Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

“Program Pembinaan Kesehatan Komunitas ”

Dosen Pembimbing :

Ns. Fatimah, S.Kp., M.Kep., Sp. Kep.Kom

Di Susun Oleh :

1. Putri Mayangsari (1032161013)


2. Chika Wahyu Sasqiautami (1032161028)
3. Ombun Fajar (1032161030)
4. Sinta Agustina (1032161038)
5. Nuraulia Hanifunissa W (1032161043)

UNIVERSITAS MUHAMMAD HUSNI THAMRIN

FAKULTAS KESEHATAN

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

2018
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum wr, wb.

Alhamdulillahirabbil'alaamiin puji serta syukur mari kita curah limpahkan kepada yang
Maha Kuasa karena atas segala kemurahan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini,
shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada junjungan kita semua, Nabi besar kita
habbibana Wannabiyana Muhammad Saw, juga tak lupa kepada keluarganya, para shahabatnya,
para tabiin at-baut tabiin dan semoga sampai kepada kita semua selaku umat beliau yang
InsyaAllah setia dari awal sampai akhir jaman, Aamiin ya Allah ya Rabbal'alaamiin.
Dalam makalah ini membahas tentang " Program Pembinaan Kesehatan Komunitas ".
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui, maka dari
itu kami mohon kritik dan saran dari teman-teman maupun dosen demi tercapainya makalah
yang sempurna.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi ilmu pengetahuan, khususnya kami
penyusun umumnya kita semua yang membacanya. Aamiin ya Mujibbassa 'Illin.

Wassalamu'alaikum wr, wb.

Jakarta, 23 November 2018

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perbaikan Gizi Masyarakat


2.1.1 Pengertian Perbaikan Gizi Masyarakat
2.1.2 Bentuk-Bentuk Perbaikan Gizi Masyarakat
2.1.3 Program Gizi di Puskesmas
2.2 Program Pengembangan Kota Sehat
2.2.1 Pengertian Pengembangan Kota Sehat
2.2.2 Tujuan Pembangunan Kota Sehat
2.2.3 Konsep Kota Sehat
2.2.4 Model Kota Sehat
2.2.5 Strategi Kota Sehat
2.2.6 Program Kota Sehat

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggitingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh
kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya
yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.
Permasalahan gizi yang dihadapi oleh Indonesia seakan tidak pernah mau berakhir dan
semakin diperparah oleh terjadinya krisis ekonomi tahun 1996. Hal tersebut menyebabkan
beban ganda permasalahan gizi yang harus cepat diatasi. Permasalahan gizi pada masyarakat
ekonomi atas muncul akibat pengaturan makan dan gaya hidup yang tidak benar, sehingga
terjadilah gizi lebih yang menyebabkan penyakit degenerative. Sementara pada masyarakat
ekonomi lemah permasalahan gizi muncul karena ketidakmampuan daya beli dan
ketidaktahuan yang berakibat pada penurunan status gizi kurang dan buruk sehingga akan
mengakibatkan “lost generation”.
Program perbaikan gizi masyarakat juga meningkat kinerjanya. Pemberian Kapsul
Vitamin A pada anak balita usia 6-59 bulan mencapai 85% (melampaui target 80%).
Pemberian Tablet Tambah Darah pada ibu hamil telah mencapai 75% dari target 80%. Hasil
Riskesdas 2007 menunjukkan terjadinya perbaikan status gizi anak balita. Demikian juga
penuruna prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007 menajdi 4,9% pada tahun 2010.
Program pembinaan kesehatan komunitas salah satunya adalah program kesehatan
lingkungan. Di dalam program kesehatan lingkungan suatu pemukiman/perumahan sangat
berhubungan dengan kondisi sosial, ekonomi, pendidikan, tradisi/kebiasaan, suku, letak
goegrafis dan kondisi masyarakat lokal. Selain itu kondisi lingkungan
pemukiman/perumahan dipengaruhi juga oleh beberapa faktor yang dapat meningkatkan
kualitas lingkungan antara lain, fasilitas pelayanan kesehatan, sarana penunjang pendidikan,
perlengkapan dan peralatan lain yang dapat terselenggaranya kesehata fisik, kesehatan
mental dan kesejahteraan sosial bagi individu dan keluarganya. (Hasyim, 2010)
Selama beberapa dekade terakhir, banyak negara di dunia yang mengalami pertumbuhan
penduduk yang sangat pesat di beberapa kota besar yang ada di negara tersebut. Hal ini
disebabkan olah penyebab utama berupa hasil dari migrasi penduduk desa ke perkotaan dan
meningkatnya populasi penduduk di kota tersebut.
Menurut laporan State of World Population, pada tahun 2008, sekitar 3,3 miliar warga
dunia menjadi bagian dalam proses urbanisasi, atau lebih dari separuh penduduk dunia.
Angka itu diperkirakan akan menjadi lima miliar pada tahun 2030 berdasarkan perkiraan
Badan PBB yang mengurusi kependudukan (UNFPA). Laporan tahunan Komisi Ekonomi
dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (UNES-CAP) juga menunjukkan, urbanisasi di
kawasan Asia Pasifik mencapai tingkat tertinggi di dunia. Khususnya Asia Tenggara,
termasuk Indonesia.
Di Indonesia, pada tahun 1950 hanya12,4% penduduk tinggal di kota sedangkan pada
tahun 2010 sudah mencapai 53,7%. Berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS)
urbanisasi akan mencapai 68 persen pada tahun 2025. Proyeksi itu mengacu kepada
perbedaan laju pertumbuhan penduduk daerah perkotaan dan daerah perdesaan (urban rural
growth difference/URGD). Dalam data itu terlihat, provinsi di Pulau Jawa dan Bali, tingkat
urbanisasi-nya lebih tinggi dari Indonesia secara total. Bahkan, tingkat urbanisasi di empat
provinsi di Jawa pada 2025 sudah di atas delapan puluh persen, yaitu di DKI Jakarta, Jawa
Barat, DI Yogyakarta, dan Banten.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Perbaikan Gizi Masyarakat
2. Apa saja bentuk-bentuk dari Perbaikan Gizi Masyarakat
3. Apa saja Program Gizi di Puskesmas
4. Apa pengertian dari Pengembangan Kota Sehat
5. Apa tujuan Pembangunan Kota Sehat
6. Bagaimana Konsep Kota Sehat
7. Apa saja Model Kota Sehat
8. Apa Strategi Kota Sehat
9. Apa saja Program Kota Sehat

1.3 Tujuan Penulisan


Mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti mengenai Program Pembinaan Kesehatan
Komunitas diantaranya Program Perbaikan Gizi Masyarakat dan Program Pembangunan
Kota Sehat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perbaikan Gizi Masyarakat
2.1.1 Pengertian Perbaikan Gizi Masyarakat
Program Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu program pokok
Puskesmas yaitu program kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi,
penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat
Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih,
Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga/Masyarakat.
Program perbaikan gizi masyarakat adalah Kegiatan untuk mengupayakan
peningkatan status gizi masyarakat dengan pengelolaan yang terkoordinasi dari
berbagai kelembagaan Pemerintah (kesehatan, pertanian, perdagangan dll) serta
didukung oleh peran serta aktif masyarakat

Masalah pangan dan gizi masyarakat :


1) Kurang kalori dan protein ( KKP ) / “protein calorie malnutrion” (PCM)
bentuknya kwashiorkor dan marasmus atau marasmic-kwashiorkor
2) Kekurangan vitamin A disebut xerophthalmia
3) Kekurangan garam besi dan anemia gizi
4) Gondok endemik akibat kekurangan iodium ( GAKI )

Faktor-faktor penyebab kurang gizi :

1) Kemiskinan : faktor ekonomi karena kekurangan daya beli


2) Faktor ekologi : kesuburan tanah, struktur tanah, iklim dll
3) Sosial budaya : adat / tabu (culture) seperti makanan lebih diutamakan pada bapak
4) Pengetahuan dan pengertian : cara memasak, nilai gizi (4 sehat 5 sempurna)
5) Pengadaan dan distribusi pangan : seperti pada saat paceklik ( food supply )
6) Bencana alam

2.1.2 Bentuk-Bentuk Perbaikan Gizi Masyarakat


1) Usaha Perbaikan Gizi Keluarga
a. Pengertian
Usaha perbaikan gizi keluarga adalah kegiatan masyarakat yang melembaga
dalam upaya perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat
b. Pengorganisasian
1. Kader gizi dari masyarakat ( RT/RW/Desa ) posyandu
2. Petugas Pemerintah sebagai pembimbing dan Pembina (Kesehatan/puskesmas,
KB, Agama, Pertanian)
c. Sasaran :
Keseluruhan masyarakat, utamanya di daerah pedesaan/masyarakat
berpenghasilan rendah di perkotaan dengan sasaran utama/titik berat pada :
Balita, Ibu hamil, dan menyusui
d. Bentuk kegiatan program : Penyuluhan dan pelayanan
e. Organisasi pelaksana (kesehatan) : Puskesmas, Rumah Sakit, dan Posyandu
f. Hasil yang diharapkan (target program) :
1. Balita ditimbang tiap bulan pemantauan
2. Balita disusui sampai usia 2 tahun, 6 bulan pertama asi eksklusif
3. Anak balita (1-5 th) minum vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan
(Februari & Agustus)
4. Ibu hamil diberi tablet besi 90 tablet selama hamil
5. Setiap keluarga jika memasak memakai garam beryodium
6. Balita diare diobati gula-garam / oralit yg tersedia di rumah

2) Usaha Perbaikan Gizi Institusi


a. Tujuan : Status gizi warga dari Institusi (pesantren, Lembaga Pemasyarakan
dll) meningkat
b. Kegiatan program: Pembinaan, bimbingan dan bantuan teknis gizi kepada
pengelola / kader gizi di institusi tersebut dalam memberikan makanan pada
warganya.

3) Pencegahan dan Penanggulangan Gondok Endemik


10% penduduk menderita gondok akibat kekurangan Yodium. Penyebab gondok
adalah kurangnya yodium dalam makanan / minuman yang dikonsumsi penduduk
dan terdapat zat goitrogenik dalam bahan makanan yang dikonsumsi
Kegiatan program :
1. Penyuntikan minyak beryodium (lipiodol) pada semua penduduk yang berusia :
0 – 14 tahun jika laki-laki dan wanita usia 0 – 35 tahun
2. Distribusi garam beryodium untuk konsumsi semua penduduk

4) Pencegahan dan Penanggulangan Kekurangan Vitamin A


Kegiatan program : Distribusi vitamin A
Lokasi program : Puskesmas, Posyandu, dan Institusi Perawatan Balita ( BKIA)
5) Pencegahan dan Penanggulangan Anemia
Kegiatan program :
1. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil dan buteki
2. Penyuluhan makanan bersumber zat besi ( e.g. di posyandu )
3. Pemberian obat cacing pada anak SD

6) System Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)


Sistem kewaspadaan pangan dan gizi adalah pengamatan situasi pangan dan gizi
dalam masyarakat yang akan digunakan untuk menetapkan kebijakan,
perencanaan, pengawasan dan penilaian program pangan dan gizi.
Kegiatan Program :
1. Sistem Isyarat Dini dan Intervensi (SIDI) :
Mengolah data sebagai bahan informasi tentang status pangan dan gizi terutama
di daerah yang potensial mengalami gangguan pangan / gizi
2. Sistem Informasi Pangan dan Gizi (SIPG) :
Mengolah, mendistribusikan informasi gizi kepada pengambil keputusan /
lembaga yang memerlukan
3. Pemantauan Status Gizi (PSG) :
Mengumpulkan, mengolah dan menyediakan informasi status gizi masyarakat
tentang besarannya dan penyebarannya
4. Pemantauan Program Gizi (PPG) :
Mengumpulkan, mengolah dan menyediakan informasi pelaksanaan Program
Gizi.

7) Perbaikan Makanan Bayi dan Anak


a. Sasaran langsung : Ibu hamil dan ibu bersalin, Ibu yang mempunyai anak usia 0
– 24 bulan, Anggota keluarga yang mengasuh balita
b. Sasaran tidak langsung : Masyarakat luas, Petugas kesehatan di institusi
kesehatan (BKIA, Puskesmas, RS)
c. Kegiatan program :
1. Pendidikan dan penyuluhan pada masyarakat/petugas
2. Peningkatan pelayanan pada masyarakat : Pusat Penitipan Anak, Bank ASI
dll

2.1.3 Program Gizi di Puskesmas


1. Program
a. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
b. Upaya Perbaikan Gizi Institusi
c. Upaya Penanggulangan Kelainan Gizi (KEP, AKB, KVA, GAKY )
d. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
2. Kegiatan dan materi program
a. Penyuluhan Gizi
1) Pertumbuhan dan perkembangan bayi & balita berdasarkan KMS
2) Makanan sehat dengan gizi seimbang
3) Pentingnya ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI
4) Pengertian KEP, KVA, GAKY dan AGB
5) Pemanfaatan lahan pekarangan untuk keanerkaragaman pangan
6) Manfaat gizi bagi sasaran prioritas : bayi s/d 24 bln, anak balita, usia
sekolah ibu hamil dll
b. Deteksi dini
1) Pengukuran antropometri ( BB, TB, LILA )
2) Pemeriksaan laboratorium ( Hb, Vit A, Yodium dalam darah )
 Menentukan status gizi : KEP balita, anemia ibu haumil dll
 Mengukur kadar yodium dalam garam dapur di masyarakat
c. Pelayanan gizi rawat jalan
1) Memberikan suplementasi gizi (Vit A, Fe, Iodium)
2) Pemberian Makanan tambahan Pemulihan (PMT-P) bagi penderita KEP
3) Menerima rujukan gizi dari masyarakat
d. Pembinaan Teknik
1) Posyandu : penimbangan, suplementasi gizi, penyuluhan
2) Institusi : sekolah, pesantren, panti asuhan dll
e. System kewaspadaan pangan dan gizi
1) Pemantauan status gizi masyarakat
2) Pemantauan konsumsi gizi masyarakat
3) Pemantauan Tinggi Badan Anak Baru Masuk Sekolah
4) Pemantauan Indeks Masa Tumbuh (Body Mass Index / BMI)
5) Survey Kelainan Gizi

2.2 Program Pengembangan Kota Sehat


2.2.1 Pengertian
Kota sehat adalah suatu kota yang terus-menerus menciptakan dan
meningkatkan lingkungan-lingkungan fisik dan sosial dan memperluas sumber daya
masyarakat mereka yang memungkinkan orang untuk saling mendukung satu sama
lain dalam melaksanakan semua fungsi kehidupan dan mengembangkan potensi
maksimal mereka. "Sebuah kota yang sehat adalah salah satu yang terus-menerus
menciptakan dan meningkatkan mereka secara fisik dan sosial lingkungan dan
memperluas sumber daya masyarakat mereka yang memungkinkan orang untuk
saling mendukung satu sama lainnya dalam melaksanakan semua fungsi kehidupan
dan dalam mengembangkan potensi maksimal mereka. (Hancock, 1988).
Sebuah Kota Sehat berkomitmen untuk suatu proses mencoba untuk mencapai
yang lebih baik fisik dan sosial lingkungan. Setiap kota dapat memulai proses
menjadi Kota Sehat jika berkomitmen untuk pengembangan dan pemeliharaan
lingkungan fisik dan sosial yang mendukung dan mempromosikan baik kesehatan dan
kualitas hidup penduduk. Membangun pertimbangan kesehatan dalam pembangunan
perkotaan dan manajemen sangat penting untuk Kota Sehat.
Kabupaten/Kota Sehat adalah suatu kondisi kabupaten/Kota yang bersih,
nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui
terselenggaranya penerapan beberapa, tatanan dengan kegiatan yang terintegrasi yang
disepakati masyarakat dan pemerintah daerah. (PB MenDaGri dan MenKes, 2005)
Pendekatan Kota Sehat pertama kali dikembangkan di Eropa oleh WHO pada
tahun 1980-an sebagai strategi menyongsong Ottawa-Charter. Ditekankan bahwa
kesehatan dapat dicapai dan berkelanjutan apabila sernua aspek, yaitu sosial,
ekonomi, lingkungan dan budaya diperhatikan. Penekanan tidak cukup pada
pelayanan kesehatan, tetapi kepada seluruh aspek yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat, baik jasmani maupun rohani.

2.2.2 Tujuan Pembangunan Kota Sehat


Pembangunan kota sehat memiliki tujuan untuk ercapainya kondisi kota untuk
hidup dengan bersih, aman, nyaman dan sehat untuk dihuni dan sebagai tempat
bekerja bagi warganya dengan cara terlaksananya berbagai program kesehatan dan
sektor lain, sehingga dapat meningkatkan secara optimal sarana untuk mendukung
peningkatan produktifitas dan perekonomian masyarakat.
Secara rinci tujuan pembangunan kesehatan diklasifikasikan dalam tujuan
utama dan tujuan khusus seperti diuraikan dibawah ini:
a. Tujuan Utama : Mengembangkan dan meningkatkan kesehatan dan kualitas
kehidupan penduduk perkotaan.
Adanya konsep pembanguanan kota sehat di suatu wilayah memiliki tujuan
utama untuk menciptakan lingkungan yang dapat mendukung dan dapat
meningkatkan peran faktor kesehatan dalam kehidupan manusia agar mampu
melaksanakan tugas dan fungsi sebagai individu dan anggota masyarakat dengan
baik sehingga tercapai kualitas keidupan yang tinggi yang akan berpengaruh
terhadap peningkatan status kesehatan dan kehidupan sosial yang maksimal.
b. Tujuan Khusus
1. Menciptakan dukungan dari lingkungan sehat
Hal ini berkaitan dengan adanya fakta bahwa lingkungan yang sehat ikut
memiliki pengaruh terhadap status kesehatan masyarakat. Namun sebaliknya
apabila suatu lingkungan di suatu wilayah tersebut buruk maka juga akan
memberikan damapak buruk terhadap derajat dan status kesehatan penduduk
di kawasan tersebut.
2. Memperoleh kualitas kehidupan yang tinggi
Kualitas kehiduapan yang tinggi juga dipengaruhi oleh daya dukung
lingkungan yang baik, dengan terciptanya lingkungan yang sahat maka dapat
memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat.
3. Menyediakan sanitasi dasar dan kebutuhan akan kebersihan
Konsep pembangunan kota sehat erat kalitannya dengan adanya fasilitas
sanitasi yang baik bagi seluruh penduduk. Salah satu faktor penentu kualitas
lingkungan yang sehat yaitu adanya sanitasi lingkungan yang baik yang dapat
meningkatkan kualitas lingkungan dan akhirnya juga dapat meningkatkan
status kesehatan masyarakat di kota tersebut.
4. Menyediakan akses kepada layanan kesehatan
Selain faktor lingkungan, adanya konsep pembangunan kota sehat juga
berpengaruh langsung terhadap ketersediaan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan baik. hal ini disebabkan juga oleh fakta bahwa suatu
wilayah tidak akan dikatakan sehat apabila tidak mampu menyediakan akses
terhadap pelayanan kesehatan.

2.2.3 Konsep Kota Sehat


Jika merujuk pada Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Kesehatan tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat, healthy city didefinisikan
sebagai suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk
dihuni penduduk yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan
dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah.
WHO (1997) mendefinisikan terdapat sebelas komponen kota sehat yang berkualitas
yaitu lingkungan fisik yang aman dan bersih; ekosistem yang stabil; dukungan
masyarakat yang kuat dan tidak eksploitatif; partispasi dan kontrol masyarakat yang
kuat; pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan, air, tempat tinggal dan pekerjaan
yang aman; akses untuk mendapatkan fasilitas dan pengalaman serta interaksi dan
komunikasi dengan masyarakat luas; ekonomi perkotaan yang innovatif; mendorong
interkoneksitas dari berbagai aspek budaya dan keturunan dengan berbagai individu
dan kelompok; rukun terhadap berbagai karakteristik masyarakat; ketersediaan akses
pelayanan kesehatan dengan masalah kesehatan masyarakat dan terakhir adalah status
kesehatan yang tinggi.
WHO (1997), lebih lanjut mengungkapkan bahwa terdapat enam karakteristik
yang dimiliki oleh healthy city project yaitu komitmen terhadap kesehatan;
membutuhkan keputusan politik untuk kesehatan masyarakat; tindakan dan aksi yang
bersifat intersektoral; partisipasi masyarakat; inovasi dan outcomenya adalah
kebijakan publik yang sehat. Jika merujuk pada dua definisi dan karakteristik healthy
city tersebut, maka dapat dipahami bahwa pertama, healthy city adalah kota yang
bersih secara fisik, aman dan nyaman untuk dihuni oleh masyarakat. Kedua, healthy
city dapat dimulai dari beberapa tatanan (setting) misalnya sekolah sehat,perkantoran
sehat, rumah sakit sehat, pulau sehat sebagai pilot project. Ketiga, konsep healthy city
menekankan pada keterlibatan pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa konsep healthy city adalah gerakan yang dilakukan oleh semua
komponen masyarakat, sektor pemerintah dan swasta dan pemerintah lokal yang
bertujuan untuk mewujudkan kebijakan publik yang sehat (healthy public policy).

2.2.4 Model Kota Sehat


Model-model yang dapat dikembangkan sebagai syarat pembangunan kota sehat
dikelompokkan atas beberapa model sebagai berikut (Sunarsi, 2010):
1. Lingkungan yang sehat
a. Mendorong terciptanya udara yang segar dan bersih sehingga angka kesakitan
dan kematian karena penyakit saluran pernafasan dapat dikurangi.
b. Meningkatkan kualitas air sungai yang bersih sesuai dengan peruntukkannya.
c. Meyediakan air bersih termasuk yang layak minum sehingga kebutuhan air
minum yang bersih dan aman dapat dinikmati penduduk dan penyakit saluran
percernaan seperti thypoid dan diare dapat dicegah.
d. Pengelolaan sampah terpadu sehingga sampai pada pembuangan dapat
didayagunakan, tidak menimbulkan banjir dan menjadi tempat
perkembangbiakkan vektor penyakit.
e. Pengadaan dan penataan lingkungan perumahan dan pemukiman yang sehat
sehingga kejadian stress, penyakit saluran napas, diaree dan kejadian
kecelakaan serta penyakit lainnya dapat dihindari dan dikurangi.
f. Pembenahan dan peningkatan pengelolaan drainase kota yang dapat
mengurangi bahaya terjadinya banjir dan penggenangan air serta tempat
perkembangbiakkan verkot penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat.
2. Sarana dan Prasarana Kota yang Sehat dan Aman
a. Penataan ruang kota yang serasi sehingga tersedia ruang terbuka hijau yang
dapat dimanfaatkan untuk sebagai tempat bermain dan tercapai keserasian
antara bangunan, penghuni dan lingkungan hidup serta tempat kerja yang
dapat memberikan rasa nyaman, aman dan sehat.
b. Terpenuhinya tempat-tempat umum dimana masyarakat dapat menikmati
palayanan umum secara nyaman, aman dan terhindar dari penularan penyakit
bagi para pengunjungnya.
c. Penataan dan pengelolaan pasar serta fasilitas pendukungnya secara baik dan
benar sehingga pasar tidak menjadi tempat perkembangbiakkan vektor,
sumber sampah dan kerawanan sosial lainnya serta nyaman dikunjungi oleh
orang yang membutuhkan.
d. Penataan sektor lingkungan informal (padagang kaki lima, pedagang asongan,
indistri rumah tangga) secara tertib, berdaya guna dan berhasil guna sehingga
memberikan prospek yang baik sekaligus tidak mencemari lingkungan dan
membahayakan pedagang dan orang yang ada di sekitarnya.
e. Pangadaan dan peningkatan kualitas dan kuantitas transportasi perkotaan yang
memadai sehingga kecalakaan, stress yang terjadi akibat buruknya
transportasi dapat dikurangi dan jarak tempuh kendaraan dapat ditingkatkan
dan teratasinya kemacetan lalu lintas.
3. Perilaku hidup yang sehat
a. Meniadakan perilaku tidak sehat (merokok, minuman keras, ketergantungan
obat) di wilayah tersebut.
b. Peningkatan upaya kesehatan mental sehingga maslaah kesehatan mental yang
cenderung meningkat dapat dikurangi melalui upaya pencegahan,
penanggulangan dan upaya promotif untuk meningkatkan katahanan mental
penduduk.
c. Pengurangan angka kejadian kekerasan serta kriminalitas sehingga
produktivitas kerja dan kehidupan yang nyaman, aman dan tentram dapat
dinikmati oleh penduduk.
d. Meningkatkan kepekaan dan upaya masyarakat didalam penegakan keadilan
dan hak azazi manusia.
e. Penyiapan masyarakat dan aparat untuk mencegah dan mengantisipasi rawan
pangan dan terjaminnya kebutuhan gizi menimal secara berkesinambungan.
4. Kehidupan sosial yang sehat
a. Menanggulangi dan membina anak jalanan agar memiliki masa depan yang
lebih baik.
b. Adanya jaminan pelayanan kesehatan bagi setiap warga negara sesuai dengan
pilihannya dan keikutsertaan dalam pendanaan dalam bentuk jaminan
pelayanan kesehatan masyarakat.
c. Tersedianya sarana perkantoran dan perdagangan yang sehat yang dapat
dinikmati oleh masyarakat.
d. Setiap warga dapat mencari kehidupannya secara aman. Bayi dan anak-anak
dapat tumbuh dan berkembang secara wajar. Disamping itu orang tua dapat
menikmati hari tua dengan fasilitas yang tersedia dan dapat meningkatkan
kualitas kehidupan usia tua yang berdaya guna.
e. Adanya fasilitas untuk keperluan ibadah dan sosial yang kondusif untuk
semua pemeluk agama dan kepercayaan.
5. Kawasan industri yang sehat
a. Adanya komitmen pengelola industri dan masyarakat untuk menciptakan
lingkungan lingkungan pemukiman tidak saja sehat bagi pekerja tetapi tidak
mencemari lingkungan pemukiman.
b. Peningkatan keadaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) melalui antara
lain penertiban dan pengadaan serta penggunaan sarana dan prasarana
pendukung K3
c. sehingga kejadian kecelakaan dan kematian akibat kecelakaan kerja dapat
dikurangi dan tercapai keamanan tempat kerja bagi para pekerja.
6. Lingkungan atau Kawasan pariwisata yang sehat
a. Tersedianya informasi yang cukup tentang kesehatan dan pariwisata.
b. Tersedianya akomodasi dan sarana untuk makan dan minum yang nyaman,
aman dan sehat di kawasan wisata.
c. Tersedianya objek wisata yang aman, nyaman dan sehat dan memberi kesan
kenangan khusus.
d. Tersedianya palayanan kesehatan sesuai dengan jenis dan kebutuhan yang
diinginkan oleh wisatawan.
e. Adanya dukungan prasarana dasar (air, listrik, telephone, sarana sanitasi
pariwisata, pengolahan air limbah yang cukup dan memenuhi kualitas).
f. Adanya sarana penunjuang yang bersih, tertib, dan tidak menimbulkan
pencemaran, seperti tempat belanja, souvenir, temoat ibadah dan lain-lain.
g. Adanya sarana angkutan dari dan menuju kawasan pariwisata yang aman,
nyaman dan sehat.
7. Pengembangan pendidikan yang berwawasan kesehatan
a. Penyediaan, pengelolaan dan penggunaan sarana dan prasarana pendidikan
(mulai dari taman kanan-kanan, sekolah dasar, sekolah menengah hingga
perguruan tinggi) yang memnuhi syarat kesehatan.
b. Penataan lingkungan sekolah dan pembinaan perilaku murid dan keluarga
yang sehat antara lain melalui kegiatan UKS.

2.2.5 Strategi Kota Sehat


Beberapa strategi yang akan ditempuh dalam melaksanakan kegiatan kota sehat di
Indonesia sebagai berikut :
1. Kegiatan dimulai dari beberapa kota terpilih berupa kegiatan yang spesifik,
sederhana, terjangkau, dapat dilaksanakan secara mandiri dan berkelanjutan
dengan menggunakan segenap sumber daya yang tersedia.
2. Meningkatkan potensi ekonomi stakeholders kegiatan yang menjadi kesepakatan
masyarakat.
3. Perluasan kegiatan ke kota lainnya atas dasar adanya minat dari kota tersebut
untuk ikut dalam pendekatan kota sehat.
4. Meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui Forum dan Pokja Kota Sehat,
serta pendampingan dari sektor terkait untuk dapat membantu memahami
permasalah, menyusun perencanaan dan melaksanakan kegiatan kota sehat.
5. Menggali potensi wilayah dan kemitraan dengan swasta, LSM, pemerintah,
legislates di dalam penyelenggaraan kegiatan kota sehat.
6. Memasyarakatkan pembangunan yang berwawasan kesehatan di dalam
mewujudkan kota sehat.
7. Meningkatkan promosi dan penyuluhan agar masyarakat hidup dalam kondisi
yang tertib hokum, peka terhadap lingkungan fisik, social dan budaya yang sehat.
8. Mengembangkan informasi dan promosi yang tepat, sesuai dengan kondisi
setempat baik berupa media cetak, elektronik termasuk melalui internet dan media
tradisional.
9. Membuat jaringan kerja sama antar kota pengembangan (replikasi) kota sehat.

2.2.6 Program Kota Sehat


Secara umum, pengertian kota sehat adalah suatu pendekatan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mendorong terciptanya kualitas
lingkungan fisik, sosial, budaya dan produktivitas serta perekonomian yang sesuai
dengan kebutuhan wilayah perkotaan. Konsep kota sehat merupakan pola pendekatan
untuk mencapai kondisi kota/kabupaten yang aman, nyaman dan sehat bagi warganya
melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial dan budaya secara
optimal sehingga dapat mendukung peningkatan produktivitas dan perekonomian
wilayah. Kota sehat merupakan gerakan untuk mendorong inisiatif masyarakat
(capacity building) menuju hidup sehat.
Pemerintah berperan menyusun kebijakan, strategi dan pedoman umum. Sektor-
sektor di propinsi berperan didalam mengembangkan petunjuk teknis dan standar
yang sesuai dengan daerah. Pelaksanaan kegiatan diserahkan oleh pemerintah daerah
kepada masyarakat melalui Forum dan Kelompok Kerja (Pokja) Kota Sehat, sehingga
dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat di kota tersebut. (Kingkungan,
2009).

Program pendukung Kota Sehat, yaitu :


a. Program Bangun Praja
Dalam rangka peningkatan kapasitas pengelolaan lingkungan hidup di
daerah, Kementrian Lingkungan Hidup berupaya merumuskan dan melaksanakan
program yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja dalam pengelolaan
lingkungan hidup yang baik (Good Environmental Governance-GEG). Sasaran
dari program Bangun Praja adalah terwujudnya pemerintahan yang baik (GG) dan
lingkungan yang baik (good environment).
Strategi yang diterpakan dalam pelaksanaan program Bangun Praja adalah:
(1) menciptakan motivasi bagi Pemda melalui pemberian insentif, antara lain
berupa penghargaan maupun bantuan lainnya; (2) menciptakan kompetisi antar
daerah/kota; (3) menerapkan pendekatan "Local Specific" karena setiap daerah
memiliki kekhasan masing-masing.
b. Program ADIPURA
Program ADIPURA bertujuan untuk mengukur kinerja pemerintah daerah
(kabupaten dan kota) dalam pengelolaan lingkungan, khususnya lingkungan
perkotaan, guna mewujudkan kota yang bersih dan teduh (Clean and Green
Cities). Dengan menggunakan pedoman, kriteria, dan indikator yang disusun,
Kementrian Lingkungan Hidup bersama dengan Pemerintah propinsi melakukan
monitoring dan evaluasi kondisi fisik lingkungan perkotaan sekurang-kurangnya 2
kali dalam setahun. Sementara, evaluasi non fisik dilakukan 1 kali dalam setahun.
c. Program Inovasi Manajemen Perkotaan (IMP) Award
Tujuan dari Program IMP Award ini lebih mengarah kepada peningkatan
kapasitas dan manajemen Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat, yaitu untuk mendorong adanya perubahan kebijakan publik
dan institusi pemerintah. (Kingkungan, 2009).
Dalam membuat suatu penyelenggaraan progam Kota Sehat, ada beberapa Tahapan
yang diperlukan, yaitu ;
1. Komitmen terhadap kesehatan
a. Kesehatan bersifat holistik dengan unsur fisik, kejiwaan, sosial, dan agama.
b. Kesehatan bisa ditingkatkan lewat kerjasama individu dan kelompok asal
peyuluhan kesehatan serta pencegahan penyakit menjadi prioritas.
2. Proses pengmabilan keputusan untuk kesehatan masyarakat
a. Lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas perumahan, lingkungan,
pendidikan, dan pelayanan umum sangat penting dalam menunjang kesehatan.
b. Keputusan yang diambil di tingkat daerah hendaknya menunjang kesehatan.
3. Kegiatan intersektoral
a. Program yang melibatkan semua unsur yang mempengaruhi faktor penentu
kesehatan (determinants of health), termasuk sektor usaha, pemerintah daerah,
lembaga lain;
b. Tingkah laku/kegiatan individu dan lembaga di luar sektor kesehatan diubah
supaya menyumbang terhadap lingkungan kota yang sehat.
4. Masyarakat umum memainkan peranan aktif
a. Masyarakat dapat mempengaruhi keputusan/kegiatan pemerintah daerah.
b. Penyuluhan kesehatan yang mengubah pandangan, sikap, dan pilihan
masyarakat dalam hal yang menyangkut kesehatan, cara hidup, dan
penggunaan pelayanan kesehatan.
5. Cara baru dalam pemikiran dan metode
a. Berhasilnya sebuah program Kota Sehat tergantung pada adanya kesempatan
untuk berinovasi.
b. Menyebarkan pengetahuan tentang metode baru, mendorong pemikiran baru,
dan menghargai keberhasilan kebijakan dan program yang inovatif.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Program perbaikan gizi masyarakat adalah Kegiatan untuk mengupayakan
peningkatan status gizi masyarakat dengan pengelolaan yang terkoordinasi dari berbagai
kelembagaan Pemerintah (kesehatan, pertanian, perdagangan dll) serta didukung oleh
peran serta aktif masyarakat
Kota Sehat merupakan gerakan untuk mendorong inisiatif masyarakat (capacity
building) menuju hidup sehat. Memperhatikan konsepsi gerakan kota sehat tersebut,
tampak bahwa gerakan kota sehat merupakan pendekatan ‘multi stakeholders’, dimana
sektor kehutanan (pemerintah dan swasta) yang merupakan bagian dari stakeholders
dapat ikut aktif/ berpartisipasi sesuai dengan bidang tugasnya. Partisipasi tersebut dalam
tahap awal dapat berupa upaya untuk mempromosikan/ menginformasikan kegiatan-
kegiatan yang telah dan akan dilakukan, yang dapat menunjang gerakan kota sehat, serta
menselaraskan kegiatan dengan sektor lain yang secara bersama-sama dapat mewujudkan
kota sehat.

3.2 Saran
Untuk mengukur kemajuan kegiatan kota sehat, dibutuhkan indikator yang jelas
sehingga semua pihak yang ikut terlibat dapat menilai sendiri kemajuan yang sudah
dilakukan, dan menjadi tolok ukur untuk merencanakan kegiatan selanjutnya. Setiap
daerah dapat memilih, menetapkan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan kondisi dan
kemampuan masing-masing untuk memenuhi indikator tersebut. Karenanya, modal dasar
pengembangan kota menuju healthy city adalah kemauan dan komitmen pemerintah kota
untuk mewujudkan tatanan hidup yang lebih berkeadilan, aspiratif dan menempatkan
masyarakat sebagai mitra pembangunan. Pelibatan semua elemen masyarakat kota
merefleksikan makna kepemilikan mereka akan kota yang, secara tidak langsung akan
melahirkan kekuatan dan keikhlasan untuk secara bersama-sama merekayasa perubahan
kota.
DAFTAR PUSTAKA

Hasyim, Hamzah. 2010. Modul Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Sriwijaya: Indralaya.

Sunarsih, Elvi. 2010. Kesehatan Lingkungan Pemukiman Perkotaan. Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Sriwijaya: Indralaya.

Ismail, Noor Hassim. 2010. Healthy City : Malaysia experiences (PPT). Seminar Kesehatan
Internasional BEM FKM Universitas Sriwijaya.

Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. KEPUTUSAN MENTERI


KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/522015

Anda mungkin juga menyukai