Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan pakan adalah sesuatu yang bisa dimakan, dicerna seluruh/sebagian tubuh dan tidak
menggangu kesehatan ternak yang memakannya.
Ransum merupakan susunan dari beberapa bahan pakan dengan perbandingan tertentu
sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak.Ransum dicampur dari bahan-bahan yang
mengandung gizi lengkap seperti protein, lemak, serat kasar, vitamin dan mineral. Semakin
banyak ragam suatu ransum, kualitas ransum akan semakin baik terutama dari sumber protein
hewani. Bahan yang dapat digunakan untuk mencampur ransum yaitu dedak, jagung, konsentrat
Pada dasarnya mencampur ransum merupakan suatu kegiatan mengkombinasi berbagai macam
bahan makanan ternak untuk memenuhi kebutuhan ternak akan zat makanan tersebut. Ransum
terbagi 4 bagian :
1. Ransum sempurna adalah ransum yang kandungan zat-zat makananya cukup untuk memenuhi
kebutuhan dan zat-zat makanan tersebut dalam keadaan seimbang
2. Ransum hidup pokok adalah ransum yang kandungan zat-zat makananya hanya sekedar cukup
untuk memenuhi kebutuhan proses hidup saja (bernafas dan non produktif )
3. Ransum produksi adalah ransum yang digunakan di atas kebutuhan hidup pokok guna dapat
berproduksi sacara maksimal
4. Ransum ekonomis adalah ransum yang dapat menghasilkan atau memberikan hasil di atas
biaya untuk makanan.
Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor hewan yang mampu
menyajikan hara atau nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan,
reproduksi. Pakan merupakan faktor terpenting, karena mencakup 80% dari biaya
produksi.Jumlah pakan yang diberikan harus tepat waktu dan jumlah agar pakan tidak terbuang
percuma dan menyebabkan biaya operasional menjadi tinggi. Bahan baku pakan biasanya berasal
dari hasil pertanian, perikanan, peternakan, serta hasil industri yang mengandung zat gizi dan
layak digunakan sebagai pakan.
Dalam menyusunan Ransum yang ekonomis dan terjangkau peternak seoptimal mungkin
memanfaatkan sumber daya local yang tersedia di lingkungan setempat. Selanjutnya dalam
pemilihan bahan pakan yang perlu diperhatikan antara lain yaitu kandungan nutrisi bahan,

1
tingkat kecernaan, ketersediaan, kontinuitas dan harga serta kemungkinan adanya faktor
pembatas seperti zat anti nutrisi atau racun dalam bahan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka secara spesifik permasalahan yang
ingin dikaji dalam laporan ini adalah mengenai tata cara menyusun ransum agar sesuai dengan
kebutuhan ternak yang akan diberi pakan.

1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum Penyusunan Ransum ini adalah agar Mahasiswa belajar menyusun
suatu formula ransum sesuai dengan kebutuhan ternak yang akan diberi pakan.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh pratikan pada saat pratikum adalah:
1. Mahasiswa menjadi tahu cara menyusun ransum agar tercampur sempurna.
2. Mahasiswa menjadi tahu cara menentukan komposisi ransum yang akan diberikan kepada
ternak.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pakan dan Bahan Makanan Ternak


Pakan merupakan bahan makanan yang dibuat untuk ternak dan semua yang bisa
dimakan oleh ternak selagi bahan tersebut tersedia banyak, tidak bersaing dengan manusia,
mengandung nutrisi yang dibutuhkan ternak, tidak mengandung racun bagi ternak yang
memakannya dan tidak mengganggu kesehatannya. Pada umumnya pengertian pakan (feed)
digunakan untuk hewan yang meliputi kuantitatif, kualitatif, kontinuitas serta keseimbangan zat
pakan yang terkandung di dalamnya. (Anonim, 2009). Pakan adalah segala sesuatu yang dapat
diberikan sebagai sumber energi dan zat-zat gizi, istilah pakan sering diganti dengan bahan baku
pakan, pada kenyataanya sering terjadi penyimpangan yang menunjukkan penggunaan kata
pakan diganti sebagai bahan baku pakan yang telah diolah menjadi pellet, crumble atau mash.
(Anonim 2008).
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak baik yang berupa
bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau semuanya dapat dicerna tanpa mengganggu
kesehatan ternak.(Anonim, 2009).Bahan pakan terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan
organik yang terkandung dalam bahan pakan, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa
nitrogen, sedang bahan anorganik seperti kalsium, phospor, magnesium, kalium, natrium.
Kandungan bahan organik ini dapat diketahui dengan melakukan analisis proximat dan analisis
terhadap vitamin dan mineral untuk masing masing komponen vitamin dan mineral yang
terkandung didalam bahan yang dilakukan di laboratorium dengan teknik dan alat yang spesifik.
(Anonim 2009). Bahan dibagi menjadi dua bagian yaitu bahan pakan konvensional dan bahan
pakan subtitusi.
Bahan pakan konvensional adalah bahan baku yang sering digunakan dalam pakan yang
biasanya mempunyai kandungan nutrisi yang cukup (misalnya protein) dan disukai ternak.
Bahan pakan konvensional merupakan bahan makro, serta jagung, bungkil
kedelai,gandung,tepung ikan dan bahan lainnya.Bahan baku yang berasal dari bahan yang belum
banyak dimanfaatkan sebagai bahan dari hasil ikutan industri agro atau peternakan dan
perikanan. Pakan dari kandungan nutrisinya masih memadai untuk diolah menjadi pakan. Bahan
pakan ini biasanya berasal dari ikutan agroindustri atau peternakan dan perikanan.

3
Ransum adalah pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang disusun dari berbagai
jenis bahan pakan yang sudah dihitung (dikalkulasi) sebelumnya berdasarkan kebutuhan industri
dan energi yang diperlukansehingga didalamnya terdapat nutrisi dan zat gizi yang dibutuhkan
ternak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. (Anonim: 2008). Berdasarkan bentuknya ransum
dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Mash adalah bentuk ransum yang paling sederhana yang merupakan campuran serbuk
(tepung) dan granula.
2. Pelletadalah ransum yang berasal dari berbagai bahan pakan dengan perbandingan
komposisi yang telah dihitung dan ditentukan. Bahan tersebut diolah menggunakan mesin
pellet (pelletizer) untuk mengurangi loss nurisi dalam bentuk yang lebih utuh.
3. Ransum berbentuk pellet yang dipecah menjadi 2-3 bagian untuk memperkecil ukurannya
agar bisa dimakan ternak. Kelebihan ransum berbentuk pellet adalah distribusi bahan
pakan lebih merata sehingga loss nutrisi mudah dicegah dan tidak tercecer pada waktu
dikonsumsi ternak.
Berdasarkan kandungan gizinya, konsentrat dibagi dua golongan yaitu konsentrat sebagai
sumber energi dan sebagai sumber protein. Konsentrat sebagai sumber protein apabila
kandungan protein lebih dari 18%, Total Digestible Nutrision (TDN) 60%. Ada konsentrat yang
berasal dari hewan dan tumbuhan. Berasal dari hewan mengandung protein lebih dari 47%.
Mineral Ca lebih dari 1% dan P lebih dari 1,5% serta kandungan serat kasar dibawah
2,5%(tepung ikan, tepung susu, tepung daging, tepung darah, tepung bulu dan tepung cacing).
Berasal dari tumbuhan, kandungan proteinnya dibawah 47%, mineral Ca dibawah 1% dan P
dibawah 1,5% serat kasar lebih dari 2,5%(tepung kedelai, tepung biji kapuk, tepung bunga
matahari, bungkil wijen, bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil kelapa sawit dll). Konsentrat
sebagai sumber energi apabila kandungan protein dibawah 18%, TDN 60% dan serat kasarnya
lebih dari 10% (dedak, jagung, empok dan pollard). (Anonim: 2009).
Zat aditif merupakan zat yang perlu ditambahkan dalam jumlah relative sedikit yang
kadangkala diperlukan untuk melengkapi ransum yamg disusun, yang berfungsi sebagai
penambah aroma/cita rasa, asam amino/ campuaran asam amino dan vitamin mix. (Anonim,
2009) dan merupakan suatu bahan atau kombinasi bahan yang biasa digunakan dalam campuran
ransum digunakan dalam jumlah sedikit untuk memenuhikebutuhan tertentu, misalnya memacu

4
pertumbuhan, meningkatkan kecernaan seperti antibiotik, hormon, probiotik, pewarna, rasa.
(Anonim: 2009).

2.1 Ransum
Ransum merupakan susunan dari beberapa bahan pakan dengan perbandingan tertentu
sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak.Ransum yang diberikan kepada ternak
merupakan sumber zat nutrisi utama yang akan digunakan oleh ternak untuk tumbuh dan
berkembang serta menjalankan proses metabolisme yang berlangsung didalam tubuhnya.
Ketersediaannya baik dari aspek jumlah (kuantitas) maupun mutu (kualitas) harus sesuai dengan
kebutuhan ternak. Ketidaktersediaan salah satu zat nutrisi atau kadarnya yang kurang akan
segera direspon oleh tubuh ternak dengan menurunkan atau bahkan menghentikan proses
metabolisme maupun produktivitasnya (tergantung tingkat dan lama defisiensi) (Rafandi, 2001).

2.2 Bahan Pakan


Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh hewan.
Bahan makanan ternak terdiri dari tanaman, hasil tanaman dan kadang-kadang juga bahan
makanan yang berasal dari ternak atau hewan yang hidup di laut (Tillman et al.1998). Bahan
Pakan Yang digunakan Meliputi :
A. Dedak Padi
merupakan hasil ikutan padi, jumlahnya sekitar 10% dari jumlah padi yang di giling
menjadi beras. Bahan ini biasa digunakan sebagai sumber energi bagi pakan layer, yang mana
penggunaanya rata-rata mencapai 10-20%.Energi yang terkandung dalam dedak padi bisa
mencapai 2980 kkal/kg.Namun nilai ini bukan harga mati, karena jumlah energi yang bisa
dihasilkan dari nutrient yang ada pada dedak tergantung dari jumlah serat kasar, dan kualitas
lemak yang ada didalamnya.Semakin tinggi serat kasar maka semakin rendah pula jumlah
energinya. Indikator tingginya serat kasar bisa di lihat dari jumlah hull/sekam nya dengan cara
menaganalisa dengan phloroglucinol (Joni, S, 2003).
B. Jagung
Jagung merupakan bahan baku utama dalam pembuatan pakan. Proporsi penggunaan
jagung khususnya dalam pembuatan pakan ayam ras mencapai 51.4 persen dari total bahan baku
yang digunakan (Tangendjaja et al, 2002 dan Deptan, 2002). Jagung kuning digunakan sebagai

5
bahan baku penghasil energi, tetapi bukan sebagai bahan sumber protein, karena kadar protein
yang rendah (8,9%), bahkan defisien terhadap asam amino penting, terutama lysin dan triptofan.
C. Konsentrat
konsentrat adalah bahan yang telah tercampur yang khusu untuk pakan ternak. Bahan
pakan ini dapat di campur dengan bahan pakan lain dan dapat pula diberikan langsung pada
ternak. Bahan pakan ini kandungan proteinnya terbilang tinggi yaitu berkisar 41% sedang
kandungan energi metabolismenya berkisar 2800 kkal / kg.

2.3 Cara Penyusunan Ransum Ternak


Tujuan dari pembuatan pakan sendiri sebenarnya adalah menekan biaya pakan sehingga
biaya produksi tidak membengkak. Ada beberapa cara yang dapat diterapkan dalam menyusun
formulasi pakan. Beberapa di antaranya mungkin sudah diaplikasikan peternak, yaitu metode
bujur sangkar paerson (square paerson method), metode coba-coba (trial and error), metode
komputer (program excel) dan cara otomatis.Namun, untuk mendapatkan formulasi pakan yang
baik, pemilihan dan penggunaan bahan baku yang digunakan sangat berperan penting dan harus
disesuaikan dengan kebutuhan ternak serta mudah didapatkan.
A. Metode Bujur Sangkar Pearson
Bujur sangkar pearson merupakan cara menyusun formulasi ransum yang sangat sederhana
dengan satu nutrien sebagai pembatas. Nutrien yang sering digunakan sebagai faktor pembatas
adalah protein dan energi. Bujur sangkar paerson dapat digunakan untuk menentukan kombinasi
konsentrat dengan bahan baku pakan sumber energi.Contohnya yaitu peternak ingin menyusun
pakan ayam petelur periode stater yang mengandung protein kasar 22%. Pakan dibuat dengan
menggunakan konsentrat yang mengandung protein kasar sebesar 41% dicampur dengan jagung
kuning dan dedak padi. Peternak ingin menggunakan dedak lebih banyak karena di daerahnya
mudah didapatkan serta lebih murah harganya. Perbandingan dedak dan jagung yang
dikehendaki adalah 2:1. Jagung kuning mengandung PK 8% sedangkan dedak memiliki PK 11%.
Berapa % konsentrat, jagung dan dedak padi yang digunakan dan berapa kebutuhan ketiga bahan
yang digunakan untuk membuat 2,5 ton pakan?
Langkah 1.
Tentukan prosentase kandungan protein campuran jagung dan dedak padi (perbandingan 1:2).
= (1 x 8%)+(2 x 11%)/(1+2) = 10%

6
Langkah 2.
Menggunakan bujur sangkar paerson dari konsentrat dan campuran jagung dan dedak padi.
Konsentrat = 22 – 10
PK 41% = 12
Pakan
PK 22%
Jagung kuning dan dedak padi = 41 – 22
PK 10% = 19

Langkah 3.
Menghitung prosentase penggunaan konsentrat, jagung dan dedak padi
Bagian konsentrat = [12/(12+19)] x 100 = 38,7%
Bagian jagung+dedak = [19/(12+19)] x 100 = 61,3%
Bagian Jagung kuning = 1/3 x 61,3 = 20,4%
Bagian dedak padi = 2/3 x 61,3 = 40,9%

Langkah 4.
Mengecek komposisi bahan yang dihitung mengandung protein kasar dengan persen.
Jumlah yang
Bahan pakan Sumbangan protein
Digunakan(%)
Bagian konsentrat 38,7 38,7/100 x 41 = 15,9%
Bagian jagung kuning 20,4 20,4/100 x 08 = 1,6%
Bagian dedak padi 40,9 40,9/100 x 11 = 4,5%
Total 100 22 %

Langkah 5.
Menentukan bagian konsentrat, jagung, dan dedak padi untuk membuat 2,5 ton pakan.
Bagian konsentrat = (38,7/100) x 2.500 kg = 967,5 kg
Bagian jagung kuning = (20,4/100) x 2.500 kg = 510 kg
Bagian dedak padi = (40,9/100) x 2.500 kg = 1.022,5 kg

7
B. Metode Double Square Method
Double Square Method merupakan cara menyusun formulasi ransum yang sangat
sederhana dengan satu nutrien sebagai pembatas. Nutrien yang sering digunakan sebagai faktor
pembatas adalah protein dan energi. Double Square Method ini dapat digunakan untuk
menentukan kombinasi lebih dari dua bahan penyusun pakan dalam satu ransum.Contohnya
yaitu peternak ingin menyusun ransum dengan protein kasar 12% dan TDN 74%, dari Jagung
(PK 10% dan TDN 80%), Bungkil biji kapas (PK 40% dan TDN 68%), dan Alfalfa (PK 15% dan
TDN 55%). Berapa % ketiga bahan yang digunakan untuk membuat 2,5 ton pakan?
Langkah 1
Tentukan prosentase kandungan protein dan TDN campuran Jagung dan Bungkil biji kapas
sehingga menjadi campuran pertama.
2 bagian
BBK
2/30=6,7%
(PK 40%)
TDN=0,067x68=4,54
Pakan
PK 12%
Jagung 28 bagian
(PK 10%) 28/30=93,3%
TDN=0,933x80=74,66
Total TDN=79,20%

8
Langkah 2
Tentukan prosentase kandungan protein dan TDN campuran Jagung dan Alfalfa sehingga
menjadi campuran kedua.
2 bagian
Alfalfa
2/5=40%
(PK 15%)
TDN=0,40x55=22
Pakan
PK 12%
Jagung 3 bagian
(PK 10%) 3/5=60%
TDN=0,60x80=48
Total TDN=70%

Langkah 3
Buat campuran ketiga dari campuran pertama dan kedua tadi.
Campuran 1 4 bagian
(TDN 79,2%) 4/9,2=43,48%
TDN 74%
Campuran 2 5,2 bagian
(TDN 70%) 5,2/9,2=56,62%

Langkah 4
Hitung seluruh campuran akhir agar mendapatkan persentasenyaharus pas 100%.
 Jagung di campuran 1 = 93,33 x 43,33 = 40,58%
 Jagung di campuran 2 = 60,00 x 56,52 = 33,91%
 BBK di campuran 1 = 6,67 x 43,48 = 2,90%
 Alfalfa di campuran 2 = 40,00 x 56,52 = 22,61%

9
Langkah 5
Menentukan bagian jagung, Bungkil biji kapas dan Alfalfa untuk membuat 2,5 ton pakan.
Bagian Jagung = (74,49/100) x 2.500 kg = 1.862,25 kg
Bagian Bungkil biji kapas = (2,90/100) x 2.500 kg = 72,5 kg
Bagian Alfalfa = (22,61/100) x 2.500 kg = 565,25 kg

C. Metode Trial and Error


Trial and Error Method merupakan metode yang paling sederhana. Aplikasinya hanya
dengan mencoba-coba mencampurkan beberapa bahan pakan tanpa pertimbangan yang masak.
Pakan tersebut kemudian dicobakan pada unggas. Apabila hasilnya baik akan digunakan
seterusnya. Tetapi umumnya hasil yang diperoleh lebih banyak gagalnya. Semakin di trial
semakin error. Cara ini umumnya dilakukan oleh para peternak yang belum mempunyai latar
belakang ilmu makanan ternak yang memadai. Hasil yang diperoleh apabila dipergunakan akan
rawan dengan beberapa kesalahan seperti harga yang relatif lebih mahal, bahan pakan yang salah
dalam penggunaan dan ketidakmengertian tentang komposisi nutrisi yang harus diberikan.
Akibat selanjutnya adalah ketidakefisienan dalam biaya pakan dalam biaya produksi peternakan
unggas.Hal ini dimaksudkan apabila suatu ketika bahan pakan yang biasa digunakan tidak ada di
pasaran, sehingga dapat digantikan dengan bahan pakan lain yang memiliki kandungan nutrisi
hampir sama.

10
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Formulasi Ransum dilaksanakan pada hari .......Wib sampai selesai, tanggal
.....Tempat pelaksanaan dari praktikum ini yaitu di ruangan H5 lantai 2 gedung pertanian
Universitas Muhammadiya Bengkkulu

3.2 Materi
Tabel 1. Daftar bahan dan alat praktikum
No Bahan Alat

1. Jagung giling Timbangan


2. Dedak padi halus Sendok
3. Konsentrat Kantong Kantong pelastik
4. Tepung daun lamtoro Koran
5. Mineral
6. Tepung ikan

3.3 Metode
Bahan-bahan yang sudah ada ditimbang terlebih dahulu.Kemudian kelompokkan bahan-
bahan yang jumlahnya sedikit dan teksturnya halus dan campurkan sampai rata.Jika
menggunakan dedak dan jagung, campurkan keduanya terlebih dahulu.Setelah itu tambahkan
kosentrat.Campurkan semua bahan tersebut sampai rata dan homogen.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


Dalam mencampur ransum tentunya tidak akan akan berhasil tanpa ada perhitungan
jumlah kandungan energi atau menghitung kandungan dalam suatu bahan pakan yang akan
dicampurkan demi membentuk suatu ransum, maka perhitungan-perhitungan tersebut diperoleh
dari praktikum sebelumnya yaitu Formulasi Ransum dengan metode train error dengan
menggunakan beberapa bahan pakan yaitu, jagung, dedak padi, konsentrat, didapatlah hasil nya
seperti dalam table di bawah ini :

4.1.1 Pengamatan Bahan Pakan Ternak


Tabel 2. pengamatan bahan pakan ternak
No Nama Warna Aroma Tekstur Keterangan
1. Tepung talas Putih Tidak berbau halus Berkualitas baik
2. Ampas tahu Kekuningan Tidak berbau Sedikit kasar Berkualitas baik
3. Jagung giling Kuning Tidak berbau Kasar Berkualitas baik
4. Dedak padi Kream Harum Halus Berkualitas baik
5. Konsentrat Coklat Hanyir Kasar Berkualitas baik
6. Daun lamtoro Coklat Berbau Kasar Kurang baik
7. Daun katu Hijau Berbau Kasar Kurang baik
8. Daun kelor Hijau Harum Kasar Berkualitas baik
9. Tepung keong Hitam Hanyir Halus Berkualitas baik
mas
10. Tepung ikan Kuning Hanyir Halus Berkualitas baik

12
4.1.2 Ransum Pertama
Tabel 3. Komposisi bahan pakan pertama
No Bahan Protein (%) EM (Kkal/kg)
1. Dedak padi halus 11,32 2.314
2. Jagung giling 9 3.340
3. Mineral - -
4. Daun lamtoro 29,89 4.701
5. Tepung ikan 53,5 2.866

Kebutuhan ternak 17 2.600

Tabel 4. Jumlah bahan makanan yang digunakan dalam 1 kg


No Bahan Jumlah (%)
1. Dedak padi halus 10
2. Jagung giling 50
3. Mineral 5
4. Daun lamtoro 15
5. Tepung ikan 20

Dari tabel diatas dapat dilihat penggunaan beberapa bahan pakan yaitu dedak padi halus
sebanyak 10 %, jagung giling 50 %, mineral sebanyak 5 %, daun lamtoro sebnayak 15 %, dan
tepumg ikan sebanyak 20 %. Protein yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ternak yaitu
17% dan energi metabolisme yang dibutuhkan yaitu 2.600%dan pakan yang akan dibuat
sebanya 1 kg.
Setelah semua bahan dikumpulkan maka selanjutnya dilakukan pencampuran ransum
yang dilakukan di dalalam ruangan kelas h5 dengan menggunakan metode Trial and Error atau
sering juga disebut metode coba-coba, yaitu menghitung protein dan energi metabolisme yang
diperlukan ternak yang kemudian disesuikan dengan ransum yang ada.

13
Cara menyusun ransum yaitu dimulai dari bahan yang teksturnya halus dan jumlahnya
lebih sedikit kemudian dicampur dengan bahan berikutnya yang jumlahnya lebih sedikit dan
teksturnya lebih halus sampai dengan bahan yang terakhir.

4.1.2 Ransum Kedua


Tabel 5. Komposisi Bahan pakan ke dua
No Bahan Protein (%) ME (Kkal/Kg)
1. Konsentrat 33 2.800
2. Jagung giling 9 3.314
3. Dedak padi halus 11,32 2.314

Kebutuhan ternak 17 2.900

Tabel 6. Jumlah bahan makanan yang digunakan dalam 1 kg


No Bahan Jumlah (%)
1. Konsentrat 40
2. Jagung giling 45
3. Dedak padi halus 15

Dari tabel diatas dapat dilihat penggunaan beberapa bahan pakan yaitu konsentrat 40 %,
jagung giling 45 %, dan dedak padi halus sebanyak 40 %. Protein yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan ternak yaitu.....dan energi metabolisme yang dibutuhkan yaitu... dan pakan
yang akan dibuat sebanya 1 kg.
Setelah semua bahan dikumpulkan maka selanjutnya dilakukan pencampuran ransum
yang dilakukan di dalalam ruangan kelas h5 dengan menggunakan metode Trial and Error atau
sering juga disebut metode coba-coba, yaitu menghitung protein dan energi metabolisme yang
diperlukan ternak yang kemudian disesuikan dengan ransum yang ada.
Cara menyusun ransum yaitu dimulai dari bahan yang teksturnya halus dan jumlahnya
lebih sedikit kemudian dicampur dengan bahan berikutnya yang jumlahnya lebih sedikit dan
teksturnya lebih halus sampai dengan bahan yang terakhir.

14
4.2 Pembahasan Ransum
Mencampur Ransum merupakan kegiatan pencampuran bahan pakan dengan
memperhatikan upaya-upaya dalam mengefisienkan penggunaan input bahan-bahan pakan yang
tersedia dengan perbandingan pakan, baik jumlah pakan maupun mutu dari pakan tertentu agar
campuran tersebut dapat memenuhi pemeliharaan ternak yang akan mengkonsumsinya, yang
tentu saja akan memperbaiki pendapatan kebutuhan ternak tersebut agar dapat berproduksi
dengan baik.
Dalam mencampur ransum tentunya kita akan memakai ransum yang baik dan
berkualitas, ransum dapat dinyatakan berkualitas baik apabila mampu memberikan seluruh
kebutuhan nutrien secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrien tersebut bagi ternak.
Ransum yang berkualitas baik berpengaruh pada proses metabolisme tubuh ternak sehingga
ternak dapat menghasilkan daging yang sesuai dengan potensinya. pernyataan tersebut dipertegas
lagi oleh Barnes, Jones D. (2000) Ransum yang berkualitas baik merupakan salah satu syarat
untuk dapat menghasilkan produksi ternak yang optimal. Produksi optimal dapat dicapai bila
bahan pakan yang digunakan dapat memenuhi keperluan gizi dalam tubuh ayam.
Dalam penyusunan ramsum ada beberapa metode yang digunakan yaitu :
1. Metode coba-coba (Trial and Error Method).
2. Metode bujur sangkar (Square Method).
3. Metode programming method (LP).
4. Metode matrik 2 x 2 (Two By Two Matrik).
5. Metode berpedoman kadar protein.
6. Metode berpedoman kadar energy.
Dalam penyusunan ransum pada praktikum ini metode yang dipakai yaitu metode coba-
coba, menurut Mardiana (2011) kelemahan dari metode ini yaitu meskipun metode ini
merupakan penyusunyan ransum dengan cara yang paling mudah tetapi membutuhkan waktu
yang lama dan biaya yang cukup besar.
Ransum adalah bahan pakan yang dapat mempengaruhi kebutuhan ternak selama 24 jam.
Namun menurut Leeson,S. and J.D. Summers, (2001) Ransum merupakan gabungan dari
beberapa bahan yang disusun sedemikian rupa dengan formulasi tertentu untuk memenuhi
kebutuhan ternak selama satu hari dan tidak mengganggu kesehatan ternak.

15
Rasyid, Dkk (2003) menyatakan bahwa ransum adalah campuran bahan-bahan ransum
untuk memenuhi kebutuhan zat-zat nutrisi yang seimbang dan tepat.Seimbang dan tepat berarti
zat makanan itu tidak berlebihan dan tidak kurang.Ransum yang diberikan haruslah mengandung
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.Tujuan utama pemberian ransum kepada ayam
untuk menjamin pertambahan berat badan yang paling ekonomis selama pertumbuhan (Tazmiri,
2000).
Produktivitas broiler yang maksimal akan tercapai apabila ayam tersebut mendapatkan
ransum yang seimbang kandungan asam aminonya. Rasyid, Dkk(2003) menyatakan bahwa asam
amino sebagai zat makanan diperlukan tubuh sama halnya seperti mineral, energi, vitamin dan
asam lemak.
Ransum yang kita campur kemudian akan diberikan pada ternak unggas harus
mengandung suplementasi sebagai sumber zat nutrisi utama yang akan digunakan oleh tubuh
ayam untuk tumbuh dan berkembang serta menjalankan proses metabolisme yang berlangsung di
dalam tubuhnya. Ketersediaannya baik dari aspek jumlah (kuantitas) maupun mutu (kualitas)
harus sesuai dengan kebutuhan ayam.
Ketidaktersediaan salah satu zat nutrisi atau kadarnya yang kurang akan segera direspon
oleh tubuh ayam dengan menurunkan atau bahkan menghentikan proses metabolisme maupun
produktivitasnya (tergantung tingkat dan lama defisiensi).
Pernyataan diatas dipertegas oleh Suwandak (2000) ia menyebutkan bahwa faktor
penyebab ketidaktersediaan zat nutrisi ini dapat disebabkan ketidaktepatan manajemen
penanganan dan penyimpanan ransum maupun kesalahan tata laksana pemberian ransumnya.
Kondisi suhu, kelembaban maupun cahaya yang berlebih dapat menurunkan kadar zat nutrisi
yang terkandung dalam ransum. Kadar air dalam bahan baku ransum yang berlebih (> 14%) juga
dapat menurunkan kualitas ransum. Selain itu penyimpanan yang terlalu lama dan tidak
menggunakan alas juga bisa mengakibatkan hal tersebut.
Oleh karena itu, pemberian suplemen diperlukan untuk melengkapi atau memenuhi
kandungan zat nutrisi yang berkurang akibat penanganan dan penyimpanan yang kurang tepat.
Komponen dari bahan makanan yang dapat dicerna dan digunakan dalam tubuh ternak
terdiri dari : karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Mineral ialah suatu senyawa
an-organik yang menyusun + 4% dari tubuh ayam.Ketersediaannya harus disuplai dari luar,
misalnya melalui ransum karena tubuh ayam tidak bisa memproduksinya.Dalam

16
perkembangannya, ketersediaan mineral dapat berupa mineral organik, yaitu mineral yang
digabungkan dengan senyawa organik seperti asam amino, asam organik atau
polisakarida.(Uaiskunilhaq, 2009).
Dari praktikum yang telah dilaksanakan sebelumnya diajarkan mengenai prinsip ransum
yang baik, yaitu :
1. Nutriennya seimbang.
2. Ransumnya homogen.
3. Faktor exsternal ransum yang digunakan rendah.
4. Faktor internal ransum yang diharapkan tinggi.
5. Palabilitas oleh ternak tinggi.
6. micotoxyn yang ada dalam ramsum sedikit atau tidak ada.
Dan ada beberapa karakteristik ransum yang baik yaitu :
a). Jumlah dan jenis zat makanan disesuaikan dengan fase pertumbuhan ternak, produktifitas
ternak (ternak perah memerlukan zat makanan yang lebih banyak dan lebih tinggi mutunya
dari ternak potong) dan pengelolaan ( ternak yang dikurung atau dikandang memerlukan zat
makanan yang lebih banyak dan lebih tinggi mutunya dari ternak yang dilepas).
b). Bentuk fisik ransum harus disesuaikan, sehingga tidak mengganggu nafsu makan dan
pencernaan.
c). Ransum tidak akan menyebabkan gangguan pencernaan yang dapat menurunkan manfaat
gizi.
d). Perlu adanya pembatasan-pembatasan yang disesuaikan kepada harga bahan-bahan
persediaan yang berkesinambunganm dan ketahanan bahan baku bila disimpan dalam waktu
tertentu serta kepada adanya kandungan racun atau yang menghambat pencernaan nutrisi
lainnya.

4.3 Bahan Pakan


Ternak unggas merupakan hasil teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis,
pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah.(Murtidjo, 1987).
Untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai dengan yang dikehendaki pada waktu yang
tepat, maka perlu diperhatikan pakan yang tepat. Kandungan energi pakan yang tepat dengan
kebutuhan ayam dapat mempengaruhi konsumsi pakannya, dan ayam jantan memerlukan energi

17
yang lebih banyak daripada betina, sehingga ayam jantan mengkonsumsi pakan lebih
banyak.Untuk memenuhi kebutuhan pakan yang cukup maka disusun lah ransum.
A. Konsentrat
konsentrat adalah bahan yang telah tercampur yang khusu untuk pakan broiler. Bahan
pakan ini dapat di campur dengan bahan pakan lain dan dapat pula diberikan langsung pada
ternak briler. Bahan pakan ini kandungan proteinnya terbilang tinggi yaitu berkisar 41% sedang
kandungan energi metabolismenya berkisar 2800 kkal / kg.

Gambar 4.6. Konsentrat

B. Jagung
Jagung merupakan bahan baku utama dalam pembuatan pakan. Proporsi penggunaan
jagung khususnya dalam pembuatan pakan ayam ras mencapai 51.4 persen dari total bahan baku
yang digunakan (Tangendjaja et al, 2002 dan Deptan, 2002). Jagung kuning digunakan sebagai
bahan baku penghasil energi, tetapi bukan sebagai bahan sumber protein, karena kadar protein
yang rendah (9%), bahkan defisien terhadap asam amino penting, terutama lysin dan triptofan.
Jagung merupakan salah satu komponen pakan ternak yang paling banyak dibutuhkan.
Menurut Direktorat Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan (2002) sesuai dengan standar,
komposisi pakan yang berasal dari jagung, adalah untuk ayam pedaging 54 persen, ayam petelur
47,14 persen. Dengan demikian fungsi jagung khususnya untuk pakan menjadi sangat penting.
Kandungan nutrisi jagung :
 Bahan kering : 75 – 90 %
 Serat kasar : 1,9 %
 Protein kasar : 9 %
 Lemak kasar : 3,7 %

18
 Energi Metabolisme : 3340 Kkal/kg
Jagung merupakan sebagai sumber energi yang rendah serat kasarnya, sumber
Xantophyll, dan asam lemak yang baik, jagung kuning tidak diragukan lagi. Asam linoleat
jagung kuning sebesar 1,6%, tertinggi diantara kelompok biji-bijian.

Gambar 4.2. Jagung

C. Dedak Padi
Dedak padi diperoleh dari penggilingan padi menjadi beras. Banyaknya dedak padi yang
dihasilkan tergantung pada cara pengolahannya. Sebanyak 14,44% dedak kasar, 26,99% dedak
halus, 3% bekatul dan 1-17% menir dapat dihasilkan dari berat gabah kering. Dedak padi sangat
disukai ternak, pemakaian dedak padi dalam ransum ternak umumnya sampai 25% dari
campuran kosentrat.Kelebihan penambahan dedak padi dalam ransum dapat menyebabkan
ransum mengalami ketengikan selama penyimpanan. Bulk desinty dedak padi yang baik adalah
337,2-350,7 g/l. Dedak padi yang berkualitas baik protein rata-rata dalam bahan kering adalah
12,4%, lemak 13,6% dan serat kasar 13,0 %. Kandungan protein Dedak padi lebih berkualitas
dibandingkan dengan jagung. Dedak padi kaya akan thiamin dan sangat tinggi dalam niasin. (A.
Husin, 2009)
Kelemahan utama dedak padi adalah kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi, yaitu
11,95 % dan adanya senyawa fitat yang dapat mengikat mineral dan protein sehingga sulit dapat
dimanfaatkan oleh enzim pencernaan. Inilah yang merupakan faktor pembatas penggunaannya
dalam penyusunan ransum. Namun, dilihat dari kandungan proteinnya Berkisar 11,5 %, bahan
pakan ini sangat diperhitungkan dalam penyusunan ransum unggas. Dedak padi mengandung
energi termetabolis berkisar 2314 kkal/kg. Kelemahan lain pada dedak padi adalah kandungan
asam aminonya yang rendah, demikian juga halnya dengan vitamin dan mineral nya (Rasyaf,

19
2004). Penggunaan dedak padi dalam ransum unggas ada batasanya, yaitu 10% untuk ayam
Broiler fase starter. (Hendri, 2002).

Gambar 4.3. Dedak Padi

20
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum mencampur ransum ini dapat disimpulkan bahwa dalam proses
mencampur ransum kita harus teliti agar bahan-bahan yang dicampur menjadi rata atau
homogen, karena ransum merupakan sumber zat nutrisi utama yang digunakan oleh ternak untuk
tumbuh dan berkembang serta menjalankan proses metabolisme yang berlangsung didalam
tubuhnya.

5.2 Saran
Untuk para praktikan yang mengikuti pratikum diharapkan kehatian dan ketelitiannya
dalam bekerja, karena dengan kehati-hatian dan kedisiplinan maka pratikum akan berlangsung
sesuai dengan apa yang diharapkan. Dan diharapkan pada para praktikan agar dapat
meningkatkan kekompakan dalam kelompoknya demi kelancaran dan suksesnya menjalani
praktikum.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anisa. 2002. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta : PT. Gramedia


http://mail.kimia.lipi.go.id. Diakses tanggal 10 juni 2018.

Ardiandy. 2002. Enzim Komponen Penting dalam Pakan Bebas Antibiotika. Feed
Mix Special. http:/www.alabio.cbn.net.

Hatara.2007. Laboratory Manual for Nutrition Reseach. Vikas publising house


PVT Ltd. Sahibabad. India.

Joni, 2003. Kamus Kimia : Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Judika. 2006. Partical Guide to Feed Forage and Water Analysis. Yoo Han
Pub.Korea Republic.

Prakoso. 2010. Suplementasi Amonium Sulfat dan Defaunasi Rumen Untuk


Optimalisasi Ransum Berbahan Dasar Limbah Tanaman Tebu. Laporan
Penelitian-Penelitian Dosen Muda-DIKTI. Jakarta.

Rafand. 2001Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sytarjo, 2001.Praktikum Gizi Ruminansia.LUW. Universitas Brawijaya. Animal


Husbandry Project. Malang.

22

Anda mungkin juga menyukai