Abstract
The problematic of controlling trade in electronic waste in the international agreement aspect is the
discrepancy between the Basel Convention and General Agreement on Tariff and Trade
(GATT/WTO). The Basel Convention does not define electronic waste but has prohibited the
transboundary movement of hazardous wastes whereas in the GATT / WTO provision electronic
waste is categorized as used goods. Two contradictory things. Indonesian policy has banned the
import of hazardous waste (including electronic waste), although it does not prohibit exports. It is
necessary to empower the institutional quality, law enforcement, and society attitude to electronic
waste.
Keywords: Trade in electronic waste, Basel Convention and GATT/WTO, Indonesian Policy
Abstrak
Kata Kunci: Perdagangan sampah elektronik, Konvensi Basel dan GATT/WTO, Kebijakan
Indonesia
2013). Bilamana sudah tidak layak, maka Benua dengan jumlah buangan sampah
barulah benar-benar sebagai sampah elektronik terendah adalah Afrika. Dengan
elektronik (Basel Convention, 2013). Praktik jumlah total tahun lalu mencapai 745 kilo ton.
perdagangan sampah elektronik masih terjadi Di Asia Tenggara sendiri, negara tertinggi
meskipun Konvensi Basel telah melarang pembuang sampah elektronik adalah
import limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Singapura, dengan per kepala membuang
(B3) termasuk sampah elektronik. 19,6 kg sampah elektronik sedangkan
Masalah sampah elektronik sangat Indonesia membuang sampah elektronik
melekat dengan perlindungan lingkungan dan sekitar 3,0 kg per kepala (Widi Astutik, n.d.).
kesehatan manusia dan telah menjadi Data perkiraan jumlah sampah elektronik
perhatian bersama semua negara. Menjadi Tahun 2017 menurut UN University dan
kewajiban semua negara untuk mengelola International Telecomunication Union (ITU)
sampah elektronik dengan benar yang dalam diperkirakan 44,7 juta ton dan hanya 20% (8,9
terminologi hukum internasional dikenal asas juta ton) yang terdokumentasikan dan didaur
hukum erga omnes dan asas tersebut telah ulang, sedangkan yang 80% (35,8 juta ton)
dikuatkan di dalam Konvensi Basel. Namun tidak terdokumentasikan. Dari 80% tersebut,
dalam praktik, perdagangan sampah 4% (1,7 juta ton) sampah elektronik dari
elektronik masih saja terjadi termasuk negara-negara industri dibuang sebagai
Indonesia. sampah residu setelah diproses sedangkan
Meskipun telah menjadi kewajiban 76% (34,1 juta ton) sampah elektronik tidak
erga omnes, ternyata masih saja terjadi gap diketahui yang kemungkinan dibuang atau
antara harapan dan kenyataan. Beberapa diperdagangkan. (Baldé, 2017)
negara yang masih memiliki kepentingan Hasil penelitian tahun 2016 tentang
jangka pendek belum ada kehendak untuk perdagangan sampah elektronik di Kota
menghentikan ekspor sampah elektronik Batam menunjukkan masih lemahnya
dikarenakan masih adanya permintaan dari penegakan hukum serta struktur kelembagaan
masyarakat negara-negara yang seperti kepolisian, Bea Cukai, Badan
membutuhkannya yang dinilai masih Pengendalian Dampak Lingkungan,
memiliki nilai ekonomi. Pemerintah Daerah, dalam menegakkan
Dilihat dari aspek teoritis hampir larangan masuknya sampah elektronik.
sebagian besar perjanjian internasional yang Sampah elektronik sebagaian besar berasal
mengatur soal lingkungan bersifat soft law dari Singapura. Kemudian penelitian tahun
(non-legally binding). Perjanjian 2017 berkaitan sikap individu terhadap
internasional yang seperti ini memang tidak pengelolaan sampah elektronik menunjukkan
memiliki kekuatan paksa(Chris Brummer, intensi sikap masyarakat semarang untuk
2012), dan hanya mencakup standard yag mengolah sampah elektronik secara
bersifat sukarela (voluntary) dengan proporsional yang tidak merusak lingkungan
mekanisme yang lemah dan tidak ada dan kesehatan cukup baik. Namun demikian
monitoring (Andrew T. Guzman, 2007). perilaku masyarakat terhadap pengelohan
Pelaksanaannya pun diserahkan sepenuhnya sampah elektronik sangat dipengaruhi oleh
pada yurisdiksi negara yang bersangkutan. persepsi lingkungan sosial baik dari keluarga,
Penelitian tentang pengendalian kerabat atau kekukatan-kekuatan sosial
perdagangan sampah elektronik ini lainnya. Hal ini menunjukkan adanya korelasi
sebetulnya diawali dengan kegundahan pada positif. Partisipasi individu dalam
tahun 2014 melalui isu-isu sampah elektronik pengelolaan sampah elektronik rumah tangga
yang terus bergerak dan menjadi perhatian dengan pendekatan green computing masih
dunia. Jika dihitung per benua, maka Asia mendasarkan pada petunjuk dari perusahaan,
menghasilkan sampah terbesar per kepala. bukan atas dasar kesadaran untuk memilih
Dengan jumlah total 16 juta ton, maka per peralatan elektronik termasuk komputer yang
kepala membuang 3,7 kg sampah elektronik hemat energi. Pengelolaan sampah elektronik
tahun lalu. Benua Eropa di urutan kedua masih mendasarkan pada sikap yang
dengan 15,6 kg sampah elektronik per kepala. tradisional yaitu: dibuang, didaur ulang,
176
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 47 No. 2, April 2018, Halaman 175-183
digunakan kembali dengan cara mengganti menteri di Doha pada tahun 2001. Ada
komponen-komponen yang rusak. kesepakatan para peserta konferensi untuk
P e n d e k a t a n g re e n c o m p u t i n g b e l u m melakukan pengurangan atau penghapusan
memberikan korelasi yang positif terhadap hambatan-hambatan tarif dan non tarif untuk
masyarakat. barang dan jasa yang ramah lingkungan.
Pengendalian perdagangan sampah Dalam hal sampah elektronik, isunya tentang
elektronik harus menjadi perhatian utama mendefinisikan barang (goods) yang ramah
baik dari aspek internasional maupun lingkungan. Oleh karena itu, dalam kaitannya
kebijakan domestik Indonesia. Indonesia dengan isu perdagangan dan lingkungan,
harus mampu memberikan contoh praktik sekretariat Konvensi Basel telah menekankan
yang benar soal itu baik melalui penekanan pentingnya teknologi yang ramah lingkungan
ketaatan pada perjanjian internaisonal yang serta praktik-praktik untuk mengelola
telah disepakati melalui Konvensi Basel sampah yang berbahaya (hazardous waste).
beserta amandemen-amandemennya. Diakui pula pada pertemuan di Doha tersebut
Sampah elektronik dalam perspektif akan pentingnya bantuan teknis dan capacity
persetujuan perdagangan GATT/WTO building dalam bidang perdagangan dan
dianggap sebagai barang bekas. Pada level lingkungan bagi negara berkembang. Namun,
kebijakan domestik perlu dilakukan isu tersebut hanya selesai di atas kertas.
penelitian mengingat pemerintah Indonesia Sebagai perbandingan, pemerintah AS
telah melarang import sampah elektronik juga berupaya untuk mengurangi hambatan
n a m u n t i d a k m e l a r a n g e k s p o r. A d a perdagangan untuk barang-barang
paradoksal antara harapan dan kenyataan. r e p r o d u k s i . Ya n g d i m a k s u d d e n g a n
Praktik juga menunjukkan masih adanya reproduksi ini adalah proses di mana sebuah
sampah elektronik di wilayah tertentu di barang bekas yang diubah melalui
Indonesia. pembersihan, pengujian dan cara lainnya
menjadi sebuah produk yang diuji dan
B. Pembahasan disertifikasi untuk memenuhi spesifikasi dan
1. Liberalisasi Perdagangan memiliki jaminan yang sama dengan sebuah
Secara umum, liberalisasi perdagangan produk baru (WTO, 2007). Bagi AS, produk
internasional dicakup dalam persetujuan- reproduksi bisa memberikan manfaat bagi
persetujuan organisasi perdagangan dunia negara maju dan negara sedang berkembang
a t a u d i s e b u t d e n g a n “ Wo r l d Tr a d e dalam konteks ekonomi dan lingkungan.
O rg a n i z a t i o n ” ( W TO ) . L i b e r a l i s a s i Reproduksi juga akan memberikan peluang
perdagangan ini diarahkan untuk untuk membeli barang berkualitas tinggi
penghapusan hambatan-hambatan dengan harga yang rendah dan bisa
perdagangan. Jika dikaitkan dengan sampah memmberikan kontribusi pada pertumbuhan
elektronik, maka sampah elektronik masuk peluang kerja, membutuhkan rendah energi
pada kategori produk meskipun merupakan dan bahan-bahan yang tidak begitu banyak
produk bekas (second hand) yang bisa selama produksi sehingga produk tersebut
diperdagangkan. Konvensi Basel tidak merupakan produk yang rendah pencemaran
membedakan antara sampah dan non sampah, dan mengurangi sampah.
juga identifikasi terhadap teknologi yang Liberalisasi perdagangan juga
ramah lingkungan dan praktik-praktik untuk mengalami penguatan di wilayah regional
mengelola sampah atau limbah berbahaya. dalam bentuk wilayah perdagangan bebas
Masalah ini sebenarnya merupakan isu kunci atau Free Trade Area. Salah satu contoh
dalam pembahasan di WTO dalam rangka adalah organisasi Association of South East
mengurangi hambatan perdagangan untuk Asian Nations (ASEAN) dan Economic
sampah dan sisa-rongsokan logam (metal). Partnership Agreements (EPAs). Jepang telah
(Basel Convention, n.d.) menjalin kerjasama dengan ASEAN untuk
Negosiasi dan pembahasan soal liberalisasi perdagangan. Kerjasama tersebut
perdagangan barang dan jasa yang ramah tentulah sangat signifikan dalam hal sampah
lingkungan berlanjut pada konferensi tingkat elektronik dan rongsokan logam. Dalam
177
FX. Joko Priyono, Pengendalian Perdagangan Sampah Elektronik
termasuk sampah elektronik. Di sisi lain, menjadi kunci utama. MPPI telah
negara-negara pihak menganggap tidak perlu mengembangkan sejumlah pedoman untuk
menginformasikan kepada sekretariat hand phone. Begitu pula PACE telah
konvensi Basel soal peraturan yang mengatur mengembangkan pedoman tentang
produk bekas. pengelolaan peralatan komputer bekas
Klasifikasi sampah, non sampah, dan berikut pedoman tentang pengelolaan
barang bekas dalam di dalam sampah peralatan komputer bekas yang ramah
elektronik sangat membingungkan. Kesulitan lingkungan.
membedakan tersebut juga menimbulkan Upaya-upaya yang dilakukan oleh
kesulitan dalam mengumpulkan data dan juga negara peserta konvensi Basel untuk
dalam memonitor barang bekas elektrik dan mengelola sampah elektronik tidak
peralatan elektronik yang sangat penting berbanding lurus dengan praktik pengelolaan
dalam rangka pengendalian perdagangan. sampah elektronik di negara berkembang.
Harmonized Commodity Description and Ekspor dan impor sampah elektronik di
Coding System (HS Code) adalah sebuah negara berkembang dilakukan dengan cara
sistem internasional untuk mengklasifikasi diselundupkan melalui pemalsuan dokumen
produk yang digunakan oleh pihak pabean atau tidak melalui pintu bea cukai. Contoh,
(bea Cukai) untuk menentukan bea masuk, perdagangan sampah elektronik yang dipasok
pajak, dan regulasi yang berlaku untuk setiap ke China dapat menghindari deteksi kapal
produk.(World Custom Organisation, n.d.) kontainer yang mengangkut sampah tersebut
HS Code biasanya menetapkan 6 digit untuk melalui rute Hong Kong, Taipei atau Philipina
sebuah produk. Negara-negara dapat untuk kemudian dipindahkan (trans-
menambah digit tersebut untuk membedakan shipment) ke kapal lain menuju pelabuhan
produk baru atau bekas. Namun, banyak lebih kecil di China daratan di mana
negara-negara tidak membedakan kode HS penegakan hukum oleh bea cukai dianggap
antara sampah elektronik, sampah daur ulang, lemah. Praktik serupa juga terjadi di
dan elektronik bekas. Indonesia khususnya di Kota Batam dengan
Negara-negara dan juga para pemangku mudahnya sampah elektronik masuk ke
kepentingan telah berupaya untuk melakukan Batam melalui pelabuhan-pelabuhan
perbaikan-perbaikan dalam pengelolaan informal (disebut sebagai pelabuhan rakyat)
sampah elektronik dalam kerangka Konvensi di luar pengawasan petugas bea cukai.
Basel, antara lain: Sebagian besar sampah elektronik tersebut
a. Deklarasi Nairobi tentang pengelolaan berasal dari Singapura. (Priyono, 2017)
sampah elektrik dan elektronik yang Menanggapi hal tersebut di atas, para
ramah lingkungan. Diputuskan dalam peserta konvensi Basel sepakat untuk
Pertemuan ke 8 negara-negara pihak memperkuat konvensi Basel dan pada tahun
konvensi Basel; 1995 telah diatur larangan ekspor limbah
b. Kemitraan multi-stakeholder seperti berbahaya yang diadopsi dalam “Basel Ban
Mobile Phone Partnership Inisiative Amandement”. Namun, 23 tahun sejak
(MPPI) (Mobile Phone Partnership disahkannya “Basel Ban Amandment”
Initiative, 2007) tahun 2002 dan tersebut belum mencapai jumlah ratifikasi
Partnership for Action on Computing sehingga belum berlaku efektif. Menanggapi
Equipment (PACE) sejak tahun 2008 kondisi tersebut Swis dan Indonesia
( U N E P, 2 0 0 7 ) d a l a m k e r a n g k a (Indonesian-Swiss Country-Led Initiative)
konvensi Basel. atau disebut dengan CLI berinisiasi untuk
Kemitraan tersebut juga telah mengundang pemain-pemain kunci
membahas perlunya perbaikan dalam hal berdiskusi secara informal tentang isu-isu
evaluasi dan atau uji serta pelabelan untuk yang berkaitan dengan perpindahan lintas
menentukan maksud dan tujuan dari produk batas limbah berbahaya khususnya ke negara
elektronik bekas (digunakan kembali, diambil berkembang. Beberapa isu tersebut adalah
materialnya, daur ulang, atau dibuang). kejelasan definisi limbah berbahaya, aspek
Pembedaan antara sampah dan bukan sampah sosial ekonomi perpindahan lintas batas,
179
FX. Joko Priyono, Pengendalian Perdagangan Sampah Elektronik
misalnya di kota-kota sekitar Jakarta (Bogor, rekondisi dapat ditemui dengan mudah di
Depok, Tangerang, Bekasi) yang sebagian banyak tempat; 3. pembakaran yang terbuka
besar hasil dari perdagangan elektronik bekas dan pembuangan merupakan alternatif
(used-electronic trading). Segmen pasarnya terakhir terhadap sampah elektronik yang
tidak seberapa untuk produk rekondisi dan sudah tidak bisa dimanfaatkan setelah
daur ulang. Elektronik bekas atau sampah disortir, dilebur, dan direkondisi; 4. ada
elektronik biasanya di dalam dokumen import perusahaan resmi yang bergerak di bidang
disebut dengan rongsokan logam (metal peleburan sampah elektronik.
scrap) atau peralatan kantor yang diimpor Secara keseluruhan baik dari aspek
dari AS masuk ke wilayah industri berikat di kajian perjanjian internasional dan kebijakan
Jawa Timur untuk produk rekondisi. Produk nasional menunjukan bahwa komitmen untuk
tersebut kemudian diekspor ke China, Taiwan melestarikan bumi dari masuknya limbah B3
termasuk sampah elektronik masih
and Hong. Kegiatan yang dilakukan dalam
ditemukan penyimpangan. Pelestarian
kawasan tersebut adalah pembongkaran (TV,
lingkungan dan kesehatan manusia masih
CPU and PC monitor), pengecekan masih
diletakan di bawah kepentingan politik
berfungsi atau tidak elektronik bekas (CRTs), ekonomi untuk sekedar mengejar target
penghancuran (TV casing & PC monitor), pertumbuhan ekonomi. Slogan pembangunan
peleburan (metal parts). Di kawasan industri berkelanjutan masih sebatas retorika dan pada
berikat Jawa Timur, beberapa industri sampah tahap negosiasi formal. Program aksi masih
elektronik telah memiliki fasilitas peleburan terbentur pada masalah teknis hukum seperti
untuk menghasilkan batangan logam tidak adanya definisi sampah elektronik untuk
(Copper, Zinc).(Luckmi Purwandari, 2009) membedakan dengan produk elektronik
Selain itu, masuknya import elektrik bekas (second hand). Kekuatan konvensi
dan peralatan elektronik bekas atau sampah Basel hanya menyandarkan pada kebijakan
elektronik di Pulau Batam (dalam dokumen domestik negara-negara anggota. Sementara
dinyatakan sebagai rongsokan logam atau pada kebijakan domestik Indonesia secara
peralatan kantor) sebagian besar legal formal sudah bagus namun lemah dalam
dikategorikan sebagai limbah B3. aspek kelembagaan, penegakan hukum, dan
Membutuhkan biaya ekstra jika dikirim ke kesadaran masyarakat, serta tidak adanya data
fasilitas-failitas resmi (legal). Sebagian besar resmi soal sampah elektronik.
juga diserahkan ke perusahaan-perusahaan C. Simpulan
penghancur (bisa bayar atau tidak bayar). Pengendalian perdagangan sampah
Namun ada yang pembuangan PCBs di Sei elektronik sangatlah kompleks, tidak hanya
Sei Lekong Tanjung Uncang. Dari hasil masalah hukum semata tetapi juga masalah
Focus Group Discussion (FGD) tanggal 10- ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.
11 Agustus 2016 disimpulkan sampah Dari aspek kajian perjanjian internasional,
elektronik yang masuk di Batam berasal dari sampah elektronik telah menjadi bagian dari
Singapura dilakukan secara ilegal dan dibantu Konvensi Basel yang melarang adanya
oleh oknum TNI. Barang tersebut dianggap perpindahan lintas batas limbah B3. Larangan
tersebut juga telah ditindaklanjuti melalui
sebagai barang bekas (second hand) seperti
Basel Ban Amandemen, namun sayangnya
kulkas, LCD, laptop, hand phone, kipas angin
belum berlaku efektif karena terkendala
yang dijual kembali di tempat-tempat tertentu
ratifikasi. Dalam konteks perjanjian WTO,
yang jelas dapat dilihat seperti di Pasar Jodo, tidak ada larangan untuk ekspor dan impor
Mall, sepanjang jalan menuju Tanjung produk elektronik bekas serta tidak dibedakan
Sengkuang Batam. dengan sampah elektronik. Sudah
Hasil temuan menjelaskan bahwa: 1. semestinya, aspek lingkungan untuk
tidak ada data resmi soal import sampah menyelamatkan bumi dari kerusakan serta
elektronik. Sampah elektronik dimanipulasi dalam rangka melindungi kesehatan manusia
dalam dokumen import sebagai rongsokan menjadi prinsip dasar dalam berhukum
logam atau peralatan kantor; 2. perdagangan maupun bertindak dalam pengendalian
import produk elektronik bekas dan produk sampah elektronik. Pengendalian
181
FX. Joko Priyono, Pengendalian Perdagangan Sampah Elektronik
182
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 47 No. 2, April 2018, Halaman 175-183
183