Anda di halaman 1dari 4

1.

Adil
Adil berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah-tengah, jujur, lurus, dan
tulus. Secara terminologis adil bermakna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi,
ketidakjujuran. Dalam Agama islam orang yang adil adalah orang yang tidak
melakukan dosa besar (zinah, penggelapan milik orang yatim-piatu, mengambil riba,
menolak zakat) atau tidak biasa melakukan pelanggaran-pelanggaran kecil (turut
dalam permainan terlarang, mendengarkan musik atau lagu yang dilarang oleh
agama). Adil secara umum dikatakan bahwa adil pada setiap manusia yaitu memiliki
hak yang sama. Manusia memiliki kehendak bebas yang dapat memicu terjadinya
ketidakadilan. Mereka memiliki kebebasan untuk menentukan bahwa sesuatu itu adil
bagi dirinya tetapi belum tentu adil bagi orang lain. Oleh karena itu diperlukanya
keadilan.
2. Keadilan
Istilah keadilan dalam bahasa lnggrisnya justice berasal dari bahasa latin “Justitia”.
“Justitia”kata dasarnya adalah “ jus” artinya hukum atau hak, sehingga salah satu
makna dari keadilan adalah hukum ( law ) kemudian berkembang kearah kesahan
menurut hukum ( lawfulness), sehingga sampai sekarang perkataan keadilan sering
disinonimkan dengan law maupun lawfulness.
Istilah keadilan seringkali diartikan dengan sikap tidak memihak (impartiality),
persamaan. (equality) dan kelayakan (fairness) ( Gie, 1982:15). Tujuan hukum untuk
mewujudkan keadilan dalam masyarakat dapat tercapai apabila dilandasi oleh sikap
tidak memihak serta memberikan perlakuan yang sama kepada setiap manusia.
Keadilan merupakan fairness mewajibkan “one treats like cases alike”. Keadilan
mengandaikan sikap tidak memihak baik favoritisme maupun vinditivisme tidak
mendapat tempat. Setiap orang hendaknya diperlakukan sebagaimana mestinya
(Ohoitimur, 2002: 8).
3. Keadilan menurut Plato
Plato membedakan antara keadilan moral dengán keadilan prosedural (keadilan
hukum). Keadilan moral mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan keadilan prosedural, karena keadilan prosedural hanyalah sebagai sarana
untuk melaksanakan keadilan moral. Cara mengembangkan sikap adil menurut plato
yaitu dengan meningkatkan kepekaan atas rasa keadilan dapat dibina dan
dikembangkan melalui pendidikan. Orang yang berkembang secara intelektualitasnya
maka rasa kesadaran akan keadilan muncul. Kejahatan muncul lebih dikarenakan oleh
faktor ketidaktahuan tentang adanya pengetahuan yang baik. Pendidikan merupakan
wahana penyadaran manusia akan adanya perbuatan yang adil maupun tidak adil,
yang baik maupun yang tidak baik
4. Keadilan menurut aristoteles
Aristoteles mengatakan bahwa keadilan merupakan keutamaan moral. Ada dua
macam keutamaan yang mendasari dari keadilan yaitu keutamaan moral umum dan
keutamaan moral yang khusus.
Keadilan sebagai keutamaan moral umum ditandai dengan ketaatan kepada hukum
alam maupun hukum positif. Sedangkan keadilan sebagai keutamaan moral yang
khusus adalah sikap manusia yang harus diambil berhadapan dengan bidang tertentu
dengan tetap berpegang/taat terhadap prinsip-prinsip moral.

a. menentukan hubungan baik antara manusia satu dengan yang lain.

b. menentukan keseimbangan antara dua individu

c. menentukan keseimbangan dengan menggunakan ukuran aritmetis atau geometris


(Soejadi, 1989: 20).

Aristoteles membedakan tiga macam keadilan yaitu keadilan komutatif, keadilan


distributif dan keadilan pembalasan (vidicatif). Keadilan komutatif dikenakan dalam
perhubungan perdata yaitu bidang tükar menukar, kontrak dan dalam hal membayar
kerugian. Keadilan komutatif menilai barang dan jasa tanpa memperhitungkan
kualitas dari subjek. Keadilan komutatif menempatkan antara prestasi dengan kontra
prestasi senilai. Keadilan distributif berlaku dalam perhubungan publik dalam
masyarakat negara. Keadilan distributif membagikan kewajiban/beban sosial, jabatan
negara dan kehormatan berdasarkan kualitas personal. Perbedaan kualitas dari
masing-masing manusia mempunyai konsekuensi langsung terhadap beban dan jasa
yang diberikan kepada seseorang. Keadilaan vindicatif (pembalasan) berlaku di
bidang hukum pidana. Negara hendak menjatuhkan sanksi hukuman kepada warganya
yang benar-benar terbukti melakukan tindak kejahatan herdasarkan tingkat kejahatan
yang dilakukannya. Hukuman sebanding dengan kejahatan atau pelanggaran yang
dilakukannya.

3. Keadilan Sebuah Tuntutan Persamaan dan Pembedaan


Keadilan memang dari satu segi menuntut adanya kesamaan, sehingga dapat dikatakan bahwa
perlakuan adil adalah memperlakukan secara sama antara manusia yang satu dengan lainnya.
Hal ini nampak terutama dalam keadilan komutatif yang berlaku dalam hukum perdata dimana
antara prestasi yang diberikan dengan kontraprestasi yang diterima sama dalam nilainya.
Perlakuan yang tidak sama merupakan wujud ketidakadilan.

Tuntutan bahwa yang adil itu harus sama dilandasi oleh pengakuan akan kodrat manusia.
Setiap manusia mempunyai martabat dan derajad yang sama, sehingga dengan demikian
mempunyai hak dan kewajiban yang sama pula. Prinsip dasar dari keadilan adalah pengakuan
bahwa semua manusia merupakan makhluk pribadi yang memiliki martabat yang sama, dengan
hak-hak dan kewajiban-kewajiban pokok yang sama, tanpa dibeda-bedakan jenis kelamin,
warna kulit, suku, agama atau status sosial dan sebagainya (Setiardja, 1993: 3).

Di lain pihak, keadilan menuntut adanya prinsip perbedaan atau perlakuan yang tidak sama
antara manusia yang satu dengan yang lain. Contohnya anak TK dengan anak SMA yang sama
sama diberi uang jajan oleh ibunya tetapi jumlah yang diberikan berbeda. Ukuran keadilan di
sini bukan terletak pada persamaan kuantitas melainkan pada proporsionalitas atau
perimbangan yaitu sesuai dengan kebutuhan mereka.

Prinsip proporsional atau perimbangan berlaku dalam keadilan distributif. Keadilan


distributif adalah keadilan dalam membagikan apa yang menjadi hak dari setiap orang dengan
mendasarkan ukuran dari kualitas setiap person. Perlakuan yang berbeda dikatakan adil dengan
dasar pertimbangan setiap manusia disamping memiliki unsur kodrat yang sama, juga memiliki
ciri yang berbeda antara satu dengan lainnya.

Adapun ciri perbedaan tersebut antara lain yaitu:

a. Manusia ada perbedaan dalam bakat roh dan badannya.


b. Manusia berbeda dalam tabiat dan sifat-sifatnya sehingga tiada duanya.
c. Manusia berbeda dalam fungsi dan tugasnya dalam masyarakat. Perbedaan fungsi itu
disebabkan oleh perbedaan bakat, studi, koneksi, lingkungan hidupnya, keuntungan,
berkah dari Allah.
d. Manusia berbeda dalam pengabdiannya kepada masyarakat.
e. Manusia berbeda dalam tanggung jawabnya sebagai akibat daripada bakat, tabiat, fungsi
dan pengabdiannya dalam masyarakat (Notohamidjojo, 1971: 54).
Perbedaan tersebut menjadi dasar bahwa yang adil tidak harus sama, karena setiap
manusia secara kodratnya adalah makhluk yang unik tiada duanya. Perbedaan peran, bakat,
pengabdian ,tanggung jawab dan kewajiban sosial membuat menjadi wajar jika orang
mendapat bagian yang berbeda.

4. Menuju Hukum yang Berkeadilan

Anda mungkin juga menyukai