Laporan Emulsi
Laporan Emulsi
Tujuan Percobaan
suspensi.
B. Tujuan Instruksional
C. Dasar Teori
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi ataua surfaktan
yang cocok.
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang
Emulsi adalah dua fase yang salah satu terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk
2. Macam-macam Emulsi
penutup dari minyak obatnya untuk menutupi rasa tidak enak, zat perasa diberikan
Emulsi parenteral telah diselidiki untuk penggunaan makanan dan minyak obat
untuk hewan dan manusia. Penggunaan emulsi parenterol meminta perhatian khusus
selama produksi seperti pemilihan emulgator ukuran dan kesamaan butiran tetes pada
penggunaan intravena.
Baik bentuk minyak dalam air atau air dalam minyak yang dapat dipakai untuk
pemakaian kulit dan memoran mukosa dengan proses emulsi kemungkinan terbentuk
Terdapat emulgator
Sediaan emulsi yang baik adalah sediaan emulsi yang stabil, dikatakan stabil
apabila sediaan emulsi tersebut dapat mempertahankan distribusi yang teratur dari fase
terdispersi dalam jangka waktu yang lama. (R. Voight hal 434)
Sediaan emulsi secara umum terdiri dari bahan aktif dan juga tambahan
Paraffin cair
Curaubitae semin
minyak dan air. Emulgator juga mengurangi tegangan antar muka antara fase sehingga
1) Gom Arabikum
Menambahakan sekaligus 1 1/2 bagian kepada gom itu, kemudian digerus sampai
2) Merah telur
Merah telur digerus dalam mortar dengan 3ml air dan kemudian ditambahkan
3) Tragakan
Mula-mula tragakan digerus dengan air yang 20 kali banyaknya, kepada mucilago
ini ditambahkan bergantian sejumlah kecil minyak dan air, sangatlah perlu menamabahkan
minyak dalam jumlah lebih kecil. 1 gram tragakan = 10 gram gom arab.
4) Carboxymethyloellulose (CMC)
Larutannya dibuat dengan jalan menuangi zat dengan air didih dan membiarkannya
beberapa
Asam benzoat
Prophylparaben (nipasol)=0,01-0,02%
d. Antioksidan
Asam askorbat
Asam sitrat
Askorbil
Sulfit
menyengat
Oleum citri
Oleum ricini
Oleum cinamommi
Vanillium
Zat pewarna ditambahkan agar menutupi penampilan yang tidak menarik dan
meningkatkan
Eritrosin
Tartrozin
Roosberry red
Zat perasa ditambahkan agar menutupi rasa dari minyak, sehingga dapat menarik
bagi anak-anak.
Gliserin : >20%
Sukrosa : 67%
formula yang digunakan untuk membuat corpus emulsi adalah 4 bagian minyak, 4 bagian
air, dan 4 bagian gom (atau emulgator). Sedangkan pada metode Kontinental, formulanya
adalah “4:3:2”. Setelah corpus emulsi ini terbentuk, bahan – bahan formulatif cair lainnya
yang larut dalam fase luar, ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk. Ada pun
zat – zat formulatif lainnya yang berbentuk padat seperti pengawet, stabilizer, pewarna,
perasa, dll dilarutkan dalam fase luar terlebih dahulu sebelum ditambahkan ke dalam
corpus emulsi. Sedangkan zat – zat formulatif yang dikhawatirkan akan mengganggu
Zat pengemulsi ditambahkan kedalam air (zat pengemulsi umumnya larut dalam
Metode ini cocok untuk pembuatan emulsi yang berisi minyak – minyak menguap
dan mempunyai viskositas rendah. Serbuk gom dimasukkan ke botol kering, tambah 2
bagian air dan dikocok kuat dalam keadaan botol tertutup rapat. Tambahkan minyak dan
air secara bergantian sedikit demi sedikit sambil terus dikocok setiap kali dilakukan
penambahan air dan minyak. Metode ini kurang cocok untuk minyak kental karena
viskositasnya yang terlalu tinggi sehingga sulit untuk dikocok dan dicampur dengan gom
dalam botol.
Kajian Preformulasi
Pemerian : Cairan kuning pucat, bau khas, agak manis, tidak tengik, rasa khas.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol 95% P, mudah larut dalam kloroform P,
dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P.
Stabilitas : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, terisi penuh.
RM\BM : H2O\18,02
Pemerian : Putih, rasa tawar seperti lendir, tidak berbau, bentuk butir bulat telur
Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan
Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar, mudah
viskositas
higroskopis.
Kelarutan : Dapat campur dalam air, dengan etanol (95%) P dan dengan
Stabilitas : Pada wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya, disimpan pada
permanganat
Pemerian : Cairan, kuning pucat, bau lemah, rasa tawar, tidak membeku pada
suhu 0o
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform P,
hidroksida
D. Formulasi
a. Formula Standar
Minyak ikan 100 g
Gliserol 10 g
PGA 30 g
Oleum Cinnamomi gtt V1
Aquadest ad 215 g
b. Formula usulan
Tiap 5 ml mengandung :
Minyak ikan 2,4 g
Propilenglikol 0,24 g
PGA 0,7 g
Oleum Cinnamomi gtt I
Aquadest ad 5g
Alat : Mortir
Stamper
Gelas kimia
Cawan uap
Gelas ukur
Corong
PGA
Propilenglikol
Oleum sesami
Aquades
= 28,8 g
b. Propilenglikol
60 𝑚𝑙
= x 0,24 g
5 𝑚𝑙
= 2,88 g
c. PGA
60 𝑚𝑙
= x 0,7 g
5 𝑚𝑙
= 8,4 g
d. Oleum sesami
2 tetes
f. Aquadest ad 60 ml
G. Prosedur
Kalibrasi botol 60 ml
Timbang bahan
kemasi
H. Pembahasan
Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamik tidak stabil, terdiri dari paling
sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair yang lainnya. Sistem ini biasanya
distabilkan dengan adanya emulsi. Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak
dan air. Berdasarkan fase terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu :
a. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi di dalam fase air.
b. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi di dalam fase minyak
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan faktor yang
penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang
digunakan. Salah satu emulgator yang banyak digunakan adalah zat aktif permukaan atau
lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerja emulgator ini adalah menurunkan tegangan
antar permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul
fase terdisperisnya. Tipe emulsi dapat ditentukan dari jenis surfaktan digunakan. Secara
kimia, molekul surfaktan terdiri atas gugus polar dan non polar. Apabila surfaktan
dimasukkan ke dalam sistem yang dari air dan minyak, maka gugus polar akan terarah ke fasa
air sedangkan gugus non polar terarah ke fasa minyak. Surfaktan yang mempunyai gugus
polar lebih kuat akan cenderung membentuk emulsi minyak dalam air, sedangkan bila gugus
non polar yang lebih kuat maka akan cenderung membentuk emulsi air dalam minyak.
Pada percobaan kali ini menggunakan emulgator alam yaitu PGA. PGA merupakan
emulgator yang mudah larut dalam air. Maka dari itu digunakan lah pembuatan emulsi
dengan metode basah. Metode basah yaitu suatu metode dalam pembuatan emulsi dengan
cara zat pengemulsi ditambahkan kedalam air (zat pengemulsi umumnya larut dalam air)
Minyak ikan merupakan sumber vitamin A dan D yang sangat penting bagi pertumbuhan
anak.
Selain zat aktif dan emulgator, dalam sediaan emulsi ditambahkan juga zat
berfungsi sebagai pemanis untuk menutupi rasa yang tidak enak dari minyak ikan.
Jenis emulsi minyak ikan ini yaitu tipe minyak dalam air. Karena jumlah fase
minyak yang ditambahkan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah fase air. Minyak ikan
akan terdispersi didalam air membentuk globul-globul yang telah di lapisi oleh emulgator.
Emulsi merupakan salah satu sediaan yang kurang stabil. Adapun faktor-faktor
Adapun parameter ketidakstabilan suatu emulsi dalam percobaan ini adalah terjadinya
Fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yang disebabkan oleh adanya
energi permukaan bebas saja. Flokulasi adalah terjadinya kelompok-kelompok globul yang
letaknya tidak beraturan di dalam suatu emulsi. Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan
dengan kosentrasi yang berbeda-beda di dalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi
yang paling pekat akan berada di sebelah atas atau di sebelah bawah tergantung dari bobot
Fenomena ini tejadi bukan semata-mata karena energi bebas permukaan tetapi juga
karena tidak semua globul terlapis oleh film antar permukaan. Koalesen adalah terjadinya
lebih lanjut pada keadaan koalesen dimana kedua fase ini terpisah kembali menjadi
dua cairan yang tidak bercampur. Kedua fenomena ini tidak dapat diperbaiki kembali dengan
pengocokan.
I. Kesimpulan
1. Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamik tidak stabil, terdiri
dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair yang
lainnya.
emulsi.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen kesehatan RI:
Jakarta
Dirjen POM, (1995), Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen kesehatan RI:
Jakarta
Ansel, H.C,. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV. Terjemahan
Farida Ibrahim. UI Press: Jakarta.
Anief, Moh. 2005. Ilmu Meracik Obat cetakan XII. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.