Anda di halaman 1dari 12

SISTEM PERKEMIHAN

TUGAS

diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah KK VA


Dosen Pengampu: Ns. Rondhianto, M. Kep.

Oleh
Zulfa Makhatul Ilmi
NIM 122310101024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2014
1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Urianaria
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih) (Speakman, 2008). Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal
(ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke
vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria tempat urin dikumpulkan,
dan d) satu uretra urin dikeluarkan dari vesika urinaria (Panahi, 2010). Sistem
perkemihan memainkan peran kunci dalam menjamin kelebihan cairan
dikeluarkan dari tubuh. Fingsi ekskresi sistem perkemihan secara konstan
memindahkan materi toksik larut keluar tubuh dalam bentuk urine. Hal ini dapat
dicapai bahkan jika cairan harus diubah.
Ginjal merupakan organ dalam sistem perkemihan yang berbentuk seperti
kacang berwarna merah tua yang terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal
kanan sedikit lebih rendah daripada ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati.
Kutub atasnya terletak setinggi iga kedua belas. Sedangkan kutub atas ginjal
terletak setinggi iga kesebelas. Ginjal panjangnya 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm.
Setiap ginjal memiliki berat antara 125 sampai 175 g pada laki-laki dan 115
sampai 155 g pada perempuan. Setiap ginjal diselubungi tiga lapisan jaringan ikat
yaitu fasia renal, lemak parirenal, kapsul fibrosa. Fasia renal adalah pembungkus
terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal pada struktur di sekitarnya dan
mempertahankan posisi organ. Lemak parirenal adalah jaringan adiposa yang
terbungkus fasia ginjal. Jaringan ini membantali ginjal dan membantu organ tetap
pada posisinya. Kapsul fibrosa adalah membran halus transparan yang langsung
membungkus ginjal dan dapat dengan mudah dilepas. Ginjal memiliki struktur
internal, hilus adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal. Sinus ginjal berisi
lemak yang yang membuka pada hilus. Sinus membentuk perlekatan untuk jalan
masuk dan keluar ureter, vena, arteri renalis, saraf dan limfatik. Potongan
longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda, korteks di bagian
luar dan medula di bagian dalam. Medula dibagi-bagi menjadi baji segitiga yang
disebut piramid. Piramid-piramid tersebut diselingi oleh bagian korteks yang
disebut kolumna Bertini. Piramid-piramid tersebut tampak bercorak karena
tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul. Setiap duktus
papilaris masuk kedalam suatu perluasan ujung pelvis ginjal berbentuk seperti
cawan yang disebut kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu membentuk
kaliks mayor yang selanjutnya berbentuk pelvis ginjal. Pelvis ginjal merupakan
reservoar utama sistem pengumpul ginjal. Parenkim ginjal merupakan jaringan
yang menyelubungi struktur sisnus ginjal. Jaringan ini terbagi menjadi medula
dan korteks. Ginjal terbagi-bagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu
piramida ginjal, kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan korteks yang
melapisinya.
Unit kerja fungsional ginjal disebut sebagai nefron. Dalam setiap ginjal
terdapat sekitar 1 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi
yang sama. Dengan demikian, kerja ginjal dapat dianggap sebagai jumlah total
dari fungsi semua nefron tersebut. setiap nefron terdiri dari kapsula Bowman yang
mengitari rumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung
Henle, dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri ke duktus
pengumpul. Glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingi kapsul epitel
berdinding ganda disebut kapsul Bowman yang bersama-sama membentuk
korpuskulus ginjal. Lapisan viseral kapsul Bowman adalah lapisan internal
epitelium. Sel-sel lapisan viceral dimodifikasi menjadi podosit. Setiap sel podosit
melekat pada permukaan luar kapiler glomerulus melalui beberapa prosesus
primer panjang yang mengandung prosesus sekunder yang disebut prosesus kaki
atau pedikel. Pedikel berinteraksi dengan prosesus yang sama dari podosit
tetangga. Ruang sempit antar pedikel yang berinteraksi disebut filtration slits.
Barier filtrasi glomerulus adalah barier jaringan yang memisahkan darah dalam
kapilar glomerular dari ruang dalam kapsul Bowman. Barier ini tersusun dari
endotelium kapilar, membran dasar kapilar dan filtration slits. Lapisan parietal
kapsul Bowman membentuk etpi terluar korpuskulus ginjal. Pada kutub vaskular
korpuskel ginjal, arteriola aferen masuk ke glomerulus dan arteriola eferen keluar
dari glomerulus. Pada kutub urinarius korpuskel ginjal, glomerulus memfiltrasi
aliran yang masuk ke tubulus kontortus proksimal. Tubulus kontortus proksimal
panjangnya mencapai 15 mm dan sangat berliku. Pada permukaan yang
menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epitelial kuboid yang kaya akan
mikrovilus dan memperluas area permukaan lumen. Tubulus kontortus proksimal
mengarah ke tungkai desenden ansa henle yang masuk ke dalam medula,
membentuk lengkungan jepit yang tajam dan membalik keatas membentuk
tungkai asenden ansa henle. Tubulus kontortus distal juga berliku, panjangnya
sekitar 5 mm dan membentuk segmen terakhir nefron. Bagian tubulus yang
bersentuhan dengan arteriol mengandung sel-sel termodifikasi yang disebut
macula densa. Macula densa berfungsi sebagai suatu kemoreseptor dan stimulasi
oleh penurunan ion natrium. Dinding arteriol aferen yang bersebelahan dengan
macula densa mengandung sel-sel otot polos termodifikasi yang disebut sel
justaglomerular. Sel ini distimulasi melalui penurunan tekanan darah untuk
memproduksi renin. Karena setiap tubulus pengumpul berdesenden di korteks,
maka tubulus tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus kontortus distal.
Tubulus pengumpul membentuk duktus pengumpul besar yang lurus. Duktus
pengumpul membentuk tuba yang lebih besar yang mengalirkan urine ke dalam
kaliks minor. Kaliks minor bermuara ke dalam pelvis ginjal melalui kaliks mayor.
Dari pelvis ginjal, urine dialirkan ke ureter yang mengarah ke kandung kemih.
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat
glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron tersusun dari
jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah lewat vasa aferen dan mengalirkan
darah balik lewat vasa eferen. Tekanan darah menentukan berapa tekanan dan
kecepatan aliran darah yang melewati glomerulus. Ketika darah berjalan melewati
struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan molekul kecil akan dibiarkan lewat sementara
molekul besar tetap bertahan dalam aliran darah. Cairan disaring lewat dinding
jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai
filtrat. Dalam tubulus, sebagian substansi ini secara selektif direabsorpsi ulang ke
dalam darah. Substansi lainnya disekresikan dari darah ke dalam filtrat ketika
filtrat tersebut mengalir di sepanjang tubulus. Filtrat akan dipekatkan dalam
tubulus distal serta tubulus pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang akan
mencapai pelvis ginjal. Sebagian substansi normalnya akan diabsorpsi kembali
seluruhnya dalam tubulus dan idak akan terlihat dalam urin. Proses reabsorpsi
serta sekresi dalam tubulus sering mencangkup transportasi aktif dan memerlukan
penggunaan energi. Berbagai substansi yang secara norml disaring oleh
glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan diekskresikan ke dalam urin
mencangkup natrium, klorida, bikarbonat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin seta
asam urat.
Secara garis besar fungsi ginjal ada banyak. Sebagai peneluaran zat sisa
organik, ginjal mengekskresikan urea, asam urat, kreatinin, dan produk
penguraian hemoglobin dan hormon. Fungsi ginjal sebagai pengatur konsentrasi
ion-ion penting, ginjal mengekskresikan ion natrium, kalium, kalsium,
magnesium, sulfat, dan fosfat. Ekskresi ion-ion ini seimbang dengan asupan dan
ekskresinya melalui rute lain, seperti pada saluran gastrointestinal atau kulit.
Sebagai pengatur keseimbangan asam basa tubuh, ginjal mengendalikan ekskresi
ion hidrogen, bikarbonat, dan amonium serta memproduksi urin asam atau basa,
bergantung pada kebutuhan tubuh. Ginjal sebagai pengatur produksi sel darah
merah melepas eritropoietin yang mengatur produksi sel darah merah dalam
sungsum tulang. Sebagai pengatur tekanan darah, ginjal mengatur volume cairan
yang esensial bagi pengaturan tekanan darah, dan juga memproduksi enzim renin.
Renin adalah komponen penting dalam mekanisme renin-angiostensin-aldosteron,
yang meningkatkan tekanan darah dan retensi air. Ginjal melakukan pengendalian
terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah melalui
ekskresi glukosa darah dan asam amino yang berlebih, bertanggung jawab atas
konsentrasi nutrien dalam dalam darah. Sebagai pengeluaran zat beracun, ginjal
mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-obatan, atau zat kimia asing
dari tubuh.
Organ dalam sistem perkemihan selanjutnya setelah ginjal adalah ureter.
Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal
yang merentang sampai kandung kemih. Setiap ureter panjangnya antara 25-30
cm dan berdiameter 4 mm sampai 6 mm. Saluran ini menyempit di tiga tempat, di
titik asal ureter pada pelvis ginjal, di titik asal ureter pada pelvis ginjal, di titik
saat melewati pinggiran pelvis, dan di titik pertemuannya dengan kandung kemih.
Dinding ureter terdiri dari 3 lapisan jaringan, lapisan terluar adalah lapisan
fibrosa, di tengah adalah muskularis longitudinal ke arah dalam dan otot polos
sirkular ke arah luar, dan lapisan terdalam adalah epitelium mukosa yang
mensekresi selaput mukus pelindung. Lapisan otot memiliki aktivitas peristaltik
intrinsik. Gelombang peristalsis mengalirkan urine dari kandung kemih keluar
tubuh.
Organ selanjutnya adalah kandung kemih, yang merupakan organ
muskular berongga yang berfungsi sebagai kontainer penyimpanan urin. Pada
laki-laki, kandung kemih terletak tepat dibelakang simfisis pubis dan di depan
rektum. Pada perempuan, organ ini terletak agak di bawah uterus di depan vagina.
Ukuran organ ini sebesar kacang kenari dan terletak di pelvis saat kosong, organ
berbentuk ssperti buah pir dan dapat mencapai umbilikus dalam rongga
abdominoplevis jika penuh terisi urin. Kandung kemih ditopang dalam rongga
pelvis dengan lipatan-lipatan peritoneum dan kondensasi fasia. Dinding kandung
kemih terdiri dari 4 lapisan. Serosa adalah lapisan terluar. Lapisan ini merupakan
perpanjangan lapisan peritoneal rongga abdominopelvis dan hanya ada di bagian
atas pelvis. Otot destrusor adalah lapisan tengah. Lapisan ini tersusun dari berkas-
berkas otot polos yang satu sama lain saling membentuk sudut. Ini untuk
memastikan bahwa selama urinasi, kandung kemih akan berkontraksi dengan
serempak ke segala arah. Submukosa adalah lapisan jaringan ikat yang terletak di
bawah mukosa dan menghubungkannya dengan muskularis. Mukosa adalah
lapisan terdalam. Lapisan ini merupakan lapisan epitel yang tersusun dari
epitelium transisional. Pada kandung kemih yang relaks, mukosa membentuk ruga
yang akan memipih dan mengembang saat urine berakumulasi dalam kandung
kemih. Tigonum adalah area halus, trigular, dan relatif tidak dapat berkembang
yang terletak secara internal di bagian dasar kandung kemih. Sudut-sudutnya
terbentuk dari tiga lubang. Di sudut atas trigonum, dua ureter bermuara ke
kandung kemih. Uretra keluar dari kandung kemih di bagian apeks trigonum.
Organ setelah kandung kemih adalah uretra. Uretra mengalirkan urin dari
kandung kemih ke bagian eksterior tubuh. Pada laki-laki uretra membawa cairan
semen dan urin, tetapi tidak pada waktu yang bersamaan. Uretra laki-laki
panjangnya mencapai 20 cm dan melalui kelenjar prostat dan penis. Uretra
prostatik dikelilingi oleh kelenjar prostat. Uretra ini menerima dua duktus
ejakulator yang masing-masing terbentuk dari penyatuan duktus deferen dan
duktus kelenjar vesikel seminal, serta menjadi tempat bermuaranya sejumlah
duktur dari kelenjar prostat. Uretra membranosa adalah bagian yang terpendek.
Bagian ini berdinding tipis dan dikelilingi otot rangka sfingter uretra eksternal.
Uretra kavernous merupakan bagian yang terpanjang. Bagian ini menerima duktus
dari kelenjar bulbouretra dan merentang sampai orifisium uretra eksternal pada
ujung penis. Tepat sebelum mulit penis, uretra membesar untuk membentuk suatu
dilatasi kecil, fosa navicularis. Uretra kavernus dikelilingi korpus spongisum,
yaitu suatu kerangka ruang vena yang besar. Uretra pada perempuan, berukuran
pendek 3,75 cm. Saluran ini membuka keluar tubuh melalui orifisum uretra
eksternal yang terletak dalam vestibulum antara klitoris dan mulut vagina.
Kelenjar uretra yang homolog dengan kelenjar prostt laki-laki, bermuara ke dalam
uretra. Panjangnya uretra laki-laki cenderung menghambat invasi bakteri ke
kandung kemih yang lebih sering terjadi pada perempuan.

2. Peran Ginjal dalam Pengaturan Ekskresi Cairan dan Elektrolit


Pengaturan jumlah air yang diekskresikan juga merupakan fungsi ginjal
yang penting. Akibat asupan cairan yang besar, urin yang encer harus
diekskresikan dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, jika asupan cairannya sedikit,
urin akan diekskresikan menjadi lebih pekat. Derajat realtif oengenceran atau
pemekatan urin dapat diukur dalam pengertian osmolalitas. Filtrat dalam kapiler
glomerulus normalnya memiliki osmolalitas yang sama seperti darah dengan nilai
kurang lebih 300 mOsm/L (300 mmol/L). Ketika filtrat melewati tubulus dan
saluran pengumpul, osmolalitasnya dapat berkisar dari 50-1200 mOsm/L yang
mencerminkan kemampuan pengenceran dan pemekatan yang maksimal dari
ginjal. Substansi tertentu dapat mengubah volume air yang diekskresikan dan
dinamakan sebagai substansi yang osmotik-aktif. Apabila substansi ini tersaring,
substansi tersebut akan menarik air lewat glomerulus serta tubulus dan
meningkatkan volume air. Glukosa dan protein merupakan dua contoh molekul
yang osmotik-aktif. Osmolalitas urin yang normal adalah 300 hingga 1100
mOsm/kg. Kisaran nilai-nilai normal yang luas ini membuat pemeriksaan tersebut
hanya berarti dalam situasi ketika kemampuan ginjal untuk memekatkan dan
mengencerkan terganggu. Pengaturan ekskresi air dan pemekatan urin
dilaksanakan di dalam tubulus dengan memodifikasi jumlah air yang direabsopsi
yang berhubungan dengan reabsorpsi elektrolit. Filtrat glomerulus pada
hakekatnya memiliki komposisi eletrolit yang sama seperti dalam plasma darah
tanpa protein. Jumlah air yang direabsorpsi berada dibawah kendali hormon ADH
atau vasopresin.
Jumlah elektrolit dan air yang harus diekskresikan lewat ginjal setiap
harinya sangat bervariasi menurut jumlah yang dikonsumsi. Seratus delapan puluh
filtrat yang terbentuk oleh glomerulus setiap harinya mengandung sekitar 1100g
natrium klorida. Seluruh elektrolit dan air, kecuali 2 liter air dan 6 hingga 8 g
natrium klorida, secara normal direabsorpsi oleh ginjal. Air dan filtrat mengikuti
natrium yang direabsorpsi untuk memoertahankan keseimbangan osmotik.
Kemudian air, natrium klorida, elektrolit lain dan produk limbah diekskresikan
sebagai urin. Jadi lebih dari 99% air dan natrium yang disaring pada glomerulus
direabsorpsi ke dalam darah pada saat urin meninggalkan tubuh, dengan mengatur
jumlah natrium yang direabsorpsi, ginjal dapat mengatur volume cairan tubuh.
Pengaturan jumlah natrium yang diekskresikan tergantung pada aldosteron, yaitu
hormon yang disintesis dan dilepas dari korteks adrenal. Dengan terjadinya
peningkatan kadar aldosteron dalam darah, jumlah natrium yang diekskresikan ke
dalam urin menjadi lebih sedikit mengingat aldosteron meningkatkan reabsorpsi
natrium dalam ginjal. Pelepasan aldosteron dari korteks adrenal terutama
dikendalikan oleh angiostensin yang merupakan hormon peptida yang dibuat
dalam hati dan diaktifkan dalam paru. Kadar angiostensin lebih lanjut
dikendalikan oleh renin, yaitu hormon yang dilepaskan dari sel-sel dalam ginjal.
Sistem yang kompleks ini akan diaktifkan ketika tekanan dalam arteriol renal
turun hingga kebawah nilai normal seperti yang terjadi pada keadaan syok dan
dehidrasi. Pengaktifan sistem ini akan menimbulkan egek peningkatan retensi air
dan peningkatan volume cairan intravaskuler. Hormon ACTH juga menstimulasi
sekresi aldosteron tanpa tergantung pada perubahan volume cairan. Elektrolit lain
yang konsentrasinya dalam cairan tubuh diatur oleh ginjal adalah kalium, ayaitu
ion dengan jumlah besar di dalam sel. ekskresi kalium oleh ginjal akan
meningkatkan seiring dengan meningkatnya kadar aldosteron sehingga dengan
efek aldosteron pada ekskresi natrium.

3. Peran Ginjal dalam Pengaturan Tekanan Darah


Pengaturan atau regulasi tekanan darah juga merupakan salah satu fungsi
sistem renal. Suatu hormon yang dinamakan renin disekresikan oleh sel-sel
justaglomerulus ketika tekanan darah menurun. Suatu enzim akan mengubah renin
menjadi angiostensin I yang kemudian diubah menjadi angiostensin II, yaitu
senyawa vasokonstriktor paling kuat. Vasokonstriktor menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Aldosteron disekresikan oleh korteks adrenal sebagai reaksi
terhadap stimulasi oleh kelenjar hipofisis dan pelepasan ACTH sebagai reaksi
terhadap perfusi yang jelek atau oeningkatan osmolalitas serum yang akibatnya
adalah peningkatan tekanan darah.

4. Peran Ginjal dalam Pengaturan Kesimbangan Asam-Basa


Katabolisme atau pemecahan protein meliputi produksi senyawa-senyawa
yang bersifat asam, khususnya asam fosfat dan sulfat. Di samping itu, bahan yang
asam akan dikonsumsi dengan jumlah tertentu setiap harinya. Berbeda dengan
CO2, bahan ini merupakan asam non-atsiri dan tidak dapat dieliminasi lewat paru.
Karena akumulasinya dalam darah akan menurunkan nilai pH dan menghambat
fungsi sel, maka asam ini harus diekskresikan ke dalam urin. Seseorang dengan
fungsi ginjal yang normal akan mengeksresikan kurang lebih 70 mEq asam setiap
harinya. Ginjal dapat mengekspresikan sebagian asam ini secara langsung ke
dalam urin hingga mencapai kadar yang akan menurunkan nilai pH urin sampai
4,5 yaitu 1000 kali lebih asam daripada darah. Biasanya lebih banyak asam yang
harus dieliminasi dari dalam tubuh jika dibandingkan dengan jumlah yang dapat
diekskresikan langsung sebagai asam bebas dalam urin. Pekerjaan langsung
sebagai asam bebas dalam urin. Pekerjaan ini dilaksanakan melalui ekskresi renal
asam yang terikat pada zat penadapar kimiawi. Asam (H+) disekresikan oleh sel-
sel tubulus ginjal ke dalam filtrat dan di sini dilakukan pendaparan terutama oleh
ion-ion fosfat serta amonia. Fosfat terdapat dalam filtrat glomerulus dan amonia
dihasilkan oleh sel-sel tubulus ginjal serta disekresikan de dalam cairan tubuler.
Melalui proses pendaparan, ginjal dapat mengekskresikan sejumlah besar asam
dalam bentuk yang terikat tanpa menurunkan lebih lanjut nilai pH urin.
5. Concept Map
Mempertahankan osmolalitas plasma
Mempertahankan volume ECF & tekanan darah
Fungsi Ekskresi Mempertahankan konsentrasi plasma
Mempertahankan pH plasma
Mensekresi produk akhir nitrogen
Jalur ekskretori obat
Ginjal Renin
Eritropoetin
1,25-dihidroksivitamin D3
Prostaglandin
Degradasi hormon polipeptida
Fungsi Nonekskresi Sistesis & aktivasi Insulin
hormon Glukagon
Parathormon
Prolaktin
ADH
Hormon pertumbuhan
Hormon gastrointestinal
DAFTAR PUSTAKA

Fawceet, Don W. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia Anderson & Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Vol 2. Jakarta: EGC.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Syzanne C & Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar: Keperawatan Medikal
Bedah. Vol 2. Jakarta: EGC.

Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai