Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Guru dituntut memiliki kemampuan mengelola komponen-komponen
pembelajaran, yang dapat membuat suasana proses belajar mengajar efektif.
Ketertiban dalam proses belajar mengajar didambakan oleh setiap para pendidik
dan peserta didik, untuk itu guru harus mampu merubah suasana kelas yang dapat
membuat siswa dalam proses belajar bersemangat, mempunyai tantangan dan
berkeleluasaan.
Seorang guru idealnya menguasai teknik-teknik pengelolaan kelas. Guru
yang dapat menerapkan prinsip kehangatan dan keantusiasan dalam proses belajar
mengajar akan lebih disenangi oleh para peserta didik. Selain itu guru harus dapat
menerapkan prinsip tantangan dalam proses belajar sebagai bahan motivasi
bagisiswa untuk belajar lebih giat.
Namun pada kenyataannya tidak semua guru mempunyai keterampilan
kelas yang memadai dalam proses belajar mengajar. Banyak di antaranya yang
melaksanakan proses belajar mengajar apa adanya saja. Proses belajar mengajar
hanya berupa penyampaian informasi dari guru kepada perserta didik. Terkadang
guru tidak memperhatikan hal-hal yang menunjang terlaksanakanya proses belajar
mengajar dengan baik dan efesien. Misalnya dengan tidak pernah menciptakan
keakraban dengan siswa, mengabaikan prinsip bervariasi belajar dan sebagainya.
Dalam proses belajar dan mengajar juga tidak lepas dari masalah-masalah
yang dihadapi oleh seorang pendidik, hal inilah yang berusaha kami teliti
disekolah-sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah
akhir guna mengetahaui masalah, penyebab dan solusi yang tepat untuk
menciptkan kelas yang efektif.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah masalah yang dihadapi seorang guru terhadap perilaku siswa
yang menggangu proses belajar dan mengajar ?
2. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya masalah ?
3. Apakah solusi atau upaya yang dilakukan seorang guru terhadap siswa
yang menganggu proses belajar dan mengajar ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui masalah yang dihadapi seorang guru terhadap perilaku
siswa yang menggangu proses belajar dan mengajar.
2. Mengetahui penyebab terjadinya masalah
3. Mengetahui solusi atau upaya yang dilakukan seorang guru terhadap
siswa yang menganggu proses belajar dan mengajar

2
BAB II

HASIL WAWANCARA

2.1 IDENTITAS SUBJEK WAWANCARA


1. Nama : Nur Aliah. S.Pd
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : Ujung Pandang 05 Juni 1967 (50 tahun)
Agama : Islam
Mata pelajaran : Semua bidang kecuali PAI dan Penjas
Sarjana : D2 Bahasa Indonesia dan S1 PGSD
Kelas mengajar : 6 (enam)
Jarak rumah : ± 3 km
Sekolah : SD Gunung Sari 1 dan 2
Masalah :
a. Kemampuan anak menerima pelajaran yang berbeda-beda sehingga guru
harus menyesuaikan dengan siswa yang lambat dalam menyerap
pelajaran
b. Masih ada yang belum bisa membaca di kelas 6 SD disebabkan adanya
kelainan pada siswa namun orang tua siswa tidak memasukkan anaknya
ke sekolah khusus
c. Masalah keributan siswa dalam kelas
Penyebab :
a. Faktor dari keluarga, guru harus mempelajari latar belakang dari setiap
siswa karena karakter siswa sangat ditentukan oleh keluarganya
b. Anak yang hiperaktif, anak harus diperlakukan khusus
Solusi :
Guru harus menguasai kelas dengan baik
Indikator tertib :
Indikator tertib kurang berfungsi sebab siswa terkadang membuang-buang
waktu dengan bermain tanpa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru
Model pembelajaran :
Model pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan materi dan
suasana kelas
2. Nama : Satriani. S.Ag
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 06 Oktober 1992
Agama : Islam
Mata pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Sarjana : Pendidikan Agama Islam

3
Kelas mengajar : 1 sampai 6
Jarak rumah : ± 5 km
Lama mengajar : 7 tahun
Sekolah : SD Gunung Sari 1 dan 2
Masalah :
a. Perkelahian
b. Saling mengejek
c. Tidak mengerjakan tugas
Penyebab :
a. Siswa mulanya hanya bermain-main dan saling mengejek kemudian jadi
berkelahi
b. Kurangnya perhatian orang tua pada anak sehingga tugas anak menjadi
terbengkalai
Solusi :
a. Memberikan pengertian mengenai mana yang baik dan buruk
b. Menanamkan nilai-nilai agama pada siswa
Indikator tertib :
Tidak ada indikator tertib didalam kelas. Hanya menggunakan perarturan
pada umumnya yang ada pada sekolah tidak ada peraturan khusus dari guru
Model pembelajaran :
Menyeseuaikan dengan materi pelajaran
3. Nama : Hasriani. S.Pd
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : Ujuang Pandang 25 Juli 1978
Agama : Islam
Mata pelajaran : IPS Terpadu
Sarjana : Pendidikan Sejarah UNM 1997
Kelas mengajar : 7 (tujuh)
Jarak rumah : ± 2 km
Sekolah : SMP PGRI 1 Tamalate Makassar
Masalah :
a. Masalah fokus siswa terutama karena masuk siang.
b. Siswa jarak masuk sekolah
c. Kenakalan siswa
Penyebab :
a. Faktor orang tua yang kurang memperhatikan anak terutama yang harus
berjualan dulu sebelum ke sekolah sehingga siswa sering terlambat
b. Lingkungan siswa berada sangat mempengaruhi karakternya
Solusi :

4
a. Memberikan jargon-jargon yang dapat mengembalikan fokus dan
semangat siswa. Tidak memulai pelajaran sampai siswa benar-benar
fokus pada guru.
b. Melakukan pendekatan kepada siswa
Indikator tertib :
a. Harus datang tepat waktu
b. Model rambut harus tertata rapi (pemeriksaan setiap tanggal 10)
c. Tidak boleh membawa benda tajam. Pernah ada kejadian siswa yang
memukul temannya dengan mistar besi sehingga siswa dilarang memakai
mistar besi
d. Ada guru yang piket tiap harinya khusus untuk mengawasi siswa
Model pembelajaran :
Tergantung situasi dan materi yang diajarkan namun model ceramah dan
diskusi lebih dominan
4. Nama : Rahmawati Z. S.Pd
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : Ujuang Pandang 30 November 1985
Agama : Islam
Mata pelajaran : Bahasa Inggris
Sarjana : Pendidikan Bahasa Inggris
Kelas mengajar : 8 (delapan)
Jarak rumah : ± 2 km
Sekolah : SMP PGRI 1 Tamalate Makassar
Masalah :
Perbedaan karakter siswa yang membuat sulit karena harus menyesuaikan
setiap karakter dalam pemberian pelajaran
Penyebab :
Faktor keluarga dan lingkungan sangat mempengaruhi karakter siswa
Solusi :
a. Selalu bergerak untuk memantau siswa
b. Pembagian kelompok harus menyesuaikan karakter
Indikator tertib :
Indikator tertib berjalan dengan baik sebab siswa bekerja terus dan tanpa
membuang-buang waktu sebab setiap siswa diberikan tugas masing-masing
dalam sebuah kelompok
a. Tidak boleh menyentuh pulpen atau menulis ketika guru menjelaskan
b. Tulisan tidak mesti persis sama dengan guru asal siswa sudah memahami
dan bisa membahasakan dengan bahasanya sendiri
Model pembelajaran :
Tergantung situasi dan materi yang diajarkan

5
5. Nama : Musdalifa
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : Makassar 02 Juli 1990
Agama : Islam
Mata pelajaran : Bahasa Inggris, Matematika, Budaya Sulsel dan
Komputer
Sarjana : Sastra Bahasa Inggris
Kelas mengajar : 1 SD
Jarak rumah : Antang
Sekolah : Madania
Masalah :
a. Anak-anak yang kurang fokus
b. Hyperaktif
Penyebab :
Anak berkebutuhan khusus
Solusi :
a. Ditegur
b. Memanggil langsung face to face dan memberikan pengertian
c. Siswa diminta berhitung, hingga mereka kembali fokus pada pelajaran
Indikator tertib :
a. Sebelum memasuki pelajaran siswa diberikan waktu untuk bermain dan
melakukan hal-hal yang mereka inginkan sebelum memasuki pelajaran
b. Memberikan evaluasi

Model pembelajaran :
Tergantung situasi dan materi yang diajarkan

6. Nama : Rahmat Darmawan


Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 28 Tahun
Agama : Islam
Mata pelajaran : Berenang dan MAT (Music, Art and Teather)
Sarjana : S1 (Olahraga) dan S2 (Olahraga)
Kelas mengajar : 1-9 (Music)
Jarak rumah : BTP
Sekolah : Madania
Masalah :
Menghadapi anak berkebutuhan khusus harus dengan cara yang berbeda
Penyebab :
a. Anak belum mampu beradaptasi dengan lingkungan baru
b. Penyakit sejak kecil

6
Solusi :
a. Mengenal sistem madania secara bertahap
b. Menekankan pembentukan karakter mulai dari hal kecil seperti menutup
pintu dan lewat didepan orang
c. Khusus anak berkebutuhan khusus ada sistem Special Education Need
 Setiap guru mempunyai jadwal untuk mendampingi
 Mengadakan penyesuaian khusus
 Ada psikolog yang menangani dan memberikan tingkat penyakit siswa
sehingga guru dapat mengetahui cara menghadapinya
Indikator tertib :
Sangat menekankan karakter mulai dari hal-hal kecil yang membuat mereka
terbiasa dengan perilaku tersebut
Model pembelajaran :
Tergantung situasi dan materi yang diajarkan
7. Nama : Dra. Hj. Sanurung
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : Jeneponto 15 Juni 1957
Agama : Islam
Mata pelajaran : Sosiologi
Sarjana : Administrasi Keterampilan Dasar
Kelas mengajar : Seluruh kelas IPS
Jarak rumah : ± 2 km
Sekolah : SMU PGRI 2 Tamalate Makassar
Masalah :
a. Terlambat
b. Masalah ekonomi (Hampir 90% bekerja sebagai ART)
Penyebab :
a. Ada yang bekerja malam sehingga ngantuk disekolah
b. Tidak tinggal dengan orang tua
c. Pengaruh lingkungan
Solusi :
a. Lewat 15 menit dilarang masuk
b. Diberikan nasihat
Indikator tertib :
Kurang berlaku indikator tertib sebab siswa terlihat tidak fokus dan banyak
yang keluar masuk kelas
Model pembelajaran :
Tergantung situasi dan materi yang diajarkan

7
2.2 Kumpulan Masalah Yang Dihadapi Guru Dari Tingkat SD-SMA
Dari hasil wawancara yang telah kami lakukan maka ditemukan beberpa
masalah dari jenjang SD hingga SMA yaitu :
1. Kemampuan anak menerima pelajaran yang berbeda-beda sehingga
guru harus menyesuaikan dengan siswa yang lambat dalam menyerap
pelajaran
2. Perbedaan karakter siswa yang membuat sulit karena harus
menyesuaikan setiap karakter dalam pemberian pelajaran
3. Masih ada yang belum bisa membaca di kelas 6 SD disebabkan adanya
kelainan pada siswa namun orang tua siswa tidak memasukkan anaknya
ke sekolah khusus
4. Menghadapi anak berkebutuhan khusus harus dengan cara yang
berbeda
5. Kurangnya perhatian orang tua pada anak sehingga tugas anak menjadi
terbengkalai
6. Masalah keributan siswa dalam kelas (berkelahi, hyperaktif)
7. Anak-anak yang kurang fokus
8. Siswa yang Terlambat
9. Siswa bolos sekolah
10. Masalah ekonomi (Hampir 90% bekerja sebagai ART)

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik dan Perbedaan Individu


1. Pengertian Individu
Individu adalah manusia yang berkedudukan sebagai pribadi yang utuh,
pilah, tunggal dan khas. Ia sebagai objek yang merupakan suatu kesatuan psiko-
fisik dengan berbagai kemampuannya untuk berhubungan dengan lingkungan,
dengan sesama dan dengan Tuhan yang menciptakannya.
2. Karakteristik Individu
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity)
dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan
merupakan karakteritik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baikyang menyangkut
faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Pada masa lalu ada keyakinan,
kepribadiaan terbawa pembawaan (heredity) dan lingkungan; merupakan dua
faktor yang terbentuk karena faktor terpisah, masing-masing mempengaruhi
kepribadiaan dan kemampuan individu bawaan dan lingkungan caranya sendiri-
sendiri. Namun kemudian makin disadari bahwa apa yang dipikirkan dan
dikerjakan seseorang atau apa yang dirasakan oleh seorang anak remaja atau
dewasa, merupakan hasil dari perpaduan antara apa yang ada diantara faktor-
faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.
3. Perbedaan Individu
Gary 1963 (Oxendine, 1984: 317) mengategorikan perbedaan individual ke
dalam bidang-bidang berikut:
a. Perbedaan fisik : usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran,
penglihatan, dan kemampuan bertindak.
b. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga dan
suku
c. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
d. Perbedaan intelegensi dan kemampuan dasar.
e. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.

9
Perbedaan-perbedaan tersebut berpengaruh terhadap perilaku mereka di
rumah maupun di sekolah. Gejala yang dapat diamati adalah bahwa mereka
menjadi lebih atau kurang dalam bidang tertentu dibandingkan orang lain.
Sebagian manusia lebih mampu dalam bidang seni atau bidang ekspresi yang lain,
seperti olah raga dan keterampilan, sebagian lagi dapat lebih mampu dalam
bidang kognitif atau yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
a. Perbedaan Kognitif
b. Perbedaan Individual dalam Kecakapan Bahasa
c. Perbedaan dalam Kecakapan Motorik
d. Perbedaan dalam Latar Belakang
e. Perbedaan dalam Bakat
f. Perbedaan dalam Kesiapan Belajar
3.2 Mengelola Kelompok (Berkebutuhan) Khusus
Usia, tingkat kemampuan akademik, tujuan, minat, budaya dan latar
belakang keluarga dari para siswa memengaruhi perilaku mereka diruang kelas.
Akibatnya penyesuaian dalam pengelolaan dan praktik pembelajaran terkadang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kelompok yang berbeda-beda. Diantara
para siswa yang menghadirkan tantangan khusus adalah mereka yang belajar di
bawah atau di atas tingkat akademik rata-rata, mereka yang secara akademis atau
fisik terhambat. Ruang kelas dapat menyertakan semua kelas jenis siswa seperti
ini, yang menghadirkan tantangan mengajar yang khusus. Bekerja secara efektif
dengan para siswa yang memiliki tantangan mengajar yang khusus. Bekerja
secara efektif dengan para siswa yang memiliki kebutuhan daan kemampuan yang
berbeda-beda ini membutuhkan usaha yang khusus.
1. Mengidentifikasi Kelompok Berkebutuhan Khusus
Dalam merencanakan pengajaran ruang kelas, tentukan kisaran
pencapaian awal dalam mata pelajaran kemampuan dasar dan tingkatan di
mana siswa individual tidak dapat bekerja secara efektif dengan kurikulum
sesuai dengan kelasnya. Karakteristik lainnya seperti minat dan latar
belakang para siswa dapat mempengaruhi pembelajaran dan sebaiknya
dipertimbangkan saat anda merencanakan kegiatan dan menetapkan tujuan.

10
Terkadang informasi mengenai tingkat kemampuan siswa dapat
membantu mengidentifikasi kelompok bagi pengajaran, untuk
memasangkan para siswa untuk pengajaran tutor rekan sebaya, dan untuk
menciptakan kelompok kooperatif untuk kegiatan pembelajaran. Tiap-tiap
dari jenis kegiatan ini membutuhkan perencanaan dan pertimbangan
pengelolaan khusus.
2. Bekerja dengan Siswa Berkebutuhan Khusus
Penelitian mengenai para siswa dengan ketidakmampuan fisik,
mental atau emosional mendukung manfaat pemberian pengajaran dalam
least restrictive environment (LRE-lingkungan paling longgar), yang artinya
diantara rekan sebaya mereka yang tidak terhambat hingga tingkat yang
dimungkinkan. Selanjutnya telah diamanahkan secara sah bahwa para siswa
berkebutuhan khusus dilayani dalam LRE. Akibatnya semakin banyak dan
banyak lagi siswa dengan kebutuhan khusus dilayani dalam ruang kelas
pendidikan reguler dengan bentuan guru pendampingan khusus dari luar.
Memenuhi kebutuhan para siswa tersebut menghadirkan tantangan khusus
bagi para guru dengan ruang kelas yang penuh dengan anak-anak.
Untungnya, penelitian telah memberikan panduan spesifik untuk membantu
guru bekerja dengan siswa tersebut dalam cara-cara yang mempromosikan
penerimaan rekan sebaya mereka dan harga diri mereka serta prestasi
akademik mereka.
 Siswa dengan hambatan belajar
Meskipun masih belum ada konsensus mengenai definisi ringkas
dari ketidakmampuan belajar, tetapi karakteristik tertentu umunya
tampak. Salah satu ciri utama adalah mengalami lebih banyak kesulitan
dan prestasi yang lebih rendah dalam wilayah akademik tertentu daripada
yang akan diharapkan, yang didasarkan pada tingkat kemampuan
keseluruhan para siswa tersebut. Masalah umum lainnya yang dialami
oleh para siswa tersebut adalah disorganisasi dan kecenderungan
membingungkan yang menjadikan mereka melupakan sesuatu yang
sepertinya telah mereka pahami sepenuhnya beberapa saat yang lalu.

11
Yang sering kali menyertai kesulitan tersebut adalah rasa alamiah para
siswa berupa frustasi dan potensi adanya kemarahan atau keputusasaan
bersama dengan pandangan yang negatif terhadap diri mereka sendiri.
Para siswa dengan hambatan pembelajaran umumnya merespon
dengan baik terhadap pendekatan yang positif dan terstruktur dengan
kebiasaan yang dapat diprediksi. Akan tetapi, mereka mungkin
melupakan tahapan bahkan dalam kebiasaan yang lazim dan
membutuhkan banyak kesabaran dan pengulangan. Para siswa ini
membutuhkan lebih banyak bantuan daripada siswa lainnya dalam
belajar mengidentifikasi dan memberikan perhatian kepada isyarat
terkait. Tegaskan isyarat dan arahan relevan dan mintalah para siswa
mengulangi arahan dengan nyaring aggar yakin mereka mengerti apa
yang harus dilakukan. Tekankan mana yang benar ketimbang apa yang
mereka lakukan secara keliru.
Pembelajaran yang berlebihan penting bagi siswa tersebut terutama
karena masalah potensial mereka dalam hal mengingat. Ingatlah bahwa
akan lebih membantu untuk mendistribusikan banyak praktik tugas
pendek dalam satu periode waktu daripada melaksanakan praktik yang
lebih sedikit tetapi lama.
 Para siswa dengan masalah emosional atau perilaku
Dengan mengingat bahwa para siswa yang terdiagnosis memiliki
gangguan emosional sering kali berbeda dengan yang lain hanya dalam
tingkat emosionalitas mereka dan bukan pada perasaan yang mereka
miliki, dapat menghilangkan potensi kecemasan ketika harus berhadapan
dengan siswa jenis ini. Laporan psikologis mana pun yang ada dapat
sangat membantu, dijaga kerahasianny, dalam memberikan pencerahan
mengenai kenapa para siswa memiliki masalah tersebut dan dalam
menyediakan rekomendasi untuk berhasil bekerja bersama mereka.
Psikolog sekolah dan guru pendidikan khusus juga dapat membantu anda
memahami dan mendukung para siswa tersebut. Jika perilaku merupakan
salah satu masalah yang serius, sesuaikan ekspektasi: Abaikan perilaku

12
tidak pantas yang remeh, tetapi dorong perilaku yang dapat diterima dan
kurangi pemicu stres yang diketahui. Sebuah lingkungan yang positif,
mendukung, terstruktur dan dapat diprediksi membantu para siswa
merasa aman dan diterima.
Jika ada siswa yang cenderung memiliki emosi yang meledak-ledak
atau menjadi mudah frustasi dan marah dengan hebatnya, dorong usaha
yang mereka buat ke arah kontrol diri. Belajarlah untuk mengenali isyarat
perilaku yang mendahului ledakan tersebut sehingga dapat diantisipasi
dan mengintervensi untuk mencegah mereka kehilangan kontrol.
 Para siswa dengan defisit sosial yang serius (Disorder Spektrum
Autisme)
Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan jumlah siswa
dengan masalah kemampuan sosial yang parah yang didiagnosis
mengidap Austism Spectrum Disorder (ASD) juga dikenal sebagai
Disorder perkembangan mudah menyebar. Bentuk yang lebih ringan dari
disorder disebut Sindrom Asperger. Saat masih sangat mudah banyak
dari siswa ini terlohat sangat pintar karena kemampuan mereka untuk
belajar, mengingat dan menghafal fakta. Saat mereka tumbuh besar,
bagaimanapun juga, menjadi jelas bahwa mereka memiliki pemahaman
yang terbatas dari fakta-fakta ini dan tidak dapat mengeneralisasi atau
menerapkan hal-hal yang begitu akurat. Mereka cenderung berdiri terlalu
rapat, menghindari kontak mata, berbicara terlalu lama dan nyaring
dalam cara-cara yang sangat kaku, dan bicara sangat perinci mengenai
hal-hal faktual yang tidak menarik minat rekan sebaya mereka.
Lebih jauh lagi, cara pandang mereka sangat kaku dan mereka
mengembangkan sekumpulan cara melakukan berbagai hal. Mereka
dengan cepat menampilkan kecemasan yang sangat ekstrem dan tampak
ketika sebuah kebiasaan diubah atau ketika ekspektasi mereka tidak
dipenuhi. Sering kali mereka memiliki ketidakmampuan belajar yang
tidak beririgan dengan kemampuan motorik mencolok.

13
Ketika para siswa telah mengalami masalah seperti itu hingga
derajat yang parah, kemungkinan mereka telah dirujuj kepada layanan
pendidikan khusus. Strategi mengajar berikut ini dapat membantu
mendukung para siswa tersebut dalam rangka ruang kelas reguler:
a. Gunakan isyarat dan dorongan visual. Karena para siswa dengan ASD
merupakan pembelajaran visual ketimbang verbal, tunjukkan secara
fisik bagaimana anda menginginkan berbagai hal dikerjakan dan
gunakan perekayasa dan isyarat kapan saja dimungkinkan.
b. Hindari memberika tugas yang bersifat baik auditori maupun visual
dalam satu waktu sekaligus. Seringkali para siswa tersebut tidak dapat
memproses kedua input tersebut secara serempak, mereka tidak dapat
melihat dan mendengar dalam satu waktu sekaligus.
c. Persingkat pengajaran. Pada siswa ASD sering kali kesulitan
mengingat urutan, terutama dalam hal bagaimana mereka menerapkan
pengajaran tersebut. Tulislah pengajaran bagi mereka atau periksalah
agar yakin mereka telah menulisnya dengan benar. Fokus pada
memberi hanya satu atau dua pengajaran dalam satu waktu.
d. Jangan bersikeras agar mereka mempertahankan kontak mata
langsung dengan anda. Bagi mereka kontal mata adalah hal yang
sangat sulit dan memicu kecemasan, tetapi anda boleh bersikeras
meminta perhatian mereka dengan cara-cara lainnya.
e. Gunakan teknik “kisah-kisah sosial” atau “skrip-skrip sosial” yang
dapat sangat efektif dalam membantu para siswa tersebut menghadapi
peristiwa, pengalaman atau perubahan baru dalam kebiasaaan yang
terbentuk. Sementara skrip kisah paling sering digunaka di sekolah
dasar, mereka mungkin membantu di sekolah menengah pertama dan
sekolah menengah atas untuk mencegah meningkatya kecemasan dan
memfasilitasi transisi yang lembut dalam melalui pengalaman atau
perubahan baru dalam kebiasaan yang ada.
f. Tonjolkan kekuatan dan minat para siswa. Para siswa ASD mungkin
terampil dalam tuga-tugas dengan komputer atau menggambar; atau

14
mereka menjadi asyik dengan topik tertentu, seperti peta, cuaca atau
elektronika. Beri ganjaran kepada mereka ganjaran apabila
menyelesaikan tugas memberikan cara-cara kepada mereka untuk
mengembangkan bakat mereka dan berkontribusi secara positif
dikelas.
g. Berikan umpan balik sosial yang spesifik dan pengajaran bersifat
tahap demi tahap kepada mereka. Para siswa ini tidak mempelajari
kemampuan sosial dengan cepat dengan mengamati orang lain, jika
anda tidak dapat mengatasi yang dibutuhkan dalam wilayah sosial
maka mintalah pertolongan kepada guru pendidikan khusus atau
konselor tentang masalah yang ada.
 Para siswa dengan attention defisit and hiperactivity
Karakteristik yang luas dari para siswa dengan defisit perhatian
dan hiperaktifvitas (attention defisit and hiperactivity) meliputi
distraktibilitas, durasi memerhatikan yang singkat, keimpulsifan,
ketidakmampuan untuk mengatur dan tingkat pergerakan fisik yang
tinggi. Semengganggunya perilaku ini, penting untuk mengingat bahwa
mereka ini tidak sengaja. Komunikasi yang kerap, sering kali harian,
dengan orang tua penting sekali untuk memastikan bahwa teknik dan
ekspektasi sekolah dan rumah bersesuaian.
Teknik yang telah begitu berhasil dalam bekerja dengan anak-anak
tersebut meliputi:
a. Pastikan mereka memerhatikan anda sebelum anda memberikan
pengajaran lisan
b. Berikan pengajaran yang singkat dan jelas, lebih bagus lagi kalau satu
tahapan dalam satu waktu
c. Jika pelajaran melibatkan serangkaian tahapan, mintalah mereka
menuliskannya secara berurutan: ajarkan kepada siswa untuk
menyelesaikan satu tahap sebelum berpindah ke tahapan selanjutnya.
d. Memantau para siswa secara dekat saat mereka memulai sebuah tugas
atau kegiatan baru: bersedialah untuk menjelaskan arahan sekali lagi.

15
e. Sesuaikan jumlah kerja yang diharuskan dalam periode waktu agar
sesuai dengan durasi perhatian mereka.
f. Ingatkan mereka bahwa akurasi lebih penting daripada kecepatan dan
bahwa mereka tidak harus menjadi yang pertama selesai atau bicara.
g. Kumpulkan tugas yang telah diselesaikan
h. Kembangkan rencana bagi para siswa untuk berkeliling setiap
beberapa menit; sebagai contoh, dengan mengumpulkan kertas-kertas
mereka setelah mereka telah menyelesaikan sebagian tugas tersebut.
i. Ekspresikan rasa percaya diri Anda pada mereka dan kemampuan
mereka untuk mempelajari konsep keterampilan baru.
 Para siswa yang dengan masalah ekonomi
Banyak sekolah memiliki jumlah siswa yang terus meningkat yang
tinggal dalam kemiskinan yang parah,dan ini membutuhkan pemahaman
dan penyesuaian dari staf sekolah. Salah satu keberhasilan bagi anak-
anak ini adalah hubungan yang kuat dan terpercaya dengan guru dalam
sebuah lingkungan yang di dalamnya mereka dapat merasa aman, tidak
terancam atau tertekan.
Strategi berikut ini mungkin bermanfaat saat bekerja dengan para
siswa dari latar belakang yang kurang mampu :
a. Mintalah perlengkapan dan material ekstra yang siap sedia untuk
digunakan untuk berjaga-jaga jika mereka tidak memilikinya.
b. Ajarkan prosedur tahap demi tahap.
c. Karena mereka sering kali disibukkan dengan masalah di rumah,
bantulah mereka “membungkus” kekhawatiran mereka untuk
berhenti mengkhawatirkan mengenai sesuatu hingga beberapa saat
kemudian yang diperinci.
d. Berikan mereka seorang teman sebaya dan dorong mereka untuk
mendiskusikan masalah dan penyelesaiannya bersama-sama.
e. Emosi memengaruhi kemampuan untuk belajar, dan kekhawatiran
merupakan salah satu perasaan umum bagi anak-anak tersebut.

16
Perbeolehkan mereka mengekspresikan diri mereka entah lewat
gambar atau surat.
f. Perbolehkan mereka untuk membantu siswa lainnya dengan sesuatu
yang mereka mampu kerjakan dengan baik.
g. Ketika Anda bertemu dengan salah satu orang tua dari siswa tersebut,
kemampuan Anda untuk memperlihatkan kebahagiaan dan
kepedulian Anda terhadap anaknya akan sangat berdampak pada
terbentuknya hubungan yang kooperatif dan sama-sama saling
mendukung.
3.3 Mengelola Perilaku Bermasalah atau Pengelolaan Kelas yang Efektif
Pendekatan yang paling sering digunakan untuk pemecahan masalah
adalah beberapa bentuk dari “terapi realitas” dari William Glasser. Glasser
membuat tujuh langkah untuk pemecahan masalah yang efektif yaitu :
1. Langkah satu
Menggunakan keahlian komunikasi dan strategi lain untuk memperbaiki
hubungan guru-siswa, siswa akan merasa bahwa Anda peduli dan akan nyaris
selalu bersedia bekerja dengan Anda untuk memeriksa dan berusaha mengubah
perilaku mereka.
2. Langkah dua
Meminta siswa untuk mendeskripsikan perilaku. Kesadaran terhadap suatu
perbuatan merupakan komponen penting dalam program perubahan perilaku
mana pun.
3. Langkah tiga
Sesudah siswa mendeskripsikan perilaku, Anda harus membantu siswa
menentukan apakah perilaku itu diinginkan. Siswa tidak akan memaknai,
mengubah perilaku kecuali mereka memutuskan bahwa perilaku itu harus
diubah.
4. Langkah empat
Setelah siswa memutuskan perilaku sungguh-sungguh perlu diubah, langkah
selanjutnya adalah membantunya mengembangkan rencana untuk membuat
perubahan. Rencana ini akan menjadi paling efektif ketika mencakup apa yang

17
akan dilakukan oleh siswa agar berkelakuan lebih bertanggung jawab dan
bantuan apa atau perubahan apa dalam lingkungan yang dapat diberikan untuk
membantu siswa menggunakan keterampilan baru
5. Langkah lima
Langkah berikut adalah memastikan Anda maupun siswa jelas memahami
rencana dan meminta siswa untuk berkomitmen terhadap rencana.
6. Langkah enam
Langkah keenam dan ketujuh mencapun tindak lanjut. Dalam menemukan
solusi yang ampuh untuk suatu masalah, penting untuk merancang waktu
ketika kedua pihak akan bertemu mendiskusikan bagaimana rencana tersebut
bekerja.
7. Langkah tujuh
Langkah terakhir dari model Glasser berurusan dengan apa yang harus
dilakukan jika rencana tidak bekerja.
3.4 Cara Penyelesaian Permasalahan Dalam Pengelolaan Kelas
Untuk mengatasi masalah dalam pengelolaan kelas di atas, ada beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan,diantaranya sebagai berikut:
1. Pendekatan Kekuasaan
Proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peran guru disini adalah
menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Didalamnya
ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas.
Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.
2. Pendekatan ancaman
Proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol
tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberikan ancaman.
Misalnya: melarang, ejekan, sindiran dan memaksa.
3. Pendekatan Kebebasan.
Suatu proses untuk membatu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan
sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peran guru adalah mengusahakan
semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4. Pendekatan Resep.

18
Dilakukan dengan suatu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus
dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam merealisasikan masalah
atau situasi yang terjadi dikelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi
tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peran guru hanyalah mengikuti
petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
5. Pendekatan Pengajaran
Berdasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya suatu masalah tingkah laku anak didik,
dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini
menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dam
menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peran guru adalah
merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku.
Suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah
mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku
yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku ini, bertolak
dari sudut pandang psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi sebagai
berikut:
a. Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasil proses
belajar. Asumsi ini mengharuskan wali/guru kelas berusaha menyusun
program kelas dan suasana yang dapat merangsang terwujudnya proses
belajar yang memungkinkan siswa mewujudkan tingkah laku yang baik
menurut ukuran norma yang berlaku dilingkungan sekitarnya.
b. Didalam proses belajar terdapat proses psikologis yang fundamental berupa
penguasaaan positif, hukuman, penghapusan dan penguatan negative.
Asumsi ini mengharuskan seorang wali/guru kelas melakukan usaha-usaha
mengulang-ulangi program atau kegiatan yang dinilai baik (perangsang)
bagi terbentuknya tingkah laku terutama di kalangan para siswa.
7. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial
Berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial didalam kelas sebagai
sekelompok individu cenderung pada psikologi klinis dan konseling

19
(penyuluhan). Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu
proses menciptakan iklim atau suasana sosial dan hubungan sosial yang positif
dalam kelas. Disini guru adalah kunci terhadap pembentukan hubungan pribadi
itu, dan perannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat. Untuk itu
terdapat dua asumsi pokok, yaitu:
a. Iklim sosial dan emosional yang baik adalah dalam arti terdapat hubungan
interpersonal yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan siswa,
dan siswa dengan siswa, merupakan kondisi yang memungkinkan
berlangsungnya proses belajar mengjar yang efektif.
b. Iklim sosial dan emosional yang baik tergantung pada guru dalam usahanya
melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang didasari dengan hubungan
manusiawi yang efektif.
8. Pendekatan Proses Kelompok
Suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai sistem sosial, dimana proses
kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah mengusakan
agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif. Proses
kelompok adalah usaha guru mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa
kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga teripta kelas
yang mengetengahkan dua asumsi sebagai berikut :
a. Pengalaman belajar di sekolah bagi siswa berlangsung dalam konteks
kelompok sosial. Asumsi ini mengharuskan wali/guru kelas dalam
pengelolaan kelas selalu mengutamakan kegiatan yang dapat
mengikutsertakan seluruh personal di kelas.
b. Tugas guru terutama adalah memelihara kelompok belajar agar menjadi
kelompok yang efektif dan produktif. Berdasarkan asumsi ini berarti
seorang wali/guru kelas harus mampu membentuk dan mengaktifkan siswa
bekerjasama dalam kelompok yang sudah terbentuk di dalam kelas.
9. Pendekatan Eklektis atau Puralistik
Pendekatan ini menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif
wali/guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan
situasi yang dihadapinya. Disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu

20
pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan
yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu
kondisi yang memungkinkan proses belajar belajar berjalan efektif dan efsien.
3.5 Cara Mengatasi Siswa yang Sulit Fokus
Masalah anak yang sulit fokus menjadi salah satu topik yang paling sering
dikeluhkan oleh orang tua dan guru karena akan menganggu prestasi anak.
Pemicu kecil saja bisa membuat perhatian anak teralih dan anak akan bergerak
meninggalkan tempat duduknya. Apa yang sedang dipelajari seketika menjadi
buyar. Sulit fokus bukan hanya karena anak terus bergerak, tapi juga melamun,
bosan, mengantuk, atau badan yang kurang fit.
Perhatian (attention) timbul dari ketertarikan akan sesuatu dan adanya
stimulasi. Anak-anak banyak yang tertarik dengan games dan bisa fokus bermain
selama beberapa jam. Bagaimana games membius anak-anak sampai betah
bermain berjam-jam? Menurut para ahli, games memberikan stimulasi yang terus
menerus, menyuplai dopamin, kimiawi otak yang berfungsi mengatur fokus.
Games menyodorkan gerakan yang cepat, pertukaran
berbagai scene (pemandangan), warna yang menarik dan isi permainan yang
memicu adrenalin, sehingga dapat menimbulkan kecanduan.
Berhubung permainan elektronik sangat menstimulasi anak untuk fokus,
saat ini banyak materi pelajaran yang dikemas dalam bentuk video games. Efek
negatif dari permainan elektronik menjadikan kegiatan yang non-screen tidak
menarik lagi, seperti membaca buku, menyusun lego atau puzzle, origami, dan
lainnya. Ini seperti pisau bermata dua bagi orang tua dan guru karena anak-anak
akan kehilangan minat pada kegiatan non-screen. Permainan non-screen dirasa
membosankan, terlebih bagi anak-anak yang mengalami masalah sulit fokus.
1. Gejala Anak Sulit Fokus
Gejala anak-anak yang punya masalah konsentrasi dapat dilihat dari beberapa
kejadian kecil dalam keseharian seperti:
b. Tidak menaruh perhatian pada hal yang detil
c. Ceroboh
d. Perhatian cepat teralih begitu ada stimulus lain

21
e. Terlihat tidak mendengarkan ketika kita berbicara padanya
f. Kesulitan mengingat sesuatu
g. Tidak mau ikut instruksi
h. Mudah bosan
i. Bisa mendadak meninggalkan kegiatan yang sedang dikerjakan
j. Sering kehilangan alat tulis, kotak makanan, buku, mainan dan sebagainya.
2. Faktor Pemicu dan Solusi
Ada 5 hal utama yang biasanya menjadi pemicu anak menjadi mudah beralih
perhatian:
a. Benda yang ada di dekatnya: Anak yang sulit fokus biasanya tangan
kakinya tidak bisa diam. Ada saja yang dipegang, diambil atau digoyang-
goyangkannya. Apakah itu pensil yang diputar-putar di tangan, duduk
sambil kursi digoyang atau diputar, kaki menendang-nendang kaki kursi
depan, mengetuk-ngetukkan pulpen di meja.
Solusi: Berikan suatu benda dalam kantong baju/celananya. Anak diminta
duduk dengan tangan dalam kantong dan memegang benda dalam kantong
itu. Mengunyah permen karet juga dapat membantu anak lebih tenang dan
fokus.
b. Suara dering telepon: Sulit untuk membedakan suara mana yang lebih
penting untuk didengarkan, suara guru atau suara dering telpon.
Solusi: Jauhkan pesawat telepon dari ruang belajar anak agar tidak
mengganggu konsentrasi atau atur volume dering menjadi mute ketika anak
sedang mengerjakan satu kegiatan yang membutuhkan konsentrasi atau
sedang belajar.
c. Pakaian yang menimbulkan rasa gatal di kulit atau label pakaian yang
sering mengganggu kenyamanan di bagian tengkuk atau sisi tubuh (care
label). Anak yang sensitif dengan indera peraba, akan cepat bereaksi jika
ada yang dirasakan tidak nyaman pada kulit tubuhnya. Badan akan terasa
gatal, digaruk-garuk atau menggeliat terus.
Solusi: Berikan anak pakaian yang halus dan nyaman dipakai. Guntinglah
semua label pakaian agar tidak mengganggu.

22
d. Orang yang lalu lalang di dekat pintu atau jendela. Anak yang sulit fokus
sangat sensitif dengan bayangan gerakan yang melintas, bahkan hanya dari
sudut matanya.
Solusi: Jauhkan posisi duduk anak yang sedang fokus mengerjakan sesuatu
dari jendela atau pintu, terlebih di tempat yang banyak orang lalu lalang.
e. Pikirannya sendiri: Anak yang sulit fokus bukan hanya terganggu oleh
faktor eksternal, namun juga dari dirinya sendiri. Ia bisa tiba-tiba terpikir
suatu hal lain ketika asik mengerjakan sesuatu dan langsung bergerak atau
beralih perhatian. Terlalu banyak ‘rencana’ yang melintas dalam
pikirannya.
Solusi: Pilah tugas menjadi beberapa bagian agar anak tidak terlalu lama
berkutat karena concentration span (rentang konsentrasi) yang terlalu besar
membuat anak cenderung cepat capek. Beri jeda waktu setelah melakukan
satu bagian tugas. Musik yang lembut dan penggunaan timer juga dapat
membantu anak untuk diam lebih lama, hingga timer berbunyi.
Diharapkan dengan mengontrol kondisi-kondisi di atas, anak bisa
memperpanjang rentang konsentrasi dan lebih fokus pada apa yang sedang
dikerjakan .
3.6 Cara Mengatasi Siswa yang Bolos dan Terlambat
1. Cara mengatasi siswa yang bolos
Ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi kenapa siswa sampai
bolos sekolah. Seorang guru harus peka dalam mencermati hal tersebut.
Berikut ini beberapa alasan kenapa siswa samapi sering bolos.
a. Susah bangun lebih awal
b. Keluarga siswa kesiangan semua
c. Orang tua mengizinkan untuk membolos karena beberapa hal seperti,
anak sakit / ada kepentingan keluarga
d. Faktor cuaca ekstrim yang tidak bisa dihindari, misalnya hujan deras
disertai badai,
e. Menganggap pelajaran hari itu tidak penting
f. Bosan dengan pelajaran-pelajaran pada hari tersebut

23
g. 100% faktor malas belajar
Setelah mengetahui alasan-alasan seperti yang telah disampaikan di
atas, maka kami menyarankan supaya Guru melakukan 5 tindakan seperti :
a. Jika membolosnya sekali coba, mintalah peserta didik yang bersangkutan
untuk mengklarifikasi atau Menjelaskan alasan kenapa ia tidak masuk
b. Jika membolosnya 2 kali, coba minta siswa membuat surat pernyataan
c. Jika membolosnya tiga kali, panggil kedua orang tuanya
d. Jika kedua orang tuanya tidak memenuhi panggilan anda, mintalah
bantuan Guru bimbingan dan konseling untuk melakukan kunjungan ke
rumah
e. Jika kedua orang tuanya tetap tidak memperdulikan bicarakan masalah
ini dengan kepala sekolah anda
2. Cara mengatasi siswa yang terlambat
Pengelolaan kelas memegang perasanan sangat penting. Salah satu
instrument dari Pengelolaan kelas adalah bagaimana anda menggunakan
aturan yang disepakati bersama dengan peserta didik. Aturan tersebut
tentunya memiliki spesifikasi perbedaan dengan aturan sekolah pada
umumnya. Kami biasanya membuat aturan kelas pada awal pelajaran
berlangsung atau setelah kenaikan kelas pada kelas baru atau sehabis
perkenalan. Kami menginstruksikan para peserta didik untuk menuliskan
aturan tersebut di buku. Berikut adalah contoh aturan kelas yang harus
ditulis dan dipahami oleh siswa anda.
Adapun aturannya adalah sebagai berikut :
a. Datang tepat waktu
b. Menyampaikan gagasand engan sopan
c. Kelas harus bersih
d. Tidak boleh gaduh
e. Apabila guru belum hadir, ketua kelas harus menjemput guru ke kantor
atau menanyakan kepada guru piket
f. Jika guru tidak hadir dan ada tugas, pintu harus ditutup, siswa tidak boleh
berkeliaran di luar kelas

24
g. Tidak boleh melakukan pelanggaran lain sesuai dengan aturan yang
berlaku.
Menyadari bahwa tidak semua keterlambatan yang dilakukan siswa
adalah buruk. Kausus ini juga bisa menjadi sarana anda sebagai guru
mengenal lebih jauh para peserta didik di setiap kelas. Sebagai antisipasinya
lakukanlah 3 hal berikut ini :
a. Catatlah semua peristiwa yang terjadi. Apakah anda menemukan
keterlambatan itu terjadi pada siswa yang sama atau berbeda? Tentu saja
temuan ini akan memiliki jenis penaganan yang berbeda.
b. Ketegasan anda dalam menegakkan peraturan sangat penting. Jika sekali
saja anda lengah tidak menegakkan aturan yang sudah disepakati, siswa
anda akan tertantang untuk melanggarnya lagi.
c. Panggil orangtuanya apabila keterlambatannya lebih dari tiga kali. Jika
anda bukan wali kelas, maka bisa menyampaikan masalah kepada wali
kelas agar diproses lebih lanjut.

25
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua perilaku
bermasalah dapat ditangani dengan cara yang sama, dan semua masalah yang
sama dapat ditangani dengan cara yang sama pula sebab setiap individu memiliki
karakter dan latar belakangnya masing-masing. Oleh sebab itu seorang pendidik
harus mampu mengenali masalah, penyebab dan solusi untuk setiap masalah yang
dihadapi peserta didiknya.
4.2 Saran
Sebaiknya semua guru pada saat ini harus memiliki dan mampu
menerapkan seni mengajar yang baik untuk siswa-siswanya. Agar pembelajaran
bisa lebih menarik terhadap siswanya lalu siswa mengembangkan kemampuan
yang mereka miliki. Dan juga guru harus memiliki sikap yang sabar dan ikhlas
dalam mendidik muridnya serta keikhlasan.

26
LAMPIRAN

Foto Dokumentasi Wawancara

1. SD Gunung Sari 1 dan 2

27
2. SMP

28
3. SMA

29
4. MADANIA SCHOOL

30
31
DAFTAR PUSTAKA

Everson, Carolyn M-Emmer Edmund T. 2011. Manajemen Kelas Untuk Guru


Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group
Sunarto- Hartono, Agung. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka
Cipta
Jones, Vern-Jones Louise. 2012. Manajemen Kelas Komprehensif. Jakarta:
Kencana
Anonim “Cara Mengatasi Siswa Sering Terlambat Masuk Kelas”
http://mengatasisiswa.blogspot.co.id/2017/05/mengatasi-siswa-sering-terlambat-
masuk-kelas.html Diakses Selasa 12 Desember 2017 at 20:18 WITA
Magina “Cara Mengatasi Siswa yang Suka Bolos”
http://mengatasisiswa.blogspot.co.id/2017/05/6-cara-mengatasi-siswa-sering-
bolos.html Diakses Selasa 12 Desember 2017 at 21:23 WITA
Lilian Gunawan “Cara Mengatasi Anak yang Kurang Fokus”
http://www.patahtumbuh.com/id/cara-mengatasi-anak-yang-sulit-fokus Diakses
Selasa 12 Desember 2017 at 21:30 WITA
Putri Yupitari “Pengelolaan Kelas”
http://blogterbarusaya2015.blogspot.co.id/2016/01/makalah-pengelolaan-
kelas.html Diakses 17 Desember 2017 at 20:19 WITA

32

Anda mungkin juga menyukai