Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

KEPANITERAAN KLINIK TERINTEGRASI

DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI PADA BALITA AKIBAT


HIGIENITAS SANITASI LINGKUNGAN DAN MAKANAN
YANG KURANG BAIK

Oleh:

Syartia Normiah I4A013001


Muhammad Husin Nafarin I4A013027
Dwi Rezki Amalia I4A013057
Nisa Urrosyidah I4A013084
Putri Sri Rizky I4A013204
Ihsan Wardhana I4A013205
Riyadh I4A013206
Herwinda Husnawati I4A013227
Gusti Adistya Naila Juwita I4A013250

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
November 2018

i
DAFTAR PEMBIMBING:

1. Dr. dr. Edi Hartoyo, Sp.A (K)


2. Lisda Hayatie, S.Ked, M.Kes
3. Dr. dr. Meitria Syahadatina, M.Kes
4. dr. Fathia Arsyana, Sp.KFR

ii
RINGKASAN

Diare pada anak didefinisikan sebagai keluarnya feses cair lebih dari atau

sama dengan tiga kali dalam 24 jam atau adanya peningkatan frekuensi BAB yang

disertai dengan perubahan konsistensi feses menjadi lebih cair yang disadari oleh

ibu. (1) Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting, terutama di

negara berkembang misalnya Indonesia. Diare menjadi masalah yang penting di

Indonesia dikarenakan angka morbiditas dan mortalitasnya di Indonesia yang

masih tinggi. Menurut United Nation of Children’s Fund (UNICEF) pada tahun

2013, diare menjadi salah satu dari tiga penyebab utama kematian anak di bawah

usia lima tahun, yakni neonatus (45%), pneumonia (14%), dan diare (8%). (2)

Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di

seluruh daerah geografis di dunia. Semua kelompok usia dapat terserang diare,

tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama didapatkan pada bayi
(3)
dan anak-anak. Berdasarkan data tersebut Riskesdas tahun 2013, diketahui

bahwa prevalensi tertinggi diare terdapat pada kategori usia balita 10,2% pada

tahun 2013. Selain itu, berdasarkan data tersebut juga diketahui bahwa di

Indonesia, balita merupakan populasi dengan angka diare tertinggi, terutama

untuk kategori usia 6-24 bulan. (4)

Rotavirus merupakan penyebab utama diare pada anak balita, terutama

pada daerah dengan sanitasi lingkungan yang buruk dan akses terhadap fasilitas

kesehatan yang kurang memadai. (5) Diare ditularkan melalui rute fekal oral yang

ditransmisikan melalui lalat, makanan dan minuman yang terkontaminasi, dan


(6)
kontak orang ke orang secara langsung. Insidensi diare pada negara dengan

iii
pendapatan menengah ke bawah kebanyakan disebabkan oleh berbagai faktor,

diantaranya adalah malnutrisi, status sosial-ekonomi yang rendah, rendahnya

pendidikan ibu, kebersihan air minum yang kurang, dan sanitasi dan higienitas
(1) (7)
yang buruk, serta perilaku cuci tangan yang kurang baik. Terkait dengan

berbagai faktor risiko tersebut, beberapa metode pencegahan diare pada anak yang

direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO), diantaranya adalah

dengan vaksinasi, pemberian nutrisi yang adekuat, dan memutus rute transmisi

patogen secara fecal-oral.

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i
DAFTAR PEMBIMBING ii
RINGKASAN iii
DAFTAR ISI v
STATUS KESEHATAN INDIVIDU 1
I. IDENTITAS PASIEN 1
II. ANAMNESIS 1
III. PEMERIKSAAN FISIK 3
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG 4
STATUS KESEHATAN KELUARGA 5
ANALISIS 13
DIAGNOSIS HOLISTIK KOMPREHENSIF 19
INTERVENSI HOLISTIK KOMPREHENSIF 22
FOLLOW UP HOME VISITE 25
DAFTARoPUSTAKA

v
STATUS KESEHATAN INDIVIDU

I.IDENTIFIKASI PASIEN

NAMA : Almira Agustina

USIA : 27 bulan

JENIS KELAMIN : Perempuan

ALAMAT : Jl. Kelayan B, Gg. Berkat No. 29

AGAMA : Islam

PEKERJAAN : (-)

II.ANAMNESIS

Diambil dari : Alloanamnesis dengan ibu pasien

Tanggal : 12-11-18

Keluhan Utama : BAB cair

Keluhan Tambahan :

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke klinik IDI bersama orang tua. Orang tua pasien mengeluhkan

anaknya BAB cair sejak 1 hari yang lalu. BAB Cair yang dialami anak sebanyak 4x

kali dengan volume ± setengah gelas setiap kali BAB, berwarna kuning, berampas dan

menyemprot, tidak berlendir, tidak berdarah, dan tidak berbau. Keluhan mual dan

muntah disangkal oleh ibu pasien. Ibu pasien mengatakan pasien masih mau untuk

minum dan makan, pasien tidak terlihat lemas, tidak ada rasa haus yang berlebihan dan

pasien tidak rewel. Akibat keluhan tersebut ibu pasien menjadi khawatir bahwa

keluhan BAB cair anaknya ini bertambah parah. Ibu pasien langsung membawa

1
anaknya berobat ke klinik IDI tanpa memberikan obat apapun sebelumnya dengan

harapan anaknya bisa cepat sembuh.

Menurut pengakuan ibunya selama sakit ini pasien tidak terlihat lemas. Pasien

masih terlihat aktif dan lincah seperti biasanya. Pasien juga terlihat aktif bermain

dengan teman-temannya di perkarangan rumah.

Pasien tinggal di rumah yang sangat padat penduduk, jarak antar rumah yang

satu dengan yang lainnya dekat. Ibu pasien juga mengatakan pasien sering

memasukkan semua benda ke dalam mulutnya, sedangkan untuk kebersihan rumahnya

sendiri dikatakan ibu pasien kurang terjaga dikarenakan orang tua pasien sama sama

bekerja jadi tidak terlalu mengurus kebersihan rumah dan bibi pasien yang tinggal

serumah dengan pasien berkerja sebagai pengupas bawang yang sehari-harinya

dilakukan di dalam rumah sehingga kebersihan rumah tidak terjaga.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Sebelumnya ibu pasien mengatakan bahwa pasien pernah mengalami diare,

dalam setahun ini sudah 3 kali pasien mengalami diare.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Di keluarga ibu pasien menyangkal ada yang mengalami hal serupa.

Riwayat Persalinan Ibu:

Pasien dilahirkan secara sesar dengan berat badan 2800 gram, ibu pasien

mengatakan pasien disesar dikarenakan ibu nya mengalami hipertensi dalam

kehamilan. Pasien sempat dirawat di ruang bayi selama 1 minggu dikarenakan kurang

darah.

Riwayat Imunisasi:

Ibu pasien mengatakan riwayat imunisasi pasien lengkap

2
Riwayat Nutrisi:

Pasien makan sehari 3 kali dengan menu nasi, sayur, dan lauk-pauk. Kadang-

kadang makan cemilan berupa biskuit. Tapi pasien susah untuk minum susu. Pasien

juga sering membeli makanan sembarangan, seperti membeli makanan yang dijual

oleh pedagang keliling yang melewati rumahnya.

III.PEMERIKSAAN FISIK

III.1 Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Suhu : 37,0 °C

Respirasi : 22 x/m

Nadi : 103 x/m

Berat badan : 10 kg

Tinggi badan : 80 cm

Satus Gizi : Gizi Baik

III.2 Pemeriksaan Fisik Kepala:

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), air mata cukup

Hidung : Simetris, deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung

(-),epitaksis (-)

Telinga : Simetris, lipatan pinna jelas, hiperemis (-), edem (-)

Tenggorokan : Faring hiperemis (-), edem (-)

Leher : Pembesaran KGB (-/-), massa (-)

Thoraks : Simetris, retraksi (-)

3
Cor : S1∞ S2 tunggal, bising (-)

Pulmo : Suara napas bronkovesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : Distensi (-), bising usus (↑), H/L/M tidak teraba, perkusi timpani,

turgor kulit cepat kembali

Ekstremitas : akral hangat, parese (-/-), edema (-/-)

IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Hematologi : Tidak dilakukan

2. Kimia darah : Tidak dilakukan

3. Feses : Tidak dilakukan

4. Radiologi : Tidak dilakukan

5. Dan lain lain : Tidak dilakukan

4
STATUS KESEHATAN KELUARGA

NAMA KEPALA KELUARGA : Fathur Rahman

ALAMAT LENGKAP : Jl. Kelayan B, Gg. Berkat No. 29

A. KOMPOSISI KELUARGA
Tabel 1. Komposisi Keluarga

Hubungan
N Umur Tingkat
Nama dengan JK Pekerjaan Agama
o (th) Pendidikan
KK
Fathur Kepala
1 38 L SMA Swasta Islam
Rahman Keluarga
Norhasana Ibu Rumah
2 Istri 40 P SMA Islam
h Tangga
3 Alda R Anak 11 P SD Pelajar Islam
4 Almira A Anak 2 P - - Islam
Siti
5 Saudara 45 P SMA Swasta Islam
Khadijah
6 Hadi G Keponakan 22 L SMA Swasta Islam
7 Ari Hendra Keponakan 18 L SMA Pelajar Islam
Putri
8 Keponakan 10 P SD Pelajar Islam
Melisa
Umi Ibu Rumah
9 Ibu 70 P SD Islam
Salmah Tangga

1. Anggota keluarga yang meninggal 5 bulan terakhir : (-)

2. Penyebab kematian : (-)

3. Umur Kematian : (-)

Data ekonomi

1. Penghasilan rata- rata per bulan : Rp 1.000.000 s/d Rp 3.000.000

2. Apakah keluarga menabung? Ya

5
B. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT IBU MENYUSUI

1. Apakah ibu mendapatkan informasi tentang cara menyusui/pemberian ASI yang

benar? (√) Ya ( ) Tidak

2. Bila Ya, jenis informasi apa yang ibu dapatkan?

( ) Perawatan payudara

( ) Manfaat ASI

(√) Teknik menyusui

( ) Lain-lain, sebutkan

3. Apakah ibu pernah memberi kolostrum/susu pertama kali keluar pada bayi segera

setelah melahirkan? (√) Ya ( ) Tidak

4. Sampai usia berapa anak diberi ASI?

( ) 6 bulan

( ) 6-12 bulan

( ) 12-18 bulan

( ) 18-24 bulan

(√ ) 27 bulan

5. Keluhan ibu/diagnosis medis yang terkait dengan masalah menyusui: -

6
C. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT BALITA (0-5 TAHUN)

1.Apakah keluarga melakukan penimbangan balita? (√) Ya ( ) Tidak

2. Bila tidak apa alasannya ( ) Jauh ( ) Malas ( ) Repot ( ) Tidak tahu

( ) Lain-lain, sebutkan__________________________________________________

3. Apakah setiap hari anak mendapatkan makanan selingan di antara waktu makan?

(√) Ya ( ) Kadang- kadang ( ) Tidak

4. Bagaimana kondisi balita saat ini? ( ) Sehat (√) Sakit

5. Bila balita sakit, apa yang dikeluhkan/ diagnosis medisnya? BAB cair

6. Apa yang telah dilakukan keluarga terhadap kondisi balita yang sakit? Selalu

minum air, berobat ke klinik IDI, mendapatkan obat

D. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT ANAK PRASEKOLAH DAN

USIA SEKOLAH ( 5- 12 TAHUN)

1. Berapa kali anak melakukan sikat gigi dalam sehari? ( ) 1 Kali (√) 2 kali ( ) >2 kali

2. Bagaimana kondisi gigi anak saaat ini? ( ) Berlubang dan hitam

( ) Gusi bengkak dan berdarah ( ) Sariawan (√) Bersih dan sehat

( ) Lain-lain, sebutkan ______________________________________

3. Apakah anak terbiasa mencuci tangan sebelum dan sesudah makan?

(√) Ya ( ) Tidak

4. Apakah anak terbiasa memakai alas kaki saat bermain? ( ) Ya (√) Tidak

5. Bagaimana kondisi anak saat ini? (√) Sehat ( ) Sakit

6. Bila sakit, apa yang dikeluhkan/diagnosis medisnya? -

7. Terhadap anak yang sakit dibawa berobat kemana/diberi perawatan apa? -

7
E. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT ANAK REMAJA (12-18

TAHUN)

1.Apakah anak remaja tersebut masih sekolah? (√) Ya ( ) Tidak

2.Kegiatan remaja yang dilakukan di luar jam sekolah: kerja

3.Bagaimana kondisi remaja saat ini? (√) Sehat ( ) Sakit

4.Bila sakit, apa yang dikeluhkan/diagnosis medisnya? -

F. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT USIA DEWASA (18-55

TAHUN)

1. Kegiatan yang dilakukan oleh usia dewasa setelah lulus sekolah? kerja

2. Bagaimana kondisi usia dewasa saat ini? (√) Sehat ( ) Sakit

3. Bila sakit, apa yang dikeluhkan usia dewasa/diagnosis medisnya? -

G. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT LANSIA (> 55 TAHUN)

1. Berapa jumlah lansia di rumah saat ini? (√) 1 ()2 ()>2

2. Adakah penyakit keturunan delam keluarga? ( ) Jantung (√) Hipertensi

( ) Asma ( )Diabetes ( ) Lain-lain, sebutkan -

3. Pernahkah melakukan pemeriksaan gula darah dalam 3 bulan terakhir?

( ) Pernah (√) Tidak

4. Bila pernah, sebutkan berapa hasil pemeriksaannya.

5. Bagaimana kondisi lansia saat ini? (√) Sehat ( ) Sakit

6. Bila sakit, apa yang dikeluhkan lansia/diagnosis medisnya? -

7. Apa yang telah dilakukan lansia untuk mengatasi penyakitnya?

(√) Ke pelayanan kesehatan ( ) Didiamkan saja ( ) Minum obat warung

( ) Terapi alternatif ( ) Lain-lain, sebutkan -

8
8. Apakah kegiatan lansia sehari-hari? Mengasuh cucu

H. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

1) Apakah dalam keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa? ( ) Ya (√)Tidak

2) Bila Ya, apa kondisinya saat ini.

3) Apa yang telah dilakukan untuk mengatasinya ?

( ) Ke pelayanan kesehatan ( ) Didiamkan saja ( ) Terapi alternatif ( ) Lain-

lain, sebutkan ______________________________________

I. PERUMAHAN

1. Status kepemilikan: ( ) Sewa ( ) Numpang (√) Milik Sendiri

( ) Lain-lain, sebutkan ______________________________________

2. Tipe rumah: (√) Permanen ( ) Semi permanen ( ) Tidak permanen

3. Lantai: ( ) Tanah (√) Papan ( ) Tegel ( ) Semen

( ) Lain-lain, sebutkan ______________________________________

4. Ada jendela di setiap kamar? (√) Ya ( ) Tidak

5. Jika Ya, apakah dibuka setiap hari? (√) Ya ( ) Tidak

6. Pencahayaan dalam rumah di siang hari: ( ) terang (√) remang-remang ( ) gelap

7. Jarak rumah dengan tetangga: ( ) bersatu (√) dekat ( ) terpisah

8. Halaman di sekitar rumah: ( ) ada (√) tidak

9. Jika ada, lokasinya: ( ) Di depan ( ) Di samping ( ) Di belakang

10. Pemanfaatan pekarangan: ( ) Kebun ( )Kolam ( ) Kandang ( ) Lain-lain,

sebutkan -

11. Berapa luas rumah? 14,5 x 9 meter

9
J. SUMBER AIR

1. Sumber air untuk masak dan minum: (√) PAM ( ) Sumur ( ) Air Mineral ( )

Lain-lain, sebutkan -

2. Jika dari PAM/sumur: (√) Dimasak ( ) Tidak

3. Sumber air mandi/mencuci: (√) PAM ( ) Sumur ( ) Sungai ( )

( ) Lain-lain, sebutkan -

4. Jarak sumber air dengan septic tank: (√) < 10 Meter ( ) ≥ 10 meter

5. Tempat penampungan air sementara: ( ) Bak ( ) Gentong (√) Ember ( ) Lain-

lain, sebutkan -

6. Kondisi tempat penampungan air: (√) Terbuka ( ) Tertutup

7. Kondisi air dalam penampungan: ( ) Berwarna ( ) Berasa (√) Tidak

berasa/berwarna

8. Ada jentik dalam penampungan air: (√) Ya ( ) Tidak

K. PEMBUANGAN SAMPAH

1. Dimana keluarga membuang sampah? ( ) Sungai ( ) Ditimbun ( ) Dibakar ( )

Sembarang tempat ( ) Lain-lain.sebutkan? Di tempat sampah

2. Penampungan sampah sementara: (√) Ada ( ) Tidak ada/berserakan

3. Bila ada, keadaaannya: (√) Terbuka ( ) Tertutup

4. Jarak dengan rumah: ( ) Dekat (< 5 m) (√) Jauh (> 5 m)

L. PEMBUANGAN LIMBAH

1. Kebiasaan keluarga BAK/BAB (√) Jamban/WC ( ) Sungai ( ) Sembarang

2. Jenis Jamban yang digunakan ( ) Cemplung ( ) Plengsengan (√) Leher Angsa

3. Pembuangan air limbah (√) Resapan ( ) Got ( ) Sembarangan

10
4. Kondisi saluran pembuangan: tersumbat

M. KANDANG TERNAK

1. Kepemilikan kandang ternak: (√) Tidak ( ) Ya,

sebutkan._____________________

2. Bila Ya, letak kandang: ( ) Di dalam rumah ( ) Di luar rumah

3. Kondisi: ( ) Terawat ( ) Tidak terawat

N. PELAYANAN KESEHATAN

1. Sarana kesehatan terdekat: ( ) Rumah Sakit (√) Puskemas ( )

Dokter/Perawat/Bidan () Balai Pengobatan ( ) Lain-lain, sebutkan.

____________________________________

2. Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit: ( ) Rumah Sakit ( )

Puskemas (√) Dokter praktek ( ) Perawat ( ) Bidan ( ) Lain-lain, sebutkan.

___________________

3. Kebiasaan keluarga sebelum ke pelayanan kesehatan (√) Beli obat bebas ( )

Jamu

4. Sumber pendanaan kesehatan keluarga: ( ) ASTEK/ASKES ( ) Tabungan ( )

Dana Sehat (√) JKN/JAMKESMAS ( ) Tidak ada ( ) Lain-lain, sebutkan

____________________________________________________

5. Sarana transfortasi ke pelayanan kesehatan keluarga: ( ) Jalan kaki ( ) Ojek

( ) Angkot (√) Kendaraan Pribadi ( ) Lain-lain, sebutkan

________________________

6. Jarak rumah dengan saran kesehatan: ( ) < 1 km (√) 1-2 Km ( ) >2-5 Km ( ) > 5

Km

11
O. MASALAH KESEHATAN KHUSUS

1.Penyakit yang paling sering diderita keluarga dalam 6 bulan terakhir:

( ) Demam Berdarah (√) Batuk pilek ( ) Asma ( ) TBC ( ) Typhoid ( ) Infeksi

Menular Seksual ( ) Lain-lain,

sebutkan______________________________________________

12
ANALISIS

Diare pada anak didefinisikan sebagai keluarnya feses cair lebih dari atau

sama dengan tiga kali dalam 24 jam atau adanya peningkatan frekuensi BAB yang

disertai dengan perubahan konsistensi feses menjadi lebih cair yang disadari oleh

ibu. (1) Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di

seluruh daerah geografis di dunia. Semua kelompok usia dapat terserang diare,

tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama didapatkan pada bayi

dan anak-anak. Berdasarkan data tersebut Riskesdas tahun 2013, diketahui bahwa

prevalensi tertinggi diare terdapat pada kategori usia balita 10,2% pada tahun

2013. Selain itu, berdasarkan data tersebut juga diketahui bahwa di Indonesia,

balita merupakan populasi dengan angka diare tertinggi, terutama untuk kategori

usia 6-24 bulan. (8) (4)

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting, terutama di

negara berkembang misalnya Indonesia. Diare menjadi masalah yang penting di

Indonesia dikarenakan angka morbiditas dan mortalitasnya di Indonesia yang

masih tinggi. Menurut United Nation of Children’s Fund (UNICEF) pada tahun

2013, diare menjadi salah satu dari tiga penyebab utama kematian anak di bawah

usia lima tahun, yakni neonatus (45%), pneumonia (14%), dan diare (8%). (2) Data

Departemen Kesehatan RI melalui Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun

2013 yang dilakukan dengan metode sampling memperlihatkan prevalensi diare

pada semua kelompok umur adalah sebesar 3,5% pada tahun 2013. (8) (4)

13
Pasien yang dilaporkan pada laporan kasus ini merupakan seorang balita

berusia berusia 27 bulan yang dibawa oleh ibunya dengan keluhan utama BAB

cair sejak 1 hari yang lalu. BAB cair ± 4x dalam 24 jam dengan volume ± ½ gelas

per kali BAB tanpa disertai adanya lendir dan darah. Bedasarkan keluhan utama

tersebut, dapat dikatakan bahwa pasien telah mengalami diare yang ditandai

dengan adanya peningkatan frekuensi BAB dalam 24 jam (> 3x/24 jam) dan

perubahan konsistensi feses menjadi lebih cair.

Berdasarkan onset terjadinya, diare dikategorikan menjadi diare akut, diare

melanjut, dan diare kronik. Dari ketiga kategori diare tersebut, diare akut memiliki

prevalensi tertinggi, yaitu sekitar 70-80%, diikuti dengan diare melanjut (10-15%)
(9)
dan diare persisten (5-10%). Berdasarkan kategori tersebut, maka diare yang

terjadi pada pasien adalah diare akut karena onset terjadinya adalah satu hari yang

lalu.

Hal yang paling dikhawatirkan dari diare adalah terjadinya dehidrasi yang

jika tidak ditangani akan menyebabkan syok hipovolemik dan berakhir pada

kegagalan fungsi organ dan kematian. Namun, pada pasien ini tidak ditemukan

adanya tanda-tanda dehidrasi, yang dibuktikan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Berdasarkan anamnesis, diketahui bahwa pasien masih mau

untuk minum dan makan, pasien tidak terlihat lemas, tidak ada rasa haus yang

berlebihan dan pasien tidak rewel. Temuan tersebut dibuktikan dengan hasil

pemeriksaan fisik yakni tidak ditemukan adanya takikardi, turgor yang masih

baik, capillary refill time yang tidak memanjang, dan akral yang masih hangat.

14
Sehingga, ibu hanya disarankan untuk meneruskan pemberian cairan sesuka hati

anak dan tidak membutuhkan terapi rehidrasi secara khusus. (10)

Secara umum, diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yakni infeksi

dan non infeksi. Kebanyakan diare akibat adanya infeksi pada anak dapat

disebabkan oleh berbagai patogen penginfeksi, diantaranya adalah rotavirus,

Cryptosporidium, enterotoxigenic E. coli, dan Shigella. (6) Yati dkk menemukan

bahwa etiologi utama pada 60% kasus diare akut adalah rotavirus. (11)

Rotavirus merupakan penyebab utama diare pada anak balita, terutama

pada daerah dengan sanitasi lingkungan yang buruk dan akses terhadap fasilitas
(5)
kesehatan yang kurang memadai. Diare yang disebabkan oleh rotavirus

biasanya ditandai dengan adanya BAB cair yang tidak disertai dengan adanya

lendir atau darah dan pada pemeriksaan feses ditemukan jumlah leukosit yang

rendah pada feses. (12) Pada pasien ini, kecurigaan terbesar penyebab diare adalah

akibat dari infeksi rotavirus. Hal tersebut didasarkan pada data epidemiologi yang

menyebutkan bahwa rotavirus merupakan penyebab tersering diare pada balita

dan manifestasi klinis berupa BAB cair yang tidak disertai dengan adanya lendir

atau darah. Namun, kecurigaan ini tidak dapat dibuktikan kebenarannya karena

pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan feses rutin maupun kultur feses,

sehingga penyebab diare pada kasus ini tidak dapat diketahui.

Diare ditularkan melalui rute fekal oral yang ditransmisikan melalui lalat,

makanan dan minuman yang terkontaminasi, dan kontak orang ke orang secara

langsung. (6) Insidensi diare pada negara dengan pendapatan menengah ke bawah

kebanyakan disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah malnutrisi, status

15
sosial-ekonomi yang rendah, rendahnya pendidikan ibu, kebersihan air minum

yang kurang, dan sanitasi dan higienitas yang buruk, serta perilaku cuci tangan

yang kurang baik. (1) (7) Selain faktor-faktor diatas, terdapat beberapa faktor yang

juga sangat berperan dalam terjadinya diare, yakni higienitas makanan yang

kurang baik. Higienitas makanan dapat berkurang disepanjang proses penyajian

makanan, mulai dari tahap produksi asal bahan dasar makanan, penanaman,

proses pengolahan, pengiriman dan penjualan bahan makanan, dan penyajian

makanan sebelum dihidangkan. (13)

Pada pasien ini, terdapat beberapa faktor risiko yang diduga kuat menjadi

penyebab diare, diantaranya adalah kurangnya higienititas sanitasi makanan dan

lingkungan. Kurangnya higienitas makanan dapat dilihat dari anamnesis yang

menunjukkan bahwa sehari-harinya pasien sering dibiarkan untuk jajan makanan-

makanan yang dijual di depan rumahnya yang higienitasnya tidak dapat

dipastikan. Selain itu, sehari-harinya pasien lebih sering diasuh oleh neneknya

yang sudah berusia lanjut, sehingga kebersihan makanan saat disajikan juga

kurang terawasi, apalagi saat ini pasien tengah berada pada fase dimana ia sangat

senang memasukkan benda atau makanan apapun ke mulutnya. Selain faktor

higienitas makanan yang kurang baik, sanitasi lingkungan rumah pasien pun juga

masih kurang baik. Kurang baiknya sanitasi lingkungan dapat dilihat berdasarkan

hasil anamnesis dan observasi langsung saat kunjungan ke rumah pasien.

Berdasarkan hasil anamnesis, diketahui bahwa sehari-harinya pasien dibiarkan

bermain bebas di area rumah, tetapi berdasarkan penuturan orang yang tinggal di

rumahnya, rumah mereka jarang bisa dalam keadaan bersih. Hal tersebut karena

16
salah satu anggota keluarganya bekerja sebagai pengupas bawang dan aktivitas

tersebut dilakukan di dalam rumah, akibatnya sampah-sampah bawang (kulit dan

akar bawang) berserakan di lantai rumah. Pada saat dilakukan kunjungan ke

rumah pasien, terlihat sampah-sampah bawang (kulit dan akar bawang)

berserakan di lantai rumah dan pada saat yang sama anak tengah bermain di

tempat tersebut tanpa pengawasan ketat oleh orang tuanya.

Terdapat beberapa metode pencegahan diare pada anak yang

direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO), diantaranya adalah

dengan vaksinasi, pemberian nutrisi yang adekuat, dan memutus rute transmisi

patogen secara fecal-oral. Strategi pencegahan yang dapat dilakukan untuk

memutus rute transmisi fecal-oral adalah berfokus pada kebiasaan mencuci

tangan, sanitasi, dan ketersediaan sumber air bersih. Berdasarkan penelitian yang

telah dilakukan diketahui bahwa dengan strategi tersebut dapat mencegah

terjadinya diare pada anak hingga 95%. (6)

Berdasarkan faktor risiko yang telah ditemukan, maka strategi pencegahan

diare yang dapat diterapkan pada pasien ini adalah strategi yang berfokus pada

pemutusan rute transmisi fekal-oral. Untuk mencegah anak mengonsumsi

makanan dengan higienitas yang buruk, maka keluarga akan diberikan edukasi

tentang cara memilih makanan yang layak dikonsumsi oleh pasien, cara

menyajikan makanan yang baik, cara menyimpan makanan yang baik, serta

diberikan motivasi untuk menyediakan makanan yang diolah sendiri khusus untuk

pasien agar dapat menjamin nutrisi dan higienitasnya. Selain itu, untuk

meningkatkan sanitasi lingkungan, keluarga juga dapat diberikan edukasi agar

17
pekerjaan mengupas bawang dilakukan di suatu area khusus di rumah (misalnya

dapur) yang jarang dijadikan pasien sebagai area bermain dan secara rutin

membersihkan rumah agar tidak ada sampah ataupun debu yang berpotensi

menjadi penyebab penyakit. Tidak hanya itu, untuk memperkuat strategi tersebut,

pada keluarga pasien juga perlu diberikan edukasi tentang pola asuh yang baik

dan benar sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.

18
DIAGNOSIS HOLISTIK KOMPREHENSIF

1. Diagnosis Aspek Personal

a. Keluhan Utama : BAB cair

b. Harapan : Ibu pasien berharap anaknya bisa cepat sembuh

c. Kekhawatiran : Ibu pasien khawatir dengan keluhan BAB cair anaknya ini

akan bertambah parah

d. Upaya : Ibu pasien langsung membawa anaknya ke klinik IDI

untuk berobat

2. Diagnosis Klinis

Diare akut tanpa dehidrasi

3. Diagnosis Risiko Internal

a. Perilaku/gaya hidup

Menurut ibu pasien, pasien sering memasukkan semua benda apa saja ke

dalam mulutnya. Selain itu, pasien juga memiliki kebiasaan membeli

makanan sembarangan seperti membeli makanan di penjual makanan keliling

yang melewati rumahnya.

4. Diagnosis Risiko Eksternal dan Psikososial

a. Ekonomi

Kedua orang tua pasien bekerja sebagai pedagang pada pagi hari hingga sore

hari sehingga tidak bisa memperhatikan kegiatan dan pola makan anaknya

saat ditinggal bekerja.

19
b. Lingkungan fisik

Kebersihan rumah yang menjadi tempat tinggal pasien kurang terjaga.

20
Diagnosis Derajat Fungsional

Gambar 1. Skema Diagnosis Derajat Fungsional

21
INTERVENSI HOLISTIK KOMPREHENSIF

1. Diagnosis Aspek Personal

Tabel 2. Diagnosis Aspek Personal dan Intervensi

No Diagnosis Aspek Intervensi


Personal
1. Keluhan Utama: 1. Memberikan informasi mengenai penyakit
BAB cair yang dialami oleh pasien, penyebab,
gejala, pengobatan, pencegahan, serta
2. Harapan: Ibu pasien prognosisnya
berharap anaknya 2. Melakukan evaluasi terhadap keluhan,
bisa cepat sembuh kekhawatiran, dan harapan dari ibu pasien.

3. Kekhawatiran: Ibu
pasien khawatir
dengan keluhan BAB
cair anaknya ini akan
bertambah parah

4. Upaya: Ibu pasien


langsung membawa
anaknya ke klinik IDI
untuk berobat

2. Diagnosis Klinis

Tabel 3. Diagnosis Klinis dan Intervensi

No Diagnosis Klinis Intervensi


1. Diare Akut Tanpa 1. Memberikan terapi:
Dehidrasi - Zinc syrup 1x10mg selama 10 hari

2. Memberikan edukasi
- Cara meminum obat zinc syrup
- Cara membuat oralit
- Member cairan tambahan sebanyak anak
mau
3. Melakukan evaluasi

22
3. Diagnosis Risiko Internal

Tabel 4. Diagnosis Risiko Internal dan Intervensi

No Diagnosis Risiko Intervensi


Internal
1. Memasukkan semua 1. Memberikan edukasi kepada anak bahwa
benda apa saja ke tidak boleh memasukan benda apa saja
dalam mulutnya ke dalam mulut agar terhindar dari
penyakit.
2. Memotivasi orang tua dan keluarga yang
tinggal serumah untuk mengawasi
anaknya ketika bermain
2. Kebiasaan jajan 1. Memberikan edukasi kepada anak untuk
sembarangan tidak jajan sembarangan lagi.
2. Memotivasi orang tua dan keluarga yang
tinggal serumah untuk mengawasi
makanan yang dikonsumsi oleh anak.
3. Memotivasi orang tua dan keluarga yang
tinggal serumah untuk membuat
makanan ringan sendiri agar anak tidak
jajan sembarangan lagi.

4. Diagnosis Risiko Eksternal dan Psikososial

Tabel 5. Diagnosis Risiko Eksternal dan Psikososial dan Intervensi

No Diagnosis Risiko Intervensi


Eksternal dan
Psikososial
1. Pola asuh dan 1. Memberikan edukasi kepada pengasuh
pengawasan terhadap anak untuk mengawasi dan
anak yang kurang memperhatikan aktivitas serta pola
baik makan anak
2. Kebersihan rumah 1. Memberikan edukasi terhadap seluruh
yang menjadi tempat anggota keluarga terhadap pentingnya
tinggal pasien kurang menjaga kebersihan, khususnya
terjaga kebersihan rumah.

23
5. Diagnosis Derajat Fungsional

Tabel 6. Diagnosis Derajat Fungsional dan Psikososial dan Intervensi

No Diagnosis Derajat Intervensi


Fungsional dan Psikososial
1. Terdapat impairments pada 1. Tidak diperlukan intervensi
sistem saluran cerna, tidak rehabilitatif, cukup terapi
terdapat limitasi pada aktivitas kausatif.
sehari-hari, dan tidak terdapat
restriksi pada partisipasi

24
FOLLOW UP HOME VISITE

Follow up dilakukan pada hari ketiga setelah pengobatan

S : BAB cair (-), keluhan lain (-)

O: HR : 109 x/menit, RR : 24 x/menit, T: 36,5 °C, SpO2 : 98%, CRT: < 3detik,

Kulit: Sianosis (-), Ikterik (-), pucat (-). Mata: Konj. Anemis (-/-). Hidung:

PCH (-). Leher: Pemb. KGB (-). Thorax : Retraksi (-), Rhonci (-/-), Wheezing

(-/-). Abdomen : Distensi (-), BU(+), turgor kulit baik. Ekstremitas: Akral

hangat (+)

A: Post Diare Akut Tanpa Dehidrasi

P: Zinc syrup 1x10mg selama 10 hari

Edukasi pencegahan diare dan pola hidup sehat

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Alebel A, Tesema C, Temesgen B, Gebrie A, Petrucka P, Kibret GD.


Prevalence and determinants of diarrhea among under-five children in
Ethiopia: A systematic review and meta-analysis. PloS one.
2018;13(6):e0199684.

2. Levels & Trends in Child Mortality. Report 2013. United Nations Children’s
Fund. 2013.

3. Thiam S, Diène AN, Fuhrimann S, et al. Prevalence of diarrhoea and risk


factors among children under five years old in Mbour, Senegal: a cross-
sectional study. Infectious Diseases of Poverty. 2017;6(109):1-12.

4. Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.


Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013.

5. Gasparinho C, Piedade J, Mirante MC, Mendes C, Mayer C, Nery SV, Brito


M, Istrate C. Characterization of rotavirus infection in children with acute
gastroenteritis in Bengo province, Northwestern Angola, prior to vaccine
introduction. PloS one. 2017 Apr 19;12(4):e0176046.

6. Aluisio AR, Maroof Z, Chandramohan D, Bruce J, Masher MI, Manaseki-


Holland S, Ensink JH. Risk factors associated with recurrent diarrheal
illnesses among children in Kabul, Afghanistan: a prospective cohort study.
PLoS One. 2015 Feb 13;10(2):e0116342.

7. Agustina R, Sari TP, Satroamidjojo S, Bovee-Oudenhoven IM, Feskens EJ,


Kok FJ. Association of food-hygiene practices and diarrhea prevalence
among Indonesian young children from low socioeconomic urban areas.
BMC public health. 2013 Dec;13(1):977.

8. World health Organization. Hospital care for children: Guidelines for the
management of common illness with limited resources. World Health
Organization 2009.

9. Anigilaje EA. Management of diarrhoeal dehydration in childhood: A review


for clinicians in developing countries. Frontiers in pediatrics. 2018 Feb
23;6:28.

10. Soenarto Y, Aman AT, Bakri A et al. Burden of Severe Rotavirus Diarrhea in
Indonesia. J Infect Dis. 2009;200:S188-94.

26
11. Alkali BR, Daneji AI, Magaji AA, Bilbis LS. Clinical symptoms of human
rotavirus infection observed in children in Sokoto, Nigeria. Advances in
Virology. 2015;2015.

12. Kirk MD, Angulo FJ, Havelaar AH, Black RE. Diarrhoeal disease in children
due to contaminated food. Bulletin of the World Health Organization. 2017
Mar 1;95(3):233.

27

Anda mungkin juga menyukai