Karakter utama sebuah ilmu adalah kemampuan ilmu itu menjawab tiga
pertanyaan pokok yakni: apakah yang ingin diketahui atau objek kajian (ontologi),
2.1.1. Ontologis
Dari aspek Ontologi atau obyek kajian ilmu kearsipan adalah Arsip Dinamis
(Records Management) dan Arsip Statis (Archives Management). Objek kajian Arsip
Dinamis dibedakan menjadi dua yakni obyek kajian material dan formal. Obyek kajian
kajian formalnya adalah Informasi yang terekam (recorded information) yang terkait
dengan kegiatan organisasi dan perorangan. Records atau arsip dinamis adalah:
merupakan ilmu terapan yang berkaitan dengan informasi terekam dan penyajian
Adapun obyek kajian formal arsip statis (Archives Management) adalah terkait
dengan apa yang harus diidentifikasi dan dilestarikan dari arsip statis. Fokus dari obyek
kajian arsip statis adalah arsip sebagai hasil dari tata kelola (governance) untuk
dilestarikan sebagai bukti (evidence) dari tata kelola (governance), baik berasal dari
negara/ pemerintah, society, dan private sector. Konsep Archives mengacu pada arsip
statis yang memiliki nilai abadi untuk tujuan riset, bangunan atau ruang dimana arsip
melestarikan, dan membuat arsip statis tersedia untuk digunakan oleh user. (Ellis, 1993:
463):
2.1.2. Epistemologis
kearsipan yakni, model pra Life Cycle of the Records, model Life Cycle of the Records
Pelopor Utama adalah Trio Arsiparis Belanda Samuel Muller, Johan Adriaan Feith, dan
Robert Fruin, yang menerbitkan buku Handleiding voor het ordenen en beschrijven van
archieven (Groningen 1898). Buku karangan trio Belanda Muller, Feith dan Fruin, telah
dianggap sebagai "kitab suci ilmu kearsipan” (Bible of Archival Science), terutama
setelah diterjemahkan dalam bahasa Jerman 1905, Italia 1908, Prancis 1910, dan
terjemahan bahasa Inggris 1940. Buku ini memang tidak menghadirkan diskusi teoritik
mengenai karakteristik umum arsip dinamis dan statis tetapi menawarkan dasar
metodologi dan praktik kearsipan. Buku ini merumuskan seperangkat aturan yang dapat
berkontribusi dalam pembentukan standar umum untuk pengaturan dan deskripsi arsip
di lembaga kearsipan (Muller et al 2003: 9). Namun, tiga penulis ini telah membangun
kerangka metodologis dan praktis pada pemahaman tertentu tentang arsip : “an
organic whole, a living organism, which grows, takes shape, and undergoes changes in
accordance with fixed rules. These rules cannot be fixed by the archivist in advance;
he can only study the organism and ascertain the rules under which it was formed”
(ibid:19). Pemahaman ini adalah dasar motodogis dua konsep yakni principle of
diterbitkan 1956 di Chicago dan Melbourne (Edisi bahasa Spanyol: 1958, edisi Jerman:
kuat terhadap munculnya model Life Cycle of Records yakni records, pertama-tama
diorganisir dan secara aktif digunakan oleh penciptanya, kemudian disimpan di records
center karena sudah jarang digunakan, kemudian ketika kegunaan operasional sudah
berakhir dipilih yang bernilai statis dan diserahkan ke lembaga kearsipan atau
dimusnahkan untuk arsip yang tidak bernilai guna. Model ini kemudian berkembang
menjadi the 1st Life Cycle untuk arsip dinamis (records) dan The 2st Life Cycle untuk
arsip statis (archives) Kennedy (1998:9). The 1st Life Cycle meliputi penciptaan,
distribusi, penggunaan, pengelolaan, penyusutan. Adapun The 2st Life Cycle meliputi
layanan sumber arsip. Dalam pendekatan Life Cycle mengenal dikotomi urusan yaitu
tanggung jawab pengelolaan arsip dinamis oleh manajer arsip dinamis dan tanggung
Model ini tidak melihat arsip sebagai suatu daur hidup tetapi sebagai suatu hal yang
diketahui sejak awal karena hal tersebut sudah dicakup dalam desain sistem, cara
berpikir dalam kontinum yaitu adanya integrasi antara proses arsip dinamis
(recordkeeping) dan proses arsip statis. Records Continuum Model (Kennedy dan
Schauder, 1998): adalah satu model pengelolaan arsip dengan pengendalian yang jelas
sejak arsip tersebut tercipta sampai arsip tersebut dapat diakses oleh publik atau
dipublikasikan. Model ini tidak berhenti sampai pada penyusutan (disposal) saja, seperti
model Life Cycle of Records. Lengkapnya, RCM adalah: A consistent and coherent
regime of management processes from the time of creation of records (and before
creation, in the design of recordkeeping system), through to the preservation and use
of records as archives. Dalam bahasa Indoneisa yaitu suatu pedoman yang konsisten
dan koheren dalam proses pengelolaan arsip sejak penciptaannya dan sebelum
penciptaan dalam rangka mencapai sistem recordkeeping sampai pada preservasi dan
penggunaan arsip statis. Records Continuum Model ini di kembangkan oleh para
peneliti Records Continuum dari Monash University. Lembaga yang dimotori oleh
menghadirkan model ini antara lain didorong untuk memadukan dua profesi yang
sebenarnya mempunyai wilayah garapan yang sama yakni records manager (ahli arsip
2.1.3. Aksiologis
dalam kehidupan sehari-hari manusia. Salah satu contoh bagaimana aksiologi dalam
kearsipan adalah lahirnya ISO 15489 tentang Records Management. Standar ini
dunia. Kemanfaatan Kearsipan terlihat juga dalam layanan jasa komersial pengelolaan
lain-lain. Selain itu, di banyak negara muncul Biro Jasa Konsultasi yang lebih