DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sikap Konsumen
Terhadap Kopi Bubuk Instan Top Kopi Di Wilayah Kota Bogor, Jawa Barat
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Top Kopi adalah produk kopi baru yang muncul di tahun 2012. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dan pola konsumsi konsumen
Top Kopi dan Kapal Api dan menganalisis sikap konsumen terhadap atribut kopi.
Penelitian ini menggunakan alat analisis Analisis Deskriptif, Fishbein dan Mann-
Whitney U Test. Karakteristik konsumen Top Kopi < 20 tahun, asal daerah Sunda,
SMA/SMK, belum menikah, dan pelajar, sedangkan Kapal Api 21-30 tahun, asal
daerah suku Sunda, menikah, dan pegawai swasta. Konsumen Kapal Api dan Top
Kopi mengkonsumsi kopi instan seminggu ≥ 5 kali, membeli dari warung, atribut
pertimbangan mengkonsumsi kopi adalah rasa, motivasi membeli untuk
kesegaran. Sumber informasi bagi konsumen Top Kopi berdasarkan keputusan
sendiri setelah mencoba berbagai merek kopi, Konsumen Kapal Api mendapatkan
informasi dari Iklan TV, dan yang berpengaruh dalam membeli kopi instan kedua
konsumen adalah keputusan sendiri. Konsumen Kapal Api dan Top Kopi
memiliki sikap netral terhadap produk dan tidak menunjukkan perbedaan sikap.
ABSTRACT
Top Kopi is a new coffee brand that started to be produced in 2012. The
aim of this research is to identify characteristics and patterns of consumption Top
Kopi and Kapal Api and to analyze consumer attitudes toward attributes,. This
method used in this research is Descriptive Analysis, Fishbein, and Mann-Whitney
U Test The Characteristics consumers Top Kopi are < 20 years, Sundanese,
SMA/SMK, unmarried, and student/ undergraduate, consumers Kapal Api are 21-
30 years, Sundanese, SMA/SMK, and employees. The consumption patterns of
consumers, consuming instant coffee ≥ 5 times a week, bought from shops, coffee
consumption considerations attributes of taste, motivation to buy is freshness, own
decisions to consume coffee, while Kapal Api from television advertising, and
influential in buying second header instant consumer groups derived from the
decision itself. Both group consumers of Kapal Api and Top Kopi have neutral
attitude and did not show differences.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Sikap Konsumen Terhadap Kopi Bubuk Instan Top Kopi di
Wilayah Kota Bogor, Jawa Barat
Nama : Debby Febrina Simanjuntak
NIM : H34090052
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2012 ini ialah perilaku
konsumen, dengan judul Sikap Konsumen Terhadap Kopi Bubuk Instan Top Kopi
di Wilayah Jawa Barat.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dra. Yusalina, M.si selaku dosen
pembimbing atas segala bimbingan dan arahan selama penelitian ini dilaksanakan,
serta Eva Yolyndi Aviny, Sp. MM dan Tintin Sarianti, Sp. MM yang telah banyak
memberi saran. Di samping itu, Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada
kedua orang tua, teman-teman Agribisnis 46 serta seluruh keluarga, atas segala
doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 6
Ruang Lingkup Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 7
Tinjauan Umum Komoditi Kopi 7
Standar Mutu Kopi 8
Studi Pustaka Penelitian Terdahulu Tentang Minuman 9
KERANGKA PEMIKIRAN 12
Kerangka Pemikiran Teoritis 12
Kerangka Pemikiran Operasional 15
METODE 17
Lokasi dan Waktu Penelitian 17
Jenis Dan Sumber Data 17
Penarikan Sampel dan Model Pengumpulan Data 17
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data 19
Uji Validitas 20
Uji Reliabilitas 21
Definisi Operasional 26
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 35
SIKAP KONSUMEN TERHADAP KOPI BUBUK INSTAN TOP KOPI 37
Karakteristik Umum Responden Top Kopi dan Kapal Api 37
Pola Konsumsi Konsumen Kopi Bubuk Instan 41
Analisis Sikap Konsumen Kopi Bubuk Instan 45
SIMPULAN DAN SARAN 56
Simpulan 56
Saran 57
DAFTAR PUSTAKA 57
LAMPIRAN 62
RIWAYAT HIDUP 65
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
1 Output Uji Validitas Atribut Kopi Bubuk Instan 60
2 Output Uji Reliabel Atribut Kopi Bubuk Instan 61
3 Output The Mann-Whitney U Test 62
4 Riwayat Hidup 63
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi cocoa lebih tinggi dari teh dan kopi,
akan tetapi produksi kopi memiliki jumlah yang lebih tinggi dari teh yaitu
638,647 ton dan produksi kopi juga mengalami peningkatan pada tahun 2012
yaitu 657,138 ton. Hal ini menunjukkan bahwa kopi memiliki potensi untuk
dikembangkan. Selain itu juga terjadi peningkatan kebutuhan terhadap kopi, baik
di dalam negeri maupun di luar negeri. Kopi menjadi komoditas yang penting
bagi pertumbuhan ekonomi dunia, baik dari segi konsumsi maupun dari segi
produksi. Hal ini terlihat bahwa kopi merupakan industri global yang
mempekerjakan lebih dari 20 juta orang, kemudian merupakan komoditi yang
menempati urutan kedua setelah minyak bumi, dengan lebih dari 400 miliar
cangkir yang dikonsumsi setiap tahun, dengan demikian, kopi menjadi minuman
paling populer di dunia setelah air putih (SWA, 2010).
Disamping itu, tanaman kopi merupakan komoditi ekspor yang memiliki nilai
jual tinggi karena tidak semua negara dapat menanam kopi. Indonesia merupakan
salah satu negara penyumbang kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil,
Vietnam, dan Colombia. Menurut data Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia (2011),
Indonesia mampu memasok kebutuhan kopi dunia kurang lebih dari 5.9 persen,
Brazil 25.1 persen, Vietnam 11 persen, dan Colombia 8.6 persen 1.
1
Aeki. Industri Kopi Indonesia. 2011. http://www.aeki-aice.org/. [19 November 2012].
2
Tabel 2 Luas areal dan produksi kopi Indonesia menurut Jenis tahun 2007- 2011
Tahun Arabika Robusta Jumlah
Luas Luas
Areal Produksi Areal Produksi Produksi Produksi
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada merek kopi yaitu, Top Kopi. Alasan
pemilihan pada merek tersebut adalah karena merek Top Kopi merupakan
jenis merek baru yang ada dipasaran, sedangkan untuk merek
pembandingnya adalah Kopi Kapal Api. Pemilihan pada merek Kapal Api
dilakukan karena merek ini merupakan produk yang sudah lama ada di
pasaran, sehingga demikian, penelitian ini sangat menarik dilakukan untuk
melihat bagaimana kinerja antara produk baru dengan produk yang sudah
lama dipasaran di mata konsumen dan bagaimana preferensi konsumennya.
Penelitian ini juga terbatas pada varian dengan campuran kopi gula dan
objek yang dijadikan dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-laki.
7
TINJAUAN PUSTAKA
lingkungan tempat tumbuh, dan cara pengolahan. Kopi mengandung kafein yang
dapat digolongkan sebagai obat pemacu syaraf pusat yang berguna untuk
meningkatkan semangat kerja, melawan kantuk dan keletihan mental (stres). Oleh
karena itu, setelah minum kopi seseorang akan merasakan kesegaran psikis
(Siswoputro, 1993).
Hasil penelitian WHO menunjukkan bahwa kopi dapat mencegah gejala
kanker dan usus besar, tetapi kopi juga mempunyai beberapa efek negatif seperti
mendorong peningkatan tekanan darah tinggi dan mempercepat denyut jantung.
Oleh karena itu, dengan semakin berkembangnya teknologi pengolahan kopi, kini
telah diproduksi kopi bebas kafein yang dikenal dengan istilah free caffeinde
caffeinated coffee, sehingga kopi cukup aman untuk dikonsumsi
(Siswoputro,1993).
Pada Tabel 6 menunjukkan syarat mutu umum biji kopi jenis Arabika.
Untuk menentukan biji kopi Arabika yang memiliki kualitas yang baik, syarat
mutu yang telah ditentukan apabila, kadar air maksimal 12 persen, kadar kotoran
maksimal 0.5 persen, tidak terdapat serangga hidup, biji kopi bebas dari bau
busuk dan berbau kapang, biji ukuran besar lolos ayakan dengan ukuran 7.5 Mm
maksimal 2.5 persen, untuk biji ukuran sedang dengan lolos ayakan ukuran 7.5
Mm jumlahnya maksimal 2.5 persen dan biji ukuran kecil dengan lolos ayakan
memiliki ukuran 6.5 Mm jumlahnya maksimal 2.5 persen.Berdasarkan Komite
Akreditasi Nasional (AKN,2011), adapun manfaat yang diperoleh dengan adanya
standar mutu kopi adalah 4:
a. Bagi produsen/petani: Unit produksi akan masuk dalam sistem standart yang
legal dan akan memiliki nilai tambah.
b. Bagi pedagang/eksportir: Dengan adanya kopi yang memiliki label SNI lebih
mudah untuk menawarkan. Tidak terjadi bias persepsi dalam menentukan
mutu.
c. Bagi Negara/regulator: kopi akan memiliki nilai jual dan nama yang baik
diantara produsen/pembeli kopi dan kakao dunia serta melakukan pembinaan
pada pemangku kepentingan terkait.
4
AKN. 2011. Arti Penting SNI Kopi dan Kakao. http://i-ccqc.com/news/sni-kopi-dan-kakao
[7 Februari 2012]
10
konsumen terhadap kopi instan dan korelasi atribut dengan preferensi konsumen
membantu konsumen dalam pemasaran produk yang dikembangkan oleh
produsen olahan kopi. Berdasarkan uji Rank-spearman, untuk konsumen bubuk
instan beberapa atribut yang berkorelasi positif adalah harga, merek, kemasan,
ampas, kemudahan memperoleh produk, komposisi dan aroma, sedangkan untuk
kopi bubuk atribut yang memiliki korelasi dengan preferensi adalah harga,
kemasan, ampas, rasa manis, kekentalan, dan kualitas. Untuk uji Chi-square, uji
hubungan variabel demografi dengan preferensi, dari konsumen kopi instan
variabel pendidikan dan jumlah keluarga berpengaruh terhadap preferensi kopi
instan, sedangkan untuk kopi bubuk tidak ada yang berpengaruh terhadap
preferensi konsumen.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Tambunan (2001). Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis bagaimana perilaku konsumen terhadap teh siap
saji. Penelitian ini menggunakan alat analisis Fishbein dan biplot. Adapun
penilaian responden yang dianggap penting mengenai evaluasi dan penilaian
kepercayaan terhadap atribut pada teh siap saji yaitu (berdasarkan urutan tingkat
kepentingan) citarasa teh murni, ketersediaan, aroma, rasa manis, isi (volume),
warna, harga, kemasan, merek, dan rasa pahit. Responden menyatakan bahwa
manfaat yang diperoleh dari minuman teh siap saji adalah dari kepraktisannya dan
umumnya mereka mengkonsumsi produk tersebut pada saat dalam perjalanan.
Pengenalan konsumen terhadap produk teh siap saji sebanyak 42.48 persen adalah
dari toko/supermarket/warung.
Selanjutnya, Lisiadi (2011) meneliti sikap konsumen terhadap minuman sari
buah nutrisari ready to drink (RTD). Alat analisis yang digunakan adalah
analisisdeskriptif, Fishbein, dan kesenjangan (GPA). Hasil dari penelitian ini
yaitu sebagian besar responden memiliki pendapatan berkisar Rp1000 000-Rp500
000 yang menunjukkan daya beli konsumen yang kuat. Tujuan meminum produk
Nurtrisari Ready to drink adalah kepraktisan dan kemudahan dalam
mengkonsumsi. analisis sikap skor Fishbein terhadap minuman sari buah
Nurtrisari Ready to drink terhadap produk pembandingnya seperti Buavita dan
ABC Juice menunjukkan, Nutrisari lebih disukai responden secara keseluruhan
daripada produk pembandingnya. Hasil penilaian responden terhadap Nutrisari,
produk ini masih memiliki harga yang cukup tinggi dibandingkan kedua produk
pembandingnya. Akan tetapi, meskipun Nutrisari merupakan produk follower dari
ABC juice dan Buavita, produk ini memiliki penilaian kepercayaan dari tingkat
kinerja yang tinggi, disusul Buavita dan ABC Juice.
Sejalan dengan Adityo (2006), penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
sikap konsumen terhadap Frestea, Tekita dan Teh Sosro dalamkemasan botol dan
membandingkan sikap konsumen terhadap Frestea, Tekita dan Teh Sosro kemasan
botol serta merumuskan strategi Bauran Pemasaran kepada perusahaan. Penelitian
ini menggunakan alat analisis multiatribut Fishbein. Hasil penelitian
menunjukkan penilaian responden terhadap Frestea dalam kemasan botol cukup
baik. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan ketiga jenis merek di atas
Minuman Frestea menduduki peringkat ketiga yaitu Teh Botol Sosro dan Tekita.
Hal ini dapat terjadi karena sebagai produk yang masih cukup baru, Frestea belum
mampu memberikan kualitas serta keunikan produk yang lebih baik dari kedua
produk lainnya yang lebih dahulu hadir dan dikenal oleh konsumen. Tingkat
kebersihan kemasan menjadi satu-satunya atribut yang dinilai sangat baik
11
KERANGKA PEMIKIRAN
Konsumen
Konsumen adalah orang yang melakukan tindakan menghabiskan nilai
barang dan jasa setelah mengeluarkan sejumlah biaya. Tujuan utama dari
mengkonsumsi barang dan jasa adalah memenuhi kebutuhan dan diukur sebagai
kepuasan yang diperoleh serta besarnya kepuasan yang diperoleh dari
mengkonsumsi suatu barang dan jasa terhadap biaya yang dikeluarkan (Kotler,
2000).
Surmawan (2003) membagi dua jenis konsumen yaitu konsumen individual
dan konsumen organisasi. Jenis pertama yaitu konsumen individu, meliputi
konsumen yang membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, digunakan
oleh anggota keluarga yang lain, atau untuk diberikan kepada orang lain sebagai
hadiah atau pemberian. Dalam konteks barang dan jasa yang dibeli kemudian
digunakan langsung oleh individu sering disebut sebagai “pemakai akhir” atau
“konsumen akhir”.
Perilaku Konsumen
Menurut Setiadi (2008), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung
terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Untuk
memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat pelaku
usaha harus memahami apa yang konsumen pikirkan (kognisi) dan konsumen
rasakan (pengaruh), apa yang dilakukan (perilaku), dan apa serta dimana (kejadian
di sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa,
dan dilakukan konsumen, sedangkan The American Marketing Association
mendefinisikan perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan
kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan
pertukaran dalam hidup mereka. Berdasarkan definisi tersebut terdapat tiga ide
penting, yaitu (1) perilaku konsumen adalah dinamis; (2) melibatkan interaksi
13
antara afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar; serta (3) melibatkan
pertukaran.
Sikap
Sikap menurut Engel et al. (1994) merupakan evaluasi menyeluruh yang
memungkinkan orang merespon dengan cara menguntungkan secara konsisten
dengan obyek atau alternatif yang diberikan. Sikap kerap terbentuk sebagai hasil
dari kontak langsung dengan obyek sikap.
Lebih jauh lagi sikap dikonseptualisasikan sebagai perasaan positif atau
negatif terhadap merek dan dipandang sebagai hasil dari penilaian merek dan
atribut evaluatif yang penting. Sikap disebut juga sebagai konsep yang paling
khusus dan sangat dibutuhkan dalam psikologis sosial kontemperor. Menurut
Thurstone (1993), dikutip oleh Setiadi (2010), sikap adalah sebagai salah satu
konsep yang cukup sederhana yaitu jumlah pengaruh yang dimiliki seseorang atas
atau menentang suatu objek, sedangkan Allport (1937), mengajukan definisi yang
lebih luas, bahwa sikap adalah suatu mental dan syaraf sehubungan dengan
kesiapan untuk menanggapi, diorganisasikan melalui pengalaman dan memiliki
pengaruh yang mengarahkan atau dinamis terhadap perilaku. Definisi ini
mengadung makna bahwa sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan
tanggapan terhadap suatu objek baik disenangi maupun tidak disenangi secara
konsisten. Ditambahkan oleh Boove dan Thili (1992), sikap relevan terhadap
perilaku pembelian yang ditampilkan oleh sikap yang terbentuk sebagai hasil dari
pengalaman langsung individu dengan produk, berdasarkan informasi yang
diberikan oleh pihak ataupun pengetahuan yang diperoleh dari media massa.
Perilaku mnegacu pada pembeliaan konsumen dan pola penggunaan untuk
produk dan jasa yang dimiliki. Kebutuhan informasi biasanya berfokus pada apa
yang dibeli, berapa banyak, dimana, dan kapan pembeliaan dilakukan, situasi dan
kondisi yang melingkupi pembeliaan, serta karakteristik pembeli (Schiffman and
Kanuk, 2000).
Penataan sikap (attitude scalling) merupakan istilah yang biasa dipakai
untuk mengacu pada proses pengukuran sikap. Penataan skala sikap dalam
pemasaran cenderung berfokus pada pengukuran keyakinan respon tentang
atribut-atribut produk (komponen kognitif) dan perasaan responden tentang daya
tarik aribut-atribut ini (komponen aektif). Kombinasi keyakian dan perasaan
biasanya diasumsikan untuk menentukan niat membeli (komponen perilaku).
Model sikap multiatribut dapat digunakan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dengan sikap terhadap produk
berkenaan dengan ciri atau atribut produk ( Engel, et al., 1994).
Pola Konsumsi
Menurut Sumarwan (2004) Pola konsumsi merupakan gaya hidup yang
menggambarkan pilihan seseorang dalam menggunakan waktu dan uang. Pada
hakekatnya, dengan mempelajari pola konsumsi dapat dinilai sampai seberapa
jauh perkembangan kesejahteraaan masyarakat pada saat ini. Pola konsumsi
pangan sangat ditentukan oleh faktor sosial ekonomi rumah tangga seperti tingkat
pendapatan, harga pangan-non pangan, selera dan kebiasaan makan. Di dalam
analisis pola konsumsi, faktor sosial budaya didekati dengan menganalisa data
golongan pendapatan rumah tangga, sedangkan geografis didekati dengan lokasi
14
desa-kota dari rumah tangga yang bersangkutan. Pola konsumsi pangan juga
dipengaruhi oleh karakteristik rumah tangga yaitu jumlah anggota rumah tangga,
struktur, umur, jenis kelamin, pendidikan dan lapangan pekerjaan.
Menurut Harper, Deaton dan Drisket (1985) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi pola konsumsi makanan rumah tangga. Faktor tersebut antara lain
pendapatan dan pengetahuan gizi. Kebiasaan pola konsumsi tercermin dalam
kebudayaan keluarga yang biasa disebut “gaya hidup” (lifestyle). Sudiarti (1997)
menyatakan bahwa “gaya hidup” merupakan hasil interaksi berbagai indikator
ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup. Indikator-indikator tersebut antara
lain adalah: (a) indikator ekonomi, yaitu pendapatan yang selanjutnya akan
mempengaruhi daya beli dan ketersediaan uang kontan untuk membeli pangan;
(b) indikator sosial, yaitu pendidikan, pengetahuan gizi atau kesehatan dan
struktur rumah tangga yang meliputi jumlah anggota rumah tangga, dan
pengambilan keputusan dalam rumah tangga; (c) indikator budaya, yaitu jenis
suku, kepercayaan dan agama. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa yang termasuk
budaya adalah cara-cara seseorang dalam berpikir, berperasaan dan berpandangan
tentang makanan.
Atribut
Atribut produk merupakan penilaian tersendiri, bagi konsumen yang akan
mempengaruhi penilaian mereka seutuhnya, terhadap produk yang bersangkutan.
Konsumen melakukan penilaian dengan mengadakan evaluasi terhadap atribut
produk dan memberikan kekuatan kepercayaan konsumen terhadap atribut yang
dimiliki oleh suatu produk.
Menurut Engel et al (1994), atribut produk merupakan karakteristik suatu
produk yang berfungsi sebagai atribut evaluatif selama pengambilan keputusan,
dimana atribut tersebut tergantung pada jenis produk dan tujuannya.
Menurut Kotler (2001), atribut produk adalah mutu ciri (keseluruhan ciri
serta sifat dari suatu produk yang berpengaruh pada kemampuannya untuk
memuaskan kebutuhan) dan model produk (produk yang melaksanakan fungsinya
meliputi keawetan, keandalan, ketepatan, kemudahan dipergunakan, dan
diperbaiki serta atribut lain).
Dalam mengevaluasi atribut produk, ada dua sasaran pengukuran yang
penting, yaitu, (1) mengidentifikasi kriteria evaluasi yang mencolok dan (2)
memperkirakan saliensi relatif dari masing-masing atribut produk (Engel, 1994).
Kriteria evaluasi yang mencolok ditentukan dengan menggunakan atribut yang
menduduki peringkat tertinggi. Saliensi biasanya diartikan sebagai kepentingan
dan berbagai kriteria evaluasi. Kekuatan kepercayaan konsumen terhadap atribut
produk, dicerminkan oleh pengetahuan konsumen terhadap suatu produk atau
manfaat yang diberikan oleh suatu produk.
Atribut produk pada umumnya terdiri atas tiga tipe, yaitu ciri-ciri atau rupa
(feature), fungsi (function), dan manfaat (benefit). Ciri-ciri dapat berupa ukuran,
karakteristik, estetis, komponen atau bagian-bagiannya, bahan dasar, proses,
manufaktur, servis atau jasa, penampilan, harga, susunan maupun trade/merek dan
lain-lain. Atribut fungsi jarang digunakan dan lebih sering diperlakukan sebagai
ciri-ciri atau manfaat. Atribut manfaat dapat berupa kegunaan, kesehatan, dan
penghematan, misalnya waktu. Manfaat dapat juga berupa manfaat langsung dan
manfaat tidak langsung.
15
Sikap Konsumen
METODE
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor. Letak kota yang strategis
secara ekonomi dan jumlah penduduk yang cukup tinggi serta aktivitas yang
sangat tinggi, menjadi landasan utama dalam penentuan lokasi penelitian. Waktu
penelitian dilakukan mulai tanggal 26 Februari 2013. Pemilihan lokasi dilakukan
dengan sengaja (purposive )yang meliputi daerah seputar Jalan baru, sepanjang
Jalan Pajajaran, Jalan Surya Kencana, dan sekitar daerah Ekalokasari Plaza yang
merupakan salah satu jalan utama yang melintasi Kota Bogor, yang memiliki
tingkat keramaian yang tinggi, dan jumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) serta
Warung kopi yang banyak. Daerah tersebut dekat dengan perkantoran, yang
memungkinkan para pekerja maupun yang sedang memintas jalan tersebut
singgah di warung kopi maupun PKL.
𝑁
n=
1 + 𝑁𝑒 2
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
dapat ditolerir
650,427
n=
1 + 650,427(0.1)2
n = 99.98 ≈ 100
Tabel 7 Sebaran penduduk kota bogor dan jumlah responden 4 wilayah kecamatan di kota
bogor, 2011
Jumlah Jumlah Top Kopi Kapal
Wilayah Bogor Tempat Penduduk Responden Api
Selatan Daerah
Ekalokasari 184,336 28 14 14
Uji Validitas
Uji Reliabilitas
A0 = � b1 e1
𝑡=1
Dimana:
A0 : sikap terhadap suatu objek
b1 : Kekuatan kepercayaan bahwa objek tersebut memiliki atribut i
e1 : Evaluasi terhadap atribut i
N : jumlah atribut yang dimiliki objek
kekentalan, rasa manis, dan kekuatan warna. Data diukur menggunakan skala
likert lima angka. Menurut Kinnear dalam Umar (2000), skala likert berhubungan
dengan pernyataan sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju tidak setuju,
senang tidak senang, serta baik tidak baik. Skala likert beserta skor jawaban
responden tersaji di bawah ini.
Untuk lebih jelasnya, berikut contoh Skor evaluasi (ei) untuk setiap atribut
pada analisis Fishbein dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Skor evaluasi (ei) untuk setiap atribut pada analisis Fishbein
Atribut Evaluasi
Perlu diingat sewaktu menafsirkan hasil ini bahwa skala ei dan bi berkisar
dari skor maksimum 5 hingga skor minimum 1.
Tabel 11 Skor kepercayaan (bi) untuk setiap atribut pada analisis Fishbein
Atribut Evaluasi
d. (3.41)-(4.20) = Penting
e. (4.21)-(5.00) = Sangat penting
Sementara itu `pembagian kelas berdasarkan tingkat kepercayaan adalah:
a. (1)-(1.80) = sangat tidak baik
b. (1.81)-(2.60) = tidak baik
c. (2.61)-(3.40) = Netral
d. (3.41)-(3.40) = baik
e. (4.21)-(5.00) = Sangat baik
[(5x5) − (1x1)]
= 4.8
5
Sementara itu, untuk menilai sikap (Ao) total, nilai range ditentukan oleh
perhitungan sebagai berikut:
[(25x10) − (1x10)]
= 48
5
apakah terdapat persamaan preferensi antara sikap sampel konsumen Top Kopi
dengan sikap sampel Kapal Api.
Rumus The Mann-Whitney U Test adalah sebagai berikut:
𝑛1 (𝑛1 +1)
U= 𝑛1 𝑛2 + − 𝑅1
2
𝐻0 = Terdapat persamaan sikap antara sampel konsumen Top Kopi dengan sampel
konsumen Kapal Api.
𝐻1 = Terdapat perbedaan sikap antara sampel konsumen Top Kopi dengan sampel
konsumen Kapal Api.
Definisi Operasional
Berikut daftar atribut-atribut dugaan dengan skala likert dapat dilihat pada
Tabel 12.
Indikator Atribut
1. Harga
STB = Harga kopi sangat tidak sesuai dengan kualitas yang diberikan
TB = Harga kopi tidak sesuai dengan kualitas yang diberikan
CB = Harga kopi cukup sesuai dengan kualitas yang diberikan
B = Harga kopi sesuai dengan kualitas yang diberikan
SB = Harga kopi sangat sesuai dengan yang diberikan
2. Merek
STB =Ketika mendengar merek kopi tersebut saya sama sekali tidak pernah
mengetahui merek kopi tersebut
TB = Ketika mendengar merek kopi tersebut saya tidak pernah
mengetahui merek kopi tersebut
CB =Ketika mendengar merek kopi tersebut saya sama seperti pernah
mengetahui merek kopi tersebut
B = Ketika mendengar merek kopi tersebut saya sama mengenalinya
SB =Ketika mendengar merek kopi tersebut saya sangat mudah mengenalinya
3. Ampas
STB = Ampas kopi sangat banyak dan sangat menggangu saat diseduh
TB = Ampas kopi banyak dan menggangu saat diseduh
CB = Ampas kopi sedang dan tidak terlalu menggangu saat diseduh
B = Ampas kopi sedikit dan tidak menggangu saat diseduh
SB = Ampas kopi sangat sedikit
4. Aroma
STB = Aroma kopi sangat tidak terasa harumnya dan sangat tidak dapat
dibedakan dengan aroma kopi lainnya
TB = Aroma kopi tidak terasa harumnya dan tidak dapat dibedakan dengan
aroma kopi lainnya
CB = Aroma kopi terasa harum dan cukup khas
B = Aroma kopi terasa harum dan terdapat aroma yang khas
SB = Aroma kopi sangat terasa harum dan sangat khas
5. Penghilang rasa kantuk
STB= Kopi yang dikonsumsi sama sekali tidak berpengaruh dalam kesegaran
tubuh
TB = Kopi yang dikonsumsi tidak berpengaruh dalam kesegaran tubuh
CB = Kopi yang dikonsumsi cukup berpengaruh dalam kesegaran tubuh
B = Kopi yang dikonsumsi berpengaruh dalam kesegaran tubuh
SB = Kopi yang dikonsumsi sangat berpengaruh dalam kesegaran tubuh
6. Kekentalan
STB= Kopi yang saat diseduh terlihat sangat encer atau warna kopi sangat
tidak hitam
34
TB = Kopi yang saat diseduh terlihat encer atau warna kopi tidak hitam
CB = Kopi yang saat diseduh terlihat cukup encer atau berwarna cukup hitam
B = Kopi yang saat diseduh terlihat kental atau berwarna hitam
SB = Kopi yang saat diseduh terlihat sangat kental atau berwarna hitam pekat
7. Kualitas
STB= Kopi yang ditawarkan sangat tidak memuaskan setelah dikonsumsi
TB = Kopi yang ditawarkan tidak memuaskan setelah dikonsumsi
CB = Kopi yang ditawarkan cukup memuaskan setelah dikonsumsi
B = Kopi yang ditawarkan sangat memuaskan setelah dikonsumsi
8. Kemasan
STB =Kemasan memiliki desain, warna, gambar yang sangat tidak menarik
SB = Kemasan memiliki desain, warna, gambar yang tidak menarik
CB = Kemasan memiliki desain, warna, gambar yang cukup menarik
B = Kemasan memiliki desain, warna, gambar yang menarik
SB = Kemasan memiliki desain, warna, gambar yang sangat menarik
9. Warna
STB = Jika warna kopi sangat tidak pekat
TP = Jika warna kopi sangat tidak pekat
CB = Jika warna kopi cukup pekat
B = Jika warna kopi sangat pekat
SB = Jika warna kopi sangat pekat
10. Iklan
STB = Iklan yang ada di media cetak maupun elektronik sangat tidak menarik
dan sama sekali tidak tertarik untuk membeli
TB = Iklan yang ada di media cetak maupun media elektronik tidak menarik
dan tidak tertarik untuk membeli
CB = Iklan yang ada di media cetak maupun media elektronik biasa saja dan
sedikit tertarik untuk membeli
B = Iklan yang ada di media cetak maupun media elektronik menarik dan
menimbulkan ketertarikan untuk membeli
SB = Iklan yang ada di media cetak maupun media elektronik sangat menarik
dan sangat tertarik untuk membeli
11. Kemudahan memperoleh produk
STB = Produk sangat sulit ditemukan dimanapun (Warung/Toko,
Supermarket, Minimarket)
TB = Produk sulit ditemukan dimanapun (Warung/Toko, Supermarket,
Minimarket)
CB = Produk cukup sulit ditemukan dimanapun (Warung/Toko, Supermarket,
Minimarket)
B = Produk mudah ditemukan dimanapun (Warung/Toko, Supermarket,
Minimarket)
SB =Produk sangat mudah ditemukan dimanapun (Warung/Toko,
Supermarket, Minimarket)
35
Kota Bogor secara geografis terletak di antara 106’48’ BT dan 6’26’ LS serta
mempunyai rata-rata ketinggian minimal 190 meter dan maksimal 350 meter
dengan batas wilayah semuanya berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Jarak Kota
Bogor dengan Ibu Kota Negara memiliki jarak yang cukup dekat. Kedekatan jarak
antara Kota Bogor dengan DKI Jakarta memungkinkan Kota ini dijadikan sebagai
kota international.
Dalam Keppers No 54 Tahun 2008 tentang rencana tata ruang wilayah
Jabotabek dan Depok, Kota Bogor difungsikan sebagai sebuah Counter
management bagi perkembangan DKI Jakarta. Kota Bogor diarahkan sebagai
pusat kegiatan wilayah yang memiliki kegiatan utama sebagai kota regional, jasa,
pemukiman, dan industri. Parameter sebagai kota international antara lain ditandai
oleh peruntukkan sebagian besar lahan untuk mendukung fungsi kota tersebut
sebagai kota pemukiman, jasa, perdagangan regional, industri dan wisata ilmiah.
Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118,570 km2 dan mengalir beberapa
sungai yang letak permukaan airnya jauh di bawah letak permukaaan kota. Sungai
tersebut seperti Sungai Ciliwung, Cisadane, Cipakancilan, Cidepit, Cipangi, dan
Cibalok. Kondisi iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap bulan 26’ C dengan suhu
terendah 21.8’ C dengan suhu tertinggi 30.4’ C. Kelembapan udara 70 persen,
curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.500-4000 mm dengan curah hujan
terbesar pada bulan Desember dan Januari. Arah mata angin sebagian besar
dipengaruhi oleh angin muson, dan untuk bulan Mei sampai dengan Maret
dipengaruhi oleh angin muson barat.
Batas Wilayah Kota Bogor dibatasi oleh beberapa kecamatan yang ada di
Bogor. Batas sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan
Kecamatan Caringin. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan
Kecamatan Ciawi. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan
Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Kemang dan Kecamatan Dramaga.
Sementara itu jumlah pedagang kaki lima yang terdapat Kota Bogor menurut
Dinas Tata Kota mencapai 12.000 PKL pada tahun 2009. Dengan demikian, Tabel
14 menunjukkan bahwa wilayah Kota Bogor sangat berpontensi dalam pemasaran
kopi instan. Hal ini disebabkan Kota Bogor adalah pusat perekonomian dan
pemerintah wilayah Kota Bogor dengan jumlah penduduk yang cukup padat.
37
Dalam penelitian ini, sampel diambil di warung kopi, pedagang kaki lima,
dan di warung makan. Konsekuensi dari pengambilan sampel tersebut yaitu
menjadikan seluruh sampel dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-laki.
Karakteristik umum konsumen kopi bubuk instan yang dianalisis, meliputi
pendidikan terakhir, status pernikahan, pekerjaan, dan pendapatan rata-rata
perbulan. Sementara itu, untuk analisis pola konsumsi, meliputi kuantitas dalam
membeli kopi bubuk instan per seminggu, tempat konsumen biasa membeli kopi
bubuk instan, apa yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli kopi
bubuk instan, motivasi pertama kali dalam membeli dan mengkonsumsi kopi
bubuk instan, asal informasi mengenai kopi bubuk instan, dan orang yang paling
berpengaruh dalam memutuskan untuk membeli kopi bubuk instan.
5
Majalah Swa Sembada. 2012.
http://202.59.162.82/swamajalah/tren/details.php?cid=1&id=2385&pageNum=3 [21 April 2013].
38
Penelitian ini menemukan, bahwa terdapat kecenderungan usia muda yang lebih
menyukai produk yang dinamis atau baru terutama dari aspek promosinya.
Sementara itu, konsumen tua lebih suka terhadap produk-produk yang konservatif
atau yang memiliki aspek keaslian (originality) pada suatu produk dari waktu ke
waktu.
Hal lain yang juga mendukung peryataan ini, apabila ditelaah dari iklan Top
Kopi, terdapat dua artis muda yang ditampilkan pada iklan Top Kopi, yaitu Nikita
Willy dan Samuel Zwiglyn. Kedua artis tersebut menggambarkan bahwa salah
satu target pasar perusahaan ini adalah usia muda, sehingga banyak kalangan dari
usia < 20 tahun mengkonsumsi produk ini.
1 Pegawai swasta 22 58
2 Wiraswasta 2 10
Pelajar/
3 Mahasiswa 76 24
4 Tukang Ojek - 6
5 BuruhBangunan - 2
``
Berdasarkan Tabel 19, menunjukkan bahwa konsumen yang memiliki
pekerjaan pegawai swasta lebih memilih untuk mengkonsumsi Kapal Api.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sanjaya (1998), dari jenis pekerjaan,
kopi Kapal Api paling banyak di konsumsi Pegawai Swasta, sehingga hal ini
menunjukkan bahwa, konsumen Kapal Api adalah mereka dengan aktivitas yang
rutin dan produktif. Sesuai dengan karakteristik minuman kopi yang merupakan
minuman penyegar dan pada dasarnya konsumen ini juga telah merasakan kualitas
dari produk Kapal Api, sedangkan konsumen Top Kopi lebih banyak di minum
konsumen pelajar/ Mahasiswa, yang pada dasarnya konsumen golongan ini masih
muda dan lebih menyukai hal-hal baru yang sesuai dengan jamannya.
Sementara itu, konsumen dengan pekerjaan tukang ojek dan buruh bangunan
yang mengkonsumsi Top Kopi pada saat penelitian dilakukan tidak ditemui. Hal
ini menandakan bahwa rata-rata konsumen yang bekerja sebagai buruh bangunan
dan tukang ojek lebih memilih mengkonsumsi produk Kapal Api. Hal ini juga
menunjukkan segmentasi Kapal Api adalah kalangan menengah kebawah.
Tabel 20 Rata-rata pendapatan perbulan konsumen Top Kopi dan Kapal Api
Rata-rata Pendapatan Persentase Responden Persentase Responden
No Perbulan Top Kopi (%) Kapal Api (%)
1 <200.000 30 12
2 200.001-400.000 14 8
3 400.001-600.000 18 12
4 600.001-800.000 12 2
5 800.001-1.000.000 4 28
6 >1000.000 22 38
bekerja sebagai pegawai swasta dan konsumen Top Kopi sebagian besar adalah
pelajar. Pendapatan merupakan salah satu indikator dalam melihat daya beli
konsumen terhadap suatu produk. Semakin tinggi pendapatan seseorang semakin
tinggi pula daya beli seseorang dalam membeli produk, sehingga menjadi hal
penting bagi perusahaan untuk mengetahui daya beli terhadap minuman kopi
bubuk instan.
Pola konsumsi konsumen terhadap kopi bubuk instan sangat perlu diketahui,
karena hal ini menyangkut kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi kopi.
Dengan demikian dapat diketahui bagaimana responden menggambarkan
kebutuhan dirinya terhadap produk yang dikonsumsi. Berdasarkan hal tersebut,
dapat diketahui, berapa rata-rata konsumsi kopi bubuk instan per minggu, tempat
membeli kopi bubuk instan, atribut yang menjadi pertimbangan dalam membeli
kopi bubuk instan, motivasi membeli kopi bubuk instan, dan yang berpengaruh
dalam membeli kopi bubuk instan.
Berdasarkan rata-rata konsumsi kopi bubuk instan per minggu, menunjukkan
bahwa baik konsumen Kapal Api maupun Top Kopi, paling banyak
mengkonsumsi kopi bubuk instan sebanyak ≥ 5 kali dalam per minggu, dengan
persentase masing-masing sebesar 56 persen dan 52 persen. Apabila ditelaah,
kemungkinan besar konsumen Kapal Api dan Top Kopi, mengkonsumsi kopi
paling sedikit sekali dalam sehari. Dengan demikian, aktivitas mengkonsumsi
kopi bagi konsumen Kapal Api dan Top Kopi merupakan kebiasaan sehari-hari,
mengingat jumlah frekuensi menyeduh kopi per minggu kedua sampel konsumen
tersebut menunjukkan kuantitas minum kopi yang cukup banyak (Tabel 21).
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Sanjaya, 1998), yang menyatakan
bahwa kebanyakan konsumen Kapal Api mengkonsumsi kopi 1 kali dalam sehari.
Hal ini menunjukkan bahwa konsumen yang menjadikan suatu barang atau
jasa sebagai kebiasaan sehari-harinya akan sulit terlepas dari kebiasaan tersebut.
Hal tersebut menjadi keuntungan tersendiri bagi perusahaan kopi, dalam
meningkatkan penjualan terhadap barang yang diproduksi atau jasa yang
disediakan.
Perusahaan sangat perlu mengetahui tempat membeli konsumen kopi
bubuk instan, karena hal ini menjadi alasan perusahaan dalam mengembangkan
jalur distribusinya terhadap produknya. Pada konsumen Top Kopi dan Kapal Api
sebagian besar konsumen membeli di warung/toko dengan persentase masing-
masing sebesar 70 persen dan 80 persen. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
42
harus lebih melihat, bahwa warung/toko merupakan distribusi yang tepat dalam
menjangkau konsumen-konsumennya.
1 Warung/Toko 70 80
2 Supermarket 28 18
3 Rumah Makan 2 18
Tabel 23 Atribut yang paling berpengaruh dalam membeli kopi bubuk instan
Persentase Responden Persentase Responden
No Atribut Top Kopi (%) Kapal Api (%)
1 Rasa 36 54
2 Harga 8 4
3 Kekentalan 4 -
4 Siap seduh 2 14
5 Aroma 2 8
6 Rasa dan aroma 10 4
7 Rasa dan harga 6 4
8 Rasa dan siap seduh 4 -
Rasa, harga, aroma dan siap
9 seduh 6 2
10 Rasa, harga dan aroma 4 2
Rasa, harga, kemasan dan
11 aroma 4 -
Rasa, kekentalan dan siap
12 seduh 2 -
13 Kemasan dan aroma 2 -
14 Rasa, harga dan siap seduh 2 2
Rasa, kemasan, aroma dan
15 siap seduh 4 -
16 Rasa, harga, kekentalan, dan aroma - 2
Pola konsumsi konsumen juga dapat dilihat dari motivasi pertama kali
ketika konsumen memutuskan untuk membeli suatu barang. Motivasi merupakan
dorongan yang muncul pada diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi semakin penting agar konsumen dapat mendapatkan tujuan yang
diinginkannya secara optimum. Untuk itu, tujuan dari analisis motivasi konsumen
dalam membeli kopi bubuk instan agar perusahaan memahami konsep perilaku
konsumen, sehingga konsumen dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya
dengan melakukan transaksi pembelian dan merasakan kepuasan terhadap produk
yang ditawarkan sehingga konsumen menjadi pelanggan loyal (tunggal).
Tabel 27 Nilai prioritas atribut pada sampel konsumen Top Kopi dan Kapal Api
Top Kopi Kapal Api
Kategori
Atribut ei Kategori Sikap Ei Sikap
Harga 3.66 Penting 3.70 Penting
Ampas 2.44 Tidak Penting 2.64 Netral
Merek 3.42 Penting 3.20 Netral
Sangat
Aroma 4.18 Penting 4.22 Penting
Penghilang rasa kantuk 3.68 Penting 4.00 Penting
Kemasan 3.90 Penting 3.92 Penting
Kekentalan 3.44 Penting 3.24 Netral
Sangat
Kualitas 4.50 Sangat Penting 4.42 Penting
Kekuatan warna 3.50 Penting 3.98 Penting
Iklan 3.70 Penting 3.64 Penting
Kemudahan memperoleh Sangat
produk 4.24 Sangat Penting 4.42 Penting
Catatan: range kategori tingkat kepentingan (ei) diperoleh dari rumus: (m-n)/b. m= 5,
n=1. Rentang skala yang diperoleh adalah : (1)-(1.80)= Sangat tidak penting, (1.81)-
(2.60)= Tidak penting, (2.61-3.40)= Netral, (3.41)-(4.20)= Penting, (4.21)-(5.00)= Sangat
penting.
Harga
Atribut harga merupakan atribut yang dianggap penting bagi konsumen.
Konsumen sering mengidentikkan bahwa harga adalah indikator kualitas. Makin
tinggi harga yang ditawarkan maka makin tinggi pula kualitas yang terdapat pada
produk tersebut (Schiffman and Kanuk, 2000). Oleh karena itu, Atribut harga
secara tidak langsung akan mempengaruhi asumsi konsumen, semakin murah
harga yang ditawarkan maka konsumen menganggap bahwa produk tersebut
kurang berkualitas, sebaliknya apabila harga terlalu mahal maka tidak semua
konsumen bisa menikmati minuman tersebut. Akan tetapi, harga yang murah tidak
selalu menjadi standart sebuah produk tidak berkualitas di mata konsumen.
Atribut harga menjadi penting apabila harga yang ditawarkan sesuai dengan
kemampuan konsumen dalam membeli.
Pada sampel konsumen Top Kopi memberikan penilaian harga sebesar 3.66
yang artinya konsumen memberikan penilaian penting pada atribut ini, demikian
halnya dengan pada sampel konsumen Kapal Api menyatakan atribut harga
merupakan atribut yang penting. Atribut ini memiliki nilai kepercayaan sebesar
3.70.
Ampas
Keberadaan ampas pada kopi bubuk instan dinilai tidak penting bagi
konsumen Top Kopi. Kopi bubuk instan identik sebagai kopi yang sedikit
menyisakan ampas, sehingga bagi konsumen hal ini merupakan keunggulan bagi
kopi bubuk instan. Dengan demikian, hal ini dapat mempermudah konsumen
dalam menyeduh kopi tanpa harus menyaring kembali ampas yang tersisa. Oleh
karena itu, konsumen Top Kopi kurang menyukai keberadaan atribut ini di dalam
47
kopi. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 23, atribut ini memiliki nilai 2.44 yang
artinya konsumen Top Kopi menganggap bahwa keberadaan ampas pada kopi
bubuk instan tidak penting. Berbeda dengan kelompok konsumen Kapal Api,
ampas dianggap menjadi atribut yang netral. Berdasarkan pernyataan konsumen
yang diperoleh selama penelitian dilakukan, mereka beranggapan bahwa dengan
adanya ampas pada kopi memberikan nilai seni tersendiri pada kopi. Keberadaan
ampas dirasakan tidak menggangu mereka, selama ampas tersebut tidak terlalu
banyak. Konsumen ini memberikan nilai evaluasi terhadap atribut ampas sebesar
2.64 .
Merek
Peranan merek dalam pemasaran sangatlah besar. Merek yang dibangun
dengan baik memiliki kekuatan untuk bersaing dengan merek lain. Dengan
demikian, merek yang sudah terbangun dengan baik akan memudahkan
perusahaan dalam penetrasi pasar. Merek yang terkenal berada di benak
konsumen secara positif, sehingga konsumen percaya bahwa produk yang
menggunakan merek tersebut akan memiliki kinerja yang bagus.
Bagi sampel konsumen Top Kopi, atribut merek dianggap penting. Hal ini
dapat ditunjukkan dari nilai atribut merek yang diberikan kosumen sebesar 3.42
yang artinya, konsumen menilai atribut merek penting dalam keputusan
pembelian. Semakin terkenal suatu merek maka akan mencirikan kualitas yang
baik. Konsumen menganggap bahwa merek dapat mewakili citra produk. Jika
produsen kopi melakukan kesalahan dalam penamaan suatu merek misalnya nama
produk kurang menarik atau sulit untuk diingat, maka dapat berakibat produk
tersebutsulit untuk dijual karena konsumen tidak tertarik.
Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan konsumen Kapal Api, konsumen ini
juga menilai bahwa atribut merek penting bagi mereka sebagai dasar
pertimbangan dalam membeli kopi bubuk instan. atribut merek memiliki nilai
3,20. Baik pada Top Kopi dan Kapal Api, atribut merek sama-sama berada pada
peringkat sepuluh.
Aroma
Sebuah kopi indentik dengan aroma yang harum. Setiap kopi memiliki aroma
yang berbeda-beda. Aroma yang harum merupakan hal yang penting dimata
konsumen, karena aroma yang harum pada kopi dapat mempengaruhi konsumen
dalam mengkonsumsi kopi. Oleh karena itu, keberadaan atribut aroma menjadi
penting bagi konsumen Top Kopi dalam mengkonsumsi kopi, sedangkan pada
Kapal Api, nilai evaluasi atribut aroma menurut sampel konsumen Kapal Api
sangat penting.Konsumen menganggap bahwa kopi memiliki karakteristik aroma
yang harum yang dapat mengundang selera jika mencium aroma kopi.
pekerjaan sehari-hari yang menyita waktu membuat kopi sangat penting bagi
konsumen ini untuk menghilangkan rasa kantuk pada tubuh.
Kemasan
Atribut kemasan dalam penelitian ini dimaksudkan kemasan yang menarik
dari sisi desain, kepraktisan, dan warna yang menarik. Pada atribut kemasan,
konsumen Top Kopi menganggap kemasan menjadi hal yang penting dalam
atribut dengan nilai 3.90. Penilaian konsumen terhadap atribut ini yang hanya
sampai pada taraf penting terhadap kemasan-kemasan yang atraktif dan dinamis.
Sebagaimana diketahui, secara psikologis, sampel konsumen yang sudah terbiasa
dihadapkan pada suatu kondisi atau fitur yang menguntungkan akan menganggap
bahwa kondisi atau fitur tersebut sebagai suatu hal yang bisa dan tidak perlu
dilakukan perubahan.
Umumnya juga kemasan kopi memiliki pengaruh pada psikologi cita rasa.
Kemasan kopi berpengaruh pada daya jual kopi tersebut. Menurut kelompok
konsumen Kapal Api mengagap bahwa kemasan yang menarik akan
memunculkan daya pikat terhadap kopi tersebut. Semakin menariknya tampilan
kemasan kopi tersebut maka anggapan dibenak konsumen adalah kopi tersebut
memiliki kualitas yang baik. Konsumen ini memberikan nilai pada prioritas
atribut sebesar 3.92. Baik konsumen Top Kopi dan Kapal Api tidak menunjukkan
perbedaan secara signifikan pada penilaian proiritas atribut kemasan.
Kekentalan
Atribut kekentalan pada sampel konsumen Top Kopi dan Kapal Api sama-
sama dirasa penting, melihat kopi memiliki karakteristik yang cukup kental
dimata konsumen. Pada sampel konsumen Top Kopi memberikan penilaian pada
prioritas tingkat kepentingan atribut kekentalan sebesar 3.44 dan konsumen Kapal
Api atribut memberikan penilaian sebesar 3.24.
Kekentalan atau viskositas pada kopi mendeskripsikan kandungan protein dan
serat yang terlarut pada kopi. Semakin kental kopi tersebut, konsumen akan
menyukai kopi tersebut karena hal ini akan mempengaruhi cita rasa yang kuat
pada kopi tersebut (Panggabean, 2011).
Kualitas
Atribut kualitas menjadi prioritas pertama bagi konsumen Top Kopi dan
Kapal Api dalam memilih kopi bubuk instan. Pada sampel konsumen Top Kopi
atribut ini memiliki nilai sebesar 4.50 dan untuk sampel konsumen Kapal Api
atribut ini memiliki nilai sebesar 4.42. Kualitas merupakan atribut yang sangat
diperhatikan oleh konsumen kopi, dengan merasakan kualitas kopi setelah
mengkonsumsinya, akan timbul kepuasaan sendiri dan akan melakukan pembelian
kembali, sehingga atribut kualitas merupakan atribut yang paling diperhatikan
pada kedua sampel konsumen ini. Oleh karena itu, perusahaan kopi sangat perlu
memperhatikan kualitas kopi yang diproduksi.
49
Kekuatan Warna
Pada kedua sampel baik sampel konsumen Top Kopi maupun Kapal Api
menilai bahwa atribut warna penting bagi konsumen, karena apabila warna pada
kopi bubuk instan semakin pekat akan mempengaruhi konsumen dalam
mengkonsumsi kopi bubuk instan. Kekuatan warna dipengaruhi dari ampas yang
disisakan dari kopi yang telah diseduh, sehingga banyak atau sedikitnya ampas
akan berpengaruh terhadap kekuatan warna kopi (Panggabean, 2011).
Penilaian pada atribut kekuatan warna pada masing-masing kelompok
konsumen berada pada taraf netral. Hal ini dapat ditunjukkan pada total nilai yang
diberikan konsumen Top kopi sebesar 3.50 dan Kapal Api memberikan nilai
sebesar 3.98.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Priyatno
(2011). Konsumen kopi instan menilai bahwa kekuatan warna pada kopi instan
biasa saja, kenyataannya kopi instan tidak terlihat pekat seperti kopi bubuk. Oleh
karena itu, baik konsumen Top Kopi maupun Kapal Api menilai bahwa warna
kopi instan netral.
Iklan
Baik pada konsumen Top Kopi dan Kapal Api memberikan penilaian bahwa
atribut iklan penting untuk dilakukan. Iklan merupakan salah satu alat promosi
yang dapat memperkenalkan produk kepada konsumen. Berdasarkan penyebaran
kuesioner yang dilakukan terhadap sampel konsumen Top Kopi, menunjukkan
bahwa iklan yang menarik sangat penting dilakukan untuk menarik minat
konsumen dalam membeli produk tersebut.
Pada atribut iklan, kelompok konsumen Kapal Api menilai bahwa selama ini
iklan yang Kapal Api, selalu menarik perhatian bagi konsumennya. Hal tersebut
wajar mengingat setiap periode tertentu iklan Kapal Api muncul di TV dengan
tampilan yang selalu berbeda-beda. Iklan juga memiliki hubungan yang positif
terhadap pengangkatan citra suatu produk di mata konsumen. Dengan melalui
iklan yang menarik dan mampu memperkenalkan keunggulan pada produk, akan
dapat menarik minat konsumen dalam membeli produk yang ditawarkan
perusahaan.
Analisis Kepercayaan Atribut Pada Sampel Konsumen Top Kopi dan Kapal
Api
Kepercayaan atribut merupakan pandangan konsumen terhadap pelaksanaan
atribut yang sesungguhnya. Tabel 24 menunjukkan hasil perhitungan terhadap
penilaian sampel konsumen Top Kopi dan Kapal Api terhadap kinerja atribut.
Sampel Konsumen Kapal Api menilai bahwa atribut kemudahan memperoleh
produk pada taraf sangat mudah untuk diperoleh dengan nilai tingkat kepercayaan
(bi) sebesar 4.42. Kemudian diikuti dengan iklan yang menarik, harga yang
murah, kualitas yang bagus, aroma yang harum, kekentalan yang pas di lidah,
ampas yang sedikit, merek yang terkenal, kekuatan warna kopi, berpengaruh
menghilangkan rasa kantuk/ menimbulkan kesegaran pada tubuh, dan kemasan
yang menarik.
Sementara itu, kelompok sampel konsumen Kapal Api menilai bahwa atribut
kemudahan memperoleh produk kopi memiliki kinerja terbaik dengan nilai lebih
tinggi dibandingkan pada Top Kopi yaitu (bi) 4.48 dilanjutkan dengan atribut
ampas, aroma, kualitas, harga, iklan, kekentalan, merek, kekuatan warna,
berpengaruh menghilangkan rasa kantuk/ menimbulkan kesegaran pada tubuh,
dan kemasan.
Tabel 28 Nilai kepercayaan atribut pada sampel konsumen Top Kopi dan Kapal
Api
Top Kopi Kapal Api
Kategori Kategori
Atribut ei Sikap ei Sikap
Harga 4.00 Netral 4.00 Baik
Ampas 3.68 Baik 4.14 Baik
Merek 3.60 Baik 3.64 Baik
Aroma 3.78 Baik 4.06 Baik
Penghilang rasa kantuk 3.24 Netral 3.48 Baik
Kemasan 3.12 Netral 3.30 Netral
Kekentalan 3.68 Baik 3.88 Baik
Kualitas 3.84 Baik 4.06 Baik
Kekuatan warna 3.28 Netral 3.46 Baik
Iklan 4.00 Baik 3.92 Baik
Kemudahan memperoleh produk 4.42 Sangat Baik 4.48 Sangat baik
Catatan: range kategori tingkat kepercayaan (bi) diperoleh dari rumus: (m-n)/b. m= 5, n=1.
Rentang skala yang diperoleh adalah : (1)-(1.80)= Sangat tidak baik, (1.81)-
(2.60)=Tidak baik, (2.61-3.40)= Netral, (3.41)-(4.20)= baik, (4.21)-(5.00)= Sangat baik.
Sampel konsumen Kapal Api menyatakan bahwa produk Kapal Api bertaraf
sangat mudah diperoleh dengan nilai (bi) 4.48. Hal Ini terbukti pada saat
dilakukannya penelitian di wilayah Kota Bogor, seluruh warung kopi, warung
makan maupun pedagang kaki lima yang didatangi menjual produk Kapal Api.
Iklan
Sampel Konsumen Top Kopi memberikan penilaian atribut iklan pada Top
Kopi menarik dengan nilai bi sebesar 4.00. Hal ini disebabkan Top Kopi
merupakan produk baru yang masih gencar melakukan promosi baik di media
cetak maupun di media elektronik. Pada dasarnya, pada saat penelitian ini
dilakukan, hal yang paling sering diingat konsumen adalah keberadaan iklan Top
Kopi, yang menampilkan salah satu tokoh musisi yang memiliki karakter yang
kuat di Indonesia, di mata konsumen iklan tersebut sangat menarik. Sementara itu,
konsumen Kapal Api menilai atribut ini sebesar 3.92. Artinya, iklan Kapal Api
dianggap menarik oleh konsumennya. Hal tersebut wajar mengingat setiap
periode tertentu iklan Kapal Api muncul di TV dengan tampilan iklan yang selalu
berbeda-beda dengan tokoh/ artis yang juga berbeda-beda. Pada tahun 2012, iklan
Kapal Api muncul dengan ikon baru, yang menampilkan sosok Agnes Monica
sebagai penyanyi yang energik, memiliki semangat juang yang tinggi dan tidak
pernah puas dalam segala pencapaian. Hal ini mencirikan bahwa Kapal Api
merupakan produk yang kuat diantara pesaingnya, selalu berjuang dalam
memenangkan kompetisi pasar dan juga tidak pernah puas sebagai pemimpin
pasar di industri kopi.
Harga
Pada atribut harga kelompok konsumen Kapal Api menilai bahwa kopi ini
murah. Hal ini wajar mengingat produk Top Kopi yang menawarkan harga Rp1
000 per sachet dan memberikan hadiah promosi. Setiap pembelian 2 sachet kopi
akan mendapatkan 1 sachet kopi secara gratis. Perlakukan promo Top Kopi ini
membuat sampel konsumen Top Kopi memberikan tanggapan bahwa produk ini
murah dipasaran. Demikian juga bagi sampel konsumen Kapal Api, menilai
produk Kapal Api bertaraf murah. Hal ini wajar, karena penawaran dari kedua
produk tersebut sama-sama memiliki harga Rp1 000 per sachet. Jawaban
responden didasari pada persepsi mengenai harga produk dibenak konsumen
secara relatif. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
Wicaksana (2006) yang menyatakan bahwa menurut konsumen harga Kapal Api
murah dan dapat dijangkau oleh seluruh kalangan konsumennya.
Kualitas
Pada atribut kualitas, baik konsumen Top Kopi dan Kapal Api memberikan
penilaian bahwa produk ini memiliki kualitas yang baik di mata konsumen. Hal
ini dapat ditunjukkan berdasarkan penilaian konsumen Top Kopi dan Kapal Api
masing-masing terhadap kepercayaan atribut ini sebesar 3.84 dan 4.06.
Produk yang berkualitas merupakan alasan yang menentukan kopi tersebut
digemari oleh konsumennya, dengan indikator kualitas yang akan memberikan
kepuasan tersendiri bagi konsumen. Pada umumnya harga bersinergis dengan
performan kualitas suatu produk. Semakin tinggi harga suatu produk biasanya
persepsi konsumen mengarah kepada penawaran kualitas yang baik dari produk
52
tersebut. Akan tetapi, walaupun harga yang ditawarkan oleh Kapal Api dan Top
Kopi bertaraf murah bagi konsumennya, bukan berarti performan kualitas dari
masing-masing produk tidak baik melainkan konsumen memberikan penilaian
bahwa kedua kopi ini berkualitas.
Aroma
Pada atribut aroma, konsumen Top Kopi memberikan nilai bi sebesar 3.78
sdan konsumen Kapal Api memberikan nilai bi pada atribut ini sebesar 4.06,
yang artinya, kedua jenis kopi ini memiliki aroma yang harum. Kopi yang baik
adalah kopi yang memberikan aroma yang berbeda yang dapat mencirikan suatu
produk kopi. Dengan hanya mencium aroma dari suatu produk, konsumen dapat
mengenali merek kopi tersebut. Aroma yang yang harum dan khas dapat
menentukan kopi tersebut berkualitas atau tidak. Pernyataan ini terbukti,
berdasarkan penilaian masing-masing kelompok konsumen Top Kopi dan Kapal
Api pada atribut kualitas. Konsumen memberikan penilaian bahwa kedua kopi ini
memiliki kualitas yang baik. Hal ini berkorelasi dengan pernyataan bahwa aroma
yang harum mencirikan kualitas yang baik.
Berdasarkan wawancara singkat yang dilakukan pada sejumlah sampel
konsumen Kapal Api berpendapat bahwa pada saat mencium aroma kopi Kapal
Api mereka dapat mengenali dengan mudah aroma kopi ini. Demikian juga halnya
bagi sampel konsumen Top Kopi, perpaduan antara Kopi Robusta dengan Kopi
Arabika membuat aroma kopi ini memiliki ciri khas tersendiri bagi penikmatnya.
Kekentalan
Penilaian kekentalan pada masing-masing kelompok konsumen yaitu
konsumen Top Kopi dan Kapal Api tidak terlihat berbeda. Pada atribut kekentalan
kopi pada Top Kopi, konsumen memberikan penilaian bahwa kopi ini memiliki
kekentalan kopi yang pas di lidah dengan nilai bi sebesar 3.68 dan untuk
kelompok sampel Kapal Api memberikan penilaian bagi kopi Kapal Api nilai bi
sebesar 3.88, yang artinya kopi ini juga memiliki tingkat kekentalan kopi yang pas
di lidah. Kopi yang memiliki kekentalan yang pekat adalah kopi yang apabila
diseduh meninggalkan kesan kekentalan di langit-langit mulut pada saat diseduh.
Kekentalan yang dimiliki kopi menunjukkan kandungan kopi yang terlarut dalam
air, sehingga semakin kental suatu kopi yang terlarut di dalam air maka
kandungan serat kopinya yang banyak dan mengandung protein (Panggabean,
2011).
Ampas
Pada penilaian atribut keberadaan ampas pada produk Top Kopi dan Kapal
Api terlihat sedikit berbeda bagi masing-masing kelompok konsumen ini. Pada
sampel konsumen Top Kopi memberikan penilaian ampas pada Top Kopi sebesar
3.68 yang artinya, mereka menilai bahwa keberadaan ampas kopi cukup sedikit.
Pengertian cukup sedikit disini adalah konsumen menganggap bahwa kopi ini
memiliki tingkat redusi ampas pada saat penyeduhan dilakukan berada antara
banyak dengan sedikit, karena persepsi konsumen terhadap banyak atau
sedikitnya ampas yang tersisa pada kopi berbeda-beda dan tidak ada angka yang
pasti dalam penentuan banyak atau tidaknya suatu ampas yang tertinggal pada
wadah. Hal lain yang mendukung analisis atribut ini yaitu, terlihat bahwa sampel
53
konsumen Top Kopi ini kurang menghendaki keberadaan ampas yang ditunjukkan
pada analisis prioritas atribut sampel konsumen Top Kopi pada pembahasan
sebelumnya, Sedangkan pada kelompok konsumen Kapal Api, kelompok
konsumen ini memberikan penilaian bahwa keberadaan ampas pada Kapal Api
sedikit.
Salah satu keunggulan produk Kapal Api yang menjadi alasan konsumen
menyukai produk ini, dari peryataan-pernyataan yang diperoleh dari penelitian
selama di lapang adalah kopi ini dapat menyisakan ampas yang sedikit dan
dengan tekstur bubuk kopi yang halus, sehingga saat proses pembuatan kopi
konsumen tidak perlu melakukan penyaringan kembali untuk menghilangkan
ampas kopi.
Merek
Dilihat dari atribut merek, sampel konsumen Top Kopi meyatakan bahwa kopi
jenis ini terkenal dengan nilai atribut kepercayaan sebesar 3.60. Hal ini juga di
dukung dengan kemunculan produk ini di pertengahan tahun 2012 dan penelitian
ini dilakukan pada awal tahun 2013 dimana, produk ini masih gencar melakukan
promosi lewat iklan yang berulang-ulang ditayangkan di TV.
Pada kelompok konsumen Kapal Api juga menyatakan bahwa kopi Kapal Api
adalah kopi yang terkenal. Atribut ini memiliki penilaian kepercayaan sebesar
3.64. Alasan yang membuktikan bahwa kopi ini terkenal adalah ketika dilakukan
wawancara pertama kali dengan memberikan pertanyaan apakah mengenal produk
Kapal Api terhadap konsumen kopi yang berada di wilayah Kota Bogor, seluruh
konsumen menjawab mengenal jenis produk ini. Hal ini membuktikan bahwa
produk ini keberadaannya sangat kuat dipasaran.
Kekuatan Warna
Pada penilaian Atribut kekuatan warna, kelompok konsumen Top Kopi dan
Kapal Api menilai berbeda. Untuk sampel konsumen Top Kopi memberikan nilai
kepercayaan sebesar 3.28, yang artinya tingkat kepekatan warna yang cukup,
sedangkan untuk sampel konsumen Kapal Api memberikan penilaian sebesar
3.46, yang artinya kopi ini di nilai konsumennya pekat. Hal ini sesuai dengan
analisis kepercayaan sebelumnya terhadap atribut ampas. Kelompok konsumen
Top Kopi menilai ampas pada Top Kopi netral sedangkan kelompok konsumen
Kapal Api menilai kopi Kapal Api memiliki ampas yang sedikit. Yang artinya
pernyataan ini berkorelasi pada pernyataan yang menyatakan bahwa apabila kopi
memiliki kandungan ampas yang sedikit dan halus akan berpengaruh terhadap
tingkat viskositas pada kopi, dimana jika kopi semakin kental akan menunjukkan
warna yang semakin kental (Panggabean, 2011).
kesegaran maupun kehilangan rasa kantuk pada saat mengkonsumsi kopi ini,
sedangkan pada kelompok konsumen Kapal Api menyatakan bahwa kopi ini
berpengaruh dalam mengatasi rasa kantuk dengan nilai bi sebesar 3.48. Hal ini
dapat dibuktikan dari hasil analisis karakteristik konsumen Kapal Api yang
memberikan jawaban bahwa, alasan mereka dalam mengkonsumsi kopi bubuk
instan adalah untuk mengurangi rasa kantuk karena mengingat sebagian besar
sampel dari kalangan pegawai swasta yang memiliki rutinitas yang cukup padat
dan cepat membuat lelah. Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa alasan
konsumen Kapal Api mengkonsumsi kopi ini adalah untuk menghilangkan rasa
kantuk.
Kemasan
Dari sisi atribut kemasan, sampel konsumen Top Kopi dan Kapal Api memilik
penilaian yang sama, menyatakan bahwa secara umum kemasan produk Top Kopi
dan Kapal Api pada taraf netral, dengan nilai masing-masing sebesar 3.12 dan
3.20. Bagi konsumen Top kopi dan Kapal Api tampilan kemasan tidak menjadi
penghalang dalam mengkonsumsi minuman kopi, yang menjadi perhatian
terpenting bagi konsumen adalah kualitas dari kopi tersebut.
Tabel 29 Nilai sikap konsumen (Ao) Top Kopi dan Kapal Api
Sikap Konsumen (Ao)
Atribut Top Kopi Kapal Api
Harga 14.64 14.80
Ampas 8.98 10.93
Merek 12.31 11.65
Aroma 15.80 17.13
Penghilang rasa kantuk/ menimbulkan kesegaran pada tubuh 11.92 13.92
Kemasan 12.17 13.92
Kekentalan 12.66 12.94
Kualitas 17.28 12.57
Kekuatan warna 11.48 17.95
Iklan 14.80 13.77
Kemudahan memperoleh produk 18.74 19.80
Jumlah 150.78 159.733
Catatan:Kategori Sikap (Ao) diperoleh dari rumus RS = m-n/b, sehingga diperoleh
rentang skala, Sangat tidak suka: 1-5.8; tidak suka: 5.9-10,6; netral: 10.7-15.4;
suka: 15.5-20.2; dan Sangat suka: 20.3-25. Untuk kategori sikap total (Ao
total) rentang skalanya yaitu, Sangat tidak suka: 11-63.8; tidak suka: 63.9-
116.6; netral: 116.7-169.4; suka: 169.5-222.2; dan Sangat suka: 222.3- 275
Dilihat dari masing-masing atribut, penilaian skor tertinggi pada Kopi Kapal
Api di dapat dari atribut kemudahan memperoleh produk, kekuatan warna, dan
aroma. Hal ini menunjukkan penilaian sampel konsumen Kapal Api terhadap
atribut-atribut tersebut sangat baik dan yang menjadi keunggulan pada Kapal Api,
sedangkan atribut pada Kopi Kapal Api yang dianggap kurang baik oleh
konsumen adalah atribut ampas, namun kondisi ini masih dapat di tolerir
konsumen, sehingga konsumen masih ingin mengkonsumsi Kopi Kapal Api.
Penilaian sampel konsumen Top Kopi terhadap Top Kopi secara
keseluruhan dapat dikatakan pada netral. Penilain terendah terhadap atribut yang
ada pada kopi ini tidak menyurutkan keinginan konsumen untuk tetap membeli
selama masih dapat di tolerir. Skor yang paling tinggi yang diberikan sampel
konsumen ini berada pada atribut kemudahan memperoleh dan kualitas sedangkan
skor terendah yang diberikan oleh sampel konsumen Top Kopi adalah atribut
ampas. Sikap konsumen terhadap ampas Top Kopi terlihat tidak suka, yang
artinya konsumen menilai bahwa kopi ini memiliki jumlah ampas yang banyak
oleh karena ini, perusahaan ini harus lebih mengurangi ampas pada Top Kopi.
Berdasarkan hasil sikap total (Ao), baik itu responden Top Kopi maupun
Kapal Api memiliki kategori sikap yang sama yaitu netral, yang artinya adalah
bahwa atribut yang ada pada kopi tidak memberikan kesan yang cukup positif
maupun negatif bagi konsumen. walaupun sikap antara responden yang
mengkonsumsi Top Kopi dan responden yang mengkonsumsi Kapal Api memiliki
sikap yang sama yaitu sikap netral, tetapi perlu dilakukan pengujian antara
keduanya. Hal ini dilakukan karena sikap responden kedua jenis kopi tersebut
tidak dapat disimpulkan hanya melihat dari skor sikap kedua responden. Sikap
netral tersebut menggambarkan juga bahwa konsumen yang mengkonsumsi kedua
jenis kopi tersebut tergantung situasi.
56
Simpulan
Saran
1. Sebagai industri kopi yang masih cukup baru, produk Top Kopi masih perlu
meningkatkan kepuasan bagi konsumennya. Hasil analisis menunjukan
konsumen belum terpuaskan dengan residu ampas yang ditinggalkan kopi
sewaktu diseduh. Hal ini terlihat dari penilaian negatif (tidak suka) yang
didapat dari analisis sikap terhadap atribut ini. Perusahaan harus mampu
meningkatkan kinerja dari atribut tersebut agar produk yang dipasarkan,
dalam hal ini Top Kopi mampu bersaing dengan produk pesaingnya, dalam
hal ini Kapal Api. Hasil analisis kepercayaan, atribut kemudahan
memperoleh produk dan kualitas yang dimiliki Top Kopi memperoleh
penilaian yang tinggi dibandingkan dengan atribut yang lainnya. Perusahaan
diharapkan mampu mempertahankannya, karena atribut kemudahan
memperoleh produk dan kualitas merupakan alasan utama konsumen
membeli Top Kopi. Perusahaan juga perlu mengutamakan atribut aroma di
dalam produknya, karena atribut tersebut yang menjadi faktor utama
konsumen dalam menentukan sikap di dalam memilih produk Top Kopi.
2. Top Kopi lebih baik mempertahankan sebagai follower dalam penetapan
harga dari Kapal Api. Hal ini untuk menghindari anggapan konsumen
terhadap harga-kualitas.
3. Berdasarkan analisis sikap menunjukkan bahwa produk Top Kopi sangat
mudah untuk didapatkan. Perlu diketahui berdasarkan analisis sebelumnya
bahwa konsumen kebanyakan membeli produk di warung/Toko, oleh karena
itu perusahaan perlu lebih banyak menjangkau toko maupun warung kopi
yang ada di daerah Kota Bogor sebagai target pemasarannya. Warung/Toko
maupun pedagang kaki lima juga memerlukan pembelian dalam jumlah besar
untuk memenuhi aktivitas usahanya, sehingga untuk memperlancar dan
mendukung jalur distribusi Top Kopi yang cepat, perusahaan dapat
menggunakan alternatif dengan mendirikan warehouse. Tempat ini berfungsi
sebagai gudang distibusi untuk membantu perusahaan menjangkau pasar.
Dengan demikia, diharapkan konsumen yang membutuhkan produk dalam
jumlah besar dapat memperolehnya dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Adityo. 2006. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Frestea Tekita Dan Teh
SosroKemasan Botol Di Kota Bogor. Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Allport, 1937, Personality : Apsycological Interpretation, Henry Holt and
Company, New York.
Assael, H. 1992. Consumer Behaviour and Marketing Action. Di dalam Astuti,
E.R.P. Analisis Perilaku Konsumen Produk Minum-an Suplemen Di PT
Gatorade Indonesia, Jakarta. Skripsi. Jurusan Teknologi Industri
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2010. Kota Bogor dalam angka. Bogor.
BPS Kota Bogor.
58
Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Bank Indonesia. 2011. Info Eksportir. Jakarta: Bank Indonesia.
Bovee, C.L. and J. V. Thilli. 1992. Pemasaran (Terjemahan). McGraw Hill, New
York.
Clark. 1988. International standardisation. di dalam Coffee. Vol 6: Commercial
and Technico-legal Aspects. Ed. RJ Clarke dan R Macrae.Elsevier
Science Publishers Ltd. London.
Churchill. 2001. Dasar-Dasar Riset Pemasaran Jilid 1. Edisi Keempat. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Djarwanto. 1996. Mengenal Beberapa Uji Statistik Dalam Penelitian. Liberty.
Yogyakarta.
Djarwanto. 2004. Statistik Nonparametrik. BPFE. Yogyakarta.
Engel, B.M. 1994. Perilaku Konsumen Jilid 1. Edisi keenam. Binarupa Aksara.
Encyclopedia Britannica. 1983. Helen Hemingway Benton, Chicago.
Haper, J. L ; B. J. Deaton dan J. A. Driskel. 1985. Pangan, Gizi dan Pertanian
(Suhardjo, penerjemah) : Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Tjiptono, Fandy. 2000. Prinsip dan Dinamika Pemasaran. J & J Learning.
Jogjakarta.
[Kemenperin] Kementrian Perindustrian. 2011. Direktori Perusahaan Industri.
Jakarta.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Produksi Perkebunan di Indonesia. Jakarta.
Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Edisi kesembilan, Jilid I dan II.
Prehallindo. Jakarta.
Kotler, P Amstrong G. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi Melenium Jilid 1 dan
2. PT. Prenhanllindo. Jakarta.
Kotler, P. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Kotler, P. 2005. Marketing: An Introduction : An Asian Perspective. Jurong,
singapore: Prentice Hall.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, 2008. Manajemen Pemasaran. Jilid
Satu,Edisi Keduabelas, Cetakan Ketiga. Penerbit Indeks.
Lisiadi, 2011. Analisis sikap konsumen terhadap minuman sari buah nutrisari
ready to drink (RTD). Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Institut Pertanian Bogor.
Munandar, Udin, & Amelia. (2003). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Preferensi Konsumen Produk Air Minum Dalam Kemasan Di Bogor;
18.30 [ 2013 Februari 12]; Volume 13 (edisi 3) Bogor.
Nazir, 2003. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Nicholson, Walter. 1995. Teori Mikroekonomi Prinsip Dasar dan Perluasan Jilid
1Edisi Kelima. Wirajaya Daniel, penerjemah; Jakarta: Binarupa Aksara.
Terjemahan dari: Microeconomic Theory Basic Principles and
Extensions.
Nugroho BA. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
denganSPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi
Panggabean, edy. 2011. Buku Pintar Kopi. PT Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Priyatno, 2011. Preferensi Konsumen Kopi Siap Seduh Antara Kopi Bubuk Dan
Kopi Instan. Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor.
59
Sanjaya, 1998. Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Produk Kopi Kapal Api di
Surabaya. Fakultas Manajemen. Universitas Kristen Petra.
Schiffman, L G. Dan L.L. Kanuk. 2000, Customer Behaviour. Seventh Edition.
Prentice Hall International Inc, Upper Saddle River. New Jersey.
Setiadi, 2010. Perilaku Konsumen. Prenada Media Group. Jakarta.
Sudiarti, T. 1997. Thesis. Pola Konsumsi Makanan Traditional Rumah Tangga di
Pedesaan dan Perkotaan. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Suliyanto. (2005). Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran. Ghalia Indonesia,
Bogor.
Simamora, B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT Gramedia Utama
Pustaka Indonesia. Jakarta.
Siswoputro, P. S. 1993. Kopi Internasional dan Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.
Sumarwan U. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Panggabean. 2011. Buku Pintar. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Umar H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Tambunan, 2001. Analisis Perilaku Konsumen Produk Teh Siap Saji dan
Implikasinya terhadap Strategi Bauran Pemasaran : Studi Kasus di PT
Coca-Cola Amatil Indonesia. Program Pasca Sarjana. Jurusan Ilmu-ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Wahyudian, Sumarwan, & Hartoyo. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Konsumsi Kopi dan Analisis Pemetaan Beberapa Merek
Kopi dan Implikasinya pada Pemasaran Kopi; 16.30 [2012 Februari 3];
Volume 1 (edisi 1): Bogor.
Wachizin. 2007. Preferensi Konsumen Rokok Kretek Dan Rokok Non Kretek Di
Kota Bogor. Program Sarjana Ekstensi Manajamen Agribisnis. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Wicaksena. 2006. Analisis Persepsi KonsumenTerhadap Kopi Bubuk Torabika di
Jakarta Timur. Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor.
60
61
Reliability
N %
Cases Valid 30 100.
0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.
0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.721 12
Item-Total Statistics
Scale Scale Corrected Cronbach's
Mean if Item Variance if Item Item-Total Alpha if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
x1 80.9000 114.093 .454 .700
x2 80.6000 115.559 .602 .698
x3 80.9000 116.507 .298 .711
x4 80.3333 116.230 .463 .703
x5 81.0667 114.616 .402 .703
x6 81.1000 120.231 .324 .714
x7 80.9000 111.128 .702 .685
x8 79.8667 116.326 .576 .701
x9 81.1667 116.144 .322 .709
x10 80.9000 111.610 .500 .693
x11 79.8667 122.051 .382 .716
Xtotal 42.2667 31.582 1.000 .709
62
Mann-Whitney Test
Ranks
Merek Kopi N Mean Rank Sum of Ranks
Nilai Sikap Kosumen Top Kopi 50 46.62 2331.00
Kapal Api 50 54.38 2719.00
Total 10
0
Test Statisticsa
Nilai Sikap
Kosumen
Mann-Whitney U 1056.00
0
Wilcoxon W 2331.00
0
Z -1.338
Asymp. Sig. (2- .181
tailed)
a. Grouping Variable: Merek Kopi
63
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pasar Baru pada tanggal 24 Februari 1991 dari ayah
Jones Simanjuntak dan ibu Estiria Pasaribu. Penulis adalah putri ketiga dari empat
bersaudara. Penulis mengawali pendidikan formal di SDN 3 Simalungun, pada
tahun 1997 dan dilanjutkan ke SLTP 3 Jorlang Hataran pada tahun 2003. Setelah
lulus SLTP pada tahun 2009, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di
SMA Negeri 3 Pematangsiantar dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi
masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
dan diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis tergabung dalam Organisasi
Daerah Pematangsiantar, Persekutuan Mahasiswa Kristen, kegiatan
ekstrakurikuler seni tari di Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan pernah aktif
mengikuti beberapa kegiatan di kampus. Penulis juga pernah melakukan
kunjungan belajar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012.