Laporan BMT Ndo
Laporan BMT Ndo
PENDAHULUAN
1
tingkat kecernaan, ketersediaan, kontinuitas dan harga serta kemungkinan adanya faktor
pembatas seperti zat anti nutrisi atau racun dalam bahan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka secara spesifik permasalahan yang
ingin dikaji dalam laporan ini adalah mengenai tata cara menyusun ransum agar sesuai dengan
kebutuhan ternak yang akan diberi pakan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum Penyusunan Ransum ini adalah agar Mahasiswa belajar menyusun
suatu formula ransum sesuai dengan kebutuhan ternak yang akan diberi pakan.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh pratikan pada saat pratikum adalah:
1. Mahasiswa menjadi tahu cara menyusun ransum agar tercampur sempurna.
2. Mahasiswa menjadi tahu cara menentukan komposisi ransum yang akan diberikan kepada
ternak.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Ransum adalah pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang disusun dari berbagai
jenis bahan pakan yang sudah dihitung (dikalkulasi) sebelumnya berdasarkan kebutuhan industri
dan energi yang diperlukansehingga didalamnya terdapat nutrisi dan zat gizi yang dibutuhkan
ternak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. (Anonim: 2008). Berdasarkan bentuknya ransum
dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Mash adalah bentuk ransum yang paling sederhana yang merupakan campuran serbuk
(tepung) dan granula.
2. Pelletadalah ransum yang berasal dari berbagai bahan pakan dengan perbandingan
komposisi yang telah dihitung dan ditentukan. Bahan tersebut diolah menggunakan mesin
pellet (pelletizer) untuk mengurangi loss nurisi dalam bentuk yang lebih utuh.
3. Ransum berbentuk pellet yang dipecah menjadi 2-3 bagian untuk memperkecil ukurannya
agar bisa dimakan ternak. Kelebihan ransum berbentuk pellet adalah distribusi bahan
pakan lebih merata sehingga loss nutrisi mudah dicegah dan tidak tercecer pada waktu
dikonsumsi ternak.
Berdasarkan kandungan gizinya, konsentrat dibagi dua golongan yaitu konsentrat sebagai
sumber energi dan sebagai sumber protein. Konsentrat sebagai sumber protein apabila
kandungan protein lebih dari 18%, Total Digestible Nutrision (TDN) 60%. Ada konsentrat yang
berasal dari hewan dan tumbuhan. Berasal dari hewan mengandung protein lebih dari 47%.
Mineral Ca lebih dari 1% dan P lebih dari 1,5% serta kandungan serat kasar dibawah
2,5%(tepung ikan, tepung susu, tepung daging, tepung darah, tepung bulu dan tepung cacing).
Berasal dari tumbuhan, kandungan proteinnya dibawah 47%, mineral Ca dibawah 1% dan P
dibawah 1,5% serat kasar lebih dari 2,5%(tepung kedelai, tepung biji kapuk, tepung bunga
matahari, bungkil wijen, bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil kelapa sawit dll). Konsentrat
sebagai sumber energi apabila kandungan protein dibawah 18%, TDN 60% dan serat kasarnya
lebih dari 10% (dedak, jagung, empok dan pollard). (Anonim: 2009).
Zat aditif merupakan zat yang perlu ditambahkan dalam jumlah relative sedikit yang
kadangkala diperlukan untuk melengkapi ransum yamg disusun, yang berfungsi sebagai
penambah aroma/cita rasa, asam amino/ campuaran asam amino dan vitamin mix. (Anonim,
2009) dan merupakan suatu bahan atau kombinasi bahan yang biasa digunakan dalam campuran
ransum digunakan dalam jumlah sedikit untuk memenuhikebutuhan tertentu, misalnya memacu
4
pertumbuhan, meningkatkan kecernaan seperti antibiotik, hormon, probiotik, pewarna, rasa.
(Anonim: 2009).
2.1 Ransum
Ransum merupakan susunan dari beberapa bahan pakan dengan perbandingan tertentu
sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak.Ransum yang diberikan kepada ternak
merupakan sumber zat nutrisi utama yang akan digunakan oleh ternak untuk tumbuh dan
berkembang serta menjalankan proses metabolisme yang berlangsung didalam tubuhnya.
Ketersediaannya baik dari aspek jumlah (kuantitas) maupun mutu (kualitas) harus sesuai dengan
kebutuhan ternak. Ketidaktersediaan salah satu zat nutrisi atau kadarnya yang kurang akan
segera direspon oleh tubuh ternak dengan menurunkan atau bahkan menghentikan proses
metabolisme maupun produktivitasnya (tergantung tingkat dan lama defisiensi) (Rafandi, 2001).
5
bahan baku penghasil energi, tetapi bukan sebagai bahan sumber protein, karena kadar protein
yang rendah (8,9%), bahkan defisien terhadap asam amino penting, terutama lysin dan triptofan.
C. Konsentrat
konsentrat adalah bahan yang telah tercampur yang khusu untuk pakan ternak. Bahan
pakan ini dapat di campur dengan bahan pakan lain dan dapat pula diberikan langsung pada
ternak. Bahan pakan ini kandungan proteinnya terbilang tinggi yaitu berkisar 41% sedang
kandungan energi metabolismenya berkisar 2800 kkal / kg.
6
Langkah 2.
Menggunakan bujur sangkar paerson dari konsentrat dan campuran jagung dan dedak padi.
Konsentrat = 22 – 10
PK 41% = 12
Pakan
PK 22%
Jagung kuning dan dedak padi = 41 – 22
PK 10% = 19
Langkah 3.
Menghitung prosentase penggunaan konsentrat, jagung dan dedak padi
Bagian konsentrat = [12/(12+19)] x 100 = 38,7%
Bagian jagung+dedak = [19/(12+19)] x 100 = 61,3%
Bagian Jagung kuning = 1/3 x 61,3 = 20,4%
Bagian dedak padi = 2/3 x 61,3 = 40,9%
Langkah 4.
Mengecek komposisi bahan yang dihitung mengandung protein kasar dengan persen.
Jumlah yang
Bahan pakan Sumbangan protein
Digunakan(%)
Bagian konsentrat 38,7 38,7/100 x 41 = 15,9%
Bagian jagung kuning 20,4 20,4/100 x 08 = 1,6%
Bagian dedak padi 40,9 40,9/100 x 11 = 4,5%
Total 100 22 %
Langkah 5.
Menentukan bagian konsentrat, jagung, dan dedak padi untuk membuat 2,5 ton pakan.
Bagian konsentrat = (38,7/100) x 2.500 kg = 967,5 kg
Bagian jagung kuning = (20,4/100) x 2.500 kg = 510 kg
Bagian dedak padi = (40,9/100) x 2.500 kg = 1.022,5 kg
7
B. Metode Double Square Method
Double Square Method merupakan cara menyusun formulasi ransum yang sangat
sederhana dengan satu nutrien sebagai pembatas. Nutrien yang sering digunakan sebagai faktor
pembatas adalah protein dan energi. Double Square Method ini dapat digunakan untuk
menentukan kombinasi lebih dari dua bahan penyusun pakan dalam satu ransum.Contohnya
yaitu peternak ingin menyusun ransum dengan protein kasar 12% dan TDN 74%, dari Jagung
(PK 10% dan TDN 80%), Bungkil biji kapas (PK 40% dan TDN 68%), dan Alfalfa (PK 15% dan
TDN 55%). Berapa % ketiga bahan yang digunakan untuk membuat 2,5 ton pakan?
Langkah 1
Tentukan prosentase kandungan protein dan TDN campuran Jagung dan Bungkil biji kapas
sehingga menjadi campuran pertama.
2 bagian
BBK
2/30=6,7%
(PK 40%)
TDN=0,067x68=4,54
Pakan
PK 12%
Jagung 28 bagian
(PK 10%) 28/30=93,3%
TDN=0,933x80=74,66
Total TDN=79,20%
8
Langkah 2
Tentukan prosentase kandungan protein dan TDN campuran Jagung dan Alfalfa sehingga
menjadi campuran kedua.
2 bagian
Alfalfa
2/5=40%
(PK 15%)
TDN=0,40x55=22
Pakan
PK 12%
Jagung 3 bagian
(PK 10%) 3/5=60%
TDN=0,60x80=48
Total TDN=70%
Langkah 3
Buat campuran ketiga dari campuran pertama dan kedua tadi.
Campuran 1 4 bagian
(TDN 79,2%) 4/9,2=43,48%
TDN 74%
Campuran 2 5,2 bagian
(TDN 70%) 5,2/9,2=56,62%
Langkah 4
Hitung seluruh campuran akhir agar mendapatkan persentasenyaharus pas 100%.
Jagung di campuran 1 = 93,33 x 43,33 = 40,58%
Jagung di campuran 2 = 60,00 x 56,52 = 33,91%
BBK di campuran 1 = 6,67 x 43,48 = 2,90%
Alfalfa di campuran 2 = 40,00 x 56,52 = 22,61%
9
Langkah 5
Menentukan bagian jagung, Bungkil biji kapas dan Alfalfa untuk membuat 2,5 ton pakan.
Bagian Jagung = (74,49/100) x 2.500 kg = 1.862,25 kg
Bagian Bungkil biji kapas = (2,90/100) x 2.500 kg = 72,5 kg
Bagian Alfalfa = (22,61/100) x 2.500 kg = 565,25 kg
10
BAB III
MATERI DAN METODE
3.2 Materi
Tabel 1. Daftar bahan dan alat praktikum
No Bahan Alat
3.3 Metode
Bahan-bahan yang sudah ada ditimbang terlebih dahulu.Kemudian kelompokkan bahan-
bahan yang jumlahnya sedikit dan teksturnya halus dan campurkan sampai rata.Jika
menggunakan dedak dan jagung, campurkan keduanya terlebih dahulu.Setelah itu tambahkan
kosentrat.Campurkan semua bahan tersebut sampai rata dan homogen.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
4.1.2 Ransum Pertama
Tabel 3. Komposisi bahan pakan pertama
No Bahan Protein (%) EM (Kkal/kg)
1. Dedak padi halus 11,32 2.314
2. Jagung giling 9 3.340
3. Mineral - -
4. Daun lamtoro 29,89 4.701
5. Tepung ikan 53,5 2.866
Dari tabel diatas dapat dilihat penggunaan beberapa bahan pakan yaitu dedak padi halus
sebanyak 10 %, jagung giling 50 %, mineral sebanyak 5 %, daun lamtoro sebnayak 15 %, dan
tepumg ikan sebanyak 20 %. Protein yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ternak yaitu
17% dan energi metabolisme yang dibutuhkan yaitu 2.600%dan pakan yang akan dibuat
sebanya 1 kg.
Setelah semua bahan dikumpulkan maka selanjutnya dilakukan pencampuran ransum
yang dilakukan di dalalam ruangan kelas h5 dengan menggunakan metode Trial and Error atau
sering juga disebut metode coba-coba, yaitu menghitung protein dan energi metabolisme yang
diperlukan ternak yang kemudian disesuikan dengan ransum yang ada.
13
Cara menyusun ransum yaitu dimulai dari bahan yang teksturnya halus dan jumlahnya
lebih sedikit kemudian dicampur dengan bahan berikutnya yang jumlahnya lebih sedikit dan
teksturnya lebih halus sampai dengan bahan yang terakhir.
Dari tabel diatas dapat dilihat penggunaan beberapa bahan pakan yaitu konsentrat 40 %,
jagung giling 45 %, dan dedak padi halus sebanyak 40 %. Protein yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan ternak yaitu.....dan energi metabolisme yang dibutuhkan yaitu... dan pakan
yang akan dibuat sebanya 1 kg.
Setelah semua bahan dikumpulkan maka selanjutnya dilakukan pencampuran ransum
yang dilakukan di dalalam ruangan kelas h5 dengan menggunakan metode Trial and Error atau
sering juga disebut metode coba-coba, yaitu menghitung protein dan energi metabolisme yang
diperlukan ternak yang kemudian disesuikan dengan ransum yang ada.
Cara menyusun ransum yaitu dimulai dari bahan yang teksturnya halus dan jumlahnya
lebih sedikit kemudian dicampur dengan bahan berikutnya yang jumlahnya lebih sedikit dan
teksturnya lebih halus sampai dengan bahan yang terakhir.
14
4.2 Pembahasan Ransum
Mencampur Ransum merupakan kegiatan pencampuran bahan pakan dengan
memperhatikan upaya-upaya dalam mengefisienkan penggunaan input bahan-bahan pakan yang
tersedia dengan perbandingan pakan, baik jumlah pakan maupun mutu dari pakan tertentu agar
campuran tersebut dapat memenuhi pemeliharaan ternak yang akan mengkonsumsinya, yang
tentu saja akan memperbaiki pendapatan kebutuhan ternak tersebut agar dapat berproduksi
dengan baik.
Dalam mencampur ransum tentunya kita akan memakai ransum yang baik dan
berkualitas, ransum dapat dinyatakan berkualitas baik apabila mampu memberikan seluruh
kebutuhan nutrien secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrien tersebut bagi ternak.
Ransum yang berkualitas baik berpengaruh pada proses metabolisme tubuh ternak sehingga
ternak dapat menghasilkan daging yang sesuai dengan potensinya. pernyataan tersebut dipertegas
lagi oleh Barnes, Jones D. (2000) Ransum yang berkualitas baik merupakan salah satu syarat
untuk dapat menghasilkan produksi ternak yang optimal. Produksi optimal dapat dicapai bila
bahan pakan yang digunakan dapat memenuhi keperluan gizi dalam tubuh ayam.
Dalam penyusunan ramsum ada beberapa metode yang digunakan yaitu :
1. Metode coba-coba (Trial and Error Method).
2. Metode bujur sangkar (Square Method).
3. Metode programming method (LP).
4. Metode matrik 2 x 2 (Two By Two Matrik).
5. Metode berpedoman kadar protein.
6. Metode berpedoman kadar energy.
Dalam penyusunan ransum pada praktikum ini metode yang dipakai yaitu metode coba-
coba, menurut Mardiana (2011) kelemahan dari metode ini yaitu meskipun metode ini
merupakan penyusunyan ransum dengan cara yang paling mudah tetapi membutuhkan waktu
yang lama dan biaya yang cukup besar.
Ransum adalah bahan pakan yang dapat mempengaruhi kebutuhan ternak selama 24 jam.
Namun menurut Leeson,S. and J.D. Summers, (2001) Ransum merupakan gabungan dari
beberapa bahan yang disusun sedemikian rupa dengan formulasi tertentu untuk memenuhi
kebutuhan ternak selama satu hari dan tidak mengganggu kesehatan ternak.
15
Rasyid, Dkk (2003) menyatakan bahwa ransum adalah campuran bahan-bahan ransum
untuk memenuhi kebutuhan zat-zat nutrisi yang seimbang dan tepat.Seimbang dan tepat berarti
zat makanan itu tidak berlebihan dan tidak kurang.Ransum yang diberikan haruslah mengandung
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.Tujuan utama pemberian ransum kepada ayam
untuk menjamin pertambahan berat badan yang paling ekonomis selama pertumbuhan (Tazmiri,
2000).
Produktivitas broiler yang maksimal akan tercapai apabila ayam tersebut mendapatkan
ransum yang seimbang kandungan asam aminonya. Rasyid, Dkk(2003) menyatakan bahwa asam
amino sebagai zat makanan diperlukan tubuh sama halnya seperti mineral, energi, vitamin dan
asam lemak.
Ransum yang kita campur kemudian akan diberikan pada ternak unggas harus
mengandung suplementasi sebagai sumber zat nutrisi utama yang akan digunakan oleh tubuh
ayam untuk tumbuh dan berkembang serta menjalankan proses metabolisme yang berlangsung di
dalam tubuhnya. Ketersediaannya baik dari aspek jumlah (kuantitas) maupun mutu (kualitas)
harus sesuai dengan kebutuhan ayam.
Ketidaktersediaan salah satu zat nutrisi atau kadarnya yang kurang akan segera direspon
oleh tubuh ayam dengan menurunkan atau bahkan menghentikan proses metabolisme maupun
produktivitasnya (tergantung tingkat dan lama defisiensi).
Pernyataan diatas dipertegas oleh Suwandak (2000) ia menyebutkan bahwa faktor
penyebab ketidaktersediaan zat nutrisi ini dapat disebabkan ketidaktepatan manajemen
penanganan dan penyimpanan ransum maupun kesalahan tata laksana pemberian ransumnya.
Kondisi suhu, kelembaban maupun cahaya yang berlebih dapat menurunkan kadar zat nutrisi
yang terkandung dalam ransum. Kadar air dalam bahan baku ransum yang berlebih (> 14%) juga
dapat menurunkan kualitas ransum. Selain itu penyimpanan yang terlalu lama dan tidak
menggunakan alas juga bisa mengakibatkan hal tersebut.
Oleh karena itu, pemberian suplemen diperlukan untuk melengkapi atau memenuhi
kandungan zat nutrisi yang berkurang akibat penanganan dan penyimpanan yang kurang tepat.
Komponen dari bahan makanan yang dapat dicerna dan digunakan dalam tubuh ternak
terdiri dari : karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Mineral ialah suatu senyawa
an-organik yang menyusun + 4% dari tubuh ayam.Ketersediaannya harus disuplai dari luar,
misalnya melalui ransum karena tubuh ayam tidak bisa memproduksinya.Dalam
16
perkembangannya, ketersediaan mineral dapat berupa mineral organik, yaitu mineral yang
digabungkan dengan senyawa organik seperti asam amino, asam organik atau
polisakarida.(Uaiskunilhaq, 2009).
Dari praktikum yang telah dilaksanakan sebelumnya diajarkan mengenai prinsip ransum
yang baik, yaitu :
1. Nutriennya seimbang.
2. Ransumnya homogen.
3. Faktor exsternal ransum yang digunakan rendah.
4. Faktor internal ransum yang diharapkan tinggi.
5. Palabilitas oleh ternak tinggi.
6. micotoxyn yang ada dalam ramsum sedikit atau tidak ada.
Dan ada beberapa karakteristik ransum yang baik yaitu :
a). Jumlah dan jenis zat makanan disesuaikan dengan fase pertumbuhan ternak, produktifitas
ternak (ternak perah memerlukan zat makanan yang lebih banyak dan lebih tinggi mutunya
dari ternak potong) dan pengelolaan ( ternak yang dikurung atau dikandang memerlukan zat
makanan yang lebih banyak dan lebih tinggi mutunya dari ternak yang dilepas).
b). Bentuk fisik ransum harus disesuaikan, sehingga tidak mengganggu nafsu makan dan
pencernaan.
c). Ransum tidak akan menyebabkan gangguan pencernaan yang dapat menurunkan manfaat
gizi.
d). Perlu adanya pembatasan-pembatasan yang disesuaikan kepada harga bahan-bahan
persediaan yang berkesinambunganm dan ketahanan bahan baku bila disimpan dalam waktu
tertentu serta kepada adanya kandungan racun atau yang menghambat pencernaan nutrisi
lainnya.
17
yang lebih banyak daripada betina, sehingga ayam jantan mengkonsumsi pakan lebih
banyak.Untuk memenuhi kebutuhan pakan yang cukup maka disusun lah ransum.
A. Konsentrat
konsentrat adalah bahan yang telah tercampur yang khusu untuk pakan broiler. Bahan
pakan ini dapat di campur dengan bahan pakan lain dan dapat pula diberikan langsung pada
ternak briler. Bahan pakan ini kandungan proteinnya terbilang tinggi yaitu berkisar 41% sedang
kandungan energi metabolismenya berkisar 2800 kkal / kg.
B. Jagung
Jagung merupakan bahan baku utama dalam pembuatan pakan. Proporsi penggunaan
jagung khususnya dalam pembuatan pakan ayam ras mencapai 51.4 persen dari total bahan baku
yang digunakan (Tangendjaja et al, 2002 dan Deptan, 2002). Jagung kuning digunakan sebagai
bahan baku penghasil energi, tetapi bukan sebagai bahan sumber protein, karena kadar protein
yang rendah (9%), bahkan defisien terhadap asam amino penting, terutama lysin dan triptofan.
Jagung merupakan salah satu komponen pakan ternak yang paling banyak dibutuhkan.
Menurut Direktorat Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan (2002) sesuai dengan standar,
komposisi pakan yang berasal dari jagung, adalah untuk ayam pedaging 54 persen, ayam petelur
47,14 persen. Dengan demikian fungsi jagung khususnya untuk pakan menjadi sangat penting.
Kandungan nutrisi jagung :
Bahan kering : 75 – 90 %
Serat kasar : 1,9 %
Protein kasar : 9 %
Lemak kasar : 3,7 %
18
Energi Metabolisme : 3340 Kkal/kg
Jagung merupakan sebagai sumber energi yang rendah serat kasarnya, sumber
Xantophyll, dan asam lemak yang baik, jagung kuning tidak diragukan lagi. Asam linoleat
jagung kuning sebesar 1,6%, tertinggi diantara kelompok biji-bijian.
C. Dedak Padi
Dedak padi diperoleh dari penggilingan padi menjadi beras. Banyaknya dedak padi yang
dihasilkan tergantung pada cara pengolahannya. Sebanyak 14,44% dedak kasar, 26,99% dedak
halus, 3% bekatul dan 1-17% menir dapat dihasilkan dari berat gabah kering. Dedak padi sangat
disukai ternak, pemakaian dedak padi dalam ransum ternak umumnya sampai 25% dari
campuran kosentrat.Kelebihan penambahan dedak padi dalam ransum dapat menyebabkan
ransum mengalami ketengikan selama penyimpanan. Bulk desinty dedak padi yang baik adalah
337,2-350,7 g/l. Dedak padi yang berkualitas baik protein rata-rata dalam bahan kering adalah
12,4%, lemak 13,6% dan serat kasar 13,0 %. Kandungan protein Dedak padi lebih berkualitas
dibandingkan dengan jagung. Dedak padi kaya akan thiamin dan sangat tinggi dalam niasin. (A.
Husin, 2009)
Kelemahan utama dedak padi adalah kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi, yaitu
11,95 % dan adanya senyawa fitat yang dapat mengikat mineral dan protein sehingga sulit dapat
dimanfaatkan oleh enzim pencernaan. Inilah yang merupakan faktor pembatas penggunaannya
dalam penyusunan ransum. Namun, dilihat dari kandungan proteinnya Berkisar 11,5 %, bahan
pakan ini sangat diperhitungkan dalam penyusunan ransum unggas. Dedak padi mengandung
energi termetabolis berkisar 2314 kkal/kg. Kelemahan lain pada dedak padi adalah kandungan
asam aminonya yang rendah, demikian juga halnya dengan vitamin dan mineral nya (Rasyaf,
19
2004). Penggunaan dedak padi dalam ransum unggas ada batasanya, yaitu 10% untuk ayam
Broiler fase starter. (Hendri, 2002).
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum mencampur ransum ini dapat disimpulkan bahwa dalam proses
mencampur ransum kita harus teliti agar bahan-bahan yang dicampur menjadi rata atau
homogen, karena ransum merupakan sumber zat nutrisi utama yang digunakan oleh ternak untuk
tumbuh dan berkembang serta menjalankan proses metabolisme yang berlangsung didalam
tubuhnya.
5.2 Saran
Untuk para praktikan yang mengikuti pratikum diharapkan kehatian dan ketelitiannya
dalam bekerja, karena dengan kehati-hatian dan kedisiplinan maka pratikum akan berlangsung
sesuai dengan apa yang diharapkan. Dan diharapkan pada para praktikan agar dapat
meningkatkan kekompakan dalam kelompoknya demi kelancaran dan suksesnya menjalani
praktikum.
21
DAFTAR PUSTAKA
Ardiandy. 2002. Enzim Komponen Penting dalam Pakan Bebas Antibiotika. Feed
Mix Special. http:/www.alabio.cbn.net.
Joni, 2003. Kamus Kimia : Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Judika. 2006. Partical Guide to Feed Forage and Water Analysis. Yoo Han
Pub.Korea Republic.
22