Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. DEFINISI
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negatif, yang di ekspresikan secara langsung
atau tidak langsung (Townsend. 2010 hal: 138). Harga diri rendah adalah
dimana keadaan individu mengalami evaluasi diri negatif yang mengenal diri
atau kemampuan dalam waktu lama (Carpenitto, Lynda Juall. 2010. hal: 356).
Harga diri rendah adalah segala rasa kurang berharga yang timbul karena
ketidak mampuan psikologis atau social yang dirasa secara subjektif, ataupun
karena jasmani yang kurang sempurna (Sunaryo, 2011. hal: 108).
Dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah merupakan suatu keadaan
dimana seseorang menolak dirinya sendiri, merasa bahwa dirinya tidak
berharga, dan merasa bahwa dirinya tidak dapat bertanggung jawab atas
kehidupan karena dirinya tidak berhasil meraih apa yang menjadi cita-citanya
dan tidak dapat menyesuaikan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari
(mekanisme koping maladaptif) sehingga timbul perasaan yang menganggap
dirinya selalu kurang sempurna.

2. ETIOLOGI
a. Faktor Predisposisi (Stuard and Sudeen, 2011):
Adapun faktor predisposisi yang dapat menyebabkan harga diri rendah
adalah sebagai berikut:
1. Penolakan orang tua;
2. Harapan orang tua yang tidak realistis;
3. Kegagalan yang berulang kali;
4. Kurang mempunyai tanggung jawab personal;
5. Ketergantungan pada orang lain; dan
6. Ideal diri tidak realistis.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah menurut
Keliat, (2011: 16) adalah situasi atau stressor dapat mempengaruhi konsep
diri dan komponennya terdiri dari:
1. Penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang
berarti;
2. Pola asuhan anak yang tidak tepat atau dituruti, dilarang, dituntut;
3. Kesalahan dan kegagalan berulang kali;
4. Cita-cita yang tidak dapat dicapai; dan
5. Gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.

3. TANDA DAN GEJALA


Menurut Stuart and Sundeen (2011) Perilaku yang berhubungan dengan harga
diri rendah adalah:
1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
Hal ini terjadi akibat individu yang merasa dirinya kurang sempurna
sehingga akan timbul penurunan produktivitas sebab asumsi diri yang
tidak berguna maka timbul penurunan destruktif yang di arahkan ke orang
lain, orang lain merasa lebih dari dirinya yang mengakibatkan gangguan
dalam berhubungan, perasaan tidak mampu dan selalu merasa bersalah
2. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
Sesorang akan mudah tersinggung (marah) jika mereka selalu mempunyai
perasaan negatif terhadap dirinya, terjadi ketegangan peran, pandangan
hidup yang pesimis sampai pada keluhan fisik.
3. Pandangan hidup yang bertentangan
Pandangan yang demikian akan menjadikan penolakan terhadap
kemampuan personal dan destruktif yang mengarah pada diri sendiri,
pengurangan diri, menarik diri secara sosial, penyalahgunaan obat yang
dilakukan mengakibatkan kecemasan.
4. Psikopatologi
Diawali dengan individu merasa malu terhadap diri sendiri karena
kegagalan yang dialaminya. Kemudian akan merasa bersalah akan dirinya
sendiri, menyalahkan atau mengejek diri sendiri karena menganggap
bahwa dirinya tidak berarti. Setelah individu merasa dirinya tidak berguna
maka akan mengasingkan diri kemudian individu mengalami rasa kurang
percaya diri dan individu sukar untuk mengmbil keputusan bagi dirinya
sendiri. Hal ini mengakibatkan individu bisa menarik diri, mengalami
halusinasinya mencederai diri sendiri atau orang lain. Tanda – tanda
tersebut merupakan akibat dari harga diri rendah.
Menurut Keliat (2010) tanda dan gejala yang dapat muncul pda klien harga
diri rendah adalah:
1. Perasaan kurang percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki;
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri berkaitan dengan individu yang selalu
gagal dalam meraih sesuatu;
3. Merendahkan martabat diri sendiri (menganggap dirinya berada dibawah
orang lain);
4. Isolasi sosial seperti menarik diri dari masyarakat;
5. Sukar mengambil keputusan karena cenderung bingung dan ragu-ragu
dalam memilih sesuatu;
6. Mencederai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram sehingga memungkinkan untuk mengakhiri
kehidupan;
7. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan;
8. Perasaan negatif mengenai dirinya sendiri;
9. Ketegangan peran yang dirasakan beruhubungan dengan peran atau
posisi yang diharapkan dimana individu mengalami frustrasi;
10. Pandangan hidup pesimis;
11. Keluhan fisik misalnya darah tinggi, individu mangalami cacat secara
fisik;
12. Penolakan terhadap kemampuan personal;
13. Destruktif terhadap diri sendiri;
14. Penyalahgunaan zat atau NARKOBA dan PSIKOTROPIKA;
15. Khawatir dan menghukum atau menolak diri sendiri;
16. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas;
17. Perasaan tidak mampu dan penurunan produktivitas;
18. Banyak menunduk serta tidak mampu menatap lawan bicara; dan
19. Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap
tindakan penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi
rontok (botak) karena pengobatan akibat penyakit kronis seperti kanker.

4. RENTANG RESPON
Rentang harga diri rendah secara umum adalah sebagai berikut:
1. Aktualisasi diri
Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif.
2. Konsep diri positif
Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharapkannya dan
sesuai dengan kenyataan.
3. Harga diri rendah
Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri merasa gagal
mencapai keinginan.
4. Kerancunan identitas
Ketidakmampuan individu mengidentifikasi aspek psikologi pada masa
dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan perasaan hampa dan lain-lain.
5. Depersonalisasi
Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas misalnya malu dan
sedih karena orang lain

5. MEKANISME KOPING TERHADAP HARGA DIRI


Seseorang yang mengalami permasalahan pasti akan mencoba untuk
menyelesaikan masalahnya atau dalam kata lain seseorang tersebut akan
merespon masalah tersebut dengan mekanisme koping. Respon koping akan
menjadi adaptif jika seseorang bisa memecahkannya melalui:
1. Aktualisasi Diri
Adalah kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri termasuk
persepsi saat lalu akan diri dan perasaannya.
2. Konsep diri positif
Menunjukkan individu akan sukses dalam menghadapi hidupnya.
Sebaliknya, jika seseorang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya
sehingga mereka tidak dapat beradaptasi dengan masalah dan lingkungannya
maka respon yang dilakukan adalah respon maladaptif. Respon maladaptif
adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana individu tidak
dapat memecahkan masalah tersebut. Adapun respon maladaptif terjadi akibat
gangguan konsep diri adalah:
1. Gangguan konsep diri
Adalah transisi antara respon konsep diri adaptif dan maladaptif.
2. Kerancuan identitas
Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan
dalam mencapai tujuan.
3. Depersonalisasi
Yaitu mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak dapat berhubungan
dengan orang lain secara intim, tidak ada rasa percaya diri, dan tidak dapat
membina hubungan dengan orang lain.

6. MASALAH YANG AKAN MUNCUL


1. Harga diri rendah
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi social
4. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
5. Resiko tinggi perilaku kekerasan
III. A. POHON MASALAH
(EFEK) : Isolasi Sosial: Menarik Diri

(CP) : Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

(CAUSA) : Koping individu inefektif

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

Masalah Data yang Perlu Dikaji


Keperawatan
Koping individu Subyektif:
inefektif 1. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk
mengatasi masalah atau meminta bantuan
2. Mengungkapkan perasaan khawatir dan cemas
yang berkepanjangan
3. Mengungkapkan ketidakmampuan menjalankan
peran
Obyektif:
1. Perubahan partisipasi dalam masyarakat
2. Peningkatan ketergantungan
3. Memanipulasi orang lain di sekitarnya untuk
tujuan-tujuan memenuhi keinginan sendiri
4. Menolak mengikuti aturan-aturan yang berlaku
5. Perilaku destruktif yang diarahkan pada diri
sendiri dan orang lain
6. Memanipulasi verbal/ perubahan dalam pola
komunikasi
7. Ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar
8. Penyalahgunaan obat terlarang
Gangguan Konsep Subyektif:
Diri: Harga Diri 1. Klien mengatakan bahwa dirinya tidak percaya
Rendah diri
2. Klien mengatakan dirinya tidak berguna
Obyektif:
1. Klien sering terlihat melamun
2. Klien terlihat tidak percaya diri
3. Saat wawancara klien selalu merendahan diri
Isolasi Sosial: Subyetif:
Menarik Diri Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi.
Beberapa data subyektif adalah menjawab pertanyaan
dengan singkat, seperti kata-kata “tidak”, “iya”, “tidak
tau”
Obyektif:
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
2. Menghindar dari orang lain (menyendiri), klien nampa
memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat
makan
3. Komunikasi kurang atau tidak ada. Klien tidak tampak
bercakap-cakap dengan klien lain/perawat
4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Tujuan Umum: Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
4. Klien dapat menetapkan (merencanakan) kegiatan sesuai dengan kondisi
sakit dan kemampuannya
5. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

VI. IMPLEMENTASI

KLIEN KELUARGA
SP 1 SP 1
1. Mengidentifikasi kemampuan dan 1. Mendiskusikan masalah ynag dirasakan
aspek positif yang dimiliki klien keluarga dalam merawat klien
2. Membantu klien menilai 2. Menjelaskan pengertian, tanda gejala
kemampuan klien yang masih dapat harga diri rendah yang dialami klien
digunakan beserta proses terjadinya
3. Membantu klien memilih kegiatan 3. Menjelaskan cara-cara merawat klien
yang akan dilatih sesuai dengan harga diri rendah
kemampuan klien
4. Melatih klien sesuai dengan
kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar
terhadap keerhasilan klien
6. Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP 2 SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga mempraktikkan cara
harian klien merawat klien dengan harga diri rendah
2. Melatih kemampuan kedua 2. Melatih keluarga melakukan cara
3. Menganjurkan klien memasukkan merawat langsung kepada klien harga
kedalam jadwal kegiatan harian diri rendah
SP 3
1. Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas di rumah termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up klien setelah
pulang

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. J. Lynda. (2010). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta.


EGC.
Keliat, Budi Anna.. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Sunaryo.(2011). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Stuart & Sundeen. (2010). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Townsend, Mary. C. (2010). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts Of Care.
3ed. Philadelphia: F. A. Davis Company.

Anda mungkin juga menyukai