1 PB PDF
1 PB PDF
Volume 16 Nomor 1 33
ABSTRAK
Salah satu zat tambahan yang memiliki peran khusus dalam formulasi sediaan tablet adalah
bahan pengikat. Artikel ini mengulas tentang pengaruh bahan pengikat terhadap sifat fisik
tablet. Data-data mengenai penggunaan bahan pengikat tablet telah dikumpulkan berdasarkan
hasil pemeriksaan sifat fisik granul dan sifat fisik sediaan tablet yang terdiri dari beberapa
pengujian. Hasilnya disimpulkan bahwa penggunaan bahan pengikat seperti tepung agar,
PVP, gelatin, amilum, maltodekstrin, pati biji Durian, tragakan, getah kulit buah Pisang
Goroho, dan pati biji Cempedak dapat digunakan sebagai bahan pengikat, dan diantara bahan
pengikat tersebut ada beberapa yang berpengaruh terhadap sifat fisik tablet.
ABSTRACT
One of the additives that has a special role in the formulation of a tablet dosage is a binder.
This article reviews the effect of the binder on the physical properties of the tablet. Data on
the use of tablet binder have been collected based on the results of examination of the
physical properties of granules and physical properties of tablet preparations consisting of
several tests. The result concluded that the use of binders such as agar flour, PVP, gelatin,
starch, maltodextrin, Durian seed starch, tragakan, sap of Goroho banana peel, and
Cempedak seed starch can be used as a binder, and among the binder there are some that
affect the physical properties of the tablet.
ditimbang satu per satu tidak boleh lebih yang masih terdapat dalam tablet
dari dua tablet yang masing-masing (Sulaiman, 2007).
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata Pengujian waktu hancur tablet
yang telah ditetapkan kolom A (lebih besar menggunakan disintegration tester.
dari 5%) dan tidak satupun tablet yang Diambil 6 tablet, dimasukkan ke dalam
bobotnya menyimpang dari bobot rata–rata masing-masing tabung pada alat. Tabung
yang ditetapkan kolom B (lebih besar dari dinaik-turunkan secara teratur 30 kali
10%) (Depkes RI, 1979). permenit di dalam medium air. Tablet
Kekerasan tablet, dilakukan dinyatakan hancur jika tidak ada bagian
menggunakan alat penguji kekerasan yang tertinggal di atas kasa. Dicatat waktu
(hardness tester). Diambil 6 tablet, satu per hancur tablet yang terakhir kali hancur
satu tablet diletakkan dengan posisi tegak dengan stopwatch (Depkes RI, 1995).
lurus pada alat. Selanjutnya diputar Waktu hancur untuk tablet tidak bersalut
penekan alat pelan-pelan sampai tablet adalah kurang dari 15 menit. Hasil uji
pecah. Dibaca skala alat yang waktu hancur yang baik tidak menjamin
menunjukkan kekerasan tablet dalam bahwa disolusi tablet juga akan baik,
satuan kg (Voight, 1994). Kekerasan tablet karena waktu hancur bukan suatu ukuran
yang baik berkisar antara 4-6 kg (Parrott, disolusi tablet (Sulaiman, 2007).
1971). Berikut adalah penggunaan bahan-
Uji kerapuhan tablet bahan pengikat yang berpengaruh terhadap
mengambarkan kekuatan tablet yang sifat fisik tablet.
berhubungan dengan kekuatan ikatan
partikel pada bagian tepi atau permukaan Tepung Agar
tablet. Pengujian dilakukan menggunakan Secara keseluruhan, penambahan
friability tester. Kerapuhan tablet jumlah tepung agar sebagai bahan pengikat
memenuhi syarat bila kurang dari 1.% tablet pada penelitian Kurniawan dkk
(Parrott, 1971). Semakin besar harga (2013) kurang berpengaruh terhadap sifat
persentase kerapuhan, maka makin besar fisik tablet yang telah dibuat. Terlihat tidak
massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang ditemukan keteraturan dalam hal sifat fisik
tinggi akan mempengaruhi kadar zat aktif tablet pada formula 1 (0,5%), formula 2
yang masih terdapat dalam tablet. Tablet (1%), formula 3 (1,5%), dan formula 4
dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (2%). Jumlah tepung agar yang
(tablet dengan bobot yang kecil), adanya ditambahkan, berdasarkan pada jumlah
kehilangan massa akibat rapuh tentunya yang biasa ditambahkan ke dalam formula
akan sangat mempengaruhi kadar zat aktif suatu tablet sebagai bahan pengikat (Rowe
Farmaka
Volume 16 Nomor 1 37
dkk., 2003). Berdasarkan analisis statistik kerapuhannya kecil dan waktu hancurnya
yang dilakukan, disimpulkan bahwa lama. Amilum sebagai bahan pengikat
penambahan kadar tepung agar tidak menghasilkan tablet ekstrak temulawak
memberikan perbedaan yang bermakna yang kekerasannya kecil, kerapuhannya
terhadap waktu hancur tablet. relatif besar, waktu hancur cepat. PVP
PVP sebagai bahan pengikat menghasilkan
Berdasarkan penelitian yang tablet ekstrak temulawak yang
dilakukan Soedirman dkk (2009), PVP K- kekerasannya kecil, kerapuhannya relatif
30 (Kollidon *30 powder, PT BASF besar dan waktu hancurnya cepat.
Indonesia) dapat digunakan sebagai bahan Maltodekstrin
pengikat dalam keadaan kering maupun Pada penelitian Anwar dkk (2004),
mucilago tetapi menghasilkan tablet yang kondisi pembuatan maltodekstrin yang
tidak memenuhi syarat waktu hancur. dilakukan tersebut berdasarkan rentang
Semakin besar konsentrasi PVP yang nilai DE (dextrose equivalent) yang terdiri
digunakan sebagai bahan pengikat kering dari 1-5, 10-15, 15-20, dam 35-40.
menghasilkan sifat alir yang semakin kecil, Maltodekstrin DE 1-5 dapat
nilai kekerasan menurun, semakin besar digunakan sebagai bahan pengikat tablet
kerapuhan, dan semakin pendek waktu cara cetak langsung sebesar 30-35%
hancur. Sedangkan PVP yang ditambahkan dengan INH sebagai model obat, sebesar 2-
dalam bentuk mucilago, semakin 5% sebagai pengikat tablet yang diproses
meningkat konsentrasinya, semakin baik dengan cara granulasi basah menggunakan
waktu alir granul, semakin meningkat piridoksin HCl sebagai model obat, bahkan
kekerasan, semakin menurun kerapuhan, lebih baik dari HPMC. Selanjutnya
dan waktu hancur semakin lama. maltodekstrin DE 15-20 dapat digunakan
Terdapat perbedaan yang nyata sebagai bahan pengisi, pengikat dan
antara metode penambahan PVP sebagai penghancur dalam tablet yang diproses
bahan pengikat terhadap fisis tablet asam cara cetak langsung menggunakan
mefenamat. PVP lebih efektif sebagai furosemid sebagai model obat.
bahan pengikat dalam bentuk larutan Pati Biji Durian
daripada kering. Penggunaan pati biji durian sebagai
Gelatin, Amilum, PVP bahan pengikat tablet dalam penelitian
Gelatin sebagai bahan pengikat Jufri dkk (2006) disimpulkan bahwa pati
tablet ekstrak temulawak yang dilakukan biji durian dapat digunakan sebagai bahan
oleh Ariswati dkk (2010) menghasilkan pengikat tablet ketoprofen granulasi basah.
tablet yang kekerasannya relatif besar, Tablet yang menggunakan pati biji durian
Farmaka
Volume 16 Nomor 1 38
sebagai bahan pengikat memiliki waktu sesuai persyaratan tablet. Dan untuk getah
hancur yang lebih cepat dari pada tablet kulit buah Pisang Goroho dengan
yang menggunakan pati singkong sebagai konsentrasi 15% belum memenuhi kriteria
bahan pengikat. Kedua formula tablet yang diharapkan.
ketoprofen tidak memenuhi syarat uji Pada konsentrasi 25% memenuhi
disolusi pada Farmakope Indonesia edisi semua persyaratan meliputi uji
IV. organoleptik, kadar air, sifat alir, sudut
Tragakan diam, penampilan fisik, keseragaman
Ketiga formula dengan peningkatan bobot, keseragaman ukuran, kekerasan,
konsentrasi pengikat yaitu tragakan 5%, kerapuhan dan waktu hancur tablet. Dari
tragakan 7,5% dan tragakan 10%, hasil penelitian dapat disimpulkan pada
menghasilkan tablet hisap ekstrak jahe konsentrasi 25% memenuhi persyaratan
yang memenuhi persyaratan sifat fisik sebagai bahan pengikat pada sediaan tablet
tablet hisap yang baik. Tragakan sebagai klorfeniramin maleat.
pengikat dapat menghasilkan tablet hisap Pati Biji Cempedak
ekstrak jahe dengan daya ikat yang optimal Eksipien polimer alam yang sering
pada konsentrasi 10% (b/v) (Taurina dkk., digunakan sebagai bahan pengikat dalam
2013). pembuatan tablet adalah pati. Pati yang
Getah Kulit Buah Pisang Goroho umumnya digunakan adalah pati singkong,
Berdasarkan asumsi yang beredar jagung, gandum, kentang dan beras (Wade,
dimasyarakat dan karakteristiknya, getah 1994).
kulit buah Pisang Goroho (Musa Dari penelitian Sapri dkk (2012),
acuminafe L) memiliki daya rekat yang disimpulkan bahwa pati biji cempedak
sangat kuat ketika mengenai kulit. Hal ini dapat digunakan sebagai bahan pengikat
didasari oleh kemampuan dari getah buah dalam pembuatan tablet parasetamol secara
pisang dalam menyembuhkan luka bakar, granulasi basah. Semakin tinggi
sebagai antiseptik dan antioksidan konsentrasi pati biji cempedak yang
(Muhibuddin dkk., 2014). Penelitian getah digunakan, maka sifat fisik tablet yang
kulit buah Pisang Goroho sebagai bahan dihasilkan semakin baik. Dalam penelitian
pengikat tablet yang dilakukan Hano dkk ini, pati biji cempedak dapat digunakan
(2015) disimpulkan bahwa getah kulit buah sebagai bahan pengikat tablet dan
Pisang Goroho sebagai bahan pengikat memberikan sifat fisik tablet yang baik
pada formulasi sediaan tablet pada konsentrasi 8% dan 10%. Pada
klorfeniramin maleat dengan konsentrasi konsentrasi 8% menghasilkan tablet
25% dapat memenuhi kriteria yang baik dengan bobot rata-rata 288,5 mg (%
Farmaka
Volume 16 Nomor 1 39
penyimpangan 4,33%), kekerasan tablet Ariswati, Widya C., Agus Siswanto, dan
Dwi Hartanti. 2010. Pengaruh
4,3 kg/cm2 dan waktu hancur 3 menit 13
Gelatin, Amilum dan PVP sebagai
detik. Pada konsentrasi 10% menghasilkan bahan Pengikat terhadap Sifat Fisik
Tablet Ekstrak Temulawak
tablet dengan bobot rata-rata 299,8 mg (%
(Curcuma Xanthorrhiza, Rxob).
penyimpangan 3,94%), kekerasan tablet PHARMACY. 07(02): 58-66.
5,6 kg/cm2 dan waktu hancur 4 menit 27
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia.
detik. Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
SIMPULAN
Berdasarkan data-data yang Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia.
Edisi IV. Departemen Kesehatan
diperoleh, disimpulkan bahwa tepung agar,
Republik Indonesia. Jakarta.
PVP, gelatin, amilum, maltodekstrin, pati
Hano, Lemborano N., Paulina Y, dan
biji durian, tragakan, getah kulit buah
Hamidah S. 2015. Formulasi Tablet
pisang goroho, dan pati biji cempedak Klorfeniramin Maleat dengan
Bahan Pengikat Getah Kulit Buah
dapat digunakan sebagai bahan pengikat
Pisang Goroho (Musa Acuminafe
dan diantara bahan pengikat tersebut ada L) menggunakan Metode Granulasi
Basah. PHARMACON, Jurnal
yang berpengaruh terhadap sifat fisik
Ilmiah Farmasi UNSRAT, 4(3): 29-
tablet, dilihat berdasarkan hasil 33.
pemeriksaan sifat fisik granul dan tablet
Jufri, Mahdi., Rosmala Dewi dan Akhmad
yang telah dilakukan dalam masing-masing RF. 2006. Studi Kemampuan Pati
Biji Durian sebagai Bahan Pengikat
penelitian.
dalam Tablet Ketoprofen secara
UCAPAN TERIMA KASIH Granulasi Basah. Majalah Ilmu
Kefarmasian, III(2): 78-86.
Penulis menyampaikan terima kasih
kepada Bapak Patihul Husni selaku dosen Kurniawan, Dhadhang W., Adi Yugatama,
dan Rahajeng PA. 2013.
pembimbing yang telah mendukung proses
Penggunaan Tepung Agar sebagai
penulisan artikel tinjauan ini. Pengikat dalam Tablet Antidiabetes
Ekstrak Etanol Bawang Merah.
DAFTAR PUSTAKA
Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi,
Anwar, Effionora., dkk. 2004. 1(1): 8-16.
Pemanfaatan Maltodekstrin Pati
Terigu sebagai Eksipien dalam Lachman L., Lieberman H. A., Kanig J. L.
Formula Sediaan Tablet dan 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Niosom. Majalah Ilmu Industri diterjemahkan oleh Suyatni
Kefarmasian, I(1): 34-46. S., Edisi II, UI Press. Jakarta.
Rowe, Raymond C., Paul J. Sheskey, dan Voight, R. 1994. Buku Pelajaran
Paul J. Weller. 2003. Handbook of Teknologi Farmasi, Edisi V.
Pharmaceutical Excipient, Penerjemah Soendani Noerono.
Pharmaceutical Express and UGM Press. Yogyakarta. Hal. 217-
American Pharmaceutical 222.
Association, Washington.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran
Rudnic, E.M. and Kottke, M.K., 1996. Teknologi Farmasi (Terjemahan).
Tablet Dosage Forms, in Modern Universitas Gadjah Mada.
Pharmaceutics (Banker, G.S. and Yogyakarta.
Rhodes, C.T., Eds), 3rd Ed., Marcel
Dekker, New York, Basel, Hong Wade, A dan Weller, P.J (eds). 1994.
Kong, 333- 394. Handbook of pharmaceutical
excipient. 2nd ed. Washington:
Sapri, Dedi Setiawan, dan Rizki K. 2012. American Pharmaceutical
Pengaruh Penggunaan Pati Biji Association.
Cempedak (Arthocarpus
Champeden Lour) sebagai Bahan
Pengikat terhadap Sifat Fisik Tablet
Parasetamol secara Granulasi
Basah. J. Trop. Pharm. Chem, 2(1):
47-61.