Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI TUMBUHAN
“ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN METODE POINT
CENTERED QUARTER (PCQ) DI KAWASAN GUNUNG
BAWAKARAENG LEMBANNA MALINO KABUPATEN
GOWA”

DISUSUN
OLEH :

Ristia Julhijjah
1414141004
BIOLOGI SAINS 2014

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap Praktikum Ekologi Tumbuhan dengan judul “Analisis


Vegetasi Tumbuhan Metode Point Centered Quarter (PCQ) di Kawasan
Gunung Bawakaraeng Lembanna Malino Kabupaten Gowa” yang disusun
oleh :
Nama : Ristia Julhijjah
NIM : 1414141004
Kelas : Biologi Sains 2014
Kelompok : 2 (dua)
telah diperiksa secara seksama oleh Dosen Penanggung Jawab, maka laporan ini
dinyatakan diterima.

Makassar, Januari 2017

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab Praktikum

Dr.Ir Muh. Wiharto Caronge, S.Si, M.Si


NIP: 1966 0930 1992 031 004
Analisis Vegetasi Tumbuhan Metode Point Centered Quarter (PCQ) di
Kawasan Gunung Bawakaraeng Lembanna Malino Kabupaten Gowa

ABSTRAK

Praktikum ini dilaksanakan di Gunung Bawakaraeng Kabupaten Gowa dengan kondisi lokasi yang
dingin yakni pada lereng gunung dengan banyak jenis tumbuhan yang hidup. Pengamatan yang
dilakukan adalah menghitung vegetasi tumbuhan herba, semak, anakan pohon dan pohon serta
mengamati kondisi serasah lokasi. Penghitungan dilakukan dengan membuat transek yang terdiri
beberapa plot. Ukuran plot untuk herba adalah 2 ×2 cm, ukuran plot untuk anakan pohon dan
semak adalah 5 × 5 cm dan pohon dengan ukuran 10 ×10 cm. Banyak transek yang telah berhasil
diselesaikan pada proses praktikum adalah 3 transek. Metode yang dianalisis adalah dengan
menggunakan metode Point Centered Quartener (PCQ).

Kata kunci: ekologi, vegetasi, PCQ

ABSTRACT

Practicum was held at Mount Bawakaraeng Gowa with the cold conditions at the site on the slopes
of the mountain with many species of plant life. The observations made are counting herbaceous
vegetation, shrubs, saplings and trees and observe the condition of the litter location. Calculations
done by creating a transect comprising several plots. Plot size for herbs is a 2 × 2 cm, the size of
plots for seedling trees and shrubs is a 5 × 5 cm and trees with a size of 10 × 10 cm. Method use
by Point Centered Quartener (PCQ) method.

Key words: Ecology, vegetation PCQ


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan merupakan hal yang paling penting untuk dilindungi
dan dijaga kelestariannya karena merupakan tempat dimana seluruh makhluk
hidup tinggal. Baik manusia, hewan maupun tumbuhan serta faktor biotik dan
abiotik sebagai pendukungnya. Terdapat berbagai ilmu yang mempelajari
tentang lingkungan dan salah satunya adalah ekologi. Lingkungan hidup terdiri
dari dua komponen yakni komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik
adalah segala yang tidak bernyawa, seperti tanah, air, udara, iklim,
kelembapan, cahaya, bunyi, sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu
yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia,dan mikroorganisme (virus
dan bakteri). Sedangkan untuk ilmu yang mempelajari lingkungan adalah ilmu
lingkungan atau ekologi.
Ekologi telah dikenal oleh manusia sejak lama sesuai dengan
sejarah peradaban manusia. Dalam hal ini bukan hanya manusia yang bisa
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, akan tetapi juga makhluk-makhluk
hidup lainnya. Interaksi antara setiap organisme dengan lingkungannya
merupakan proses yang tidak sederhana, melainkan suatu proses yang
kompleks. Ekologi sendiri merupakan suatu hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya.
Tujuan ekologi adalah untuk memahami mekanisme yang
mengatur struktur dan fungsi suatu ekosistem. Untuk mengetahui sistem
ekologi pada suatu waktu tertentu, perlu diketahui organisme apa saja yang
hidup ditempat tertentu, bagaimana kepadatannya dan bagaimana hubungannya
dengan banyak faktor fisik dan kimia dilingkungan abiotik disekelilingnya.
Ilmu ekologi mempelajari segala hal yang berkaitan dengan lingkungan, salah
satunya adalah vegetasi. Vegetasi merupakan sekumpulan tumbuh-tumbuhan
yang terdiri dari beberapa jenis yang berbeda hidup bersama di suatu tempat.
Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat
baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan
organisme lainnya sehingga membentuk suatu sistem yang dinamis dan hidup.
Istilah ekologi juga berhubungan dengan komunitas dan populasi.
Populasi didevinisikan sebagai kumpulan individu dari jenis yang sama dalam
suatu daerah, maka komunitas merupakan kumpulan populasi dari berbagai
jenis dalam suatu daerah. Setiap dari satu jenis komunitas bisa saja terdapat
berbagai macam spesies. Diketahui bahwa jumlah spesies yang satu dengan
yang lainnya dalam suatu komunitas tidaklah sama sesuai dengan kondisi yang
ada. Kurva spesies area dalam ekologi adalah grafik yang menggambarkan
hubungan antara jumlah jenis dengan ukuran kuadrat. Grafik itu biasanya
menunjukkan pola pertambahan jumlah jenis yang relative tajam pada ukuran
kuadrat kecil sampai pada suatu titik tertentu dan sesudah itu semakin
mendatar seiring dengan peningkatan ukuran kuadrat. Kurva spesies area ini
dapat digunakan untuk menentukan luas kuadrat tunggal minimum yang
mewakili suatu komunitas tumbuhan dari segi jenis penyusun.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan jenis flora dan fauna
dengan tipe hutan yang tergolong bervariasi di dunia. Indonesia dikenal
sebagai Negara ”mega biodiversity” dengan urutan ketiga setelah negara Brazil
dan Zaire. Keanekaragaman hayati Indonesia yang tinggi didukung oleh
adanya wilayah Indonesia yang luas dengan banyak kepulauan dan berada di
daerah tropis yang memiliki habitat yang sesuai dengan perkembangan baik
flora maupun fauna. Dalam perhitungan analisis vegetasi yang dilakukan
menggunakan 4 metode yang berbeda.
Dalam analisis vegetasi masalah yang dihadapi adalah pembuatan
kuadrat (petak contoh) di lapangan, ada metode sampling yang disebut teknik
sampling tanpa petak contoh (plotless sampling technique). Metode ini pada
dasamya memanfaatkan pengukuran jarak antar individu tumbuhan atau jarak
dari pohon yang dipilih secara acak terhadap individu-individu tumbuhan yang
terdekat dengan asumsi individu tumbuhan menyebar secara acak. Dengan
demikian disamping metode ini akan menghemat waktu karena tidak
memerlukan pembuatan petak contoh di lapangan, kesalahan sampling dalam
proses pembuatan petak contoh dan penentuan individu tumbuhan berada di
dalam atau di luar kuadrat dapat dikurangi. Paling sedikit terdapat empat
macam metode tanpa petak contoh yang berdasarkan satuan contoh berupa titik
yang penempatannya di lapangan bisa secara acak atau sistematik.
Metode point centered quarter (PCQ) merupakan metode jarak yang
banyak digunakan untuk pohon dan semak. Parameter yang digunakan adalah
frekuensi, densitas, dan dominansi. Jumlah individu dalam suatu area dapat
ditentukan dengan mengukur jarak antara individu tumbuhan dengan titik
sampling. Titik sampling merupakan titik dalam garis transek, pada titik
tersebut dibagi menjadi empat kuadran yang masing-masing individu
tumbuhan jarak terdekat dengan titik sampling. Metode point centered quarter
adalah salah satu metode tanpa plot. Keuntungan menggunakan metode tanpa
plot daripada berbasis teknik plot yang standar adalah bahwa metode point
centered quarter (PCQ) cenderung lebih efisien. Metode tanpa plot lebih cepat
untuk dilakukan, membutuhkan peralatan yang relatif sedikit, sehingga hanya
membutuhkan sedikit pekerja (Mitchell, 2007).
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari
susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi
hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas
tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan
yang menempati suatu habitat. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan
berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu
dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Analisa
vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi
hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan
sampling. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat
seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi
tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada. Berdasarkan latar
belakang dan penjelasan diatas maka pada praktikum ini, sangat penting bagi
kita untuk melaksanakan pengamatan ini untuk menghitung tumbuhan pohon,
herba dan semak yang ada pada plot yang telah dibuat terkhus pada gunung
Bawakaraeng.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan adalah untuk mengetahui
jumlah spesies tanaman dalam kelompok herba, semak, anakan pohon dan
pohon yang terdapat pada suatu wilayah atau plot yang ditemukan
menganalisis dengan metode point centered.

C. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari hasil kegiatan praktikum ini adalah kita
dapat mengetahui jumlah spesies tanaman jenis herba, anakan pohon, pohon
dan semak yang dapat hidup disuatu wilayah atau daerah beserta jenis dari
spesies tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, yaitu


seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman pada tahun 1869. Istilah ekologi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal
atau tempat hidup atau habitat, dan logos yang berarti ilmu, telaah, studi, atau
kajian. Oleh karena itu, secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang atau ilmu
menganai makhluk hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang tempat tinggal
makhluk hidup. Ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungan hidupnya disebut ekologi. Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan
oleh Enerst Haeckel, seorang ahli biologi bangsa Jerman. Ekologi berasal dari
bahasa Yunani yaitu Oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu/telaah.
Oleh karena itu ekologi berarti ilmu tentang rumah (tempat tinggal) makhluk
hidup. Dengan demikian ekologi biasanya diartinya sebagai ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya
(Campbell, 2008).
Menurut Ewusie (2000), ekologi (Oikos dan logos) sedang ekonomi
(Oikos dan nomos) sehingga kedua ilmu itu banyak persamaannya. Namun dalam
ekologi, mata uang yang dipakai dalam transaksi bukan rupiah atau dolar,
melainkan materi, energi, dan informasi. Arus materi, energi, dan informasi dalam
suatu komunitas atau beberapa komunitas mendapat perhatian utama dalam
ekologi, seperti uang dalam ekonomi. Oleh karena itu transaksi dalam ekologi
berbentuk materi, energi, dan informasi. Analisis vegetasi merupakan cara yang
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu
area melaui pengamatan langsung. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka
kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup
menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam
sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara
peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan (Hariyanto,
2008).
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon,
perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua
komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas
tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu
seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi
vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang
saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah
tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor
lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh
anthropogenic (Hidayat, 1995).
Menurut Kimball (1999), vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-
tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada
suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi
yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun
dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan
tumbuh serta dinamis. Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-
tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat
akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor
lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu
berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan
penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis,
diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun hutan
tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang
struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (John E, 1938).
Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak
positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum
peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan
karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis
tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran
vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya
bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada
daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi
tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang
menyusun formasi vegetasi daerah tersebut (Kershaw, 1979).
Menurut Kusmana (1997), negara Indonesia membentang sepanjang
lebih dari 5000 km dari Sabang hingga Merauke dan luasan lahannya mencakup
keanekaragam vegetasi lahan kering dan rawa. Penelaahan biologi, termasuk
penelitian vegetasi di Indonesia belum terlalu banyak, hanya permukaannya saja,
meskipun telah dimulai sejak permulaan abad ke-18. Uraian sejarah penelitian
yang dilaksanakan sebelum tahun 1945 disarikan dalam buku Science and
Scientists in Netherlands Indies dan kemudian Chronica Naturae, volume 106
pada 1950. Penelitian Vegetasi dan ekologi, termasuk ekologi tumbuhan, terutama
menyangkut eksplorasi flora dan fauna serta inventarisasi, pertelaan berdasarkan
pengamatan visual, peri kehidupan, dan sampai tingkat tertentu faktor ekologi.
Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis
suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai
dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan
pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi
tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada. Ada tiga metodologi yang
umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan dalam penelitian, yakni
metode transek, metode kuadrat, dan berpusat pada satu titik/intersepsi titik.
Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari atau diselidiki.
Tujuannya untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan
lingkungan. Metode kuadrat menggunakan petak contoh berupa segi empat atau
lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai
dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis
yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan ini terhadap variabel-
variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Ludwig, 1988).
Sistem analisis dengan metode kuadrat yakni kerapatan ditentukan
berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area
tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh
populasi jenis tumbuhan. Dalam praktikum ini, khusus untuk variabel kerapatan
dan kerimbunan, cara perhitungan yang dipakai dalam metode kuadrat adalah
berdasarkan kelas kerapatan dan kelas kerimbunan. Sedangkan frekuensi
ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah
area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel dibandingkan
dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%)
(Marsono, 1977).
Menurut Ludwig (1988), spesies atau jenis adalah suatu takson yang
dipakai dalam taksonomi untuk menunjuk pada satu atau beberapa kelompok
individu (populasi) yang serupa dan dapat saling membuahi satu sama lain di
dalam kelompoknya (saling membagi gen) namun tidak dapat dengan anggota
kelompok yang lain. Area adalah sebuah daerah yang dikuasai atau menjadi
teritorial dari sebuah kedaulatan. Sedangkan kurva adalah suatu metode grafik
yang digunakan untuk mempresentasikan data pada tabel kehidupan. Kurva
spesies-area (bahasa Inggris: species-area curve, SAC), dalam ekologi, adalah
grafik yang menggambarkan hubungan antara jumlah jenis dengan ukuran kuadrat
(petak ukur). Grafik itu biasanya menunjukkan pola pertambahan jumlah jenis
yang relative tajam pada ukuran kuadrat kecil sampai pada suatu titik tertentu dan
sesudah itu semakin mendatar seiring dengan peningkatan ukuran kuadrat. SAC
dapat digunakan untuk menentukan luas kuadrat tunggal minimum yang mewakili
suatu komunitas tumbuhan dari segi jenis penyusun (Michael, 1994).
Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah
istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian
hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka
tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi.
Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan
keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik,
kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara
umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi
pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang
tumbuh pada daerah itu (Odum,1971).
Menurut Rahardjanto (2005), analisis vegetasi biasa dilakukan oleh
ilmuwan ekologi untuk mempelajari kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh
tumbuhan pada suatu tempat Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan
(komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi
erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak
contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang
perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan
teknik analisa vegetasi yang digunakan. Menurut Rohman (2001), beberapa sifat
yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana
sifat sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur
komunitas. Sifat sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana
dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Menurut Sorlanegara (2005), komunitas secara dramatis berbeda-beda
dalam kekayaan spesiesnya, jumlah spersies yang mereka miliki. Mereka juga
berbeda dalam hubungannya dalam kelimpahan relative spesies. Beberapa
komunitas terdiri dari beberapa spesies yang jarang, sementara yang lainnya
mengandung jumlah spesies yang sama dengan jumlah spesies pada umumnya
banyak ditemukan. Ekologi dapat dibagi menjadi empat tahap kajian yang
semakin menyeluruh sifatnya, yaitu :
1. Ekologi organisme (organismal ecology), berhubungan dnegan cara-cara
berperilaku, fisiologis dan morfologis yang digunakan suatu organisme
individual dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh lingkungan
abiotiknya.
2. Populasi yaitu suatu kelompok individu dari spesies yang samma yang hidup
dalam daerah yang geografis tertentu. Ekologi populasi sebagian besar terpusat
pada faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran dan komposisi populasi.
3. Komunitas terdiri dari semua organisme yang menempati suatu daerah tertentu.
Komunitas adalah kumpulan populasi dari spesies yang berlainan.
4. Ekosistem meliputi semua faktor-faktor abiotik selain komunitas spesies yang
ada dalam suatu daerah tertentu.
Banyak ahli ekologi berpendapat bahwa kompetisi atau persaingan
merupakan suatu faktor utama yang membatasi keanekaragaman spesies yang
dapat menempati suatu komunitas. Hipotesis ini sebagian besar didasarkan pada
pengamatan perbedaan relung dan pembagian sumberdaya di antara spesies
simpatrik. Para ahli ekologi tersebut berpendapar bahwa jumlah tertentu
sumberdaya hanya dapat dibagi sedemikian kecilnya sebelum pengaruh dari
kompetisi, yang tanpa dapat dihindarkan, mengakibatkan kepunahan pesaing yang
lebih lemah, yang menentukan batas jumlah spesies yang dapat hidup bersama-
sama (Surasana, 1990).
Vegetasi dalam artian lain merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan
biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat.
Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik
diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme
lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta
dinamis. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan
komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat
tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies,
kerapatan nmaupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur (Tjitrosoepomo,
2002).
Pengelolaan lingkungan hidup bersifat Antroposentris, artinya perhatian
utama dihubungkan dengan kepentingan manusia. Kelangsungan hidup suatu jenis
tumbuhan atau hewan, dikaitkan dengan peranan tumbuhan atau hewan itu untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik material (bahan makanan) dan non-
material (keindahan dan nilai ilmiah). Dengan demikian kelangsungan hidup
manusia dalam lingkungan hidup sangat ditentukan oleh tumbuhan,hewan, dan
unsur tak hidup. Lingkungan hidup didasarkan beberapa konsep ekologi dasar,
seperti konsep: biotik, abiotik, ekosistem, produktivitas, biomasa, hukum
thermodinamika I dan II, siklus biogeokimiawi dan konsep faktor pembatas.
Dalam komunitas ada konsep biodiversitas, pada populasi ada konsep “carrying
capacity”, pada spesies ada konsep distribusi dan interaksi serta konsep suksesi
dan klimaks. Makhluk hidup (organisme) memiliki tingkat organisasi dari tingkat
yang paling sederhana sampai ke tingkat organisasi yang paling kompleks.
Tingkatan organisasi tersebut terlihat sebagai deretan biologi yang disebut
spektrum biologi (Yakup, 2002).
Menurut Ludwig (1988), jika suatu wilayah berukuran luas atau besar,
vegetasinya terdiri atas beberapa bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang
menonjol. Sehingga terdapat berbagai tipe vegetasi. Contoh bentuk pertumbuhan
(growth form) adalah termasuk herba tahunan (annual), pohon selalu hijau
berdaun lebar, semak yang meranggas pada waktu kering, tumbuhan dengan umbi
atau rhizome, tumbuhan selalu hijau berdaun jarum, rumput menahun (perennial),
dan semak kerdil. Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem (sistem
ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Oleh karena itu ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan yang saling mempengaruhi.
Berdasarkan pengertian di atas, suatu sistem terdiri dari komponenkomponen
yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh
komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) yang berinteraksi membentuk
suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu terjadi karena adanya arus materi dan
energi, yang terkendali oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem
(Kimball, 1999).
Menurut Kershaw (1979), secara umum pola penyebaran tumbuhan di
alam dapat dikelompokkan kedalam tiga pola, yaitu acak (random), mengelompok
(clumped), dan teratur (regular). Tiap-tiap jenis tumbuhan tentunya mempunyai
pola penyebaran yang berbeda-beda tergantung pada model reproduksi dan
lingkungan mikro. Untuk mengetahui skala perubahan-perubahan komponen
ekosistem di alam dapat dilakukan penelitian yang didalamnya terdapat
parameter-parameter yang diukur antara lain:nilai kerapatan (densitas), dominansi,
frekuensi, Indeks Nilai Penting (INP), dan indeks dominansi (ID). Berdasarkan
parameter-parameter tersebut, maka dapat diketahui pola penyebaran vegetasi
herbal tersebut di alam. Komponen mempunyai fungsi (relung). Selama masing-
masing komponen tetap melakukan fungsinya dan bekerjasama dengan baik,
keteraturan ekosistem tetap terjaga. Apabila kita hanya melihat fungsinya, suatu
ekosistem terdiri atas dua komponen yaitu sebagai berikut:
1. Komponen autotrofik: organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis
makanannya sendiri berupa bahan organik dan bahan-bahan anorganik
dengan bantuan energi matahari atau klorofil. Oleh karena itu semua
organisme yang mengandung klorofil disebut organisme autotrofik.
2. Komponen heterotrofik: organisme yang mampu memanfaatkan bahan bahan
organik sebagai bahan makanannya. Bahan makanan itu disintesis dan
disediakan oleh organisme lain.
Apabila dilihat dari segi penyusunannya, maka dapat dibedakan menjadi empat
komponen yaitu:
1. Bahan tak hidup (abiotik, non hayati) yakni komponen fisik dan kimia,
misalnya seperti tanah, air, matahari, dan lain-lain. Komponen ini merupakan
medium (substrat) untuk berlangsungnya kehidupan.
2. Produsen: organisme autotrofik (tumbuhan hijau)
3. Konsumen: organisme heterotrofik, misalnya: manusia, hewan yang makan
organisme lainnya.
4. Pengurai (perombak atau dekomposer): organisme heterotrofik yang
mengurai bahan organik yang berasal dari organisme mati.
Suatu wilayah berukuran luas atau besar, vegetasinya terdiri atas beberapa
bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol sehingga terdapat
berbagai tipe vegetasi.Vegetasi terbentuk oleh atau terdiri atas semua spesies
tumbuhan dalam suatu wilayah dan memperlihatkan pola distribusi menurut ruang
dan waktu. Tipe-tipe vegetasi dicirikan oleh bentuk pertumbuhan tumbuhan
dominan tau paling besar atau paling melimpah dan tumbuhan karakteristik.
Habitat dan relung, dua istilah tentang kehidupan organisme. Habitat adalah
tempat hidup suatu organisme (Marsono, 1977). Habitat suatu organisme dapat
juga disebut “alamat”. Relung (niche atau nicia) adalah profesi atau status suatu
organisme dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu, sebagai akibat adaptasi
struktural, tanggal fisiologis serta perilaku spesifik organisme itu. Penyesuaian
diri secara umum disebut adaptasi. Kemampuan adaptasi mempunyai nilai untuk
kelangsungan hidup. Makin besar kemampuan adaptasi makin besar kementakan
kelangsungan hidup organisme (John E, 1938).
Pengertian umum vegetasi adalah kumpulan beberapa tumbuhan, biasanya
terdiri dari beberapa jenis dan hidup bersama pada suatu tempat. Diantara
individu-individu tersebut terdapat interaksi yang erat antara tumbuh-tumbuhan
itu sendiri maupun dengan binatang-binatang yang hidup dalam vegetasi itu dan
fakto-faktor lingkungan. Kehadiran vegetasi pada suatu landskap akan
memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih
luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan
pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan
sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain.
Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak
positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi
vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan
mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi
tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut (Hidayat, 1995).
Menurut Kusmana (1997), vegetasi merupakan suatu sistem yang hidup dan
tumbuh atau merupakan suatu masyarakat yang dinamis. Masyarakat tumbuh-
tumbuhan terbentuk melalui beberapa tahap invasi tumbuh-tumbuhan, yaitu
adaptasi, agregasi, persaingan dan penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh
dan stabilitasi. Untuk menuju ke suatu vegetasi yang mantap diperlukan waktu
sehingga dengan berjalannya waktu vegetasi akan menuju ke keadaan yang stabil,
proses ini merupakan proses biologi yang dikenal dengan istilah suksesi. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah antara lain
:
1. Iklim Fluktuasi iklim musiman merupakan faktor penting dalam membagi
keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan
sebagainya menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi
jumlah spesies yangdapat hidup secara tetap di suatu daerah.
2. Keragaman Habitat Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung
spesies yang keragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih
seragam.
3. Ukuran Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies dibandingkan
dengandaerah sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
hubungan antara luasdan keragaman spesies secara kasar adalah kuantitatif.
Menurut Yakup (2002), hewan dan tumbuhan cenderung menunjukkan
tingkat pertumbuhan yang lebih baik jika faktor-faktor beragam bila dibandingkan
dengan jika faktor-faktor tetap. Faktor-faktor yang dipertimbangkan disini adalah
faktor-faktor udara, tanah, organisme, dan beberapa faktor stabil yang
mempengaruhi ekosistem. Organisme lain dan beberapa faktor stabil yang lain
adalah kemiringan tanah, arah hadapan, ketinggian, lintang, letak, dan pH. Ini
mempengaruhi tanaman dan tumbuhan secara tidak langsung melalui pengaruh
tersebut terhadap faktor tanah dan udara. Vegetasi dalam (komunitas) tanaman
diberi nama atau digolongkan berdasarkan spesies atau makhluk hidup yang
dominan, habitat fisik atau kekhasan yang fungsional. Dalam mempelajari
vegetasi, pengamat melakukan penelitian. Unit penyusun vegetasi (komunitas)
adalah populasi. Oleh karena itu semua individu yang berada di tempat
pengamatan dilakukan dengan cara mengamati unit penyusun vegetasi yang luas
secara tepat sangat sulit dilakukan karena pertimbangan kompleksitas, luas area,
waktu dan biaya. Sehingga pelaksanaanya peneliti bekerja dengan melakukan
pencuplikan (sampling) dalam menganalisa vegetasi dapat berupa bidang (plot
atau kuadran) garis atau titik (Rohman, 2001).
Teknik sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey vegetasi yang
sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan, petak contoh yang
dibuat dalamteknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak.
Petak tunggal mungkin akan memberikan informasi yang baik bila komunitas
vegetasi yang ditelitibersifat homogen. Adapun petak-petak contoh yang dibuat
dapat diletakkan secararandom atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik
sampling. Bentuk petakcontoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis
vegetasi dan efisiensisampling pola penyebarannya. Sehubungan dengan efisiensi
sampling banyak studiyang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk segi
empat memberikan datakomposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding petak
berbentuk lingkaran, terutamabila sumbu panjang dari petak sejajar dengan arah
perubahan keadaan lingkunganatau habitat (Surasana, 1990). Ada sejumlah cara
untuk mendapatkan informasi tentang struktur dan komposisi komunitas
tumbuhan darat. Namun yang paling luas diterapkan adalah cara pencuplikan
dengan kuadrat atau plot berukuran baku. Cara pencuplikan kuadrat dapat
digunakan pada semua tipe komunitas tumbuhan dan juga untuk mempelajari
komunitas hewan yang menempati atau tidak berpindah.Rincian mengenai
pencuplikan kuadrat meliputi ukuran, cacah, dan susunan plot cuplikan harus
ditentukan untuk membentuk komuniatas tertentu yang dicuplik berdasarkan pada
informasi yang diinginkan (Hariyanto, 2008).
Menurut Odum (1971), beberapa sifat yang terdapat pada individu
tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat-sifatnya bila di analisa
akan menolong dalam menentukan struktur komunitas. Sifat-sifat individu ini
dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan
data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi: distribusi
tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance). Dalam
pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus dipertimbangkan
dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang diperoleh dari
sample. Keempat sifat itu adalah :
1. Ukuran petak.
2. Bentuk petak.
3. Jumlah petak.
4. Cara meletakkan petak dilapangan.
Kurva spesies-area (bahasa Inggris: species-area curve, SAC),
dalam ekologi, adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara jumlah jenis
dengan ukuran kuadrat (petak ukur). Grafik itu biasanya menunjukkan pola
pertambahan jumlah jenis yang relative tajam pada ukuran kuadrat kecil sampai
pada suatu titik tertentu dan sesudah itu semakin mendatar seiring dengan
peningkatan ukuran kuadrat. SAC dapat digunakan untuk menentukan luas
kuadrat tunggal minimum yang mewakili suatu komunitas tumbuhan dari segi
jenis penyusun. Penelitian dilakukan dengan analisis vegetasi menggunakan
metode kuadrat berukuran 1m x 1m. Untuk menentukan blok pengamatan
dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu dipilih blok yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Pada masing-masing lahan, plot sampel diletakkan di
gawangan dan piringan. Pada masing-masing lahan, plot sampel diletakkan di
gawangan dan piringan. Plot sampel yang permanen telah terbukti sangat
bermanfaat untuk menginvetarisir spesies tumbuhan dan memonitor dinamika
hutan dalam suatu rentang waktu. Inventarisasi kuantitatif dengan menggunakan
plot sampel permanen (PSP) juga telah banyak diterapkan di hutan-hutan di
Indonesia, akan tetapi sebagian merupakan informasi yang sangat penting dalam
perencanaan kegiatan manajemen dan restorasi kawasan hutan (Rahardjanto,
2005).
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar
individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus
cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa
duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada
komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita
anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik
Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat
ditetapkan pertama adalah luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat
yang akan diukur dan kedua adalah jumlah minimal petak ukur agar hasilnya
mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan
metode jalur (Surasana, 1990).
Sistem analisis pada praktikum ini adalah dengan metode kuadrat:
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu
daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari
seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numeric sebagai
indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu
komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya
bertambah bila komunitas menjadi makin stabil. Luas minimum atau kurva
spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu
vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan
untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang dianggap
prepresentatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang
dipelajari (Yakup, 2002).
Keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi
untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut.
Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif
komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu pertama pendugaan
komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu
pengamatan berbeda, kedua menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal
dan ketiga melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor
lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Ludwig, 1988).
Menurut Campbell (2008), luas petak contoh mempunyai hubungan erat
dengan keanekaragaman jenis yang terdapatpada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, maka makin luas petak
contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujursangkar,
empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh
minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan
dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat. Praktikum pembuatan kurva
spesies area dilakukan untuk mengetahui luasan petak minimum yang akan
mewakili ekosistem yang ada di suatu hutan yaitu dengan cara membuat dan
mengamati suatu petak contoh yang kita buat yang mewakili suatu tegakan hutan.
Besarnya petak contoh yang kita amati ini tidak boleh terlalu besar ukurannya
agar luas minimum dari suatu ekosistem hutan dapat terpenuhi. Pada praktikum
ini, ukuran petak pertama yang kita amati menggunakan luas 2m x 2m, petak
kedua yakni 5m x 5m dan petak terakhir adalah 2 m x 2m.
Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman
yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/dijumpai.
Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai
penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan
dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan
ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan
dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat
oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat. Frekuensi diperoleh
berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang
disebar. Metode kuadrat menggunakan petak contoh berupa segi empat atau
lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai
dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis
yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan ini terhadap variabel-
variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Rohman, 2001).
Kurva luas minimum hanya mempelajari satu petak sampling yang
mewakili suatu tegakan hutan. Besarnya petak contoh ini tidak boleh terlalu kecil
hingga tidak menggambarkan tegakan yang dipelajari. Ukuran minimum dari
suatu petak tunggal tergantung pada kerapatan tegakan dan banyaknya jenis-jenis
pohon yang terdapat. Makin jarang tegakannya atau makin banyak jenisnya makin
besar ukuran petak tunggal yang digunakan. Ukuran minimum ini ditetapkan
dengan menggunakan kurva spesies-area. Caranya dengan mendata jenis-jenis
pohon yang terdapat dalam suatu petak kecil. Ukuran petak ini lalu diperbesar dua
kali dan jenis-jenis pohon yang terdapat didata pula. Pekerjaan ini dilanjutkan
sampai saat dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan yang
berarti pada banyaknya jenis. Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus
cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas,
tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan
diukur tanpa duplikasi atau pengabaian (Kimball, 1999).
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.Vegetasi,
tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan
vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungan nya. Vegetasi hutan
merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan
keadaan habitatnya (Rohman, 2001).
Kimball (1999), menyatakan bahwa Analisis komunitas tumbuhan
merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau
struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau
diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari
semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh karena itu, tujuan
yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk mengetahui komposisi
spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari.
Metode point center quarter merupakan metode jarak yang banyak
digunkan untuk pohon dan semak. Parameter yang digunakan adalah frekuensi,
densitas, dan dominasi. Jumlah individu dalam suatu area dapat ditentukan dengan
densitas dan dominansi. Jumlah individu dalam suatu area dpat ditentukan dengan
mengukur jarak individu tumbuhan dengan titik sampling. Titik sampling
merupakan titik dalam garis transek, pada titik tersebut dibagi 4 kuadran yang
masing-masing terdapat individu tumbuhan jarak terdekat dengan titik sampling
(Ludwig, 1988).
Metode kuadran atau “Point-Centered Quarter Method”merupakan salah
satu metode jarak (Distance Method). Metode ini tidak menggunakan petak
contoh (plotless) dan umunya digunakan dalam analisis vegetasi tingkat pohon
atau tiang (pole). Namun dapat pula dilengkapi dengan tingkat pancang (saling
atau belta) dan anakan pohon (seedling) jika ingin mengamati struktur vegetasi
pohon.

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Sabtu/27-29 Oktober 2017
Waktu : Pukul 08.00-16.00 WITA
Tempat : Pos 2 Gunung Bawakaraeng, Desa Lembanna Kecamatan
Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa.
B. Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Kamera
b. Alat tulis
c. Batu
d. Meteran
e. Patok
f. Gunting
g. Kamera
h. GPS
i. Alkinometer sederhana
j. Busur
k. Termometer
2. Bahan :
a. Tumbuhan yang diamati
b. Lahan yang akan diidentifikasi
c. Tali Rafia
d. Tumbuhan yang diamati
e. Lahan yang akan diidentifikasi
C. Metode Praktikum
1. Metode dengan Menggunakan Plot
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Membuat Transek dengan panjang 100 meter.
c. Membuat Plot dengan ukuran 10x10 meter. Kemudian, di dalam plot
10x10 meter dibuat plot dengan ukuran 5x5 meter, dan membuat plot
ukuran 2x2 meter di dalam plot berukuran 5x5.
d. Melakukan perhitungan spesies pohon, dan identinfikasi spesies pada
plot 10x10 meter, perhitungan spesies semak pada plot 5x5 meter, dan
perhitungan spesies tumbuhan herba pada plot berukuran 2x2 meter.
Skema Plot sebagai berikut:
Transek 1 (100 m x 100 100 m) terdiri dari 10 plot
Plot 1 sampai plot ke 10 memiliki ukuran dan bentuk yang sama

2 m x 2m

5mx5m

10 m x 10 m

e. Mengulang langkah c dan d hingga diperoleh masing-masing 10 data


plot untuk setiap ukuran plot atau hingga ujung akhir transek.
f. Mengulang langkah b sampai e pada areal yang berbeda.
g. Melakukan analisis data dengan menggunakan program R
2. Metode tanpa Plot
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Membuat transek sepanjang 100 meter.
c. Menentukan titik-titik pusat (point centre) setiap 10 meternya.
d. Membuat garis khayal (kuadran) di setiap point centre.
K1 K2 Point Centre 1

K3 K4

e. Menentukan pohon yang terdapat pada setiap kuadran yang terdekat


dengan titik pusat.
f. Menghitung jarak setiap pohon dengan titik pusat dan menghitung
diameter pohon.
g. Melakukan analisis data dengan program Microsoft Excel.
D. Teknik Pengolahan Data
RUMUS
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
a. Densitas mutlak = 𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
b. Densitas relatife = x 100%
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢𝑝𝑎𝑛𝑡𝑎𝑗𝑢𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
c. Dominansi mutlak = 𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
d. Dominansi Relatif = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑙𝑜𝑡𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟
e. Frekuensi mutlak = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟ℎ𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
f. Frekuensi Relatife = 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 x 100%

g. Indeks nilai penting (INP) = Densitas Relatif + Dominansi Relatif +


Frekuensi Relatif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

DIAMETER
SAMPLING QUARTER DISTANCE KELILING BASAL
TRANSEK SPECIES AT
POINT NUMBER (m) (cm) AREA
BASE(cm)
Q1 0 0 0 0
Q2 0 0 0 0
1 Q3 0 0 0 0
Vitex
Q4 3.43 24
cofassus 7.64 45.86
Vitex
Q1 2.4 59
cofassus 18.79 277.15
Q2 0 0 0 0
2
3 Q3 0 0 0 0
Vitex
Q4 3.97 30
cofassus 9.55 71.66
Vitex
Q1 3.32 27
cofassus 8.60 58.04
Q2 0 0 0 0
3
Q3 0 0 0 0
Vitex
Q4 4.16 57
cofassus 18.15 258.68

17.28
a. MEAN DISTANCE (D) = = 1.44
12

AREA
b. ABSOLUTE DENSITY= D2
100
c. NUMBER OF TREES PER 100 M2 = (1.44)2 = 48.22

SPESIES NUMBER IN QUARTERS NUMBER OF TREES IN 100 M3


Vitex cofassus 5/5 =100 100x48.22=4822

Vitex cofassus
KELILING (CM) DIAMETER (CM) BA (CM2)
24 7.64 45.86
59 18.79 277.15
30 9.55
Therefore, dominance of DOMAIN RANK71.66
27 142.28 8.60 58.04
Vitex cofassus x =62318.64 1
57 438 18.15 258.68
TOTAL 62318.64 711.39
142.28
d. Absolute frequncy
3
Vitex cofassus X100 =100 %
3
TOTAL 100%

e. Relative density= number of individual of species /total


number of individual x100
4822
Vitex cofassus X100 =1%
48.22

f. Relative dominance=dominance of
species/dominance of all species x100
62318.64
Vitex cofassus x100= 100%
62318.64

g. Relative frequency=frequency of a
species/sum frequency of all species x100
100
Vitex cofassus =100%
100x100

h. Important value (I.V)=relative density +relative


dominance+relative frequency
realtive relative I.V
relative density dominance frequency I.V rank
Vitex cofassus 1 100 100 201 1

B. Pembahasan
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari
susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam
ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa
komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies
tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh karena itu, tujuan yang ingin
dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk mengetahui komposisi spesies
dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari.
Tipe komunitas yang telah di analisis dan diperoleh data dari setiap
titik yang diplot berbeda-beda jumlah ataupun jenis sepesiesnya. Pengamatan
pada praktikum yang telah dilakukan di pos 1 Gunung Bawakaraeng
Kabupaten Gowa menggunakan metode pengukuran transek dengan panjang
100m yang terdiri dari 10 plot. Pengamatan yang dilakukan pertama adalah
dengan membuat suatu plot kurva spesies area dari ukuran terkecil hingga
terbesar sampai pada tidak adanya lagi keanekaragaman spesies. Plot dibuat
dengan ukuran yang berbeda-beda diantaranya (2m x 2m), (5m x 5m) dan
(10m x 10m).
Hasil praktikum lapangan yang telah dilakukan bahwa data
tumbuhan yang didapatkan plot 10x10 yaitu 6 spesies pohon , plot 5x5 yaitu
didapatkan 5 spesies tumbuhan semak serta anakan pohon dan pada plot 2x2
yaitu didapatkan 23 spesies tumbuhan herba. Plot yang dibuat sebanyak 35
plot dikarenakan tempat lokasi yang ditujukan merupakan hutan semak yang
memiliki lokasi yang butuh untuk membuka jalan baru sehingga
mempermudah pengamatan. Selain itu, saat menjelang memasuki transek
yang kedua cuaca pada lokasi mulai hujan yang membuat kondisi
pengamatan tumbuhan herba, seman serta anakan pohon dan pohon kurang
optimal sehingga plot yang dapat terselesaikan hanya seperti yang dijelaskan
diatas.
Dalam banyak penelitian mengenai kondisi ekosistem pada suatu
daerah diperlukan gambaran tentang kondisi ekologis daerah tersebut.
Gambaran kondisi ekologis ini penting untuk mengetahui struktur dan fungsi
di dalam ekosistem daerah tersebut, yang kemungkinan dapat terganggu,
rusak atau bahkan hancur oleh kegiatan yang akan dilakukan. Salah satu
bentuk dari gambaran kondisi ekologis tersebut adalah gambaran deskripsi
vegetasi berupa diagram profil vegetasi.
Hasil analisis komunitas tumbuhan disajikan secara deskripsi
mengenai komposisi spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu
komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan antar spesies, tetapi juga
oleh jumlah individu dari setiap spesies organisme. Hal ini menyebabkan
kelimpahan relatif suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas,
distribusi individu antar spesies dalam komunitas, bahkan dapat memberikan
pengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya berpengaruh pada stabilitas
komunitas.
Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan
kuantitatif. Deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan secara
kuantitatif dengan parameter kuantitatif atau secara kualitatif dengan
parameter kualitatif.
Berbagai karakter tumbuhan dapat diukur, biasanya parameter
vegetasi yang umum diukur adalah densitas (kerapatan), dominansi, dan
frekuensi (kekerapan), Indeks Nilai Penting (INP). Densitas, dominan,
frekuensi, dan INP dapat diperoleh dengan berbagai cara metode sampling.
Parameter vegetasi tersebut dapat diukur secara kuantitatif sebagai berikut:
a. Densitas
Densitas (kerapatan) adalah jumlah cacah individu suatu spesies per
satuan luas. Luas tersebut dapat dalam meter persegi (m2) atau hektar (Ha
= 10.000 m2). Densitas seluruh spesies = Jumlah cacah individu seluruh
spesies
Perhitungan di atas adalah perhitungan densitas absolut atau disebut
juga densitas aktual. Untuk tujuan tertentu akan sangat berguna bila
konstribusi cacah individu dari satu spesies diekspresikan sebagai
hubungan antara cacah individu suatu spesies dengan total cacah individu
seluruh spesies yang akan ditemukan di dalam seluruh plot yang dikaji. Ini
disebut sebagai densitas relative.
Densitas relatif spesies A = Total cacah individu spesies A x 100 % jumlah
total cacah individu seluruh spesies.
b. Frekuensi
Frekuensi adalah pengukuran distribusi atau agihan spesies yang
ditemukan pada plot yang dikaji. Frekuensi menjawab pertanyaan pada
plot mana saja spesies tersebut ditemukan atau berapa kali munculnya
suatu spesies pada plot yang diteliti. Frekuensi diekspresikan sebagai
presentase munculnya cacah plot tempat suatu spesies ditemukan.
Frekuensi spesies A = Jumlah plot terdapatnya spesies A x 100 %
Jumlah seluruh plot yang dicuplik
Frekuensi dapat dinyatakan dalam pecahan atau dalam persen.
Frekuensi dapat juga diekspresikan dengan istilah relatif.
Frekuensi relatif spesies A = Total frekuensi spesies A x 100 %
jumlah total frekuensi seluruh spesies
2. Dominansi
Dominansi suatu spesies dapat ditentukan dengan mengukur basal
area pohon atau penutup (coverage) pohon atau herba. Luas basal area
suatu jenis pohon dapat diperoleh dari diameter pohon setinggi 1,5 m dari
permukaan tanah. Bila pohonnya mempunyai akar banir maka diameter
pohon diukur langsung di atas banirnya. Penutup pohon atau herba adalah
luas proyeksi tajuk atau kanopi pohon atau herba. Penentuannya hampir
mirip dengan penentuan densitas, satuannya adalah cm2 atau m2.
3. Indeks Nilai Penting (INP)
Merupakan penjumlahan nilai relatif dari frekuensi kerapatan dan
dominansi suatu jenis. INP sering dipakai karena memudahkan dalam
interprestasi hasil analisis vegetasi.
Adapun metode sampling yang umum digunakan dalam analisis
vegetasi adalah metode plot dan metode tanpa plot. Metode plot, misalnya
metode kuadrat, metode releve, dan metode belt transect. Pada metode line
intercept = penggal garis, di sini kuadrat direduksi menjadi garis, dan metode
jarak (misalnya point centered quarter – methods). Sedangkan pada metode
tanpa plot, yaitu point quadrat = metode kuadrat titik (Odum, 1971).
Setelah menganalisis perhitungan dilakukan pembuatan kurva
spesies. Pembuatan kurva spesies area ini dilakukan untuk mengetahui luasan
petak minimum yang akan mewakili ekosistem yang terdapat pada suatu
petak yang diplot. Kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis vegetasi yang menggunakan petak contoh.
Luasan petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keragaman jenis yang
terdapat pada areal tersebut. Makin beragam jenis yang terdapat pada areal
tersebut, makin luas kurva spesies areanya.
Berdasarkan data hasil pengamatan berupa tabel dan grafik dapat
diketahui bahwa secara umum. luas petak contoh mempunyai hubungan erat
dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal, dimana semakin
meningkat keanekaragaman jenis maka semakin luas area petak. walaupun
keanekaragaman spesies itu tidad terlalu bervariasi. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan
petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe
vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh
mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada
areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal
tersebut,maka makin luas petak contoh yang digunakan (Ludwig, 1988).
Keanekaragaman yang tidak terlalu bervariasi dari satu plot ke plot
yang lain tersebut disebabkan karena lokasi yang ditempati sangat gersang
dan banyak timbunan tanah serta faktor musim juga sangat menentukan yang
pada saat ini bertepatan dengan musim kemarau. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah antara lain sebagai
berikut:
1. Iklim Fluktuasi iklim musiman merupakan faktor penting dalam
membagi keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan
air, dan sebagainya menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang
membatasi jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah.
2. Keragaman Habitat Habitat dengan daerah yang beragam dapat
menampung spesies yangkeragamannya lebih besar di bandingkan
habitat yang lebih seragam.
3. Ukuran Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies
dibandingkan dengan daerah sempit. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa hubungan antara luasdan keragaman spesies secara
kasar adalah kuantitatif.
Menurut Kusmana (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi dari
persebaran organisme di dalam komunitas antara lain (faktor abiotik dan
iklim):
1. Suhu.
Suhu lingkungan merupakan faktor penting dalam persebaran
organisme karena pengaruhnya pada proses biologis dan
ketidakmampuan sebagian besar organisme untuk mengatur suhu
tubuhnya dengan tepat
2. Air.
Air sangat penting bagi kehidupan tetapi ketersediaanya sangat
bervariasi. Organisme air tawar dan lahut hidup di lingkungan akuatik
tetapi menghadapi permasalahan akan keseimbangan air, sedangkan
organisme di lingkungan darat menghadapi ancaman kekeringan yang
hampir konstan.
3. Cahaya Matahari.
Matahari memberikan energi yang menggerakkan hampir semua
anggota ekosistem, meskipun hanya tumbuhan dan organisme
fotosintetik lain yang menggunakan energi secara langsung.
4. Angin.
Angin memperkuat pengaruh suhu lingkungan pada organisme
dengan cara meningkatkan hilangnya panas melalui evaporasi dan
konveksi.
5. Batu dan tanah.
Struktur fisik, pH, dan komposisi mineral batuan serta tanah akan
membatasi persebaran tumbuhan dan hewan yang memakannya,
sehingga menjadi salah satu penyebab timbulnya pola mengelompok
pada area tertentu yang acakpada ekosisitem teresterial yag sering kita
lihat.
6. Gangguan periodik.
Gangguan yang sangat merusak seperti kebakaran, badai, tornado,
dan letusan gunung berapi dapat menghancurkan komunitas biologis.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa metode Point Center Quater (PCQ) merupakan metode plot less method,
yang berarti metode ini merupakan salah satu metode yang tidak memerlukan
luas tempat pengambilan contoh atau suatu luas kuadrat tertentu. Nilai INP
tertinggi pada metode PCQ terdapat 4 spesies dan 3 transek. Nilai INP dapat
menggambarkan tingkat densitas dan dominansi suatu spesies. Suatu spesies
yang memiliki densitas dan dominansi yang tinggi dalam suatu ekosistem
tertentu dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya faktor lingkungan
yang mendukung seperti pH, suhu dan kelembaban yang cocok guna untuk
mendukung pertumbuhan populasi selain itu juga memiliki kemampuan
bersaing yang cukup kuat terhadap tanaman lain untuk tetap bertahan hidup di
lingkungannya.

B. Saran
Saran untuk praktikum ekologi tumbuhan selanjutnya sebaiknya praktikan
membawa buku identifikasi tumbuhan atau kunci determinasi sehingga
tumbuhan yang ditemukan pada plot dapat dengan mudah diidentifikasi serta
praktikan diharapkan dapat lebih cermat dan teliti dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A.2008. Biologi Jilid 3 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Ewusie, J. Y.2000. Pengantar Ekologi Tropika Bandung: ITB.

Hariyanto, Sucipto, dkk. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya: Penerbit
Universias Airlangga (Airlangga Press).

Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : Institut Teknologi


Bandung Press

Kimball. 1999. Biologi Edisi kelima Jilid II . Jakarta : Erlangga

John E. Weaver and Frederic E. Clements. 1938. Plant Ecology. New


York; London: McGraw-Hill Book Company, inc.

Kershaw, K.A. 1979. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London: Edward
Arnold Publishers.

Kusmana, C, 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: PT. Penerbit Institut


Pertanian Bogor.

Ludwig, John A. and James F. Reynolds. 1988. Statistical ecology: a primer of


methods and computing. Wiley Press, New York, New York. 337 pp.

Marsono, D. 1977. Diskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe Vegetasi Tropika.

Michael, M. 1994. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia.

Michael, P.. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan


Laboratorium. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Odum, E. P., 1971. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press.

Rahardjanto Abdul Kadir, 2005. Buku Petunjuk Pratikum Ekologi Tumbuhan.


UMM Press. Malang.

Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi


Tumbuhan. Malang: JICA.
Soerianegara, I dan Andry Indrawan. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Surasana, syafeieden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA
Biologi ITB.

Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press

Yakup, Sukman Y. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta : PT Raja


Grafindo Persada.
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya, yang telah


memberikan kekuatan kepada penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek
yang berjudul “Analisis Vegetasi Tumbuhan Metode Point Centered Quarter
(PCQ) Di Kawasan Gunung Bawakaraeng Lembanna Malino Kabupaten
Gowa”. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu memperlancar dalam kerja praktek hingga terselesaikannya laporan ini,
diantaranya:
1. Ayahanda ketua Jurusan Biologi FMIPA UNM, atas ijin praktek lapangan di
Gunung Bawakaraeng kabupaten Gowa.
2. Ayahanda dosen Dr.Ir. Muhammad Wiharto, M.Si selaku pembimbing dan
penanggungjawab praktikum dan mata kuliah ekologi tumbuhan.
3. Kakak asisten praktikum lapangan ekologi tumbuhan yang telah
mendampingi mengambil data hingga mengolah data ekologi Tumbuhan.
4. Masyarakat desa Lembanna setempat yang telah memberikan tempat tinggal
selama praktikum lapangan.

Penulis berharap semoga laporan praktikum lapangan ekologi tumbuhan ini


dapat mendatangkan manfaat bagi banyak pihak. Tak lupa penulis mohon maaf
atas segala kekurangan dalam penyusunan laporan ini.
Makassar, Januari 2017

Penulis

Anda mungkin juga menyukai