Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN MATERI KULIAH

AKUNTANSI KEBERLANJUTAN (EKA 453AP)


SAP 3

PANDUAN-PANDUAN TENTANG PENGUNGKAPAN CSR (ISO 26000 DAN


PERATURAN OJK)
Dosen Pengampu : Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, S.E., M.Si.

KELOMPOK 4
I Gusti Ayu Agung Tata Intan Tamara (1607531009) (06)
Ni Luh Gede Dandy Adi Pratiwi (1607531011) (07)
Putu Adhisty Prajna Putri (1607531030) (18)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA


PROGRAM S1-REGULER BUKIT
2018/2019
PEMBAHASAN SAP 3
PANDUAN-PANDUAN TENTANG PENGUNGKAPAN CSR (ISO 26000 DAN
PERATURAN OJK

1. ISO 26000 Sebagai Guidance CSR


Pada bulan September 2004, ISO (International Organization for Standardization)
sebagai induk organisasi standarisasi internasional, berinisiatif mengundang berbagai pihak
untuk membentuk tim (working group) yang membidani lahirnya panduan dan standarisasi
untuk tanggung jawab sosial yang diberi nama ISO 26000: Guidance Standard on Social
Responsibility. Pengaturan untuk kegiatan ISO dalam tanggungjawab sosial terletak pada
pemahaman umum bahwa SR adalah sangat penting untuk kelanjutan suatu organisasi.
Pemahaman tersebut tercermin pada dua sidang, yaitu Rio Earth Summit on the
Environment tahun 1992 dan World Summit on Sustainable Development (WSSD) tahun
2002 yang diselenggarakan di Afrika Selatan.

Pembentukan ISO 26000 ini diawali ketika pada tahun 2001 badan ISO meminta ISO on
Consumer Policy atau COPOLCO merundingkan penyusunan standar Corporate Social
Responsibility. Selanjutnya badan ISO tersebut mengadopsi laporan COPOLCO mengenai
pembentukan Strategic AdvISOry Group on Social Responsibility pada tahun 2002. Pada bulan
Juni 2004 diadakan pre-conference dan conference bagi negara-negara berkembang,
selanjutnya di tahun 2004 bulan Oktober, New York Item Proposal atau NWIP diedarkan
kepada seluruh negara anggota, kemudian dilakukan voting pada bulan Januari 2005, dimana
29 negara menyatakan setuju, sedangkan 4 negara tidak. Dalam hal ini terjadi perkembangan
dalam penyusunan tersebut, dari CSR atau Corporate Social Responsibility menjadi SR atau
Social Responsibility saja. Perubahan ini, menurut komite bayangan dari Indonesia,
disebabkan karena pedoman ISO 26000 diperuntukan bukan hanya bagi korporasi tetapi bagi
semua bentuk organisasi, baik swasta maupun publik.

ISO 26000 merupakan pedoman standar tanggungjawab sosial secara internasional.


Pedoman ini disediakan untuk organisasi pemerintah, bisnis, dan masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang berdimensi ekonomi, sosial dan lingkungan.
Dalam hal ini semua organisasi diasumsikan mempunyai tanggungjawab berkaitan dengan
segala hal yang diakibatkan oleh kebijakan dan kegiatan operasional mereka termasuk aktifitas
relationship dengan para stakeholder, baik internal maupun eksternal. Dengan ISO 26000 ini

1
akan memberikan tambahan nilai terhadap aktivitas tanggung jawab sosial yang berkembang
saat ini dengan cara:

a) mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung jawab sosial dan isunya
b) menyediakan pedoman tentang penterjemahan prinsip-prinsip menjadi kegiatan-kegiatan
yang efektif; dan
c) memilah praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan untuk
kebaikan komunitas atau masyarakat internasional.

Sebagai sebuah pedoman, ISO 26000 sebaiknya dikomunikasikan kepada para


pemangku kepentingan utama dalam kegiatan CSR yaitu : Industri, Pemerintah, Karyawan
(buruh), Konsumen, LSM (NGO), dan SSRO (service, support, research and others).
Pengkomunikasian kepada para pemangku kepentingan (stakeholder) ini sangat penting tidak
hanya dalam upaya mencapai keberhasilan program CSR, tapi juga dalam menciptakan
hubungan organisasi-pemangku kepentingan yang lebih harmonis. Dalam perspektif
komunikasi, CSR merupakan bagian dari upaya pembangunan kepercayaan pemangku
kepentingan/publik terhadap organisasi demi keberlanjutan usaha (sustainable business).

Apabila hendak menganut pemahaman yang digunakan oleh para ahli yang menggodok
ISO 26000 Guidance Standard on Social responsibility yang secara konsisten mengembangkan
tanggung jawab sosial maka masalah SR akan mencakup 7 isu pokok yaitu:

a) Tata kelola organisasi yang baik berkaitan dengan bagaimana organisasi tersebut menata
struktur secara efektif dan bagaimana proses pembuatan kebijakan dilakukan.secara benar
dan adil mengacu pada prinsip-prinsip Good Corporate Governance yaitu Transparency,
Accountability, Responsibility, Independency & Fairness.
b) Tanggungjawab sosial organisasi yang menghormati hak asasi manusia berpegang teguh
pada prinsip-prinsip : mengantisipasi hal-hal yang bersifat diskriminatif dan penanganan
kelompok-kelompok rentan (Discrimination & vulnerable groups, penghormatan terhadap
hak ekonomi, sosial dan budaya masyarakat (Economic, social and cultural rights) dan
hak-hak dasar karyawan ketika di tempat kerja (Fundamental rights at work).
c) Tanggungjawab organisasi dalam penanganan buruh meliputi: pemenuhan kewajiban
organisasi terhadap para pekerja dan menjalin hubungan baik dengan para pekerja
(Employment and employment relationships), menyediakan kondisi kerja yang layak

2
seperti : upah, jam kerja, libur istirahat mingguan, jaminan keselamatan, dan kesehatan
selama bekerja ( Health and Safety at work),
d) Tanggungjawab terhadap organisasi/bisnis terhadap lingkungan mencakup : pencegahan
polusi akibat aktifitas operasional organisasi (Prevention of pollution), penggunaan
sumber daya secara berkelanjutan (Sustainable resource use), mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan iklim (Climate change mitigation and adaptation) dan pemulihan dan
perlindungan lingkungan alam (Protection & restoration of natural environment.).
e) Praktik operasional yang jujur dan adil meliputi: dukungan dan tindakan pencegahan
korupsi (Anti-Corruption), penghindaran terhadap perilaku pelanggaran hukum,
berkompetisi dengan pesaing sejara jujur dan adil (Fair Competition).
f) Tanggungjawab sosial dalam penanganan isu konsumen mencakup: Pemasaran dan
penggunaan iklan yang jujur dan adil (Fair marketing and advertizing), memberikan
informasi produk secara faktual dan praktek kontrak obyektif dan adil (factual and
unbiased information and fair contractual practices), memberikan layanan dan dukungan
konsumen yang baik (consumer service and support), perlindungan data konsumen dan
pribadi (consumer data protection and privacy).
g) Tanggungjawab dalam pelibatan dan pengembangan masyarakat mencakup
tanggungjawab terhadap perkembangan dan kesejahteraan masyarakat sebuah organisasi
atau perusahaan beroperasi.
ISO 26000 menerjemahkan tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab suatu
organisasi atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan,
melalui perilaku yang transparan dan etis, dimana:

a) Konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat;


b) Memperhatikan kepentingan dari para stakeholder;
c) Sesuai hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma internasional;
d) Terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi, dalam pengertian ini meliputi baik kegiatan,
produk maupun jasa.

Berdasarkan konsep ISO 26000, penerapan sosial responsibility hendaknya terintegrasi


di seluruh aktivitas organisasi yang mencakup 7 isu pokok diatas. Dengan demikian jika suatu
perusahaan hanya memperhatikan isu tertentu saja, misalnya seperti aspek lingkungan, maka
perusahaan tersebut sesungguhnya belum melaksanakan tanggung jawab sosial.

3
Prinsip-prinsip dasar tanggung jawab sosial yang menjadi dasar bagi pelaksanaan yang
menjiwai atau menjadi informasi dalam pembuatan keputusan dan kegiatan tanggung jawab
sosial menurut ISO 26000 meliputi:

a) Akuntabilitas dalam hal ini ditujukkan dengan pembuktian bahwa organisasi bersangkutan
telah melakukan segala sesuatu dengan benar. Akuntabilitas harus dilakukan organisasi
terhadap seluruh stakeholder.
b) Prinsip transparansi menuntut organisasi untuk menyatakan seluruh keputusan dan
aktivitasnya yang memiliki dampak atas stakeholder dan lingkungan secara
transparan.Keterbukaan harus bersifat “clear , accurate and complete” atas seluruh
kebijakan, keputusan dan aktivitas.
c) Prinsip berperilaku etis menuntut organisasi untuk berperilaku etis dengan menegakkan
kejujuran, kesetaraan dan integritas sepanjang waktu. Perilaku etis juga harus ditunjukkan
dengan pengembangan struktur tata kelola yang mendorong perilaku etis, pembuatan dan
pengaplikasian standar perilaku etis, dan secara terus menerus meningkatkan standar
perilaku etis.
d) Prinsip penghormatan terhadap kepentingan stakeholder menuntut organisasi untuk
menghormati dan menanggapi kepentingan seluruh stakeholder-nya.Proses ini meliputi
kegiatan identifikasi, tanggapan terhadap kebutuhan, pengenalan hak-hak legal dan
kepentingan yang sah, serta pengenalan kepentingan yang lebih luas terkait dengan
pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
e) Prinsip kepatuhan terhadap hukum menuntut organisasi untuk mematuhi hukum yang
berlaku. Dalam hal ini organisasi harus patuh pada semua regulasi, memastikan seluruh
aktivitas operasionalnya sesuai dengan kerangka hukum yang relevan, patuh pada seluruh
aturan yang dibuatnya sendiri secara adil dan imparsial, dan mengetahui perubahan
perubahan dalam regulasi.
f) Prinsip penghormatan terhadap norma hukum internasional menuntut organisasi mengacu
pada hukum internasional bilamana hukum nasional di negaranya dalam implementasinya
tidak mencukupi untuk melindungi kondisi lingkungan dan sosialnya.

4
2. Peraturan OJK (BAPEPAM)
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut
sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting (Mathews,1995) atau
corporate social responsibility (Hackston dan Milne, 1996) merupakan proses
pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap
kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal
tersebut memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran
tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya
pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai
tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray
et. al., 1987).
Undang Undang No. 40 Tahun 2007 pasal 66 ayat (2) tentang Perseroan Terbatas
mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan aktivitas tanggung jawab sosialnya dalam
laporan tahunan. Namun demikian, item-item CSR yang diungkapkan perusahaan merupakan
informasi yang masih bersifat sukarela (voluntary).
Menurut Sulistyowati (2004), tujuan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
adalah :
a) Untuk meningkatkan image perusahaan.
b) Untuk meningkatkan akuntabilitas suatu organisasi, dengan asumsi bahwa terdapat
kontrak sosial antara organisasi dengan masyarakat.
c) Untuk memberikan informasi kepada investor.
Adapun alasan perusahaan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial adalah :
a) Untuk memahami apakah perusahaan telah mencoba mencapai kinerja sosial terbaik
sesuai yang diharapkan.
b) Untuk mengetahui apa yang dilakukan perusahaan dalam meningkatkan kinerja sosial.
c) Untuk memahami implikasi dari apa yang dilakukan perusahaan tersebut.
Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) adalah badan pemerintah yang bertugas untuk
melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal.
Bapepam dibentuk dengan tujuan untuk mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang
teratur, wajar, efisien dan melindungi kepentingan permodalan di Indonesia.
Dengan dibentuknya Bapepam maka diharapkan agar seluruh pelaku pasar modal
mengikuti ketentuan yang berlaku sesuai dengan bidangnya masing-masing dan
melaksanakannya secara konsisten dengan memperhatikan standar dan etika yang berlaku di
dunia bisnis serta mengutamakan kepentingan masyarakat banyak. Selain itu pemerintah

5
mengharapkan dengan dibentuknya Bapepam maka seluruh kegiatan pasar modal dilakukan
secara cepat dan tepat dengan biaya yang relatif murah.
Bapepam-LK merupakan penggabungan dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
dan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan. Saat ini, Bapepam-LK digantikan oleh Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) sejak berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2011.
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)
berdasarkan peraturan BAPEPAM terdapat pada Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:X.K.6 Kep-431/Bl/2012 Tentang penyampaian
Laporan Tahunan Emiten Atau Perusahaan Publik. Pada poin nomor 2 huruf H pada Bentuk
dan Isi Laporan Tahunan terdapat :
1) Bahasan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan meliputi kebijakan, jenis
program, dan biaya yang dikeluarkan, antara lain terkait aspek:
a) lingkungan hidup, seperti penggunaan material dan energi yang ramah lingkungan dan
dapat didaur ulang, sistem pengolahan limbah perusahaan, sertifikasi di bidang
lingkungan yang dimiliki, dan lain-lain;
b) praktik ketenagakerjaan, kesehatan, dan keselamatan kerja, seperti kesetaraan gender
dan kesempatan kerja, sarana dan keselamatan kerja, tingkat perpindahan (turnover)
karyawan, tingkat kecelakaan kerja, pelatihan, dan lain-lain;
c) pengembangan sosial dan kemasyarakatan, seperti penggunaan tenaga kerja lokal,
pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan, perbaikan sarana dan prasarana sosial,
bentuk donasi lainnya, dan lain-lain; dan
d) tanggung jawab produk, seperti kesehatan dan keselamatan konsumen, informasi
produk, sarana, jumlah dan penanggulangan atas pengaduan konsumen, dan lain-lain.
2) Emiten atau Perusahaan Publik dapat mengungkapkan informasi sebagaimana
dimaksud dalam angka 1) pada laporan tahunan atau laporan tersendiri yang
disampaikan bersamaan dengan laporan tahunan kepada Bapepam dan LK, seperti
laporan keberlanjutan (sustainability report) atau laporan tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility report).

6
DAFTAR PUSTAKA

Daniri, M.A. (2008). Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Bag I).
http://www.madani-ri.com/2008/01/17/standarisasi-tanggung-jawab-sosial-perusahaan-
bag-i/. Dikutip pada 13 Februari 2018
Entergizer, 2012. ISO 26000 Sebagai Pedoman BAru Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
https://entergizer.wordpress.com/2012/10/09/ISO-26000-sebagai-pedoman-baru-
tanggung-jawab-sosial-perusahaan-csr/. Dikutip pada 13 Februari 2019
Gray et al. 1987. Social and Environmental Disclosure and Corporate Characteristic: A
Research Note and Extension. Journal of Cusiness Finance and Accounting, Vol. 28, No.
3, p.327-356.
ISO 26000 - Guidance on Social Responsibilities: Menetapkan GCG Sebagai Suatu
Pemenuhan Tanggung Jawab.www.bakrie-brothers.com
Kadinindonesia, 2011. Penerapan CSR di Indonesia Perlukan Pedoman Sesuai ISO 26000.
http://www.kadinindonesia.or.id/berita/kadinpusat/2011/07/323305345421/Penerapan-
CSR-di-Indonesia-Perlukan-Pedoman-Sesuai-ISO-26000. Dikutip pada 13 Februari
2019.
Pemerintah Indonesia UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Peraturan BAPEPAM-LK Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Nomor:X.K.6 Kep-431/Bl/2012 Tentang penyampaian Laporan Tahunan
Emiten Atau Perusahaan Publik
Sulistyowati, F., (2004). Pengungkapan Kinerja Sosial: Wujud Pertanggungjawaban
Perusahaan Kepada Publik. Antisipasi, Vol. 8, No. 1, Hal. 67-86., 2007.

Anda mungkin juga menyukai