Anda di halaman 1dari 12

TEKNIK PENYUSUNAN PERJANJIAN

Oleh: A.A.Oka Mahendra,S.H.

Pengantar
Banyak buku telah ditulis mengenai hukum perjanjian atau kontrak.Buku-buku tersebut pada
umumnya mengulas mengenai perjanjian secara teoritis dan bersifat umum.Belum banyak buku yang
membahas aspek teknis dan praktislegal drafting untuk memenuhi keperluan para legal drafter yang
bekerja pada unit legal suatu perusahaan.

Sehubungan dengan itu,pelatihan teknis penyusunan perjanjian atau kontrak khususnya di bidang
bisnis yang kian berkembang dewasa ini semakin diperlukan.Pelatihan ini dimaksudkan untuk
menyiapkan legal drafter suatu sarana praktis agar berhasil menyusun perjanjian yang baik pada era
globalisasi yang ditandai dengan perubahan pesat dalam praktik hukum khususnya di bidang hukum
perjanjian.

Menurut Ros Mcdonald dan Denise Mc Gill(Drafting 1997:1), ”Legal drafting can only be done properly
by a lawyer because it requires knowledge of substantive law which will apply to what ever is being
drafted.”Ditambahkannya “It is the application of knowlwdge of the substantive law and of good
drafting techniques to a particular transaction.”

Pada kesempatan ini saya mendapat tugas untuk memaparkan mengenai “Tekik Penyusuanan
Perjanjian I.”Jadi yang akan dibicarakan disini adalah teknik menyusun kerangka suatu
perjanjian/MoU.Sedangkan pembahasan bagaimana menyusun substansinya akan dibicarakan pada
sesi setelah ini.Penyusunan perjanjian merupakan salah satu bagian dari siklus penyusunan perjanjian
yang meliputi conseptualize,organize and articulate a legal document seperti dikemukakan oleh Anne
Rutledge(Basic Legal Drafting:1).Menurut Anne,”The best way to improve your drafting skill,is to
draft,rethink,redraft,rethink and redraft.”

Paparan ini meliputi(1)6 prinsip dasar legal drafting,(2)golden rules,(3)metode menyusun kerangka
perjanjian, (4)kerangka umum perjanjian/MoU,(5)teknik merumuskan judul,pembukaan,komparisi dan
premise/recital).(6)Penutup.

A. Teknik Menyusun Perjanjian


Enam Prinsip Dasar Legal Drafting
Ros McDonald dan Denise McGill mengemukakan 6 prinsip dasar dalam legal drafting(op cit:4-
5)meliputi:

1
1. Tugas legal drafter adalah memberikan arti kata-kata yang secara aktual digunakan,karena itu
harus hati-hati dalam mengekpresikan secara akurat makna kata tersebut yang diterima secara
umum.
2. Pengadilan akan menafsirkan kata-kata yang digunakan para pihak dalam pengertian yang
wajar danbiasa digunakan,kecuali apabila konteks kalimat menuntut sebaliknya.
3. Pengadilan, bagaimanapun juga tidak mengisolasi dokumen dari serangkain fakta dalam mana
dokumen itu dibuat dan menginterpretasikannya secara internal murni berdasarkan
pertimbanganlinguistik.
4. Jika kontrak dapat mempunyai lebih dari satu arti atau menghasilkan lebih dari satu
kesimpulan,maka kontrak tersebut mengandung ketidakpastian.Atau dengan kata lain
ketidakpastian arti kataberarti ketiadaan arti atau isi dari kontrak.
5. Kontrak harus ditafsirkan sebagai satu keseluruhan(be construed as a whole).
6. Kata yang digunakan lebih dari sekali dalam dokumen yang sama harus ditafsirkan sebagai
mempunya arti yang sama

Golden Rules
Perjanjian atau kontrak merupakan pernyataan kesepakatan antara dua pihak atau lebih yang
berkaitan dengan interaksi diantara mereka sekarang atau di masa mendatang dalam kontek
khusus.Perjanjian atau kontrak merupakan transactional document,karena itu bersifat
deskriptif(menggambarkan)dan sekaligus preskriptif(mengarahkan).

Perjanjian atau kontrak menyatakan sifat dasar interaksi serta beroperasinya perjanjian,dan seperti
“private legislation”,menyajikan formula prosedural yang dimaksudkan untuk mengatur intersaksi dan
operasionalisasi suatu perjanjian.Kewajiban pertama ketika seseorang akan menyusun perjanjian
adalah melayani kepentingan klien.Karena itu ia harus:

1) melakukan konseptualisasi isi perjanjian dengan menetukan apa yang ingin dinyatakan dalam
perjanjian dan apa yang akan dilakukan;
2) pengorganisasian isi perjanjian dengan merancang kerangka perjanjian secara sitimatis dan
logis;dan
3) merumuskan isi perjanjian dengan hati-hati,setiap pasal dirumuskan secara jernih,jelas,tepat
dan tidak ambigu.
Selain itu,seorang perancang harus mampu mengantisipasi,mencegah dan jika perlu memberi
solusi pemecahan masalah yang mungkin timbul selama berlangsungnya perjanjian.Merancang
perjanjian seperti dikatakan oleh Anne Rutledge(op cit:59),”is like designing and constructing a
building.It is daunting reponsibility.”

Berikut dikemukakan golden rules dan beberapa prisip legal drafting menurut beberapa pakar.Ros
McDonald dan Denise McGill(Loc cit:17)mengemukakan 3 golden rules dalam legal drafting,yaitu:

2
1. Never change the language unless you also wish to chagne meaning;
2. Elegant variation has no place in legal drafting;and
3. The same words should be used consistenly throughout the document to mean the same thing.

Sementara itu Reed Dickerson,The Fundamental of Legal Drafting,Second Edition:15-6,


mengemukakan,3 prinsip dalam legal drafting yang dianggap bukan saja memberikan sumbangan
besar kepada kejelasan rumusan dan mudah dibaca,tetapi juga cenderung untuk meningkatkan
kualitas rancangan sebagai dokumen perubahan substantif.

Perancang berpengalaman mengembangkan ketajaman matanya untuk mengatasi


ambiguitas,kontradiksi dan terjadinya perselisihan,dengan bantuan 3 caraberikut:

1. Konsistensi

Mungkin teknik formal yang sangat penting untuk mengatasi kekurangan tersembunyi adalah
denganmengupayakan secara lengkap konsistensi internal dari terminologi,pernyataan,penataan
kerangka.Penggunaan kata atau terminologi agar dilakukan secara kopnsisten.

Hindarkan menggunakan kata atau terminologi yang sama untuk lebih dari satu pengertian.Sebaliknya
seorang perancang harus dengan hati-hati menghindari pengunaan kata yang berbedauntuk
menyatakan ide yangsama.Konsistensi juga dilakukan dalam membuat
frasa,kalimat,paragraph,kerangka dan format.

2. Penataan(arrangement)yang menyeluruh

Arsitektur dokumen hukum harus ditata secara ketat dan sistematis.Arsitektur yang baik memberikan
perhatian langsung kepada sifat dasar dan hubungan posisi masing-masing elemen pada hierarki ide
client.Arsitektur dalam hal ini digunakan dalam arti yang luas,mulai dari bentuk umum dari instrument
sampai pada desain bagian dan paragraph.

3. Penggunaan normal.

Pastikan bahwa kata,frasa dari instrumen telah digunakan dalam pengertian umum yang wajar.Jangan
menyulitkan secara psikologis pengguna instrumen hukum untuk tiba-tiba berpindah secara radikal
berpindah dari ari yang telah mapan kepada arti yang baru.

Metoda Menyusun Kerangka Perjanjian


Menyusun kerangka suatu perjanjian atau kontrak merupakan masalah krusial untuk menghasilkan
perjanjian atau kontrak yang efektif dan mudah dipahami.Isi perjanjian atau kontrak hendaknya
disusun dengan baik agar mudah dibaca secara cermat dan efisien.Untuk mencapai hal
tersebut,perjanjian atau kontrak harus disusun secara logis dipandang dari perspektif

3
pembacanya.Setiap klausula dan paragraph harus ditampilkan untuk memudahkan para pembacanya
memahami isi perjanjian atau kontrak tersebut.

Setiap perjanjian atau kontrak memiliki elemen kuncinya(key element) tersendiri dan setiap klien
memiliki kepentingan yang berbeda.Meskipun demikian,untuk dokumen hukum yang bersifat
transaksional seperti perjanjian atau kontrak,ada 3 metoda1 yang salah satunya dapat dipilih untuk
menyusun kerangka perjanjian atau kontrak secara logis dan sistimatis,yaitu:

1. Teleskopik

Dalam metoda ini,informasi kunci sengaja ditempatkan sebelum informasi yang kurang penting atau
dikenal dengan front loading.Kerangka perjanjian atau kontrak disusun sebagai berikut:Dimulai dengan
subjek persoalan yang merupakan jantungnya perjanjian atau kontrak(heart of the deal) bagi
klien.Kemudian meluas ke substansi yang dianggap kurang penting oleh klien,tetapi tetap penting
untuk melaksanakan perjanjian seperti misalnya aturan tentang tatacara pelaksanaan hak dan
kewajiban para pihak.Selanjutnya diperluas lagi dengan hal-hal yang berkaitan dengan pilihan hukum
dan forum,tatacara pemberitahuan,prinsip dasar untuk interpretasi dan sejenisnya.

Alasan penyusunan kerangka dengan metoda ini adalah pembaca mengharapkan atau paling tidak
cenderung ingin mengetahui hal-hal penting pada permulaan perjanjian atau kontrak.Jika hal-hal
penting tersebar di seluruh bagian dari suatu perjanjian atau kontrak,memaksa pembacanya untuk
berkonsentrasi menelisik seluruh dokumen dan untuk perjanjian atau kontrak yang panjangakan
melelahkan dan tidak memenuhi harapan klien untuk segera mengetahi persoalan terpenting dari
suatu perjanjian atau kontrak.Kerangka perjanjian atau kontrak yang disususn secara teleskopik
mengantarkan para pembaca untuk menemukan persoalan penting di depan.

2. Tematik

Dalam metoda ini,kerangka perjanjian atau kontrak disusun berdasarkan setiap topik utama(main
topic),secara berurutan.Setiap topik utama diikuti dengan hal-hal yang relevan dengan topik
tersebut.Kemudian bergerak ke topik berikutnya dan menyajikan hal-hal yang relevan dengan topik
tersebut dan seterusnya.Jadi kerangka perjanjian atau kontrak dimulai dengan topik utama
satu,kemudian bergerak ke topik utama 2,3 dan seterusnya.Keuntungan kerangka ini,adalah tetap
menjaga hal-hal yang berkaitan dalam satu rumpun pengaturan.Sebagai contoh, dalam perjanjian kerja
hak dan kewajiban pemberi kerja dikumpulkan dalam satu kelompok pengaturan,hak dan kewajiban
pekerja dalam kelompok yang lain dan seterusnya.

3. Kronologis.

1
Peter Butt,Modern Legal Drafting,2013 hal 129-133.

4
Dalam metoda ini,kerangka perjanjian atau kontrak disusun mengikuti urutan tahapan dari
transaksi.Urutan tahapan kegiatan dari suatu transaksi bergantung pada jenis dari perjanjian atau
kontrak yang dibuat.Misalnya dalam perjanjian jual beli tanah,urutan kronologisnya sebagai berikut:

a. identitas para pihak;


b. diskripsi tanah yang diperjual belikan;
c. harga yang disepakati;
d. cara pembayaran;
e. hak dan kewajiban penjual;
f. hak dan kewajiban pembeli;
g. penyerahan tanah dari penjual kepada pembeli;
h. penyelasaian masalah hukum yang timbul;
i. klausul lain yang diperlukan.

Kerangka Umum Perjanjian atau Kontrak


Meskipun kerangka suatu perjanjian atau kontrak sangat bergantung pada jenis perjanjian atau
kontrak yang disepakati oleh para pihak,namun dapat dikemukakan kerangka umum yang dapat
dijadikan acuan dalam penyusunan kerangka kontrak,sebagai berikut:

1. Judul.
2. Pembukaan.
3. Komparisi(Para Pihak).
4. Premise(recital).
5. Isi Perjanjian.
a. Unsur esensialia.
Sesuatu yang harus ada yang merupakan esensi atau pokok perjanijian.
b. Unsur naturalia.
Ketentuan hukum umum,yang biasanya dijumpai dalam suatu perjanjian ataukontrak,dan
dianggap ada,kecuali secara tegas dinyatakan sebaliknya.
c. unsur aksidentalia.
Hal khusus yang dapat dicantumkan dalam perjanjian atau kontrak sesuai
dengankesepakatan para pihak sesuai dengan asas kebebasan berkontrak.
6. Klausula
a. Arbitrase.
Klausul ini dicantumkan untuk menentukan bahwa penyelesaian sengketa diantarapara
pihak ditempuh melalui arbitrase.Arbitrase dipilih untuk penyelesaian win-win,tidak
banyakformalitas dan lebih fleksibel,lebih cepat,dan menghindari publikasi.
b. Keadaan memaksa(force majeure).

5
Klausul ini dicantumkan untuk mengantisipasi kemungkinanterjadinya keadaan memaksa
yang berada di luar batas kemampuan orang untuk menghindari ataumenagtasinya dengan
melakukan uapaya secara maksimal dan sepantasnya dilakukan.
c. Pilihan hukum dan pilihan forum.
d. Keseluruhan
isi perjanjian harus dipahami sebagai satu keseluruhan,tidak boleh ditafsirkan secaraparsial
terlepas dari kontek perjanijian atau kontrak sebagai satu kesatuan yang saling
bekaitan.Demikian pula jika sebelum perjanjian atau kontrak ditanda tangani telah dibuat
kesepakatan,atau setelahperjanjian ditanda tangani dibuat perjanjian tersendiri untuk
melengkapi atau sebagai tambahan perjanjian pokok semuanya itu dinyatakan sebagai
keseluruhan yang merrupakan satu kesatuan yang utuh.
e. Pelepasan hak.
Klausula ini dicantumkan untuk memastikan jika terjadi kelalaian dari salahsatu pihak untuk
memenuhi kewajibannya tepat waktu dan secara penuh,apakah dianggap melepaskanhak
atau tidak.
f. Severability.(remain in force and effect)
klausula yang menentukan bahwa jikabeberapa Pasal dari perjanjian dinyatakan tidak
berlaku,batal atau melanggar hukum,maka Pasal lain dalam perjanjian atau kontrak masih
tetap berlaku.
g. Assignability,
klausula ini dimaksudkan agar para pihak mengetahui bahwa perjanjian tidak bisa dialihkan
begitu saja oleh salah satu pihak tanpa persetujuan tertulis pihak lainya,kecuali pengalihan
terjadikepada afiliasi/anak perusahaan.
h. Domicili
Para pihak memastikan domicile atau tempat kedudukan hukum yang dipilihnya
sehinggajika terjadi sengketa gugatan diajukan ke Pengadilan di wilayah hukum dimana
para pihak berdomicili.
i. Penutup
Klausul ini memuat bahwa perjanjian dibuat dalam jumlah atau rangkap yang diperlukan,
bermeterai cukup,ditanda tangani oleh para pihak atau yang mewakili dan bertindak untuk
dan atas nama yang diwakili,serta saksi-saksi.

Apabila dalam pembukaan perjanjian atau kontrak belum dicantumkan “waktu dan tempat” perjanijian
atau kontrak tersebut dibuat,maka keduanya harus dicantumkan dalam penutup.

Teknik Merumuskan Judul,Pembukaan,Komparisi dan Premise/Recital


1. Judul

6
Judul atau disebut juga heading merupakan nama dari suatu perjanjian atau kontrak.Judul harus
mencerminkan isi pokok perjanjian atau kontrak dirumuskan secara singkat tetapi cermat dan dengan
membaca judul tersebut pihak yang berkepentingan dapat menggambarkan isi perjanjian atau kontrak.

Contoh:

 Perjanjian Jual Beli Kapal Pesiar


 Kontrak Pembangunan Rumah Tinggal.

2. Pembukaan

Pembukaan yang dicantumkan setelah judul,merupakan permulaan dari suatu perjanjian atau
kontrakPembukaan biasanya diawali dengan kalimat sebagai berikut:

“Pada hari ini,jumat tanggal 12 -1-2015(dua belas Januari tahun dua ribu lima belas)bertempat di Jalan
Merdeka Nomor 45,Semarang,kami yang bertanda tangan di bawah ini:..”

Untuk akta Notaris umumnya pembukaan dirumuskan sebagai berikut:

“Pada hari ini, Jumat tanggal 12 -1-2015(dua belas Januari tahun dua ribu limabelas), hadir dihadapan
saya, Gunawan Wijoyanto,Sarjana Hukum,Magister Kenotariatan.Notaris di Semarang,dengandihadiri
oleh saksi-saksi yang saya,Notaris kenal dan akan disebutkan pada bagian akhir akta ini.”

3. Komparisi.

Komparisi merupakan bagian dari suatu perjanjian atau kontrak yang dicantumkan setelah judul dan
pembukaan,yang memuat identitas para pihak dalam perjanjian atau kontrak,termasuk uraian
yangmenunjukkan bahwa para pihak cakap untuk bertindak(rechtbekwamheid)dan mempunyai
kewenangan(rechtbevoegheid)untuk melakukan tindakan hukum sebagaimana termuat dalam
perjanjian atauKontrak.

Fungsi komparisi menurut Rai Widjaya2,yaitu:

a. menjelaskan identitas para pihak yang membuat perjanjian;


b. dalam kedudukan apa yang bersangkutan bertindak;
c. berdasarkan apa kedudukannya tersebut.

Contoh Komparisi:

2
Rai widjaya,Merancang Suatu Kontrak,Jakarta 2007 hal 106.

7
“Pada hari ini, jumat tanggal 12 -1-2015(dua belas Januari tahun dua ribu limabelas). Hadir dihadapan
saya Gunawan Wijoyanto,Sarjana Hukum,Magister Kenotariatan.Notaris di Semarang,dengandihadiri
oleh saksi-saksi yang saya,Notaris kenal dan akan disebutkan pada bagian akhir akta ini:

1. Bambang Budi,Sarjana Hukum,lahir di Semarang pada tanggal 18 – 10- 1990(delapan belas


Oktober tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh),pekerjaan swasta,bertempat tinggal di
Jalan RawaBuaya Nomor 112,Rukun Tetangga 07,Rukun Warga 05,Kecamatan Cicakrowo,Kota
Semarangpemegang Kartu Tanda Penduduk
Nomor:…………………………………………………………………………….
untuk selanjutnya dalam perjanjian ini disebut Pihak I

dan……………………………………………………………………………………………………………………………………….

2. Abraham Zulkarnaen,Sarjana Ekonomi,lahir di Semarang pada tanggal 1 – 11- 1992(satu


November tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh dua),pekerjaan swasta,bertempat
tinggal di Jalan KaliSari Nomor 11,Rukun Tetangga 17,Rukun Warga 07,Kecamatan
Mariboyo,Kota Semarang pemegang Kartu Tanda penduduk
Nomor:…………………………………………………………………………….

untuk selanjutnya dalam perjanjian ini disebut Pihak II

Secara bersama-sama Pihak I dan Pihak II disebut Para pihak.

Perlu dikemukakan bahwa Para pihak dalam perjanjian dapat bertindak untuk :

a. Dirinya sendiri.
b. Sebagai kuasa atau penerima kuasa dari orang lain atau badan hukum berdasarkan suratkuasa
yang khusus dibuat untukitu,karena itu yang bersangktan bertindak untu dan atas nama
pemberi kuasa.
c. Sebagai wakil atau mewakili orang atau badan hukum,karena itu yang bersangkutan bertindak
untukdan atas nama yang diwakili berdasarkan peraturan atau perundang-undangan yang
berlaku. Misalnya:
1) Wali mewakili anak di bawah umur(pengampu).
2) Direktur Utama?Direktur mewakili Perseroan Terbatas sesuai dengan ketentuan AD PT Ybs.
3) Pejabat badan hukum publik misalnya Bupati mewakili badan hukum publik Pemerintah
DaerahKabupaten bertindak dalam lapangan hukum perdata.
d. Dengan bantuan atau persetujuan orang lain menurut ketantuan peraturan yang
berlaku,misalnya:
1) Suami/istri yang hendak menjual harta bersama harus mendapt persetujuan satu sama lain.
2) Anak di bawah umur dapat membuat perjanjian kawan dibantu oleh orang yang menurut
hukumSeharusnya memberi izin kawin.

8
3) Direktur Utamna/Direktur PT dalam melakukan perbuatan hukum tertentu diharuskan
mendapat persetujuan dari Komisaris PT sesuai ketentuan AD PT ybs.
e. Lebih dari satu status misalnya disamping bertindak untuk diri sendiri juga bertindak sebagai
pemegang kuasa.

Dalam komparisi harus dicantumkan secara jelas dalam kapasitas apa seseorang bertindak dalam suatu
perjanjian atau kontrak dan dicantumkan pula dasar hukumnya.

4. Premise(Recital)

Premise (recital)dalam suatu perjanjian atau kontrak memuat pernyataan mengenai maksud utama
para pihak dan menyatakan alasan atau petimbangan mengapa suatu perjanjian atau kontrak dibuat.

Premise(recital)disebut juga sebagai pertimbangan atau latar belakang pembuatan perjanjian


ataukontrak.

Contoh Recital:

“bahwa Pihak I telah berpengalaman selama 10 tahun dalam memproduksi dan menjual
produkberlisensi.

bahwa Pihak I memiliki informasi teknologi yang bernilai dan terus diperbaharui atas produksi
dan penggunaan produk berlisensi tersebut.

bahwa Pihak I mempunyai hak untuk mengalihkan lisensi yang menggunakan teknologi
informasi dan/atau hak kekayaan intelektual sehubungan dengan lisensi produk tersebut.

bahwa Pihak II adalah PT yang bergerak di bidang produksi,penjualan produk berlisensi yang
mempunyai jejaring usaha luas di tingkat nasional maupun internasional,bermaksud untuk
memperoleh lisensi dan hak untuk memproduksi dan menjual produk berlisensi berdasarkan
informasi teknologidan/atau hak kekayaan intelektual yang dimiliki Pihak I.

bahwa Pihak I bersedia mengalihkan lisensinya kepada Pihak II dan Pihak II bersedia menerima
pengalihan tersebut dengan ketentuan dan persyaratan yang disepakati bersama oleh Para
Pihak sebagaiberikut:”

9
B. Teknik Penyusunan MoU
Pengertian MoU
Istilah Memorandum of Understanding (MoU) berasal dari dua kata yaitu memorandum dan
understanding. Dalam Black’s Law Dictionary yang diartikan dengan memorandum adalah dasar
untuk memulai penyusunan kontrak secara formal di masa datang.

Understanding diartikan sebagai pernyataan persetujuan secara tidak langsung terhadap


hubungannya dengan persetujuan lain,baik secara lisan maupun secara tertulis.

Dari terjemahan kedua kata tersebut dapat dirumuskan pengertian memorandum of


understanding adalah dasar penyusunan kontrak pada masa dating yang didasarkan pada hasil
permufakatan para pihak,baik secara tertulis maupun lisan.

Dalam bahasa Indonesia MoU disepadankan dengan kata Nota Kesepahaman.

Salim HS dkk mengemukakan MoU adalah: nota kesepahaman yang dibuat antara subjek
hukum yang satu dengan subjek hokum lainnya,baik dalam suatu Negara maupun antara
Negara untuk melakukan kerja sama dalam berbagai aspek kehidupan dan jangka waktunya
tertentu.

Empat Unsur Mou menurut Salim HS dkk:


a. para pihak yang membuat MoU adalah subjek hokum baik berupa badan hokum public
maupun badan hukum privat;
b. wilayah berlakunya ,bisa nasional,regional,dan internasional;
c. substansi MoU kerja sama dalam berbagai aspek kehidupan;dan
d. jangka waktunya tertentu.

Dasar Hukum Mou


Tidak ditemukan ketentuan peraturan perundng-undangan yang secara khusus mengatur MoU.
Tetapi jika dilihat substansi MoU berisi kesepakatan para pihak tentang hal-hal yang bersifat
umum mengenai beragam kegiatan yang disepakati untuk dilakukan atau tidak dilakukan
bersama oleh para pihak.

Ketentuan yang mengatur tentag kesepakatan ini diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang
menentukan syarat syarat sahnya perjanjian ,salah satu diantaranya ialah adanya kesepakatan
diantara para pihak.

Selain itu Pasal 1338 KUH Perdata menentukan semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undnagn bagi mereka yang membuatnya.

10
Asas kebebasan berkontrak yang memeberikan kebebasan kepada setiap orang untuk
membuat atau tidak membuat perjanjian,mengadakan perjanjian dengan
siapapun,menentukan isi perjanjian dan menentukan bentuk perjanjian ,merupakan asas
penting dalam pembuatan MoU.

Dalam UU Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional pada Penjelasan Umum
anataara lain dikemukakan bahwa bentuk dan nama perjanjian internasional dalam prakteknya
cukup beragam,antara lain treaty,convention,agreement,MoU dll.

Tujuan Dibuatnya Mou


Empat tujuan dibuatnya MoU:

1. menghindari kesulitan pembatalan suatu agreement dalam hal prospek bisnis belum
jelas;
2. sambil menunggu penanda tangan kontrak dibuat ikatan yang berlaku untuk sementara;
3. ada keraguan para pihak untuk penanda tangan kontrak,yang perlu pemikiran lebih
dalam untuk sementara dibuat MoU;dan
4. Mou dibuat oleh pejabat teras sedang perjanjian yang lebih rinci dibuat oleh staf teknis
yang menguasai detail permasalahan.

Enam Ciri-Ciri Mou:


1. Isinya ringkas;
2. memuat hal poko saja;
3. Bersifat pendahuluan;
4. mempunyai jangka waktu berlaku;
5. biasanya dibuat dalam bentuk perjanjian di bawah tangan;
6. Biasanya tidak ada kewajiban yang bersifat memaksa.

MoU merupakan dasar untuk membuat kontrak yang lebih rinci.

Para Pihak Dalam Mou


1. Badan hokum privat Indonesia dengan badan hokum privat Indonesia lainnya;
2. Badan hukum privat Indonesia dengan Badan hokum public Indonesia;
3. Badan hokum public Indonesia dengan badan hokum public Indonesia lainnya;

Para Pihak Dalam Mou Internasional:


1. Pemerintah Indonesia dengan pemerintah Negara asing;
2. badan hukum privat Indonesia dengan badan hokum privat Negara asing.

Bentuk Dan Struktur Mou


MoU dibuat dalam bentuk tertulis, untuk memberi kepastian isi kesepakan diatara para pihak.

11
Dalam literature tidak ditemukan formula baku struktur MoU.

Struktur MoU pada umumnya sederhana , karena isi MoU pada prinsipnya memuat hal-hal
pokok yang disepakati para pihak.

Struktur MoU secara garis besar sebagai berikut:

1. Titel MoU/judul MoU;


2. Pembukaan MoU,memuat waktu dan tempat penanda tangan MoU;
3. Para pihak yang membuat MoU,dapat orang atau badan hukum yang membuat MoU
atau kuasanya yang sah;
4. Substansi MoU yaitu isi MoU berupa hal-hal pokok yang disepakati oleh para pihak
untuk dicantumkan dalam MoU;
5. Penutup,memuat mulai berlaku dan jangka waktu berlakunya MoU.
6. Tanda tangan para pihak.

Penutup
Pelatihan teknis penyusunan perjanjian atau kontrak khususnya di bidang bisnis yang kian berkembang
dewasa ini semakin diperlukan, untuk menyiapkan suatu sarana praktis bagi legal drafter agar berhasil
menyusun perjanjian yang baik pada era globalisasi yang ditandai dengan perubahan pesat dalam
praktik hukum khususnya di bidang hukum perjanjian.

Dengan menguasai:(1)6 prinsip dasar legal drafting,(2)golden rules,(3)metode menyusun kerangka


perjanjian, (4)kerangka umum perjanjian/MoU,(5)teknik merumuskan judul,pembukaan,komparisi dan
premise/recital),para legal drafter yang bekerja pada unit hukum pada suatu nperusahaan diharapkan
dapat meningkatkan kapasitasnya dalam menyusun perjanjian yang baik dan saling menguntungkan
para pihak yang terkait untuk kemajuan usaha masing-masing.

Jakarta,Mei 2015

A.A.Oka Mahendra,S.H.

12

Anda mungkin juga menyukai