Anda di halaman 1dari 42

1.

KRITIK TERUKUR

 Norma pengukuran digunakan untuk memberi arah yang lebih kuantitatif. Hal ini sebagai
bentuk analogi dari ilmu pengetahuan alam.

 Pengolahan melalui statistik atau teknik lain akan mengungkapkan informasi baru tentang
objek yang terukur dan wawasan tertentu dalam studi.

 Bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi norma bagaimana bangunan
diperkirakan pelaksanaannya.

 Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa :

 Ukuran batas minimum atau maksimum, Ukuran batas rata-rata (avarage), Kondisi-kondisi
yang dikehendaki Contoh : Bagaimana Pemerintah daerah melalui Peraturan Tata Bangunan
menjelaskan beberapa sandard normatif : Batas maksimal ketinggian bangunan, sempadan
bangunan, Luas terbangun, ketinggian pagar yang diijinka

 Adakalanya standard dalam pengukuran tidak digunakan secara eksplisit sebagai metoda
kritik karena masih belum cukup memenuhi syarat kritik sebagai sebuah norma Contoh
: Bagaimana Huxtable menjelaskan tentang kesuksesan perkawinan antara seni di dalam
arsitektur dengan bisnis investasi konstruksi yang diukur melalui standardisasi harga-
harga. Norma atau standard yang digunakan dalam Kritik pengukuran yang bergantung pada
ukuran minimum/maksimum, kondisi yang dikehendaki selalu merefleksikan berbagai tujuan
dari bangunan itu sendiri.

 Tujuan dari bangunan biasanya diuraikan dalam tiga ragam petunjuk sebagai beikut:

 Tujuan Teknis ( Technical Goals)

 Tujuan Fungsi ( Functional Goals)

 Tujuan Perilaku ( Behavioural Goals)

Salah satu contoh kritik arsitektur dengan menggunakan kritik terukur :

GREEN SCHOOL A BAMBOO CAMPUS


Film An Inconvenient Truth ternyata memberi inspirasi pada John Hardy, seorang
perancang perhiasan yang berdomisili di Bali. Dokumenter karya mantan wakil presiden
Amerika Serikat, Al Gore, tentang planet bumi, yang terancam kelangsungan hidupnya, itu
mengubah pola pikirnya. “while I was in jewellery business, I was building many things.
Showrooms, stores, factory.” Ujarnya. Namun tak sekalipun ia mencoba membangun
bangunan bangunan yang green.

Hardy tersadar, ulah manusia yang rakus dalam mengeksploitasi alam tanpa mempedulikan
dampaknya, menyebabkan terjadi perubahan iklim dan pemanasan global di bumi. Ia merasa
bila apa yang dilakukannya selama ini bukan bagian dari kerja sama masa depan. Bila
diteruskan, “I would be part of the problem” katanya. Padahal, bukan itu yang diinginkan
dalam mengisi kehidupan. Ia pun banting stir, memutar haluan.

Yang ada di kepalanya kemudian adalah sebuah bangunan hijau yang terbangun dari bahan-
bahan yang terbarukan: Green School. Gagasannya tentang sebuah sekolah yang mengusung
kehidupan ala kampung di Indonesia, itu ternyata mendapat dukungan dari masyarakat
internasional. Tercatat illusionis internasional David Copperfield dan desainer dunia Donna
Karan dari New York, berpartisipasi dalam program donasi sekolah untuk 205 muridnya
berasal dari Indonesia dan bersekolah gratis. Akhirnya pada tahun 2008 berdirilah sekolah
internasional Green School, di atas lahan hutan 8 hektar, di kawasan Sibang Kaja, Bali.

PROJECT DATA
oject Name : Green School
Developer : PT. Bambu Bambu
Location : Banjar Piakan, Sibang Kaja, Abiansemal, Badung,Bali, Indonesia,
80352.
Architecture Consultant : PT. Bambu Bambu
Principal Architect : Aldo Landwehr
Interior Consultant : PT. Bambu Bambu
Landscape Consultant : PT. Bambu Bambu
Lighting Consultant : PT. Bambu Bambu
Structural Consultant : Civil Engineering Gadjah Mada University
ME Consultant : PT. Bambu Bambu
Main Contractor : PT. Bambu Bambu
Building Area : ±4500 m2
Site Area : ±4.55 HA
Design Phase : June 2007-May 2008
Construction Phase : July 2007-August 2008
Launching : September 1st, 2008

Memasuki kompleks sekolahan yang asri, hutan desa yang yang rimbun dengan pepohonan,
menyambut. Namun untuk sampai di bangunan sekolah, seluruh murid harus melalui
Jembatan Minang yang melintasi sungai Ayung. Dinamakan Jembatan Minang karena atap
jembatan ini mengadaptasi atap rumah adat Minangkabau. Konstruksi jembatan ini
seluruhnya terbuat dari bambu.
Jembatan Minang yang Menghubungkan Daerah
Sekolah dan Area Masuk di Atas sungai Ayung

Daerah di sisi seberang Jembatan Minang, merupakan kawasan utama sekolah. Di situ
terdapat sawah milik sekolah dimana siwsa dan guru sering menanam padi bersama. Namun
area belajar yang sesungguhnya baru ditemui setelah perjalanan melewati jalan setapak yang
menanjak yaitu kelas-kelas tanpa dinding atau pun kaca, terlihat. Desain yang terbuka
tersebut membuat para siswa yang sedang belajar merasakan desiran angin serta mendengar
suara-suara alam seperti: kicauan burung,suara pepohonan yang bergesek, dan aliran air di
sungai.

Sementara itu di level tertinggi dari kawasan, terdapat sebuah lapangan besar, sarana
olahraga out door sekolah dan sebuah gymnasium. Terdapat pula sebuah bangunan dnegan
tiga level: Heart of School (HOS). Ini adalah bangunan utama sekolah yang berfungsi sebagai
tempat administrasi, ruang guru, ruang kepala sekolah, serta ruang-ruang penunjang lain
seperti galeri seni kriya anak, ruang komputer dan lainnya.

Di level bawah, kita bisa melihat pilar-pilar bambu, menopang lantai-lantai di atasnya dalam
susunan yang unik. Bila selama ini batang-batang bambu lekat dengan bangunan kotak dan
sederhana, tidak demikian dengan bangunan Green School. Hampir semua bangunan yang
ada di sini di desain melengkung. “There is no straightlines in nature.” Jelas Marny, salah satu
senior architect PT. Bambu Bambu yang terlibat di proyek Green School ini.

Sementara John hardy percaya bentuk kotak dan garis yang terlalu tegas akan mengurangi
kreativitas yang dibutuhkan anak-anak selama belajar. Maka hasilnya adalah kelas-kelas
berbentuk busur dengan bambu-bambu yang diikat secara melengkung sebagai penopang
utama bangunan. Batang-batang bambu itu kemudian disambung dengan rangkaian bambu
lainnya membentuk atap dengan ilalang di atasnya.

Hampir semua elemen bangunan Green School menggunakan material bambu, di antaranya
pada: tiang, rangk atap, tangga, lantai atas dan lainnya. Bambu-bambu itu disambung dengan
sistem pin dan baut. Namun tidak hanya konstruksi bangunan saja yang menggunakan
bambu. Railing atau pagar pembatas, hingga furniture seperti kursi dan meja belajar pun

dibuat dari bambu.


Bambu, merupakan tanaman yang mudah tumbuh. Hanya dalam jangka 4-5 tahun
ketinggian bambu bisa mencapai 18 meter, sementara pohon lain membutuhkan waktu 25
tahun. Dengan demikian, termasuk material yang ramah lingkungan karena mudah dan cepat
diperbaharui.

Kelas-kelas di Heart of School didesain sebagai bangunan dengan sistem yang terbuka.
Artinya, angin dan cahaya matahari dapat masuk dengan maksimal ke dalam bangunan. Itu
masih ditambah dengan sebuah skylight yang melingkar di puncak atap, sebagai sumber
pencahayaan alami bagi ruang-ruang di bawahnya. Fasilitas lain di sekolah ini adalah Green
Waroeng, yaitu kantin yang menjual makanan hasil olahan kebun di sekitar Green School.
Green School memang sebuah sekolah dengan konsep kembali ke alam. Namun upaya
untuk bersahabat dengan lingkungan tak hanya diterapkan pada konteks fisika bangunan,
pilihan material atau membiarkan pepohonan di sekitarnya tumbuh. Utilitas bangunan
seperti listrik pun, direncanakan dengan sistem tersendiri, yaitu turbin yang digerakkan oleh
air, yang dinamakan Vortex. Sedangkan penyediaan air bersih berasal dari sungai yang berada
sekitar 40 m di bawah tanah, masih di dalam kawasan.
Sistem pembuangan air dari kamar mandi juga dibuat berbeda . Setiap toilet, baik untuk
laki-laki maupun perempuan, memiliki dua sistem. Buang air kecil kloset, ditampung dan
digunakan untuk menyiram bambu untuk digunakan sebagai pupuk tanaman nantinya.
Kawasan yang didesain tidak mencemari lingkungan ini diharapkan akan menghasilkan
anak-anak yang selalu berfikir ‘green’ karena terbiasa dengan lingkungan yang asri.
Kesimpulan :
Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode terukur, dapat disimpulkan bahwa
bangunan Green School A Bamboo Campus merupakan bangunan yang direncanakan dan
dirancang secara mendetail. Perencanaan konsep bangunan, penggunaan bahan material
untuk struktur, interior, bahkan estetika yang sangat detail dan bersahabat dengan
lingkungan, memberikan dampak dan kesan yang baik dan nyaman di dalam penggunaan tiap
ruang dan area di dalam kawasannya. Peletakkan ruang-ruang, fasilitas, dan desain bentuk
bangunan yang menerapkan pola dan struktur Biomorfik , mengikuti kontur lahan, dan
memanfaatkan lingkungan semaksimalnya namun tidak merusak atau menghilangkan
keaslian yang telah ada membuat Green School sebagai kawasan yang meminimalkan
dampak negatif bagi alam dan memaksimalkan fungsi lingkungan, namun modern dan kaya
akan teknologi.

Majalah INDONESIA design. Vol.6. No.35. 2009.


www.google.com
http://dwifpputeri.blogspot.co.id/2011/02/tugas-kritik-arsitektur-3.html
http://rezaramadhiansyah.blogspot.co.id/2014/01/tugas-kritik-arsitektur-softskill-2.html

2. KRITIK NORMATIF

Mengkritisi sesuatu baik abstrak maupun konkrit sesuai dengan norma,aturan,ketentuan


yang ada.
Hakikat kritik normatif adalah
 Adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah
perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah
prinsip.

 Dan melalui ini kualitas dan kesuksesan sebuah lingkungan binaan dapat dinilai.

 Norma bisa jadi berupa standar yang bersifat fisik, tetapi adakalanya juga bersifat kualitatif
dan tidak dapat dikuantifikasikan.

 Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada
kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi

4 metode sebagai kritik normatif seperti berikut :


a. Doktrin ( satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip yang tak terukur)
b. Sistem ( suatu norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuan)
c. Tipe ( suatu norma yang didasarkan pada model yang digenralisasi untuk satu kategori
bangunan spesifik)
d. Ukuran ( sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara
kuantitatif)
dalam hal ini akan dibahas mengenai metode Tipe. Metode Tipe adalah suatu norma yang
didasarkan pada model yang digenralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik.
MASJID KUBAH EMAS, DEPOK

Masjid kubah emas atau Masjid Dian Al Mahri yang letaknya di Depok, Jawa Barat,
tepatnya di Jalan Meruyung, Kelurahan Limo, Kecamatan Cinere, Depok. Masjid ini mulai di
bangun pada tahun 1999, dan di resmikan pada bulan April tahun 2006. Masjid ini merupakan
milik pribadi dari Hajjah (Hj) Dian Djurian Maimun Al-Rasyid,seorang pengusaha dari Serang,
Banten dan pemilik Islamic Center Yayasan Dian Al-Mahri.

Masjid ini luas bangunannya mencapai 8.000 meter persegi dan berdiri di atas lahan
seluas 70 hektare. Secara umum, arsitektur masjid mengikuti tipologi arsitektur masjid di
Timur Tengah dengan ciri kubah, minaret (menara), halaman dalam (plaza), dan penggunaan
detail atau hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk, untuk memperkuat ciri
keislaman para arsitekturnya. Ciri lainnya adalah gerbang masuk berupa portal dan hiasan
geometris serta obelisk sebagai ornamen.

Bangunan Masjid Kubah Emas,depok menggunakan gaya Arsitektur Byzantium.


Arsitektur Byzantium merupakan arsitektur yang berada di zaman Yunani kuno,tepatnya di
Konstantinopel.

Konstantinopel merupakan salah satu kota terpenting di dunia, kota ini dikelilingi
tembok-tembok besar yang kokoh yang dikenal dengan nama tembok konstantin, yang
dibangun pada tahun 330 Masehi oleh Kaisar Constantine I. Konstaninopel memiliki posisi
yang sangat penting di mata dunia. Konstantinopel merupakan salah satu kota terbesar dan
benteng terkuat di dunia saat itu, dikelilingi lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu selat
Bosphorus, Laut Marmarah dan Tanduk Emas (golden horn) yang dijaga dengan rantai yang
sangat besar, hingga tidak memungkinkan untuk masuknya kapal musuh ke dalamnya. Kota
ini merupakan sebuah magnet komersial, kultural, dan diplomatik. Dengan letak strategisnya
itu, Konstantinopel mampu mengendalikan rute antara Asia dan Eropa, serta pelayaran dari
dari Laut Mediterania ke Laut Hitam. Pentingnya posisi konstantinopel ini digambarkan oleh
Napoleon dengan kata-kata “…..kalaulah dunia ini sebuah negara, maka Konstantinopel inilah
yang paling layak menjadi ibukota negaranya!”

http://rizkyan-maulanang.blogspot.co.id/2011/11/kritik-normatif-kritik-
arsitektur.html

3. KRITIK INTERPREKTIF

Kritik interpretif atau kritik penafsiran yakni merupakan sebuah kritik yang menafsirkan
namun tidak menilai secara judgemental,

Hakikat Kritik interpretif ;


- Seorang kritikus sebagai seorang interpreter atau pengamat yang sangat personal.
- Bentuk kritik cenderung subjektif namun tanpa ditunggangi oleh klaim doktrin. Klaim
objektifitas melalui pengukuran yang terevaluasi.
- Mempengaruhi pandangan orang lain untuk bisa memandang sebagaimana yang kita lihat.
- Menyajikan satu perspektif baru atas satu objek atau satu cara baru memandang bangunan.
- Melalui rasa artistiknya mempengaruhi pengamat merasakan sama sebagaimana yang ia
alami.
- Membangun satu karya ‘bayangan’ yang independen melalui bangunan sebagimana milikinya.

Dan terdapat tiga teknik kritik interpretif diantaranya :


- Advocatory
- Evocative
- Impressionalistic
Metode Kritik Interpretif
Objek : Koshino House karya Tadao Ando

Menurut Siswono Yudohusodo (Rumah Rakyat untuk seluruh rakyat 1991,432) Rumah
adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan
keluarga. Fungsi lainnyayakni sebagai pelindung dari iklim dan makhluk hidup lainnya serta
tempat awal pengembangn kehidupan. Bukan hanya itu, bagi saya rumah adalah tempat
pulang terindah. Karena dirumah kita dapat melihat keluarga berkumpul bersama dan
menikmati momen yang berharga. Dimana keluarga adalah bagian terpenting kedua setelah
Tuhan.

Bicara mengenai rumah, rumah yang baik kiranya memenuhi syarat, dimana kita tahu
bangunan yang baik menurut Vitruvius harus memenuhi 3 sistem syarat yakni dari segi
kekuatan (firmitas), fungsi (utilitas) dan juga keindahan (venustas). Namun tidak hanya itu,
yang terpenting dari rumah adalah dampak terhadap penghuninya. Rumah tersebut memberi
pengaruh apa terhadap penghuni di dalamnya. Sehigga terjadinya komunikasi antara
penghuni dan rumah untuk saling terintegrasi.

Bagi saya rumah tidak harus melihat dari faktor keindahannya saja setelah faktor kekuatan
dan fungsi sudah terpenuhi, karna nyatanya saat ini faktor ekonomis juga dipikirkan. Banyak
rumah yang di desain sedemikian rupa dan bahkan juga menggunakan bahan material yang
berkualitas dengan harga yang cukup mahal. Namun itu semua tergantung si empunya
rumah, karena keinginan dan kebutuhan setiap orang berbeda. Ada yang menyukai rumah
klasik dengan detail-detail ornamennya, ada yang menyukai rumah dengan gaya minimalis
yang lebih terlihat clean dan berkesan kekinian atau bahkan ada pula yang menyukai rumah
tradisional untuk menghadirkan kesan alam yang kental.

Lebih dari itu, ada sesuatu yang semestinya kita dapat dari suatu rumah, yakni soul (jiwa)
yang hadir dari rumah tersebut. Dalam buku Wastu Citra, sesuatu yang benar itu indah.
Begitulah ketika saya melihat Khosino House karya arsitek jepang Tadao Ando. Arsitek yang
memiliki karakter pada bangunannya yakni dengan bentuknya yang lingkaran dan geometris,
penggunaan beton (concrete) polos, pemanfaatan cahaya alami dan udara serta bentuk
bangunan yang mengikuti landscape di sekitarnya. Dengan desain dari bentuk yang
sederhana, tidak banyak ornamen namun berkarakter kuat, benar dan indah. Dan lebih dari
itu saya melihat dan seakan merasakan ada jiwa di dalamnya.

Dalam artikel yang saya baca, Khosino House adalah desain yang memiliki makna yang bisa
berubah-ubah sesuai perubahan cahaya dan aliran udara (angin). Yang berari sang arsitek
tidak hanya memabngun melainkan juga memikirkan konsep bangunanya secara matang.
Mungkin menurut saya seprti itulah yang kita bisa dapatkan dari suatu rumah. Karena
rumah memberikan pengaruh terhadap penghuninya.Dengan desain yang benar tentulah
memunculkan sesuatu keindahan.

www.google.com
http://oktavindah.blogspot.co.id/2014/01/tugas-kritik-arsitektur_29.html

4. KRITIK TIPIKAL

Kritik interpretif atau kritik penafsiran yakni merupakan sebuah kritik yang menafsirkan
namun tidak menilai secara judgemental,
Hakikat Kritik interpretif ;
- Seorang kritikus sebagai seorang interpreter atau pengamat yang sangat personal.
- Bentuk kritik cenderung subjektif namun tanpa ditunggangi oleh klaim doktrin. Klaim
objektifitas melalui pengukuran yang terevaluasi.
- Mempengaruhi pandangan orang lain untuk bisa memandang sebagaimana yang kita lihat.
- Menyajikan satu perspektif baru atas satu objek atau satu cara baru memandang bangunan.
- Melalui rasa artistiknya mempengaruhi pengamat merasakan sama sebagaimana yang ia
alami.
- Membangun satu karya ‘bayangan’ yang independen melalui bangunan sebagimana milikinya.

Dan terdapat tiga teknik kritik interpretif diantaranya :


- Advocatory
- Evocative
- Impressionalistic

Metode Kritik Interpretif


Objek : Koshino House karya Tadao Ando

Menurut Siswono Yudohusodo (Rumah Rakyat untuk seluruh rakyat 1991,432) Rumah
adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan
keluarga. Fungsi lainnyayakni sebagai pelindung dari iklim dan makhluk hidup lainnya serta
tempat awal pengembangn kehidupan. Bukan hanya itu, bagi saya rumah adalah tempat
pulang terindah. Karena dirumah kita dapat melihat keluarga berkumpul bersama dan
menikmati momen yang berharga. Dimana keluarga adalah bagian terpenting kedua setelah
Tuhan.

Bicara mengenai rumah, rumah yang baik kiranya memenuhi syarat, dimana kita tahu
bangunan yang baik menurut Vitruvius harus memenuhi 3 sistem syarat yakni dari segi
kekuatan (firmitas), fungsi (utilitas) dan juga keindahan (venustas). Namun tidak hanya itu,
yang terpenting dari rumah adalah dampak terhadap penghuninya. Rumah tersebut memberi
pengaruh apa terhadap penghuni di dalamnya. Sehigga terjadinya komunikasi antara
penghuni dan rumah untuk saling terintegrasi.

Bagi saya rumah tidak harus melihat dari faktor keindahannya saja setelah faktor kekuatan
dan fungsi sudah terpenuhi, karna nyatanya saat ini faktor ekonomis juga dipikirkan. Banyak
rumah yang di desain sedemikian rupa dan bahkan juga menggunakan bahan material yang
berkualitas dengan harga yang cukup mahal. Namun itu semua tergantung si empunya
rumah, karena keinginan dan kebutuhan setiap orang berbeda. Ada yang menyukai rumah
klasik dengan detail-detail ornamennya, ada yang menyukai rumah dengan gaya minimalis
yang lebih terlihat clean dan berkesan kekinian atau bahkan ada pula yang menyukai rumah
tradisional untuk menghadirkan kesan alam yang kental.

Lebih dari itu, ada sesuatu yang semestinya kita dapat dari suatu rumah, yakni soul (jiwa)
yang hadir dari rumah tersebut. Dalam buku Wastu Citra, sesuatu yang benar itu indah.
Begitulah ketika saya melihat Khosino House karya arsitek jepang Tadao Ando. Arsitek yang
memiliki karakter pada bangunannya yakni dengan bentuknya yang lingkaran dan geometris,
penggunaan beton (concrete) polos, pemanfaatan cahaya alami dan udara serta bentuk
bangunan yang mengikuti landscape di sekitarnya. Dengan desain dari bentuk yang
sederhana, tidak banyak ornamen namun berkarakter kuat, benar dan indah. Dan lebih dari
itu saya melihat dan seakan merasakan ada jiwa di dalamnya.
Dalam artikel yang saya baca, Khosino House adalah desain yang memiliki makna yang bisa
berubah-ubah sesuai perubahan cahaya dan aliran udara (angin). Yang berari sang arsitek
tidak hanya memabngun melainkan juga memikirkan konsep bangunanya secara matang.
Mungkin menurut saya seprti itulah yang kita bisa dapatkan dari suatu rumah. Karena
rumah memberikan pengaruh terhadap penghuninya.Dengan desain yang benar tentulah
memunculkan sesuatu keindahan.

www.google.com
http://oktavindah.blogspot.co.id/2014/01/tugas-kritik-arsitektur_29.html

5. KRITIK IMPRESIONNNIS

(Imppressionis Criticism) (Kritik dipakai sebagai alat untuk melahirkan karya seni baru).
Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya
seninya.1.
Kritik impresionis dapat berbentuk :
· Verbal discourse (narasi verbal puisi atau prosa).
· Caligramme (paduan kata)
· Painting (lukisan)
· Photo image (imagi foto)
· Modification of building (Modifikasi bangunan)
· Cartoon (menampilakan gambar bangunan dengan cara yang lebih menyenangkan).

Berikut salah satu contoh kritik arsitektur dengan menggunakan kritik inpresionis :

Museum Purna Bakti Pertiwi


Museum Purna Bhakti Pertiwi merupakan salah satu wahana edukasi di sekitar
Kawasan Taman Mini Indonesia Indah yang berisikan koleksi cindera mata dan tanda
penghargaan terhadap pengabdian Presiden Republik Indonesia Ke-2, H. M. Soeharto

PHOTO IMAGE
Bentuk arsitektur bangunan mengacu pada kearifan lokal nusantara yaitu Nasi
Tumpeng. Makna bangunan tumpeng melambangkan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta ucapan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia.

Di Halaman sekeliling Museum terdapat Griya Mahabharata, Griya Makutha Rama,


dan Kapal Perang KRI Harimau, saksi bisu pertempuran pembebasan Irian Barat. Terdapat
pula koleksi anggrekdan tanaman langka Nusantara.

Ventilasi pada Museum Purna Bakti Pertiwi


Arti atau lambang warna
Merah : Melambangkan keberanian dan membela kebenaran
Kuning Gading : Melambangkan kegembiraan dan kebahagiaan
Hijau : Melambangkan ketentraman dan kedamaian

Lidah Api mempunyai arti atau simbol yaitu kesaktian dan kesucian

http://chuky22.blogspot.co.id/2013/02/kritik-arsitektur.html
6. KRITIK DESKRIPTIF

- Dibanding metode kritik lain metode kritik deskriptif tampak lebih nyata (faktual) Deskriptif
mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota
- Lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian
dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan.
- Lebih dipahami sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan melalui berbagai
unsur bentuk yang ditampilkannya
- Tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekadar metode untuk
melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.

Kritik Deskriptif terdiri dari :


Ø Kritik Depiktif Depictive Criticism (Gambaran bangunan)
Depictive kritik tidak dapat disebut kritik sepenuhnya karena tidak menggunakan
pertanyaan baik atau buruk. Kritik ini focus pada bagian bentuk, material, serta teksture.
Depictictive kritik pada sebuah bangunan jarang digunakan karena tidak menciptakan sesuatu
yang controversial, dan dikarenakan cara membawakan verbal mengenai fenomena fisik
jarang provocative atau seductive to menahan keinginan pembaca untuk tetap
memperhatikan. Fotografi paling sering digunakan ketika ketelitian dalam penggambaran
bahan bangunan diinginkan.
Ø Kritik Biografis Biographical Criticism (Riwayat Hidup)
Kritik yang hanya mencurahkan perhatiannya pada sang artist (penciptanya),
khususnya aktifitas yang telah dilakukannya. Memahami dengan logis perkembangan sang
artis sangat diperlukan untuk memisahkan perhatian kita terhadap intensitasnya pada karya-
karyanya secara spesifik.
Ø Kritik Kontekstual Contextual Criticism (Persitiwa)
Untuk memberikan lebih ketelitian untuk lebih mengerti suatu bangunan, diperlukan
beragam informasi dekriptif, informasi seperti aspek-aspek tentang sosial, political, dan
ekonomi konteks bangunan yang telah didesain. kebanyakan kritikus tidak mengetahui
rahasia informasi mengenai faktor yang mempengaruhi proses desain kecuali mereka pribadi
terlibat. Dalam kasus lain, ketika kritikus memiliki beberapa akses ke informasi, mereka tidak
mampu untuk menerbitkannya karena takut tindakan hukum terhadap mereka. Tetapi
informasi yang tidak controversial tentang konteks suatu desain suatu bangunan terkadang
tersedia.

Berikut ini adalah contoh kritik arsitektur dengan menggunakan Kritik


Kontekstual (Contextual Criticism) :

Gambar 1 Beijing Capital International Airport

Lokasi : Chaoyang District, Beijing, China


Fungsi : Bandara internasional
Penetapan : 2003
Mulai pembangunan : 2004
Selesai pembangunan : 2008
Luas : 1.300.000 m2
Klien : Beijing Capital International Airport Company Ltd.
Struktural Engineer : Arup
Quantity Surveyor : Davis Langdon & Seah
M+E Engineer : Arup

Beijing Capital International Airport dirancang untuk membangkitkan semangat,


menyambut Olimpiade Beijing dan juga merupakan simbol Cina. Bandara dengan atap
aerodinamis dan bentuknya naga seperti merayakan sensasi dan puisi penerbangan dan
membangkitkan warna tradisional dan simbol Cina. Teknik daylighting sebagai konsep sains
lingkungan dan sains bangunan menjadi ciri khas sang arsitek pada bangunan Beijing Capital
International Airport [Foster N. 2013. Beijing Capital International
Airport. http://www.fosterandpartners.com/projects/beijing-airport/. 2 juni 2013].
Prefabrikasi elemen struktur dan bangunan modular memberikan fleksibilitas untuk
pertumbuhan dan operasi masa depan, serta meminimalkan polusi konstruksi di tempat.
Desain pasif optimasi - Skylight di atap memberikan cahaya alami ke lantai atas, dan ini juga
berorientasi untuk memaksimalkan keuntungan awal matahari pagi, menyediakan pemanas
surya pasif untuk ruang. Kombinasi fitur lingkungan pasif dan aktif mengurangi biaya
operasional bangunan. Penggunaan bahan yang tersedia secara lokal dan keterampilan lokal.
Energi sistem lingkungan yang efisien. Sensor CO2 sesuai pasokan udara segar akurat ke
tingkat hunian. VAV tanaman Penyejuk memungkinkan penggunaan pendingin bebas yang
signifikan, serta meminimalkan fan energi. Sistem distribusi langsung dan terorganisir dengan
baik membatasi pompa dan energi fan [Foster N. 2008. Hal. 1].

Gambar 2 Bentuk memanjang dan Skylight di atap yang terlihat


seperti sisik naga Cina
ismail harly

Go Ahead

RSS

 About

Kritik Arsitektur

KRITIK ARSITEKTUR

Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk
meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki
pekerjaan. [1].

Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani κριτικός, kritikós – “yang membedakan”, kata
ini sendiri diturunkan dari bahasa Yunani Kuna κριτής, krités, artinya “orang yang memberikan
pendapat beralasan” atau “analisis”, “pertimbangan nilai”, “interpretasi”, atau
“pengamatan”. Istilah ini biasa dipergunakan untuk menggambarkan seorang pengikut posisi
yang berselisih dengan atau menentang objek kritikan.

Kritikus modern mencakup kaum profesi atau amatir yang secara teratur memberikan
pendapat atau menginterpretasikan seni pentas atau karya lain (seperti karya seniman,
ilmuwan, musisi atau aktor) dan, biasanya, menerbitkan pengamatan mereka, sering di jurnal
ilmiah. Kaum kritikus banyak jumlahnya di berbagai bidang, termasuk kritikus seni, musik,
film, teater atau sandiwara, rumah makan dan penerbitan ilmiah

Di dalam arsitektur terdapat berbagai macam kritik arsitektur yaitu ;

1. Kritik Deskriptif
2. Kriti Normatif
3. Kritik Typical
4. Kritik Impresionis
5. Kritik Interpretif
6. Kritik Terukur

1. KRITIK DESKRIPTIF

Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota.


Dimana pendekatan deskriptif ini lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jka kita tahu apa
yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami
makna bangunan. Metode deskriptif ini tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to
interprete. Tetapi sekedar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa
yang terjadi di dalamnya. Metoda kritik deskriptif memiliki 3 jenis, antara lain:

A. Depictive criticism (gambaran bangunan)

Depictive criticism dalam aspek static memfokuskan perhatian pada elemen-elemen bentuk
(form), bahan (materials) dan permukaan (texture).

B.Dynamic (secara verbal)

Tidak seperti aspek statis, aspek dinamis depictive mencoba melihat bagaimana bangunan
digunakan bukan dari apa bangunan di buat.

Aspek dinamis mengkritisi bangunan melalui : Bagaimana manusia bergerak melalui ruang-
ruang sebuah bangunan? Apa yang terjadi disana? Pengalaman apa yang telah dihasilkan dari
sebuah lingkungan fisik
C.Process (secara procedural)

Merupakan satu bentuk depictive criticism yang menginformasikan kepada kita tentang
proses bagaimana sebab-sebab lingkungan fisik terjadi seperti itu.

D.Biographical Criticism (Riwayat Hidup)

E.Contextual Criticism ( Persitiwa)

Untuk memeberikan lebih ketelitian untuk lebih mengerti suatu bangunan, diperlukan
beragam imformasi deskriptif, imformasi seperti aspek-aspek tentang sosial, political, dan
ekonomi konteks bangunan yang telah didesain. Kebanyakan kritikus tidak mengetahui
rahasia imformasi mengenai faktor yang mempengaruhi proses desain kecuali mereka pribadi
terlibat.

CONTOH KRITIK DEPICTIVE CRITICISM

Nama Bangunan : Niteroi Contemporary Art Museum

Fungsi Bangunan : Museum Kontemporer


Niteroi Contemporary Art Museum terletak di kota Niterói, Rio de Janeiro, Brazil, dan
merupakan salah satu kota utama di Brazil. Museum ini selesai dibangun pada tahun 1996.

Museum ini didesain oleh Oscar Niemeyer dengan bantuan Contarini Bruno seorang insinyur
struktur. MAC-Niterói memiliki ketinggian 16 meter dengan kubah 3 lantai yang berdiameter
50 meter. Bangunan ini dibangun dengan luas 817 meter, yang mencerminkan kolam yang
mengelilingi silinder yang berbentuk bunga.

Museum ini berada di tanjung berbatu dengan pemandangan ke arah kota Rio dan bukit-bukit
yang akrab disebut Pao de Acuca. Bentuk piring terbang tampaknya tepat bagi museum yang
berada di tebing dekat laut tersebut.

Museum ini menggunakan material beton sebagai bahan utamanya. Untuk strukturnya,
Museum ini menggunakan struktur kantilever dan core sebagai struktur utamanya.

Bentuk cawan modernis, yang menyerupai bentuk UFO, diletakkan di tebing yang pada bagian
bawahnya adalah laut seperti bunga yang sedang mekar di pinggir laut.

Dengan struktur kantilever yang keluar dari pusat batang bangunan, bentuk cawan atau
piringan ini memberikan kesan tersendiri.

CONTOH KIRITIK DYNAMIC – DEPICTIVE CRITICISM

Bangunan yang difungsikan sebagai Museum Kontemporer ini. Selain itu bangunan ini telah
menjadi landmark dari kota Niteroi dan telah dijadikan obyek wisata utama dari kota ini. Pada
musim liburan Museum ini ramai dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun asing. Plaza
pada areal museum dijadikan tempat berkumpul(hang-out). Ramp pada bangunan dijadikan
sebagai lokasi untuk mengambil foto karena view yang ditawarkan sangat menarik.

Pengunjung diajak untuk menyusuri seluruh areal dalam museum. Sirkulasi manusia dibuat
memutar sehingga tiap ruangan terlewati oleh pengunjung. Dengan latar belakang dari
bangunan yang langsung mengarah ke laut, pengunjung dapat merasakan suasana yang
tenang dan nyaman.
Jadi selain sebagai tempat memamerkan karya seni kontemporer hasil buatan seniman
terkenal asal kota Niteroi, tempat ini dijadikan juga sebagai:

– Pusat studi seni kontemporer

– Kawasan wisata

– Tempat berkumpul dan bersantai

Dari denah kita dapatkan jenis-jenis ruang yang ada di dalam bangunan:

1. Hall
2. Ruang Pamer Karya Seni
3. Auditorium/Theatre
4. Restoran
5. Gudang Penyimpanan Karya
6. Sekretariat/Kantor

CONTOH KRITIK PROCESS ASPECT – DEPICTIVE CRITICISM

Niteroi Contemporary Art Museum merupakan museum dengan bentuk yang unik dan
memberikan kesan megah sekaligus misterius. Bentuk dasar bangunan diumpamakan seperti
bunga yang mekar di pinggir laut dengan mengambil bentuk UFO sebagai dasar pendesaian
bangunan. Bentuk bunga mekar dan bentuk UFO disatukan menjadi bentuk yang tidak lazim
dan unik. Kesan yang didapat indah(sebagai bunga) dan misterius(seperti UFO).
CORE

Core pada bangunan diumpamakan seperti tangkai bunga yang menahan mahkota bunga
yang sedang mekar. Melambangkan sebuah kekokohan yang hampir tidak diperkirakan
manusia(ukuran diameter core 9m sedangkan ukuran diameter puncak dari cawannya 50m).

SAUCER-SHAPED MODERNIST

Cawan diumpamakan seperti mahkota bunga yang sedang mekar. Melambangkan sebuah
keindahan dan kemegahan dari sebuah karya seni arsitektural. Menggunakan finishing
dinding berupa kaca berwarna hitam memberikan kesan misterius dari bangunan yang
membuat orang ingin tahu isi di dalamnya.

THE COLOR

Warna hitam dan putih merupakan warna kontras yang memberikan kesan seni kontemporer
tidak memiliki batasan. Ada yang terkesan seni murni dan juga ada yang terkesan seni
terapan.

B. KRITIK NORMATIF

Kritik normatif adalah mengkritisi sesuatu baik abstrak maupun konkrit sesuai dengan
norma,aturan,ketentuan yang ada.

Hakikat kritik normatif:


Adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah
perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah
prinsip.

1. Melalui suatu prinsip, keberhasilan kualitas lingkungan buatan dapat dinilai


2. Suatu norma tidak saja berupa standard fisik yang dapat dikuantifikasi tetapi juga non
fisik yang kualitatif.
3. Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak
ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi.

Kritik normatif perlu dibedakan dalam 4 metode, antara lain:

1. Metoda Doktrin ( satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip yang tak
terukur)
2. Metoda Sistemik ( suatu norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan
untuk satu tujuan)
3. Metoda Tipikal ( suatu norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk
satu kategori bangunan spesifik)
4. Metoda Terukur ( sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan
baik secara kuantitatif)

C.KRITIK TYPICAL

Kritik Tipikal/Kritik Tipical (Typical Criticism) adalah sebuah metode kritik yang termasuk pada
kritik Kritik Normatif (Normative Criticism). Kritik Tipikal yaitu metode kritik dengan
membandingkan obyek yang dianalisis dengan bangunan sejenis lainnya, dalam hal ini
bangunan public

Adapun elemen dalam kritik typical, antara lain:

1. Structural (Struktur)

Tipe ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan berkait dengan penggunaan material
dan pola yang sama.
 Jenis bahan
 Sistem struktur
 Sistem Utilitas dan sebagainya.

2. Function (Fungsi)

Hal ini didasarkan pada pembandingan lingkungan yang didesain untuk aktifitas yang sama.
Misalnya sekolah akan dievaluasi dengan keberadaan sekolah lain yang sama.

 Kebutuhan pada ruang kelas


 Kebutuhan auditorium
 Kebutuhan ruang terbuka dsb.

3. Form ( Bentuk )

Diasumsikan bahwa ada tipe bentuk-bentuk yang eksestensial dan memungkinkan untuk
dapat dianggap memadai bagi fungsi yang sama pada bangunan lain. Penilaian secara kritis
dapat difocuskan pada cara bagaimana bentuk itu dimodifikasi dan dikembangkan variasinya,
Sebagai contoh bagaimana Pantheon telah memberi inspirasi bagi bentuk-bentuk bangunan
yang monumental pada masa berikutnya.

Keuntungan Kritik Typical

1. Desain dapat lebih efisien dan dapat menggantungkan pada tipe tertentu.
2. Tidak perlu mencari lagi panduan setiap mendesain
3. Tidak perlu menentukan pilihan-pilihan visi baru lagi.
4. Dapat mengidentifikasi secara spesifik setiap kasus yang sama
5. Tidak memerlukan upaya yang membutuhkan konteks lain.

Kerugian Kritik Typical

1. Desain hanya didasarkan pada solusi yang minimal


2. Sangat bergantung pada tipe yang sangat standard
3. Memiliki ketergantungan yang kuat pada satu type
4. Tidak memeiliki pemikiran yang segar
5. Sekadar memproduksi ulang satu pemecahan

D. KRITIK IMPRESIONIS

Metode ini cenderung selalu berubah mengikuti perkembangan jaman dimana kritik-kritik
yang ada umumnya cenderung mengambil suatu hal positif dari satu bangunan dan
menerapkannya pada bangunan lain sebagai salah satu cara bereksplorasi

Kritik impresionistik dapat berbentuk :

1. Caligramme : Paduan kata membentuk silhouette

2. Verbal Discourse : Narasi verbal puisi atau prosa


3. Painting : Lukisan
4. Photo image : Imagi foto
5. Modification of Building : Modifikasi bangunan
6. Cartoon : Fokus pada bagian bangunan sebagai lelucon

Keuntungan Kritik Impresionis

 Membuat imajinasi tentang bangunan menjadi lebih bermakna


 Merangsang orang untuk melihat lebih dalam ke arah makna dan arti bangunan
 Membuat orang untuk melihat karya seni lebih teliti
 Mampu meyederhanakan suatu analisis objek yang tadinya terasa kompleks•
 Membuat lingkungan lebih mudah dikenali

Kerugian Kritik Impreionis


 Kritik seolah tidak berkait dengan arsitektur
 Interpretasi menjadi lebih luas dan masuk dalam wilayah bidang ilmu lain
 Pesan perbaikan dalam arsitektur tidak tampak secara langsung
 Menghasikan satu interpretasi yang bias tentang hakikat arsitektur.

E.KRITIK INTERPRETIF

Kritik Interpretif (Interpretive Criticism) yang berarti adalah sebuah kritik yang menafsirkan
namun tidak menilai secara judgemental, Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai pengamat
yang professional. Bentuk kritik cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi pandangan
orang lain agar sejalan dengan pandangan kritikus tersebut. Dalam penyajiannya
menampilkan sesuatu yang baru atau memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang
lain.kritik interpretatif ada 3 yaitu :

1. Kritik Evokatif (Evocative) (Kritik yang membangkitkan rasa)

Menggugah pemahaman intelektual atas makna yang dikandung pada suatu bangunan.
Sehingga kritik ini tidak mengungkap suatu objek itu benar atau salah melainkan
pengungkapan pengalaman perasaan akan ruang. Metode ini bisa disampaikan dalam bentuk
naratif (tulisan) dan fotografis (gambar).

2. Kritik Advokatif (Advocatory) (Kritik yang membela, memposisikan diri seolah-olah kita
adalah arsitek tersebut.)

Kritik dalam bentuk penghakiman dan mencoba mengarahkan pada suatu topik yang
dipandang perlu. Namun bertentangan dalam hal itu kritikus juga membantu melihat manfaat
yang telah dihasilkan oleh arsitek sehingga dapat membalikkan dari objek bangunan yang
sangat menjemukan menjadi bangunan yang mempersona.

3. Kritik Impresionis (Imppressionis Criticism) (Kritik dipakai sebagai alat untuk


melahirkan karya seni baru).

Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya
seninya.1.
Kritik impresionis dapat berbentuk :

 Verbal discourse (narasi verbal puisi atau prosa).


 Caligramme (paduan kata)
 Painting (lukisan)
 Photo image (imagi foto)
 Modification of building (Modifikasi bangunan)
 Cartoon (menampilakan gambar bangunan dengan cara yang lebih menyenangkan).

F. KRITIK TERUKUR

Kritik terukur menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil berbagai macam
observasi sebagai cara menganalisa bangunan melalui hukum-hukum matematika tertentu.
Norma yang terukur digunakan untuk memberi arah yang lebih kuantitatif. Hal ini merupakan
satu bentuk analogi dari ilmu pengetahuan alam yang diformulasikan untuk tujuan kendali
rancangan arsitektural.

 Pengolahan melalui statistik atau teknik lain secara matematis dapat mengungkapkan
informasi baru tentang objek yang terukur dan wawasan tertentu dalam studi
arsitektur.
 Perbedaan dari kritik normatif yang lain adalah terletak pada metode yang digunakan
yang berupa standardisasi desain yang sangat kuantitatif dan terukur secara
amtematis.
 Bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi norma bagaimana
bangunan diperkirakan pelaksanaannya.
 Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa :

1. Ukuran batas minimum atau maksimum


2. Ukuran batas rata-rata (avarage)
3. Kondisi-kondisi yang dikehendaki
 Kritik Arsitektur
o Kritik Arsitektur Normatif

Kritik normatif adalah mengkritisi sesuatu baik abstrak maupun konkrit sesuai dengan
norma,aturan,ketentuan yang ada. Hakikat kritik normatif adalah

1. Adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan


wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran
sebagai sebuah prinsip.
2. Dan melalui ini kualitas dan kesuksesan sebuah lingkungan binaan dapat dinilai.
3. Norma bisa jadi berupa standar yang bersifat fisik, tetapi adakalanya juga bersifat
kualitatif dan tidak dapat dikuantifikasikan
4. Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada
kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi

4 metode sebagai kritik normatif seperti berikut :

1. Doktrin ( satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip yang tak terukur)
2. Sistem ( suatu norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu
tujuan)
3. Tipe ( suatu norma yang didasarkan pada model yang digenralisasi untuk satu kategori
bangunan spesifik)
4. Ukuran ( sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik
secara kuantitatif)

Dalam hal ini akan dibahas mengenai metode Tipe. Metode Tipe adalah suatu norma yang
didasarkan pada model yang digenralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik.

Contoh Kritik Arsitektur Normatif Metoda Terukur Adalah

Masjid Kubah Emas

Gambar 1.1.1 Masjid Kubah Emas


Masjid Dian Al-Mahri Depok. Mesjid Kubah Emas yang terletak di Kota Depok memiliki
nama asli Masjid Dian Al-Mahri. Masjid ini di bangun sejak tahun 2001 dan selesai pada akhir
tahun 2006.

Masjid Dian Al Mahri dibuka untuk umum pada tanggal 31 Desember 2006, bertepatan dengan
Idul Adha 1427 H yang kedua kalinya pada tahun itu. Pembangunannya sudah berlangsung
sejak tahun 1999, namun baru dibuka untuk umum pada tanggal 31 Desember 2006. Setelah
shalat Idul Adha, pemilik masjid langsung meresmikan masjid ini. Ada sekitar 5 ribu jemaah
yang mengikuti prosesi peresmian masjid ini.

Dalam catatan sejarah, Masjid Kubah Emas Depok atau Masjid Dian Al-Mahri di bangun oleh
seorang pengusaha asal Banten yaitu Hj. Dian Djuriah Maimun Al Rasyid. Selain sebagai
tempat ibadah, Masjid Dian Al-Mahri juga kerap dijadikan sebagai salah satu wisata keluarga
atau wisata religi masjid kubah emas, karena bentuk kubah-kubahnya yang dibuat dari emas,
membuat orang-orang tertarik untuk mengunjunginya.

Bangunan masjid memiliki luas area sebesar 60 x 120 meter atau sekitar 8.000 meter persegi.
terdiri dari bangunan utama, mezamin, halaman dalam, selasar atas, selasar luar, ruang sepatu,
dan ruang wudhu. Masjid mampu menampung 15 ribu jemaah shalat dan 20 ribu jemaah
taklim. Masjid ini merupakan salah satu di antara masjid-masjid termegah di Asia Tenggara.

Masjid Dian Al Mahri memiliki 5 kubah. Satu kubah utama dan 4 kubah kecil. Seluruh kubah
dilapisi emas setebal 2 sampai 3 milimeter dan mozaik kristal. Kubah utama bentuknya
menyerupai kubah Taj Mahal. Kubah tersebut memiliki diameter bawah 16 meter, diameter
tengah 20 meter, dan tinggi 25 meter. Sementara 4 kubah kecil lainnya memiliki diameter
bawah 6 meter, tengah 7 meter, dan tinggi 8 meter.

Relief hiasan di atas tempat imam terbuat dari emas 18 karat. Begitu juga pagar di lantai dua
dan hiasan kaligrafi di langit-langit masjid. Sedangkan mahkota pilar masjid yang berjumlah
168 buah berlapis bahan prado atau sisa emas.

Ruang utama masjid memiliki ukuran 45×57 meter, dapat menampung sebanyak 8.000 jamaah.
Masjid ini memiliki 6 minaret berbentuk segi enam yang tingginya masing-masing 40 meter.
6 minaret ini dibalut granit abu-abu dari itali dengan ornamen yang melingkar. Pada puncak
minaret terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat.

Kubah masjid ini mengacu kubah yang digunakan masjid-masjid Persia dan India. Lima kubah
melambangkan rukun Islam, seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang
materialnya diimpor dari Italia.

Pada langit-langit kubah terdapat lukisan langit yang warnanya dapat berubah sesuai dengan
warna langit pada waktu-waktu sholat dengan menggunakan teknologi tata cahaya yang
diprogram dengan komputer.

Interior masjid ini menampilkan pilar-pilar kokoh yang tinggi menjulang untuk menciptakan
skala ruang yang agung. Ruang masjid didominasi warna monokrom dengan unsur utama
warna krem, untuk memberi karakter ruang yang tenang dan hangat. Materialnya terbuat dari
bahan marmer yang diimpor dari Turki dan Italia. Di tengah ruang, tergantung lampu yang
terbuat dari kuningan berlapis emas seberat 2,7 ton, yang dikerjakan oleh ahli dari Italia.
 Kritik Arsitektur Deskriptif
 Dibanding metode kritik lain metode kritik deskriptif tampak lebih nyata (faktual)
Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota
 Lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu
kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan.
 Lebih dipahami sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan melalui
berbagai unsur bentuk yang ditampilkannya
 Tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekadar metode
untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.

Kritik Deskriptif terdiri dari :

1. Kritik Depiktif Depictive Criticism (Gambaran bangunan)

Depictive kritik tidak dapat disebut kritik sepenuhnya karena tidak menggunakan pertanyaan
baik atau buruk. Kritik ini focus pada bagian bentuk, material, serta teksture. Depictictive kritik
pada sebuah bangunan jarang digunakan karena tidak menciptakan sesuatu yang controversial,
dan dikarenakan cara membawakan verbal mengenai fenomena fisik jarang provocative atau
seductive to menahan keinginan pembaca untuk tetap memperhatikan. Fotografi paling sering
digunakan ketika ketelitian dalam penggambaran bahan bangunan diinginkan.

2. Kritik Biografis Biographical Criticism (Riwayat Hidup)

Kritik yang hanya mencurahkan perhatiannya pada sang artist (penciptanya), khususnya
aktifitas yang telah dilakukannya. Memahami dengan logis perkembangan sang artis sangat
diperlukan untuk memisahkan perhatian kita terhadap intensitasnya pada karya-karyanya
secara spesifik.

3. Kritik Kontekstual Contextual Criticism (Persitiwa)

Untuk memberikan lebih ketelitian untuk lebih mengerti suatu bangunan, diperlukan beragam
informasi dekriptif, informasi seperti aspek-aspek tentang sosial, political, dan ekonomi
konteks bangunan yang telah didesain. kebanyakan kritikus tidak mengetahui rahasia
informasi mengenai faktor yang mempengaruhi proses desain kecuali mereka pribadi terlibat.
Dalam kasus lain, ketika kritikus memiliki beberapa akses ke informasi, mereka tidak mampu
untuk menerbitkannya karena takut tindakan hukum terhadap mereka. Tetapi informasi yang
tidak controversial tentang konteks suatu desain suatu bangunan terkadang tersedia.

Contoh kritik arsitektur dengan menggunakan Kritik Kontekstual (Contextual Criticism) :


Museum ini merupakan salah satu museum yang terdapat di TMII dari sekian banyaknya
museum yang mengangkat tema seputar pengetahuan khusus (kali ini tentang sumber daya
mineral). Museum Minyak dan Gas Bumi “Graha Widya Patra” (Gawitra) terletak di bagian
timur Taman Mini Indonesia Indah berdekatan dengan Taman Burung dan Museum Listrik dan
Energi Baru. Pembangunan Museum Migas menandai peringatan 100 tahun industri minyak
dan gas bumi Indonesia, merupakan sumbangan masyarakat perminyakan Indonesia demi
melestarikan dan mewariskan nilai-nilai juang kepada generasi penerus untuk peningkatan
ilmu dan teknologi.

Gedung utama berbentuk anjungan lepas pantai dengan dua bangunan pendukung berbentuk
gilig menyerupai tangki minyak, disebut Anjungan Eksplorasi dan Anjungan Pengolahan.
Ruang pamer terdapat di gedung utama dan di anjungan eksplorasi. Pameran di gedung utama
mengenai sejarah industri perminyakan. Di ruang ini terdapat Teater Minyak yang memutar
film pendek dan multislide mengenai asal-mula serta hasil pengolahan minyak dan gas bumi
di Indonesia. Selain itu terdapat ruang untuk pameran berbagai benda dan bahan mengenai
minyak dan gas bumi yang ada di sekitar kita.

Anjungan eksplorasi mengetengahkan eksplorasi minyak dan gas bumi, termasuk peragaan
sejarah terjadinya cekungan minyak dan gas bumi serta penerapan teknologi pada masa yang
lalu, sekarang, dan yang akan datang. Di luar gedung dipamerkan peralatan pengeboran minyak
dan peragaan benda-benda eksplorasi berupa menara bor tahun 1930-an, berbagai pompa
angguk, sebuah truk logging tua, pompa bensin engkol, dan sebuah kilang minyak tua.

Sesuai dengan namanya, benda-benda yang ada di Museum Minyak dan Gas Bumi menyimpan
berbagai koleksi yang merefresentasikan sejarah panjang kegiatan Migas dari mulai hulu
samapai hilirnya.
Untuk ruangan peragaannya sendiri terbagi menjadi dua bagian yakni ruangan peragaan dalam
dan luar. Untuk ruangan peragaan dalamnya terbagi lagi menjadi beberapa bagian yakni mini
theater yang memutar film-film animasi yang berkaitan dengan asal-usul minyak bumi.

Tak hanya ruangan mini theater saja yang ada di bagian dalam museum ini, ada juga ruangan
lainnya seperti ruang peran dan ruang sejarah. Disini juga Anda bisa melihat diorama
peradaban manusia dan anjungan kegiatan hulu yang memperagakan sejarah pergeseran bumi,
asal terjadinya minyak dan gas, terjadinya fosil, teknologi cara pencarian sumber minyak dan
gas bumi didalam tanah sampai pada cara pengeboran sumur untuk dikunjungi.

 Kritik Arsitektur Interpretif

Kritik Interpretif (Interpretive Criticism) yang berarti adalah sebuah kritik yang menafsirkan
namun tidak menilai secara judgemental,Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai pengamat
yang professional. Bentuk kritik cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi pandangan
orang lain agar sejalan dengan pandangan kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan
sesuatu yang baru atau memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang lain. terdiri dari :

1. Kritik Evokatif (Evocative) (Kritik yang membangkitkan rasa)

Menggugah pemahaman intelektual atas makna yang dikandung pada suatu bangunan.
Sehingga kritik ini tidak mengungkap suatu objek itu benar atau salah melainkan
pengungkapan pengalaman perasaan akan ruang. Metode ini bisa disampaikan dalam bentuk
naratif (tulisan) dan fotografis (gambar).

2. Kritik Advokatif (Advocatory) (Kritik yang membela, memposisikan diri seolah-olah


kita adalah arsitek tersebut.)

Kritik dalam bentuk penghakiman dan mencoba mengarahkan pada suatu topik yang dipandang
perlu. Namun bertentangan dalam hal itu kritikus juga membantu melihat manfaat yang telah
dihasilkan oleh arsitek sehingga dapat membalikkan dari objek bangunan yang sangat
menjemukan menjadi bangunan yang mempersona.

3. Kritik Impresionis (Imppressionis Criticism) (Kritik dipakai sebagai alat untuk


melahirkan karya seni baru).

Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya
seninya. Kritik impresionis dapat berbentuk :

1. Verbal discourse (narasi verbal puisi atau prosa).


2. Caligramme (paduan kata)
3. Painting (lukisan)
4. Photo image (imagi foto)
5. Modification of building (Modifikasi bangunan)
6. Cartoon (menampilakan gambar bangunan dengan cara yang lebih menyenangkan).

Contoh : Menggunakan metode kritik advokatif

Museum Serangga dan Taman Kupu berdiri pada tanggal 20 April 1993 bertepatan dengan
ulang tahun TMII ke-18. Terletak bersebelahan dengan Taman Aquarium Air Tawar. Koleksi
museum terdiri sekitar 600 jenis serangga, didominasi oleh kupu-kupu (sekitar 250 jenis) dan
kumbang (sekitar 200 jenis).

Museum Serangga – Taman Mini “Indonesia Indah” dengan luas gedung 500 m2. Tahun 1998,
Museum Serangga TMII menambah fasilitas baru “Taman Kupu” yang dilengkapi
laboratorium, kebun pakan dan kandang penangkaran dengan seluas 1500 m2. Museum
Serangga berubah nama menjadi MUSEUM SERANGGA DAN TAMAN KUPU, diresmikan
pada HUT Taman Mini “Indonesia Indah” ke-23 atas prakarsa dan dukungan Bapak Soedjarwo
dari Yayasan Sarana Wana Jaya. Sarana ini diharapkan menjadi salah satu usaha penangkaran
dan pelestarian kupu-kupu yang dilindungi dan yang langka.

Fasad

Pada fasad museum serangga ini mengambil ide dasar bentuk dari tubuh belalang, yang pada
realnya tubuh belalng yang berundak undak dijadikan sebagai acuan desain.

Museum serangga dan taman kupu – kupu ini berseblahan langsung dengan museum air tawar
di taman mini indonesia indah.

Interior
Museum Serangga dan Taman Kupu-Kupu TMII dilengkapi dengan auditorium yang
berkapasitas 70-100 orang, sajian film tentang serangga dan satwa lain, perpustakaan dan
warung cinderamata. Laboratrium serta Taman Kupu yang asri.

Seluruh koleksi yang ada pada museum serangga ini di hias dalam kotak – kotak kaca yang
tersusun rapi berdasarkan spesies jenis serangga yang ada di indonesia. yang kita ketahui
bersama bahwa indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang banyak terdapat hutan
tropisnya yang dimana banyak menjadi habitat asli dari berbagai jenis serangga yang menjadi
koleksi museum.

KRITIKUS DALAM ARSITEKTUR

Kritikus : orang yang ahli dalam memberikan pertimbangan (pembahasan) tentang baik
buruknya sesuatu.

Contoh kritikus dalam arsitektur :


1. Vitruvirus
2.

Anda mungkin juga menyukai