Makalah Abdomen
Makalah Abdomen
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
Latar belakang
Rumusan masalah
Tujuan
Manfaat
BAB II Isi
Anatomi dan fisiologi
Fatologi saluran pencernaan yang berhbungan abdomen
Topografi abdomen
Proses pengecekan dan pemereksaan abdomen
Palpasi abdomen
BAB III Penutupan
Kesimpulan
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan
abdomen pada pasien. Pemeriksaan fisik abdomen prosedurnya diawali.
Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan. Penderita
dipersiklahkan untuk membuka baju seperlunya dan meminta berbaring dengan
posisi pemeriksa disebelah kanan pasien. Penderita dibuat rileks dengan menekuk
lutut dan mengajak berbicara. Penderita diminta untuk memberikan respon terhadap
pemeriksaan (rasa sakit) dll. Prinsip pemeriksaan abdomen yakni: Inspeksi-
Auskultasi-Perkusi-Palpasi. Inspeksi dengan posisi berdiri (kulit tidak tampak vena
melebar (melebar sindroma Cushing/ Cirhosiss hepatis), umbilikus tidak hernia,
contour abdimen datar (membelendung kantung kencing penuh/hamil belendung
ascites), dinding abdomen simetri. Perut kembung menandakan adanya gangguan
intraluminal. Pasien diminta bernafas lalu inspeksi tidak tampak adanya
pembesaran organ atau masa. Inspeksi juga dilakukan terhadap peristaltik dengan
membungkuk atau duduk
1.3 Tujuan
1. Mendapatkan atas mengidentifikasikan tanda penyakit atau kelainan pada
daerah adomen
2. Dengan kata lain tujuan pemeriksaan adomen adalah menjawab pertanyaan
apakah kelainan organ yang terdapat pada daerah abdomen.
1.4 Manfaat
1. Untuk memberi informasi mengenai pemereksaan abdomen
BAB II
PEMAHASAN
A. Landasan Teori
1. Anatomi dan Fisiologi
a. Sistem Pencernaan Makanan
Sistem pencernaan makanan merupakan suatu saluran yang menerima
makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserapkan oleh tubuh dengan
jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan) dengan bantuan enzim dan
zat cair. Susunan saluran pencernaan terdiri dari : mulut (oris0, faring,
oesofagus, lambung, intestinum minor (usus halus) yang terbagi tiga bagian
(doedenum, Yeyenum, dan ileum), Intestinum mayor yang terbagi 5 bagian
yaitu seikum – colon asendens – colon transversum – colon desendens – colon
sigmoid – rectum dan berakhir pada anus.
b. Usus halus dan Usus besar
Usus halus atau Intestinum minor adalah bagian dari system pencernaan
makanan yang berpangkal pada pylorus lambung dan berakhir pada sekum, usus
halus memiliki panjang sekitar 6 meter. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan
mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan
lapisan serosa. Ada 3 bagian utama pada usus halus yaitu :
Duodenum disebut juga usus 12 jari panjangnya kira-kira 25 cm, berjalan
melengkung kekiri pada lengkungan kiri terdapat pankreas dan bagian
lengkungan kanan terdapat saluran empedu. Dinding duodenum mempunyai
lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar berfungsi untuk
memproduksi getah intestinum.
Yeyenum dan ileum memiliki panjang sekitar 6 meter. Dua perlima bagian
atas yeyenum dengan panjang kira-kira 2-3 meter dan ileum dengan panjang
kira-kira 4-5 meter. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai
batas yang tegas ujung bawah ileum berhubungan dengan sekum yang disebnut
Orifisium Ileosekalis, orifisium inii diperkuat oleh spinter yang berfungsi untuk
mencegah cairan dalam kolon asendens tidak masuk kembali kedalam ileum.
Usus besar atau intestinum mayor memiliki panjang kira-kira 1,5 meter,
lebarnya 5-6 cm berfungsi dalam penyerapan air dan mineral dan juga sebagai
tempat tinggal bakteri dan tempat sementara feces sebelum dikeluarkan. Ada
beberapa bagian dari usus besar yaitu :
1) Seikum, dibawah sekum terdapat apendiks/umbai cacing dengan
panjang 6 cm seluruhnya ditutupi oleh rongga peritoneum.
2) Colon Asendens, terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur
keatas dari ileum dan membengkok kekiri membentuk fleksure hepatica
dilanjutkan ke colon transversum.
3) Colon transversum, panjangnya kira-kira 38 cm membujur dari colon
asendens sampai dengan colon desendens berada dibawah abdomen,
sebelah kanan terdapat flexsure hepatica dan sebelah kiri terdapat
fleksure lienalis.
4) Colon Desendens, panjangnya kira-kira 25 cm, terletak dibawah
abdomen bagian kiri membujur dari atas kebawah dari fleksure lienalis
sampai kedepan ileum kiri, bersambung dennngan kolon sigmoid.
5) Colon Sigmoid, merupakan lanjutan dari colon desendens terletek
miring dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf S,
ujung bawahnya berhubungan dengan rectum.\
6) Rectum, terletak dibawah colon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os
sacrum dan os cocsigis.
7) Anus, adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rectum dengan dunia luar. Terlek didasar pelvis.
2. Patologi saluran pencernaan yang berhubungan abdomen
Pada umunya untuk patofisiologi abdomen diindikasikan dalam 2 macam
yaitu Akut Abdomen dan Non Akut Abdomen. Istilah akut abdomen diartikan
sebagai gejala-gejala pada abdomen yang datangnya mendadak (tanpa
persiapan), sedangakan non akut abdomen merupakan gejala-gejala yang
datangnya sudah diketahui sebelumnya.
a. Akut Abdomen
1) Ileus merupakan sumbatan pada colon yang disebabkan oleh trauma
atau hernia yang dapat mengakibatkan terjadinya distensi/desakan
terhadap colon yang tersumbat. Ileus dapat dibagi menjadi 2 yaitu
Ileus Paralitik dan Ileus Obstruktif.
2) Perforasi, adalah adanya udara bebas pada rongga abdomen sebagai
akibat dari usus yang mengalami kebocoran.
3) Ascites, merupakan istilah patologis untuk cairan bebas yang berada
dalam rongga abdomen.
4) Massa intra abdominal, adalah suatu massa pada abdomen dapat
berupa tumor atau kanker yang berakibat terganggunya fungsi
fisiologis tubuh.
5) Abdominal surgery adalah indikasi yang timbul setelah pasca operasi.
b. Nonakut abdomen
Untuk nonakut abdomen dalam patologsinya sering disebabkan oleh kasus
batu ginjal yang terdapat dalam saluran sistem urinary. Dalam kasus non akut
abdomen gejala-gejala baru dapat teridentifikasi jika sudah mengganggu
fungsi fisiologis.
3. Topografi Abdomen
Abdomen dibagi secara topografi menjadi 4 kuadran, yaitu :
Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk
menentukan lokalisasi kelainan, yaitu:
1) Pembagian atas empat kuadran,
dengan membuat garis vertikal dan
horizontal melalui umbilicus,
sehingga terdapat daerah kuadran
kanan atas, kiri atas, kanan bawah,
dan kiri bawah.
a. Kuadran kanan atas/Right
Upper
Quadrant (RUQ).
b. Kuadran kanan bawah/Right Lower Quadrant (RLQ)
c. Kuadran kiri atas/Left Upper Quadrant (LUQ)
d. Kuadran kiri bawah/Left Lower Quadrant (LLQ)Garis
tengah/Midline yang terdiri dari : 1) Epigastrik
2) Periumbilikal
3) Suprapubik
2) Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan
dua garis vertikal.
Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan
iga kesepuluh dan yang kedua
dibuat melalui titik spina
iliaka anterior superior
(SIAS).
Garis vertikal dibuat
masingmasing melalui titik
pertengahan antara SIAS dan
mid-line abdomen.
Terbentuklah daerah
hipokondrium kanan,
epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka
kanan, hipogastrium/ suprapubik, dan iliaka kiri.
Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus
dapat terlihat dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam keadaan
normal dapat teraba di daerah tertentu, misalnya kolon sigmoid teraba agak
kaku di daerah kuadaran kiri bawah, kolon asendens dan saecum teraba lebih
lunak di kuadran kanan bawah. Ginjal yang merupakan organ retroperitoneal
dalam keadaan normal tidak teraba. Kandung kemih pada retensio urine dan
uterus gravid teraba di daerah suprapubik.
4. ALAT DAN BAHAN
Alat yang dibutuhkan hanya stetoskop
5. PROSEDUR TINDAKAN
Syarat-syarat pemeriksaan abdomen yang baik adalah :
a. Penerangan ruang memadai.
b. Penderita dalam keadaan relaks.
c. Daerah abdomen mulai dari atas processus xiphoideus sampai symphisis pubis
harus terbuka.
Untuk memudahkan relaksasi :
1. Kandung kencing dalam keadaan kosong.
2. Penderita berbaring terlentang dengan bantal dibawah kepalanya, dan dibawah
lututnya.
3. Kedua lengan diletakkan di samping badan, atau diletakkan menyilang pada dada.
Tangan yang diletakkan di atas kepala akan membuat dinding abdomen teregang
dan mengeras, sehingga menyulitkan palpasi.
4. Gunakan tangan yang hangat, permukaan stetoskop yang hangat, dan kuku yang
dipotong pendek. Menggosok kedua tangan akan membantu menghangatkan
kedua tangan anda.
5. Mintalah penderita untuk menunjukkan daerah yang terasa sakit dan memeriksa
daerah tersebut terakhir.
6. Lakukan pemeriksaan dengan perlahan, hindarkan gerakan yang cepat dan
tibatiba.
7. Apabila perlu ajaklah penderita berbicara.
8. Apabila penderita amat ketakutan atau kegelian, mulailah pemeriksaan dengan
menggenggam kedua tangannya di bawah tangan anda, kemudian secara
pelanpelan bergeser untuk melakukan palpasi.
9. Monitorlah pemeriksaan anda dengan memperhatikan muka/ekspresi penderita.
Biasakanlah untuk mengetahui keadaan di tiap bagian yang Anda periksa.
Pemeriksaan dilakukan dari sebelah kanan penderita, dengan urutan : inspeksi,
auskultasi, perkusi, palpasi.
B. PEMERIKSAAN ABDOMEN
1. INSPEKSI
Inspeksi abdomen adalah melihat perut baik bagian depan, maupun bagian
belakang (pinggang). Inspeksi dilakukan dengan penerangan yang cukup.
a. INSPEKSI
Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati
dengan seksama dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
1. Keadaan kulit:
a. Simetris
Pada atlet
dengan
berat badan ideal akan terlihat rata, kencang, simetris, terlihat kontur
otot rektus abdominalis dengan sangat jelas. Pada keadaan starvasi
bentuk dinding perut cekung dan tipis, disebut bentuk skopoid. Dalam
situasi ini bisa terlihat gerakan peristaltik usus. Abdomen yang
membuncit dalam keadaan normal dapat terjadi pada pasien yang
gemuk, sedangkan situasi patologis yang menyebabkan perut
membuncit adalah ileus paralitik, meteorismus, asistes, kistoma ovarii,
dan graviditas. Tonjolan yang bersifat setempat dapat diartikan
sebagai kelainan organ yang dibawahnya, misalnya tonjolan yang
simetris pada regio suprapubis dapat terjadi karena retensi urin pada
hipertrofi prostat pada laki-laki tua atau kehamilan muda pada wanita.
Sedangkan pembesaran uterus juga mengakibatkan penonjolan pada
daerah tersebut.
c. Simetrisitas;
h. Pelebaran Vena
2. Palpasi Abdomen
a. Langkah-langkah yang mempermudah palpasi abdomen:
1) Pasien sudah harus mengosongkan kandung kemihnya
2) Buat pasien merasa rileks dalam posisi telentang, letakkan bantal pada bawah
kepala pasien
3) Minta pasien untuk meletakkan tanganya di sisi tubuh atau menyilangkanya di
depan dada.
4) Sebelum memulai palpasi minta pasien menunjuk daerah yang dirasa nyeri,
pemeriksa akan memeriksa daerah tersebut paling akhir.
6) Lakukan pendekatan secara perlahan dan hindari gerakan yang terlalu cepat
dan tidak terduga. Amati wajah pasien dengan seksama untuk menemukan
setiap tanda yang menunjukkan rasa nyeri atau ketidaknyamanan.
7) Pasien juga diminta mefleksi kedua tungkai pada sendi paha dan sendi lutut.
Raba dengan telapak tangan dan tekan dengan memfleksikan telapak tangan
pada sendi metakarpofalangea. Lengan pemeriksa harus sehorizontal
mungkin.(1)
Dalam keadaan normal, semua organ dalam rongga perut tak dapat diraba,
kecuali pada orang kurus yang berdinding perut lembek, dapat diraba : sedikit ujung
hepar di bawah Proc. Xiphoideus , kutub bawah ginjal kanan, aorta abdominalais,
vertebra lumbalis IV dan V, uterus dalam keadaan gravid >3 bulan, vesica urinaria
yang penuh.
b. Yang diperiksa pada palpasi abdomen ialah :
e) Mintalah pasien menarik napas dan coba meraba tepi hati saat
abdomen mengempis.
f) Palpasi di bawah tepi hati pada sisi lateral dari otot rektus.
GAMBAR :
7). Palpasi ginjal
3. PERKUSI ABDOMEN
Lakukan perkusi di empat kuadran dan perhatikan suara yang timbul pada
saat melakukannya dan bedakan batas-batas dari organ dibawah kulit. Organ
berongga seperti lambung, usus, kandung kemih berbunyi timpani, sedangkan bunyi
pekak terdapat pada hati, limfa, pankreas, ginjal.
b) PERKUSI LAMBUNG
1) Posisi pasien tidur terlentang
2) Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
3) Lakukan perkusi pada tulang iga bagian bawah anterior dan bagian
epigastrium kiri.
4) Gelembung udara lambung bila di perkusi akan berbunyi
timpaniPeriksa :
a. Adanya gas dalam usus
b. Ascites jika cairan ascites sedikit
c. Besarnya viscera (hati,lien,vesica urinaria,uterus) dan tumor
intra abdominal
Gas dalam usus
Adanya gas yang berlebihan di dalam saluran pencernaan
menyebabkan bunyi perkusi tympani yang meningkat (nyaring) tetapi
daerah pekak hati tetap ada. Bila terjadi perforasi usus sehingga udara
memasuki rongga abdomen, maka selain tympani yang nyaring, juga
daerah pekak hati menjadi tidak pekak lagi.
c) Auskultasi Abdomen Cara pemeriksaan:
1) Mintalah pasien berbaring terlentang dengan tangan dikedua sisi.
Letakan bantal kecil dibawah lutut dan dibelakang kepala.
2) Letakkan kepala stetoskop sisi diafragma yang telah dihangatkan di
daerah kuadran kiri bawah. Berikan tekanan ringan, minta pasien agar
tidak berbicara. Bila mungkin diperlukan 5 menit terus menerus untuk
mendengar sebelum pemeriksaan menentukan tidak adanya bising
usus.
3) Dengarkan bising usus apakah normal, hiperaktif, hipoaktif, tidak ada
bising usus dan perhatikan frekwensi/karakternya.
4) Bila bising usus tidak mudah terdengar, lanjutkan pemeriksaan dengan
sistematis dan dengarkan tiap kuadran abdomen.
5) Kemudian gunakan sisi bel stetoskop, untuk mendengarkan bunyi
desiran dibagian epigastrik dan pada tiap kuadran diatas arteri aortik,
ginjal, iliaka, femoral dan aorta torakal. Pada orang kurus mungkin
dapat terlihat gerakan peristaltik usus atau denyutan aorta.
6) Catat frekuensi bising usus, hiperaktif, hipoaktif atau tidak/ada bising
usus pada kartu status.Jenis bunyi abnormal : a. bunyi usus :
Bertambah :seperti pada diare atau obstruksi dini intestinal
Berkurang :seperti pada kasus ileus paralitik dan peritonitis, untuk
memutuskan apakah bunyi usus tidak terdengar lagi perhatikan
pada daerah sekiar umbilicus selama 2 menit atau lebih lama lagi.
b. Bruits
Ada 2 jenis bruits hepatic dan arterial , hepatic terjadi pada kasus
karsinoma hati atau hepatitis alkoholik, arteria bruits terdengar
pada masa sistolik maupun diastolic,menunjukkan oklusi pada
aorta atau pembuluh darah yang besar.
c. friction rubs
Bunyi ini jarang di dengar , adanya bunyi ini memnunjukkan
adanya inflamasi pada permukaan peritoneal suatu organ
intraabdominal.
d. Venous Hum
Bunyi ini jarang terdengar, bunyi ini merupakan bunyi desingan
yang pelan pada masa sistolik maupun diastolik. Adanya venous
hum menunjukkan peningkatan sirkulasi kolateral antara system
vena portal dan vena sistemik.
BAB III
PENUTUP
Pemeriksaan Abdomen digunakan untuk memeriksa keadaan perut si pasien
dengan melalui empat cara. Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi,
auskultasi, palpasi, dan perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan
palpasi dan perkusi dengan tujuan agar hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat
karena kita belum melakukan
manipulasi terhadap abdomen.
Setiap teknik harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti agar hasil yang kita dapatkan
bisa seteliti mungkin dan menghindari setiap kesalahan yang biasanya sering
dilakukan oleh setiap perawat.