Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPOSPADIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hipospadia merupakan kelainan abnormal dari perkembangan uretra anterior dimana muara dari
uretra terletak ektopik pada bagian ventral dari penis proksimal hingga glands penis. Muara dari
uretra dapat pula terletak pada skrotum atau perineum. Semakin ke proksimal defek uretra maka
penis akan semakin mengalami pemendekan dan membentuk kurvatur yang disebut “chordee”.
Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru lahir.
Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada
glans penis.

1.2 Rumusan Masalah


. Apa pengertian hipospadia
. Bagaimana ASKEP yang perlu dilakukan untuk pasien hipospadia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Hipospadia
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untukmengetahui penyebab Hipospadia
2. Untuk mengetahui ASKEP pada pasien Hipospadia untuk memberikan pertolongan dan
penanganan yang tepat pada klien dengan Hipospadia

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan
“spadon“ yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang
uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan
kelainan kelamin bawaan sejak lahir.
Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah batang
penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah
skrotum. Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang
kencang, yang menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana muara saluran kencing tidak diujung penis,
melainkan di bawah/dibatang/pangkal penis bahkan dibelakang kantong buah zakar. Oleh
karena lubang kencing tidak berada di ujung maka saat buang air kecil maka air kencing akan
membasahi celana. Menurut refrensi lain definisi hipospadia, yaitu:
1. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak
di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans
penis). (Arif Mansjoer, 2000 : 374).
2. Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan penutupan uretra penis pada
kehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang mengakibatkan orifisium uretra tertinggal disuatu
tempat dibagian ventral penis antara skrotum dan glans penis. (A.H Markum, 1991 : 257).
3. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian
bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288).
4. Hipospadia adalah keadaan dimana uretra bermuara pada suatu tempat lain pada bagian
belakang batang penis atau bahkan pada perineum ( daerah antara kemaluan dan anus) (Davis
Hull, 1994 ).
5. Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan pada anak-anak yang sering ditemukan dan
mudah untuk mendiagnosanya, hanya pengelolaannya harus dilakukan oleh mereka yang
betul-betul ahli supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.

2.2.Etiologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui
penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli dianggap
paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis
kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh
yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk
cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek
yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak
mencukupi pun akan berdampak sama.
2. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen
yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
3.Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat
teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi. Bahan teratogenik adalah bahan-bahan yang
dapat menimbulkan terjadinya kecacatan pada janin selama dalam kehamilan ibu. Misalnya
alcohol, asap rokok, polusi udara, dll.

2.3. Patofisoilogi
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra
terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari yang
ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang penis, hingga
akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang
menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi
ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.

2.4 Manifestasi Klinik


1. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang
menyerupai meatus uretra eksternus.
2. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.
3. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke
glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
4. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
5. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
6. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
7. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.
8. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
9. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.

2.5 Klasifikasi
Hipospadia adalah keadaan dimana lubang kencing terletak dibawah batang kemaluan /
penis.
Ada beberapa type hipospadia :
 Hipospadia type Perenial, lubang kencing berada di antara anus dan buah zakar (skrotum).
 Hipospadia type Scrotal, lubang kencing berada tepat di bagian depan buah zakar (skrotum).
 Hipospadia type Peno Scrotal, lubang kencing terletak di antara buah zakar (skrotum) dan
batang penis.
 Hipospadia type Peneana Proximal, lubang kencing berada di bawah pangkal penis.
 Hipospadia type Mediana, lubang kencing berada di bawah bagian tengah dari batang penis.
 Hipospadia type Distal Peneana, lubang kencing berada di bawah bagian ujung batang penis.
 Hipospadia type Sub Coronal, lubang kencing berada pada sulcus coronarius penis
(cekungan kepala penis).
 Hipospadia type Granular, lubang kencing sudah berada pada kepala penis hanya letaknya
masih berada di bawah kepala penisnya.
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus :
1. Tipe sederhana/ Tipe anterior
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal.
Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat
asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan
dilatasi atau meatotomi.
2. Tipe penil/ Tipe Middle
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal.
Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai dengan
kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat
melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan
intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak
ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat
berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.
3. Tipe Posterior
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umumnya pertumbuhan
penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan
umumnya testis tidak turun

2.6. Pemeriksaan Dignostik

Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaan


tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan ginjal
seperti USG mengingat hipospadi sering disertai kelainan pada ginjal.

2.7 Tindakan Pembedahan


Tujuan pembedahan :
1. Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi sosial, serta
2. Perbaikan untuk kosmetik pada penis.
Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-Chaula, Teknik Horton dan
Devine.
1. Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap:
a. Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan terowongan yang berepitel
pada glans penis. Dilakukan pada usia 1 ½ -2 tahun. Penis diharapkan lurus, tapi meatus
masih pada tempat yang abnormal. Penutupan luka operasi menggunakan preputium bagian
dorsal dan kulit penis
b. Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut sudah lunak. Dibuat
insisi paralel pada tiap sisi uretra (saluran kemih) sampai ke glans, lalu dibuat pipa dari kulit
dibagian tengah. Setelah uretra terbentuk, luka ditutup dengan flap dari kulit preputium
dibagian sisi yang ditarik ke bawah dan dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan
setelah tahap pertama dengan harapan bekas luka operasi pertama telah matang.
2. Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak lebih besar dengan
penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadi jenis distal (yang letaknya lebih
ke ujung penis). Uretra dibuat dari flap mukosa dan kulit bagian punggung dan ujung penis
dengan pedikel (kaki) kemudian dipindah ke bawah.
Mengingat pentingnya preputium untuk bahan dasar perbaikan hipospadia, maka sebaiknya
tindakan penyunatan ditunda dan dilakukan berbarengan dengan operasi hipospadi.

2.8 Komplikasi
Komplikasi dari hypospadia yaitu :
1. Infertility
2. Resiko hernia inguinalis
3. Gangguan psikososial

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


HIPOSPADIA

A. PENGKAJIAN
1. Pemeriksaaan Fisik
a. Pemeriksaan genetalia
b.Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada ginjal.
c. Kaji fungsi perkemihan
d. Adanya lekukan pada ujung penis
e. Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
f. Terbukanya uretra pada ventral
g. Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, dysuria,
drinage.
2. Mental
a. Sikap pasien sewaktu diperiksa
b. Sikap pasien dengan adanya rencana pembedahan
c. Tingkat kecemasan
d. Tingkat pengetahuan keluarga dan pasien

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan urin yang tidak bisa memancar
2. Kecemasan berhubungan dengan prosedur pembedahan
3. Nyeri berhubungan dengan pembedahan

INTERVENSI
Dx.1 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan urin yang tidak bisa memancar
Tujuan :
Gangguan citra tubuh klien teratasi dengan kriteria hasil :
 Mendiskripsikan scra faktual perubahan fungsi tubuh
 Mempertahankan interaksi sosial
Intervensi :
 Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya
 Monitor frekuensi mengkritik dirinya
 Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan penyakitnya
 Dorong klien mengungkapkan perasaannya
 Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
 Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

Dx.2 Kecemasan berhubungan dengan prosedur pembedahan


Tujuan :
kecemasan klien teratasi dengan kriteria hasil :
 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
 Mengidentifikasi,mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
 Vital sign dalam batas normal
 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
kecemasan
Intervensi :
 Gunakan pendekatan yang menenangkan
 Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
 Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
 Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa takut
 Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
 Instruksikan pada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
 Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan. Ketakutan

Dx.3 Nyeri berhubungan dengan pembedahan


Tujuan : klien mengatakan nyerinya berkurang
Intervensi :
 Observasi TTV dan keadaan umum
 Kaji skala nyeri
 Kaji penyebab nyeri/faktor predisposisi
 Memberikan posisi yang nyaman
 Ciptakan lingkungan yang nyaman, aman dan tenang
 Berikan teknik relaksasi dan distraksi
 Berikan pengetahuan tentang nyeri pada pasien dan keluarga
 Kolaborasi : berikan obat analgesik

DAFTAR PUSTAKA
Johnson, Marion dkk. (2000). Nursing outcomes classification (NOC). Mosby
Suriadi SKp, dkk. (2001). Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : Fajar Interpratama
Mansjoer, Arif, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : Media Aesculapius.
McCloskey, Joanne C. (1996). Nursing interventions classification (NIC). Mosby
http://www.scribd.com/doc/87633572/askep-hipospadia
http://www.scribd.com/doc/40314166/20/ASKEP-HIPOSPADIA-ASKEP-HIPOSPADIA
http://www.youtube.com/watch?v=LUm8SlA9Bhw
http://www.scribd.com/doc/93374883/woc-hipospadia
Nanda NIC NOC

Anda mungkin juga menyukai