Anda di halaman 1dari 43

5>yVisimedia

%/ meretas generasi bljak

Cara
Menyelesaikan
Sengketa
di Luar Pengadilan
(Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, £ Arbitrase)
Jimmy Joses Sembiring, SH M . Hum
;

V Perbedaan Penyelesaian Sengketa di Pengadilan


& di Luar Pengadilan
Teori, Dasar Hukum, Prosedur, Ketentuan Teknis, & Pelaksanaan
Putusan atas Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan
V Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan Bidang Perbankan,
Asuransi, Hubungan Industrial, & Konsumen

i O

m k

W
Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan
Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, & Arbitrase

Penulis: Jimmy Joses Sembiring, SH,M.Hum


Penyunting: Zulfa Simatur
Pendesain Sampul: Indra Fauzi
Penata Letak: EM. Giri P

Redaksi
Jl. H. Montong No. 57
Ciganjur - Jagakarsa
Jakarta Selatan 12630
Tip. (021) 78883030
Faks. (021) 7270996
Email : visimediaciganjur @ gmail.com
redaksi @ visimediapustaka.com
Web : www.visimediapustaka.com

Pemasaran
Transmedia Pustaka
Jl. Moh. Kahfi II No. 12 A, Cipedak
Jagakarsa - Jakarta Selatan
Tip. (021) 78881000
Faks. (021) 78882000
Email : pemasaran @ transmediapustaka.com

Cetakan pertama, Januari 2011


Hak Cipta dilindungi Undang -undang

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Sembiring, Jimmy Joses


Cara menyelesaikan sengketa di luar pengadilan; negosiasi, mediasi,
konsiliasi, & arbitrase/jimmy joses sembiring; penyunting, zulfa simatur — cet. 1.—
jakarta: visimedia, 2011
x + 234 him; 150 x 230 mm
ISBN 979- 065 - 090- 6

I. Hukum/ Bisnis I. Judul


II. Zulfa Simatur

Jika Anda menemukan cacat produksi berupa halaman terbalik, halaman tak berurut, halaman kosong yang seharus-
nya berisi, halaman tidak lengkap, halaman terlepas, tulisan tidak terbaca, atau kombinasi dari hal - hal tersebut, sila -
kan meghubungi kami dan mengirimkan buku tersebut beserta alamat lengkap Anda ke alamat Penerbit Visimedia.
Kami akan menggantinya dengan buku baru untukjudul yang sama.
Syarat: lampirkan bukti pembelian dan kirimkan selambat- lambatnya 7 (tujuh) hari (cap pos) setelah tanggal pem-
belian.

IV
/

%
r\«

y
?4
r- f i SENGKETA
/ '

A . Pendahuluan
Dalam menjalankan aktivitas kehidupan , terjadinya persing-
gungan antara manusia ataupun badan hukum , baik dalam bentuk
hubungan antarpribadi maupun transaksi bisnis dapat menim -
bulkan reaksi . Persinggungan tersebut dapat menimbulkan reaksi
positif , yaitu reaksi yang tidak mengakibatkan kerugian bagi para
pihak ataupun reaksi negatif, yaitu reaksi yang mengakibatkan
kerugian bagi salah satu pihak sehingga menyebabkan terjadinya
sengketa .
Sengketa dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, di
antaranya perbedaan kepentingan ataupun perselisihan antara
pihak yang satu dengan pihak yang lainnya . Dapat juga disebabkan
oleh adanya aturan -aturan kaku yang dianggap sebagai penghalang
dan penghambat untuk dapat mencapai tujuan masing-masing
pihak . Karena setiap pihak akan berupaya semaksimal mungkin

1
untuk mencapai tujuannya, sehingga potensi terjadinya sengketa
menjadi besar.
Sengketa yang terjadi tentunya harus dapat diselesaikan oleh
para pihak. Penyelesaian sengketa tersebutdapatdilakukan melalui
pengadilan ataupun di luar pengadilan. Penyelesaian sengketa
melalui pengadilan berpedoman pada Hukum Acara yang mengatur
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu sengketa
dapatdiajukansertaupaya-upayayangdapatdilakukan. Sedangkan,
penyelesaian sengketa di luar pengadilan adalah penyelesaian
sengketa yang dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak dan
prosedur penyelesaian atas suatu sengketa diserahkan sepenuhnya
kepada para pihak yang bersengketa. Penyelesaian sengketa di luar
pengadilan dapat dilakukan melalui berbagai cara, di antaranya
negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan arbitrase.
Penyelesaian sengketa tersebut memiliki kelebihan dan ke -
kurangan masing-masing yang dapat dijadikan pertimbangan oleh
para pihak dalam memilih cara menyelesaikan sengketa.

B. Mengapa Sengketa?
Setiap manusia tentu mempunyai tujuan dalam hidup. Dalam
mencapai hal tersebut, manusia akan berusaha untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya terlebih dahulu. Kebutuhan
hidup manusia bersifat mutlak dan harus dipenuhi sebab tanpa
dipenuhinya kebutuhan tersebut, manusia tidak akan dapat men-
jalankan aktivitasnya, yaitu pemenuhan akan kebutuhan sandang,
pangan, dan papan.
Kebutuhan setiap manusia berjenjang. Dalam arti, setelah satu
kebutuhan dipenuhi manusia akan berusaha semaksimal mungkin
untuk dapat memenuhi kebutuhan lainnya. Ini sudah merupakan
kodrat manusia yang tidak pernah puas dalam menjalankan
kehidupannya. Menurut Maslow, hierarki kebutuhan manusia
sebagai berikut.1
1
M. Manullang dan Marihot AMH. Manullang , Manajemen Personalia, (Gadjah Mada
University Press , Yogyakarta), 2008, cet . ke 4, him. 173 -174.

2
1. Physiological need, yaitu kebutuhan badaniah , meliputi sandang,
pangan dan pemuasan seksual.
2 . Safety needs, yaitu kebutuhan keamanan , meliputi kebutuhan
keamanan jiwa maupun keamanan harta .
3. Social needs, yaitu kebutuhan sosial , meliputi kebutuhan akan
perasaan diterima oleh orang lain , kebutuhan akan perasaan
dihormati, kebutuhan akan perasaan maju atau berprestasi
dan kebutuhan akan perasaan dikutsertakan [ sense or parti-
cipation ) .
4. Esteem Needs yaitu kebutuhan akan penghargaan , berupa
kebutuhan akan harga diri dan pandangan baik dari orang lain
terhadap kita .
5. Self actualization needs, yaitu kebutuhan akan kepuasan diri ,
kebutuhan untuk mewujudkan diri , kebutuhan mengenai nilai
dan kepuasan yang didapat dari pekerjaan .

Setiap orang tentu akan berusaha mewujudkan kelima hal


tersebut. Bukan hal yang mudah sebab masing - masing manusia
akan berusaha dan memaksakan diri mendapatkan kebutuhan
tersebut sehingga sering kali menimbulkan konflik antara manusia
yang satu dan manusia yang lainnya .
Konflik dapat terjadi di mana saja , kapan saja , dan sering kali
tidak dapatdihindarkan . Konflik terjadi karena adanya perselisihan
yang tidak dapat diselesaikan oleh para pihak . Segala hal yang
terjadi dalam kehidupan dan akitivitas yang dijalani manusia
dapat menimbulkan perselisihan dan berujung pada konflik .
Perselisihan berawal dari salah pengertian antara manusia
yang satu dan manusia yang lainnya . Sudah merupakan hal
yang bersifat kodrati apabila manusia memiliki pemikiran dan
pandangan - pandangan yang berbeda antara satu dan yang lainnya .
Hal ini disebabkan oleh adanya proses interaksi antara manusia
yang satu dan manusia yang lainnya. Interaksi yang dimaksudkan
dalam hal ini adalah adanya komunikasi di antara para pihak yang
kemudian memunculkan perselisihan . Perselisihan , di antaranya
terjadi karena ada silang pendapatyang bersumber dari perbedaan

3
pemikiran, keinginan, dan penyampaian verbal yang tidak baik.
Misalnya, seseorang yang bergaya arogan dan berbicara seolah-
olah dirinya yang paling mengetahui sesuatu dan menjadi orang
paling penting, sehingga menganggap orang lain tidak ada artinya
dan tidak mau kalah dalam berbicara.
Tipe orang yang seperti itu, pada umumnya mudah memancing
emosi orang lain sehingga kemungkinan terjadinya perselisihan
menjadi besar. Ditambah lagi apabila orang lain tidak mengetahui
karakter dari orang tersebut.
Suatu perselisihan yang berujung pada konflik, selain disebab -
kan oleh karakter sifat dari seseorang yang merupakan faktor
internal dalam diri yang bersangkutan, juga dapat terjadi oleh
adanya faktor - faktor eksternal berupa aturan- aturan yang berlaku
bagi setiap orang. Hal ini sesuai dengan pendapat Owens, R.G, yang
menyatakan bahwa penyebab konflik adalah “ Aturan - aturan yang
diberlakukan dan prosedur yang tertulis dan tidak tertulis dapat
menyebabkan konflik jika penerapannya terlalu kaku dan keras ”. 2
Dari definisi ini, suatu peraturan yang kaku menyebabkan
seseorang tidak dapat bebas bergerak ataupun bertindak . Aturan
tersebut dipandang sebagai penghalang dan menimbulkan silang
pendapat yang berujung konflik. Menurut Schyut, konflik adalah
“ Suatu situasi yang di dalamnya terdapat dua pihak atau lebih yang
mengejar tujuan - tujuan, yang satu dengan yang Iain tidak dapat
diserasikan dan mereka dengan daya upaya mencoba dengan sadar
menentang tujuan - tujuan pihak lain" . 3
Dari kedua definisi yang dikemukakan oleh Owens dan Schyut,
dapat disimpulkan bahwa konflik terjadi ketika para pihak ber -
saing untuk dapat mencapai tujuannya masing-masing. Para pihak
dibatasi oleh aturan-aturan ataupun prosedur -prosedur yang ter -
kadang tidak sesuai dengan kemauan dan kehendak dari para
pihak.
2 Wahyudi, Manajemen Konflik :Pedoman Praktis Bagi Pemimpin Visioner, (Alfabeta ,
Bandung) , 2008 , cet . ke 3 , him . 35.
3
B . R . Rijkschroeff, Sosiologi Hukum dan Sosiologi Hukum , (Mandar Maju, Bandung),
.
2001, cet. kel hlm . 163.

4
Adanya usaha untuk mencapai tu- Konflik
juan masing-masing, tentunya akan
berdampak pada persaingan tidak
terjadi ketika
sehat yang dapat menimbulkan keru- para pihak
gian bagi salah satu pihak yang dapat bersaing
menimbulkan sengketa. Untuk dapat
untuk dapat
menghindarkan diri dari risiko tersebut,
masing-masing pihak akan berupaya
mencapai
mencari cara yang dapat dilakukan un- tujuannya
tuk dapat menghindarkan diri dari masing-
kerugian. Terdapat dua cara, yakni
dengan membawa sengketa tersebut ke
masing.
pengadilan atau berusaha untuk me -
nyelesaikan sengketa tersebut di luar
pengadilan.
Pilihan untuk menyelesaikan sengketa tersebut diserahkan
sepenuhnya kepada keinginan dari masing-masing pihak. Kedua
belah pihak telah menyetujui untuk menyelesaikan sengketa ter -
sebut di luar pengadilan, berarti penyelesaian sengketa tersebut
dilakukan berdasarkan kehendak dan keinginan para pihak.
Demikian sebaliknya, apabila salah satu pihak tidak bersedia untuk
menyelesaikan sengketa secara damai sehingga harus memaksa
pihak lainnya untuk menyelesaikan sengketa, penyelesaian seng-
keta dilakukan tidak berdasarkan kehendak dari para pihak atau
ada unsur paksaan.
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan terdiri atas berbagai
macam cara yakni negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan arbitrase di
antara para pihak. Masing-masing cara penyelesaian sengketa
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Para pihaklah yang
harus menentukan penyelesaian sengketa yang akan ditempuh dan
siap menerima konsekuensi atas penyelesaian sengketa tersebut.
Pasal 1239 Kitab Undcmg - Undang Hukum Perdata mengatur
bahwa "Tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau tidak berbuat

5
sesuatu, wajib diselesaikan dengan memberikan penggantian biaya,
rugi dan bunga, bila debitur tidak memenuhi kewajibannya” .
Dari ketentuan pasal ini , dapat disimpulkan bahwa suatu
sengketa muncul di antara para pihak sejak salah satu pihak
tidak memenuhi kewajibannya . Sebagai akibat tidak dipenuhinya
kewajiban tersebut, tentunya menimbulkan kerugian bagi pihak
lainnya. Adanya kerugian ini tentunya dapat menimbulkan sengketa
di antara para pihak . Dapat terjadi salah satu pihak berargumen
prestasi yang seharusnya dipenuhi tidak dapat dijalankan di -
sebabkan adanya faktor yang tidak terduga atau dengan berbagai
macam alasan lainnya . Argumen ini tentunya tidak dapat diterima
oleh pihak lainnyayangmenderita kerugian dan tetap memaksakan
pihak yang tidak menjalankan kewajibannya untuk sesegera
mungkin melaksanakan kewajibannya .
Adanya paksaan tentu tidak begitu saja diterima oleh salah
satu pihak sehingga keadaan ini kemudian berubah menjadi seng-
keta di antara para pihak karena masing-masing pihak mengangap
dirinyalah yang benar dan pihak lainnya yang bersalah .
Suatu sengketa dapat terjadi dengan berdasarkan hubungan
hukum di antara para pihak dan dapat juga terjadi tidak berdasar -
kan adanya hubungan hukum di antara para pihak. Sengketa yang
terjadi dengan tidak berdasarkan adanya hubungan hukum di
antara para pihak disebabkan oleh adanya perbuatan melawan
hukum . Perbuatan melawan hukum tentu dapat menimbulkan
sengketa yang disebabkan adanya kerugian yang diderita salah
satu pihak .
Pasal 1365 Kitab Undang -Undang Hukum Perdata mendefi -
nisikan Perbuatan Melawan Hukum yaitu " Tiap perbuatan melang -
gar hukum dan membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan
orang yang menimbulkan kerugian itu karena salahnya untuk meng -
ganti kerugian tersebut
Dari ketentuan ini , dapat disimpulkan bahwa adanya suatu
perbuatan yang bertentangan dengan hukum dan menimbulkan
kerugian bagi pihak lainnya karena suatu kesalahan , berarti pihak

6
yang melakukan kesalahan tersebut wajib untuk mengganti ke -
rugian . Namun , pihak yang melakukan kesalahan dapat saja
berkilah bahwa perbuatannya bukanlah merupakan suatu ke -
salahan sehingga tidak ada kewajiban bagi dirinya untuk mem -
berikan ganti rugi . Hal ini tentunya tidak dapat diterima oleh pihak
yang menderita kerugian karena baginya , perbuatan tersebut
merupakan kesalahan dari pihak lain . Keadaan ini, tentu dapat
menimbulkan sengketa di antara para pihak .
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya , dapat disim -
pulkan bahwa munculnya suatu sengketa dapat berdasarkan
pada wanprestasi mau perbuatan melawan hukum dan sengketa
tersebut muncul disebabkan adanya kerugian yang diderita oleh
pihak lainnya dan pihak yang menimbulkan kerugian tidak merasa
bahwa dirinya tidak menimbulkan kerugian bagi pihak lainnya .
Dalam Kitab Undang -Undang Hukum Perdata tidak diatur
secara khusus mengenai definisi dari suatu sengketa , tetapi hanya
mengatur mengenai terjadinya suatu sengketa sehingga untuk
dapat mengetahui apa yang dimaksudkan dengan sengketa . Hal
ini dapat kita temukan pada Undang -Undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa ( UU No. 30
Tahun 1999) yang secara sumir mendefinisikan suatu sengketa
sebagai beda pendapat di antara para pihak .

C . Penyelesaian Sengketa
Setiap terjadi sengketa , para pihak yang bersangkutan tentu -
nya sengketa tersebut. Berbagai cara dapat digunakan untuk
menyelesaikannya, baik melalui pengadilan maupun di luar
pengadilan . Bahkan , saat ini marak adanya kecenderungan ma-
syarakat untuk menggunakan kekerasan sebagai penyelesaian
sengketa .
Masyarakat memandang bahwa dengan melakukan kekerasan ,
sengketa yang terjadi akan dapat diselesaikan . Penyelesaian
sengketa dengan cara kekerasan tidak akan pernah dapat di-

7
Penyelesaian selesaikan karena masing-masing pihak
akan berusaha untuk membalas keka-
sengketa lahan kepada pihak lainnya.
secara litigasi Indonesia sebagai suatu negara yang
adalah suatu terdiri atas berbagai macam ragam suku
dan budaya, memiliki cara berbeda-beda
penyelesaian
dalam menyelesaikan sengketa yang ter -
sengketa jadi di antara mereka. Ada suku yang
yang memiliki tradisi untuk menyelesaikan

dilakukan suatu sengketa dengan prinsip nyawa


dibayar dengan nyawa. Namun, ada
melalui juga suku yang berprinsip bahwa suatu
pengadilan. sengketa harus diselesaikan dengan
musyawarah yang dikepalai oleh orang
yang dituakan.
Secara garis besar, masyarakat
Indonesia pada umumnya menyelesaikan
sengketa yang terjadi dengan cara bermusyawarah dan dengan
menjadikan para tetua adat atau orang yang dituakan sebagai
penengahatas sengketa yang terjadi. Seiring dengan perkembangan
zaman, penyelesaian sengketa pada masyarakat Indonesia
secara perlahan-lahan mulai dipengaruhi oleh budaya barat yang
menekankan bahwa penyelesaian sengketa harus ditempuh melalui
pengadilan.
Dalam budaya barat, penyelesaian sengketa melalui pengadilan
lebih memberikan kepastian bagi para pihak yang bersengketa
sehingga para pihak mudah dalam menerapkan dan menjalankan
putusan pengadilan. Pandangan dalam budaya barat tersebut
tidak dapat disalahkan, karena budaya masyarakat barat yang
individualistis menyebabkan hal tersebut dapat dijalankan.
Tentunya hal ini berbeda dengan budaya bangsa kita yang bersifat
komunal, dalam arti masyarakat yang hidup secara bersama dan
saling bergotong royong dalam menjalankan sesuatu pekerjaan
dan menggunakan asas musyawarah untuk mencapai mufakat.

8
Saat ini , dengan semakin sadarnya masyarakat akan hukum,
ada kecenderungan untuk menggunakan pengadilan untuk menye -
lesaikan sengketa yang terjadi antara para pihak . Hal ini selain
memiliki pengaruh positif juga menimbulkan dampak negatif ,
yakni perkara yang harus ditangani oleh pengadilan menumpuk
sehingga penyelesaian atas suatu sengketa menjadi lama .
Selain faktor jangka waktu yang lama dalam berproses di
pengadilan , faktor biaya juga menjadi hambatan dalam menyele -
saikan suatu sengketa . Oleh karena itu , saat ini mulai diperkenalkan
alternatif lain untuk menyelesaikan sengketa di luar pengadilan
yakni negosiasi , arbitrase, mediasi, dan konsiliasi .
Sengketa -sengketa yang dapat diselesaikan di luar pengadilan
bersifat terbatas . Dalam arti , hanya dapat dipergunakan untuk
bidang hukum tertentu , yakni di bidang keperdataan , hal ini dise -
babkan oleh sifat dari hukum perdata itu sendiri, yakni menyang-
kut hubungan hukum antara manusia yang satu dan manusia yang
lainnya sehingga tidak terdapat unsur publik . Oleh karena itu ,
apabila terjadi suatu peristiwa hukum yang dapat menimbulkan
kerugian yang hanya dialami oleh para pihak dan tidak memberikan
dampak yang merugikan bagi masyarakat, tidak diperlukan cam -
pur tangan negara untuk menyelesaikan sengketa tersebut.
Penyelesaian sengketa secara litigasi adalah suatu penyelesaian
sengketa yang dilakukan dengan melalui pengadilan , sedangkan
penyelesaian sengketa melalui nonlitigasi adalah penyelesaian
sengketa yang dilakukan di luar pengadilan . Masing- masing pe -
nyelesaian sengketa tersebut memiliki keunggulan dan kelemah -
annya sebagai berikut.
1. Penyelesaian sengketa melalui litigasi dapat dikatakan sebagai
penyelesaian sengketa yang memaksa salah satu pihak untuk
menyelesaikan sengketa dengan perantaraan pengadilan , se -
dangkan penyelesaian sengketa melalui nonlitigasi dilakukan
dengan berdasar pada kehendak dan itikad baik dari para pihak
untuk menyelesaikan sengketa .

9
2. Penyelesaian sengketa melalui litigasi memiliki sifat ekseku -
torial dalam arti pelaksanaan terhadap putusan dapat dipak-
sakan oleh lembaga yang berwenang. Sedangkan dalam pe -
nyelesaian sengketa melalui nonlitigasi tidak dapat dipaksakan
pelaksanaannya sebab bergantung pada kehendak dan itikad
baik dari para pihak .
3. Penyelesaian sengketa melalui litigasi pada umumnyadilakukan
dengan menyewa jasa dari advokat/ pengacara sehingga biaya
yang harus dikeluarkan tentunya besar.
4. Penyelesaian sengketa melalui litigasi tentu harus mengikuti
persyaratan - persyaratan dan prosedur - prosedur formal di
pengadilan dan sebagai akibatnya jangka waktu untuk me -
nyelesaikan suatu sengketa menjadi lebih lama . Sedangkan ,
penyelesaian sengketa melalui nonlitigasi tidak mempunyai
prosedur- prosedur atau persyaratan - persyaratan formal
sebab bentuk dan tata cara penyelesaian sengketa diserahkan
sepenuhnya kepada para pihak .
5. Penyelesaian sengketapadaproses litigasiyangbersifatterbuka
mengandung makna bahwa siapa saja dapat menyaksikan
jalannya persidangan , terkecuali untuk perkara tertentu , misal -
nya perkara asusila . Sedangkan , sifat rahasia dari penyelesaian
sengketa melalui nonlitigasi berarti hanya pihak- pihak yang
bersengketa yang dapat menghadiri persidangan dan bersifat
tertutup untuk umum sehingga segala hal yang diungkap pada
pemeriksaan , tidak dapat diketahui oleh khalayakramai dengan
maksud menjaga reputasi dari para pihak yang bersengketa .

D. Alternatif Penyelesaian Sengketa


Pasal 1 angka 10 UU No. 30 Tahun 1999 mendefinisikan
"Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian

sengketa atau beda pendapat melalui proseduryang disepakati para


pihak , yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi,
negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli".

10
Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa alternatif penye -
lesaikan sengketa merupakan suatu cara penyelesaian sengketa
yang dilakukan di luar pengadilan dan pelaksanaannya diserahkan
sepenuhnya kepada para pihak dan para pihak dapat memilih
penyelesaian sengketa yang yang akan ditempuh yakni melalui
konsultasi , negosiasi, mediasi , konsiliasi , atau meminta penilaian
dari ahli . Hal ini menjadi kehendak bebas sepenuhnya dari para
pihak . Kebebasan untuk memilih bentuk penyelesaian yang
membedakan antara penyelesaian sengketa di luar pengadilan dan
penyelesaian sengketa melalui pengadilan .
Berdasarkan penjelasan Pasal 3 ayat (1) Undang -Undang Nomor
4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman ( UU No. 4 Tahun 2004),
dapat diketahui bahwa bagi masyarakat tidak terdapat keharusan
untuk menyelesaikan suatu sengketa melalui pengadilan , tetapi
para pihak dapat memilih menyelesaikan sengketa yang terjadi
dengan cara perdamaian atau arbitrase. Berdasarkan pada
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 1981 tentang
Pengesahan " Convention on The Recognition and Enforcement of
Foreign Arbital Awards" ( New York Convention ) yang telah di-
tandatangani di New York pada tanggal 10 Juni 1958 dan mulai
berlaku pada tanggal 7 Juni 1959, negara Republik Indonesia
secara resmi meratifikasi New York Convention . Konvensi ini
mengatur bahwa dalam setiap perjanjian yang diadakan oleh para
pihak yang mencantumkan klausul arbitrase , akan meniadakan
hak dari pengadilan untuk memeriksa sengketa yang terjadi
berdasarkan perjanjian tersebut .
Pada umumnya, asas -asas yang berlaku pada alternatif penye -
lesaian sengketa sebagai berikut .
1. Asas itikad baik , yakni keinginan dari para pihak untuk
menentukan penyelesaian sengketa yang akan maupun sedang
mereka hadapi.
2 . Asas kontraktual, yakni adanya kesepakatan yang dituangkan
dalam bentuk tertulis mengenai cara penyelesaian sengketa .
3. Asas mengikat, yakni para pihak wajib untuk mematuhi apa
yang telah disepakati .
11
4. Asas kebebasan , berkontrak yakni para pihak dapat dengan
bebas menentukan apa saja yang hendak diatur oleh para
pihak dalam perjanjian tersebut selama tidak bertentangan
dengan undang- undang dan kesusilaan . Hal ini berarti pula
kesepakatan mengenai tempatdan jenis penyelesaian sengketa
yang akan dipilih .
5. Asas kerahasiaan , yakni penyelesaian atas suatu sengketa
tidak dapat disaksikan oleh orang lain karena hanya pihakyang
bersengketa yang dapat menghadiri jalannya pemeriksaan atas
suatu sengketa .

Alternatif penyelesaian sengketa yang dikenal di Indonesia


pada saat ini sebagai berikut.
1. Negosiasi
2 . Mediasi
3. Konsiliasi
4. Arbitrase.

$
^ $

12
/

V
2
ft

1 NEGOSIASI
fi
/ '

A . Pendahuluan
Negosiasi merupakan halyangbiasadilakukanolehsetiap orang
dan dapat dilakukan untuk berbagai macam hal dan kepentingan .
Negosiasi merupakan komunikasi dua arah , ketika masing- masing
pihak saling mengemukakan keinginannya . Teknik bernegosiasi
tentu berbeda bagi setiap orang. Perbedaan teknik bernegosiasi
disebabkan oleh berbagai macam faktor, misalnya faktor latar
belakang pendidikan , sifat, karakter, dan pengalaman .
Negosiasi dapat dilakukan dengan rencana atau tanpa di -
rencanakan terlebih dahulu . Negosiasi yang direncanakan adalah
negosiasi atas permasalahan yang timbul dari hubungan hukum

13
antarpara pihak dan telah dipersiapkan terlebih dahulu hal - hal
yang akan dikemukakan pada saat dilaksanakan negosiasi . Pada
umumnya persiapan yang dilakukan adalah dengan mendudukkan
persoalan yang sedang terjadi dan membuat alternatif -alternatif
pemecahan masalah untuk mengantisipasi tidak diperolehnya titik
temu pada negosiasi tersebut.
Negosiasi yang tidak direncanakan adalah negosiasi yang
dilakukan tanpa didahului oleh adanya hubungan hukum di
antara para pihak sehingga pada umumnya , negosiasi jenis ini
dilakukan tanpa persiapan . Para pihak yang bernegosiasi tentu
berkeinginan untuk menjalankan hal yang telah disepakati oleh
para pihak . Namun , terkadang pelaksanaan terhadap kesepakatan
para pihak tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya , sehingga
diperlukan suatu upaya yang dapat mengikat para pihak agar
dapat menjalankan hasil negosiasi . Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan membuat kesepakatan dalam bentuk
tertulis di antara para pihak .
Kesepakatan dalam bentuk tertulis ini dapat dijadikanpedoman
bagi para pihak dalam menjalankan kesepakatan sehingga secara
yuridis para pihak menjadi terlindungi .
Negosiasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
oleh para pihak berdasarkan kesepakatan para pihak atau tanpa
kesepakatan para pihak . Apabila negosiasi tersebut dilakukan
berdasarkan kesepakatan dari para pihak , sebelum negosiasi
dilakukan , salah satu pihak terlebih dahulu mengundang pihak
lainnya untuk bertatapmuka , berhubungan , ataupunberkomunikasi
dengan cara lain . Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa negosiasi
yang berdasarkan kesepakatan adalah negosiasi yang dilandaskan
pada itikad baik dari masing- masing pihak . Berbeda halnya dengan
negosiasi yang dilakukan tanpa adanya kesepakatan dari salah satu
pihak . Negosiasi yang dilakukan tanpa adanya kesepakatan adalah
negosiasi yang tidak direncanakan terlebih dahulu oleh salah satu
pihak atau oleh masing- masing pihak . Dapat pula dikatakan bahwa
negosiasi tersebut adalah negosiasi yang dilakukan tanpa adanya

14
hubungan hukum ataupun interaksi terlebih dahulu dari masing-
masing pihak .
Negosiasi merupakan hal umum yang dilakukan oleh semua
orang untuk berbagai macam keperluan , baik untuk keperluan
pribadi , bisnis , maupun kepentingan lainnya . Karena itu , dapat
dikatakanbahwa negosiasi sudah merupakan bagian dari kehidupan
manusia karena negosiasi adalah salah satu cara bagi setiap orang
untuk dapat memperoleh apa yang diinginkan . Misalnya , seorang
karyawan yang bernegosiasi dengan pimpinan perusahaan agar
gajinya dinaikkan . Karyawan yang bernegosiasi tersebut tentunya
akan memberikan bukti - bukti yang memperkuat alasannya
mengapa dia layak untuk mendapatkan kenaikan gaji . Karyawan
tersebut tentu tidak akan mendapatkan kenaikan gaji apabila
hanya berdiam diri . Dengan demikian , negosiasi bukan merupakan
cara yang hanya dapat ditempuh oleh kalangan tertentunya .

B . Definisi Negosiasi
Pada umumnya , jika terjadi sengketa maka para pihak yang
sedang berkonflik akan memulai suatu komunikasi terlebih da-
hulu . Dilakukannya komunikasi sebelum negosiasi merupakan hal
mutlak yang harus dilakukan . Komunikasi dilakukan oleh para
pihak untuk dapat mengetahui pokok permasalahan . Karena jika
negosiasi tetap dilakukan tanpa mengetahui duduk persoalan yang
sebenarnya , negosiasiyangdilakukan oleh para pihakakan menjadi
percuma sebab akan terjadi "debat kusir" di antara para pihak
sehingga menyebabkan negosiasi menjadi alot dan kemungkinan
besar akan gagal .
Setelah terjalin komunikasi di antara para pihak , langkah
selanjutnya adalah menegosiasikan masalah yang sedang dihadapi .
Negosiasi itu sendiri merupakan hal yang umum diketahui oleh
banyak orang , tetapi untuk dapat mengetahui seperti apa negosiasi
itu sendiri , sebaiknya diketahui definisi dari negosiasi . Di bawah
ini dipaparkan beberapa pendapat mengenai pengertian negosiasi .

15
Negosiasi Menurut Suyud Margono, negosiasi
adala h "Komunikasi dua arah yang di -
merupakan
rancang untuk mencapai kesepakatan
proses tawar- pada saat kedua belah pihak memiliki
menawar berbagai kepentinganyang sama maupun
yang berbeda".4 Gary Goodpaster menya-
dari masing-
takan bahwa negosiasi adalah "Proses
masing upaya untuk kesepakatan
mencapai
pihak untuk dengan pihak lain, suatu proses interaksi
mencapai dan komunikasi yang dinamis dan
beraneka ragam". : Sementaritu,menurut
kesepakatan. Mark E. Roszkowski, negosiasi adalah " A
process by which to parties, with differing
demands reach an agreement generally
through compromise and concession " 6
Menurut Diana Tribe, negosiasi diartikan sebagai “ The interactive
social process in which people engage, when they aim to reach an
agreement with another party (or parties), on behalf of themselves or
another ' .7
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa negosiasi me-
rupakan proses tawar -menawar dari masing-masing pihak untuk
mencapai kesepakatan. Jenis negosiasi dapat dibagi menjadi dua
sebagaimanayang dikemukakan oleh Budiono Kusumohamidjojo 8,
yakni negosiasi yang bersifat positif dan negosiasi yang bersifat
negatif. Negosiasi mempunyai sifat positif jika para pelaku
negosiasi hendak mencapai suatu perjanjian yang bersifat kerja

4
Suyud Margono , ADR ( Alternative Dispute Resolution) & Arbitrase: Proses
Pelembagaan dan Aspek Hukum , (Ghalia Indonesia , Bogor) , 2004, cet ke -2, him .
49.
5
Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di LuarPengadilan , ( Citra Aditya
Bakti, Bandung) 2003 cet ke 1, him . 53.
6
Ibid. , him. 54.
7
Diana Tribe , Negotiation: Essential Legal Skill , (Cavendish Publishing , Great
Britain), 1993 , cet . ke -1, him . 1.
8
Budiono Kusumohamidjojo , Panduan Negosiasi Kontrak , (Grasindo , Jakarta) , 1999 ,
him 10.

16
sama . Negosiasi mempunyai sifat negatif jika para pelaku negosiasi
hendak mencapai perdamaian .
Setiap orang tentu dapat bernegosiasi. Misalnya , tawar-
menawar antara penjual dan pembeli maka disana terjadi proses
negosiasi . Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa negosiasi
merupakan proses perjumpaan kehendak dari kedua belah pihak
dan pada akhirnya mempersatukan kehendak tersebut untuk men -
capai kesepakatan .
Pada praktiknya , sebelum dilakukan negosiasi, para pihak
terlebih dahulu mempelajari draf perjanjian dari masing- masing
pihak . Dalam merespon draf perjanjian tersebut, para pihak dapat
menyetujui ataupun menangkis hal yang diajukan oleh pihak
lainnya.
Setiap orang mempunyai karakter yang berbeda - beda antara
yang satu dengan yang lainnya , sehingga memengaruhi cara
bernegosiasi . Seseorangyangbersifatemosional dalam bernegosiasi
cenderung untuk memaksakan kehendaknya kepada pihak lain .
Namun , tidak semua orang dapat menjadi seorang negosiator
yangbaik . Untuk itu , seseorangharuslah memiliki kemampuan dan
pengalaman - pengalaman yang tidak mungkin akan terasah apabila
tidak dilatih secara terus - menerus .

C . Teknik Negosiasi
Setiap manusia memiliki kepribadian dan karakter yang ber-
beda . Perbedaan asal - muasal daerah juga mempengaruhi sifat
manusia .
Adanya perbedaan ini membawa pengaruh terhadap orang
yang akan melakukan negosiasi, karakter seseorang secara
langsung akan memengaruhi cara orang tersebut bernegosiasi.
Seseorang yang memiliki temperamen tinggi dalam bernegosiasi
akan berupaya semaksimal mungkin menekan pihak lain untuk
mengikuti keinginannya . Cara ini dapat saja memberikan hasil
yang baik , tetapi terkadang pihak lain yang ditekan tidak begitu

17
saja menyerah dan mengikuti apa yang dikehendaki oleh pihak
lainnya sehingga terbuka kemungkinan perdebatan panjang yang
tidak mencapai titik temu di antara para pihak .
Setiap orang tentu memiliki teknik- teknik tersendiri dalam
menjalankan pekerjaannya, yangdapatdipelajari ataupun diperoleh
berdasarkan pengalaman. Teknik yang dipelajari dapat diperoleh
dari buku-buku atau pelatihan-pelatihan sehingga didasarkan
pada teori. Tidak dapat dimungkiri bahwa teori sering kali bertolak
belakang dengan praktik sehingga teori yang dipelajari menjadi
tidak berguna pada saat akan diterapkan. Namun, adanya teori
berarti ada tuntunan dalam mengerjakan sesuatusecara sistematis,
terarah dan dapat pula dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam
melaksanakan teknik tertentu.
Teknik yang dipelajari berdasarkan pengalaman memiliki nilai
positif, yakni dapat serta -merta diterapkan. Namun, terkadang
teknik yang diperoleh berdasarkan pengalaman tidak memiliki
dasar yang kuat serta tidak sistematis dalam penggunaannya.
Kedua teknik tersebut akan menjadi lebih baik dan efektif apabila
dikolaborasikan. Penggunaannyadapatdilakukansecarabergantian
sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam penerapannya.
Dalam hal melakukan negosiasi, digunakan teknik-teknik
tertentu sebagai strategi dalam berunding dengan pihak lawan.
Teknik tersebut berhubungan secara langsung dengan pribadi
seseorang. Contohnya, teknik bernegosiasi yang dikenal dengan
soft negotiation technique atau teknik negosiasi lunak. Teknik
ini sangat kecil kemungkinan dapat dijalankan oleh orang yang
bersifat arogan karena membutuhkan kesabaran dan sikap yang
merendah.
Teknik -teknik negosiasi dapat dipelajari melalui teori yang
berdasarkan pada praktik-praktik atau pengalaman yang
dijalankan oleh mereka yang berkecimpung di dunia negosiasi.
Pada umumnya, dikenal lima teknik negosiasi9 sebagai berikut.
9
Bambang Sutiyoso, Penyelesaian Sengketa Bisnis: Solusi Antisipasi Bagi Peminat
Bisnisdalam menghadapi Sengketa Kinidan Mendatang , (Citra Media , Yogyakarta) ,
2006, cet. 1, him. 44- 45.

18
1. Teknik Negosiasi Kompetitif
Diterapkan untuk negosiasi yang bersifat alot.
Adanya pihak yang mengajukan permintaan tinggi pada
awal negosiasi .
Adanyapihakyangmenjaga tuntutan tetap tinggi sepanjang
proses .
Konsesi yang diberikan sangat langka atau terbatas .
Perunding lawan dianggap sebagai musuh .
Adanya pihak yang menggunakan cara - cara berlebihan
untuk menekan pihak lawan .
Negosiator tidak memiliki data - data yang baik dan akurat.
2 . Teknik Negosiasi Kooperatif
Menganggap negosiator pihak lawan sebagai mitra , bukan
sebagai musuh .
Para pihak saling menjajaki kepentingan , nilai - nilai ber-
sama , dan mau bekerja sama .
Tujuan negosiator adalah penyelesaian sengketa yang adil
berdasarkan analisis yang objektif dan atas fakta hukum
yang jelas.
3 . Teknik Negosiasi Lunak
Menempatkan pentingnya hubungan timbal - balik antar
pihak .
Tujuannya untuk mencapai kesepakatan .
Memberi konsesi untuk menjaga hubungan timbal - balik .
Mempercayai perunding.
Mudah mengubah posisi .
Mengalah untuk mencapai kesepakatan .
Berisiko saat perunding lunak menghadapi seorang pe -
runding keras, karena yang terjadi adalah pola "menang-
kalah" dan melahirkan kesepakatan yang bersifat semu .
4. Teknik Negosiasi Keras
Negosiator lawan dipandang sebagai musuh .
Tujuannya adalah kemenangan .
Menuntut konsesi sebagai prasyarat dari hubungan baik .

19
Keras terhadap orang maupun masalah .
Tidak percaya terhadap perunding lawan .
Menuntut perolehan sepihak sebagai harga kesepakatan
( win -lose ).
Memperkuat posisi dan menerapkan tekanan .

5 . Teknik Negosiasi Interest Based


Sebagai jalan tengah atas pertentangan teknik keras dan
lunak , karena teknik keras berpotensi menemui kebuntuan
( dead lock ) , sedangkan teknik lunak berpotensi citra pe -
cundang ( loser ) bagi pihakyang minor.
Mempunyai empat komponen dasar, yaitu people, interest ,
option/ solution dan criteria ( PIOC ).
Komponen people , dibagi menjadi tiga landasan :
(1) pisahkan antara orang dan masalah;
( 2 ) konsentrasi serangan pada masalah bukan orang-
nya; dan
( 3) para pihak menempatkan diri sebagai mitra kerja ;
Komponen interest memfokuskan pada kepentingan
mempertahankan posisi;
Komponen option, bermaksud :
(1] memperbesar bagian sebelum dibagi dengan mem -
perbanyak pilihan - pilihan kesepakatan ;
( 2] jangan terpaku pada satu jawaban ;
(3] menghindari pola pikirbahwa pemecahan masalah
mereka adalah urusan mereka ;
Komponen kriteria mencakup:
(1) kesepakatan kriteria , standar objektif , indepen -
densi;
( 2 ) bernilai pasar ( market value ) ;
(3) preseden ;
(4) scientific judgement atau penilaian ilmiah ;
( 5) standar profesi;
(6) bersandar pada hukum ;
( 7 ) kebiasaan dalam masyarakat;

20
Masing-masing teknik negosiasi sebagaimana yang diuraikan,
dalam penggunaannya sangat bergantung pada sifat dari individu
yang melakukan negosiasi. Seseorang yang bersifat keras tentu
tidak akan menggunakan negosiasi lunak karena tidak akan cocok
dengannya. Demikian halnya dengan individu yang mempunyai
sifat sabar dan tidak pemarah, teknik negosiasi lunaklah yang akan
dipergunakannya.
Tidak setiap orang memiliki bakat atau kemampuan sebagai
seorang negosiator yang baik. Untuk menjadi negosiator, seseorang
harus memiliki hal-hal sebagai berikut.
1. Kemampuan berkomunikasi yang baik.
2 . Supel.
3. Keterampilan teknis yang baik.
4. Memiliki rasa simpati yang tinggi.

D. Persiapan Sebelum Negosiasi


Negosiasi dapat dikatakan sebagai pertempuran di antara
masing-masing pihak sehingga diperlukan persiapan yang matang
untuk dapat menghadapi negosiasi tersebut, salah satunya dengan
cara mendalami materi permasalahan. Hal tersebut dilakukan agar
negosiasi yang menjadi terarah dan sesuai dengan tujuan para
pihak.
Mengetahui duduk permasalahan yang terjadi, mutlak diper -
lukan sebelum dilakukan suatu negosiasi. Langkah berikutnya
adalah memetakan masalah agar dapat diketahui dan dipahami
argumen- argumen yang akan diungkapkan. Argumen- argumen
tersebut tentunya merupakan argumen yang valid sehingga ar -
gumen tersebut diharapkan tidak dapat dibantah oleh pihak
lainnya. Pada umumnyaterdapatenam langkah untuk memecahkan
masalah sebagai berikut.10

10
Steven J. Stein & Howard E. Book , Ledakan Eq: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan
Emosional Meraih Sukses , (Mizan Media Utama , Bandung), 2002, Cet . ke 1, him
181 -182.

21
1. Rumuskan Masalah
Perhatikan dengan saksama masalah yang dihadapi, uraikan
dengan cermat dan realistis . Coba lihat masalah tersebut dari
sudutpandangoranglain , untukmemastikan bahwapandangan
kita tidak terlalu sempit.
2 . Temukan Alternatif
Pikirkan sebanyak mungkin cara pemecahan dan pendekatan
masalah . Langkah ini adalah langkah curah gagasan . Mungkin
beberapa gagasan yang kita kemukakan tidak sah . Pada tahap
ini, jangan menilai gagasan kita dan biarkan gagasan tersebut
muncul.
3. Nilailah setiap Alternatif Pemecahan
Apabila kita telah memikirkan alternatif pemecahan di benak
kita , bahkan lebih baik jika sudah tertuang di atas kertas, amati
setiap alternatif itu dan perkirakan kemungkinan hasilnya .
Susunlah prioritas atas alternatif pemecahan , dari yang paling
baik sampai yang paling buruk .
4. Pilih Alternatif Pemecahan yang Paling Baik
Tidak seorang pun dapat memperkirakan keberhasilan atau
kegagalan suatu tindakan dengan tingkat ketepatan 100 %.
Yakinkan diri kita bahwa keputusan untuk mengambil risiko
dan tindakan telah didasarkan pada pengumpulan informasi
yang masuk akal dan sudah dianalisis .
5 . Laksanakan Alternatif Pemecahan
Hindari pikiran berandai -andai atau seharusnya begini - begitu .
Berilah kesempatan pada strategi yang telah kita pilih untuk
dicoba .
6 . Nilai Hasilnya
Evaluasi terhadap alternatif pemecahan yang telah diterapkan .
Apakah alternatif tersebut berhasil memecahkan masalah atau
tidak ?

Setelah mendapat inti permasalahan dan solusi pemecahan


atas masalah tersebut, dapat ditentukan penyelesaian terbaik . Hal

22
oleh pandangan bahwa sengketa tersebut tidak merugikan ma -
syarakat secara umum . Di Indonesia , terdapat beberapa sengketa
yang dapat diselesaikan dengan mediasi , yakni sengketa di bidang
perbankan , konsumen , tenaga kerja , dan sengketa di pengadilan .
Adanya alternatif penyelesaian sengketa ini diharapkan dapat
menekan jumlah perkara yang semakin menumpuk di pengadilan
dan dapat memberikan rasa keadilan bagi masyarakat.
Terjadinya sengketa di antara para pihak, memberikan pilihan
kepada masing- masing pihak untuk memilih cara yang akan
digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Masing- masing
pihak dapat memilih melalui pengadilan atau di luar pengadilan .
Pada umumnya , penyelesaian sengketa melalui pengadilan di -
tempuh berdasarkan inisiatif dari salah satu pihak . Sedangkan
penyelesaian sengketa di luar pengadilan hanya dapat ditempuh
oleh para pihak berdasarkan kesepakatan para pihak, dengan kata
lain ada itikad baik dari masing- masing pihak .
Sebagai sebuah institusi , pengadilan tentu memiliki aturan
main yang harus ditaati oleh pihakyang berperkara sehingga tidak
diperkenankan untuk mengajukan suatu perkara tanpa memenuhi
persyaratan - persyaratan yang telah ditetapkan . Tentunya sangat
tidak adil apabila seseorang digugat berdasarkan hal yang tidak
diketahui dan dilakukannya . Persyaratan utama yang harus
dipenuhi agar suatu masalah dapat diajukan ke pengadilan adalah
peristiwa hukumnya harus jelas.
Pada persidangan di pengadilan , masing- masing pihak diberi -
kan kesempatan untuk mengajukan argumen dan bukti - bukti .
Pengajuan tersebut tidak dapat dilakukan secara bersamaan tetapi
dilakukan secara bergantian dari masing-masing pihak . Proses ini
tentu memakan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit sehingga
banyak yang berusaha menempuh cara penyelesaian lainnya yakni
penyelesaian sengketa di luar hukum yang berlaku .
Kelebihan dari penyelesaian sengketa di luar hukum yang
berlaku adalah pelaksanaannya yang cepat dan biaya murah , tetapi
memiliki risiko tinggi . Misalnya penagihan utang. Dalam hal terjadi

26
utang piutang dan salah satu pihak tidak
mampu atau enggan untuk membayar
Mediasi
utang, sering kali penyelesaian terhadap adalah
masalah ini dilakukan dengan cara me - proses
nagih secara langsung kepada pihak
penyelesaian
yang bersangkutan dengan cara- cara
kekerasan dan bahkan dengan ancaman- sengketa
ancaman. Tindakan dari kreditor yang dengan
melakukan kekerasan dan ancaman-
perantaraan
ancaman tersebut sering kali disikapi
oleh debitor dengan cara melaporkan
pihak
ke kepolisian sehingga hal yang semula ketiga , yakni
mudah menjadi sulit untuk diselesaikan. pihak yang
Oleh karena itu, mulai berkembang
beberapa cara untuk menyelesaikan
memberi
sengketa di pengadilan, yakni arbitrase, masukan-
mediasi, dan konsiliasi. Masing-masing masukan
penyelesaian sengketa tersebut memiliki
kepada para
kelebihan dan kekurangan. Penyelesaian
sengketa melalui arbitrase ditangani oleh pihak untuk
mereka yang berkompeten di bidangnya menyele-
dan masing-masing pihak bebas memilih saikan
arbiternya. Disebabkan arbiter yang me -
nangani sengketa tersebut adalah orang
sengketa
yang berpengalaman, sudah sepantasnya mereka.
apabila para pihak yang bersengketa
membayar dengan harga yang cukup
tinggi.
Dengan adanya biaya yang cukup
tinggi ini, tentunya pihak yang secara
ekonomiskurangmampu, tidak akandapatmenempuh penyelesaian
secara arbitrase. Namun, pihak-pihak yang bersengketa dapat
mencoba menempuh jalur penyelesaian sengketa lainnya, yakni
mediasi.

27
Menurut Michael Noone, mediasi
Pada adalah “ The common sense idea that the
mediasi , intervention, by invitation ot the parites,
tidak of an experienced, independent and
trusted person can be expected to help the
terdapat
parties settle their quarrel by negotiating
kewajiban in collaborative rather than adversarial
dari masing- way" .11
masing Mediasi adalah proses penyelesaian
sengketa dengan perantaraan pihak
pihak untuk ketiga, yakni pihak yang memberi ma-
menaati sukan-masukan kepada para pihak un-
apa yang tuk menyelesaikan sengketa mereka.
Berbeda dengan arbitrase, keputusan
disarankan
dari arbiter atau majelis arbitrase ha-
oleh rus ditaati oleh para pihak, layaknya
mediator. keputusan pengadilan. Sedangkan pada
mediasi, tidak terdapat kewajiban dari
masing-masing pihak untuk menaati apa
yang disarankan oleh mediator.
Saatini, mediasi mulai diperkenalkan
di Indonesia sebagai salah satu alternatif
penyelesaian sengketa. Mediasi dapat dilakukan di pengadilan dan
di luar pengadilan, hal ini bergantung pada keinginan dari masing-
masing pihak.

B. Jenis- Jenis Mediasi


Pada mediasi, keinginan dari masing-masing pihak untuk
menyelesaikan sengketa merupakan faktor penentu proses mediasi
dapat berjalan atau tidak. Karakter utama dari penyelesaian

11
Michael Noone, Mediation : Essensial Legal Skill , ( Cavendish Publishing: Great
Britain), 1996, Cet .ke -1 , him . 5.

28
sengketa melalui mediasi adalah mediator yang berfungsi sebagai
penengah hanya dapatmemberikan saran atas pemecahan masalah
yang sedang terjadi sehingga tidak dapat memaksa para pihak
yang sedang bersengketa untuk menaati dan mengikuti apa yang
disarankan oleh mediator.
Hal ini tentunya berbeda dengan penyelesaian sengketa melalui
pengadilan maupun arbitrase. Penyelesaian sengketa ditempuh
melalui pengadilan mengharuskan para pihak untuk mentaati apa
yang diputuskan oleh majelis hakim . Pihak yang tidak menyetujui
putusan tersebut dapat menempuh upaya hukum , yakni banding ,
kasasi, dan peninjauan kembali . Demikian juga halnya dengan
penyelesaian sengketa melalui arbitrase. Pada penyelesaian seng-
keta melalui arbitrase, para pihak harus menaati apa yang di-
putuskan oleh majelis arbitrase.
Berdasarkan hal tersebut, tentunya terdapat paksaan bagi
pihak- pihak yang bersengketa untuk menerima putusan yang
diberikan oleh majelis hakim atau majelis arbitrase . Unsur paksaan
ini dipandang sebagai ketidakadilan bagi pihak yang dikalahkan .
Ketidakadilan merupakan hal yang memiliki arti penting bagi setiap
manusia . Tentunya akan sulit didapatkan seseorang manusia yang
tidak ingin diperlakukan secara adil , sebab sudah menjadi sifat
dasar manusia untuk memperoleh keadilan . Bahkan terkadang
keadilan diusahakan dengan berbagai macam cara , misalnya
dengan demonstrasi .
Mediasi sudah mulai diperkenalkan di Indonesia sebagai salah
satu alternatif penyelesaian sengketa. Hal ini selain bertujuan
perkara di pengadilan tidak semakin menumpuk, juga memberikan
keleluasaan kepada masyarakat untuk dapat menyelesaikan
sengketa yang sedang dihadapi . Mediasi juga diharapkan dapat
memberikan rasa keadilan kepada masyarakat, karena selama
ini pengadilan dipandang tidak dapat diandalkan untuk dapat
memberikan rasa keadilan .
Saat ini, pada bidang tertentu , mediasi sudah mulai diterapkan
untuk menyelesaikan suatu sengketa sebagai berikut.

29
1. Mediasi di Pengadilan
Mediasi di pengadilan sudah sejak lama dikenal . Para pihak
yang mengajukan perkaranya ke pengadilan , diwajibkan untuk
menempuh prosedur mediasi terlebih dahulu sebelum dilaku -
kan pemeriksaan pokok perkara .

2 . Mediasi di Luar Pengadilan


a . Mediasi Perbankan
Dunia perbankan memiliki peranan yang penting bagi
masyarakat. Peranan tersebut adalah sebagai penyimpan
dan penyalur dana bagi masyarakat. Suatu bank tentu -
nya memiliki sistem yang sudah standar terhadap
pelayanan yang dilakukan terhadap nasabahnya . Namun ,
tidak tertutup kemungkinan pelayanan yang diberikan
bank kepada nasabahnya tidak memberikan hasil yang
memuaskan bagi nasabahnya sehingga sering kali nasabah
merasa dirugikan . Nasabah sering kali menjadi tidak
berdaya pada saat harus berhadapan dengan bank di
pengadilan dan hanya bisa pasrah apabila bersengketa
dengan bank.

Agar nasabah dapat terlindungi hak- haknya , dibentuklah


mediasi perbankan yang berfungsi sebagai lembaga
penyelesaian sengketa . Pada penyelesaian sengketa ter -
sebut, para pihak, yakni bank dan nasabah ditengahi oleh
pihak yang netral , yakni Bank Indonesia . Hal ini bertujuan
agar nasabah dapat terlindungi hak- haknya sebagai
nasabah .

b . Mediasi Hubungan Industrial


Hubungan yang terjadi antara pengusaha dan pekerja
adalah hubungan yang bersifat labil . Dalam arti , sangat
mudah terjadi pertentangan antara pengusaha dan pekerja
yang disebabkan oleh berbagai macam hal yang berkaitan
dengan ketenagakerjaan .

30
Sering kali pihak pekerja ketika berhadapan dengan
pengusaha berada dalam posisi yang lemah yang di -
sebabkan oleh berbagai macam faktor. Oleh karena itu ,
diperlukan suatu cara yang dapat mengakomodasi ke -
pentingan para pihak , dengan harapan dapat diambil
suatu keputusan yang dapat diterima oleh masing- masing
pihak sehingga dibentuklah mediasi untuk perselisihan
hubungan industrial .

3 . Mediasi Asuransi
Saat ini, masyarakat sudah semakin paham manfaat dari
asuransi , sehinggasecara tidak langsung ikut menjadi
peserta pada program yang diselenggarakan oleh asuransi ,
baik asuransi kesehatan , asuransi jiwa , asuransi kebakaran ,
maupun jenis - jenis asuransi lainnya . Asuransi berperan untuk
mengalihkan risiko yang seharusnya ditanggung oleh nasabah
asuransi.

Sering terjadi peristiwa yang mewajibkan asuransi untuk


membayar klaim , tetapi perusahaan asuransi menolak untuk
membayar klaim tersebut dengan berbagai macam alasan .
Akibatnya , menimbulkan sengketa antara perusahaan asuransi
dan nasabahnya . Masyarakat seringnya mengetahui asuransi
hanya dari sisi manfaatnya , tetapi tidak mengetahui secara
detail akan asuransi itu sendiri dan sering kali mengakibatkan
terjadinya sengketa yang berbelit- belit antara perusahaan
asuransi dan nasabahnya .

Agar sengketa dalam bidang asuransi dapat diselesaikan dengan


baik dan dapat mengakomodasi kepentingan dari masing-
masing pihak, dibentuklah lembaga mediasi asuransi dengan
harapan masing - masing pihak dapat menerima keputusan yang
dianggap adil .

31
C . Mediasi di Pengadilan
Perkara yang menumpuk di pengadilan semakin hari semakin
banyak . Akibatnya , sering kali para pihak yang mengajukan
sengketa di pengadilan harus menunggu dalam jangka waktu yang
lama untuk mendapatkan putusan .
Sebagaimana diketahui prosedur beracara di pengadilan tidak
menentukan jangka waktu untuk dapat menyelesaikan suatu
perkara , mengakibatkan proses pemeriksaan suatu perkara , dari
pendaftaran , pemeriksaan , hingga putusan memakan waktu yang
sangat lama . Untuk mengurangi banyaknya perkara yang ditangani
oleh pengadilan , pada saat ini dibuat suatu proses , yakni proses
mediasi .
Proses mediasi di pengadilan berdasarkan Pasal 7 ayat [1]
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan Mahkamah Agung Republik Indonesia
( Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008), merupakan
proses yang wajib dijalankan oleh para pihak yang berperkara.
Pasal ini menentukan bahwa "Pada harisidangyang telah ditentukan
yang dihadiri kedua belah pihak , hakim mewajibkan para pihak untuk
menempuh mediasi ”
Pada Pasal 130 ayat (1) HIR menentukan bahwa "Jika pada hari
yang ditentukan itu kedua belah pihak datang , maka pengadilan negeri
dengan pertolongan ketua mencoba akan memperdamaikan mereka.”
Hal mengenai mediasi sebelumnya telah diatur dalam Surat Edaran
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberdayaan
Pengadilan TingkatPertama Menerapkan Lembaga Damai . Pada Surat
Edaran tersebut, hakim tidak diberikan kewenangan yang bersifat
memaksa kepada para pihak untuk melakukan penyelesaian
melalui perdamaian . Sehingga Surat Edaran ini dianggap hampir
sama dengan Pasal 130 HIR , yang hanya menyarankan para pihak
untuk dapat berdamai .
Berdasarkan haldi atas, Surat Edaran tersebut kemudian diganti
oleh Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2003 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan ( Peraturan Mahkamah Agung Nomor

32
2 Tahun 2003) . Berlakunya peraturan tersebut membuat upaya
perdamaian di pengadilan , sehingga tidak lagi hanya bertumpu
pada Pasal 130 HIR . Peraturan tersebut mengalami perubahan
dengan diterbitkannya Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1
Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan Mahkamah
Agung Republik Indonesia .
Pada hari sidang yang telah ditentukan dan para pihak hadir di
persidangan , terlebih dahulu hakim akan menanyakan persoalan
yang terjadi dan menyarankan para pihak untuk menempuh upaya
damai . Hakim kemudian menyarankan parapihakuntukmenempuh
upaya mediasi terlebih dahulu .
Sebelum mediasi dilaksanakan, para pihak terlebih dahulu
harus memilih mediator yang akan menangani perkara tersebut.
Memilih mediator merupakanhakpara pihak . Selainberhakmemilih
mediator, para pihak juga dapat menentukan menggunakan hanya
satu mediator atau lebih dari satu mediator, hal ini ditentukan pada
Pasal 8 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 sebagai
berikut.
(1) Para pihak berhak memilih mediator di antara pilihan - pilihan
berikut:
a . Hakim bukan pemeriksa perkara pada pengadilan yang
bersangkutan ;
b. Advokatatau akademisi hukum;
c. Profesi bukan hukum yang dianggap para pihak menguasai
atau berpengalaman dalam pokok sengketa;
d . Hakim majelis pemeriksa perkara;
e. Gabungan antara mediatoryang disebutdalam butir a dan d ,
atau gabungan butir b dan d , atau gabungan butir c dan d ;
( 2 ) Jika dalam sebuah proses mediasi terdapat lebih dari satu
orang mediator, pembagian tugas mediator ditentukan dan
disepakati oleh para mediator sendiri .

Mediator yang menjadi penengah dalam suatu perkara yang


sedangdiperiksadi pengadilan , dipilih oleh para pihak berdasarkan
daftar mediator yang ada di setiap pengadilan .

33
Tidak setiap orang dapat menjadi mediator di pengadilan .
Persyaratan yang harus dipenuhi agar seseorang dapat bertindak
sebagai mediator diatur pada Pasal 5 ayat (1) dan ayat ( 2 ) Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 sebagai berikut.
(1) Kecuali keadaan sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (3)
dan Pasal 11 ayat (6), setiap orang yang menjalankan fungsi
mediator, pada asasnya wajib memiliki sertifikatmediator yang
diperoleh setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan
oleh lembagayangtelah memperoleh akreditasi dari Mahkamah
Agung Republik Indonesia .
(2 ) Jika dalam wilayah sebuah pengadilan tidak ada hakim , advokat,
akademisi hukum dan profesi bukan hukum yang bersertifikat
mediator, hakim di lingkungan Pengadilan yang bersangkutan
berwenang menjalankan fungsi mediator.
Dari ketentuan pasal ini , dapat diketahui bahwa mediator
terdiri atas mediator hakim dan nonhakim . Mediator nonhakim ,
terlebih dahulu harus mengikuti pelatihan untuk mendapatkan
sertifikasi sebagai mediator dari lembagayang sudah terakreditasi
oleh Mahkamah Agung. Persyaratan yang harus dipenuhi agar
suatu lembaga dapat memperoleh akreditasi dari Mahkamah
Agung sebagai berikut.
a. Mengajukan permohonan kepada Ketua Mahkamah Agung
Republik Indonesia .
b. Memiliki instruktur atau pelatih yang memiliki sertifikat telah
mengikuti pendidikan atau pelatihan mediasi dan pendidikan
atau pelatihan sebagai instruktur untuk pendidikan atau
pelatihan mediasi .
c. Sekurang- kurangnya telah dua kali melaksanakan pelatihan
mediasi bukan untuk mediator bersertifikat di pengadilan .

Para pihak yang bersengketa di pengadilan dan sengketa ter -


sebut dalam proses mediasi , memiliki tenggat waktu dalam memilih
dan menentukan mediator. Para pihak dalam jangka waktu dua
hari berunding untuk menentukan mediator yang akan menengahi
perkara yang sedang terjadi . Apabila dalam jangka waktu tersebut

34
para pihak telah menentukan mediator,
Mediator
para pihak menyampaikan hal tersebut
kepada majelis hakim. Atas pilihan nonhakim
mediator tersebut, ketua majelis hakim terlebih
memberitahukan kepada mediator yang dahulu harus
terpilih untuk segera melaksanakan tu-
gasnya pada perkara yang sedang di-
mengikuti
periksa. pelatihan
Sebaliknya, apabila para pihak tidak untuk
dapat menentukan hakim mediator
mendapat-
yang akan menangangi perkara ter -
sebut, mereka wajib menyampaikan hal kan sertifikasi
tersebut kepada ketua majelis hakim. sebagai
Dengan adanya kegagalan dalam me -
mediator
milih mediator, ketua majelis hakim
akan segera menunjuk hakim yang
dari lembaga
bukan menangani perkara dan hakim yang sudah
tersebut telah memiliki sertifikat se - terakre-
bagai mediator untuk menjadi me -
diator.
ditasi oleh
Apabila dalam suatu pengadilan Mahkamah
tidak terdapat hakim yang tidak memi- Agung.
liki sertifikat sebagai mediator, ketua
majelis hakim akan memilih hakim
pemeriksa perkara untuk menjalankan
fungsi sebagai mediator.
Setelah mediator yang akan menangani perkara telah dipilih,
para pihak yang bersengketa akan menempuh proses mediasi.
Tahap - tahap dari proses mediasi yang akan dijalankan oleh para
pihak adalah sebagaimanayangditentukan pada Pasal 13 Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008.
(1) Dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah para pihak
menunjuk mediator yang disepakati, masing-masing pihak
dapat menyerahkan resume perkara kepada satu sama lain dan
kepada mediator.
35
disebutkan dalam surat gugatan sehingga para pihak dianggap
tidak lengkap.
Tugas -tugas mediator dalam menjalankan fungsinya dalam
proses mediasi adalah sebagaimana yang ditentukan pada Pasal 15
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 sebagai berikut.
(1) Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan
mediasi kepada para pihak untuk dibahas dan disepakati.
( 2 ] Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung
berperan dalam proses mediasi .
(3] Apabila dianggap perlu , mediator dapat melakukan kaukus.
(4) Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan
menggali kepentingan mereka dan mencari berbagai pilihan
penyelesaian yang terbaik bagi para pihak .

Sengketa bisa terjadi disebabkan oleh kurangnya pemahaman


dari para pihak akan transaksi ataupun hubungan hukum yang
terjadi di antara para pihak sehingga dengan adanya ketidak-
pahaman atas hubungan tersebut dibutuhkan pendapat dari
orang lain yang dianggap sebagai ahli dalam hal hubungan hukum
ataupun transaksi yang terjadi di antara para pihak .
Sebagiamana yang telah diketahui sebelumnya, mediasi me -
rupakan cara untuk dapat memecahkan masalah yang terjadi
di antara para pihak, sehingga dianggap wajar apabila pihak
lain dilibatkan dalam suatu sengketa yang sedang terjadi . Pihak
lain dalam hal ini adalah mereka yang merupakan ahli di bidang
perkara yang sedang melalui proses mediasi tersebut. Pasal
16 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 mengatur
mengenai diperbolehkannya ahli dilibatkan dalam proses mediasi ,
yang mengatur sebagai berikut.
(1) Atas persetujuan para pihak atau kuasa hukum , mediator dapat
mengundang seorang atau lebih ahli dalam bidang tertentu
untuk memberikan penjelasan atau pertimbangan yang dapat
membantu menyelesaikan perbedaan pendapat di antara para
pihak .

37
( 2 ) Para pihak harus lebih dahulu mencapai kesepakatan tentang
kekuatan mengikat atau tidak mengikat dari penjelasan dan
atau penilaian seorang ahli .
(3) Semua biaya untuk kepentingan seorang ahli atau lebih dalam
proses mediasi ditanggung oleh para pihak berdasarkan
kesepakatan .

Proses dari mediasi tentu dapat menghasilkan kesepakatan


dari para pihak , baik kesepakatan untuk berdamai maupun
kesepakatan untuk tidak berdamai . Apabila para pihak bersepakat
berdamai , berlaku ketentuan berdasarkan pada Pasal 17 Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 , sebagai berikut.
(1) Jika mediasi menghasilkan kesepakatan perdamaian , para
pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan secara
tertulis kesepakatan yang dicapai dan ditandatangani oleh
para pihak dan mediator.
( 2 ) Jikadalamprosesmediasiparapihakdiwakiliolehkuasahukum ,
para pihak wajib menyatakan secara tertulis persetujuan atas
kesepakatan yang dicapai .
(3) Sebelum para pihak menandatangani kesepakatan , mediator
memeriksamateri kesepakatan perdamaian untukmenghindari
ada kesepakatan yang bertentangan dengan hukum atau yang
tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktikad tidak
baik .
(4) Para pihak wajib menghadap kembali kepada hakim pada
hari sidang yang telah ditentukan untuk memberitahukan
kesepakatan perdamaian .
(5) Para pihak dapat mengajukan kesepakatan perdamaian kepada
hakim untuk dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian .
(6 ) Jika para pihak tidak menghendaki kesepakatan perdamaian
dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian , kesepakatan per -
damaian harus memuat klausula pencabutan gugatan dan atau
klausula yang menyatakan perkara telah selesai .

38
Sebaliknya, apabila para pihak tidak berhasil mencapai ke -
sepakatan . berlaku ketentuan sebagaimana yang diatur pada Pasal
18 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008.
(1) Jika setelah batas waktu maksimal 40 (empat puluh) hari
kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (3), para
pihak tidak mampu menghasilkan kesepakatan atau karena
sebab - sebab yang terkandung dalam Pasal 15, mediator wajib
menyatakan secara tertulis bahwa proses mediasi telah gagal
dan memberitahukan kegagalan kepada hakim.
( 2) Segera setelah menerima pemberitahuan tersebut, hakim me -
lanjutkan pemeriksaan perkara sesuai ketentuan hukum acara
yang berlaku.
( 3) Pada tiap tahapan pemeriksaan perkara, hakim pemeriksa
perkara te tap berwenanguntukmendorongataumengusahakan
perdamaian hingga sebelum pengucapan putusan.
(4) Upaya perdamaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3 ] ber -
langsung paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak hari
para pihak menyampaikan keinginan berdamai kepada hakim
pemeriksa perkara yang bersang-
kutan.

Gagalnya proses mediasi tentu


menyebabkan para pihak harus men-
jalani persidangan. Dalam
proses Gagalnya
proses persidangan, para pihak akan
mengajukan bukti-bukti dan saksi-
proses
saksi yang dipergunakan sebagai mediasi di
sarana memperkuat setiap dalil- pengadilan
dalil dan argumen- argumen yang di-
menyebabkan
sampaikan di persidangan. Para pihak
tidak diperkenankan mengajukan para pihak
bukti-bukti dalam suatu persidangan, harus
yaitu bukti-bukti yang diperoleh dari menjalani
proses mediasi. Hal ini secara tegas
proses
persidangan.
diatur pada Pasal 19 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun
2008 , sebagai berikut.
(1) Jika para pihak gagal mencapai kesepakatan , pernyataan
dan pengakuan para pihak dalam proses mediasi tidak dapat
digunakan sebagai alat bukti dalam proses persidangan per -
kara yang bersangkutan atau perkara lain .
(2 ) Catatan mediator wajib dimusnahkan .
(3) Mediator tidak boleh diminta menjadi saksi dalam proses
persidangan perkara yang bersangkutan .
(4) Mediator tidak dapat dikenai pertanggungjawaban pidana
maupun perdata atas isi kesepakatan perdamaian hasil proses
mediasi .

Apabila para pihak telah gagal untuk bersepakat dalam mediasi,


para pihak menjalankan proses berperkara di pengadilan . Dengan
dijalankannya proses berperkara di pengadilan , bagi para pihak
telah tertutup upaya untuk dapat berdamai.

D. Perdamaian dalam Proses Banding, Ka -


sasi , dan Peninjauan Kembali
Berasaskan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008
ini , para pihak masih tetap dapat untuk berdamai meskipun proses
mediasi telah gagal . Diperkenakannya para pihak untuk berdamai
di setiap tingkatan pengadilan , diatur pada Pasal 21 Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 , sebagai berikut .
(1) Para pihak , atas dasar kesepakatan mereka , dapat menempuh
upaya perdamaian terhadap perkara yang sedang dalam
proses banding, kasasi, atau peninjauan kembali atau terhadap
perkara yang sedang diperiksa pada tingkat banding , kasasi,
dan peninjauan kembali sepanjang perkara itu belum diputus .
(2 ) Kesepakatan para pihak untuk menempuh perdamaian wajib
disampaikan secara tertulis kepada Ketua Pengadilan Tingkat
Pertama yang mengadili .
( 3) Ketua Pengadilan Tingkat Pertama yang mengadili segera
memberitahukan kepada Ketua Pengadilan Tingkat Banding

40
yang berwenang atau Ketua Mahkamah Agung tentang kehen -
dak para pihak untuk menempuh perdamaian .
(4) Jika perkara yang bersangkutan sedang diperiksa di tingkat
banding , kasasi, dan peninjauan kembali majelis hakim pe -
meriksa di tingkat banding , kasasi, dan peninjauan kembali
wajibmenundapemeriksaanperkarayangbersangkutanselama
14 ( empat belas) hari kerja sejak menerima pemberitahuan
tentang kehendak para pihak menempuh perdamaian .
(5 ) Jika berkas atau memori banding, kasasi, dan peninjauan kem -
bali belum dikirimkan , Ketua Pengadilan Tingkat Pertamayang
bersangkutan wajib menunda pengiriman berkas atau memori
banding , kasasi, dan peninjauan kembali untuk memberi ke -
sempatan para pihak mengupayakan perdamaian .

Jangka waktu atas proses perdamaian diatur pada Pasal 22


Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 yang menentukan
sebagai berikut.
(1) Upaya perdamaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat
(1) berlangsung paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak
penyampaian kehendak tertulis para pihak diterima Ketua
Pengadilan Tingkat Pertama .
( 2 ) Upaya perdamaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21,
dilaksanakan di pengadilan yang mengadili perkara tersebut
di tingkat pertama atau di tempat lain atas persetujuan para
pihak .
(3) Jika para pihak menghendaki mediator, Ketua Pengadilan
Tingkat Pertama yang bersangkutan menunjuk seorang hakim
atau lebih untuk menjadi mediator.
(4) Mediator sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), tidak boleh
berasal dari majelis hakim yang memeriksa perkara yang
bersangkutan pada Pengadilan Tingkat Pertama , terkecuali
tidak ada hakim lain pada Pengadilan Tingkat Pertama ter-
sebut.
(5) Para pihak melalui Ketua Pengadilan Tingkat Pertama dapat
mengajukan kesepakatan perdamaian secara tertulis kepada

41
majelis hakim tingkat banding, kasasi , atau peninjauan kembali
untuk dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian .
( )
6 Akta perdamaian ditandatangani oleh majelis hakim banding ,
kasasi , atau peninjauan kembali dalam waktu selambat-
Iambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak dicatat dalam
register induk perkara .
( 7 ) Dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
ayat (5) peraturan ini , jika para pihak mencapai kesepakatan
perdamaian yang telah diteliti oleh Ketua Pengadilan Tingkat
Pertama atau hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan
Tingkat Pertama dan para pihak menginginkan perdamaian
tersebut dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian , berkas dan
kesepakatan perdamaian tersebut dikirimkan ke pengadilan
tingkat banding atau Mahkamah Agung.

Para pihak yang bersengketa dan menyelesaikan sengketa


tersebut di luar pengadilan dengan bantuan dari mediator yang
telah bersertifikat, dapat meminta penetapan kepada pengadilan
yang berwenang untuk memperoleh akta perdamaian sebagaimana
yang diatur pada Pasal 23 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1
Tahun 2008 sebagai berikut.
(1) Para pihak dengan bantuan mediator besertifikat yang berhasil
menyelesaikan sengketa di luar pengadilan dengan kesepakatan
perdamaian dapat mengajukan kesepakatan perdamaian
tersebut ke pengadilan yang berwenang untuk memperoleh
akta perdamaian dengan cara mengajukan gugatan .
( 2 ) Pengajuan gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
harus disertai atau dilampiri dengan kesepakatan perdamaian
dan dokumen - dokumen yang membuktikan ada hubungan
hukum para pihak dengan objek sengketa.
(3) Hakim dihadapan para pihak hanya akan menguatkan ke -
sepakatan perdamaian dalam bentuk akta perdamaian apabila
kesepakatan perdamaian tersebut memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut .

42
a. Sesuai kehendak para pihak .
b. Tidak bertentangan dengan hukum .
c. Tidak merugikan pihak ketiga .
d . Dapat dieksekusi .
e. Dengan iktikad baik .

Dengan ditetapkannya akta perdamaian , secara tidak langsung


menghukum para pihak untuk mentaati apa yang telah disepakati
dan akta tersebut memiliki kekuatan eksekutorial sehingga dapat
dipaksakan pelaksanaannya .

$ 5

43

Copyrighted material
44

Copyrighted material
4

KONSILIASI

Pada saat ini, pihak- pihak yang bersengketa leluasa untuk


memilih bentuk penyelesaian sengketa yang akan digunakan oleh
para pihak . Pilihan ini tentunya harus didasarkan pada terlindung
atau tidaknya kepentingan masing- masing pihak.
Sebagaimana yang telah diuraikan , apabila terjadi sengketa ,
para pihak dapat terlebih dahulu menyelesaikan sengketa tersebut
secara bilateral . Dalam arti, sengketa dipecahkan hanya oleh
pihak- pihak yang bersengketa tanpa melibatkan pihak lain . Cara
penyelesaian sengketa ini disebut juga dengan negosiasi .
Namun , terkadang para pihak tidak dapat menyelesaikan
sengketa yang sedang mereka hadapi hanya oleh pihak- pihak yang
bersengketa sehingga harus melibatkan pihak ketiga . Pihak ketiga
yang dilibatkan pada sengketa tersebut adalah pihak yang netral

45

Anda mungkin juga menyukai