Anda di halaman 1dari 18

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER PASAR MODAL

ANALISA LEMBAGA PENUNJANG PADA PASAR MODAL


(LKP, LPP, BIRO ADMINISTRASI EFEK, BURSA EFEK DARI PT
BEI)

DOSEN PENGAMPU : DR. PARAMITA PRANINGTYAS, SH., LLM

Nama : Bahtiar Juniarto Prastyadi


NIM : 11010115120110
Kelas : Pasar Modal (B)
No. Absen Ujian : 12

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
Pendahuluan
Pasar Modal merupakan sumber dana segar yang bersifat jangka panjang,
keberadaan dari pasar modal sendiri bukan hanya sebagai tempat sumber pembiayaan,
tetapi juga sebagai tempat untuk berinvestasi dengan melibatkan seluruh potensi
masyarakat untuk berinvestasi pada pasar modal. Hal ini tidak hanya berlaku untuk di
kantong dalam negeri dapat pula berlaku untuk pundi – pundi yang berada di luar negeri.
Dalam hal ini pun keberadaan pasar modal mencapai pada pasar modal modern untuk itu
pasar modal harus didukung dengan adanya lembaga penjung yaitu oleh LKP dan LPP.
Kedua lembaga ini menjadi tolak ukur dunia dari berkembangnya pasar modal di dalam
suatu Negara.
A. Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP)

Definisi Kliring sebagaimana ditetapkan dalam peraturaan OJK No.


26/POJK.04/2014 tentang Penjaminan Penyelesaian transaksi Bursa Pasal 1 angka 4
adalah “ proses penentuan hak dan kewajiban yang timbul dari Transaksi Bursa”.
Kegiatan Kliring sendiri dilaksanakan oleh suatu lembaga yaitu LKP yang merupakan
pihak yang menyelenggarakan jasa Kliring dan penjaminan penyelesaian Transaksi
Bursa. LKP juga wajib menetapkan peraturan penjaminan, kliring transaksi bursa dan
hal-hal lainnya yang berkaitan dengan LKP. Dalam praktiknya untuk melaksanakan tugas
dari LKP diserahkan pada Perusahaan yang telah mendapatkan izin usaha dari OJK,
untuk itu yang melaksanakan tugas dari LKP yaitu PT. KPEI.
1. PT Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)
Perusahaan yang dapat menjalankan kegiatan usaha sebagai LKP adalah
perseroan yang telah mendpatkan izin usaha dari OJK serta memiliki modal disetor
sekurang – kurangnya berjumlah Rp. 15.000.000.000,00. OJK seperti yang diamanatkan
dalam UU Pasar Modal telah menbentuk LKP dengan berwujud PT. KPEI. PT KPEI
mendapatkan izin usaha pada tanggal 1 Juni 1998. Lembaga tersebut menggantikan
fungsi kliring yang dahulunya dikerjakan oleh PT Kliring Depositori Efek Indonesia (PT
KDEI). Peran utama KPEI sebagai Self Regulatory Organization (SRO) turut
menentukan arah perkembangan pasar modal Indonesia. Fungsi utama KPEI sebagai
Central Counterparty yaitu KPEI bertindak sebgai penjual untuk setiap pembeli dan
sebagai pembeli untuk setiap penjual, dalam setiap penyelesaian transaksi atas
instrument investasi yang diperdagangkan di bursa efek. Hadirnya KPEI juga
mendorong efisiensi dan kepastian dalam penyelesaian transaksi bursa. Maksud dan
tujuan status badan hukum PT KPEI adalah agar dapat memudahkan PT KPEI berperan
efektif dan melakukan segenap upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
kinerjanya. PT KPEI diharapkan mampu melakukan:

1. Penerapan sistem kliring secara multilateral continuous net settlement, yaiotu


kewajiban anggota kliring hari ini yang belum terpenuhi, akan digabungkan
dengan hak yang akan diterima pada hari berikutnya. Sistem itu menuju real
time gross settlement yaitu pada saat transaksi terjadi, seketika dilakukan
penyelesaian.
2. Menerapkan manajemen risiko untuk rencana memantau kesinambungan
risiko PT KPEI sebagai mitra pengimbang penyelesaian transaksi bursa atas
aktivitas yang dilakukan anggota kliring; dana jaminan untuk mencegah
terjadinya kegagalan anggota kliring dlam memenuhi kewajibannya untuk
menyelesaikan transaksi bursa; asuransi rekening merupakan bentuk
perlindungan terhadap investor dengan mensyaratkan setiap anggota kliring
untuk mengasuransikan setiap rekening efek nasabahnya, termasuk investor
dari anggota bursa yang dijamin penyelesaian transaksi bursanya oleh anggota
kliring tersebut.
3. Menyediakan fasilitas pinjam-meminjam efek.
Ø Visi KPEI
Menjadi Lembaga Kliring dan Penjaminan yang handal untuk menyediakan layanan
terbaik di Pasar Modal Indonesia
Ø Misi KPEI
Mewujudkan Pasar Modal Indonesia yang aman dan menarik

Para Pihak dalam Lembaga Kliring dan Penjaminan


Para pihak dalam Lembaga Kliring dan Penjaminan dalam pasal 15 ayat 1 UU
Pasar Modal menyebutkan bahwa “Yang dapat menjadi pemegang saham LKP adalah :
1. Bursa efek
Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau
sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihak-pihak lain
dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.
Seperti telah dikemukakan Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak- pihak lain
dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka. Mengingat perdagangan tersebut
menyangkut dana masyarakat yang di investasikan dalam efek, perdagagangan tersebut harus
dilakukan secara teratur, wajar, dan efisien. Oleh karena itu, penyelenggara kegiatan Bursa Efek
hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin usaha dari OJK. Tugas utama bursa adalah
menyediakan fasilitas perdagangan agar proses transaksi bisa berjalan dengan fair dan efisien.
Bursa efek merupakan lembaga yang diberi kewenangan untuk mengatur pelaksanaan
kegiatannya. Oleh karena itu, ketentuan yang dikeluarkan oleh bursa efek mempunyai kekuatan
mengikat yang wajib ditaati oleh anggota bursa efek, emiten yang efeknya tercatat di bursa efek
tersebut, LKP, LPP, Kustodian atau pihak lain yang mempunyai hubungan kerja secara
kontraktual dengan bursa efek. Sebagai institusi yang diberikan kewenangan oleh undang-
undang untuk membuat dan menetapkan peraturan bagi anggota bursa efek, di mana hal itu
merupakan cerminan dan fungsinya sebagai SRO. Dalam menjalankan pengawas pasar, seperti
yang telah diuraikan, bursa efek dapat menempuh dua cara, yaitu; melakukan pengawasan
sebagai kontrol internal bagi sistem pembukuan atau keuangan anggota bursa dan melakukan
pendeteksian dini (early warning) dalam memonitor transaksi setiap saat di lantai bursa.
Pemegang saham bursa efek wajib menyerahkan surat saham bursa efek yang dimilikinya
kepada LKP sebagai jaminan atas transaksi efek yang dilakukannya. Saham bursa efek yang
dimiliki oleh Perusahan Efek merupakan jaminan atas transaksi efek yang dilakukan oleh
Perusahaan Efek yang bersangkutan. Untuk itu, maka surat saham bursa efek tersebut wajib
diserahkan kepada LKP. Dengan penyerahan surat saham bursa efek tersebut, Lembaga Kliring
dan Penjamin diberi kuasa berdasarkan Peraturan Pemerintah untuk menjual saham bursa efek
tersebut bagi pemenuhan kewajiban-kewajibannya yang timbul sehubungan dengan transaksi
yang dilakukannya.Sejak tanggal 3 Desember 2007 di Indonesia hanya terdapat satu bursa yaitu
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang merupakan gabungan antara Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan
Bursa Efek Surabaya (BES).
2. Perusahaan efek
Perusahaan efek adalah perusahaan yang telah mendapat izin usaha dari OJK untuk dapat
melakukan kegiatan sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, atau manajer
investasi, atau kegiatan lain yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh OJK.
Pengembangan pasar modal tidak dapat dilepaskan dari pendidikan dan pemasaran jangka
panjang yang dibiayai oleh industri perdagangan efek. Apabila Bursa Efek, LPP, serta LKP
berperan dalam menyediakan sarana dan fasilitas perdagangan efek dan penyelesaiannya, maka
perusahaan efek akan memainkan perannya dalam pengembangan kegiatan perdagangan
pelayanan, dan penciptaan produk baru. Perusahaan efek bebas untuk mengembangkan sistem
jasa yang dilaksanakan.

3. Biro administrasi efek


Biro Administrasi Efek adalah perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari OJK.
BAE adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan
pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek. Kontrak tersebut secara jelas
menyebutkan hak dan kewajiban BAE dan emiten, termasuk kewajiban terhadap pemegang
efek. Biro Administrasi Efek mempunyai peran yang cukup penting dalam pengembangan pasar
modal. Penyelesaian transaksi melalui pemindahbukuan merupakan tugas kerja BAE dan BAE
dituntut untuk selalu dapat mengikuti dan melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap
praktik-praktik yang berlaku pada saat ini. Biro Administrasi Efek dapat memberikan jasa
berkaitan dengan kepentingan efek yang disimpan dalam penitipan kolektif KSEI, sehingga
dapatmemberikan informasi kepada Emiten mengenai tidak melakukan pelanggaran
sehubungan dengan perdagangan orang dalam (insider trading), benturan kepentingan dan
manipulasi pasar.
4. Bank kustodian.
Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta yang berkaitan
dengan efek serta jasa lain, ermasuk dividen, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi
efek dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. Setiap Kustodian wajib
mengadministrasikan, menyimpan dan memelihara catatan pembukuan, data, keterangan tertulis
yang berhubungan dengan nasabah yang efeknya disimpan pada bank kustodian; posisi efek
yang disimpan pada bank kustodian; buku daftar nasabah dan administrasi penyimpanan serta
hak nasabah yang melekat pada efek yang dititipkan; dan tempat penyimpanan yang aman dan
terpisah. Secara lebih rinci kegiatan kustodian adalah memberikan jasa berupa :

a. menyediakan tempat penitipan harta yang aman bagi surat-surat berharga (efek);
mencatat/membukukan semua titipan pihak lain secara cermat;
b. mengamankan semua penerimaan dan penyerahan efek untuk kepentingan pihak
yang diwakilinya;
c. mengamankan pemindahtanganan efek;
d. menagih dividen saham, bunga obligasi dan hak-hak lain yang berakitan dengan
surat berharga yang dititipkan.
Jasa – jasa yang ditawar oleh PT. KPEI :

a. Jasa Kliring Transaksi Bursa


KPEI sebagai mitra pengimbang sentral (centralcounterparty) dalam kegiatan
kliring dan penyelesaian transaksi terhadap lebih dari 150 perusahaan Efek yang terdaftar di
Bursa, berkewajiban untuk menerapkan standard-standard internasional dalam proses
otomatisasi proses kliring dan penyelesaian transaksi bursa. Dengan demikian proses kliring,
penyelesaian transaksi, dan penjaminan dapat berjalan dengan lebih wajar, teratur,efisien
sehingga dapat meminimisasi risiko penyelesaian transaksi bursa baik saham maupun derivatif.
Proses kliring adalah suatu proses penentuan hak dan kewajiban Anggota Kliring (AK) yang
timbul dari Transaksi Efek yang dilakukannya di Bursa Efek. Adapun tujuan dari proses kliring
tersebut adalah agar masing-masing AK mengetahui hak dan kewajiban baik berupa Efek
maupun uang yang harus diselesaikan pada tanggal penyelesaian Transaksi Bursa.

b. Kliring & Penyelesaian Transaksi Ekuiti


KPEI menggunakan pendekatan netting dengan novasi dalam melakukan kliring transaksi bursa
untuk produk ekuiti. Kliring secara netting dengan novasi diterapkan bagi seluruh Transaksi
Bursa yang terjadi di setiap segmen pasar, yaitu pasar Reguler (RG), pasar Segera (SG), dan
pasar Tunai(TN). Solusi KPEI untuk menangani proses kliring & penyelesaian Transaksi Bursa
untuk produk ekuiti adalah sistem e- CLEARS(r) (electronic Clearing & Guarantee System).

c. Kliring & Penyelesaian Transaksi Derivatif


Produk derivatif Bursa yang proses kliringnya ditangani oleh KPEI adalah LQ45 Futures
(Kontrak Berjangka Indeks Efek/KBIE) yang ditransaksikan di BES.

KPEI melakukan proses kliring KBIE didasarkan pada:


1. Posisi terbuka dari Transaksi KBIE yang dilakukan oleh AK.
2. Pergerakan harga indeks pada pasar berjangka selama jam perdagangan
3. Harga indeks penyelesaian harian dari pasar berjangka
4. Harga indeks penyelesaian final dari pasar spot. Dari data-data tersebut, kemudian dihasilkan posisi
terbuka, posisi uang, potensi keuntungan dan kerugian, dan margin excess/call bagi masing-masing
Anggota Kliring KBIE (AK KBIE).

d. Jasa Penjaminan
KPEI menyediakan jasa penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa bagi AK yang
bertransaksi di BEJ maupun di BES. Jasa penjaminan adalah jasa untuk memberikan
kepastian dipenuhinya hak dan kewajiban AK yang timbul dari Transaksi Bursa. Dengan
kata lain fungsi penjaminan bertujuan meberi kepastian adanya jaminan penyelesaian
Transaksi Bursa, kepastian waktu penyelesaian, penurunan frekuensi kegagalan
penyelesaian transaksi, dan pada akhirnya meningkatkan kepercayaan investor untuk
bertransaksi di pasar modal Indonesia. Dalam fungsi penjaminan, KPEI bertindak sebagai
mitra pengimbang / lawan (counterparty) bagi seluruh AK yang bertransaksi di Bursa.
Hal tersebut dimungkinkan dengan kliring secara netting dengan novasi, sehingga masing
– masing AK hanya berhubungan dengan KPEI dalam penyelesaian Transaksi Bursanya.
Dengan demikian risiko dari masing-masing AK diserap oleh KPEI tanpa menimbulkan
gangguan lebih jauh terhadap pasar. Penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa adalah
kewajiban KPEI untuk seketika dan langsung mengambil alih tanggung jawab AK yang
gagal memenuhi kewajiban yang terkait dengan Transaksi Bursa yang dilakukannya.

KPEI menjalankan fungsi penjaminan melalui system e-CLEARS(r), dibantu dengan


sistem pendukung lainnya yaitu ARMS (Automated Risk Monitoring System). Sistem ARMS
yang diintegrasikan dengan sistem e-CLEARS(r), membuat keseluruhan proses kliring dan
penjaminan dapat berjalan dengan lebih selaras dan tidak bertele-tele sehingga memudahkan AK
dalam penyelesaian Transaksi Bursa. Melalui sistem e-CLEARS(r) dan ARMS, KPEI
mengendalikan risiko-risiko yang berpotensi mengakibatkan kegagalan Transaksi Bursa.
Kegiatan pengendalian risiko tersebut meliputi:
1) Pemantauan Profil Risiko Keanggotaan
2) Pemantauan Modal Kerja Bersih disesuaikan (MKBD)
3) Penilaian & Pemantauan Agunan
4) Penentuan & Pemantauan Pembatasan Perdagangan (Trading Limit)
5) Pengelolaan Dana Jaminan
e. Jasa Pinjam Meminjam Efek
KPEI menyediakan jasa Pinjam Meminjam Efek (PME) dengan tujuan untuk membantu
AK untuk memenuhi kebutuhan Efek sementara untuk menghindari terjadinya kegagalan
penyelesaian Transaksi Bursa. AK yang berminat dapat mendaftar untuk menjadi
Lender/Borrower/Lender & Borrower di dalam mekanisme PME KPEI. Segera setelah
terdaftar sebagai partisipan PME, AK yang bersangkutan dapat dengan segera mengaktifkan
modul PME yang terintegrasi di dalam system e-CLEARS(r).

f. Jasa Terkait Pasar Modal Lain


Sesuai dengan ketentuan di dalam UU Pasar modal No. 8 Tahun 1995, KPEI dapat
menawarkan jasa lain di lingkungan pasar modal.
Informasi lebih lanjut tentang KPEI dapat diperoleh melalui:
• Fasilitas search di dalam situs ini;
• Fasilitas FAQ;
• Menghubungi: Divisi Hukum dan Komunikasi Perusahaan KPEI (telepon) 021 - 515 5115 atau
(fax) 021 – 515 5120
B. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP)

Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan


custodian sentral bagi bank custodian, perusahaan efek dan pihak lain. Kustodian adalah pihak
yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain,
termasuk menerima dividen, bunga dan hak – hak lain, menyelesaikan transaksi efek dan
mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
Dari definisi diatas maka Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah pihak penyelenggara
kegiatan kustodian sentral bagi:
1. Bank Kustodian,
2. Perusahaan Efek,
3. Pihak lain.
Saat ini yang bertugas sebagai lembaga penyimpanan dan penyelesaian (LPP) adalah PT.
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Tugas dari KSEI adalah wajib menetapkan peraturan
mengenai jasa custodian sentral dan jasa penyelesaian transaksi efek, termasuk ketentuan
mengenai biaya pemakaian jasa tersebut. KSEI juga wajib mengamankan proses pemindahan
bukuan efek serta menyelesaikan penyerahan efek (settlement).

Pasal 43 ayat 1 UUPM "Yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Kustodian
adalah Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Perusahaan Efek, atau Bank Umum yang
telah mendapat persetujuan Bapepam." Maka disamping sebagai penyelenggara kegiatan
kustodian sentral, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian juga dapat menyelenggarakan
kegiatan kustodian tidak sentral.

Merujuk pasal diatas maka selain sebagai "kustodian sentral" Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian adalah juga dapat sebagai "kustodian" sejajar dengan Perusahaan efek dan Bank
Umum (setelah mendapat izin dari OJK). Hanya saja yang dapat berperan sebagai "kustodian
sentral" hanya Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.

Kegiatan dari Kustodian dapat kita lihat pada penjelasannya pada Pasal 1 angka 8 UUPM:
1. memberikan jasa penitipan Efek
2. Memberikan jasa penitipan harta lain yang berkaitan dengan Efek
3. Memberikan jasa lain termasuk menerima dividen, bunga, dan hak - hak lain, menyelesaikan
transaksi Efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.

1. Tujuan Didirikan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian

Pasal 14 ayat 2 "Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian didirikan dengan tujuan


menyediakan jasa Kustodian sentral dan penyelesaian transaksi yang teratur, wajar, dan
efisien."Yang perlu dicatat pula ialah bahwa pendirian Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan, hal ini dapat kita lihat dari keterangan penjelasan
Pasal 16 ayat 3 UUPM.
2. Pemegang Saham Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian

Pasal 15 ayat 1 UUPM "Yang dapat menjadi pemegang saham Lembaga Kliring dan
Penjaminan serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah Bursa Efek, Perusahaan Efek,
Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian, atau Pihak lain atas persetujuan Bapepam."Jika kita
urutkan maka yang dapat menjadi pemegang saham Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
adalah:
1. Bursa efek
2. Perusahaan efek
3. Biro administrasi efek
4. Bank kustodian
5. Pihak lain atas persetujuan OJK (d/h Bapepam)

3. Pemegang Saham Mayoritas Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian


Untuk Lembaga Kliring dan Penjaminan mayoritas sahamnya wajib dimiliki oleh Bursa
Efek, sebagaimana ditentukan pada Pasal 15 ayat 2 UUPM dan Pasal 20 ayat 3 PP No. 45 Tahun
1995 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal.
Yang dimaksud dengan mayoritas saham adalah pemegang saham yang memiliki lebih dari 50%
(lima puluh perseratus) dari modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan.Berbeda dengan
Lembaga Kliring dan Penjaminan, maka pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian tidak
ada ketentuan perihal siapa yang dapat menjadi pemegang saham mayoritas di dalam UUPM.
Hanya saja jika kita melihat pada laman www.ksei.co.id pemegang saham terbanyak Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian adalah PT. Bursa Efek Indonesia dengan prosentasi 19%.

4. Pemindahan Hak Atas Saham Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian


Dalam hal terjadi pemindahan hak atas saham Pasal 20 ayat 4 PP No. 45 Tahun 1995
Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal mengatur "Pemindahan hak atas
saham Lembaga Kliring dan Penjaminan atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian hanya
dapat dilakukan kepada Bursa Efek, Perusahaan Efek, Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian,
atau Pihak lain yang telah memperoleh persetujuan dari Bapepam."
5. Pembagian Dividen Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
Lembaga Kliring dan Penjaminan dilarang membagikan dividen kepada pemegang
saham. Hal mana diatur pada Pasal 20 ayat 6 PP No. 45 Tahun 1995 Tentang Penyelenggaraan
Kegiatan Di Bidang Pasar Modal . Hal ini sejalan dengan keterangan saya diatas bahwa
pendirian Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian tidak dimaksudkan untuk mencari
keuntungan, sebagaimana dapat dilihat pada penjelasan Pasal 16 ayat 3 UUPM. Karena tidak
mencari keuntungan maka tidak akan ada deviden yang dibagikan kepada pemegang saham.
Layanan jasa yang diberikan oleh KSEI yang sesuai fungsinya, KSEI memberikan layanan jasa
yang meliputi penyimpanan efek dalam bentuk elektronik, administrasi rekening efek,
penyelesaian transaksi efek, distribusi hasil corporate action dan jasa – jasa terkait lainnya
seperti post trade processing (PTP) dan penyedian laporan – laporan jasa custodian sentral.

C. Biro Administrasi Efek


Menurut Undang Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 yang dimaksud BAE atau
kepanjangan dari Biro Administrasi Efek adalah Pihak yang berdasarkan kontrak dengan Emiten
melaksanakan pencatatan pemilikan Efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan Efek.
Biro administrasi efek berfungsi dan bertujuan untuk menyediakan jasa bagi emiten dalam
bentuk pencatatan dan pemindahan kepemilikan efek-efek emiten. baik pada saat pasar perdana
maupun pada pasar sekunder
Dalam melakukan IPO (go public) perusahaan dapat menunjuk Biro Administrasi Efek (BAE)
yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan untuk membantu perusahaan dalam melakukan
administrasi kepemilikan saham perusahaan.
Biro Administrasi Efek dan Emiten yang menyelenggarakan administrasi Efek sendiri wajib
menyampaikan laporan kegiatan kepada Bapepam dalam rangkap 4 (empat) yang meliputi:
a.laporan kegiatan operasional bulanan;
b.laporan kegiatan operasional tahunan yangtelah diperiksa oleh Akuntan yang terdaftar
diBapepam;
c.laporan keuangan tahunan Biro Administrasi Efek; dan
d.laporan peristiwa penting seperti:
1) Registrasi kepemilikan 5% (lima perseratus)tau lebih saham dan setiap perubahan
kepemilikan saham Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud dengan menggunakan
Formulir Nomor X.H.1-1peraturan ini; dan
2) Penyelenggaraan Rapat Umum Pemeganang Saham dan perubahan anggaran dasar Biro
Administrasi Efek.

C. Bursa Efek dari PT. Bursa Efek Indonesia


Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediadakan system dan atau
sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek diantara mereka. Anggota bursa efek adalah perusahaan efek (selaku
perantar pedagang efek) yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam-LK dan mempunyai
hak untuk mempergunakan system dan atau sarana Bursa efek sesuai dengan peraturan bursa
efek. Jadi, dapat dikatakan bursa efek adalah badan usaha yang dirikan oleh perusahaan –
perusahaan efek yang juga berstatus sebgaia anggota bursa efek tersebut. Bursa efek pun
merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas. Saat ini,
pelaksanaan kegiatan bursa saham atau efek di Indonesia sehari – hari dilakukan oleh PT. Bursa
Efek Indonesia (BEI) yang merupakan hasil penggabungan usaha dari PT. Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tahun 2007. Dengan adanya kegiatan dibursa
itulah pertemun diantara pembeli dan penjual sekuritas guna untuk melakukan transaksi terkait
dengan efek yang ditawarkan.selain itu juga “Bursa Efek adalah wadah tempat bertemunya para
broker dan dealer untuk melakukan jual beli efek (saham dan obligasi). Karena itu umumnya
diluar negeri Bursa Efek itu diselenggarakan oleh swasta, bahkan pemiliknya adalah para broker
dan dealer itu sendiri” ( Marzuki Usman, 1994 : 10 ). Menurut Husnan (1998), di dalam bukunya
ia menjelaskan bahwa bursa efek adalah perusahaan yang jasa utamanya adalah
mneyelanggarakan kegiatan perdagangan sekuritas di pasar sekunder.
Biasanya terdapat suatu lokasi pusat, setidaknya untuk catatan, namun perdagangan kini
semakin sedikit dikaitkan dengan tempat seperti itu, karena bursa saham modern kini
adalah jaringan elektronik, yang memberikan keuntungan dari segi kecepatan dan biaya
transaksi. Karena pihak pihak yang bertransaksi tidak perlu saling tahu lawan transaksinya,
perdagangan dalam bursa hanya dapat dilakukan oleh seorang anggota, sang pialang saham.
Permintaan dan penawaran dalam pasar-pasar saham didukung faktor-faktor yang, seperti halnya
dalam setiap pasar bebas, memengaruhi harga saham (lihat penilaian saham).

1. Pengertian Bursa Efek Indonesia


Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX)) merupakan
bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES).
Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa
Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai
pasar obligasi dan derivatif. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember
2007.
BEI menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading System
(JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Sejak 2
Maret 2009 sistem JATS ini sendiri telah digantikan dengan sistem baru bernama JATS-NextG
yang disediakan OMX.

2.Sejarah Bursa Efek Indonesia


Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal
atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di
Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan
pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912,
perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan
pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah
kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan
operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan
beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif
dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah
Hindia Belanda.
1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang
dan Surabaya
Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
ditutup.
1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang
dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR.
Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.
1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan
dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai
HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT
Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru
mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar
Modal.
1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan
kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing
menanamkan modal di Indonesia.
1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ
terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan
Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang
memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif
bagi pertumbuhan pasar modal.
16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan
Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.
Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS
(Jakarta Automated Trading Systems).
10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal
Indonesia.
2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah
nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia
Berikut visi dan misi bursa Efek Indonesia :
Visi : Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.
Misi :Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui pemberdayaan
Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi biaya serta penerapan good
governance.
4. Produk Bursa Efek Indonesia
Berikut ini beberapa produk yang ada dalam bursa efek Indonesia :
1. Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan
usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut,
maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan,
dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki
saham
2. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari
keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari
pemegang saham dalam RUPS. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai –
artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah
tertentu untuk setiap saham - atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap
pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki
seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
3. Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk
dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya Investor membeli
saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per
saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap
saham yang dijualnya. Sebagai instrument investasi, saham memiliki risiko, antara lain:
a. Capital Loss
Capital Loss yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga
beli. Misalnya saham PT. XYZ yang di beli dengan harga Rp 2.000,- per saham, kemudian harga
saham tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,- per saham. Karena takut
harga saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga Rp 1.400,- tersebut sehingga
mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per saham.
b. Risiko Likuidasi
Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau perusahaan
tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir
setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan).
Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut
dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa
kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi
tersebut.
4. Surat Utang
Surat Utang yang tercatat di BEI terdiri dari :
1. Obligasi Korporasi adalah obligasi yang di terbitkan oleh Perusahaan Swasta Nasional
termasuk BUMN dan BUMD.
2. Surat Utang Negara adalah Surat Berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah sesuai
Undang-Undang No. 24 Tahun 2002, terdiri dari:
 Obligasi Negara (termasuk Obligasi Negara Retail/ORI)
 Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
3. Sukuk Korporasi adalah Instrumen berpendapatan tetap yang diterbitkan berdasarkan
prinsip syariah sesuai ketentuan Bapepam&LK Np. IX.A.13 tentang Efek
Syariah.Pendapatan Sukuk Korporasi berdasrkan Akad-akad yang tertuang dalam
ketentuan Bapepam&LK tentang Akad-akad Efek Syariah.
4. Surat Berharga Syariah Negara/SBSN atau Sukuk Negara adalah Surat Berharga yang
diterbitkan oleh Pemerintah yang berdasarkan Syariah Islam sesuai dengan Undang-
Undang No. 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
5. Efek Beragun Aset (EBA) adalah Efek bersifat utang yang diterbitkan dengan Underlying
Aset sebagai dasar penerbitan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Husnan, Suad. 2002. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta : AMP
YKPN.
Jogiyanto, H.M. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Cetakan pertama. Yogyakarta :
BPFE

Internet
_____. 2016. Pasar Modal : Instrumen, Fungsi dan Pengertian Pasar
Modal.http://www.lahiya.com/pasar-modal-instrumen-fungsi-pengertian/.
Idx. Produk dan Layanan http://www.idx.co.id/id-id/beranda/produkdanlayanan.
Idx. Tentang BEI. http://www.idx.co.id/id-id/beranda/tentangbei
Hariyani, Iswi dan Serfianto D.P.2010. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal.
https://books.google.co.id/books.bursaefekindonesiadalampasarmodal

Anda mungkin juga menyukai