1
dengan
gerakan memutar dari arah atas kearah reservoir
kemudian buang tisunya.
9. Baca tingkat air raksa atau digitnya
10. Bantu klien merapikan bajunya
11. Bersihkan thermometer air raksa
2
brahialis dan lingkarkan manset pada lengan atas secara
rapid an tidak ketat.
Pastikan manometer terletak setinggi titik pandang mata
dan perawat berdiri tidak lebih dari satu meter jauhnya.
Palpasi arteri brahialis sambil memompa manset sampai
tekanan 30mm/hg di atas titik hilangnya denyut arteri.
Perlahan kempiskan manset perhatikan sampai denyut
teraba (sistolik Palpasi )
Kempeskan manset sepenuhnya dan tunggu sampai 30
detik.
Tempatkan bagian telinga stetoscop pada telinga
pemeriksa.
Cari kembali arteri brahialis dan tempatkan diafragma
stetoscop di atasnya.
Tutup kantong tekanan searah putaran jarum jam sampai
kencang.
Pompa manset sampai tekanan udara 30mmhg di atas
palpasi sistolik klien.
Buka katup secara perlahan hingga memungkinkan air
raksa /jarum turun rata-rata 2-3mmhg per detik.
Perhatikan titik pada manometer saat bunyi pertama jelas
terdengar
Lanjutkan membuka katup secara pertahap dan perhatikan
titik hilangnya bunyi
Kempiskan manset dengan cepat dan total.
Jika prosedur di ulang tunggu 30 detik.
Buka manset dan lipat serta simpan dengan baik.
Tutup lengan atas dan bantu klien ke posisi yang di
inginkan.
Desinfeksi bagian telinga ( ear piece ) stetoscop dan bagian
diafragma stetoscop dengan kapas alcohol.
Informasikan hasil kepada ibu klien.
3
Mencuci tangan.
Dokumentasikan hasiltindakan pada catatan perawatan
C. MENGHITUNG NADI
PERSIAPAN
ALAT Arloji tangan dengan jarum detik layar digital/ polsteller/
hp
Buku catatan dan alat tulis.
4
kebawah.
JIka duduk, tekuk sikunya 900 dan sanggah lengan
bawahnya di atas kursi atau tangan pemeriksa. Julurkan
pergelangan dengan telapak tangan ke bawah.
Tempatkan dua atau tiga jari tangan pemeriksa di atas
lekukan radial searahibu jari, sisi dalam pergelangan
tangan klien.
Berikan tekanan ringan di atas radius, abaikan denyutan
awal kemudian rilekskan tekanan sehingga denyutan
mudah di palpasi.
Saat denyutan teratur, mulai mulai menghitung frekwensi
denyut, dengan menggunakan jam tangan berjarum detik
Jika denyut teratur, hitung selama 30 detik dan kalikan
hasilnya dengan 2.
Jika denyut tidak teratur dan pada klien yang baru pertama
kali di lakukan pemeriksaan, hitung selama satu menit
penuh.
Kaji kekuatan,irama dan serta kesetaraan denyut.
Bantu klien ke posisi yang nyaman.
Cuci tangan
Dokumentasikan pada catatan perawatan.
D. MENGHITUNG PERNAPASAN
5
DILAKUKAN Pada klien yang baru masuk untuk dirawat
Secara rutin pada pasien yang sedang di rawat.
Sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan.
PERSIAPAN
ALAT Arloji tangan dengan jarum detik atau layar digital atau
polsteller/hp.
Buku catatan dan alat tulis.
PROSEDUR
PELAKSANA Tempatkan alat di samping klien.
N Cuci tangan.
Letakan lengan klien pada posisi rileks menyilang
abdomen atau dada di bagian bawahnya, atau tempatkan
tangan pemeriksa langsung pada abdomen atas klien.
Opservasi siklus pernapasan lengkap ( sekali inspirasi dan
sekali ekspirasi)
Setelah siklus observasi, lihat pada jarum detik jarum
tangan dan hitung frekwensinya.
Jika irama teratur,hitung respirasi selama 30 detik dan
kalian dua.
Jika pernapasan tidak teratur, hitung satu menit penuh.
Saat menghitung, catat kedalam pernapasan.
Cuci tangan
Dokumentasikan segera.
6
2. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
7
PROSEDUR 1. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Beri penerangan
4. Buka bedong bayi baju bayi dan popok bayi
5. Pemeriksaan kesadaran : Komposmetis, Apatis,
Somnolen, Sopor, Koma, Delirium.
6. Mengukur tanda-tanda vital
7. Mengukur antropometri ; BB, PB, LK,LD,LLA, dan
Lingkar abdomen (di umbilikus)
8. Pemeriksaan fisik sistematis
Pemeriksaan kepala
Inspeksi : bentuk kepala,
kebersihan kulit kepala, rambut, warna rambut,
Palpasi fontanela : ubun-ubun,
sutura, benjolan, luka
Pemeriksaan mata
Inspeksi : kebersihan
mata, kesimetrisan kedua mata, warna skera, warna
konjuntiva
Kaji reflek kornea : dekatkan suatu
objek ke kornea, maka mata akan berkedip
Kaji reflek cahaya : jika diberi
cahaya, pupul akan berkontriksi
Pemeriksaan telinga
Inspeksi : kebersihan
kedua lubang telinga, kondisi membran timpani,
simetris kedua telinga dan kesejajaran antara daun
telinga dengan kantus lateral mata
Kaji reflek startle : Jika
didengarkan bunyi keras dengan kerincingan bayi,
lengan abduksi secara tiba-tiba
Pemeriksaan hidung
Inspeksi : kebersihan,
kesimetrisan letak lubang hidung, adanya septum
nasal, adanya keluaran sekret
Kaji hembusan nafas dengan punggung tangan
atau dengan gerakan kapas
Kaji reflek glabelar : dengan
mengetuk pangkal hidung dengan cepat maka mata
akan berespon dengan menutup dan rapat dengan
cepat
Cairan, edema, nafas
Pemeriksaan mulut dan tenggorokan
Inspeksi : kebersihan
mulut, keutuhan bibir, kelainan bibir
Kaji rooting reflek : sentuh pipi
sepanjang sisi mulut, bayi akan merespon dengan
cara kepala akan mengikuti arah stimulasi
Kaji sucking reflek : Sentuh bibir
8
bayi, bayi akan berespon dengan cara menghisap
kuat
Kaji gag reflek : Stimulasi pada
posterior faring dengan tube maka bayi akan
muntah
Kaji extrusion reflek : Sentuh lidah
dengan jari maka bayi akan mendorong lidah keluar
Pemeriksaan leher
Palpasi :
apakah ada pembesaran kelenjar limfe
Kaji tonic neck reflek : Arahkan kepala
bayi menengok ke arah salah satu sisi sedangkan
tangan dan sisi kaki lainnya fleksi
Kaji reflek rithing reflek : Saat bayi
miring ke salah satu sisi, sisi yang lain ikut miring
ke sisi tersebut
Pemeriksaan dada (paru-paru)
Pengembangan paru : simetris
atau tidak
Kaji suara nafas : vesikuler
Kaji pergerakan dinding dada : Simetris/tidak
dengan cara letakkan kedua telapak tangan
mendatar pada bagian dada dengan meletakkan
kedua ibu jari berada pada garis tengah sepanjang
pinggir iga bagian bawah paru.
Perkusi paru : setiap sisi
dada diperkusi dengan urutan yang sesuai untuk
membandingkan bunyinya
Sirkulasi : CRT
normal < 3 detik dengan cara menekan telapak
tangan atau telapak kaki
Pemeriksaan abdomen dan sistem pencernaan
Observasi dinding dan bentuk abdomen :
tampak cekung (skapoid), lesi atau bekas luka
Auskultasi :
ada atau tidak peristaltik usus (normal jika suara
seperti berkumur)
Perkusi :
apakah terdapat asites, perkusi dimulai dari area
epigastrium menuju area abdomen bawah, suara
normal yang terdengar adalah timfani
Kaji turgor kulit bayi dengan cara mencubit
abdomen bayi
Pemeriksaan genitalia
Inspeksi kebersihan genitalia
Jika laki-laki : kaji apakah
testis sudah turun, kaji letak uretra apakah di ujung
penis atau belum (hipospadia/epispadia)
Jika perempuan : inspeksi
adakah lesi, klitoris dapat tertutup sedikit oelh
9
preputium
Kaji letak meatus uretra pada bagian
posterior klitoris
Kaji letak orifisium vagina pada bagian
posterior meatus uretra
Pemeriksaan tulang belakang
Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cara inspeksi terhadap adanya kelainan tulang
belakang seperti lordosis, kifosis, skoliosis,
kelemahan serta perasaan nyeri tulang
belakang
Pemeriksaan anus
Kaji apakah memiliki lubang anus atau
tidak, kaji dengan memasukkan thermometer
rekatl pada anus bayi, kaji reflek spingter ani
Pemeriksaan Eksteremitas
Inspeksi :
Kebersihan kuku dan jari, simetris kanan-kiri,
jumlah kuku dan jari
Kaji reflek grasp (mengenggam) : apabila
telapak tangan (palmar) atau telapak kaki (plantar)
bayi disentuh maka bayi akan memberikan reaksi
fleksi atau mengenggam
Kaji reflek babinski : berikan
tekanan kuat tapi perlahan dari ibu jari yang
dimulai dari tumit menyusuri bagian lateral telapak
kaki bayi memutar menuju arah ibu jari, respon
bayi dorsofleksi ibu jari dan mengembangkan ibu
jari dan jari-jari lainnya seperti kipas.
Kaji reflek merangkak : jika bayi
ditengkurapkan maka bayi akan maju secara
perlahan seperti merangkak. Reflek ini sampai usia
<6 minggu
Kaji reflek gallant : jika
bagian sisi punggung sepanjang spina disentuh
maka pinggul bayi bergerak kea rah sisi yang
disentuh. Reflek ini menetap sampai usia <4
minggu
Kaji reflek moro : kaji
dengan mengagetkan bayi maka bayi akan
memberikan respon berupa eksteremitas ekstensi
dan abduksi dengan cepat, kadang disertai
menanggis.
Kaji reflek stepping : Jika tumit
bayi disentuhkan pada bagian yang rata, bayi akan
terstimulasi untuk berjalan dengan menempatkan
satu kakinya di depan kaki yang lain.
10
11. Bereskan alat
12. Cuci tangan
13. Mendokmentasikan hasil pemeriksaan
14. Interpretasikan hasil pemeriksaan dan rencanakan
tindakan selanjutnya.
SUMBER
A, Sukesi. 2016. Praktikum Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra-Sekolah.
Jakarta:EGC.
11
3. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENGERTIAN Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver
Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver
Developmental Screening Test (DDST-R). Adalah salah satu dari
metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini
bukan tes diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan 15-20
menit.
ASPEK Terdiri dari 125 tugas perkembangan.
PERKEMBANGA
N YANG DINILAI Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30
tugas
3. Language (bahasa)
12
Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara
melakukan tes dan cara penilaiannya.
PROSEDUR DDST 1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak
TERDIRI DARI 2 yang berusia:
TAHAP, YAITU: o 3-6 bulan
o 9-12 bulan
o 18-24 bulan
o 3 tahun
o 4 tahun
o 5 tahun
PENILAIAN
Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak
mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO).
13
Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1
keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak
ada yang lulus pada kotak yang berpotongan
dengan garis vertikal usia.
d. Normal
INTERPRETASI Advanced
DARI NILAI
DENVER II Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia
kronologis (dilewati pada kurang dari 25% anak pada usia
lebih besar dari anak tersebut)
OK
Caution
Delay
Suspect
14
Untestable
Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke
kiri garis usia atau pada lebih dari satu pokok titik
potong berdasarkan garis usia pada area 75% sampai
90%
15
4. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
“IMUNISASI”
RUANG LINGKUP
KETERAMPILAN a. Dokter
PETUGAS b. Bidan
c. Perawat
LANGKAH
KERJA : 1) Petugas mencuci tangan
2) Pastikan vaksin yang akan di gunakan
3) Jelaskan kepada ibu anak tersebut, umur anak (2-11
bulan) jumlah suntikan 3x untuk imunisasi DPT.
4) Ambil 0,5 cc vaksin DPT
5) Bersihkan 1/3 paha bagian luar dengan kapas steril (air
panas)
6) Suntikan secara intra muskuler (im)
7) Terangkan kepada ibu anak tersebut, tentang panas
akibat DPT, berikan obat penurun panas / antipiretik
kepada ibu anak tersebut
8) Anjurkan kompres hangan di lokasi penyuntikan.
9) Rapikan alat-alat
10) Petugas mencuci tangan
11) Mencatat dalam buku
16
INDIKATOR Mendapatkan hasil yang tepat dan benar
KINERJA
RUANG LINGKUP Semua pasien yang akan melakukan imunisasi polio di unit
pelayanan Posyandu pada anak berumur 0 - 11 bln
KETRAMPILAN Dokter
PETUGAS Bidan
Perawat
ALAT DAN
BAHAN Pinset
Vaksin polio dan pipet
17
SOP IMUNISASI BCG
NAMA
PEKERJAAN Pemberian Imunisasi BCG
RUANG LINGKUP
Semua pasien yang akan di imunisasi BCG di unit
pelayanan statis pada anak berumur kurang dari 2
bulan.
KETRAMPILAN
PETUGAS a. Dokter
b. Bidan
c. Perawat
18
SOP IMUNISASI CAMPAK
TUJUAN
Sebagai acuan dalam pemberian imunmsasi campak
agar anak mempunyai daya tahan terhadap penyakit
campak.
RUANG LINGKUP
Unit pelayanan posyandu padi anak berumur 9 bulan
KETRAMPILAN
PETUGAS a. Dokter
b. Bidan
c. Perawat
LANGKAH KERJA
1) Petugas mencuci tangan
2) Pastikan vaksin dalam keadaan baik
3) Buka tutup vaksin denggunakan Pinset
4) Larutkan dengan cairan pelarut campak yang sudah ada (5
cc)
5) Pastikan umur anak tepat untuk di imunisasi campak (9
bulan)
6) Ambil 0,5 cc vaksin campak yang telah dilarutkan tadi
7) Bersihkan lengan kiri bagian atas anak dengan kapas steril
(air panas).
8) Suntikan secara sub (sc)
9) Rapikan alat
10) Cuci tangan petugas
CATATAN MUTU Buku Status bayi
Kartu Imunisasi
19
5. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
“TRANFUSI DARAH”
TUJUAN
Umum :
Untuk memenuhi kebutuhan sel darah : eritrosit, leukosit,
trombosit, plasma atau protein tubuh.
Khusus :
Untuk mengembalikan volume darah setelah
perdarahan hebat
Untuk mengembalikan kemampuan darah
membawa oksigen
Untuk memberikan faktor plasma, seperti faktor
hemolitik (antihemophilic factor, AHF) atau
faktor VII atau konsentrasi trombosit yang
mencegah atau mengobati perdarahan
20
4. Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah tindakan
5. Menjaga privasi klien
Fase Kerja
1. Mencuci tangan dan menggunakan hand scoon
2. Meletakkan alat kedekat pasien
3. Mengatur posisi pasien
4. Pertahankan teknik aseptik saat menyiapkan cairan
infus :
5. Gantungkan cairan infus (NaCl 0,9%) pada tiang
infus dan lakukan desinfeksi tutup botol cairan infus
dengan kapas alkohol/swab antiseptic
6. Lepaskan selang transfusi set dari wadah dan tarik
kelua
7. Geser klem selang disepanjang selang sampai berada
tepat dibawah bilik tetes untuk memfasilitasi
aksesnya
8. Tutup klem selang transfusi set
9. Biarkan ujung selang transfusi set tetap tertutup
plastik sampai transfusi set dipasang (untuk
mempertahankan kesterilan ujung selang)
10. Lepaskan tutup botol/kantong cairan infus dan
tusukan selang transfusi set ke botol/kantong cairan
infus
11. Isi “Chamber” dengan cairan infus 1/3-1/2 bagian
dan alirkan cairan sampai keujung selang. Jika
didalam selang masih ada udara, maka buka tutup
jarum dan keluarkan udaranya hingga tidak ada,
selanjutnya klem selang infus dan tutup jarum
kembali.
12. Memberikan label pada botol cairan infus NaCl 0,9%
250 ml (tanggal dan jam pemasangan, tanggal dan
jam dilepaskan, terapi, tetesan).
13. Tentukan area penusukan intravena kateter pada
bagian distal terlebih dahulu dan pilih vena yang
besar, bila perlu cukur bulu pada area penusukan.
14. Letakkan pengalas dibawah area penusukan.
15. Memasang torniquet 5-15 cm diatas vena yang akan
ditusuk sampai vena terlihat jelas dan membersihkan
area penusukan dengan kapas alkohol/swab
antiseptic. Untuk memobilisasi vena lakukan
peregangan kulit dengan cara menarik kulit dengan
kuat kebagian distal.
16. Membuka jarum (aboket/vemflon), pegang kuat
dengan tangan dominan lalu masukkan jarum infus
(aboket/vemflon) kedalam vena sepanjang 1 cm
dengan lubang jarum menghadap keatas dengan
sudut 15-30 derajat.
17. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum
(aboket/vemflon). Jika terlihat ada darah dalam jarum
21
(aboket/vemflon) maka tarik keluar bagian dalam
jarum sejauh 1 cm sambil menyusupkan bagian
luarnya lebih jauh kedalam vena.
18. Fiksasi tempat penusukan dengan menggunakan
hansaplas, buka torniquet, lalu tekan pada bagian atas
vena dengan menggunakan ibu jari tangan kiri agar
darah tidak keluar. Kemudian jarum bagian dalam
ditarik keluar, selanjutnya sambungkan
aboket/vemflon dengan selang infus set secara cepat
dan cermat.
19. Buka klem pada selang transfusi set dan bila tidak
ada tanda-tanda infiltrasi dan cairan infus dipastikan
menetes dengan baik, kemudian melakukan fiksasi
jarum (aboket/vemflon) dengan plester (catatan :
tempat penusukan dapat ditutup dengan kasa +
betadin).
20. Menghitung tetesan infus NaCl 0,9% dengan
seksamaa sesuai instruksi.
21. Dapatkan komponen darah yang tepat untuk klien :
o Periksa program dokter sesuai instruksi
o Periksa format permintaan dan label kantong darah
dengan seorang teknisi laboratorium atau sesuai
kebijakan lembaga. Khususnya periksa nama klien,
nomor identitas, golongan darah (A, B, AB atau O)
dan kelompok Rh klien, nomor donor darah, dan
tanggal kadaluarsa darah. Periksa adanya
ketidaknormalan warna, gumpalan SDM, gelembung
udara dan bahan asing lainnya. Kembalikan darah
yang sudah kadaluarsa atau yang tidak normal ke
bank darah
o Dengan perawat lain, bandingkan catatan darah
laboratorium dengan : nama, nomor identitas klien,
nomor pada label kantong darah, golongan darah (A,
B, AB atau O dan tipe Rh) pada label kantong darah
o Jika ada informasi yang tidak begitu cocok,
beritahu perawat yang bertanggung jawab dan bank
darah. Jangan memberikan darah sampai
ketidakcocokan diperbaiki atau diklarifikasi.
o Tanda tangani format yang tepat dengan perawat
lain sesuai dengan kebijakan lembaga.
o Pastikan bahwa darah ditinggalkan pada suhu
ruangan tidak lebih dari 30 menit sebelum memulai
transfusi. SDM akan rusak dan kehilangan
keefektifannya setelah ditinggalkan selama 2 jam
pada suhu ruangan. SDM yang lisis melepaskan
kalum ke aliran darah yang menyebabkan
hiperkalemia. Lembaga dapat menetapkan waktu
yang berbeda untuk mengembalikan darah ke bank
darah jika kantong darah tersebut tidak dipakai. Saat
komponen darah menghangat maka risiko
22
pertumbuhan bakteri juga meningkat. Jika pemberian
transfusi darah ditunda tanpa terduga maka
kembalikan darah ke bank darah. Jangan menyimpan
darah didalam kulkas. Suhu kulkas tidak secara tepat
diatur dan darah dapat menjadi rusak.
22. Pastikan identitas klien.
o Tanyakan nama lengkap klien
o Periksa gelang tangan klien untuk melihat nama
dan nomor identitasnya. Jangan memberikan darah
ke seorang klien yang tidak menggunakan gelang
tanga
23. Susun perlengkapan transfusi set :
o Pastikan bahwa filter darah didalam bilik tetes tepat
untuk darah lengkap atau komponen darah yang akan
ditransfusikan. Setelah cairan NaCl 0,9% diberikan
sebelum memulai transfusi darah untuk
membersihkan kateter IV dari lauran atau obat yang
tidak sesuai. Tutup klem transfusi set.
24. Persiapan kantong darah :
25. Balikkan kantong darah secara perlahan beberapa kali
untuk mencampur sel-sel darah dengan plasma.
Membalikkan kantong darah dengan kasar dapat
merusak sel-sel darah.
e. Buka port kantong darah dengan menarik
carikannya kebelakang.
f. Tusukan transfusi set kedalam kantong
darah
g. Gantung kantong darah
h. Buka klem transfusi set secara perlahan
26. Tetapkan transfusi darah :
o Darah akan mengalir kedalam bilik tetes yang
sebelumnya telah berisi cairan NaCl 0,9%
o Ketuk-ketuk filter untuk mengeluarkan setiap
residu udara didalam filter
o Atur kembali kecepatan aliran darah dengan klem
transfusi set
27. Pantau klien secara ketat selama 5 sampai 10 menit
pertama :
o Alirkan darah secara perlahan selama 15 menit
pertama dengan tetesan 20 tetes per menit
o Perhatikan adanya reaksi transfusi yang merugikan,
seperti mengigil, mual, muntah, takikardi.
Mengidentifikasi reaksi tersebut dengan cepat guna
meminimalisir akibat dari reaksi transfusi.
o Ingatkan klien atau keluarga untuk memanggil
perawat jika gejala yang tidak lazim dirasakan saat
transfusi.
o Jika reaksi ini terjadi maka laporkan pada perawat
yang bertanggung jawab dan lakukan tindakan
keperawatan yang tepat.
23
28. Dokumentasikan data yang terkait :
Catat waktu mulai pemberian darah, termasuk
tanda-tanda vital, jenis darah, nomor unit darah,
nomor urut (mis, nomor 1 dan 3 unit darah yang
diprogramkan), tempat punksi vena, ukuran jarum,
dan kecepatan aliran darah.
24
6. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
“KEJANG”
DEFINISI Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranial
TUJUAN Prosedur ini bertujuan sebagai acuan penanganan pelanggan
dengan kejang demam di Ruang Pemeriksaan Umum di UPTD
Puskesmas Ngasem.
RUANG LINGKUP
Tindakan mulai dari pembebasan jalan napas,
pemberian obat-obatan anti kejang sampai dengan
pencatatan ke dalam rekam medis dan register harian Ruang
Pemeriksaan Umum
KRITERIA Semua pelanggan dengan kejang demam tertangani 100%
PENCAPAIAN sesuai dengan prosedur Penanganan Kejang Demam
PERALATAN
Alat :
Tongue Spatel
Infus Set
Bahan :
Obat-obatan
ALUR PROSES
1 Petugas membebaskan jalan napas Medis & Paramedis
2 Petugas meletakkan tongue spatel antara kedua rahang supaya Medis & Paramedis
lidah tidak tergigit
3 Petugas melonggarkan pakaian pelanggan kejang demam Medis & Paramedis
4 Petugas menempatkan pelanggan pada posisi supine Medis & Paramedis
(terlentang-miring)
5 Petugas memberikan oksigen Medis & Paramedis
6 Petugas memasang infus Medis & Paramedis
25
7 Petugas memberikan obat-obatan anti kejang : Medis & Paramedis
a. BB < 10 kg : 0,5mg/kgBB minimal 2,5 mg atau stesolit
supposutoria 5 mg
b. BB > 10 kg : 0,5mg/kgBB minimal 7,5 mg atau
stesolit suppustoria 10 mg
c. Bila dalam 20 menit tidak berhenti dapat diulangi dengan
dosis yang sama dan bila dalam 20 menit tidak juga berhenti,
ulangi dosis yang sama tetapi im
8 Jika tidak ada diazepam dapat diberikan fenobarbital Medis & Paramedis
(luminal) im/iv dengan dosis :
a. Usia < 1 thn : 50 mg, dalam 15 menit tidak berhenti ulangi
dengan dosis 30 mg
b. Usia > 1 thn : 75 mg, dalam 15 menit tidak berhenti ulangi
dengan dosis 50 mg
9 Petugas menurunkan panas dengan kompres air hangat, dan Medis & Paramedis
berikan parasetamol 10-15 mg/kgBB tiap 4-6 jam atau
ibuproven 5-10 mg/kgBB tiap 4-6 jam
10 Petugas memberikan antibiotika Medis & Paramedis
11 Petugas melakukan pencatatan ke dalam rekam medis dan Medis & Paramedis
buku register harian rawat jalan Ruang Pemeriksaan Umum
26
7. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
“TERAPI BERMAIN”
PENGERTIAN: Cara
alamiah bagi anak untuk
mengungkapkan konflik
dirinya yang tidak disadari
(Wong: 1991)
27
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan
klien sebelum kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
Contoh
Topik : Terapi bermain
Sub Topik : Mewarnai gambar
Sasaran : Anak Pra Sekolah
Tempat : Ruang perawatan anak
Waktu : 35 menit
TUJUAN 1. TIU (Tujuan Instruksional Umum)
Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat
melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan
aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain
dan beradaptasi efektif terhadap stress karena
penyakit dan dirawat
2. TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
Setelah diajak bermain selama 35 menit, anak
28
diharapkan:
a. Gerakan motorik halusnya lebih terarah
b. Berkembang kognitifnya
c. Dapat mewarnai gambar yang disukainya
d. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi
dengan teman sebaya yang dirawat di ruang
yang sama
e. Kejenuhan selama dirawat di RS berkurang
a. Usia 3 – 6 tahun
b. Jumalah peserta: 2 – 4 anak dan didampingi
orang tua
c. Keadaan umum mulai membaik
d. Klien dapat duduk
e. Peserta kooperatif
4. Metode: Demontrasi
5. Alat-alat yang digunakan (Media)
29
a. Anak diminta untuk memilih gambar yang
ingin diwarnai yang sudah tersedia
b. Kemudian anak dianjurkan untuk mewarnai
gambar dengan warna yang disukai
c. Setelah selesai mewarnai gambar, anak
dibantu untuk melubangi bagian atas kertas
gambar
d. Dipasang benang sepanjang ± 10 cm pada
bagian atas yang dilubangi
e. Gantungkan hasil mewarnai gambar di dekat
tempat tidur anak
4. Penutup: 5 Menit
Memberikan reward pada anak atas hasil karyanya
30
8 STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
“RESTRAIN”
Restrain sabuk
Restrain rompi
Restrain sarung tapak tangan
Restrain pergelangan tangan atau pergelangan kaki
Restrain siku
Restrain mumi
B. RESTRAIN ROMPI
31
1. Pastikan rompi memiliki ukuran yang sesuai dan periksa
kelayakan rompi secara teratur
2. Pasang rompi pada klien, dalam keadaan terbuka di bagian
depan atau belakang sesuai rekomendasi produsen
3. Tarik tali di ujung rompi melewati dada, dan masukkan tali
ke lubang restrain rompi pada sisi yang berlawanan
4. Ulangi prosedur yang sama pada ujung tali lainnya
5. Gunakan simpul hidup untuk memfiksasi setiap ujung tali
pada tempat tidur yang dapat digerakkan atau dibelakang
kursi pada kaki kursi
6. Jangan mengikat rompi di bagian kepala tempat tidur
7. Ikat tali di belakang kursi dengan menggunakan simpul
segiempat
8. Pastikan klien dalam posisi yang sesuai sehingga
memfasilitasi ekspansi dada maksimum untuk bernafas
32
E. RESTRAIN SIKU
RESTRAIN MUMMY
33
9. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
“SCORTAIN”
34
memasukkan ke dalam bengkok
Memasang plastic pada pangkal
skorstin dan di plester
Mencuci tangan
Tahap terminasi
Mengevaluasi tindakan
Merapikan alat
Mencatat dalam lembar
keperawatan
SUMBER 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu Di
Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan.
Jakarta:Kemenkes.RI.
35
10. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
“RUMPLEED DHF”
36
setidaknya 1 inchi bagian distal dari lengan dekat manset untuk
melihat pembentukan petechia.
o Hasil tes dilaporkan dalam rentang dari negatif ke +4, tergantung
pada jumlah dari kemunculan petechia dengan diameter 5cm.
Evaluasi :
Negatif = tidak ada petechial
+1 = 1-10 petechia
+2 = 11 – 20 petechia
+3 = 21 – 50 petechia
+4 = >50 petechia
o Kempiskan dan lepaskan manset tekanan darah.
o Pasien dianjurkan untuk membuka dan mengepalkan tangannya guna
mempercepat kembalinya darah ke bagian distal ektremitas tubuh.
o Bereskan alat-alat yang telah dipergunakan.
o Rapihkan kembali klien
o Ucapkan salam.
o Buka sarung tangan, lalu buang kedalam bengkok.
o Lakukan cuci tangan.
o Dokumentasikan seluruh hasil pengumpulan data pada format yang
telahdisiapkan.
37
11. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
“PENDIDIKAN KESEHATAN”
PENGERTIAN
Penkes adalah informasi kesehatan dan berbuat
sesuai dengan informasi tersebut agar mereka menjadi
lebih tahu dan lebih sehat (budiro,1998)
TUJUAN Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan
masyarakat dalam membina dan memleihara perilaku
sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam
upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
Tebentuknya perilaku sehat terhadap individu, keluarga
dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat
baikfisik, mental dan sosoial sehingga dapat
menurunkan angka kesatikan dan kematian.
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong
atau mengatasi dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.
Meningkatkan perilaku peroroangan dan atau
masyarakat dalam bidang kesehatan (WHO).
38
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan prosedur atau langkah langkah
PENKES
5. Menanyakan kesiapan klien atau kontrak waktu
6. Appresepsi
C.Fase kerja
1. Mengatur posisi yang nyaman untuk klien
2. Menjelaskan pengertian penyakit (sesuai topik
PENKES)
3. Menjelaskan penyebab atau etiologi (sesuai topik
PENKES)
4. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit (sesuai topik
PENKES)
5. Menjelaskan pencegahan penyakit (sesuai topik
PENKES)
6. Menjelaskan penatalaksanaan atau perawatan
penyakit (sesuai topik PENKES)
7. Menjelaskan atau melakukan demonstrasi atau
simulasi (prosedur atau tindakan kalau ada ....
(mengukur TD/Suhu, membuat LGG, justimun dan
lain lian sesuai topik Penkes)
d. Fase terminasi
A. Evalusai (dapat dilakukan sebelum dan sesudah
PENKES)
B. Menyampaikan rencana tindak lanjut (Sebagai
Follow Up)
C. Pamitan (appresiasi/ucapan terima kasih dan
permintaan maaf ada kekurangan)
SUMBER Hidayat, Aziz Alimul. (2014). Buku Ajar Praktikum
Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Donsu, J. D. (2016). Metodologi Penelitian
Keperawatan.Yogyakarta: Pustaka Baru.
39
12. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
“PHOTOTHERAPY”
40
memantulkan cahaya sebanyak mungkin
kepada bayi
41
atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit
terapi sinar sampai suhu bayi antara 36,5 0C –
37,5 0C.
16. Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam,
kecuali kasus-kasus khusus:
17. Hentikan terapi sinar bila kadar serum
bilirubin <13mg/Dl
18. Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah
indikasi transfusi tukar, persiapkan
kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim
bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk
transfusi tukar. Sertakan contoh darah ibu dan
bayi.
19. Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa,
hentikan terapi sinar setelah 3 hari.
20. Setelah terapi sinar dihentikan:
21. Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi
pemeriksaan bilirubin serum bila
memungkinkan, atau perkirakan keparahan
ikterus menggunakan metode klinis.
22. Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin
serum berada di atas nilai untuk memulai
terapi sinar , ulangi terapi sinar seperti yang
telah dilakukan. Ulangi langkah ini pada
setiap penghentian terapi sinar sampai
bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau
perkiraan melalui metode klinis berada di
bawah nilai untuk memulai terapi sinar.
23. Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi,
bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada
masalah lain selama perawatan, pulangkan
bayi.
24. Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri
nasihat untuk membawa kembali bayi bila
bayi bertambah kuning
42
13. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PROSEDUR/
LANGKAH- Penilaian status gizi yang biasa dilakukan di Puskesmas
LANGKAH Kandangan adalah penilaian status gizi secara antropometri
dan klinis
1. Penilaian status gizi secara antropometri
b. Parameter yang digunakan :
umur (dalam bulan)
Panjang badan atau tinggi badan (PB atau TB)
Berat badan (BB)
c. Petugas mengkombinasikan beberapa parameter di atas
sehingga memperoleh
indeks antropometri :
Panjang badan menurut umur (PB/U) atau Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U)
Berat badan menurut umur (BB/U)
Berat badan menurut Panjang badan (BB/PB) atau
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
c. Petugas menilai status gizi dengan melihat tabel penentuan
status gizi menurut WHO 2005 berdasarkan Z-score
Indikator PB/U atau TB/U
Normal : Z-score >- 2 SD
43
Pendek (Stunted) : -3 SD <-Z score <- 2 SD
Sangat Pendek : Z score < - 3SD
Indikator BB/U
BB Lebih : Z score > 1 SD
BB Normal : -2 SD< Z score < 1 SD
BB Kurang (UnderWeight) : -2 SD >Z score > -3 SD
BB Sangat Kurang : Z score < - 3 SD
Indikator BB/PB atau BB/TB
Sangat gemuk (obesitas) : z score > 3SD
Gemuk (OVEerEeight) : 2 SD <Zscore < 2 SD
Resiko Gemuk : 1 SD Zscore < 2 SD
Normal : -2 SD < Z score < 1 SD
Kurus (Wasted) : -3 SD < Z score < -2SD
Sangat Kurus : Z score < -3SD
44
5. UKM promkes
45
14. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
46
o Botol pelembab
o Masker atau nasal prong
o Slang penghubung
PROSEDUR Penderita diberi penjelasan tentang tindakan yang kan
KERJA dilakukan
2. Penderita ditempatkan pada posisi yang sesuai
3. Tabung oksigen dibuka dan diperiksa isinya
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan
tindakan
5. Hubungkan nasal prong atau masker dengan
slang oksigen ke botol pelembab
6. Pasang ke penderita
7. Atur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan
8. Setelah pemberian tidak dibutuhkan lagi lepas
nasal prong atau masker dari penderita
9. Tabung oksigen ditutup
10. Penderita dirapikan kembali
11. Peralatan dibereskan
SUMBER Saputra,L, (2013). Ketrampilan Dasar Untuk Perawat
: dan Bidan. Binarupa Aksara: Tangeran Selatan.
47
15. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
“SUCTION”
48
PROSEDUR PERSIAPAN ALAT :
7. Sarung tangan
8. Bak instrumen
9. Kasa
10. Bengkok
PERSIAPAN PASIEN :
a. Posisi miring
PELAKSANAAN :
SUMBER : Mubarak, I.W., et al., (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar (Buku 1).
Salemba Medika:Jakarta.
50
16. STANDART PROCEDURE OPERATING (SPO)
“NEBULIZER”
NO.DOKUMEN 165/SPO/KEP/I/2017
NO. REVISI A
HALAMAN 1/2
TUJUAN
KEBIJAKAN Pasien Yang Mengalami Kesulitan Mengeluarkan Secret
Pasien Yang Mengalami Penyempitan Jalan Nafas
2. LANGKAH-LANGKAH
Mencuci Tangan
Memberi Salam
Menjelaskan Tujuan Dan Prosedur Pada Pasien
Dan Keluarga
51
Memakai Sarung Tangan
Membaca Basmallah
Menjaga Privacy Pasien
Mengatur Posisi Duduk
Menempatkan Meja/Troly Di Depan Pasien Yang
Berisi Set Nebulizer
Mengisi Nebulizer Dengan Aquades Sesuai
Takaran
Memasukkan Obat Sesuai Dosis
Menghidupkan Nebulizer Dan Meminta Pasien
Napas Dalam Sampai Obat Habis
Membersihkan Mulut Dan Hidung Dengan Tissue
Merapikan Pasien
Membaca Hamdallah
Merapikan Alat
Mencuci Tangan
Mencatat kegiatan Dalam Lembar Catatan
Keperawatan
52
17. STANDART PROCEDURE OPERATING (SPO)
“KOMPRES HANGAT”
2. PERSIAPAN ALAT:
a. Air panas
b. Washlap
c. Sarung tangan
d. Handuk kering
53
3. CARA KERJA:
a. Beri tahu pasien bahwa tindakan akan segera
dimulai
b. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian
kerja yang nyaman
c. Cek alat-alat yang akan digunakan
d. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur
e. Posisikan pasien senyaman mungin
f. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
g. Periksa TTV pasien sebelum memulai
backrub (terutama nadi dan tekanan darah)
h. Kebersihan alat diperhatikan
i. Kompres hangat diletakkan di bagian tubuh
yang memerlukan (dahi, aksila, lipat paha).
j. Minta pasien untuk mengungkapkan
ketidaknyamanan saat dilakukan kompres.
k. Pengompresan dihentikan sesuai waktu yang
telah ditentukan.
l. Kaji kembali kondisi kulit disekitar
pengompresan, hentikan tindakan jika
ditemukan tanda-tanda kemerahan.
m. Rapikan pasien ke posisi semula
n. Beri tahu bahwa tindakan sudah selesai
o. Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan
lepas sarung tangan
p. Kaji respon pasien (respon subjektif dan
objektif)
q. Berikan reinforcement positif pada pasien
r. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
s. Akhiri kegiatan dengan baik
54
18. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
55
pemberiannya
4. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat
per oral (menelan, mual, muntah, adanya program
tahan makan atau minum, akan dilakukan
pengisapan lambung dll)
5. Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien,
nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian)
periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian
pada perintah pengobatan laporkan pada
perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang
meminta.
6. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah
pengobatan dan ambil obat yang diperlukan)
7. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan.
Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis
yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat
(gunakan tehnik aseptik untuk menjaga
kebersihan obat).
56
sehingga label tidak bisa dibaca dengan
tepat.
4. Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke
dalam mangkuk obat berskala.
5. Sebelum menutup botol tutup usap bagian
tutup botol dengan menggunakan kertas
tissue. Mencegah tutup botol sulit dibuka
kembali akibat cairan obat yang mengering
pada tutup botol.
6. Bila jumlah obat yang diberikan hanya
sedikit, kurang dari 5 ml maka gunakan
spuit steril untuk mengambilnya dari botol.
7. Berikan obat pada waktu dan cara yang
benar
8. Identifikasi klien dengan tepat.
9. Menjelaskan mengenai tujuan dan daya
kerja obat dengan bahasa yang mudah
dimengerti oleh klien.
10. Atur pada posisi duduk, jika tidak
memungkinkan berikan posisi lateral.
Posisi ini membantu mempermudah untuk
menelan dan mencegah aspirasi.
11. Beri klien air yang cukup untuk menelan
obat, bila sulit menelan anjurkan klien
meletakkan obat di lidah bagian belakang,
kemudian anjurkan minum. Posisi ini
membantu untuk menelan dan mencegah
aspirasi.
12. Catat obat yang telah diberikan meliputi
nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan
tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak
dapat masuk atau dimuntahkan, catat secara
jelas alasannya.
13. Kembalikan peralatan yang dipakai dengan
tepat dan benar, buang alat-alat disposibel
kemudian cuci tangan.
14. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada
klien.
57
58
59