Anda di halaman 1dari 23

BAB VI

Kesetimbangan Ion

Pendahuluan
Suatu sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing
komponennya tidak bisa dibedakan secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang
heterogen disebut campuran. Suatu larutan merupakan suatu cairan yang mengandung zat
terlarut, misalnya padatan atau gas dengan kata lain larutan tidak hanya terbatas pada
cairan saja.
Oleh karena itu, setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mempunyai kemampuan
yang dituangkan dalam tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus.

Tujuan Pembelajaran Umum


Mahasiswa mampu memahami kesetimbangan yang terjadi larutan elektrolit berdasarkan sifat
larutan

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa mampu
1. menjelaskan tentang kesetimbangan air;
2. menjelaskan sifat larutan elektrolit;
3. nenjelaskan zat elektrolit dalam larutan;
4. menjelaskan atau meramalkan reaksi kimia yang terjadi dalamlarutan elektrolit;
5. menghitung atau membuat larutan elektrolit pada konsentrasi tertentu;
6. menentukan jumlah zat yang terlibat dalamsuatu reaksi kimia;
7. menentukan derajad keasaman suatu larutan elektrolit bila diketahui jenis zat terlarutnya;
8. menentukan kadar asam atau basa berdasarkan percobaan di laboratorium atau diketahui
volume dan konsentrasi penitrasinya.

Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 94


6.1 Kesetimbangan Air
6.1.1 Pengertian pH
Derajat keasaman (pH) didefinisikan sebagai minus logaritma dari aktivitas ion hidrogen dalam
larutan berpelarut air. pH merupakan kuantitas tak berdimensi.

---------(6.1)
dengan aH adalah aktivitas ion hidrogen. Alasan penggunaan definisi ini adalah bahwa aH dapat
diukur secara eksperimental menggunakan elektroda ion selektif yang merespon terhadap
aktivitas ion hidrogen. Pada kesetimbangan air
H2O = H+ + OH –
K= (a H+). (aOH-)/(aH2O)
K(aH2O) = (aH+). (aOH-)
Kw = (aH+). (aOH-) ------------------------------ (6.2)
Pada kestimbangan air : (aH+) = (aOH-).Pada suhu 250C, besarnya harga Kw = 1.10 -14. Sehingga a
-7
H+ = a OH - = 1.10 .

Dengan demikian , pH = -log aH+ = - log 10-7 = 7 .


Jadi untuk air murni , pH = 7 , maka larutan ini disebut netral
Umumnya, indikator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi
merah bila pH rendah (keasaman tinggi) dan biru pada pH tinggi (keasaman rendah) Selain
menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja
berdasarkan prinsip elektrolit / konduktivitas suatu larutan.
Untuk air murni pada suhu25 °C :
[H+] = [OH-] = 10 -7 mol/L Sehingga pH air murni = – log 10 -7 = 7
Atas dasar pengertian ini, maka
 Jika pH = 7, maka larutan bersifat netral,
 Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam,
 Jika pH > 7, maka larutan bersifat basa,
 Pada suhu kamar : pKw = pH + pOH = 14. ---------- (6.3)
Asam dibedakan menjadi dua, yaitu asam kuat dan asam lemah. Larutan basa juga terbagi
menjadi basa kuat dan basa lemah. Pembagian ini sangat membantu dalam penentuan derajat
keasaman (pH). Untuk menyatakan nilai pH suatu larutan asam, maka yang paling awal harus
ditentukan (dibedakan) antara asam kuat dengan asam lemah.

Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 95


6.2. Kesetimbangan Asam- Basa
6.2.1 Ionisasi Asam- Basa
Asam dapat dibedakan menjadi asam kuat dan asam lemah, begitu pula basa. Reaksi ionisasi
asam kuat, secara umum dapat ditulis, HxA(aq)  xH+(aq) + Ax-(aq).
Yang termasuk asam kuat, meliputi: HCl, HBr, HI, HNO3, H2SO4, HClO4, dll. Reaksi asam kuat
bersifat satu arah karena asam kuat mudah terionisasi dalam air.
Reaksi ionisasi asam lemah, secara umum dapat ditulis
HzB(aq) = zH+(aq) + B z- (aq). -------------------- (6.4)
Asam lemah, meliputi: CH3COOH, HF, HCN, H2CO3, dll. Reaksi asam lemah bersifat reversibel
karena asam lemah tidak terionisasi sempurna di dalam air. Basa kuat meliputi senyawa-
senyawa hidroksida alkali dan beberapa hidroksida alkali tanah. Selain hidroksida-hidroksida
tersebut semuanya tergolong basa lemah.
Asam kuat dan basa kuat dalam air mudah terionisasi, dengan derajat ionisasi (α) α= 1, sehingga
jumlah ion- ionnya relatif banyak. Akibatnya, larutan asam kuat dan basa kuat mudah
menghantarkan arus listrik, sehingga disebut larutan elektrolit kuat. Sebaliknya, larutan basa
lemah dan asam lemah sukar terionisasi (α, α < 1), sehingga tergolong larutan elektrolit lemah.
Senyawa- senyawa yang dapat bertindak sebagai asam (melepaskan H +) dan juga dapat bertindak
sebagai basa (melepaskan OH-) disebut senyawa amfoter. Senyawa- senyawa amfoter, meliputi:
Be(OH)2, Al(OH)3, Zn(OH)2,dan lain-lain
Untuk asam-asam kuat (α=1), maka menyatakan nilai pH larutannya dapat dihitung langsung
dari konsentrasi asamnya (dengan melihat valensinya). Sebagai contoh
1. Hitunglah pH dari 100 ml larutan 0,01 M HCl!
Jawab: HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq)
[H+] = [HCl] = 0.01 = 10-2 M  pH = – log 10-2 = 2
2. Hitunglah pH dari 2 liter larutan 0,1 mol asam sulfat!
Jawab:
H2SO4(aq) → 2 H+(aq) + SO42-(aq)
[H+] = 2[H2SO4] = 2 x 0.1 mol/2.0 liter = 2 x 0.05 = 10-1 M
pH = – log 10-1 = 1
Untuk asam-asam lemah, yang mengalami ionisasi sebagiam, maka harga derajat ionisasinya (0
< α < 1), sehingga besarnya konsentrasi ion H+ tidak dapat dinyatakan secara langsung dari
konsentrasi asamnya (seperti halnya asam kuat). Langkah awal yang harus ditempuh adalah
menghitung besarnya [H+] dengan rumus
[H+] = √ ( Ca . Ka) ---------------- (6.5)
dengan Ca=konsentrasi asam lemah,

Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 96


Ka = tetapan ionisasi asam lemah, dan pKa = -logKa
untuk reaksi ionisasi asam lemah HA = H+ + A- ,
Ka = [H+][A-]/[HA] ------------------- (6.6)
Contoh:
Hitunglah pH dari 0,025 mol CH3COOH dalam 250 ml larutannya, jika diketahui Ka= 10-5
Jawab:
Ca = 0.025 mol/0.025 liter = 0,1 M = 10-1 M
[H+] = √ (Ca . Ka) = 10-1 . 10-5 = 10-3 M = 3
Prinsip penentuan pH suatu larutan basa sama dengan penentuan pH larutam asam, yaitu
dibedakan untuk basa kuat dan basa lemah.

6.2.2 Larutan Basa


Untuk menentukan pH basa-basa kuat (α=1), maka terlebih dahulu dihitung nilai pOH larutan
dari konsentrasi basanya.
Contoh:
a. Tentukan pH dari 100 ml larutan KOH 0,1 M!
b. Hitunglah pH dari 500 ml larutan Ca(OH)2 0,01 M!
Jawab:
a. KOH(aq) → K+(aq) + OH-(aq)
[OH-] = [KOH] = 0,1 = 10-1 M
pOH = – log 10-1 = 1
pH = 14 – pOH = 14 – 1 = 13
b. Ca(OH)2(aq) → Ca2+(aq) + 2 OH-(aq)
[OH-1] = 2[Ca(OH)2] = 2 x 0,01 = 2.10-2 M
pOH = – log 2.10-2 = 2 – log 2
pH = 14 – pOH = 14 – (2 – log 2) = 12 + log 2
Untuk basa-basa lemah, karena harga derajat ionisasinya (α) =1 maka untuk menyatakan
konsentrasi ion OH- digunakan rumus: [OH-] = √ (Cb . Kb) -------------- (6.7)
dengan Cb = konsentrasi basa lemah,
Kb = tetapan ionisasi basa lemah dan pKb = -log Kb
reaksi ionisasinya : L(OH)x = L x+ + x OH -
Kb = [L x+][OH-]x/[L(OH)x] ------------------- (6.8)
Contoh:
Hitunglah pH dari 100 ml 0.001 M larutan NH4OH, jika diketahui tetapan ionisasinya 105!

Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 97


Jawab: [OH-] = √ (Cb . Kb) = 10-3 . 10-5 = 10-4 M
pOH = – log 10-4 = 4. pH = 14 – pOH = 14 – 4 = 10
Nilai pKa dan pKb beberapa asam lemah dan basa lemah ditunjukkan pada Tabel 6.1 berikut ini
Tabel 6.1 Nilai Ka dan Kb asam dan basa lemah *)
Asam/basa Ionisasi pKa atau pKb
Asam klorit HCO2 + H2O = H3O + + ClO2 – 1,92
Asam format HCOOH + H2O = H3O + + HCOO – 3,75
Asam asetat CH3COOH + H2O = H3O + + CH3COO – 4,76
Asam benzoat C6H5COOH + H2O = H3O + + C6H5COO – 4,20
Asam nitrit HNO2 + H2O = H3O + + NO2 – 3,29
Fenol C6H5OH + H2O = H3O + + C6H5O – 9,80
Metilamina CH3NH2 + H2O = CH3NH3 + + OH – 3,3
Amonia NH3 + H2O = NH4 ++ OH- 4,7
Firidin C2H5N + H2O = C2H5NH+ + OH- 8,8
Anilin C6H5NH2 + H2O = C6H5NH3+ +OH- 9,39
*) Tony Bird , (1997), Kimia Fisika untuk universitas
6.2.3 Larutan Garam Terhidrolisis
Garam dalam air akan terionisasi menghasilkan kation dan anion. Ion-ion ini dalam air ada yang
mengalami hidrolisis dan tidak. Untuk garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak
terhidrolisis, sehingga pH larutan netral atau pH = 7.
Hidrolisis adalah terurainya garam dalam air yang menghasilkan asam atau basa. Garam yang
mengalami hidrolisis terdiri atas empat jenis garam seperti berikut.
1. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa kuat (misalnya NaCl, K2SO4 dan
lain-lain) tidak mengalami hidrolisis atau kesetimbangan air tidak terganggu, reaksinya :
H2O + NaCl  Na+ + Cl - + H+ + OH - Untuk jenis garam yang demikian nilai pH =
7 (bersifat netral),
2. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa lemah (misalnya NH4Cl, AgNO3
dan lain-lain) hanya kationnya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial). Untuk jenis
garam yang demikian nilai pH < 7 (bersifat asam) dengan reaksi hidrolisis;
NH4 + + H2O  NH4OH + H+
[H+] = √ Kh . Cg -------------------------------------------------------- (6.9)
dan Kh = Kw/Kb  pH = - log [H+],
3. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa kuat (misalnya CH3COOK,
NaCN dan lain-lain) hanya anionnya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial). Untuk
jenis garam yang demikian nilai pH > 7 (bersifat basa) . Reaksi yang terjadi

Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 98


CH3COONa + H2O  CH3 COO - + OH - + Na +
Besarnya pH larutan dihitung [OH-] = √ Kh . Cg -------------------------- (6.10)
Kh = Kw/Ka dan pOH = -log [OH-] dan pH = 14 – pOH,
4. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa lemah (misalnya CH3COONH4,
Al2S3 dan lain-lain) mengalami hidrolisis total (sempurna). Untuk jenis garam yang demikian
nilai pH-nya tergantung harga Ka den Kb [H+] = √ Kh . Ka -------- (6.11)
dan Kh = (Kw.Ka)/Kb, serta pH = - log (H+).
Contoh: Hitunglah pH larutan dari 100 ml 0.02 M NaOH dengan 100 ml 0.02 M asam asetat!
(Ka = 10-5)
Jawab:
NaOH + CH3COOH  CH3COONa + H2O
- mol NaOH = 100/1000 x 0,02 = 0,002 mol
- mol CH3COOH = 100/1000 x 0,02 = 0,002 mol
Karena mol basa yang direaksikannya sama dengan mol asam yang direaksikan, maka tidak ada
yang tersisa, yang ada hanya mol garam (CH3COONa) yang terbentuk
- mol CH3COONa = 0,002 mol (lihat reaksi)
- Cg = 0,002 mol/200 ml = 0,002 mol/0,2 liter = 0,01 M = 10-2 M
- Nilai pH-nya akan bersifat basa (karena garamnya terbentuk dari asam lemah dengan
basa kuat), besarnya:
pH = 1/2 (pKw + pKa + log Cg) == 1/2 (14 + 5 + log 10-2) = = 1/2 (19 – 2) = 8,5

6.2.5 Larutan Buffer


Suatu larutan yang mengandung suatu asam lemah dengan garamnya atau suatu basa lemah
dengan garamnya, mempunyai kemampuan bereaksi deangan asam kuat atau basa kuat disebut
sebagai larutan buffer (penyangga). Sifat larutan buffer adalah pada pengenceran tidak
mengubah harga pH larutan, dan penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat pada larutan ini
hanya mengubah pH sedikit atau pH larutan dikatakan tetap.
Sebagai contoh, jika 1 ml asam klorida 0,1M ditambahkan ke dalam 100 ml larutan yang
mengandung asam asetat dan natrium asetat masing-masing 10 mol, maka ion asetat yang
bersifat basa akan bereaksi dengan ion hidrogen dari asam klorida membentuk asam asetat.
CH3 COO - + H+ = CH3COOH
Sebaliknya, jika ion hidrogen diambil dengan menambahkan 1 mL larutan NaOH 0,1M akan
terjadi reaksi; H+ + OH - = H2O
Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 99
Asam asetat yang berbentuk molekul akan mengalami ionisasi mengahsilkan lebih banyak ion
hidrogen
CH3COOH = CH3COO- + H+
Perubahan pH larutan dapat ditunjukkan dengan perhitungan berikut
1) pH larutan awal, jika Ka asam asetat = 10 -5, maka [H+] = Ka[CH3COOH]/[CH3COO-]
[H+] = 1. 10 -5 [10/10] = 1.10 -5
pH = - log [H+] = - log 10 -5 = 5
2). Pada penambahan asam klorida 0,1M sebanyak 1 mL ke dalam 100 mL larutan yang
mengandung 10 mol CH3COOH dan 10 mol CH3COONa
I mL HCl 0,1M = 1. 0,1mmol = 0,1 mmol = 0,0001 mol
CH3COONa  CH3COO- + Na+ α=1
CH3COOH = CH3COO- + H+ α <<< 1
Dengan adanya ion hidrogen dari HCl, maka ion H+ ini bereaksi dengan CH3COO- menjadi
asam asetat, sehingga jumlah
asam asetat = 10 + 0,0001 mol dan ion asetat = 10 – 0,0001 mol = 9,9999 mol dalam
volume 101 ml larutan
Ka = (H+)(CH3COO-) / (CH3COOH)
[H+] = Ka.[CH3COOH] /[CH3COO-]
= 10 -5 (10,0001mol/101mL) /(9,9999 mol/101 mL)
= 1. 10 -5
pH = - log [H+] = - log 10 -5 = 5
3). Pada penambahan 1 mL larutan NaOH 0,1M, maka
Jumlah asam asetat = 10 – 0,0001 mol = 9,9999 mol dan ion asetat = 10 + 0,0001 mol =
10,0001 mol dalam volume larutan 101 mL
[H+] = Ka.[CH3COOH] /[CH3COO-]
= 10 -5 (9,9999 mol/101mL) /(10,0001 mol/101 mL)
= 1. 10 -5
pH = - log [H+] = - log 10 -5 = 5
Berdasarkan contoh di atas ditunjukkan bahwa dengan penambahan sedikit asam kuat atau basa
kuat ke dalam larutan buffer, pH larutan buffer tidak mengalami perubahan.

Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 100


Larutan buffer digunakan secara luas dalam bidang kimia analitis, biokimia, bakteriologi,
fotografi, industri kulit, dan industri warna. Dalam setiap bidang ini, rentang pH yang sempit
diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal. Untuk itu pH larutan dijaga tetap.
Larutan buffer standar dapat dibuat dari asam lemah dengan garam dari asam lemah itu. Suatu
persamaan untuk menghitung perbandingan asam terhadap garam yang diperlukan untuk
memperoleh larutan buffer dengan pH yang diinginkan dapat dijelaskan sebagai berikut.
Suatu pH larutan buffer yang mengandung asam lemah (HA)
HA = H + + A -
Ka = [H+][A-][HA]
[H+] = Ka x [HA]/[A-] ---------------------- (6.12)
-Log [H+] = - log Ka – log {HA]/[A-]
pH = pKa + log [A-]/[HA] atau pH = pKa = log [garam]/[asam lemah]
jika suatu larutan buffer , konsentrasi asam lemah [HA] dan garam (A-] adalah sama, maka
pH = pKa ----------------- (6.13)
Persamaan ini berlaku untuk larutan buffer asam, yaitu larutan yang mengandung asam lemah
dengan garam dari asam lemah itu, sedangkan untuk buffer basa, yaitu larutan buffer yang
mengandung basa lemah dengan garamnya, digunakan persamaan
[OH-] = Kb [Basa lemah]/[garam] ------------------- (6.14)
Atau pOH = pKb + log [garam]/[basa lemah] dan pH = 14 – pOH

6.3 Titrasi Asam-Basa


Pada titrasi asam-basa memerlukan indikator untuk mengetahui titik akhir titrasi. Titik akhir
titrasi ini setara atau sebanding dengan titik ekivalen asam dan basa. Indikator merupakan asam
lemah, yang dalam larutan akan terionisasi sebagian seperti uraian berikut ini.
6.3.1 Lakmus
Lakmus adalah asam lemah. Lakmus memiliki molekul yang sungguh rumit yang akan kita
sederhanakan menjadi HLit. "H" adalah proton yang dapat diberikan kepada yang lain. "Lit"
adalah molekul asam lemah. Indikator adalah asam lemah, maka dalam larutan terjadi
kesetimbangan ------------ (6.15)
Lakmus yang tidak terionisasi adalah merah, ketika terionisasi adalah biru. Dengan
menggunakan Prinsip Le Chatelier pada penambahan ion hidroksida atau ion hidrogen yang
lebih banyak pada kesetimbangan ini, maka akan terjadi hal berikut

Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 101


Penambahan ion hidroksida:

Penambahan ion hidrogen:

Jika konsentrasi Hlit dan Lit- sebanding:


Pada beberapa titik selama terjadi pergerakan posisi kesetimbangan, konsentrasi dari kedua
warna akan menjadi sebanding. Warnanya merupakan pencampuran dari keduanya.

Untuk larutan atau kondisi “netral" adalah bahwa keduanya mempunyai konsentrasi yang
sebanding pada pH 7. Untuk lakmus, terjadi perbandingan warna mendekati 50 / 50 pada saat pH
7. Hal itulah yang digunakan untuk pengujian asam dan basa. Seperti yang akan anda lihat pada
bagian berikutnya, hal itu tidak benar untuk indikator yang lain.

6.3.2 Jingga Metil (Methyl orange)


Jingga metil adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam titrasi. Pada larutan yang
bersifat basa, jingga metil berwarna kuning dan strukturnya adalah:

Pada saat menambahkan asam, ion hidrogen tertarik pada salah satu ion nitrogen pada ikatan
rangkap nitrogen-nitrogen untuk memberikan struktur yang dapat dituliskan seperti berikut ini:

Kesetimbangan dari dua bentuk jingga metil seperti pada kasus lakmus , tetapi warnanya
berbeda.
Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 102
Perubahan warna terjadi pada penambahan asam atau basa. Pada kasus jingga metil, pada
setengah tingkat dimana campuran merah dan kuning menghasilkan warna jingga terjadi pada
pH 3.7 – mendekati netral.

6.3.3 Fenolftalein
Fenolftalein adalah indikator titrasi yang sering digunakan, dan fenolftalein ini merupakan
bentuk asam lemah.

----- (6.16)
Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda terang.
Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan mengubah
indikator menjadi tak berwarna. Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari
kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya untuk mengubah indikator
menjadi merah muda. Setengah tingkat terjadi pada pH 9.3. Karena pencampuran warna merah
muda dan tak berwarna menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini sulit untuk
mendeteksinya dengan akurat!

6.3.4 Rentang pH indikator


Pentingnya pKind
Reaksi kesetimbangan indikator yang umum, HInd –dengan"Ind" adalah bagian indikator yang
terlepas dari ion hidrogen yang diberikan keluar:

------------ (6.17)
Karena reaksi ini seperti asam lemah, dapat diungkapan Ka untuk indikator tersebut, dengan
menyebutnya Kind untuk memberikan penekanan mengenai indikator.

------ (6.18)
Pada setengah reaksi selama terjadi perubahan warna, konsentrasi asam dan ion-nya adalah
sebanding,sehingga kasus keduanya akan menghapuskan ungkapan K ind. Dengan demikian, hail
dipergunakan untuk menentukan pH pada titik reaksi searah. Jika persamaan diubah pada pH dan
pKind, akan memperoleh: (H+) = Kind, sehingga pH = pK ind
Hal itu berarti bahwa titik akhir untuk indikator bergantung seluruhnya pada harga pK ind. Untuk
indikator yang dimiliki dapat dilihat di bawah ini:

Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 103


Tabel 6.2 Daftar pKind Beberapa Indikator

Indikator pKind

lakmus 6.5

jingga metil 3.7

fenolftalein 9.3

Rentang pH Indikator
Indikator tidak berubah warna dengan sangat mencolok pada satu pH tertentu (diberikan oleh
harga pKind-nya). Dengan mengasumsikan kesetimbangan benar-benar mengarah pada salah satu
sisi, misalnya jika menggunakan jingga metil pada larutan yang bersifat basa maka warna yang
dominan adalah kuning. Jika ditambahkan asam karena itu kesetimbangan akan mulai bergeser.
Pada beberapa titik akan cukup banyak adanya bentuk merah dari jingga metil yang
menunjukkan bahwa larutan akan mulai memberi warna jingga. Selama penambahan asam
dilakukan lebih banyak, warna merah akan menjadi dominan dan warna kuning tidak kelihatan.
Perubahan kecil yang berangsur-angsur dari satu warna menjadi warna yang lain, menempati
rentang pH. Secara kasar "aturan ibu jari", perubahan yang tampak menempati sekitar 1 unit pH
pada setiap sisi harga pKind..Harga yang pasti untuk tiga indikator dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 6.3 Rentang pH Beberapa Indikator

Indikator pKind pH rentang pH

lakmus 6.5 5–8

jingga metil 3.7 3.1 – 4.4

fenolftalein 9.3 8.3 – 10.0

Perubahan warna lakmus terjadi tidak selalu pada rentang pH yang besar, tetapi lakmus berguna
untuk mendeteksi asam dan basa di lab karena perubahan warnanya sekitar 7. Jingga metil atau
fenolftalein sedikit kurang berguna. Berikut ini dapat dilihat dengan lebih mudah dalam bentuk
diagram.

Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 104


Gambar 6.1 Perubahan warna indikator lakmus, MO, dan PP
Sebagai contoh, jingga metil akan berwarna kuning pada setiap larutan dengan pH lebih besar
dari 4.4. Hal ini tidak dapat dibedakan antara asam lemah dengan pH 5 atau basa kuat dengan pH
14. Perubahan warna indikator universal ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 6.2 Perubahan warna indikator universal

6.4Pemilihan Indikator
Titik ekivalen titrasi menunjukkan bahwa jumlah mol ekivalen penitrasi sebanding dengan
jumlah mol ekivalen zat yang dititrasi. Oleh karena itu, untuk menentukan titik ekivalen ini
dibutuhkan pemilihan indikator yang perubahan warnanya mendekati titik ekivalen. Indikator
yang dipilih bervariasi dari satu titrasi ke titirasi yang lain.

Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 105


6.4.1 Titrasi Asam Kuat dan Basa Kuat
Diagram berikut menunjukkan kurva pH untuk penambahan asam kuat pada basa kuat. Bagian
yang diarsir pada gambar tersebut adalah rentang pH untuk jingga metil dan fenolftalein.

Gambar 6.3 Kurva pH Vs Volume asam kuat

Dari gambar di atas ditunjukkan bahwa tidak terdapat perubahan indikator pada titik ekivalen.
Akan tetapi, kurva menurun tajam pada titik ekivalen tersebut yang menunjukkan tidak terdapat
perbedaan pada volume asam yang ditambahkan pada indikator yang dipilih.Hal tersebut
berguna pada titrasi untuk memilih warna terbaik melalui penggunaan setiap indikator. Jika
digunakan fenolftalein, titrasi dilakukan sampai fenolftalein berubah menjadi tak berwarna (pada
pH 8,8) karena itu adalah titik terdekat untuk mendapatkan titik ekivalen. Di lain pihak, dengan
menggunakan jingga metil, titrasi dilakukan sampai bagian pertama kali muncul warna jingga
dalam larutan. Jika larutan berubah menjadi merah, didapatkan titik yang lebih jauh dari titik
ekivalen. Untuk asam kuat dan basa lemah ditunjukkan pada grafik Gambar berikut

Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 106


Gambar 6.4 Grafik pH Vs volume Asam
Dari Gambar ditunjukkan bahwa fenolftalein akan lebih tidak berguna, tetapi jingga metil mulai
berubah dari kuning menjadi jingga sangat mendekati titik ekivalen. Jika pilihan indiaktor
dilakukan pada perubahan warna pada bagian kurva yang curam. Asam lemah vs basa kuat

Gambar 6.5 Grafik pH Vs Volume Penambahan asam lemah


Dari Gambar 6.5 ditunjukkan bahwa penambahan jingga metil sebagai indikator adalah sia-sia!
Akan tetapi, fenolftalein berubah warna dengan tepat pada tempat yang anda inginkan.

6.4.2 Asam Lemah vs Basa Lemah


Kurva berikut adalah untuk kasus dimana asam dan basa keduanya sebanding lemahnya –
sebagai contoh, asam etanoat dan larutan amonia. Pada kasus yang lain, titik ekivalen akan
terletak pada pH yang lain.

Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 107


Gambar 6.6 Grafik pH Vs Asam lemah
Anda dapat melihat bahwa kedua indikator tidak dapat digunakan. Fenolftalein akan berakhir
perubahannya sebelum tercapai titik ekivalen, dan jingga metil jauh ke bawah sekali. Ini
memungkinkan untuk menemukan indiaktor yang memulai perubahan warna atau mengakhirinya
pada titik eqivalen, karena pH titik ekivalen berbeda dari kasus yang satu ke kasus yang lain,
anda tidak dapat mengeneralisirnya. Secara keseluruhan, anda tidak akan pernah mentitrasi asam
lemah dan asam basa melalui adanya indikator.

6.4.3 Penentuan Konsentrasi Asam dan Basa Secara Titrasi


Penentuan kadar asam atau basa dalam suatu sampel dapat dilakukan secara titrasi asam dan
basa, yang sering disebut titrasi asidimetri-alkalimetri. Asidimetri adalah proses titrasi
menggunakan larutan standar asam, sedangkan alkalimetri menggunakan larutan standar
basa. Larutan standar adalah suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan tepat.
Larutan standar dibedakan larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan
standar primer adalah larutan standar yang tidak perlu distandarisasi atau dibakukan. Hal ini
disebabkan larutan standar primer mempunyai sifat stabil, tidak mudah berubah pada suhu
ruangan, massa rumusnya tinggi, contohnya boraks, asam oksalat, kalium permanganat,
kalium bikromat, asambenzoat, dan lain-lain. Larutan standar sekundair adalah larutan
standar yang perlu distandarisasi menggunakan larutan standar primer.
Pada penentuan kadar suatu asam atau basa menggunakan indikator asam –basa seperti
fenolftalein (PP), metil merah (MM), metil orange (MO). Peralatan yang umum digunakan
antara lain buret dan statif, neraca analitik, labu takar, pipet seukuran, spatula, corong,
erlenmeyer, gelas kimia, dan pengadukan.. Buret merupakan tempat larutan penitrasi,
sedangkan larutan atau sampel yang dititrasi dimasukkan ke dalam erlenmeyer.

Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 108


Pada penentuan kadar asam atau basa secara titrasi dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan bahwa molekivalen asam setara dengan molekivalen basa, yang dapat
bdinyatakan dengan persamaan ;
VaNa = Vb.Nb
Keterangan: Va : volume asam, , Na : normalitas asam, Vb : volume basa, Nb: normalitas basa.
Sebagai contoh, misalnya menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam asetat dititrasi dengan
larutan NaOH 0,1250 M. Caranya ke dalam labu erlenmeyer dimasukkkan 25 ml larutan
asam asetat kemudian dalam erlenmeyer ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein, diaduk
supaya larutan bercampur. Larutan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1250 N yang telah
disiapkan dalam buret memerlukan 22,4 mL. Tentukan konsentrasi asam asetat!
Penyelesaian
VaNa = Vb.Nb . 25. Na = 22,4 .0,1250
Na = (22,4.0,1250)/25 = 0, 1120N
Jadi konsentrasi asam asetat adalah 0,1120N

6.5 Kelarutan Zat


6.5. 1 Pengertian Kelarutan
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute),
untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat
terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh.
Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya
adalah etanol di dalam air.
Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak
klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut,
walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang
terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk
menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.
Kelarutan zat AB dalam pelarut murni (air).
AnB(s)  nA+ (aq) + B n- (aq)
a n.a a
Ksp AnB = (n.a)n.a
Ksp AnB = n n.a (n+1)

Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 109


Kelarutan =a(n+1) = KspAnB/nn
Jika zat AB  A+ + B- Maka kelarutan zat AB = a = √kspAB M
Keterangan: a = kelarutan, Ksp; hasil kali kelarutan zat ataun garam
Berdasarkan kelarutan (s) dan hasil kali kelarutan, untuk suatu garam AB yang sukar larut
berlaku ketentuan, jika:
- [A+] x [B-] < Ksp →larutan tak jenuh; tidak terjadi pengendapan
- [A+] x [B-] = Ksp →larutan tepat jenuh; larutan tepat mengendap
- [A+] x [B-] > Ksp →larutan kelewat jenuh; terjadi pengendapan zat
Dengan demikian, proses pelarutan suatu zat atau garam kemungkinan dapat terbentuk tiga jenis
larutan, yaitu:
a. Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang
diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel-
partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat).
Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan
belum jenuh ( masih dapat larut).
b. Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan
mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang
partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi
maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan
tepat jenuh.
c. Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak
solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang
tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh
terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh
(mengendap)
Kelarutan zat yang sukar larut dalam air ditunjukkan pada Tabel 6.4 berikut

Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 110


Tabel 6.4 Kelarutan Senyawa Anorganik dalam Air
No Senyawaan Kelarutan
1 Nitrat Semua larut
2 Nitrit Semua larut, kecuali Ag +
3 Asetat Semua larut, kecuali Ag +, Hg2 2+, Pb 2+, Cu +
4 Klorida Semua larut, kecuali Ag +, Hg2 2+, Pb 2+
5 Bromida Semua larut, kecuali Ag +, Hg2 2+, Pb 2+
6 Iodida Semua larut, kecuali Ag +, Hg2 2+, Pb 2+
7 Sulfat Semua larut, kecuali Ba 2+, Sr 2+, Ca 2+, Pb 2+
8 Sulfit Semua tak larut, kecuali Na+, K+, NH4 +
9 Sulfida Semua tak larut, kecuali Na+, K+, NH4 +
10 Fosfat Semua tak larut, kecuali Na+, K+, NH4 +
11 Karbonat Semua tak larut, kecuali Na+, K+, NH4 +
12 Oksalat Semua tak larut, kecuali Na+, K+, NH4 +,
13 Oksida Semua tak larut, kecuali Na+, K+, Ba 2 +, Sr 2+, Ca 2+
14 hidroksida Semua tak larut , kecuali Na+, K+, NH4+, Ba 2 +, Sr 2+,Ca 2+
Kelarutan suatu zat atau garam dalam pelarut ( misal nya air) bergantung pada suhu, pH
larutan, dan ion sejenis.

6.5.2 Pengaruh Suhu terhadap Kelarutan Zat


Secara umum, kelarutan suatu zat (yaitu jumlah suatu zat yang dapat terlarut dalam pelarut
tertentu) sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat padat, walaupun ada
perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair lainnya secara umum kurang peka terhadap suhu
daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air umumnya
berbanding terbalik terhadap suhu. Pada Gambar 6.7 ditunjukkan hubungan kelarutan beberapa
garam terhadap suhu

Gambar 6.7 Hubungan Kelarutan Beberapa Garam terhadap Suhu

Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 111


6.5 3 Pengaruh Ion Sejenis terhadap Kelarutan
Kelarutan zat AB dalam larutan yang mengandung ion sejenis
AB(s) → A+ (aq) + B- aq)
s → n.s s
Larutan AX , :
AX(aq) → A+ (aq) + X- (aq)
b → b b
maka dari kedua persamaan reaksi di atas: [A+] = s + b = b, karena nilai s cukup kecil bila
dibandingkan terhadap nilai b sehingga dapat diabaikan. [B-1] = s
Jadi : Ksp AB = b . s
Contoh : Bila diketahui Ksp AgCl = 10-10, berapa mol kelarutan (s) maksimum AgCl dalam 1
liter larutan 0,1 M NaCl ?
Jawab: AgCl(s) → Ag+ (aq) + Cl- (aq)
s → s s
NaCl(aq)  Na+(aq) + Cl-(aq) Ksp AgCl = [Ag+] [Cl-] = s . 10-1
maka, s = 10-10/10-1 = 10-9 mol/liter
Dari contoh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa makin besar konsentrasi ion sejenis maka
makin kecil kelarutan elektrolitnya.
6.5.4 Pembentukan Garam-Garam
Contoh kelarutan CaCO3(s) pada air yang berisi CO2 > daripada dalam air.
CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(g) → Ca(HCO3)2(aq)
larut
Reaksi antara basa amfoter dengan basa kuat
Contoh: kelarutan Al(OH)3 dalam KOH > daripada kelarutan Al(OH)3 dalam air.
Al(OH)3(s) + KOH(aq) → KAlO2(aq) + 2 H2O(l)
Larut
6.5.5 Pembentukan Senyawa kompleks
Contoh kelarutan AgCl(s) dalam NH4OH > daripada AgCl dalam air.
AgCl(s) + NH4OH(aq)→ Ag(NH3)2Cl(aq) + H2O(l)
larut
Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 112
Contoh soal
Apakah terjadi pengendapan CaCO3. jika ke dalam 1 liter 0,05 M Na2CO3 ditambahkan 1
liter 0,02 M CaCl2 dan diketahui harga Ksp untuk CaCO3 = 10-6.
Jawab :

maka : [Ca2+] x [CO32- ] = 2.5 x 10-2 x 10-2 = 2.5 x 10-4


karena : [Ca2+] x [CO3 2-] > Ksp CaCO3, maka akan terjadi endapan CaCO3

6.6Rangkuman
Larutan adalah campuran homogen antara dua zat atau lebih yang bercampur. Zat dalam larutan
dibedakan menjadi elektrolit dan non elektrolit. Elektrolit adalah zat dalam larutan akan
terion menjadi ion positip dan ion negative, sedangkan non elektrolit adalah zat dalam
larutan tidak mengalami ionisasi. Untuk larutan elektrolit, ion-ion yang terdapat din
dalamnya dapat saling berinteraksi membentuk suatu senyawa yang dapat berupa gas,
endapan atau molekul air. Reaksi yang terjadi dalam larutan elektrolit ini disebut reaksi ion.
Reaksi dalam larutan elektrolit melibatkan reaksi penetralan, pengendapan, redoks, dan
reaksi pembentukan gas seperti gas hidrogen, karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan
sebagainya.
mumnya, banyaknya zat yang terlarut dalam pelarut dinyatakan dengan konsentrasi. Konsentrasi
yang dikenal adalah molaritas, normalitas, molalitas, mol fraksi, persen, dan ppm.
Konsentrasi larutan ini digunakan untuk menghitung jumlah zat yang bereaksi dalam
larutan. Dengan menuliskan persamaan reaksi zat yang terlibat dapat ditentukan secara
stoikiometri.
Untuk mengetahui atau menentukan tingkat keasaman suatu larutan dikenal istilah pH. pH suatu
larutan menentukan sifat larutan bersifat asam, basa , atau netral. PH larutan ini dapat
diidentifikasikan berdasarkan perubahyan warna indikator. Indikator untuk menentukan sifat
asam atau basa digunakan lakmus, fenolftalein, metal jingga, dan metal merah.. Ketiga
indikator yang terakhir sering digunakan untuk menentukan kadar suatu larutan asam atau
basa secara titrasi, yang titik ekivalennya ditunjukkan dengan perubahan warna indikator.

Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 113


Pada titik ekivalen terjadi perbandingan setara antara mol ekivalen asam dengan mol
ekivalen basa.
6.7 Soal Latihan
Kerjakan dan jawablah pertanyaan berikut dengan benar dan jelas!
1. Apa yang dimaksud dengan :
a. elektrolit? b. rentang pH?
c. titik ekivalen?
2. Ubahlah konsentrasi laarutan berikut ke dalam konsentrasi molaritas, normalitas, molalitas,
fraksi berat, dan ppm
a. larutan garam dapur 2%
b. larutan asam sulfat pekat (kadar 98%, massa jenis 1,84 gram/mL) sebanyak 5,2 mL
diencerkan dengan aquades samapi volume 500 mL
3. Jika 1,0 gram seng (Ar 64,5 g/mol) direaksikan dengan 50 mL CuSO 4 0,2 M maka akan
terbentuk logam tembaga (Cu) (AR Cu = 63,5g/mol). Hitung jumlah logam tembaga yang
dihasilkan!
4. PbO2 direaksikan dengan 50 mL asam sulfat (H2SO4) 0,2 M membentuk endapan 6,08 gram
PbSO4. Hitung jumlah PbO2 yang telah bereaksi dengan asam sulfat!
5. Diketahui suatu larutan dari 100 mL larutan NH4OH 0,5 M dengan Kb 1,8.10-5, tentukan
a. pH larutan tersebut
b. pH larutan jika larutan + 20 mL larutan HCl 0,5 M
c. pH larutan jika + 50 mLlarutan asam asetat 0,3 M ( ka = 1. 10-5)
d. pH larutan jika + 100 mL larutan HCl 1,0 M
6. Jika 10 mL larutan asam asetat dititrasi menggunakan indikator dengan larutan NaOH 0,125
N memerlukan 24 mL. Tuliskan perubahan warna yang terjadi dan hitung konsentrasi asam
asetat!
7. Jika 0,28 gram sampel yang mengandung kalsium oksida (CaO) dilarutkan dalam air sampai
volume 100 mL, selanjutnya larutan ditambahkan indikator metil merah dan dititrasi
menggunakan larutan HCl 0,2015 N memerlukan 12,4 mL. Tentukan kadar CaO dalam
sampel dan tuliskan kemungkinan reaksinya!
8. Suatu sampel mengandung campuran NaOH dan KOH beratnya 0,21 gram dititrasi
menggunakan larutan HCl 0,125 N memerlukan 18,0 mL. Tentukan kadar KOH dalam
sampel!
9. Diketahui Ksp AgCl 10-10 tentukan kelarutan AgCl dalam

Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 114


a. 100 mL air
b. 100 mL larutan NaCl 0,1 M
c. 100 mL larutan AgNO3 0,01M
d. Jelaskan kelarutannya dalam larutan NH4OH 0,5 M
10. Jika 10 mL larutan Fe Cl3 001M ditambah dengan 50 mL larutan NaOH 0,001 M. Jika
diketahui Ksp Fe(OH)3 = 1.10-36, apakah campuran tersebut akan membentuk endapan
jelaskan jawaban anda
11. Hitunglah jumlah zat dalam gram atau mL yang harus dilarutkan untuk membuat larutan
berikut
a. Jumlah NaCl untuk membuat larutan NaCl 5%
b. Jumlah mL larutan asam nitrat 70%larutan asam nitrat 12%
c. jumlah NaOH untuk memlarutan larutan NaOH 0,25M sebanyak 500 mL
d. jumlah NaCl untuk membuat larutan NaCl 1M
e. jumlah FeCl3 untuk membuat larutan FeCl3 0,1M
12. Tentukan konsentrasi larutan yang terjadi jika
a. 5,6 gram KOH dilarutkan dalam 500 mL tentukan konsentrasi dalam M dan%
b. 5 mL larutan HCl dengan kadar 36% dan massa jenis 1,2 gram/mL diencerkan
hingga volume 100 mL tentukan konsentrasi dalam M
c. Tentukan fraksi mol garam NaCl jika 5,85 gram NaCl ditambah 540 gram air
d. Tentukan koinsentrasi dalam % jika 5 gram garam dilarutan dalam 250 mL air
13. Jika 5 mL larutan NaOH 0,1 M direaksikan dengan 10 mL larutan CuSO4 0,1 M akan
terbentuk endapan Cu(OH)2 yang berwarna biru muda. Tentukan jumlah Cu(OH)2 yang
terbentuk dalam gram dan tuliskan reaksi yang terjadi!
14. Jika 1 gram Fe direaksikan dengan 10 mL larutan HCl 1 M akan membebaskan gas
hidrogen. Tuliskan reaksi yang terjadi dan hitung jumlah gas hidrogen yang terbentuk pada
suhu 25oC dan tekanan 1 atm!
15. Secara umum tuliskan pH air murni, larutan asam, dan larutan basa!
16. Tentukan pH larutan berikut :
a. larutan NaOH 0,1M
b. larutan NaCl 0,2M
c. larutan CH3COOH 0,1M
d. larutan HCl 0,5 M
e. larutan CH3COONa 0,5 M
f. larutan NH4OH 0,1 M
g. larutan NaCN 0,1M
17. Tentukan pH larutan jika 5 mL larutan NaOH 0,1M ditambahkan dengan larutan
Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 115
a. sebelum ditambahkan zat lain
b. ditambah 4,5 mL HCl 0,1M
c. ditambah 5,0mL larutan HCl 0,1M
d. ditambah 6,0 mL larutan Hcl 0,1M
e. ditambah 5 mL larutan CH3COOH 0,1M (Ka= 1.10-5)
f. ditambah 4 mL HCl 0,1M
g. ditambah 4,9 mL larutan HCl 0,1M
h. ditambah 5,5 mL larutan HCl 0,1M
18. Jika 6,3 gram asam oksalat (Mr = 126 g/mol) dilarutkan dalam air sampai volume 100
mL larutan. Pipet 25 mL dimasukkan dalam labu erlenmeyer ditambahkan 3 tetes
indikator fenolftalen, kemudian dilakukan dititrasi menggunakan larutan NaOH
memerlukan 22,48 mL. Tentukan konsentrasi NaOH!

6.8 Pustaka
1. James, E. Brady, Gerald E. Humiston, (2000) “General Chemistry, Principles and
Structure”, John Willey.
2. Day, R.A., dan Underwood A.L.(1992), Kimia Analitik, Jakarta: Erlangga.
3. Sukardjo, Prof, Dr. (2006), Kimia Fiska , Jakarta: Angkasa
4. Tony Bird, (1985), Kimia Fisika untuk Universitas, Jakarta :Gramedia

Kimia Fisika D3 Teknik Kimia 116

Anda mungkin juga menyukai