Anda di halaman 1dari 9

Masalah - Masalah Hukum, Jilid 47 No.

2, April 2018, Halaman 175-183 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

PENGENDALIAN PERDAGANGAN SAMPAH ELEKTRONIK:


KAJIAN PERJANJIAN INTERNASIONAL DAN KEBIJAKAN
PERDAGANGAN
FX. Joko Priyono
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Jalan Prof.Soedarto, SH Tembalang Semarang
fransiskusjoko893@gmail.com

Abstract

The problematic of controlling trade in electronic waste in the international agreement aspect is the
discrepancy between the Basel Convention and General Agreement on Tariff and Trade
(GATT/WTO). The Basel Convention does not define electronic waste but has prohibited the
transboundary movement of hazardous wastes whereas in the GATT / WTO provision electronic
waste is categorized as used goods. Two contradictory things. Indonesian policy has banned the
import of hazardous waste (including electronic waste), although it does not prohibit exports. It is
necessary to empower the institutional quality, law enforcement, and society attitude to electronic
waste.

Keywords: Trade in electronic waste, Basel Convention and GATT/WTO, Indonesian Policy

Abstrak

Problematik pengendalian perdagangan sampah elektronik dari aspek perjanjian internasional


terletak pada Konvensi Basel dan Persetujuan Perdagangan Barang dalam GATT/WTO. Konvensi
Basel tidak memberikan definisi sampah elektronik, namun telah melarang adanya perpindahan
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang di dalamnya termasuk sampah elektronik,
sedangkan dalam ketentuan GATT/WTO sampah elektronik dikategorikan sebagai barang (goods)
bekas. Dua hal yang saling bertentangan. Kebijakan Indonesia telah melarang import limbah B3
(termasuk sampah elektronik), meskipun tidak melarang ekspor. Perlu pemberdayaan kualitas
kelembagaan, penegakan hukum, dan sikap masyarakat terhadap sampah elektronik.

Kata Kunci: Perdagangan sampah elektronik, Konvensi Basel dan GATT/WTO, Kebijakan
Indonesia

A. Pendahuluan terselubung terhadap sampah elektronik baik


Sampah elektronik telah menjadi melalui tempat-tempat tertentu di negara
masalah global, regional, dan domestik. Rata- importir yang tidak terdeteksi aparat
rata dihasilkan 20 hingga 50 juta ton tiap keamanan atau dengan cara mencari celah-
tahunnya dan diperkirakan 75% hingga 80% celah peraturan yang berkaitan dengan
diangkut dengan kapal ke negara-negara Asia sampah elektronik baik di negara eksportir
dan Afrika untuk dibuang atau didaur maupun importir. (Priyono, 2017)
ulang.(Diaz-Barriga F, 2013) Bahaya yang Ada celah dalam peraturan yang
timbul sebagai akibat perdagangan sampah berlaku baik perjanjian internasional maupun
elektronik ini terutama masalah kesehatan kebijakan nasional suatu negara yang
dan pencemaran lingkungan yang disebabkan membolehkan ekspor elektronik bekas dari
penanganan dan pendaurulangan yang tidak negara maju ke negara sedang berkembang
tepat di negara importir menimbulkan dengan alasan “donasi” dan “daur ulang”.
permasalahan (Wong, 2006). Permasalahan Mestinya elektronik bekas yang dimaksud
ini sering muncul dikarenakan adanya haruslah produk yang memang masih layak
penyelundupan dan perdagangan yang dan harus dilakukan uji terhadapnya (UNEP,
175
FX. Joko Priyono, Pengendalian Perdagangan Sampah Elektronik

2013). Bilamana sudah tidak layak, maka Benua dengan jumlah buangan sampah
barulah benar-benar sebagai sampah elektronik terendah adalah Afrika. Dengan
elektronik (Basel Convention, 2013). Praktik jumlah total tahun lalu mencapai 745 kilo ton.
perdagangan sampah elektronik masih terjadi Di Asia Tenggara sendiri, negara tertinggi
meskipun Konvensi Basel telah melarang pembuang sampah elektronik adalah
import limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Singapura, dengan per kepala membuang
(B3) termasuk sampah elektronik. 19,6 kg sampah elektronik sedangkan
Masalah sampah elektronik sangat Indonesia membuang sampah elektronik
melekat dengan perlindungan lingkungan dan sekitar 3,0 kg per kepala (Widi Astutik, n.d.).
kesehatan manusia dan telah menjadi Data perkiraan jumlah sampah elektronik
perhatian bersama semua negara. Menjadi Tahun 2017 menurut UN University dan
kewajiban semua negara untuk mengelola International Telecomunication Union (ITU)
sampah elektronik dengan benar yang dalam diperkirakan 44,7 juta ton dan hanya 20% (8,9
terminologi hukum internasional dikenal asas juta ton) yang terdokumentasikan dan didaur
hukum erga omnes dan asas tersebut telah ulang, sedangkan yang 80% (35,8 juta ton)
dikuatkan di dalam Konvensi Basel. Namun tidak terdokumentasikan. Dari 80% tersebut,
dalam praktik, perdagangan sampah 4% (1,7 juta ton) sampah elektronik dari
elektronik masih saja terjadi termasuk negara-negara industri dibuang sebagai
Indonesia. sampah residu setelah diproses sedangkan
Meskipun telah menjadi kewajiban 76% (34,1 juta ton) sampah elektronik tidak
erga omnes, ternyata masih saja terjadi gap diketahui yang kemungkinan dibuang atau
antara harapan dan kenyataan. Beberapa diperdagangkan. (Baldé, 2017)
negara yang masih memiliki kepentingan Hasil penelitian tahun 2016 tentang
jangka pendek belum ada kehendak untuk perdagangan sampah elektronik di Kota
menghentikan ekspor sampah elektronik Batam menunjukkan masih lemahnya
dikarenakan masih adanya permintaan dari penegakan hukum serta struktur kelembagaan
masyarakat negara-negara yang seperti kepolisian, Bea Cukai, Badan
membutuhkannya yang dinilai masih Pengendalian Dampak Lingkungan,
memiliki nilai ekonomi. Pemerintah Daerah, dalam menegakkan
Dilihat dari aspek teoritis hampir larangan masuknya sampah elektronik.
sebagian besar perjanjian internasional yang Sampah elektronik sebagaian besar berasal
mengatur soal lingkungan bersifat soft law dari Singapura. Kemudian penelitian tahun
(non-legally binding). Perjanjian 2017 berkaitan sikap individu terhadap
internasional yang seperti ini memang tidak pengelolaan sampah elektronik menunjukkan
memiliki kekuatan paksa(Chris Brummer, intensi sikap masyarakat semarang untuk
2012), dan hanya mencakup standard yag mengolah sampah elektronik secara
bersifat sukarela (voluntary) dengan proporsional yang tidak merusak lingkungan
mekanisme yang lemah dan tidak ada dan kesehatan cukup baik. Namun demikian
monitoring (Andrew T. Guzman, 2007). perilaku masyarakat terhadap pengelohan
Pelaksanaannya pun diserahkan sepenuhnya sampah elektronik sangat dipengaruhi oleh
pada yurisdiksi negara yang bersangkutan. persepsi lingkungan sosial baik dari keluarga,
Penelitian tentang pengendalian kerabat atau kekukatan-kekuatan sosial
perdagangan sampah elektronik ini lainnya. Hal ini menunjukkan adanya korelasi
sebetulnya diawali dengan kegundahan pada positif. Partisipasi individu dalam
tahun 2014 melalui isu-isu sampah elektronik pengelolaan sampah elektronik rumah tangga
yang terus bergerak dan menjadi perhatian dengan pendekatan green computing masih
dunia. Jika dihitung per benua, maka Asia mendasarkan pada petunjuk dari perusahaan,
menghasilkan sampah terbesar per kepala. bukan atas dasar kesadaran untuk memilih
Dengan jumlah total 16 juta ton, maka per peralatan elektronik termasuk komputer yang
kepala membuang 3,7 kg sampah elektronik hemat energi. Pengelolaan sampah elektronik
tahun lalu. Benua Eropa di urutan kedua masih mendasarkan pada sikap yang
dengan 15,6 kg sampah elektronik per kepala. tradisional yaitu: dibuang, didaur ulang,

176
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 47 No. 2, April 2018, Halaman 175-183

digunakan kembali dengan cara mengganti menteri di Doha pada tahun 2001. Ada
komponen-komponen yang rusak. kesepakatan para peserta konferensi untuk
P e n d e k a t a n g re e n c o m p u t i n g b e l u m melakukan pengurangan atau penghapusan
memberikan korelasi yang positif terhadap hambatan-hambatan tarif dan non tarif untuk
masyarakat. barang dan jasa yang ramah lingkungan.
Pengendalian perdagangan sampah Dalam hal sampah elektronik, isunya tentang
elektronik harus menjadi perhatian utama mendefinisikan barang (goods) yang ramah
baik dari aspek internasional maupun lingkungan. Oleh karena itu, dalam kaitannya
kebijakan domestik Indonesia. Indonesia dengan isu perdagangan dan lingkungan,
harus mampu memberikan contoh praktik sekretariat Konvensi Basel telah menekankan
yang benar soal itu baik melalui penekanan pentingnya teknologi yang ramah lingkungan
ketaatan pada perjanjian internaisonal yang serta praktik-praktik untuk mengelola
telah disepakati melalui Konvensi Basel sampah yang berbahaya (hazardous waste).
beserta amandemen-amandemennya. Diakui pula pada pertemuan di Doha tersebut
Sampah elektronik dalam perspektif akan pentingnya bantuan teknis dan capacity
persetujuan perdagangan GATT/WTO building dalam bidang perdagangan dan
dianggap sebagai barang bekas. Pada level lingkungan bagi negara berkembang. Namun,
kebijakan domestik perlu dilakukan isu tersebut hanya selesai di atas kertas.
penelitian mengingat pemerintah Indonesia Sebagai perbandingan, pemerintah AS
telah melarang import sampah elektronik juga berupaya untuk mengurangi hambatan
n a m u n t i d a k m e l a r a n g e k s p o r. A d a perdagangan untuk barang-barang
paradoksal antara harapan dan kenyataan. r e p r o d u k s i . Ya n g d i m a k s u d d e n g a n
Praktik juga menunjukkan masih adanya reproduksi ini adalah proses di mana sebuah
sampah elektronik di wilayah tertentu di barang bekas yang diubah melalui
Indonesia. pembersihan, pengujian dan cara lainnya
menjadi sebuah produk yang diuji dan
B. Pembahasan disertifikasi untuk memenuhi spesifikasi dan
1. Liberalisasi Perdagangan memiliki jaminan yang sama dengan sebuah
Secara umum, liberalisasi perdagangan produk baru (WTO, 2007). Bagi AS, produk
internasional dicakup dalam persetujuan- reproduksi bisa memberikan manfaat bagi
persetujuan organisasi perdagangan dunia negara maju dan negara sedang berkembang
a t a u d i s e b u t d e n g a n “ Wo r l d Tr a d e dalam konteks ekonomi dan lingkungan.
O rg a n i z a t i o n ” ( W TO ) . L i b e r a l i s a s i Reproduksi juga akan memberikan peluang
perdagangan ini diarahkan untuk untuk membeli barang berkualitas tinggi
penghapusan hambatan-hambatan dengan harga yang rendah dan bisa
perdagangan. Jika dikaitkan dengan sampah memmberikan kontribusi pada pertumbuhan
elektronik, maka sampah elektronik masuk peluang kerja, membutuhkan rendah energi
pada kategori produk meskipun merupakan dan bahan-bahan yang tidak begitu banyak
produk bekas (second hand) yang bisa selama produksi sehingga produk tersebut
diperdagangkan. Konvensi Basel tidak merupakan produk yang rendah pencemaran
membedakan antara sampah dan non sampah, dan mengurangi sampah.
juga identifikasi terhadap teknologi yang Liberalisasi perdagangan juga
ramah lingkungan dan praktik-praktik untuk mengalami penguatan di wilayah regional
mengelola sampah atau limbah berbahaya. dalam bentuk wilayah perdagangan bebas
Masalah ini sebenarnya merupakan isu kunci atau Free Trade Area. Salah satu contoh
dalam pembahasan di WTO dalam rangka adalah organisasi Association of South East
mengurangi hambatan perdagangan untuk Asian Nations (ASEAN) dan Economic
sampah dan sisa-rongsokan logam (metal). Partnership Agreements (EPAs). Jepang telah
(Basel Convention, n.d.) menjalin kerjasama dengan ASEAN untuk
Negosiasi dan pembahasan soal liberalisasi perdagangan. Kerjasama tersebut
perdagangan barang dan jasa yang ramah tentulah sangat signifikan dalam hal sampah
lingkungan berlanjut pada konferensi tingkat elektronik dan rongsokan logam. Dalam

177
FX. Joko Priyono, Pengendalian Perdagangan Sampah Elektronik

Annex 1 kerjasama tersebut ditentukan konvensi juga tidak menjelaskan bagaimana


schedule untuk penghapusan atau memutuskan proporsi zat-zat yang dianggap
pengurangan tarif bea masuk termasuk berbahaya atau cara-cara penghitungan
sampah elektronik. Kerjasama ini memang risiko.
mendapat kritikan dari beberapa NGO (Non Lampiran (annex) konvensi sangatlah
Governmental Organization) yang salah sumir (tidak jelas) sekaligus merupakan
satunya adalah Basel Action Network and kelemahan konvensi yang menghambat
Citizens Against Chemical Pollution yang efektivitas penerapan. Misalnya, tidak ada
menyatakan bahwa kerjasama tersebut standard kuantitaif untuk menentukan level
mendorong ekspor limbah berbahaya kontaminasi yang diperlukan untuk
termasuk sampah elektronik ke negara memenuhi kriteria. Tujuan perdagangan dari
berkembang. Bagi pemerintah Jepang, produk-produk yang dapat digunakan
kritikan tersebut tidak berdasar dengan alasan kembali, didaur ulang, atau dibuang adalah
bahwa negara-negara yang bekerjasama penentuan standard yang bisa digunakan
dalam EPA tersebut telah bersepakat untuk untuk membedakan antara sampah atau
tunduk pada keputusan-keputusan Konvensi produk yang “terkontrol” (controlled) dan
Basel. (ASEAN, n.d.) “tidak terkontrol” (non-controlled) menurut
2. Konvensi Basel Konvensi Basel.
Masalah lain antara perdagangan dan Hubungan antara peraturan
sampah elektronik adalah soal perdagangan domestik dengan konvensi
penyelundungan dan perdagangan Basel sangatlah kompleks untuk elektronik
terselubung sampah elektronik yang tidak bekas. Sementara itu, konvensi Basel
dapat lagi digunakan atau didaur ulang seperti menghargai definisi limbah berbahaya dari
rongsokan logam atau elektrik dan peralatan masing-masing negara dan meminta kepada
elektronik bekas yang berakibat pada negara-negara anggota untuk
pembuangan secara illegal dan daur ulang memberitahukan kepada sekretariat konvensi
bahan yang berbahaya. Konvensi yang paling Basel atas definisi tersebut serta setiap
relevan berkaitan dengan perdagangan hambatan perdagangan. Namun demikian,
tersebut adalah Konvensi Basel. tidak semua negara menginformasikan
Dalam perjalanannya, konvensi kepada sekretariat dikarenakan kurangnya
membutuhkan manajemen sampah domestik kapasitas dan sumberdaya manusia. Hal ini
yang ramah lingkungan dan meminimalkan dapat menyebabkan kesimpangsiuran hukum
perpindahan lintas batas limbah berbahaya. khususnya dalam prosedur perdagangan
Dalam konvensi tersebut disebutkan bahwa antara negara eksportir dengan negara
ekportir sampah berbahaya harus importir dikarenakan masing-masing negara
memberitahukan terlebih dahulu kepada memiliki definisi dan peraturan yang
pemerintah negara yang mengimpor untuk berbeda-beda berkaitan dengan limbah
dimintakan persetujuan. Meskipun konvensi berbahaya yang bisa berakibat pada
Basel merupakan salah satu upaya pengapalan kembali limbah berbahaya atau
internasional dalam mengatasi limbah tidak diijinkannya masuk ke negara importir.
berbahaya namun tetap sangat membutuhkan Konvensi Basel tidak berlaku untuk
tindakan nyata dari kebijakan domestik produk elektrik dan peralatan elektronik
negara anggota untuk mengendalikan bekas. Hal ini berakibat pada masih ada ruang
perpindahan lintas batas limbah berbahaya. untuk ekspor sampah elektronik dengan
Sayangnya, konvensi tidak mengatur soal alasan bahwa produk elektrik dan peralatan
perdagangan internasional barang-barang elektronik bekas merupakan barang bekas
atau produk bekas (second hand). Kurang (second hand goods) selain sesungguhnya
jelasnya definisi dalam konvensi Basel digunakan kembali sebagai bahan yang bisa
menyebabkan sulitnya untuk mengendalikan digunakan kembali. Dengan demikian,
produk bekas. Ada ketidak jelasan apakah elektrik dan peralatan elektronik bekas
produk bekas khususnya elektrik dan menjadi isu penting dalam mengendalikan
peralatan elektronik bekas termasuk limbah perdagangan sampah elektronik. Di satu sisi,
berbahaya (hazardous waste). Selain itu, beberapa negara melarang produk bekas
178
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 47 No. 2, April 2018, Halaman 175-183

termasuk sampah elektronik. Di sisi lain, menjadi kunci utama. MPPI telah
negara-negara pihak menganggap tidak perlu mengembangkan sejumlah pedoman untuk
menginformasikan kepada sekretariat hand phone. Begitu pula PACE telah
konvensi Basel soal peraturan yang mengatur mengembangkan pedoman tentang
produk bekas. pengelolaan peralatan komputer bekas
Klasifikasi sampah, non sampah, dan berikut pedoman tentang pengelolaan
barang bekas dalam di dalam sampah peralatan komputer bekas yang ramah
elektronik sangat membingungkan. Kesulitan lingkungan.
membedakan tersebut juga menimbulkan Upaya-upaya yang dilakukan oleh
kesulitan dalam mengumpulkan data dan juga negara peserta konvensi Basel untuk
dalam memonitor barang bekas elektrik dan mengelola sampah elektronik tidak
peralatan elektronik yang sangat penting berbanding lurus dengan praktik pengelolaan
dalam rangka pengendalian perdagangan. sampah elektronik di negara berkembang.
Harmonized Commodity Description and Ekspor dan impor sampah elektronik di
Coding System (HS Code) adalah sebuah negara berkembang dilakukan dengan cara
sistem internasional untuk mengklasifikasi diselundupkan melalui pemalsuan dokumen
produk yang digunakan oleh pihak pabean atau tidak melalui pintu bea cukai. Contoh,
(bea Cukai) untuk menentukan bea masuk, perdagangan sampah elektronik yang dipasok
pajak, dan regulasi yang berlaku untuk setiap ke China dapat menghindari deteksi kapal
produk.(World Custom Organisation, n.d.) kontainer yang mengangkut sampah tersebut
HS Code biasanya menetapkan 6 digit untuk melalui rute Hong Kong, Taipei atau Philipina
sebuah produk. Negara-negara dapat untuk kemudian dipindahkan (trans-
menambah digit tersebut untuk membedakan shipment) ke kapal lain menuju pelabuhan
produk baru atau bekas. Namun, banyak lebih kecil di China daratan di mana
negara-negara tidak membedakan kode HS penegakan hukum oleh bea cukai dianggap
antara sampah elektronik, sampah daur ulang, lemah. Praktik serupa juga terjadi di
dan elektronik bekas. Indonesia khususnya di Kota Batam dengan
Negara-negara dan juga para pemangku mudahnya sampah elektronik masuk ke
kepentingan telah berupaya untuk melakukan Batam melalui pelabuhan-pelabuhan
perbaikan-perbaikan dalam pengelolaan informal (disebut sebagai pelabuhan rakyat)
sampah elektronik dalam kerangka Konvensi di luar pengawasan petugas bea cukai.
Basel, antara lain: Sebagian besar sampah elektronik tersebut
a. Deklarasi Nairobi tentang pengelolaan berasal dari Singapura. (Priyono, 2017)
sampah elektrik dan elektronik yang Menanggapi hal tersebut di atas, para
ramah lingkungan. Diputuskan dalam peserta konvensi Basel sepakat untuk
Pertemuan ke 8 negara-negara pihak memperkuat konvensi Basel dan pada tahun
konvensi Basel; 1995 telah diatur larangan ekspor limbah
b. Kemitraan multi-stakeholder seperti berbahaya yang diadopsi dalam “Basel Ban
Mobile Phone Partnership Inisiative Amandement”. Namun, 23 tahun sejak
(MPPI) (Mobile Phone Partnership disahkannya “Basel Ban Amandment”
Initiative, 2007) tahun 2002 dan tersebut belum mencapai jumlah ratifikasi
Partnership for Action on Computing sehingga belum berlaku efektif. Menanggapi
Equipment (PACE) sejak tahun 2008 kondisi tersebut Swis dan Indonesia
( U N E P, 2 0 0 7 ) d a l a m k e r a n g k a (Indonesian-Swiss Country-Led Initiative)
konvensi Basel. atau disebut dengan CLI berinisiasi untuk
Kemitraan tersebut juga telah mengundang pemain-pemain kunci
membahas perlunya perbaikan dalam hal berdiskusi secara informal tentang isu-isu
evaluasi dan atau uji serta pelabelan untuk yang berkaitan dengan perpindahan lintas
menentukan maksud dan tujuan dari produk batas limbah berbahaya khususnya ke negara
elektronik bekas (digunakan kembali, diambil berkembang. Beberapa isu tersebut adalah
materialnya, daur ulang, atau dibuang). kejelasan definisi limbah berbahaya, aspek
Pembedaan antara sampah dan bukan sampah sosial ekonomi perpindahan lintas batas,

179
FX. Joko Priyono, Pengendalian Perdagangan Sampah Elektronik

penegakan hukum, dan kompleksitas 2 0 1 4 Te n t a n g P e n g e l o l a a n L i m b a h


ketentuan-ketentuan konvensi Basel. Sampah Berbahaya dan Beracun. Untuk kebijakan
elektronik termasuk dalam pembahasan impor secara jelas telah ditentukan dalam
perdagangan di mana pengelolaan ramah Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
lingkungan di negara importir tidak dapat 48/M-DAG/PER/7/2015 tentang Ketentuan
terjamin. U m u m d i B i d a n g I m p o r. P a s a l 2
Persoalan definisi adalah masalah menyebutkan bahwa barang yang diimpor
kepastian hukum yang bila tidak ada harus dalam keadaan baru. Berdasarkan
kejelasan bisa dijadikan sebagai celah peraturan tersebut, maka barang bekas
melakukan ekspor dan impor sampah termasuk limbah dilarang impor, kecuali
elektronik. Kewajiban erga omnes untuk terdapat pengaturan khusus, yaitu:
semua orang dan semua negara untuk 1) Dalam hal “Limbah”, Kementerian
melindungi lingkungan hidup haruslah Perdagangan membedakan pengaturan
didasari pada itikad baik dalam melaksanakan impornya menjadi 2, yakni :
perjanjian internasional yang telah disepakati. a) Limbah B3 (dilarang), melalui
Dalam hal terdapat ketidakjelasan kepastian Kep.Men. Perindag Nomor
hukum, maka pengadilan yang memiliki 0520/MPP/Kep/8/2003 tentang
kewenangan untuk mengintepretasikan soal Larangan Impor Limbah Bahan
sampah elektronik sebagai benar-benar Berbahaya dan Beracun (B3).
sampah atau sebagai barang bekas (second b) Limbah Non B3 (dibatasi), melalui
hand goods). Kualtias para penegak hukum Permendag Nomor 31/M-
menjadi taruhan di sini mulai dari polisi, DAG/PER/5/2016 tentang Ketentuan
jaksa, hingga hakim itu sendiri. Mengingat
Impor Limbah Non Bahan Berbahaya
bahwa penegakan konvensi Basel
dan Beracun.
dikembalikan pada yurisdiksi negara-negara
2) Untuk produk Limbah Elektronik,
anggota.
c. Kebijakan Indonesia Soal Sampah hanya terakomodir dalam ketentuan
Elektronik impor Limbah B3, yakni HS
Upaya-upaya internasional dalam 8548109100; 8548101200;
mencegah perpindahan limbah bahan 8548101900; 8548102200;
berbahaya dan beracun telah direspon dengan 8548102900; 8548103200;
baik oleh Pemerintah Indonesia melalui 8548103900. Sementara pada
ratifikasi Keputusan Presiden Nomor 61 kelompok Limbah Non B3 tidak
Tahun 1993 tentang Pengesahan Basel terdapat produk elektronik.
Convention on the Control of Transboundary Dengan demikian disimpulkan bahwa
Movements of Hazardous Wastes and Their Limbah Elektronik dilarang untuk diimpor ke
Disposal (Lembaran Negara Republik Indonesia. Produk elektronik yang boleh
Indonesia Tahun 1993 Nomor 62), Peraturan diimpor adalah Elektronik dalam keadaan
Presiden Republik Indonesia Nomor 47 baru yang diatur melalui Permendag Nomor
Tahun 2005 Tentang Pengesahan Amendment 87/M-DAG/PER/10/2015 tentang Impor
To The Basel Convention On The Control Of Produk Tertentu. Namun demikian ada
Transboundary Movements Of Hazardous kelemahan mendasar dalam pengendalian
Wastes And Their Disposal (Amendemen sampah elektronik karena tidak ada definisi
Atas Konvensi Basel Tentang Pengawasan secara jelas yang membedakan antara sampah
Perpindahan Lintas Batas Limbah Berbahaya elektronik dengan peralatan elektronik bekas
Dan Pembuangannya). (second hand) serta tidak ada peraturan
Penguatan pencegahan limbah B3 juga khusus yang mengatur sampah elektronik.
telah diadopsi dalam peraturan perundangan Sebaliknya, pemerintah tidak melarang
seperti Undang-undang Nomor 18 Tahun ekspor limbah B3 dikarenakan tidak memiliki
2008 tentang Pengelolaan Sampah, Undang-
fasilitas pengelolaan.
undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Dalam praktik, masih ditemukan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
masuknya sampah elektronik seperti
Hidup, Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun
180
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 47 No. 2, April 2018, Halaman 175-183

misalnya di kota-kota sekitar Jakarta (Bogor, rekondisi dapat ditemui dengan mudah di
Depok, Tangerang, Bekasi) yang sebagian banyak tempat; 3. pembakaran yang terbuka
besar hasil dari perdagangan elektronik bekas dan pembuangan merupakan alternatif
(used-electronic trading). Segmen pasarnya terakhir terhadap sampah elektronik yang
tidak seberapa untuk produk rekondisi dan sudah tidak bisa dimanfaatkan setelah
daur ulang. Elektronik bekas atau sampah disortir, dilebur, dan direkondisi; 4. ada
elektronik biasanya di dalam dokumen import perusahaan resmi yang bergerak di bidang
disebut dengan rongsokan logam (metal peleburan sampah elektronik.
scrap) atau peralatan kantor yang diimpor Secara keseluruhan baik dari aspek
dari AS masuk ke wilayah industri berikat di kajian perjanjian internasional dan kebijakan
Jawa Timur untuk produk rekondisi. Produk nasional menunjukan bahwa komitmen untuk
tersebut kemudian diekspor ke China, Taiwan melestarikan bumi dari masuknya limbah B3
termasuk sampah elektronik masih
and Hong. Kegiatan yang dilakukan dalam
ditemukan penyimpangan. Pelestarian
kawasan tersebut adalah pembongkaran (TV,
lingkungan dan kesehatan manusia masih
CPU and PC monitor), pengecekan masih
diletakan di bawah kepentingan politik
berfungsi atau tidak elektronik bekas (CRTs), ekonomi untuk sekedar mengejar target
penghancuran (TV casing & PC monitor), pertumbuhan ekonomi. Slogan pembangunan
peleburan (metal parts). Di kawasan industri berkelanjutan masih sebatas retorika dan pada
berikat Jawa Timur, beberapa industri sampah tahap negosiasi formal. Program aksi masih
elektronik telah memiliki fasilitas peleburan terbentur pada masalah teknis hukum seperti
untuk menghasilkan batangan logam tidak adanya definisi sampah elektronik untuk
(Copper, Zinc).(Luckmi Purwandari, 2009) membedakan dengan produk elektronik
Selain itu, masuknya import elektrik bekas (second hand). Kekuatan konvensi
dan peralatan elektronik bekas atau sampah Basel hanya menyandarkan pada kebijakan
elektronik di Pulau Batam (dalam dokumen domestik negara-negara anggota. Sementara
dinyatakan sebagai rongsokan logam atau pada kebijakan domestik Indonesia secara
peralatan kantor) sebagian besar legal formal sudah bagus namun lemah dalam
dikategorikan sebagai limbah B3. aspek kelembagaan, penegakan hukum, dan
Membutuhkan biaya ekstra jika dikirim ke kesadaran masyarakat, serta tidak adanya data
fasilitas-failitas resmi (legal). Sebagian besar resmi soal sampah elektronik.
juga diserahkan ke perusahaan-perusahaan C. Simpulan
penghancur (bisa bayar atau tidak bayar). Pengendalian perdagangan sampah
Namun ada yang pembuangan PCBs di Sei elektronik sangatlah kompleks, tidak hanya
Sei Lekong Tanjung Uncang. Dari hasil masalah hukum semata tetapi juga masalah
Focus Group Discussion (FGD) tanggal 10- ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.
11 Agustus 2016 disimpulkan sampah Dari aspek kajian perjanjian internasional,
elektronik yang masuk di Batam berasal dari sampah elektronik telah menjadi bagian dari
Singapura dilakukan secara ilegal dan dibantu Konvensi Basel yang melarang adanya
oleh oknum TNI. Barang tersebut dianggap perpindahan lintas batas limbah B3. Larangan
tersebut juga telah ditindaklanjuti melalui
sebagai barang bekas (second hand) seperti
Basel Ban Amandemen, namun sayangnya
kulkas, LCD, laptop, hand phone, kipas angin
belum berlaku efektif karena terkendala
yang dijual kembali di tempat-tempat tertentu
ratifikasi. Dalam konteks perjanjian WTO,
yang jelas dapat dilihat seperti di Pasar Jodo, tidak ada larangan untuk ekspor dan impor
Mall, sepanjang jalan menuju Tanjung produk elektronik bekas serta tidak dibedakan
Sengkuang Batam. dengan sampah elektronik. Sudah
Hasil temuan menjelaskan bahwa: 1. semestinya, aspek lingkungan untuk
tidak ada data resmi soal import sampah menyelamatkan bumi dari kerusakan serta
elektronik. Sampah elektronik dimanipulasi dalam rangka melindungi kesehatan manusia
dalam dokumen import sebagai rongsokan menjadi prinsip dasar dalam berhukum
logam atau peralatan kantor; 2. perdagangan maupun bertindak dalam pengendalian
import produk elektronik bekas dan produk sampah elektronik. Pengendalian
181
FX. Joko Priyono, Pengendalian Perdagangan Sampah Elektronik

perdagangan sampah elektronik tidak bisa Goods+and+Services+Negotiations+B


semata-mata masalah hukum, sehingga ackground+Information+for+Parties+t
membutuhkan pendekatan integratif. Dalam o+the+Basel+Convention&rlz=1C1C
konteks perdagangan WTO, perlu diajukan HBD_enID785ID785&oq=Introductio
adanya persetujuan baru berkaitan dengan n+to+WTO+Environmental+Goods+a
perdagangan produk elektronik bekas yang nd+Services+Negotiations+Ba
harus dibedakan dengan sampah elektronik. Basel Convention. (2013). Technical
Kebijakan nasional pemerintah RI guidelines on transboundary
sudah ideal dalam rangka mengendalikan movements of sampah elektronik and
perdagangan sampah elektronik. Pemerintah used electrical and electronic
juga secara jelas telah melarang impor limbah equipment. Retrieved from
B3. Namun demikian, dalam praktik masih http://www.basel.int/Imp
terjadi penyelundupan sampah elektronik Chris Brummer. (2012). Soft Law and the
seperti di Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Global Financial System: Rule Making
Batam, pare-pare Sulawesi Selatan dan in the 21st Century. Cambridge:
waktobi Sulawesi Tenggara. Masuknya Cambridge University Press.
sampah elektronik tersebut dimanipulasi Diaz-Barriga F. (2013). Evidence-based
dengan dokumen yang tertulis sebagai intervention programs to reduce
rongsokan logam atau peralatan kantor. Gap childrens exposure to chemicals in
antara kebijakan nasional dengan praktik sampah elektronik sites. Discussion
tersebut disebabkan lemahnya dalam paper for WHO Working Meeting on
kelembagaan, penegakan hukum, sampah elektronik and childrens health.
pengawasan, dan kesadaran masyarakat. Oleh Luckmi Purwandari. (2009). Sampah
karena itu, kebijakan nasional Indonesia elektronik Preliminary Inventory
tentang sampah elektronik lebih diarahkan Studies and Coming Activities. In
pada penguatan kelembagaan, penegakan Workshop of The Asian Network for
hukum dan fungsi pengawasan, di samping Prevention of Illegal Transboundary
diseminasi kepada masyarakat tentang Movement of Hazardous Waste. Kuala
bahaya sampah elektronik. Lumpur: Ministry of Environment of
Republic Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Mobile Phone Partnership Initiative. (2007).
Information brief mobile phone
A n d r e w T. G u z m a n . ( 2 0 0 7 ) . H o w partnership initiative (MPPI).
International Law Works: A Rational Retrieved March 10, 2018, from
Choice Theory,. Oxford: Oxford www.basel.int/industry/mppi/documen
University Press. ts.htm
ASEAN. (n.d.). Agreement on Priyono, F. J. (2017). Law Enforcement of
Comprehensive Economic Partnership Electricals and Electronic Waste
Among Japan and Member States of Smuggling in Batam. Diopnegoro Law
ASEAN,Article 16-3 Elimination or Review, 2(1).
Reduction of Custom Duties. UNEP. (2007). Partnership for Action on
Baldé, C. P. [et. al. (2017). The Global Computing Equipment. Retrieved
Sampah elektronik Monitor 2017 March 2, 2018, from www.basel.int/
Quantities, Flows, and Resources. In industry/compartnership/archive/info-
UNU and ITU (p. 5). n o t e - 2 0 1 1 . d o c ; h t t p s : / / w w w.
Basel Convention. (n.d.). Introduction to informea.org/en/partnership-action-
WTO Environmental Goods and computing-equipment-draft-revised-
Services Negotiations Background section-3-and-proposed-changes-
Information for Parties to the Basel other-parts
Convention. Retrieved from UNEP. (2013). Revised guideline on
https://www.google.co.id/search?q=Int environmentally sound testing,
roduction+to+WTO+Environmental+ refurbishment and repair of used

182
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 47 No. 2, April 2018, Halaman 175-183

computing equipment. In Conference


of the Parties to the Basel Convention
on the Control of Transboundary
Movements of Hazardous Wastes and
Their Disposal. Retrieved from
http://www.unep.org/chemicalsandwas
t e / P o r t a l s / 9 / M e r c u r y / Wa s t e
management/3rd partnership
meeting/session 3/[3-5]Basel
Technical Guidelines.pdf.
Widi Astutik. (n.d.). World Offender
Ranking 2014. Retrieved from
forbes.com %7C i.unu.edu %7C
theguardian.com %7C
Wong, M. H. (2006). Sources, Fates and
Environmental and Health Effects of
persistent toxic substances from
sampah elektronik recycling, in South
A s i a . I n 3 R E x p e r t Wo r k s h o p .
Katmandu.
World Custom Organisation. (n.d.). What is
the Harmonized System  ? Retrieved
March 2, 2018, from http://www.
wcoomd.org/en/topics/nomenclature/o
verview/what-is-the-harmonized-
system.aspx
WTO. (2007). Market Access for Non-
Agricultural Products Negotiating Text
on Liberalizing Trade in
Remanufactured Products. Geneva:
WTO.

183

Anda mungkin juga menyukai