Anda di halaman 1dari 4

MEMBINA JEMAAT KRISTEN DI BUMI INDONESIA

Gejala-gejala yang memprihatinkan

a) Banyak gereja dan lembaga gerejani hanya memikirkan pembangunan, tetapi tidak
memikirkan juga ketahanan yang dibangun itu. Penampakan dan kuantitas dipentingkan, isi
dan kualitas yang serasi tidak dihiraukan.
b) Jumlah anggota gereja bertambah tetapi kegiatan kemanusiaan gereja tidak tampak
meningkat. Kegiatan gereja hanya berkisar keliling organisasi dan sector spiritual-ritual,
sedang sector social-human, yakni pelayanan nyata kepada manusia, apalagi di luar gereja,
dianggap sekunder, malah ada yang berpendapat tidak penting. Padahal sector inilah yang
member kesempatan bersaksi tentang universalitas penginjilan dan lengkapnya misi gereja.

Mengapa dan untuk apa kita membina jemaat Kristen ? Tentu harus dijawab oleh hati
masing-masing dan dalam persekutuan. Karya kita tidak sampai pada target yang kita tetapkan
bagi kita saja, melainkan dipikirkan dalam kesatuan dengan karya mereka yang menyusul,
karena pembinaan sesuatu yang hidup bersinambungan selama hidup itu melanjut.

Karya agung itu terus actual sepanjang masa, karena Roh Kudus melanjutkannya dalam
pola dan dengan jiwa yang sama. Tanggung jawab kita dan mereka yang menyusul dibidang
pembinaan ini merupakan satu keutuhan bakti, bukan penggal-penggal yang tidak menyatu dan
mengutuh dalam dimensi abadi selama Tuhan berkenan melibatkan semua.

Sering kali pembinaan yang kita selesaikan menurut rencana masih memerlukan
bimbingan beberapa lama lagi sampai yang dibina sudah dapat berjalan sendiri. Sementara itu
ada kesempatan, malah keharusan bagi Pembina untuk mendampingi yang dibina menanggapi
aspek-aspek baru yang memerlukan pembinaan pula. Maka pembinaan tidak terpikir tanpa
pengembangan.

Membina dan mengembangkan adalah kegiatan yang kontekstual. Artinya berlangsung


dalam kaitan dengan situasi dan kondisi, yakni situasi lingkungan dan kondisi manusianya.
Membina dan mengembangkan hendaknya pula dengan memperhatikan dinamika hidup. Terus
menerus kehidupan ini berubah pesat oleh pengaruh kemajuan yang merambat ke pelosok-
pelosok.

Pola Kerja

Sekarang bagaimana membina jemaat Kristen dengan memperhatikan permasalahan yang


dihadapi tadi ? Berikut ini adalah kerangka umum yang perlu disesuaikan dengan situasi dan
kondisi setempat.

Tiga Strata

Pembinaan jemaat berlangsung pada tiga strata :

a) Praktis belum ada apa-apa, paling-paling satu dua orang Kristen yang biasanya disebut oleh
gereja “diaspora”. Mungkin ada yang berpendapat, keadaan ini masih premature untuk
dipikirkan kearah pembentukan jemaat. Namun ada kewajiban pada orang yang beriman
untuk membantu sesamanya beroleh karunia yang sama agar semua terhimpun dalam jemaat
yang adalah penjelmaan tubuh kristus. Maka demi keutuhan misi gereja strata 1 ini sudah
harus dipikirkan dalam rangka menyeluruh, yaitu pertumbuhan jemaat sejak mula
pertamanya.
b) Kalau sudah ada sejumlah orang Kristen, tetapi belum berorganisasi sebagai jemaat. Paling-
paling dapat disebut calon jemaat.
c) Sudah ada jemaat, tetapi membutuhkan pembinaan lebih lanjut menjadi Pembina pada
gilirannya, setidak-tidaknya Pembina kedewasaan sendiri. Sesuatu yang sering tidak
diperhatikan oleh gereja-gereja kita bila sudah mencapai status formal itu serta kerutinannya.
Inilah yang menyebabkan kehidupan gerejani kita nampak jenuh sudah.

Sehubungan dengan ini ada satu hal yang peka lagi : Menguasai teologi tidak berarti otomatis
memiliki kecakapan membina jemaat. Teologi yang paling canggih pun tak ada maknanya, jika
manusia yang mengembangkannya tidak mampu membina persekutuan yang disebut jemaat
Kristus.

Peranan Jemaat Dalam Pembangunan

Kesimpulan sementara adalah :


a) Mulailah dengan membangun jemaat setempat yang dipercayakan dalam pengembalaan
saudara, menjadikannya kekuatan social yang pada waktunya dapat berperan ke luar juga.
Untuk itu gembala harus dapat menempatkan pribadinya dalam kesatuan jemaat.
b) Tanamkan pada jemaat pengertian tentang hidup yang dikehendaki Tuhan melalui firman-
Nya dan Injil Kristus. Bukan saja hidup diseberang mayapada ini, juga sekarang dijalani
sebagai persiapan kesana. Hidup yang digumuli dengan iman dan usaha, karena ada segi
rohaninya maupun jasmani.
c) Bertolaklah dari sana menjelaskan apa itu pembangunan/pengembangan masyarakat menurut
konsep gereja yang bersumber pada Firman dan injil. Bahan bangunan adalah serba anugerah
Tuhan yang berlimpah-limpah dan tak henti-henti diciptakanNya bagi masyarakat yang
menghargainya. Puncak tujuan ialah hormat dan puji-pujian kepada Tuhan yang berkenan
kita melakukan pembangunan/pengembangan itu.
d) Sebelum membuat sesuatu yang mau dinamakan pembangunan, adakanlah dulu penelitian
tentang jemaat dan struktur hidupnya, apa kebiasaannya, kebutuhannya, pandangan dan
pendiriannya, potensi yang ada padanya dan kemungkinan-kemungkinan yang tersedia
dilingkungannya.
e) Apabila semua persiapan itu sudah mencapai keadaan yang dapat member landasan kerja
selanjutnya, barulah jemaat bersama gembalanya memikirkan tindakan-tindakan konkret apa
dapat dilakukan berupa proyek ataupun program. Tetapi hendaknya dimulai dengan hal-hal
bagi peningkatan kedewasaan sendiri dan tidak segera dengan tindakan-tindakan ke luar.
Kedewasaan jemaat dinilai menurut kemampuannya mengurus diri sendiri dulu, baru
kesediannya melayani keluar. Ini hendaknya menjadi pola pembangunan gerejani. Janganlah
member gambaran yang tidak konsisten, belum sanggup mengurus diri sendiri sudah mau
bicara tentang pembangunan dunia.

Andai kata membenah diri sudah mencapai hasil jemaat setempat sekarang berdaya untuk
turut menyelenggarakan pembangunan diluar, target berikutnya jangan jauh-jauh dulu. Mulailah
dengan lingkungan sendiri.

Peranan gembala yang tadi membina jemaatnya, sekarang diteruskan oleh jemaat
setempat dalam membangun/mengembangkan kehidupan lingkungan. Pada asasnya tetap sama :

a) Menjelaskan arti pembangunan kepada lingkungan menurut etika yang dianut bersama.
b) Mengajak atau bersedia diajak kedalam kegiatan bersama bagi kepentingan bersama.
c) Dalam konteks lingkungan jemaat setempat turut memasang daya upayanya secara harmonis
dan koperatif dengan daya upaya golongan-golongan social lain bagi maksud dan tujuan
lingkungan itu.

Anda mungkin juga menyukai