah.

 Papan lantai dipasang melintang dengan interval 5 cm.

 Di atas lantai dipasang 2 set papan rel (lebar 75 cm) dengan


jarak 75 cm.

 Papan lantai dan rel dari jenis kayu keras dan kuat.

c. Jembatan semi permanen; jembatan dengan pondasi beton


bertulang dan lantai kayu.

 Pondasi dibuat di atas lapisan batu atau tanah keras.

 Ukuran pondasi beton adalah : Panjang 5 m-6 m, lebar atas 1


m, lebar bawah minimum 1,5 m, lebar batu 50 cm, sedang
tinggi tergantung situasi setempat.
 Ukuran sayap pondasi adalah : Panjang minimum 2 m, tinggi
sama dengan pondasi, dan lebar 50 cm-75 cm.

 Permukaan pondasi datar dan rata.

 Gelagar dari jenis kayu keras dan kuat berbentuk persegi.

 Jumlah kayu gelagar minimum 6 batang dengan susunan


yaitu : 1 batang disusun di kiri dan kanan, 4 batang sisanya
disusun secara berpasangan ditengah.

 Papan lantai dipasang melintang dengan interval 5 cm.

 Di atas lantai dipasang 2 set papan rel (lebar 75 cm) dengan


jarak 75 cm.

 Papan lantai dan rel dari jenis kayu keras dan kuat.

 Ukuran loneng adalah : Tinggi 75 cm, lebar 30 cm, dan


panjang 1 m.

d. Jembatan permanen; jembatan dengan pondasi dan lantai


dari beton bertulang (pasangan batu atau cor.

Jembatan Permanen

 Pondasi dibuat di atas lapisan batu atau tanah keras.

 Ukuran pondasi beton adalah : Panjang 5 m-6 m, lebar atas 1


m, lebar bawah minimum 1,5 m, lebar batu 50 cm, sedang
tinggi tergantung situasi setempat.

 Ukuran sayap pondasi adalah : Panjang minimum 2 m, tinggi


sama dengan pondasi, dan lebar 50 cm-75 cm.

 Permukaan pondasi datar dan rata.


 Bahu pondasi dari beton cor bertulang, dengan ketebalan 50
cm.

 Gelagar dari besi H atau beton bertulang, minimal sebanyak


6 batang dengan interval sama.

 Ujung gelagar dikunci kepondasi dengan baut.

 Lantai dicor bertulang dengan lebar bahu (kiri dan kanan) 50


cm, lebar bersih 4 m-5 m dan tebal coran 20 cm.

 Ukuran loneng adalah : Tinggi 75 cm, lebar 30 cm, dan


panjang 1 m.

PROSEDUR KERJA

a. Pembuatan Pondasi Tanah

 Kedua sisi tebing dikeruk dengan excavator sesuai dengan


ukuran yang ditentukan.

 Permukaan pondasi didatarkan dan diratakan dengan excavator.

 Pada bagian dalam pondasi disusun 2-3 batang kayu bulat dia
50 cm sepanjang 6 m sebagai landasan, lalu diikat dengan
kawat beton dia 6 mm.

b. Pembuatan Pondasi Beton

 Pada posisi dimana pondasi akan dibangun, digali tanahnya


dengan excavator sampai ketemu lapisan batu atau lapisan
tanah keras.

 Pada kedua bagian ujungnya, tebing sungai dikeruk dengan


excavator secara menyorong sejauh 2 m dengan lebar 50 cm.
 Di atas dasar galian tanah, dibangun pasangan batu pondasi
dan sayap pondasi secara bertahap selapis demi selapis,
dimana antara pondasi dan sayap pondasi harus dipasang
secara serentak sehingga pasangan batunya kompak dan
menyatu.

 Pada bagian atas, bahu pondasi dibuat dari beton cor bertulang
selebar 45 cm dan tebal 50 cm dimana pengecoran dilakukan
beramaan dan tidak boleh berhenti sampai pengecoran selesai
dilaksanakan.

c. Pemasangan Lantai Tanah (Jembatan Timbun)

 Kayu gelagar bulat disusun rapat membentang diantara kedua


pondasi, dimana kedua ujung gelagar diletakan di atas kayu
landasan pada kedua pondasi dengan menggunakan excavator.

 Diantara kedua tepi pondasi diletakan masing-masing sebatang


kayu gelagar lagi yang berfungsi untuk menahan tanah
timbunan agar tidak longsor.

 Disela-sela kayu gelagar diletakan kayu bulat kecil untuk


menutup celah diantar kayu gelagar.

 Di atas kayu gelagar tadi ditutupi plastik tebal yang berfungsi


untuk mencegah timbunan tanah agar tidak lolos ke bawah.

 Di atas lapisan plastik ditimbun tanah dengan ketebalan


minimum 50 cm. Tanah yang digunakan adalah tanah dengan
kandungan pasir yang rendah agar tidak mudah hanyut
sewaktu hujan.
d. Pemasangan Lantai Kayu (Jembatan Semi Permanen)

Semi permanen

 Gelagar besi H atau gelagar beton sebanyak 6-8 batang disusun


dengan interval sama membentang diantara kedua pondasi
dengan bantuan excavator.

 Kedua ujung gelagar dikunci kepondasi dengan baut atau


semen.

 Celah diantara gelagar ditutup dengan papan yang disangga


dengan tiang-tiang, lalu di atasnya ditutup dengan palstik agar
adukan semen nantinya tidak bocor.

 Di atas gelagar dan papan yang sudah ditutup dengan plastik


diletakan kerangka besi beton dengan ketebalan 15 cm.

 Di atas gelagar yang sudah diberi kerangka besi dituang adukan


semen, pasir dan kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3 setebal
20 cm. Pengecoran harus diselesaikan sekali jadi dan tidak
boleh berhenti sampai semuanya selesai.

 Pada kedua sisi pondasi dipasang loneng beton (dari pasangan


batu) dengan tinggi 75 cm, tebal 30 cm dan panjang 1 m.
Diantara kedua loneng di sebelah kiri - kanan jembatan
dipasang pipa besi dia 2,5 inci sebanyak 2-3 batang.

 Loneng dan bagian luar pondasi diaci dan diplester dengan rapi.

 Bagian dalam pondasi ditimbun dengan tanah sampai rata


dengan permukaan jalan.
e. Pemasangan Lantai Beton (Jembatan Permanen)

 Gelagar besi H atau gelagar beton sebanyak 6-8 batang disusun


dengan interval sama membentang diantara kedua pondasi
dengan bantuan excavator.

 Kedua ujung gelagar dikunci kepondasi dengan baut atau


semen.

 Celah diantara gelagar ditutup dengan papan yang disangga


dengan tiang-tiang, lalu di atasnya ditutup dengan palstik agar
adukan semen nantinya tidak bocor.

 Di atas gelagar dan papan yang sudah ditutup dengan plastik


diletakan kerangka besi beton dengan ketebalan 15 cm.

 Di atas gelagar yang sudah diberi kerangka besi dituang adukan


semen, pasir dan kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3 setebal
20 cm. Pengecoran harus diselesaikan sekali jadi dan tidak
boleh berhenti sampai semuanya selesai.

 Pada kedua sisi masing-masing pondasi dipasang loneng beton


(dari pasangan batu) dengan tinggi 75 cm, tebal 30 cm dan
panjang 1 m. Diantara kedua loneng di sebelah kiri dan kanan
jembatan dipasang pipa besi dia 2,5 inci sebanyak 2-3 batang.

 Loneng dan bagian luar pondasi diaci dan diplester dengan rapi.

 Bagian dalam pondasi ditimbun dengan tanah sampai rata


dengan permukaan jalan
Tabel Panjang Jembatan & Diameter Gelagar Kayu

Panjang Diameter Ukuran


No. Jembatan Gelagar Kayu Bulat Gelagar Kayu Persegi
(m) (cm) (cm)

1. < 3,0 40 25 x 20
2. 3,0-4,5 m 50 30 x 25
3. 4,5-6,0 m 60 40 x 30

Tabel Panjang Jembatan & Diameter Gelagar Jembatan Semi


Permanen dan Jembatan Permanen
No. Panjang Jembatan Ukuran Ukuran
(m) Gelagar Besi (cm) Gelagar Beton (cm)

1. < 3,0 22,5 x 9,5 25 x 20


2. 3,0-4,5 m 25,0x 12,5 30 x 25
3. 4,5-6,0 m 30,0 x 15,0 40 x 30
4. >6m 40,0 x 20,0 50 x 30

3. Parit Drainase

Kebutuhan drainase bergantung pada topografi dan jenis tanah.


Daerah yang bergelombang memerlukan sedikit drainase, sedangkan
daerah rendahan dan daerah bertekstur liat dekat sungai
membutuhkan drainase yang lebih banyak.
Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan drainase adalah
menentukan lokasi outlet dari areal dan meluruskan parit alam
sehingga aliran air akan mengikuti kemiringan areal. Dalam membuat
perencanaan sistem drainase, harus dipertimbangkan agar areal
gambut tidak mengalami overdrain yang dapat mengakibatkan lapisan
gambut menyusut dengan cepat dan lapisan atas mengalami
pengeringan yang berlebihan yang tidak dapat dikembalikan
(irreversible).
Pada areal dengan lapisan parit, harus diketahui kedalamannya supaya
senantiasa berada dibawah level air yang perlu dipertahankan yakni 60
- 70 Cm di bawah permukaan tanah untuk menghindari pyrit teroxidasi
menjadi sulfat masam dan meningkatkan kemasaman tanah. Untuk
kedua areal, sistem drainase dan water management (pengelolaan air)
adalah prioritas utama, bila melakukan usaha kebun kelapa sawit di
antara areal tersebut.

Tabel Jenis Jenis Parit

No Jenis Parit Keterangan Ukuran


1 Otlet Drain Parit yang mengumpulkan air dari 6x6x4
main drain dan mengalirkannya ke
sungai
2 Main Drain Parit yang mengumpulkan air dari 4x4x3
collection drain dibuat disepanjang
MR
3 Colection Parit yang mengumpulkan air dari 3x3x2
Drain field drain dibuat di sepanjang CR
4 Field Drain Parit yang mengalirkan air dari 1 x 1 x 0,5
dalam blok ke colletion drain
5 Foothil Drain dibuat pada lahan yang berbukit,
dan dibuat mengelilingi kaki bukit
jika memungkinkan, hal ini berguna
untuk mencegah air hujan dari
bukit meresap terlalu lama/lambat
di tanah pada lahan yang lebih
rendah yang menuju collection
drain
6 Ring Drain Parit yang dibuat untuk
mengalirkan air sejajar dengan
benteng sebagai pencegah banjir,
yang mana tanahnya telah
digunakan untuk membuat bund
(benteng).
Tabel Ukuran Parit Drainase
Jenis Parit Lebar Atas Lebar Dasar Kedalaman Standard Pembuatan

(m) (m) (m) Manual Mekanis

Primer 3,5-5,0 2,0-3,0 1,5-2,0 2-2,5 m/HK 20-40 m/JKT

Sekunder 2,2-2,7 1,0-1,2 1,2-1,5 3-4 m/HK 40-60 m/JKT

Tersier 1,3-1,7 0,5-0,7 0,8-1,0 4-6 m/HK 60-70 m/JKT

Kuarter 0,8-1,0 0,3-0,4 0,5-0,6 8-10 m/HK 80-100 m/JKT

Cara membuat parit

 Membuat pancang dari hulu ke hilir

 Manual : tanah digali dengan cangkul atau sekop

 Mekanis : dengan excavator

 Arah penggalian dari hilir ke hulu

 Tanah galian dibuang ke kiri dan kanan parit untuk kaki lima

 Tempat pertemuan parit/Junction harus membelok ke arah


aliran air

4. Polongan (Gorong-Gorong)

Polongan (gorong-gorong) adalah bangunan berbentuk bulat atau


persegi yang ditengahnya bolong dengan dinding rata, yang disusun
atau diletakan atau dipasang di dalam parit yang lebarnya kurang dari
2,5 m. Polongan berfungsi untuk menghubungkan jalan yang terputus
oleh parit.
Jenis polongan (gorong-gorong) menurut bahannya :

 Polongan kayu; Polongan yang dibuat dari kayu bulat


(glondongan) yang di tengahnya bolong.

 Polongan baja; Polongan yang dibuat dari pipa logam dan tidak
bersambung.

 Polongan beton bulat; Polongan yang dibuat dari beton


bertulang berbentuk cincin dan bersambung.

 Polongan beton bersegi; Polongan yang dibuat dari beton


bertulang berbentuk persegi dan tidak bersambung.

a. Norma Teknis

Polongan Kayu dan Polongan Baja

 Polongan harus lebih panjang 3 m dari lebar jalan yang akan


dibuat polongan.

 Dasar lobang polongan rata dengan dasar parit.

 Tebal tanah timbunan minimum 50 cm dari atas polongan.

 Tanah timbunan harus padat dan rata atau sedikit lebih tinggi
dari permukaan jalan.

 Pada kedua sisi jalan dipasang penahan tanah.

Polongan Beton Bulat

 Lebar parit yang akan diberi polongan beton bulat maksimal 1,5
m
 Galian harus lurus, berpenampang trapesium, lebar dasar sama
dengan diameter polongan, dan dasar galian harus rata dengan
dasar parit.

 Polongan harus disusun lurus dan rapat, sambungannya harus


disemen.

 Susunan polongan lebih panjang 2 m dari lebar jalan yang akan


dibuat polongan.

 Pada kedua ujung polongan dipasang loneng dan sayap beton


setinggi minimum 0,2 m lebih tinggi dari permukaan jalan.

 Tebal timbunan minimal sama dengan diameter polongan.

 Timbunan dasar sampai 15 cm di atas polngan terdiri dari


campuran tanah liat dank oral.

 Timbunan harus padat dan rata atau sedikit lebih tinggi dari
permukaan jalan.

Polongan Beton Persegi (Box Culvert)

 Lebar parit yang akan diberi polongan beton persegi antara 1,5
m-2,5 m

 Dinding dan tutup polongan dibuat dari beton bertulang tebal


20 cm.

 Dinding polongan harus dibuat di atas lapisan batu di dasar


parit.

 Lebar polongan disesuaikan dengan lebar parit, tinggi polongan


50 cm di bawah permukaan jalan.

 Panjang polongan dilebihkan 2 m dari lebar jalan.


 Pada kedua ujung polongan dipasang loneng dan sayap beton
setinggi minimal 20 cm lebih tinggi dari permukaan jalan,
panjang sayap minimal 2 m dan masuk ketebing parit.

 Timbunan tanah minimal setebal 50 cm, harus padat dan rata


atau sedikit lebih tinggi dari permukaan jalan.

b. Prosedur Kerja

Pasang Polongan Kayu

 Digali dan dibersihkan parit memotong jalan dengan bentuk


rata dan lurus serta lebarnya sama dengan diameter polongan
kayu yang akan dipasang.

 Polongan kayu diletakan di dalam parit yang telah digali.

 Pada kedua ujung polongan disisi kiri-kanan serta di atas


polongan dipasang penahan timbunan tanah dari susunan
karung yang berisi pasir sampai setinggi 0,5 m dari atas
polongan.

 Selanjutnya dilakukan penimbunan dengan tanah kering.


Penimbunan dilakukan selapis demi selapis yang setiap lapisnya
langsung dipadatkan sampai mencapai tebal timbunan
minimum 50 cm dari atas polongan atau sampai rata dengan
permukaan jalan.

Pasang Polongan Baja

 Digali dan dibersihkan parit memotong jalan dengan bentuk


rata dan lurus serta lebarnya sama dengan diameter polongan
baja yang akan dipasang.
 Polongan baja dengan panjang lebih 3 m dari pada lebar jalan
diletakan di dalam parit yang telah digali.

 Pada kedua ujung polongan disisi kiri-kanan serta di atas


polongan dipasang penahan timbunan tanah dari susunan
karung yang berisi pasir sampai setinggi 50 cm dari atas
polongan.

 Selanjutnya dilakukan penimbunan dengan tanah kering.


Penimbunan dilakukan selapis demi selapis yang setiap lapisnya
langsung dipadatkan sampai mencapai tebal timbunan
minimum 50 cm dari atas polongan atau sampai rata dengan
permukaan jalan. Bila tanah timbunan lebih tinggi dari
permukaan jalan, maka + 5 m di kiri dan kanannya juga
ditimbun secara melandai.

Pasang Polongan Beton Bulat

 Digali dan dibentuk parit berpenampang trapesium dengan


lebar dasar sama dengan lebar polongan yang akan dipasang
dan dasarnya rata dengan dasar parit.

 Dasar parit diluruskan dan diratakan, lalu dialas dengan 2


batang kayu ukuran 8 x 25 x 600 cm dengan jarak 25 cm
sebagai landasan.

 Di atas kayu landasan diletakan dan disusun 6-8 buah polongan


beton bulat dengan rapat dan lurus.

 Sambungan polongan diberi adukan semen secukupnya.

 Pada kedua ujung polongan dibuat loneng dan sayap beton


berupa pasangan batu, dimana tinggi loneng dan sayap 20 cm
di atas permukaan jalan dan lebar sayap minimum 2 m masuk
kedalam tebing parit.

 Pada bagian samping dan bawah polongan ditimbun sampai


padat dengan campuran koral dan tanah liat, demikian juga
pada bagian atas polongan sampai setinggi 15 cm dari polongan.

 Penimbunan dilanjutkan dengan tanah kering biasa selapis


demi selapis yang langsung dipadatkan setiap lapisnya sampai
timbunan rata dengan permukaan jalan atau minimum tebal
timbunan sama dengan diameter polongan.

 Apabila tanah timbunan lebih tinggi dari permukaan jalan,


maka + 5 m di kiri dan kanannya juga ditimbun secara melandai.

Pasang Polongan Beton Persegi

 Tebing parit diratakan sehingga tegak lurus, dan pada kedua


tepi parit digali dasar paritnya sedalam mungkin sampai
kelapisan batu dengan lebar 25 cm dan panjang 6 m.
Selanjutnya juga digali dasar untuk sayap dinding sepanjang
minimal 2 m dan masuk secara menyorong kedinding parit.

 Dibuat kerangka besi beton untuk tulang dinding dan sayap


polongan, lalu dipasang papan mal dinding dan sayap pada
kedua tepi parit, selanjutnya kedalam mal dimasukan kerangka
besi beton, dan terakhir dilakukan pengecoran dinding dan
sayap polongan dengan campuran semen + pasir + kerikil
dengan rasio 1 : 2 : 3. Tinggi dinding dibuat 1 m di atas dasar
parit dengan ketebalan 20 cm. Pada tahap awal ini sayap juga
dicor tetapi hanya setinggi 1 m dari dasar sungai dengan
ketebalan 20 cm, namun tulangnya dibuat 1,70 m.
 Dibuat kerangka besi beton untuk tulang tutup polongan, lalu
dipasang papan mal dan penyangganya diantara kedua belah
dinding. Selanjutnya di atas mal ini diletakan kerangka besi
beton dan terakhir dilakukan pengecoran dengan adukan
semen + pasir + kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3. Ketebalan
tutup polongan 20 cm, panjangnya tergantung lebar jalan
ditambah 2 m, dan lebarnya tergantung lebar parit (maksimal
2,5 m). Kerangka besi beton dinding harus diikat dan
disambungkan dengan kerangka besi tutup polongan.

 Dibuat kerangka besi beton untuk tulang loneng, lalu dirangkai


dan diikat dengan kerangka besi beton tutup dan sayap
polongan, selanjutnya dipasang papan mal untuk loneng dan
sayap bagian atas, dan terakhir dilakukan pengecoran loneng
dan kelanjutan sayap polongan dengan adukan semen + pasir +
kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3. Ketebalan loneng dan
sayap 20 cm, tinggi loneng 70 cm di atas tutup polongan dan
sama tinggi dengan sayap.

 Setelah 2 minggu kemudian, semua mal dibuka lalu polongan


ditimbun selapis demi selapis dengan tanah kering, dimana
setiap lapisan timbunan langsung dipadatkan sampai tebal
timbunan 50 cm atau sama rata dengan jalan. Jika terpaksa
tinggi tanah timbunan lebih tinggi dari permukaan jalan (untuk
mendapatkan ketebalan minimum 50 cm), maka + 5 m di kiri
dan kanan jalan juga dilakukan penimbunan tambahan secara
melandai.

 Bahan mal dari kayu kasau (5 x 7 x 400 cm) dan papan ( 2 x 25 x


400 cm), sedangkan besi beton yang digunakan dia. 12 mm.
Pembukaan Areal Perkebunan Kelapa Sawit
Pembukaan lahan atau land clearing adalah pembukaan lahan untuk
keperluan lainnya seperti perkebunan, transmigrasi, pertanian dan lain
sebagainya. Pembukaan lahan merupakan komponen biaya inventasi
disamping pembibitan yang telah dibicarakan. Tahapan-tahapan
pekerjaan sudah tertentu sehingga jadwal kerja harus harus
dilaksanakanb secara konsekwen. Keterlambatan suatu pekerjaan
diselesaikan akan berlarut pada pekerjaan lain sehingga akan
menambah biaya. Tantangan yang dihadapi cukup banyak misalnya
alam (gangguan cuaca, hewan liar, dan lain-lain), biaya yang harus
berkesinambungan, sumber daya manusia yang harus tersedia serta
alat-alat beserta suku cadangnya.

Tahapan- tahapan pekerjaan ini adalah :

• Perencanaan luas kebun dan jadwal pembangunannya.


• Rintisan dan rencana pemborong pekerjaan.
• Sistim pembukaan lahan yang dipakai.
• Persiapan penanaman, parit, drainase, pengawetan tanah,
penanaman kacangan.
• Penanaman.

Pengukuran batas Areal

1. Pengukuran dimulai dengan penentuan batas areal, setelah itu


dibuat rintisan untuk jalur pengukuran dan pemasangan patok.

2. Patok yang dicat putih dipasang setiap jarak 25 m dan patok


merah dipasang di setiap sudut batas areal.

3. Tinggi patok harus minimum 1 meter dari permukaan tanah.

Perencanaan kebun dan jadwal pembangunan.

Dari studi kelayakan harus sudah jelas perencanaan luas kebun yang
akan dibangun serta tata ruangnya. Disini harus ada tergambar
misalnya :

 Lokasi pemukiman untuk satuan luas tertentu misalnya 800 ha


untuk 1 afdeling. Lokasi ini harus dekat dengan sumber air
minum dan letaknya terpusat dari areal.

 Batas areal dari kebun maupun riap afdeling.

 Jaringan jalan terutama untuk jalan penghubung (masuk dan


keluar lokasi) atau jalan utama, jalan produksi, dan lain-lain.

 Lokasi pembibitan.

 Lokasi pabrik dan kantor pusat kebun.


Luas satu kebun biasanya disesuaikan dengan kapasitas akhir pabrik
yang akan dibangun. Satu unit pabrik yang berkapasitas 30 - 45 ton
tandan TBS/jam akan dapat disuplai oleh tanaman yang luasnya 6.000
HA dan yang berkapasitas 60 ton tandan/jam membutuhkan areal
seluas 11.000-12.000 HA. Satu kebun dibagi dalam beberapa afdeling
atau bagian yang luasnya 600-800 ha tergantung kondisi areal dan tiap
afdeling akan terdiri dari blok tanam yang luasnya 16 ha, 25 ha, atau
30 ha tergantung kondisi areal.

Blok ini sangat penting sebagai satuan luas administrasi dan semua
pekerjaan akan diperhitungkan dalam blok demi blok. Untuk areal rata
atau berombak tentu akan mudah membagi blok tersebut tetapi untuk
kondisi bergelombang atau berbukit akan memiliki blok yang lebih
kecil dan tidak jarang sebagai batas blok dipakai batas alam seperti
sungai, jalan dan lain –lain.

Jadwal atau perencanaan juga harus sudah dibuat karena banyak


pekerjaan atau hal-hal tertentu yang harus dilaksanakan atau dipesan
beberapa bulan sebelumnya. Pemesanan kecambah (bibit) harus
dilakukan 3-6 bulan sebelum pembibitan dimulai, dan pembibitan
harus sudah dimulai 1 tahun sebelum penanaman dilapangan.

Demikian pula dengan pemesanan alat-alat berat, intansi penyiraman,


pencarian tenaga kerja, penyelesaaian ganti rugi, menghubungi calon
pemborong dan lain-lain. Jadwal pembibitan dibuat tersendiri dan
jadwal pembukaan lahan dan penanaman tersediri pula.

Mengingat sebagian pekerjaan akan menghadapi tantangan alam maka


pekerjaan tersebut harus pula disesuaikan dengan keadaan yang bakal
terjadi. Jadwal kerja ini tergantung pada kondisi setempat dan
hendaknya disesuaikan dengan keadaan iklim, sarana tenaga kerja, dan
dana yang tersedia.
LAND CLEARING

1. Manual

Terutama tenaga manusia, alat-alat sederhana, pemakaian tenaga


sangat banyak

2. Mekanis

Menggunakan alat-alat pertanian seperti traktor, buldozer. Cara ini


digunakan pada areal yang rata (kemiringan 0-8%). Pekerjaan dapat
dilakukan lebih cepat. Satuan penggunaan alat berat dalam JKT (jam
kerja traktor)

3. Chemis

Peracunan pohon atau penyemprotan dengan bahan kimia tertentu


(untuk lalang). Pada daerah curah hujan tinggi kurang efektif.
Dibutuhkan air untuk pelarut herbisida.

Pilihan : Tergantung pada keadaan lapangan, ketersediaan tenaga kerja,


dana, alat-alat serta jadwal waktu penanaman yang ditargetkan. Dalam
pelaksanaannya dapat menggunakan cara kombinasi.

Larangan : Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1995 tidak membenarkan


melakukan pembakaran untuk tujuan pembukaan lahan

TAHAP PEKERJAAN

1. Membabat/Imas

Sebelum melaksanakan pekerjaan imas, maka pekerjaan babat


pendahuluan dilakukan mendahului pengimasan. Semak belukar dan
pohon kecil yang tumbuh dibawah pohon perlu dibabat. Pekerjaan ini
membutuhkan 5 sampai 6 orang/HA.
Pekerjaan Imas ini adalah pemotongan semak dan pohon kecil yang
berdiameter 10 cm ditebas atau dipotong dengan parang atau kapak
untuk mempermudah penumbangan pohon besar.

 Memotong anak kayu yang berdiameter < 10 cm

 Menggunakan parang dan kampak

 Pemotongan anak kayu harus putus dan diusahakan serendah


mungkin atau dekat dengan tanah

 Tujuan untuk memudahkan penumbangan pohon dan


pelaksanaan perun mekanis Areal semak belukar tidak perlu
diimas, langsung dilakukan perun mekanis

2. Menumbang

Menumbang adalah kegiatan menebang/ menumbang pohon dengan


gergaji (chain saw) atau kapak, pohon yang berdiameter 10 cm
ditebang. Tinggi penebangan diukur dari tanah tergantung pada
diameternya. Ketentuan yang berlaku biasanya
• Menumbang pohon yang berdiameter > 10 cm secara teratur

• Tinggi penebangan/sisa tunggul dari permukaan tanah :

Ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam penumbangan

Diameter Ditebang dari permukaan tanah maks.

Diameter Ditebang dari permukaan tanah maks.

> 10-15 cm 15 cm (serapat mungkin dengan tanah)

16-30 cm 25 cm

31-75 cm 50 cm

76-150 cm 100 cm

> 150 cm Ditebang pada batas antara akar penguat


dengan batang utama

 Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang di atas alur air


dan jalan

 Harus dilakukan secara tuntas sehingga tidak ada pohon yang


setengah tumbang maupun pohon yang ditumbuhi oleh
tanaman menjalar

 Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu


ditumbang sampai pada waktu dilakukan perumpukan (perun
mekanis)

 Penumbangan di lahan gambut dilakukan setelah minimum 6


bulan selesai pembuatan outlet dan main drain serta telah
terjadi penurunan permukaan tanah.
3. Merencek

Kegiatan merencek adalah memotong cabang dan ranting kayu yang


sudah ditumbang dipotong-potong untuk mempermudah perumpukan.

• Memotong batang, cabang dan ranting

• Pedoman panjang potongan kayu

Diameter (cm) Panjang Potongan (m)

10 - 30 1,5-3

30 - 75 2-4

> 75 4-5

4. Merumpuk

Kegiatan merumpuk adalah pelaksanaan pengumpulan atau menata


cabang dan ranting yang telah dipotong dikumpulkan dari kayu yang
lebih besar. Perumpukan dibuat memanjang Utara-Selatan agar dapat
diterpa panas matahari dan cepat kering, jarak antar rumpukan dibuat
50-100 meter tergantung kerapatan pohon yang ditumbang dan
keadaan areal.

• Mengumpulkan batang dan cabang-cabang yang telah dipotong


menjadi barisan yang teratur

• Potongan cabang-cabang disusun di atas potongan batang yang


besar

• Jarak antar rumpukan 50-100 m


Mekanismenya

1. Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan


batang dan berada di gawangan mati

2. Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya


mudah dilihat oleh operator alat berat. Setiap jarak ± 50 m
diberikan pancang pembantu sehingga terdapat 6-8 pancang
pembantu dalam jaluran

3. Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma/KKPA) dibuat tanda


tidak boleh dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan
kontrol dengan lebar ± 4 m.

4. Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan


pengumpulan atau perumpukan kayu diatur dalam gawangan
mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon sawit dan harus
diletakkan rata di permukaan tanah

5. Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau


buldozer, posisi pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah
dan/atau pisau dipasang gigi.

5. Membersihkan areal

Membersihkan sisa-sisa potongan untuk dikumpulkan di jalur


rumpukan secara sistem mekanis, Perun dengan menggunakan
buldozer dan/atau excavator merupakan kegiatan merumpuk kayu
hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris
tanaman dengan arah Timur-Barat
6. Perun mekanis

• Perun dengan menggunakan buldozer dan/atau excavator


merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan
pada gawangan mati sejajar baris tanaman dengan arah Timur-Barat

• Jenis alat berat untuk perun mekanis

Jenis Alat Vegetasi Topografi Posisi Kerapatan kayu

Jenis Alat Vegetasi Topografi Posisi Kerapatan kayu


Buldozer Hutan sekunder, Gelombang, darat, 4:1 Sedang–rendah
semak belukar datar
Buldozer Hutan primer Datar, gelombang 2:1 Tinggi–sedang
Buldozer Hutan primer, Bukit, gelombang Antar teras Tinggi–rendah
dan sekunder, semak
Excavator belukar
Excavator Hutan primer, Rendahan, gambut 2:1 Tinggi–rendah
sekunder, semak
belukar

Pancang jalur rumpukan


 Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan
batang dan berada di gawangan mati

 Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya


mudah dilihat oleh operator alat berat. Setiap jarak ± 50 m
diberikan pancang pembantu sehingga terdapat 6-8 pancang
pembantu dalam jaluran

 Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma/KKPA) dibuat tanda


tidak boleh dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan
kontrol dengan lebar ± 4 m.
Pelaksanaan perun mekanis

 Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan


pengumpulan atau perumpukan kayu diatur dalam gawangan
mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon sawit dan harus
diletakkan rata di permukaan tanah
 Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau
buldozer, posisi pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah
dan/atau pisau dipasang gigi.

7. Cincang Jalur

Kegiatan yang dilakukan pada areal datar

 Membebaskan jalur tanam dan titik tanam dari kayu dengan


memotong kayu yang masih melintang pada jalur tanam dan
disusun di jalur rumpukan
 Membuat jalur rintis tengah untuk jalan kontrol selebar 4 m
arah utara selatan harus bebas dari kayu
 Menentukan jumlah rumpukan jalur ditetapkan :

- Pada areal dengan vegetasi padat penentuan ratio rumpukan 1:2

- Pada areal dengan vegetasi sedang sampai ringan ratio rumpukan 1:4

- Lebar rumpukan ± 3 m dengan ketinggian maksimal 2 m

Kegiatan yang dilakukan pada areal berbukit

 Penempatan rumpukan dilakukan mengikuti areal kontur dan


kayu-kayu yang melintang pada jalur kontur tanaman harus
dipotong dan disusun di jalur rumpukan

 Untuk areal rendahan, penentuan rumpukan diserahkan


kepada kebijakan manajemen
PERHITUNGAN WAKTU

Waktu untuk pembukaan lahan 3.000-5.000 ha :

Kegiatan Waktu
Survey/mengukur areal ± 1 bulan
Babat/imas 2-3 bulan
Menumbang 2-3 bulan
Merencek dan merumpuk 1-2 bulan
Membersihkan areal 2-3 bulan
Pemberantasan lalang 2-3 bulan
Jalan + saluran air 2-3 bulan
Penanaman kacangan 1-2 bulan
Memancang ± 2 bulan
Teras, benteng 2-3 bulan
Melubang ± 2 bulan

PERHITUNGAN KEBUTUHAN TRAKTOR

Kapasitas traktor dengan beberapa implement

Jenis Implementasi LP K E Kaps JKT


Pekerjaan (Inchi) (m) (Km/Jam) (%) (Ha) (Ha)
Membabat JD 307 1,8 4,0 70 0,50 2,00
Membajak I JD SA 234, 4 Plow 28 1,0 5,0 70 0,35 2,86
Membajak II JD SA 234, 4 Plow 28 1,0 5,0 80 0,40 2,50
Menggaru I JD Integral disc harrow 9,5 2,8 5,0 80 1,12 2,89
Menggaru II JD Integral disc harrow 9,5 2,8 5,0 80 1,12 0,8
Keterangan : LP = Lebar Potongan, K = Kecepatan, E = Efisiensi
Kaps = Kapasitas, JKT = Jam Kerja Traktor
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)
Kebutuhan traktor berdasarkan kapasitas tersebut diatas perlu
dihitung sesuai dengan luas areal yang akan dibuka dan jumlah waktu
yang tersedia

PEDOMAN PELAKSANAAN

1. Hutan Primer

• Cara yang digunakan : Manual atau mekanis


• Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan primer :

Uraian Manual Mekanis


Alat HK (HK/ha) Alat HK/JKT
Babat/Imas Parang panjang 20-25 Parang 20-25 HK
Menumbang Gergaji rantai, + 30-60 Buldozer 10-14 JKT
kampak
Merencek Parang + kampak, 40-50 Gergaji rantai 40-50 HK
gergaji
Merumpuk - 10-15 Buldozer 7-9 JKT
Membersihkan jalur Cangkul 20 Buldozer 8 JKT
Jumlah 120-160 HK (60-75 HK) + (25-32 JKT)
JKT : Jam Kerja Traktor
HK : Hari Kerja Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)

2. Hutan Sekunder

• Cara yang digunakan : Manual atau mekanis


• Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan Sekunder :

Uraian Manual Mekanis


Alat HK (HK/ha) Alat HK/JKT
Babat/Imas Parang 15-20 Parang 15-20 HK
Menumbang Gergaji rantai 25-35 Buldozer 8-12 JKT
Merencek Parang + gergaji 20-30 Gergaji rantai 20-30
Merumpuk - 10-12 Buldozer 4-6 JKT
Bersihkan Areal Cangkul 15-20 Buldozer 6 JKT
Jumlah 85 - 117 HK (35-55 HK) + (18-24 JKT)
3. Semak Belukar

• Cara yang digunakan : Manual atau mekanis

• Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan semak belukar :

Uraian Manual Mekanis


Alat HK (HK/ha) Alat HK/JKT
Babat/Imas Parang 20-25 Parang 15-20 HK
Merencek Parang + gergaji 15-20 Parang 15-20 HK
Merumpuk - 10-15 - -
Bersihkan Areal/Jalur Cangkul 20 Buldozer 4-6 JKT
Jumlah 65-80 HK (30-40 HK) + (4-6 JKT)
JKT : Jam Kerja Traktor
HK : Hari Kerja Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)

Catatan Lainnya :

Ketentuan pemerintah UU no 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan


Hidup sesuai pasal 108 berbunyi : Setiap orang yang melakukan
pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)
huruf h, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun
dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Blocking Area Perkebunan Kelapa Sawit
Pengukuran lahan adalah pelaksanaan pekerjaan pengukuran untuk
mengetahui luas dan batas batas lahan yang berseberangan yang
mengacu pada ketentuan teknis pengukuran tanah untuk
mendapatkan detail planimetris (X,Y) dan tinggi (h) yang dapat
memenuhi persyaratan Geometrisnya.

Pembangunan kebun kelapa sawit pada intinya adalah pembuatan


petak petak lahan kerja berupa blok untuk ditanami benih dan bibit
kelapa sawit, blok adalah manajemen terkecil dari suatu kebun, yang
kemudian secara kolektif membentuk afdeling atau divisi, dan
beberapa afdeling atau divisi menjadi estate. Pembuatan blok blok
tanam banyak ditentukan dari bentuk kontur dan topografi lahan/areal,
dan harus memenuhi beberapa kaidah antara lain :

Batasan/Pengertian Blok Pembuatan Batas areal/lahan dan rancangan


blok (bloking areal) utamanya pada bidang perkebunan perlu
dilaksanakan sebagai dasar untuk penyusunan rencana kerja, yaitu
meliputi sistem kerja (perencanaan dan pengorganisasian),
menentukan kebutuhan alat/tenaga kerja, dan menentukan
kebutuhan biaya. Oleh karena itu, pembangunan fisik kebun dalam
bentuk apapun belum dapat dilaksanakan sebelum pekerjaan bloking
(termasuk survei lahan) diselesaikan, kegiatan bloking areal ini juga
berguna bagi masyarakat pemilik lahan yang inclave atau penyerahan
dalam menentukan kepemilikan masing-masing lahan sebelum
diserahkan ke perusahaan. Pekerjaan bloking areal kedepannya selain
mengukur blok-blok tanaman dalam satuan terkecil misalnya 25 Ha, 30
Ha maupun penentuan blok yang sesuai dengan kontur.

Survey Pendahuluan

Mempersiapkan Peralatan dan Peta Kerja berikut informasi terkait


areal yang akan di survey/dilacak batasnya.

 Mempersiapkan peta kerja perlu dilakukan agar pada saat


pelaksanaan tidak terjadi overlaping areal karena akurasi
informasi yang tidak tepat

 Peta yang digunakan adalah peta standard yang dikeluarkan


oleh instansi yang berwenang misalnya : Dinas Kehutanan dan
perkebunan; Badan Pertanahan Nasional; Peta RTRWK/RWP;
Peta RBI dan lain sebagainya

Peralatan Survey antara lain :

 Untuk merintis : parang

 Untuk pengukuran : Kompas, Altimeter (mengukur ketinggian


mdpl), GPS, Kamera, Pita ukur (meter gulung), peta dasar BPN
(Ijin Lokasi), peta kontur Bakosurtanal), Hard Cover, Kertas,Alat
tulis, Cat (water resist), dll.
 Untuk Pemasangan Patok : Kayu ukuran 10 x 10 x 200 cm, palu,
cat putih, cat merah dan cat biru.

 Untuk pembuatan peta : Komputer, Software GIS, Ploter, PC


GPS

Menetapkan langkah-langkah teknis survey pelacakan batas

Dalam pelaksanaan Survey langkah langkah teknis perlu ditentukan


agar sistematika dan pelaporan hasil survey yang akan di ambil pada
obyek survey punya BUKTI dan HISTORIS untuk di dokumentasikan
antara lain :

 Koordinat titik rujukan (Geodetic, UTM/UPS/TM3)

 Kode titik patok/pancang (merah, putih)

 Kelerengan/Topografi

 Jenis vegetasi

 Jalan, Sungai dan Rawa (Bentang/Garis Alam)

 Ketinggian tempat

 Lain-Lain (Hutan Larangan, Kuburan, Pohon Sialang, dll)

Persiapan bentuk pelaporan hasil survey

 Sistimatika pelaporan mengikuti standardisasi yang telah


ditentukan dengan blanko/taly sheet yang telah disediakan
seperti :

 Rencana kerja harian

 Rencana Kerja Bulanan


 Check List Survey Lahan Pembukaan meliputi :

- Fit to Area

- Lahan Pembukaan

- Okupasi Tanaman Hortikultura

- Okupasi Tanaman Perkebunan Intensif

- Okupasi Tanaman Non Intensif

- Okupasi Tanaman Kehutanan

SISTEMATIKA DAN TEKNIS PEKERJAAN

Pelaksanaan ploting dan bloking areal disesuaikan dengan peta BPN,


diawali dari penentuan titik ikat (koordinatnya) sebagai titik rujukan
tanda alam/bentang alam yang tidak mudah berubah karena situasi
(misal cabang sungai, persimpangan jalan dsb), utamakan pada batas
luar kebun, dengan GPS

Pada sepanjang batas luar/pringgan/border atau batas penanaman


sesuai dengan peta ijin lokasi (BPN) dan peta yang telah disiapkan
dibuat jalur rintisan selebar 1,5 m lalu diukur dan setiap jarak 50 -
100m dipasangi patok yang dicat merah.

Penandaan batas areal untuk pertama kalinya secara simbolis di


laksanakan bersama-sama dengan instansi terkait, tokoh masyarakat
serta tim survey dengan mengambil titik digitasi koordinat Geodetic,
ketinggian lereng, kondisi lainnya yang telah di tetapkan sesuai peta
BPN oleh tim surveyor dicatat dan selanjutnya penanaman patok batas
yang dilakukan oleh juru patok, penanggung jawab perusahaan atau
yang mewakilinya, dan tokoh masyarakat atau yang mewakilinya,
untuk selanjutnya melaksanakan bloking area keseluruhan sesuai
rencana pembangunan kebun (Peta BPN)

 Mengukur keliling areal kerja efektif (Bloking Border/Area)

 Mengukur & memetak blok/bloking blok (U–S interval 250m x


T-B 1000 m) 25 ha sesuai kondisi lahan

 Memetakan jalan sebagai batas blok ( Main Road & Collection


Road)

 Memasang patok kayu di setiap sudut blok & penomoran blok

 Memoles tanda dgn cat merah di sepanjang garis batas ukur


blok dan cat putih pada perpotongan blok

 Memetakan bentang alam ( dalam buku kerja )

 Melaksanakan survey blok per blok, pedoman US-SU-TB-BT

 Menyajikan semua batas-batas alam, jalan, susunan blok yang


diukur dan luasnya dan nomor blok dalam gambar/peta

 Mengukur blok per blok.

 Memetakan hasil survey sesuai kaidah pemetaan.

 Membuat Peta rancangan Desain Blok berdasarkan data awal


yang sudah dikumpulkan

1. Melakukan checking lapangan berdasarkan Peta Rancangan Desain


Blok untuk mendapatkan Desain Blok Definitif dengan mengambil
beberapa informasi tambahan seperti : Mengambil Sampel Tanah,
Mengambil Sampel air , Mengukur PH Tanah, Mengukur Titik Elevasi
Lahan, Menentukan Titik Starting Point pada bentang alam,
Vegetasi Dominan
2. Pembuatan Peta Desain Blok definitif yang merupakan perbaikan
dari Peta Rancangan Desain Blok berdasarkan hasil checking
lapangan

3. Peta Desain Blok Definitif berfungsi sebagai peta kerja dan peta
dasar untuk kegiatan pengurusan lebih lanjut dalam rangka
pelaksanaan Pembangunan perkebunan Kelapa Sawit.

4. Peta Blok sebagai acuan dalam menentukan arah pembangunan,


perawatan, pemanenan, dan infrastruktur.

KESELAMATAN KERJA

Pekerjaan survey dan bloking areal adalah pekerjaan yang beresiko


tinggi, dan berbahaya seperti hewan liar, alam yang masih asing serta
iklim dan cuaca yang kadang tidak bersahabat, serta harus berjalan dan
menginap pada celah dan jalur naik turun lereng dalam garis lurus,
maka alat-alat survey serta perlindungan dan keselamatan kerja harus
sangat diperhatikan dan selalu dalam pengawasan.

Menetapkan batas konsesi lahan

 Membuat jalur-jalur rintisan arah U-S berjarak tiap 400 atau


500 m

 Pemetaan skala detail calon areal perkebunan

 Umumnya survey dilakukan oleh konsultan/balai penelitian

 Kebutuhan juru ukur 2,5 HK/ha dan perintis 5 HK/ha

Penyusunan Tata ruang, Tata ruang disusun berdasarkan

 Jaringan jalan terutama untuk jalan penghubung keluar dan


masuk lokasi
 Batas kebun dan batas kerja kontraktor

 Lokasi bibitan

 Kondisi lahan : darat, rawa, bukit dan sungai (rencana outlet)

 Rencana pembagian blok

 Luas setiap blok 30 ha untuk inti dan 40 ha untuk plasma/KKPA

 Penentuan Main Rod dan Colection Road

 Rencana lokasi pemukiman karyawan dan bangunan lainnya

 Rencana lokasi pabrik dan kantor

 Lokasi quari material penimbunan dan pengerasan jalan

RINTIS-BLOCKING

 Pedoman dalam pembuatan blok dan jalan di areal datar :

 Berdasarkan peta rencana blok, dilakukan kegiatan rintis MR


arah Timur-Barat dan CR arah Utara-Selatan dengan
menggunakan theodolite

 Jarak titik pancang antar MR adalah 1.009 m dan antar CR


adalah 307 m

 Lebar blok 300 m dan panjang 1.000 m

 Lebar MR 9 m dan CR 7 m

 Khusus untuk areal berbukit dilakukan imas tumbang terlebih


dahulu sebelum pembuatan jalan dan bloking. Bloking
ditentukan berdasarkan batas jalan dan luasnya tidak harus 30
ha.
Menentukan Jarak dan Kerapatan Tanam
Kelapa Sawit
Memilih dengan tepat tentang Kerapatan Tanam atau Stand per
Hectare (SPH) adalah sebuah keputusan penting yang akan
memberikan dampak jangka panjang, terutama yang berkaitan dengan
produktifitas. Kebijakan tentang Kerapatan Tanam ini berada pada
Pimpinan.

KERAPATAN TANAM YANG DIREKOMEDASIKAN

A. Lahan Datar hingga Bergelombang


TERRAIN/JENIS TANAH SPH
a) Coastal Clay dan Alluvium 136
b) Coastal Clay 148
c) Podsolic 148
d) Podsolic ada problem Ganoderma 160
e) Marginal inland dan Peat Soil 148-160
f) Marginal inland dan Peat Soil (Ganoderma) 160
B. Lahan Berbukit 148-160
C. Gambut 148

Jumlah populasi tanaman per satuan luas ditentukan oleh beberapa


faktor

(1) jarak tanam yang digunakan,

(2) model jarak tanam yang digunakan.

Misalnya pada penanaman kelapa sawit dengan jarak tanam 9 x 9


meter, akan memiliki jumlah populasi tanaman yang berbeda bila
model jarak tanam yang digunakan berbeda (segitiga sama sisi atau
persegi empat).
Model Tanam Segitiga Sama Sisi :

Bila tanaman Kelapa Sawit ditanam dengan jarak tanam 9 x 9 meter


dengan model tanam segitiga sama sisi. Maka populasi tanaman per
hektar (10.000 m2) dapat dihitung dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Gambar segitiga sama sisi, dengan panjang masing-masing sisi = 9 m
(ABC)

2. Tarik garis lurus ke bawah dari sudut B tepat ditengah-tengah


panjang sisi AC

3. Hitung tinggi segitiga ABC (atau panjang BE) dengan rumus


phytagoras AB2 = AE2 + BE2

4. Hitung luas segitiga ABE dengan rumus = (1/2 x AE x BE)

5. Hitung luas jajaran genjang (ABDC) = 4 x luas ABE

6. Populasi tanaman kelapa sawit = (10.000 m2)/(luas jajaran genjang


ABDC)

Hasil perhitungan :

Luas segitiga ABE = (1/2 x 4,5 m x 7,79 m) = 17,54 m2


Luas Jajaran genjang ABDC = 4 x 17,54 m2 = 70,15 m2
Populasi Tanaman Kelapa Sawit per Hektar = (10.000 m2)/(70,15 m2) =
143 tanaman

Dimana :
a : Jarak tanam
b : Jarak antar baris yang akan dicari
Rumus :
Perhitungan :
Luas Areal : 1 Ha
Jarak Tanam : 9m x 9m X 9m

1. MENENTUKAN JARAK TANAM

Intensitas cahaya matahari yang optimum yang diperlukan oleh


tanaman bervariasi menurut jenis tanamannya. Intensitas, kualitas dan
lamanya penyinaran merupakan salah satu yang mempengaruhi
terhadap pertumbuhan morfologi. Tanaman yang terlindung
pertumbuhannya akan meninggi (etiolasi), habitusnya rendah dan
lemah. Jumlah daun sedikit dan bunga betina berkurang.

Populasi per hektar yang terlalu padat lama kelamaan produksinya


akan menurun, karena selain kompetisi dalam pengambilan unsur hara
juga terjadi tumpang tindih pelepah sehingga intensitas dan kualitas
sinar matahari yang diterima kurang optimum dan ini mengurangi
luasan asimilasi (fotosintesis).

Dengan demikian maka pengaturan jarak tanam amatlah penting.


Untuk kelapa sawit jenis Tenera D x P populasi per hektar = 143 pokok,
semula merupakan jarak tanam yang optimum, namun ternyata dari
hasil percobaan para ahli dari Marihat pada umur 8 tahun pelepah
sudah mulai over laping dan pengaruh terhadap perkembangan
produksi.
Untuk mencegah dan mengatasi timbulnya pengaruh intensitas dan
kuantitas sinar matahari maka diperlukan jarak tanam dan arah barisan
tanam. Jarak tanam pada kelapa sawit pada umumnya dibuat segitiga
sama sisi (triangular). Sedangkan arah barisan tanaman mengarah dari
Utara ke Selatan sehingga pendistribusian sinar matahari dari arah
timur cukup banyak untuk setiap tanaman.

2. RUMUS MENCARI POPULASI/HA.

Untuk mencari populasi/ha digunakan rumus sebagai berikut :

Populasi/ha = 10.000 m2 : (a x 1/2 av3)

Keterangan :

a = jarak tanam
Pancang Tanam Kelapa Sawit Pada Area Datar
Untuk mendapatkan letak dan barisan tanaman yang teratur terlebih
dahulu diadakan pemancangan areal. Pemancangan pada areal yang
rata jarak antara barisan dan dalam barisan sesuai dengan jarak yang
sebenarnya. sedangkan untuk areal yang berbukit dan berkontur arah
barisan mengikuti arah kontur yang ada dan jarak antara barisan
adalah proyeksi jarak antar barisan.

Mempersiapkan keperluan memancang

• Pemancangan dilakukan setelah selesai pembukaan lahan


• Norma kebutuhan tenaga : 6 HK/ha
• Pedoman arah barisan adalah U- S
• Pemancangan dilakukan sesuai dengan jarak tanamnya (sistim segi
tiga sama sisi) . Jarak antar barisan tanaman dan jumlah populasi
per ha dilihat
Jarak antar barisan tanaman dan jumlah populasi per ha dilihat. Lebih
detail di pembahasan tentang Menentukan Jarak dan Kerapatan
Tanam Kelapa Sawit

Tabel Jarak Antar Barisan Dan Populasi

• Jarak antar barisan = 0,86 x jarak tanam.

Cara memancang Pada Areal Datar

 Dimulai dari luasan 1 ha terlebih dahulu ( pancang hektaran )


ukuran 100 x 100 m. Contoh : Jarak tanam 9,0 segitiga samasisi
( 9 x 7,80 m )

 Tentukan titik awal A berjarak 1.95 M (1/4 X7.80 M ) dan 2.25


m (1/4 x9.0 m ) dari pinggir areal dengan pancang kepala. Titik
A sebagai awal pancang hidup.

 Kawat I ; direntangkan U-S secara lurus dari titik A. Pada tiap


titik 9 m ditancapkan pancang kepala. Perentangan dibantu
dengan kompas.

 Kawat II ; direntangkan arah Barat-Timur. Pada tiap jarak antar


baris 7,8 m ditancapkan pancang kepala No ganjil pancang
hidup, no genap pancangan mati.
 Kemudian kawat I digeser sejauh 7,8 m sejajar dengan barisan
ke arah Barat/Timur . Tancapkan pancang pada 4,5 ( pancang
mati ) dari B 1 kemudian tiap 9 meter.

 Kawat I digeser lagi pada posisi B2 pada tanda pancangan hidup


9 meter. Buat seterusnya sampai 10 barisan.

 Pada saat menanamkan pancang harus selalu dilihat lurus


kesemua jurusan ( mata lima).

 Bila pemancangan pada areal 1 ha ini sudah selesai maka dapat


dilanjutkan untuk memancang seluruh areal

Tim pemancang : 1 tim terdiri dari atas 5 orang :


• Peneropong 1 orang
• Penarik tali 2 orang
• Pemancang 1 orang .
• Pembawa pancang 1 orang
Peralatan Pancang

Sebelum dimulai pemancangan terlebih dahulu harus mempersiapkan


alat-alat pancang :

~ Kompas atau theodolite untuk menentukan arah

~ Ajir/bambu/kayu panjang 2 meter, 4 pancang/Ha

~ Anak pancang ukuran 1- 1,5 meter dan diikat plastik putih

~ Kawat Sling 100 m yang telah diberi tanda jarak tanam dan jarak
antar barisan
Pancang Tanam Kelapa Sawit Pada Area
Berbukit
Pada umumnya areal penanaman kelapa sawit di Indonesia terletak
pada daerah yang banyak hujannya. dan tidak semuanya datar/flat.
Pada bulan tertentu (musim hujan) dapat tejadi lebih air (water excess),
tetapi pada beberapa lokasi dimana terdapat perbedaan musim hujan
dan kemarau agak tegas terdapat pula kekurangan air (water deficit).
Agar air hujan yang jatuh dapat ditampung, ditahan lebih lama agar
meresap dalam tanah, persediaan air dalam tanah (water reserve)
selalu cukup terutama pada musim kemarau dan untuk mencegah
erosi maka dibangunlah teras, rorak, bente4ng, parit dan lain-lain
dilapangan. Tindakan pengawetan tanah ini mutlak diperlukan
terutama didaerah yang memiliki jumlah dan hari hujan besar pada
lahan yang berombak, berbukit.

Pada daerah datar yang diutamakan adalah parit, drainase dan


jembatan , sedangkan teras dan benteng tidak banyak diperlukan,
Untuk mematahkan aliran air permukaan (run off) dan memperbesar
daya infiltrasi air ketanah maka diperlukan teras. Teras ini juga
berguna untuk meningkatkan daya simpan air, mempermudah
pemeliharaan, tempat pupuk ditabur dan akan mempermudah
pengambilan hasil, sampai dengan kemiringan 8 derajat dibuat teras
tunggal (individual/tapak kuda) dan diatas ini dibuat teras bersambung.
Teras tunggal yang telah dibuat, berukuran 2x 1,5 meter dimana
panjang menurut arah kountur dan lebar menurut kemiringan dimulai
50 cm dibawah pancang.

I. TERAS KONTUR

Permukaanya dibuat miring kedalam dengan sudut 10 derajat,


disebelah dalam dibuat rorak kecil guna penampungan air dan benteng
kecil. Teras ini harus dapat diperbesar menjadi 3x3 meter. Teras
bersambung dibuat berdasarkan derajat kemiringan,jarak antar kontur
diambil dari rata-rata kemiringan, makin tinggi kemiringannya maka
makin jauh jaraknya, lebar teras minimum 3,7 meter dan maksimum
4,27 meter dengan asumsi bahwa diameter batang 2,36 meter maka
masih tersedia ruang masing-masing sepanjang 1,175 meter didepan
maupun dibagian belakang pokok. Terutama pada areal kemiringan 14%
maka teras sinambung ini sudah mutlak perlu, untuk kedapatan pokok
per HA 128 dan 138 pokok misalnya maka jarak antar kontur dan jarak
antar pokok adalah :

Tabel Jarak Antar Teras dan Tanaman


Tabel Bentuk Pengawetan Tanah

Tabel Jarak Teras dan Kemiringan Persyaratan Teras

1. Tahap Pembuatan Kontur.

Penentuan pancang induk.Pancang induk adalah pancang dengan jarak


tertentu dan tetap, tempat dimulainya pembuatan kontur.
Penempatan pancang induk dimulai dari puncak lereng kearah kaki
lereng, sedangkan lereng yang dipilih adalah lereng dengan kemiringan
dominan atau rata-rata terbanyak pada suatu areal, bukan lereng yang
ekstrim (lereng paling terjal atau paling landai).

2. Penempatan pancang induk

Penempatan Pancang Induk pada lereng yang terjal akan


mengakibatkan banyaknya kontur sisipan, sedangkan pada lereng yang
landai mengakibatkan banyak kontur terputus, hal ini harus
dihindari. Jarak antar pancang induk : 8 m timbang air ( water pass ),
Prinsip Kerja.

Penentuan titik tanam pada kontur teratas (kontur 1) jarak antar titik
tanam 9,2 m dan konstan. Penentuan titik tanam pada kontur
berikutnya :

• Meletakan ujung tali ditengah-tengah antara dua tanaman pada


kontur 1.

• Menarik tali vertikal kebawah, ketika sampai pada kontur II


dibelokan kekanan dan digeser-geser hingga sudut belokannya +/-
90 derajat.

• Pada sudut ini merupakan titik tanam pada kontur II.

• Ujung tali juga merupakan titik tanam ke2 titik-titik tanam tersebut
diberi pancang tanam.

Penentuan titik tanam berikutnya adalah : pembawa ujung tali pada


kontur 1 menggeser ketanah pada kontur 1 diikuti oleh 2 orang yang
berada dikontur II, titik tanam terakhir ada pada kontur II merupakan
titik siku-siku, dan ujung tali pada kontur tanam merupakan titik tanam
baru.Untuk mendapatkan titik siku-siku pada titik siku pembawa ujung
tali pada kontur 1 menggeser kekiri atau kekanan diikuti pembawa
ujung tali.

Untuk selanjutnya penentuan kontur, berikut prinsipnya sama dengan


penentuan pada kontur 1 dan II. Pancang kontur dicabut bila pancang
tanam sudah ditancapkan.Pancang induk dicabut jika titik tanam
terakhir telah selesai dalam 1 kontur. Pancang dapat digesr 1-2 meter
untuk menyesuaikan letak dengan tanaman diatasnya agar tidak
terletak segaris atau sejajar.
II. BENTENG DAN RORAK

• Dibuat pada tanah agak miring : 10-15 m/HK

• Ukuran : lebar alas = 60 cm, lebar atas = 40 cm, kaki lima = 45 cm,
tinggi 30 cm

• Pedoman jarak horizontal antar 2 benteng :

Tabel Persyaratan Pembuatan Benteng/Rorak

Cara pembuatan benteng

Tentukan titik pemancangan; pancang-pancang selanjutnya sesuai


jaraknya Parit digali, tanah galian di timbun memanjang dan bentuklah
benteng sesuai ukuran Parit (rorak) : lebar atas 50 cm, dasar = 35 cm,
dalam 60 cm.

III. TERAS INDIVIDU (TAPAK KUDA)

 Dibuat pada tanah agak miring

 Ukuran lebar = 4 meter

 Prestasi kerja 2-3 st/HK


Cara pembuatan

 Areal yang harus di buat tapak kuda dipancang menurut


pancang tanam

 Tapak kuda tepat pada pancang tanaman

 Tanah bagian atas pancang digali

 Kemiringan tapak kuda 10-15º ke arah bukit

 Tanah ditumpukan ke belakang pancang kemudian dipadatkan

Syarat dan Norma

Dibuat pada tanah agak miring

Ukuran lebar = 4 meter Prestasi kerja 2-3 st/HK


Perawatan Jalan Kebun Kelapa Sawit
Perawatan jalan yang terpenting adalah menjaga bentuk jalan tetap
cembung (Camber) atau kemiringan sekitar 5% dan tali air pada tepi
badan jalan. Air tidak boleh tergenang di permukaan badan jalan
karena akan menyebabkan terbentuk lubang pada titik-titik yang
lemah pada akhirnya merusak jalan.

Ada 5 faktor penyebab kerusakan jalan yaitu:

• air
• bahan organik
• kurangnya cahaya matahari
• sifat tanah (tekstur dan struktur)
• bahan angkutan (tonase) yang berlebihan.
PENIMBUNAN DAN PENGERASAN JALAN

a. Waktu Pelaksanaan

 Perencanaan penimbunan/pengerasan jalan disesuaikan


dengan kebutuhan kebun dengan memperhatikan iklim
setempat sehingga pekerjaan dapat dilakukan bukan pada
musim hujan

 Pengajuan rencana anggaran pekerjaan (RAP) dari kebun ke


CEO harus sudah selesai pada bulan Desember tahun sebelum
berjalan. Data RAP yang harus dipersiapkan terdiri atas peta
jalan yang akan ditimbun/dikeraskan, disertai data panjang,
lebar, tebal penimbunan (MR, CR, dll) serta volume material
yang akan digunakan

b. Sarana Pekerjaan

 Peralatan & sarana kerja yang diperlukan telah dipersiapkan


dalam kondisi baik

 Jenis sarana pekerjaan : grader, excavator, buldozer, mining


bucket, wheel loader, dump truk, roller/vibrating compactor 6
ton dan lainnya

 Bila pakai kontraktor, harus disiapkan oleh kontraktor sesuai


spesifikasi pekerjaan

c. Pengadaan Bahan

 Bahan yang dipakai harus diutamakan yang tersedia di lokasi


kebun dan sekitarnya dengan mempertimbangkan jarak
sumber bahan (quari) dengan lokasi penimbunan/ pengerasan
jalan.
 Quari harus disurvey untuk menentukan kualitas dan
kecukupan bahan.

Untuk melakukan perawatan jalan secara efektif kita harus


memperhatikan beberapa hal, Adapun teknik rawat jalan yang
diterapkan tergantung dari jenis kerusakan dan tujuan
perawatan.berdasarkan jenis jalan dan dalam melaksanakan
perawatan harus mempertimbangkan sebagai berikut :

 Jenis jalan yang akan dilaksanakan perawatan nya (Main Road,


Production Road, Collection Road, Harvesting Road, dll)

 Kondisi Cuaca dan Iklim ( Curah hujan dan hari hujan, musim
penghujan atau kemarau)

 Tenaga Kerja (jumlah tenaga rawat jalan)

 Alat berat ( Roada Grader, excavator, truck dll)

 Ketersediaan Batu padas, Sirtu dll

Perawatan jalan akses (acces road) harus lebih tinggi proporsinya dari
pada jalan lain, karena intensitas di lewati dan tingkat dampak apabila
rusak terhadap aspek lain lebih besar. Jalan utama ( Main Road)
menjadi prioritas selanjutnya, dilanjutkan dengan jalan collection dan
jalan kountur.

yang di maksud dengan jalan akses adalah jalan yang di gunakan


sebagai akses menuju kebun dari lingkungan luar (jalan utama untuk
keluar-masuk kebun). Jalan akses biasanya mempunyai beban yang
cukup berat karena dilewati oleh truk atau kendaraan dengan
kapasitas muatan besar (bisa sampai 40 ton) seperti truk pengangkut
pupup, truk kernel, mobil tangki CPO dll.
KLASIFIKASI JALAN

1. Jalan Utama (Main Road)

 Adalah jalan yang menghubungkan antara kantor kebun


dengan divisi, antar divisi dan jalan akses keluar dari
emplasmen ke luar kebun

 Lebar jalan adalah 8 m, dengan rincian 5 meter badan jalan,


serta 1 x 2 m bahu jalan dan 0,5 x 2 adalah parit jalan

 Dalam pembuatan jalan Utama, tidak ada barisan tanaman


yang hilang

 Pembuatan jalan dilaksanakan secara mekanis dengan


permukaan jalan cembung serta kiri kana dibuat parit.

2. Jalan Produksi (Production Road)

 Jalan yang dibuat antar blok dengan arah Utara - Selatan dan
digunakan sebagai sarana transportasi panen dan pemupukan,
serta fungsi lainnya.

 Setiap batas tertentu, biasanya 100 m dibuatkan TPH (Tempat


Pengumpulan Hasil)

 Dalam Pembuatannya akan ada baris tanaman yang hilang.

3. Jalan Koleksi (Collection Road)

 Letak jalan adalah ditengah blok antara Timur-Barat

 Dalam pembuatannya adanya tanaman yang hilang


 Berfungsi sebagai sarana pengangkutan buah dari blok ke TPH,
juga untuk sarana pengangkutan pupuk dan bahan kimia
langsung ke dalam blok

 Dalam hal pemeliharaan jalan di gabungkan pada saat


perawatan blok yang bersangkutan

4. Jalan Panen (Harvesting Road)

 Adalah jalan kecil yang dibuat sejajar dengan baris tanaman


Utara-selatan

 Berfungsi mengangkut tandan buah ke TPH, atau fungsi lainnya


terutama pemupukan

 Lebar jalan 0,75 s/d 1 m dan badan jalan dibiarkan tertutup


rumput tipis, dan setiap 3 bulan sekali dilakukan perawatan

5. Jalan Pringgan

Adalah jalan yang dibuat dan terletak di batas luar afdeling dan juga
sebagai batas afdeling, dan berfungsi sebagai pengawasan jaringan

PERAWATAN JALAN

1. Jalan Utama

 Jalan utama harus dirawat secara mekanis/greader dan


pengikisan dilakukan setipis mungkin, dan permukaan tanah
diusahakan tetap dalam keadaan cembung.

 Permukaan tanah di giling dengan menggunakan Roadroller


dan diberi lapisan batu yang tipis atau cangkang.

 Tempat tempat yang terus menerua rusak harus menjadi


prioritas utama dalam perawatan
2. Jalan Produksi dan Pringgan

 Perawatan dilaksanakan dengan manual dan bersamaan


dengan perawatan blok tanam bersangkutan

 Pemakaian batu ditaburkan sebanyak 2x dalam setahun atau 3


m³ /km ( 3 meter kubik/km)

 Penaburan cangkang 4x dalam setahun atau 3m³ /km

 Permukaan jalan harus tetap dipertahankan dalam kondisi


cembung

3. Pemeliharaan jalan secara mekanis dengan menggunakan greader


4x dalam 1 tahun Jalan Utama. Main Road

ALAT DAN BAHAN

1. Graeder

2. Parang/egrek

3. Cangkul/sekop
4. Batu-batuan

5. Cangkang

6. Truk

7. Road Roller

8. dan traktor

PROSEDUR KERJA

1. Perawatan jalan mekanis

 Material pengerasan yang ada di tepi jalan dikembalikan pada


badan jalan

 Bentuk kembali badan jalan dan dibuat chamber serta tali air
yang cukup sekitar 25 atau 50 meter satu tali air ke parit/tepi
badan jalan.

 Road roller melakukan pemadatan di belakang graeder setelah


1 km jalan di grading.

 Hanya dilakukan grading ringan pada badan jalan yang sudah


keras/padat dan pisau tidak menggali terlalu dalam

 Pada musim kering prioritas pada rendahan. Pada musim hujan


tidak diperkenankan grading jalan.

 Pertahankan bentuk permukaan jalan selalu cembung.

 Norma 3 HM/Km atau 8 HM/2.5 Km atau sekitar 2.5 km/hari

2. Perawatan Manual :
 Lakukan tunas pelepah jalan agar cahaya matahari tembus ke
badan jalan, terutama di jalan koleksi. Potong ½ dari panjang
pelepah pada 3 lingkaran daun terbawah.

 Pada kondisi jalan berlobang dirawat manual dengan mengisi


batu-batu atau gunakan cangkul untuk menutup lobang dari
material sekitar.

 Buang air yang tergenang di badan jalan melalui tali air ke blok
atau parit.

 Bersihkan jembatan dari tanah-tanah diatas jembatan.

 Bersihkan kayu-kayu atau rumput yang menghambat aliran air


di bawah jembatan/gorong-gorong.

 Norma : 0.06 Hk/Ha potong pelepah dan 0.06 Hk/Ha untuk


manual jalan dan 0.06 Hk/Ha rawat jembatan

Pengerasan Ulang :

Sama dengan prosedur pengerasan awal (dalam SOP……….TBM).


Namun spesifikasinya dengan ketebalan 5 cm dan lakukan penyisipan
pada lokasi yang tidak dikeraskan lagi namun terdapat
kerusakan/lobang. Khusus untuk akses road dan key road harus disisip
setiap tahun.
A = DMJ (Daerah Milik Jalan)

B = Pinggir Jalan

C = Parit Jalan

D = Bahu Jalan

E = Badan Jalan

PELAPORAN

Setiap hari mandor/petugas melaporkan hasil kerja kepada asisten


mengenai jumlah m3/ton material, jumlah panjang jalan, jenis jalan,
lokasi timbun, No BPB. Juga laporan hasil kerja manual seperti: Panjang
jalan, Identitas jalan, No blok dan Jumlah Tenaga kerja

Setiap minggu asisten yang bertanggung jawab harus membuat


laporan dan analisa hasil kerja dan pengukuran dari pos masuk, lokasi
terima matrial dan catatan dari quari kemudian dilaporkan ke manajer
unit.
Perawatan Parit Kebun Kelapa Sawit
Kebutuhan drainase bergantung pada topografi dan jenis tanah.
Daerah yang bergelombang memerlukan sedikit drainase, sedangkan
daerah rendahan dan daerah bertekstur liat dekat sungai
membutuhkan drainase yang lebih banyak.

Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan drainase adalah


menentukan lokasi outlet dari areal dan meluruskan parit alam
sehingga aliran air akan mengikuti kemiringan areal. Dalam membuat
perencanaan sistem drainase, harus dipertimbangkan agar areal
gambut tidak mengalami overdrain yang dapat mengakibatkan lapisan
gambut menyusut dengan cepat dan lapisan atas mengalami
pengeringan yang berlebihan yang tidak dapat dikembalikan
(irreversible).

Pada areal dengan lapisan pyrit, harus diketahui kedalamannya supaya


senantiasa berada dibawah level air yang perlu dipertahankan yakni 60
- 70 Cm di bawah permukaan tanah untuk menghindari pyrit teroxidasi
menjadi sulfat masam dan meningkatkan kemasaman tanah. Untuk
kedua areal, sistem drainase dan water management (pengelolaan air)
adalah prioritas utama, bila melakukan usaha kebun kelapa sawit di
antara areal tersebut.
Tabel Jenis Jenis Parit

No Jenis Parit Keterangan Ukuran

1 Otlet Drain Parit yang mengumpulkan air dari 6x6x4


main drain dan mengalirkannya ke
sungai

2 Main Drain Parit yang mengumpulkan air dari 4x4x3


collection drain dibuat
disepanjang MR

3 Colection Drain Parit yang engumpulkan air dari 3x3x2


field drain dibuat di sepanjang CR

4 Field Drain Parit yang mengalirkan air dari 1 x 1 x 0,5


dalam blok ke colletion drain

5 Foothil Drain dibuat pada lahan yang berbukit,


dan dibuat mengelilingi kaki bukit
jika memungkinkan, hal ini berguna
untuk mencegah air hujan dari
bukit meresap terlalu lama/lambat
di tanah pada lahan yang lebih
rendah yang menuju collection
drain

6 Ring Drain Parit yang dibuat untuk


mengalirkan air sejajar dengan
benteng sebagai pencegah banjir,
yang mana tanahnya telah
digunakan untuk membuat bund
(benteng).
RUANG LINGKUP

Perawatan parit ini sama dengan water manajemen atau pengelolaan


air. Terutama pada kondisi gambut dan rendadan. Penting untuk
dilakukan dengan menginventarisasi kondisi rawan banjir/tergenang
pada saat hujan. Kemudian hal-hal yang harus disiapkan untuk
memperbaiki saluran Drainase, adalah sbb:

1. Pada kondisi hujan persiapannya adalah :

• Pencucian pain main dan MR

• Pembuatan benteng sepanjang pinggiran rawan luapan air

• Pembuatan pintu air pada outlet yang dipengaruhi pasang

• Pembuatan tanggulan dalam blok untuk digunakan sebagai jalan


panen

• Penutupan inlet dengan pintu air agar tangkapan diminimalkan


dari lokasi sekitar

• Lakukan leveling untuk mengatur arah aliran sehingga


meminimalkan terjadi kebanjiran dalam blok-blok

• Buat tapak timbun individu tanaman

2. Pada Kondisi Kemarau

• Dibuat bendungan atau water weir didalam parit CR agar


ketinggian air terjaga tetap sekitar 60-75 cm dibawah permukaan
tanah blok

• Dibuat bendungan dengan menggunakan karung bekas diisi


tanah dilokasi PMR parit.
ALAT DAN BAHAN

1. Excavator PC 200

2. Cangkul

3. Sekop

4. Karung

5. Balok/kayu

6. Plat besi

7. Peralatan Survey

8. Stik/papan dengan skala ukur ketinggian air dalam parit.

PROSEDUR KERJA

1. Pencucian parit oleh excavator sekitar 2 tahun sekali untuk parit


outlet

2. Pencucian parit oleh excavator sekitar 2 tahun sekali parit CR dan


MR

3. Pembuatan pintu air pada setiap outlet

4. Pembuatan benteng setinggi 2 meter dari permukaan tanah atau


disesuaikan dengan ketinggian air yang meluap ke dalam areal
setiap tahun nya

5. Pembuatan tanggulan pada jalan panen dengan ukuran lebar 1


meter dan tinggi 25 cm dari paras air yang biasanya tergenang
setiap tahun
6. Penutupan Inlet air dari lokasi sekitar dengan timbun atau gunakan
gorong-gorong kecil atau pintu air juga.

7. Agar tanaman tidak tergenang maka tanaman ditimbun


perakarannya setinggi paras air yang biasanya menggenangi areal

8. Pembuatan Water weir atau bendungan dalam parit di CR setinggi


50 cm dibawah permukaan tanah dan ditempatkan pada bagian
ujung parit CR yang rendah.

STANDAR DAN NORMA

Tabel Standard dan Norma Kerja Alat

Waktu Norma
No Jenis Parit
Cuci Dalam Alat HK

1 Otlet Drain 2 thn sekali 3 thn sekali 30 m /HM

2 Main Drain 2 thn sekali 3 thn sekali 50 m/HM

3 Colection Drain 2 thn sekali 3 thn sekali 100


m/HM

4 Field Drain 3 thn sekali 30 m/HK

Keterangan :
Cuci parit 50% Pertahun
Mendalamkan Parit 33% pertahun

PELAPORAN

Laporan setiap hari : Panjang parit, lokasi, Jumlah HM, Jumlah BBM,
Jumlah pelumas, dll.

Anda mungkin juga menyukai