Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PERTAMANAN

KONSEP DASAR ARSITEKTUR PERTAMANAN

OLEH

NAMA : RAI JUNI ARTINI

NIM : 1513041028

KELAS : VII B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
dan kerja keras kamilah makalah yang berjudul “Konsep Dasar Arsitektur Pertamanan” ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya untuk memenuhi tugas mata kuliah Pertamanan.

Terima kasih pula kami sampaikan kepada Yth. Ibu Dr. Ni Luh Putu Manik Widiyanti,
S.Si., M. Kes selaku dosen mata kuliah Pertamanan yang telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk mengerjakan tugas ini, tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman jurusan Pendidikan Biologi, kepada kedua orang tua kami, serta kepada semua
pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam upaya penyelesaian
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak tetap kami harapkan demi penyempurnaan pada
karya kami yang selanjutnya. Tak lupa kami juga minta maaf jika terdapat kesalahan dan
kekurangan pada penulisan kata di dalam makalah ini. Akhir kata kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terima kasih.

Singaraja, 12 September 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3. Tujuan ............................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3
2.1. Cara-Cara Perancangan Pertamanan................................................................. 3
2.2. Jenis-Jenis Tanaman Dan Rancangan Penanamannya ..................................... 9
2.3. Faktor-Faktor Sosial Dan Psikologis Dalam Arsitektur Pertamanan ............... 13
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 16
3.1. Simpulan .......................................................................................................... 16
3.2. Saran ................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Taman merupakan sebuah areal yang berisikan komponen material keras dan
lunak yang saling mendukung satu sama lainnya yang sengaja direncanakan dan dibuat
oleh manusia dalam kegunaanya sebagai tempat penyegar dalam dan luar ruangan.
Taman dapat dibagi dalam taman alami dan taman buatan. Taman yang sering dijumpai
adalah taman rumah tinggal, taman lingkungan, taman bermain, taman rekreasi, taman
botani. Pertamanan merupakan kegiatan mengolah dan menata lahan dengan
menumbuhkan berbagai tanaman seraya memperhatikan segi keindahan (estetika).
Dalam pengertian di Indonesia, pertamanan banyak terkait dengan penataan ruang
menggunakan berbagai elemen alami, terutama tanaman. Elemen lainnya adalah

3
patung, air, kolam, serta hewan. Suatu taman dapat pula dibuat untuk menghasilkan
sesuatu, seperti sayuran, buah, serta sumber pengobatan, atau untuk memelihara koleksi
tanaman. Taman yang demikian dapat disebut pula sebagai kebun. (Soeseno : 1993)
Pertamanan merupakan kegiatan mengolah dan menata lahan dengan
menumbuhkan berbagai tanaman seraya memperhatikan segi keindahan (estetika).
Dalam pengertian di Indonesia, pertamanan banyak terkait dengan penataan ruang
menggunakan berbagai elemen alami, terutama tanaman. Elemen lainnya adalah
patung, air, kolam, serta hewan. Suatu taman dapat pula dibuat untuk menghasilkan
sesuatu, seperti sayuran, buah, serta sumber pengobatan, atau untuk memelihara koleksi
tanaman. Taman yang demikian dapat disebut pula sebagai kebun. (Hakim : 1996)
Kata “Garden” dalam bahasa Ibrani dapat ditelusuri dari dua kata yakni “Gan”
dan Oden atau Eden” Kata Gan mempunyai arti pertahanan atau pagar, sedangkan kata
Eden memiliki makna bersukaria atau bersenang-senang. Kata Garden diartikan
sebagai suatu tempat yang terbatas yang dimanfaatkan sebagai tempat untuk bersenang-
senang. Istilah “Garden” atau “Taman” mengawali dalam pembahasan sejarah
perkembangan Arsitektur Lansekap. Karena istilah tersebut mempunyai makna yang
penting untuk mengingatkan kembali asal usul istilah garden dalam nilai psikologid
dalam peradaban manusia. Konsep tentang pertamanan sangat banyak sehingga perlu
dikaji dari berbagai sudut pandang.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah cara-cara perancangan pertamanan?
1.2.2 Apa sajakah jenis-jenis tanaman dan rancangan penanamannya?
1.2.3 Apa sajakah faktor-faktor sosial dan psikologis dalam arsitektur pertamanan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui cara-cara perancangan pertamanan
1.3.2 Mengetahui jenis-jenis tanaman dan rancangan penanamannya
1.3.3 Mengetahui faktor-faktor sosial dan psikologis dalam arsitektur pertamanan

1.4 Manfaat
Manfaat bagi penulis

4
Adapun manfaat bagi penulis yang dapat dari menyelesaikan makalah ini yaitu,
penulis dapat mengetahui lebih jauh cara-cara perancangan pertamanan, mengetahui
jenis-jenis tanaman dan faktor-faktor sosial dan psikologis dalam arsitektur
pertamanan.

Manfaat bagi pembaca.

Adapun manfaat yang pembaca dapat setelah membaca makalah ini yaitu,
pembaca dapat mengetahui lebih jauh cara-cara perancangan pertamanan, mengetahui
jenis-jenis tanaman dan faktor-faktor sosial dan psikologis dalam arsitektur
pertamanan.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cara-Cara Perancangan Pertamanan
Dalam kaitannya dengan perencanaan lansekap, tata hijau (planting design)
merupakan suatu hal pokok yang menjadi dasar dalam pembentukan ruang luar.
Penataan dan perancangan tanaman mencangkup: habitat tanaman, karakteristik
tanaman, fungsi tanaman, dan peletakan tanaman. Vegetasi merupakan material
lansekap yang hidup dan terus berkembang. Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi
ukuran besar tanaman, bentuk tanaman, tekstur, dan warna selama masa
pertumbuhannya. Pemilihan jenis tanaman maupun cara pengaturan penanamannya
harus mengikuti rencana penanaman yang disusun untuk memenuhi fungsi serta
estetikanya. (Laurie : 1994)
Hakim (1996) menyatakan bahwa nilai esetika dari tanaman diperoleh dari
perpaduan antara warna (daun, batang, bunga), bentuk fisik tanaman (batang,
percabangan, dan tajuk), tekstur tanaman, skala tanaman, dan komposisi tanaman. Nilai
estetika tanaman dapat pula diperoleh dari satu tanaman atau sekelompok tanaman yang
sejenis. Kombinasi berbagai jenis tanaman atau kombinasi antara tanaman dengan
elemen lansekap lainnya. Faktor lingkungan merupakan salah satu hal penting dalam
melakukan pemilihan jenis tanaman, antara lain tanah dan faktor iklim. Tanah berfungsi
sebagai tempat menyediakan unsur hara bagi tanaman, daerah serapan air, dan tempat
tumbuh tanaman. Sedangkan faktor iklim yang perlu diperhatikan adalah suhu,
intensitas cahaya, kelembaban, curah hujan, dan kecepatan angin. Faktor-faktor iklim
tersebut sangat penting bagi kelangsungan hidup tanaman (Ashari, 1995).
A. Tahap Pengumpulan Data Lapangan
1. Kondisi Fisik Area yang Direncanakan
Sebelum merencanakan perancangan lansekap jalan di suatu area, perlu
diadakan survei lapangan untuk mengumpulkan data-data fisik area tersebut,
antara lain situasi lapangan dan kondisi fisik yang ada saat itu, seperti : (1)
Pengukuran topografi terbatas yang mencakup data ketinggian, lereng dan
luas area yang akan dihijaukan, (2) Pengamatan terhadap : a) Keadaan Tanah,
mencakup tekstur, struktur, kesuburan, pH dan jenis tanah. b) Kesesuaian
vegetasi, berdasarkan bentuk, fungsi dan habitat. Data lapangan ini sangat
berguna sebagai bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan lansekap

6
terutama dalam menentukan elemen-elemen lansekap yang akan digunakan
dan cara pemeliharaan yang akan diterapkan.
2. Kondisi Lingkungan di Sekitar Area
Kondisi lingkungan di sekitar area penting untuk diamati agar dapat
direncanakan suatu lansekap yang serasi, indah dan sesuai dengan lingkungan
disekitarnya. Hal ini dimaksudkan agar suasana yang ditimbulkan setelah
direncanakan dan dibangunnya lansekap di area tersebut menjadi segar, sejuk
dan dapat memenuhi fungsi estetika, keamanan dan kenyamanan. Data
Instansi, mencakup : (1) Peta penggunaan lahan di wilayah studi yang akan
direncanakan. (2) Peta/data sumberdaya alam (tanah, air dan vegetasi). Data
iklim (temperatur, curah hujan, dan kelembaban udara).
B. Tahap Analisis
Pekerjaan analisis lapangan mencakup pekerjaan di studio (gambar) dan atau di
laboratorium bila diperlukan, yang terdiri atas : (1) Analisis keadaan fisik "site",
permasalahan yang ada dan cara penyelesaian dengan konsep disain lansekap. (2)
Analisis keadaan tanah, terdiri dari : (a) Penelitian sifat kimia tanah untuk
mengetahui kandungan unsur hara tanah dan pH tanah yang merupakan unsur penting
untuk pertumbuhan tanaman. (b) Penelitian sifat fisik tanah untuk mengetahui
struktur, tekstur, konsistensi, porositas, dan bobot isi tanah. Penelitian ini sangat
penting untuk mengetahui jenis tanaman yang cocok dengan habitat dan jenis
tanahnya, cara perlakuan terhadap kondisi tanah dan cara pemupukan bagi
tanaman yang akan ditanam.
a. Analisis Tanaman
Penelitian tanaman ini dimaksudkan untuk mendapatkan data/informasi
tentang habitat tanaman dan perlakuan terhadap tanaman, serta mencari
jenis tanaman yang cocok dengan daerah yang diteliti. Pemilihan jenis
tanaman bergantung pada : (1) Fungsi tanaman, disesuaikan dengan tujuan
perancangan. (2) Peletakan tanaman, disesuaikan dengan tujuan dan fungsi
tanaman.
b. Pembuatan "denah" disain, yang menggambarkan spot-spot potensi dan
daerah yang perlu penyelesaian lansekap.

7
C. Tahap Pertimbangan Rancangan
a. Pertimbangan Ruang
Ruang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Hal ini
disebabkan manusia selalu bergerak dan berada di dalamnya. Ruang
tidak akan ada artinya jika tidak ada manusia. Hubungan manusia
dengan ruang secara lingkungan dapat dibagi 2 (dua), yaitu hubungan
dimensional (Antromethcs) serta hubungan psikologi dan emosional
(Proxemics).
Ruang terbuka dapat dibedakan berdasarkan sifat dan kegiatannya:
1. Ruang terbuka umum dan khusus
 Ruang terbuka umum
Merupakan ruang yang terdapat di luar bangunan, dapat
dimanfaatkan dan digunakan setiap orang, dan memberikan
kesempatan untuk melakukan bermacam-macam kegiatan,
contoh: jalan, jogging track, taman, plaza, taman rekreasi, dan
lapangan olahraga.
 Ruang terbuka khusus
Bentuk dasar ruang terbuka selalu berada di luar masa
bangunan dan digunakan untuk kegiatan terbatas dan digunakan
untuk keperluan khusus/spesifik. Contoh: taman rumah tinggal,
taman lapangan upacara, daerah lapangan terbang, daerah untuk
latihan militer.
Ruang terbuka ditinjau dari kegiatannya:
 Ruang terbuka aktif: Ruang terbuka yang dibangun dan
dikembangkan dengan kegiatan manusia, sehingga menjadi
berdayaguna, misalnya taman-taman kota, camping ground,
taman jalur jalan, lapangan olahraga, kebun binatang, danau
pemancingan.
 Ruang terbuka pasif: ruang terbuka yang dibangun untuk
meningkatkan/menunjang ekosistem setempat, sedangkan
jumlah manusia sedikit, contohnya: waduk, pemakaman, hutan
buatan, penghijauan tepi sungai, jalan hijau, lapangan terbang
(Suharto,1994).

8
b. Pertimbangan Sirkulasi
Menurut Hakim dan Utomo (2008), hubungan jalur sirkulasi dengan
ruang erat hubungannya dengan pencapaian suatu ruang, pada dasarnya
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
Jalur sirkulasi melalui ruang, yang memiliki karakteristik antara
lain: (1) integritas masing-masing kuat, (2) bentuk alur cukup
fleksibel.

Gambar 1. Jalur sirkulasi melalui antar ruang


Jalur memotong ruang, dengan karakteristik yaitu
mengakibatkan terjadinya ruang gerak dan ruang diam.

Gambar 2. Jalur sirkulasi memotong ruang


Jalur sirkulasi berakhir pada ruang, memiliki karakteristik antara
lain: (1) lokasi ruang menentukan arah, (2) sering digunakan
pada ruang bernilai fungsional dan simbolis.

9
Gambar 3. Jalur sirkulasi berakhir pada ruang

c. Pertimbangan Tata Hijau


Hakim (2000) menyatakan bahwa peletakan tanaman harus disesuaikan
dengan tujuan dari perancanganya tanpa melupakan fungsi dari pada
tanaman yang dipilih. Tanaman tidak hanya memiliki nilai estetis saja, tapi
juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lingkungan.

d. Pertimbangan dan Sistem Utilitas dalam Lanskap


Hakim dan Utomo (2008), menyatakan bahwa penerapan rekayasa
lansekap dalam sistem utilitas lansekap atau sasaran penunjang antara lain
sebagai berikut:
Sistem irigasi penyiraman
Mengingat kebutuhan air sangat diperlukan bagi
kelangsungan hidup tanaman dan sangat membantu dalam
pemeliharaan tanaman. Penyiraman dapat dilakukan secara
manual, dan mekanik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pengadaan sistem penyiraman, yaitu tersedianya sumber
air, kekuatan daya dorong air, sistem perpipaan, peletakkan titik
kran air (outlet), dan sistem kran air.

Sistem penerangan luar (outdoor lighting system)


Perancangan lansekap harus disertai dengan pemikiran
tentang penerangan luar karena ruang luar yang dirancang tidak
hanya dapat dimanfaatkan pada siang hari namun perlu
dipikirkan pemanfaatannya pada malam hari. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam perancangan lansekap guna penerangan

10
luar,yaitu standar tinggi lampu penerangan pada jalur sirkulasi
adalah 6-15 m dengan jarak antar lampu 10-15 m (Harris dan
Dines,1988), sedangkan pada tapak tinggi lampu penerang 8 m
dengan jarak 12 m.

Tempat parkir
Hampir semua aktivitas kegiatan di ruang terbuka
memerlukan sarana tempat parkir. Kebutuhan akan tempat parkir
dalam suatu perancangan tapak lansekap merupakan bagian dari
prasarana lingkungan.

Saluran pembuangan (Drainase system)


Drainase atau saluran pembuangan merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam suatu perencanaan lansekap.
Ruang luar suatu tapak harus dirancang dengan baik agar
terhindar dari genangan air yang akan menyebabkan rancangan
menjadi tidak sempurna. Saluran pembuangan secara umum
dibagi ke dalam dua sistem, yaitu saluran pembuangan air di atas
tanah (open channels), dan saluran pembuangan air di dalam
tanah (subsurface).

Rekayasa lansekap (stromdrains)


Rekayasa lansekap dapat menjembatani pemikiran-
pemikiran Natural Sceintist dan Land Developer Economist
yang mampu berlaku dan bertindak mendayagunakan dan
menghasilgunakan potensi dan kemampuan lingkungan alam
secara bijaksana untuk berbagai kebutuhan lingkungan manusia.
Selain itu rekayasa lansekap merupakan salah satu teknik
pengolahan kondisi tapak yang ada agar dihasilkan suatu
rancangan tapak yang sesuai dengan kaidah-kaidah arsitektural.

11
2.2 Jenis-Jenis Tanaman dan Rancangan Penanamannya

Gambar 4. Contoh Panduan Rancang Kota / UDGL

A. Taman Alami (Natural)


Taman alami atau natural adalah suatu taman yang dirancang untuk
memberikan kesan alami atau menyatu dengan alam. Taman alami sudah terbentuk
sebelumnya, namun dalam penataannya disesuaikan dengan kondisi lahan kota,
misalnya hutan kota, taman pengarah jalan, taman alami yang tumbuh dalam kota,
dan sebagainya.
B. Taman Buatan (Artificial)
Taman buatan atau artificial merupakan sebuah taman yang elemen-elemennya
lebih banyak didominasi dengan elemen buatan manusia. Taman artificial dirancang
untuk menyeimbangkan kondisi kota dan taman kota, antara lain bermanfaat untuk
mengendalikan suhu, panas sinar matahari, pengendali angin, memperbaiki kualitas
udara, untuk sarana bermain, rekreasi, memberikan kesenangan, kegembiraan,
kenyamanan, sebagai pembatas fisik, pengontrol pandangan, dan lain sebagainya.
Unsur dan prinsip perancangan merupakan kerangka awal pada proses perancangan
taman. Unsur perancangan meliputi titik, garis, bentuk, warna, tekstur, aroma,
motif/gaya, suara, ruang dan waktu.

12
Adapun unsur-unsur perancangan taman adalah sebagai berikut :
1. Titik
Titik merupakan unsur paling sederhana pada perancangan. Pada taman, titik
dapat dihadirkan sebagai point of interest berupa air mancur, sclupture, atau
tanaman.
2. Garis (Line)
Garis adalah unsur dasar untuk membangun bentuk atau konstruksi
perancangan. Sebuah garis adalah unsur perancangan yang menghubungkan antara
satu titik poin dengan titik poin yang lain sehingga bisa berbentuk gambar garis
lengkung (curve) atau lurus (straight). Garis lengkung memberi kesan santai,
lembut, bergerak dan alami, sedangkan garis lurus member kesan stabil, kaku, dan
langsung menuju sasaran. Pada taman, unsur garis biasanya diwujudkan dalam
bentuk border (barisan) tanaman, jalur sirkulasi, bentuk tajuk tanaman, dan
sebagainya.
3. Bentuk (Shape)
Bentuk adalah segala hal yang memiliki diameter tinggi dan lebar. Bentuk pada
taman dapat diwujudkan pada bentuk dan struktur elemen taman misalnya bentuk
dan struktur tanaman baik secara individual maupun kelompok.
4. Ruang (Space)
Ruang dibentuk oleh dinding, alas dan atap. Dalam taman, ruang dapat bersifat
nyata maupun maya. Ruang nyata dapat dibentuk dengan menggunakan pembatas
berupa dinding, pagar, maupun tanaman (Gambar 6). Ruang maya dapat dibentuk
dengan menggunakan perbedaan warna, perbedaan bahan maupun perbedaan
ketinggian. Ruang dalam taman digunakan untuk mengakomodasikan fungsi
tertentu seperti area bermain, tempat istirahat, dan sebagainya.
5. Tekstur (Texture)
Tekstur adalah tampilan permukaan (corak) dari suatu benda yang dapat dinilai
dengan cara dilihat atau diraba. Dalam taman, tekstur juga menunjukkan ukuran
daun dan tipe percabangan. Tanaman dengan ukuran daun besar dan percabangan
jarang disebut memiliki tekstur kasar, begitu pula sebaliknya.
6. Warna (Color)
Warna merupakan unsur penting dalam perancangan taman. Warna dapat
menampilkan identitas, menyampaikan pesan atau membedakan sifat dari bentuk-
bentuk bentuk visual secara jelas. Dikenal istilah warna primer (merah, biru dan

13
kuning) dan warna sekunder, yaitu campuran 2 warna primer. Untuk membuat
komposisi warna dalam perancangan, dapat menggunakan lingkaran warna. Paduan
antara warna yang berdampingan pada lingkaran warna disebut analogus.
Sedangkan paduan warna yang bersebrangan disebut komplementer. Komposisi
komplementer biasanya digunakan untuk membuat kontras pada hasil rancangan.
Adapun prinsip perancangan taman adalah sebagai berikut :
1. Kesatuan (Theme/Unity)
Kesatuan (Unity) diperoleh melalui penggunaan komponen pada disain untuk
mengekspresikan ide utama melalui gaya tertentu secara konsisten. Kesatuan
ditekankan melalui konsistensi karakter antara elemen-elemen taman sehingga
diperoleh tema taman secara spesifik. Kesatuan juga dapat dicapai dengan
penggunaan tanaman tertentu secara massal atau pun pengulangan.

2. Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan dalam perancangan mengacu pada keseimbangan atau
persamaan daya tarik visual (Gambar 7). Dikatakan keseimbangan simetris jika satu
sisi sama dengan sisi lainnya baik pada garis, bentuk, tekstur maupun warna.
Keseimbangan asimetris merupakan keseimbangan daya tarik visual yang dicapai
dengan perbedaan pada unsur disain. Terdapat pula keseimbangan radial, yaitu
keseimbangan antara unsure perancangan yang mengacu pada titik tengah.

3. Skala (Scale)
Skala adalah perbandingan antara satu bagian atau elemen taman dengan bagian
lain pada taman tersebut. Perancangan taman yang baik adalah taman yang memiliki
skala proporsional, misalnya untuk bangunan yang tinggi menjulang dipilih
tanaman yang juga tinggi (Gambar 8). Skala juga berhubungan dengan manusia dan
aktivitasnya.
Terdapat dua macam skala umum, yaitu :
• Skala Manusia
Perbandingan ukuran elemen bangunan atau ruang dgn dimensi tubuh manusia.
• Skala Generik
Perbandingan ukuran elemen bangunan atau ruang terhadap elemen lain yg
berhubungan dgn/atau di sekitarnya.
A. Skala Intim

14
 Skala yg kecil sehingga memberikan rasa terlindung bagi manusia yg berada
di dalamnya.
 1 < D/H < 2
 H = tinggi D = jarak
 Suasana intim tsb dpt diciptakan dgn pengaturan skala ruang kecil, terlindung
dari sekelilingnya dan perlindungan ini dpt menggunakan elemen lunak
maupun elemen keras (hard ataupun soft material).
 Perbandingan yang ideal antara jarak bangunan (D) dan tinggi bangunan (H)
adalah :
1 D/H  2
Perbandingan ini membuat bangunan-bangunan tersebut masih dalam satu
kesatuan. Jika D/H lebih besar dari 2 maka kedua bangunan itu sendiri tidak
ada ikatan. Dan jika D/H lebih kecil dari 1 maka kedua bangunan menjadi
terlalu dempet dan sinar matahari susah masuk sampai ke lantai-lantai bawah.

B. Skala Perkotaan
 Skala ruang yg dikaitkan dgn kota dan lingkungan manusianya sehingga
menimbulkan rasa memiliki/betah.
 1 < D/H < 2 H = tinggi D = jarak
 D/H = 1 = interaksi bangunan terlalu kuat sehingga ruang luarnya tidak terasa
sebagai plaza
 D/H = 2 = perasaan terlingkup suatu plaza tidak ada
 Oleh Yoshinobu Ashihara :
 D/H = 1 = ruang seimbang dlm perbandingan jarak dan bangunan
 D/H < 1 = ruang yg terbentuk terlalu sempit, terasa tertekan
 D/H > 1 = ruang terasa agak besar
 D/H = 4 = pengaruh ruang sudah tidak terasa
 Keadaan skala
 D/H = 1 = cenderung memperhatikan detail daripada keseluruhan bangunan
 D/H = 2 = cenderung utk melihat bangunan sbg sebuah komponen
keseluruhan bersama dgn detailnya
 D/H = 3 = bangunan dilihat dlm hubungannya dgn lingkungan
 D/H = 4 = bangunan dilihat sbg pembatas ke depan saja

15
4. Irama (Rhytme)
Irama dicapai jika elemen-elemen perancangan dapat menciptakan perasaan
bergerak sehingga mampu mengendalikan pandangan mata penikmat taman. Unsur
perancangan seperti warna, garis dan bentuk dapat diulang untuk menciptakan
irama pada perancangan taman. Irama berguna untuk menghilangkan kekacauan
dalam perancangan.

5. Titik perhatian (Point of Interest)


Titik perhatian berguna untuk menggugah semangat, menghidupkan suasana,
dan mendobrak kejenuhan. Titik perhatian dapat dibuat dengan menggunakan unsur
perancangan yang kontras pada salah satu elemen taman, misalnya dalam warna,
ukuran, bentuk, dan sebagainya. Titik perhatian juga dapat ditunjang dengan tata
letak yang tepat.

2.3 Faktor-Faktor Sosial dan Psikologis Dalam Arsitektur Pertamanan


Secara keseluruhan, desain dari setiap taman adalah kombinasi bentuk dan
warna antara perdu, semak, rumput, dan pohon. Taman ini banyak menggunakan warna
hijau yang diaplikasikan oleh rumput, semak dan pohon. Warna hijau ini menimbulkan
efek psikologis berupa rasa sejuk dan segar, memberi rasa ketenangan, tidak gembira
dan tidak menindas, sehingga fungsi dari penggunaan kawasan ini sebagai tempat untuk
berileksasi (duduk-duduk, berjalan-jalan, dan olah raga) dapat terpenuhi. Dijumpai pula
beberapa semak berwarna cerah (kuning, merah ataupun oranye) yang lebih minoritas,
serta warna abu-abu dan broken white pada perkerasan jalan (paving block dan stepping
stone) sebagai penunjang efek harmonis. Keberadaan warna putih tidak membuat
komposisi warna menjadi polychromatic melainkan tetap bersifat komplementer. Hal
ini disebabkan karena penggunaan ketiga warna tersebut tidak menimbulkan kesan
ramai melainkan kesan yang menenangkan. Warna putih bersifat netral sedangkan yang
menjadi penyusun komposisi warna adalah warna hijau dan warna-warna cerah sebagai
komposisi split complementary.
Dengan kombinasi dari warna-warna ini memberikan efek psikologis seperti
kesan terang, harapan, keberanian, mempunyai sugesti, dan getaran semangat (suasana
semarak dan indah), serta dapat menimbulkan selera makan. Karena bagian atapnya

16
tidak ada batasan ruang (beratapkan langit) sehingga tidak menimbulkan kesan ruang
yang menyesakkan karena langit menjulang tinggi.
Dilihat dari konsepnya tatanan culture village ini telah sesuai dengan tema
kedaerahannya, namun penggunaan material kayu sangat rentan terhadap perubahan
suhu serta serangan hama rayap. Alangkah lebih baik jika material kayu diganti dengan
semen yang dibuat seolah-olah menyerupai bentuk kayu, agar lebih aman dan mudah
dalam pemeliharaannya. Untuk mencerminkan kesan alami, keadaan lanskap area ini
tidak dibatasi oleh elemen keras (dinding). Kumpulan pohon, perdu, dan semak yang
berfungsi sebagai dinding transparan membentuk suatu batasan tak nyata dengan ruang
di luar area ini. Sehingga memberikan kesan bahwa taman mempunyai privasi
meskipun berada di ruang terbuka.
Penanaman vegetasi beraroma dikhususkan pada areal median dan berm di
jalur-jalur utama, hal ini bertujuan meningkatkan daya tarik sebagai simbol dari
kawasan ini serta kombinasi dengan tanaman semak berwarna dapat menyajikan sebuah
atraksi warna yang menarik melalui warna daun, bunga, dan proses perubahan warna
tersebut, sehingga dapat menimbulkan kesan ceria dan semarak sebagai penanda dari
kawasan rekreasi. Tanaman beraroma umumnya bersifat musiman, sehingga untuk
setiap musimnya harus tersedia tanaman pengganti lainnya.
Jenis vegetasi yang digunakan adalah kombinasi antara tanaman semak
berwarna dengan pepohonan yang memiliki ciri peneduh dan pengarah jalan.
Penanaman vegetasi pengarah jalan, misalnya pada jalur di sepanjang median Multi
hingga median Blok D, serempak menggunakan tanaman pengarah, yaitu cemara
norfolk (Araucaria heterophylla). Contoh penerapan kelompok tanaman semak, yaitu
pada belokan jalan untuk mengurangi kesan tegas dan kaku, sedangkan untuk penataan
tanaman pada jalur antar blok kavling berbeda-beda dimaksudkan untuk memudahkan
orientasi dalam kawasan. Tata hijau pada jalur jalan memiliki jenis tanaman dengan ciri
khas utama sebagai peneduh dan pengarah jalan, hal ini ditandai dengan bentuk tajuk
pohonnya, seperti pohon pinus, tanaman palem-paleman, dan pohon yang mempunyai
tajuk yang lebar. Pemilihan jenis-jenis tanaman tersebut sebaiknya didasarkan pada
kondisi tapak seperti kondisi tanah, kelembaban, serta intensitas matahari, serta
memperhatikan luasan yang ada.
Ketepatan dalam pemilihan tanaman merupakan rahasia keberhasilan dalam
membangun taman, oleh karena itu pemilihan the right plant for the right place dan
perananperanannya seperti pengarah, peneduh, dan lainnya sangat membantu dalam

17
mengelola taman. Kesalahan ini dapat terjadi karena kurang matangnya perhitungan
dan pertimbangan pada waktu mendesain. Dalam merencanakan taman sebaiknya
benar-benar diperhitungkan terhadap kondisi jangka panjang, sehingga permasalahan
seperti rusaknya fondasi rumah atau terangkatnya conblock karena perakaran tanaman
pada ruang sempit tidak akan terjadi lagi. Namun apabila masih menginginkan tanaman
peneduh berada di jalur berm, sebaiknya harus lebih memperhatikan persyaratan
berikut, seperti memperkirakan luasan lahan dan memilih tanaman yang perakarannya
tidak ekstensif (pohon kecil), permukaan tanah untuk penanaman lebih rendah 20-50
cm dari perkerasan jalan, serta memasang penghalang (barriers) dalam lubang tanam,
berupa lapisan solid (kayu, plastik, atau beton) yang dipasang secara vertikal berjarak
1 m dari batang dengan kedalaman 0,5-1 m untuk mengarahkan pertumbuhan akar ke
bawah. Pemasangan ini akan afektif fungsinya jika ditunjang dengan tersedianya aerasi
dan drainase yang cukup, salah satunya dengan melakukan penggemburan.
Penataan lanskap untuk sarana rekreasi disesuaikan dengan kondisi tempat
tersebut. Misalnya pada areal kolam pancing cukup menggunakan tanaman peneduh
dan hamparan rumput saja, karena kawasan ini hanya bersifat rekreasi pasif. Sedangkan
untuk kawasan yang lebih aktif seperti Arena Fantasi dan danau Little Venice,
menggunakan tanaman yang berwarna cerah untuk memaksimalkan kesan ceria dan
semarak di kawasan tersebut. Karena masih termasuk dalam area pemeliharaan intensif
taman lingkar rotunda, node cluster vila dan median jalur (Gambar 10) juga memiliki
penataan tanaman yang sama dengan kawasan permainan anak. Pada taman Jepang
didominasi oleh tanaman berwarna hijau, bertekstur halus, tidak terlalu menggunakan
banyak warna, natural, dan sederhana, seperti tanaman bentukan (topiary) dan bambu
(Bambusa sp.) sebagai ciri khas tanaman jepang serta menggunakan elemen taman
seperti batu, kolam ikan, dan pasir putih untuk menunjang konsep taman tersebut. Hal
ini sangat berkebalikan dengan taman gaya Eropa dan Amerika yang menggunakan
jenis tanaman berwarna cerah dan berpola simetris sebagai identitas dari kedua gaya
ini. Penanaman sekelompok semak berwarna seperti bunga kertas (Zinnia elegans),
bunga kenikir (Cosmos bipinnatus), puring (Coidieaum variegatum), taiwan beauty
(Cuphea hyssopifolia), soka (Ixora sp.) dan lainnya.Untuk tata hijau taman lingkungan
umum atau jogging track, dimana penggunaan dari tempat ini hanya untuk beristirahat,
berlari, dan bermain sehingga pemilihan jenis tanamannya hanya terdiri dari tanaman
peneduh, tanaman pagar, dan rumput. Tanaman-tanaman yang dipilih sebaiknya
memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan dan mudah dipelihara.

18
BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan
3.1.1 Dalam kaitannya dengan perencanaan lansekap, tata hijau (planting design)
merupakan suatu hal pokok yang menjadi dasar dalam pembentukan ruang luar.
Penataan dan perancangan tanaman mencangkup: habitat tanaman, karakteristik
tanaman, fungsi tanaman, dan peletakan tanaman.
3.1.2 Adapun unsur-unsur perancangan taman adalah sebagai yaitu titik, garis (line),
bentuk (shape), ruang (space), tekstur (texture), warna (color)
3.1.3 Secara keseluruhan, desain dari setiap taman adalah kombinasi bentuk dan
warna antara perdu, semak, rumput, dan pohon. Taman ini banyak
menggunakan warna hijau yang diaplikasikan oleh rumput, semak dan pohon.
Warna hijau ini menimbulkan efek psikologis berupa rasa sejuk dan segar,
memberi rasa ketenangan, tidak gembira dan tidak menindas, sehingga fungsi
dari penggunaan kawasan ini sebagai tempat untuk berileksasi (duduk-duduk,
berjalan-jalan, dan olah raga) dapat terpenuhi.

3.2 Saran
Penulis membuat makalah ini untuk pembelajaran bersama. kami menyadari makalah
yang kami buat jauh dari kata sempurna, jadi apabila pembaca menemukan kesalahan dan
kekurangan, maka penulis sarankan untuk mencari referensi yang lebih baik. Apabila
pembaca merasa ada kekurangan dapat membaca buku yang menjadi referensi secara
lengkap.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, R., 1996. Pedoman Penyajian Visual dan Tahapan Perancangan Arsitektur
Lansekap. Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta.

Laurie, M., 1994. An Introduction to Landscape Architecture. Departement of


Landscape Architecture University of California, Berkeley.

Soeseno, S., 1993. Taman Indah Halaman Rumah. Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

20
21
22
Daftar Pustaka

23

Anda mungkin juga menyukai