Anda di halaman 1dari 16

JURNAL BELAJAR

KEANEKARAGAMAN HEWAN (KH)


Dosen Pengampu Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd.

Hari, Tanggal : Kamis - Jumat, 18 - 19 Oktober 2018


Nama/ NIM : Maya Andya Garini/170341615032
Kelas : B
Prodi : S1 Pendidikan Biologi

Topik : Mempelajari dan mempresentasikan Subfilum Cephalochordata dan


Subfilum Agnatha
Tujuan : Mempelajari dan memahami lebih dalam mengenai
klasifikasi Filum Echinodermata

I. Konsep Belajar

C
ASYMMETRON
H
O CEPHALOCHORDATA
R
D BRANCHIOSTOMA
A
T
A
R
E
N
D
A AGNATHA
H
II. Bukti Belajar

SUBFILUM CEPHALOCHORDATA

A. Ciri – Ciri Umum


Hewan Cephalochordata memiliki ciri umum sebagai bertikut.
a. Memiliki bentuk tubuh yang menyerupai ikan kecil
b. Memiliki notokord yang terbentang pada seluruh panjang tubuhnya (mulai ujung
kepala hingga ujung ekor)
c. Memiliki tabung neural dorsal tamap dilengkapi adanya otak
d. Memiliki faring yang dilengkapi dengan adanya banyak celah insang yang terbuka ke
arah dinding ektoderm atrium. Celah insang dapat disetarakan dengan stigmata yang
terdapat pada hewan dari Subfilum Urochordata. Selain itu, pada faring juga
dilengkapi dengan adanya endostil dan saluran bersilia
e. Memiliki dinding tubuh yang bersegmen, begitu juga pada gonadnya
f. Memiliki rongga tubuh yang jelas

B. Penyebaran dan Habitat


Hewan dari Subfilum Cephalochordata banyak dijumpai du air yang memiliki
suhu hangat, misalnya pada laut Tengah dan Samudra Hindia. Populasi hewan
Cephalochordata banyak ditemukan di danau Pantano dekat Messina. Amphioxus tinggal
di air yang dangkal, dan memiliki kebiasaan dengan membenamkan dirinya di pasir dan
hanya bagian ujung anterior yang mengandung, tudung oral tersembul di permukaan air.
Hewan ini dapat berenang aktif dan dapat pula dengan segera menarik kepaa atau
ekornya untuk dimasukkan ke dalam liang untuk dibenamkan. Dan kebanyakan aktif
pada malam hari.

C. Klasifikasi
Subfilum Cephalochordata hanya terdiri atas 2 genus, yaitu:
a. Asymmetron
b. Branchiostoma

D. Morfologi
Amphioxus memiliki panjang tubuh sekitar 3,5 – 6 cm. Memiliki bentuk tubuh
yang langsing, translucent, sisi lateral tubuh yang memipih, dengan kedua ujung tubuh
yang meruncing. Ujung anteriornya membentuk rostrum atau moncong. Dibawah rostrum
terdapat tudung mulut yang terbentuk oleh bagian bagian dorsal dan lateral tubuh. Pada
tudung mulut terdapat sekitar 20 jumbai siri oral. Lekuk mulut dibagian dalamnya
ditunjang oleh suatu cincin yang dibentuk oleh batang-batang yang keras yang tersusun
oleh gelatin. Dari cincin kerangka tersebut batang gelatin menembus ke dalam tiap-tiap
siri oral. Tudung oralnya menutupi suatu rongga bukalis atau yang biasa disebut dengan
vestibulum. Di dalam vestibulum, lapisan epitelium tudung oral mempunyai potongan-
potongan kecil berbentuk jari yang merupakan organ Muller atau organ jentera yang
menimbulkan perputaran arus, tiap ujung organ jentera memiliki ujung beralur.
Penampang melintang dari dua pertiga bagian tubuh depannya membentuk
segitiga, sedangkan sepertiga yang belakang hampir membentuk oval. Di sepanjang sisi
tengah-dorsal terdapat sebuah sirip dorsal yang memanjang di sepanjang tubuhnya, dan
bergabung dengan sirip kaudal yang terletak disekitar ekor. Sirip dorsalnya diperkuat
dengan sederetan jar-jari sirip. Pada bagian sisi tengah-ventral terdapat sirip ventral yang
memanjang mulai dari sirip ekor hingga atriophore. Atriophore merupakan lubang
eksternal dari suatu rongga atrial. Sirip ventralnya diperkuat dengan jari-jari sirip yang
berpasangan. Yang tersusun dari suatu bahan gelatin dan jaringan ikat. Dan jari-jari siri
tersebut tidak memiliki struktur yang sama dengan sirip ikan.
Dinding tubuhnya bersegmen metamerik yang tersusun atas gumpalan otot yang
disebut dengan miotom atau miomer. Dan pada dinding tubuhnya dilapisi oleh lapisan
kutikula yang tipis, berlubang-lubang menutupi epidermis, dan lapisan kutikulanya
tersusun atas selapis sel epitelium kolumnar. Diantara sel-sel epidermis terdapat sel
sensoris akan tetapi tidak dilengkapi dengan adanya kelenjar atau kromatofor. Selapis sel
tipis dari jaringan ikat fibrosa membentuk suatu lapisan kutis dibawah epidermis.
Dibawah kutis terdapat lapisan subkutis yang tersusun dari bahan gelatin yang
mengandung serabut dan saluran kutaneus. Kulitnya menyerupai kulit vertebrata, hanya
tersusun dari lapisan epidermis. Dinding tubuhnya tidak memiliki lapisan dermis.
Dibawah subkutis terdapat miotom yang sebelah dalamnya dibatasi oleh suatu lapisan
peritoneum paroetal, kecuali pada daerah faring dimana peritoneumnya dipisahkan oleh
saluran yang kecil.

E. Anatomi
Berikut ini penjelasan mengenai anatomi tubuh pada hewan Cephalochordata.
a. Atrium
Pada Amphioxus memiliki atrium yang merupakan tempat luas yang dibatasi oleh
ektoderma, yang terbentuk dari lipatan-lipatan yang tumbuh dan disatukan oleh suatu
papan melintang sehingga merupakan sebuah bagian dari sisi luar yang ditutupi oleh
tubuh. Atrium membentuk rongga besar yang mengelilingi bagian faring dan anterior
usus secara lateral dan ventral. Atrium terletak memanjang ke belakang pada sisi
kanan sebagai suatu kantung tersembunyi yang mengarah ke atas hampir ke anus.
Dari dekat ujung belakang faring, atrium menampakkan 2 kantung kerucut, masing-
masing menonjol ke depan menuju rongga dan tiap bagian dari faring.

b. Rongga Tubuh
Rongga tubuh merupakan coelom yang berkembang dari dinding, berbatasan
dengan epitel mesodermal somatik dan splanchnic, mengandung cairan rongga seperti
limfa. Dibelakang faring, coelom merupakan suatu rongga luas yang mengelilingi
usus tengah dan belakang, usus yang menggantung pada coelom oleh suatu mesentery
dorsal tetapi menghilang pada sisi kanan usus belakang oleh perpanjangan posterior
atrium. Coelom juga mengelilingi divertikulum usus tengah yang meletakkan atrium
pada sisi kanan faring. Tetapi pada daerah faring, coelom mereduksi karena formasi
dari insang yang terbelah, meskipun pada larva mengelilingi faring seluruhnya
kecuali dorsaltengah. Jadi pada daerah faringeal dewasa mereduksi sampai 3 tipe
ruang, coelom sub-endostilar ventral tengah berada secara membujur dibawah
endostil, 2 saluran longitudinal dorsal yang terletak diatas faring dan menutupi corong
coklat, dan saluran soelom vertikal pada chordata tingkat tinggi tidak terdapat rongga
pada faringnya.
c. Sistem Skeleton
Pada hewan Cephalochordata memiliki skeleton yang hanya terletak pada
notokordnya yang berbentuk silindris yang membentang dari ujung kepala hingga
ujung ekor. Notokordnya tersusun atas sel-sel besar yang bersifat fibrosa dan bersifat
gelatin yang menyebabkan notokord tersebut bersifat keras dan kaku. Notokord
tersebut ditutupi oleh jaringan ikat yang tebal yang disebut dengan selubung
notokord. Dengan adanya selubung notokord tersebut menyebabkan notokord
tersebut bersifat elastis sehingga dapat mencegah adanya oemendekan ketika miotom
bereaksi.

d. Sistem Muskulus
Sistem muskulus pada Cephalochordata memiliki kurang lebih 62 gumpalan otot
di setiap sisi tubuhnya. Setiap miotom tertutup rapat oleh lembaran jaringan ikat
fibriler yang disebut miokoma. Miotom berbentuk <, setiap miotom memiliki sebuah
sayap atas. Miotom-miotom pada cephalochordata memiliki serabut otot sear
melintang yang terletak longitudinal. Ujung serabut-serabut otot itu masuk ke dalam
miokomata. Kontraksi dari miotom-miotom bersifat segmental yang menyebabkan
terjadinya gerakan tubuh meliuk-liuk sehingga cephalochordata dapat berenang.

e. Sistem Digestivus
Rongga mulut hewan Cephalochordata tertutupi oleh tudung oral yang merupakan
suatu ektoderm yang dibatasi oleh vestibulum yang berbentuk corong. Di belakang
vestibulum terdapat velum vertikal yang memiliki sebuah lubang dibagian tengahnya
yang disebut dengan entrostom(mulut). Faring pada Cephalochordata merupakan
suatu kantung besar yang memipih pada bagian sampingnya. Dindingnya dipenuhi
oleh lebih dari 150 pasang celah insang yang tidak dilengkapi oleh lembaaran insang.
Pada fase larva, celah insang bersifat metamerik, aperturanya vertikal terbentuk
masing-masing terbagi menjadi dua. Pasangan celah insang akan selalu bertambah
sesuai dengan usia dan tumbuh pada bagian ujung posterior faring. Lembaran insang
memiliki 2 tipe yaitu lembaran insang primer dan sekunder, yang keduanya berseling
secara teratur dan mempunya struktur dan model perkembangan yang berbeda.
Lembaran insang primer dibentuk oleh jaringan diantara dua celah insang secara
bertahap setelah lembaran-lembaran insang itu berlubang-lubang ke arah luar.

f. Sistem Respirasi
Faring Amphioxus memiliki fungsi utama yaitu sebagai alat pencernaan makanan,
tetapi pada vertebrata faring tidak berkaitan dengan pengumpulan makanan. Pada
beberapa jenis vertebrata faring terspesialisasi sebagai alat respirasi karena adanya
insang, pada Amphioxus pertukaran gas dari aliran air ke dalam darah terjadi pada
saat air melalui celah insang. Tetapi kenyataan itu diragukan mengingat darah
Amphioxus tidak mengandung pigmen respirasi. Tamoaknya pertukaran gas dalam
proses pernapasan lebih mungkin terjadi pada seluruh permukaan tubuh, terutama
pada dinding atrium.

g. Sistem Sirkulasi
Amphioxus tidak memiliki jantung dan darahnya tidak mengandung pigmen
respirasi serta tidak mengandung butir-butir darah. Darahnya tidak hanya terdapat
pada pembuluh darah, akan tetapi juag terdapat di dalam pembuluh limfa yang
terletak disekitar siripdan didalam lipatan metapleural. Pembuluh-pembuluh darah itu
homolog dengan pembuluh darah yang terdapat pada vertebrata yang biasa disebut
dengan arteri dan vena. Pada dasarnya arteri mempunyai dinding otot dan aorta
dorsalnya mempunyai selubung endotelium.

h. Sistem Ekskresi
Organ ekskresinya berupa pasangan nefridia yang berjumalah kurang lebih 90
pasang yang bertipe tertitup dan tersusun secara segmental yang disebut dengan
protonefridia. Nefridia terletak di atas celah insang pada tiap sisi berhubungan dengan
lembaran-lembaran insang primer. Tiap protonefridium merupakan suatu pembuluh
nefridial yang melekuk yang memiliki kelompok pembuluh kecil yang berakhir pada
solenosit. Tiap solenosit mempunyai sebuah kepala yang berinti bundar dan
mengarah ke tubulus kecil yang mengandung flagel yang selalu bergetar.
i. Sistem Reproduksi
Memiliki alat kelamin terpisah tetapi tidak dapat dibedakan antar jantan dan
betinanya. Kecuali pada gonad. Testis maupun ovariumnya terletak dibagian
ventrolateral dinding tubuh yang menghadap ke atrium. Terdapat 26 pasang testis
atau ovarium yang tersusun secara metamerik dan terletak pada segmen ke 25 hingga
segmen 51 mulai dari bagian tengah faring samapi ke anus pada setiap sisinya.

j. Sistem Saraf
Terdapat suatu tabung neural yang terletak diatas notokord yang berawal dari
sebelah belakang ujung anterior notokord dan memanjang ke arah posterior sampai di
depan dari ujung notokord. Tabung neural itu berlubang-lubang o;eh adanya saluran
sentral sempit yang disebut dengan neurocoel. Sel saraf yang terkumpul pada sakuran
sentral dan serabut-serabut yang muncul dari sel-sel saraf terletak lebih luar.

k. Sistem Reseptor
Memiliki organ reseptor sederhana berupa mata yang tersusun dalam jalur tertentu
dan brsifat sensitif pada sinar. Sel-sel yang sensitif terhadap cahaya tersebut berfungsi
untuk berorientasi jika hewan itu membenamkan diri ke dalam pasir.

SUBFILUM AGNATHA

A. Ciri – Ciri Umum


Hewan yang termasuk ke dalam Subfilum Agnatha memiliki ciri umum sebagai
berikut,
a. Tidak memiliki rahang
b. Memiliki apendiks yang berpasangan, gigi, dan skeleton
c. Tengkorak memiliki atap membran
d. Pada sisi median terdapat sebuah hidung yang senantias terbuka
e. Notokord dan tabung neural berperan sebagai penyusun tulang belakang
f. Celah insang terdiri sekitar 7 – 14 pasang
g. Jantungnya tidak memiliki bentuk yang menyerupai kerucut
h. Memiliki kantung hipofise yang bersifat tetap
i. Telinga memiliki satu atau dua saluran yang bersifat semisirkuler
j. Ginjal dan saluran ginjalnya panjang
k. Tidak memiliki saluran ginjal
l. Aparatus pincal dapat berkembang dengan baik
m. Fase larvanya disebut mikrofakus, yang memiliki endostil seperti yamg terdapa pada
chordata primitif

B. Penyebaran dan Habitat


Hewan dari subfilum Agnatha hidup pada air tawar dan air laut. Yang di air tawar
hidup secara bebas akan tetapi bersufat ektoparasit pada ikan dan kura-kura. Lamprey
selalu hidup di laut dan melakukan migrasi ke sungai untuk bertelur. Setelah bertelur
lamprey tersebut akan mati. Di sungai, lamprey tidak makan apapun hanya bertahan
hidup dengan timbunan lemak yang berada dibawah kulit sebagai cadangan makanannya.
Dan selalu melakukan migrasi pada saat musim gugur, sementara pematangan kelamin
terjadi pada musim dingin, dan pemeliharaannya terjadi pada saat musim semi. Hewan
tersebut memilih bagian dasar berupa pasir dan bebatuan. Dengan menggunakan mulut
penghisapnya, hewan tersebut menyusun batu-batuan di sekitar cekungan sentral yang
menunjukkan kesan seperti layaknya sebuah sarang. Dan proses fertilisasinya secara
eksternal. Memiliki daerah persebaran yang luas terutama pada perairan tawar dan laut.

C. Klasifikasi
Hewan subfilum Agnatha hanya diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Ostracodermi (dalam bentuk fosil)
b. Cyclostomata
c. Petromyzontia
d. Myxinoidea

D. Morfologi
Pada hewan dewasa memiliki tubuh yang berbentuk memanjang, silindris dan
menyerupai belut yang memiliki panjang tubuh sekitar 40 cm – 1 meter. Permukaan
tubuh bagian atasnya selalu berwarna gelap, sedangkan permukaan bagian bawahnya
lunak, berlendir, dan tidak memiliki sisik. Tubuhnya dibedakan atas 3 bagian yaitu
kepala, trunkus, dan ekor. Kepala dan tubuhnya memiliki bentuk yang hampir berbentuk
silindrisdan ekornya pipih ke arah lateral. Tidak memiliki sirip yang berpasangan.
Memiliki sirip dorsal media dibagi menjadi 2 bagian yang tidak sama oleh takik.
Memiliki sirip kaudal yang merupakan kelanjutan dari sirip dorsal. Pada sebagian spesies
lamprey betina memiliki sirip anal. Pada hewan jantan, sirip ini mereduksi menjadi papila
kopulasi. Pada pertemuan badan dan ekornya terdapat sebuah lubang yang disebut anus.
Dibelakang anus terdapat papila kecil yang disebut dengan apertura urinogenital. Anus
dan apertura genital terbbuak secara terpisah melalui celah kloaka. Pada Petromyzon
jantan memiliki penis.
Daerah kepalanya ditandai dengan danya corong bukal yang dilindungi oleh
membran yang dibentuk dari oral-fimbriae dan sirri yang panjang. Di dalam corong bukal
ditemukan 2 set gigi tanduk yang berwarna kuning yang tersusun secara radial. Gigi
tersebut berasal dari perkembangan mesodermal, namun tidak dapat disamakan dengan
gigi yang terdapat pada vertebrata. Dibawah dari corong bukal dijumpai lidah yang
mengandung gigi tanduk berukuran besar. Mulut berupa saluran sirkuler sempit yang
terletak dibawah corong bukal. Pada permukaan dorsal dari kepalanya terdapat sebuah
nostril median dan di bagian belakangnya terdapat daerah transparan yang digunakan
sebagai indikator terhadap posisi organ pineal. Memiliki sepasang mata yang
berkembang baik yang tidak dilengkapi dengan adanya kelopak mata, tetapi ditutupi oleh
kulit yang transparan. Memiliki 7 pasang celah insang yang terletak pada sisi postero-
lateral kepala dan pada bagian anterior badannya. Sebuah jajaran lubang reseptor lateral
yang kecil menyebar sepanjang tiap sisi tubuh dan ekor.

E. Anatomi
Berikut merupakan anatomi dari hewan yang termasuk ke dalam subfilum Agnatha.
a. Sistem Skeleton
Skeleton aksial berkembang membentuk tulang tengkorak, notokord yang bersifat
tetap dan tersusun atas kumoulan tulang rawan. Notokord tersusun dari sel-sel
notokord bervakuola yang dilindungi oleh serabut tebal yang disebut dengan selubung
notokord. Tulang rawan tersusun atas sel-sel besar yang terbenam dalam matriks
kondrin. Sel-sel tulang rawan menyebar ke arah dorsal dan ventral sebagai penyokong
siri median.
Tulang tengkorak memiliki struktur yang primitif yang bagian dasarnya dibentuk
oleh lempeng basal yang merupakan gabungan r=dari parakorda dan trabekula, serta
merupakan ujung anterior dari notokord. Melekat pada lempeng basal terdapat sebuah
bangunan yang tidak sempurna tersusun dari tulang rawan yang mengelilingi otak dan
organ indera. Memiliki dinding kranium yang keras, tetapi atapnya tersusun oleh
selaput serabut tulang rawan yang kenyal, kecuali pada lembaran transversal yang
sempit.
Pada tiap sisi lempeng basal, terletak arkus subokuler yang digunakan untuk
menyokong matanya. Prosesus styloid yang gilig muncul dari lempeng subokuler.
Setiap prosesus stiloid dihubungkan dengan tulang rawan tanduk yang kecil. Tulang
kranium berikatan dengan kerangka yang menyokong mulut dan corong mulut.
Basket branchial tersusun dari 9 lembar kurva vertikal tulang rawan yang tersusun
tidak teratur pada tiap sisinya. Lembaran vertikal yang pertama terletak hampir
mendekati ujung posterior dari tulang rawa ekstra hyalin pada Elasmobranch.
Lembaran kedua terletak hampir mendekati bagian depan dari celah insang pertama
dan 7 lembar sisanya masing-masing terletak dibelakang 7 celah insang. Bagian
posterior dari basket branchial meluas membentuk sebuah mangkuk tulang rawan
perikardial yang berfungsi untuk melindungi jantung. Corong mulut disokong oleh
semacam cincin tulang rawan anuler. Pemanjangan dari tulang rawan lingual yang
berfungsi untuk menunjang lidahnya.

b. Sistem Muskulus
Otot tubuh dan ekor tersusun oleh miomer yang merupakan kumpulan miotom
dan dipisahkan oleh miokoma. Miotom menyusun kelompok-kelompok otot yang
berbentuk menyerupai huruf W dan serabut-serabut ototnya tersusun secara
longitudinal. Serabut otot termasuk otot lurik. Otot radier yang menggerakkan corong
mulut dan lidah mengalami perkembangan menjadi otot retraktor dan otot protaktor
yang kecil.

c. Sistem Digestivus
Mulut terletak diatas lidah dan berada di dalam corong bukal. Corong bukal
merupakan tonjolan dari sucker, memiliki gigi yang banyak, dan semua terletak
dibagain dalam dari corong bukal. Gigi berupa lembaran yang berbentuk kerucut
yang keras. Dibagian bawah giginya terletak paila mesodermal yang tertutup oleh
ektoderm. Jika gigi tanggal/lepas maka akan tumbuh lagi. Mulut melanjutkan diri
menjadi rongga bukal yang dibentuk sejak fase embrio, dan pada bagian belakang
berhubungan dengan 2 saluran yang berbentuk tabung dengan salah satu diantaranya
terletak lebih atas dari yang lain. Bagian dorsal disebut dengan esophagus, dan bagian
ventral disebut faring. Pada pintu masuk tabung pernapasan terdapat lipatan
menyerupai tirai yang disebut dengan velum dengan tentakel velarnya.
Ketika hewan makan, velum menggerakkan makanan agar tidak memasuki faring.
Esofagus memiliki saluran yang menuju intestin. Ujung posterior dari intstin melebar
membentuk rektum yang berakhir pada kloaka. Lumen intestin membentuk
typhlosole yang melekuk-lekuk seperti spiral sepanjang usus dan hal ini disebut
dengan kelep spiral. Pada lamprey, kelenjar pencernaan berkembang dengan baik.
Hati memiliki 2 lobus. Kantung empedu dan saluran empedu hanya dapat ditemukan
pada fase larva dan tidak dilengkapi dengan adanya pankreas. Namun, hasil
eksperimen menyatakan bahwa epitelium usus pada fase larva maupun dewasa dapat
menghasilkan enzim protease yang berfungsi sebagai pemecah karbohidrat. Sel-sel
penghasil enzim ini disebut dengan sel zimogen.

d. Sistem Respirasi
Organ pernapasan lamprey terdiri dari 7 pasang insang yang terbuka secara
langsung ke dalam tabung pernapasan. Kantung insang memiliki bentuk bikonveks
menyerupai lensa yang tersusun atas banyak lamella insang yang berkembang baik
pada permukaan bagian dalamnya. Antara lamella satu dengan yang lainnya
dipisahkan oleh septum interbranchia. Tujuh pasang lubang insang luarnya tampak
pada dua sisi tubuh. Air masuk ke tabung pernapasan melalui kantung insang dan
keluar melalui jalan yang sama. Pertukaran gas terjadi pada kantung insang bagian
dalam.

e. Sistem Sirkulasi
Pada lamprey sistem sirkulasi berkembang baik, akan tetapi tidak dilengkapi
dengan adanya saluran limfa. Memiliki jantung yang berbentuk huruf S ynag terletak
dibelakang insang-insangnya. Jantungnya terdiri dari 3 ruang yaitu 1 ruang sinus
venosus, 1 ruang aurikel, dan 1 ruang ventrikel. Sinus venosus dan aurikel memiliki
dinding yang tipis, sedangkan pada ventrikel memiliki dinding yang tebal. Jantungnya
diselubungi oleh peikardium yang disokong oleh lempeng tulang rawan.
Darah lamprey berwarna merah yang disebabkan oleh adanya hemoglobin.
Darahnya dibentuk oleh jaringan yang terdapat pada ginjal dan korda spinal. Kedua
pembuluh dara arteri afferent dan efferent masing-masing memberikan darahnya ke
hemibranchia posterior dan anterior. Darah dari ginjal diangkut ole 2 cabang vena-
subkardinal, yang selanjutnya bergabung dengan vena kardinal. Vena prekava kiri
hilang pada saat hewan dewasa, sehingga vena jugularis dan vena kardinal pada
kedua sisi terbuka ke prekava kanan.

f. Sistem Ekskresi
Lamprey dewasa memiliki tipe ginjal mesonefros yang berkembang dari jaringan
nefrogen. Tubulus mesonefros menjadi besar memanjang dan ujung anterior dari tiap-
tiap tubulus memiliki dinding yang double yang disebut dengan kapsula bowman.
Ginjal melekat pada dinding dorsal rongga tubuh dengan peritoneum.

g. Sistem Reproduksi
Ketika hewan dewasa, alat perkembangbiakannya terpisah. Memiliki gonad yang
besar dan tunggal yang terletak pada sisi median mesonefros. Gonad meluas
memenuhi rongga tubuh dan tidak dilengkapi dengan adanya saluran reproduksi. Sel
sperma dan ovum dikeluarkan ke rongga tubuh dan dikeluarkan dari tubuh melalui
porus abdominalis. Testis terdiri atas banyak folikel yang menghasilkan gamet jantan
yang dilepaskan ke rongga tubuh. Ovarium membentuk ovum yang dilindungi oleh
lapisan epitelium folikel. Dan proses fertilisasi terjadi eksternal.

h. Sistem Saraf
Sistem saraf lamprey berkembang baik, memiliki otak berpola khusus yang
dibedakan menjadi 3 bagian yaitu prosensefalon, mesensefalon, dan rombensefalon.
Pada otak depan memiliki sepasang lobus olfaktori yang besar. Serebral hemisfer
kecil melekat pada diensefalon. Infundibulum terletak dibawah diensefalon. Mata
pineal terletak di sebelah dorsal dari infundibulum. Otak tengah memiliki sepasang
obus optikus yang terletak sedikit ke arah dorsal.
Otak belakang dibedakan dengan yang lain oleh sabuk dorso-transversal yang
kecil dan terdiri atas serebelum dan medula oblongata, antar lobus optikus dan
medula oblongata meluas membentuk pleksus koroid. Ventrikel otaknya dibagi
menjadi 4 bagian, sebagaimana vertebrata lain. Memiliki saraf kranial yang berjumlah
10 pasang. Korda spinal dilengkapi oleh struktur yang menyerupai sabuk yang bagian
dorsoventralnya pipih. Korda spinalnya berwarna abu-abu transparan. Saraf spinal
pada bagian dorsal dan ventralnya tidak bersatu. Sistem saraf simpatis tidak
berkembang.

i. Sistem Reseptor
Organ-organ khusus penerima rangsang berkembang baik dengan sepasang mata
yang relatif besar dan fungsional. Adalagi 2 mata median kecil yang terletak pada
bagian puncak otak yang disebut dengan mata pineal dan mata parietal yang akhirnya
mengalami rudimenter. Memiliki telinga yang dilengkapi dengan 2 saluran
semisirkuler. Kantung olfaktori terbuak melalui saluran nasal yang bermuara ke
kantung hypophisial di bawah otak. Dinding lateral organ reseptornya tersusun atas
sel-sel yang membuka pada permukaannya.
III. Relevansi
Berikut merupakan relevansi saya dalam mengikuti perkuliahan
No Sebelum Sesudah

Saya belum memahami mengenai


Saya sudah banyak memahami perbedaan
perbedaan yang jelas antara hewan yang
1 spesifik antara hewan yan termasuk ke dalam
termasuk ke dalam subfilum
subfilum Cephalochordata dan dan Agnatha.
Cephalochordata dan Agnatha.

Saya sudah memahami sistem pencernaan,


Saya belum memahami mengenai system respirasi, saraf, reproduksi, dan ekskresi yang
pencernaan, respirasi, saraf, reproduksi, dimiliki oleh berbagai hewan yang termasuk
2 dan ekskresi dari berbagai hewan yang dalam subfilum Cephalochordata dan Agnatha,
termasuk dalam subfilum Cephalochordata bahkan juga mengetahui tentang kelengkapan
dan Agnatha. organ-organ yang dimiliki dalam berbagai
sistem tersebut.

IV. Identifikasi Masalah


Semua masalah yang ditanyakan dalam diskusi kelas, beserta dengan jawabannya.
1. Bagaimanakah perbedaan sistem skeleton pada subfilum Cephalochordata dengan
subfilum Agnatha?
Jawab: Pada subfilum Cephalochordata sistem skeletonnya hanya terdapat pada notokord
dan tersusun atas sel-sel besar yang bersifat fibrosa dan bersifat gelatin sehingga struktur
notokordnya keras dan kaku, sedangkan pada subfilum Agnatha sistem skeletonnya
terdapat pada notokord dan tulang tengkorak yang tersusun atas sel-sel besar tulang rawan
yang terbenam dalam matriks kondrin.

V. Elemen yang menarik


Pada pertemuan minggu ini, banyak hal menarik yang diberikan oleh mahasiswa KPL S2
terutaa pada model pembelajarannya. Pada 2 pertemuan dalam minggu ini saya tidak merasa bosan
atau mengantuk pada jam matakuliah Keanekaragaman Hewan ini. Justru saya bersemangat karena
model pembelajaran yang diberikan menarik dan seru. Dengan hal ini, saya bisa dengan mudah
mempelajari materi yang dipelajari dan dipresentasikan pada hari itu.

VI. Refleksi Diri (Umum) dan Pengalaman Belajar


Setelah melalui pertemuan pada minggu kemarin, saya mendapat dan mengetahui banyak
ilmu baru yang sebelumnya sudah pernah saya pelajari tetapi tidak sedetail ini. Saya telah
memahami klasifikasi dari subfilum Cephalochordata dan subfilum Agnatha, perbedaan yang
terdapat pada masing-masing kelas, ciri khusus dari masing-masing kelas, sekaligus memahami
berbagai sistem yang terdapat pada kedua subfilum ini, saya juga telah memahami berbagai hal
mengenai kedua subfilum tersebut. Mulai dari klasifikasi, ciri, dan berbagai sistem yang
digunakan oleh subfilum tersebut untuk bertahan hidup.

VII. Refleksi Diri (khusus)


Pada pertemuan minggu ini, saya merasa mendapatkan semangat baru dan banyak sekali
ilmu baru dengan metode pembelajaran yang diberikan oleh mahasiswa KPL S2 untuk
matakuliah Keanekaragaman Hewan ini. Saya bisa lebih mudah memahami berbagai perbedaan
yang terdapat dalam subfilum Cephalochordata dan Agnatha ini. Meskipun jam pulang sama
seperti pertemuan sebelumnya, akan tetapi pada pertemuan minggu ini saya tidak merasakan
bosan, capek, bahkan mengantuk. Tidak seperti pertemuan sebelumnya. Semoga model
pembelajaran yang dilakukan kedepannya tetap seperti ini dengan pendamping yang ceria,
ramah, dan friendly pada mahasiswanya supaya mood mahasiswa juga tidak terpengaruh dengan
raut wajah atau ekspresi asisten dosennya.

DAFTAR RUJUKAN
Indriwati, Sri E. 2016. Keanekaragaman Hewan. Malang: UM.
Campbell, N.A., J.B. Reece, L.A. Urry, M.L.Cain, S.A. Waserman, P.V. Minorsky &R.B. Jackson
(2010). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: PT. Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai