Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

SELULITIS

OLEH:

Afiq Zulfikar Zulmi, S.Kep.


NIM 122311101049

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER 2016
KONSEP TEORI

A. Definisi
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses inflamasi, yang
umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri S.aureus dan atau
Streptococcus ( Arif Muttaqin, hal 68, 2011 ). Selulitis adalah penyebaran infeksi
pada kulit yang meluas hingga jaringan subkutan (Arif, 2000). Selulitis adalah
peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya didahului luka atau
trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan Stafilokokus
aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana cenderung meluas
kearah samping dan ke dalam (Herry, 1996). Jadi, selulitis merupakan suatu
penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan jaringan di bawah kulit. Infeksi dapat
segera menyebar dan dapat masuk ke dalam pembuluh getah bening dan aliran darah.
Jika hal ini terjadi, infeksi bisa menyebar ke seluruh tubuh.

B. Etiologi

Infeksi bakteri :
a. Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureusØ
b. Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B
Penyebab lain :
a. Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.
b. Kulit kering
c. Eksim
d. Kulit yang terbakar atau melepuh
e. Diabetes
f. Obesitas atau kegemukan
g. Pembekakan yang kronis pada kaki
h. Penyalahgunaan obat-obat terlarang
i. Menurunnyaa daya tahan tubuh
j. Cacar air
k. Malnutrisi
l. Gagal ginjal
m. Usia
n. Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)
o. Diabetes mellitus
p. Cacar dan ruam saraf
q. Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)
r. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki
s. Penyalahgunaan obat dan alcohol
t. malnutrisi

C. Patofisiologi

Selulitis terjadi jika bakteri masuk ke dalam kulit melalui kulit yang terbuka.
Dua bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi ini adalah streptococcus dan
staphylococcus. Lokasi paling sering terjadi adalah di kaki, khususnya di kulit daerah
tulang kering dan punggung kaki. Karena cenderung menyebar melalui aliran
limfatik dan aliran darah, jika tidak segera diobati, selulitis dapat menjadi gawat.
Pada orang tua, sellulitis yang mengenai extremitas bawah dapat menimbulkan
komplikasi sebagai tromboflebitis. Pada penderita dengan edema menahun, sellulitis
dapat menyebar atau menjalar dengan cepat sekali sedangkan penyembuhannya
lambat. Daerah nekrotik yang mendapat superinfeksi bakteri gram negative akan
mempersulit penyembuhan.

Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada


permukaan kulit atau menimbulkan peradangan, penyakit infeksi sering berjangkit
pada orang gemuk, rendah gizi dan pada orang DM yang pengobatannya tidak
adekuat. Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh
streptokokus grup A, streptokokus lain atau staphilokokus aureus, kecuali jika luka
yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan.
Bau busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat
mengalami super infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil
perubahan peradangan benda asing, nekrosis, dan infeksi derajat rendah.
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi.
b. Kulit tampak merah
c. bengkak, licin
d. disertai nyeri tekan
e. teraba hangat
f.Ruam kulit muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas.
g. Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil.
h. Demam
i. Sakit kepala
j. Nyeri otot
k. Tidak enak badan
l. Malaise
m. Edema
n. Lesi

E. Komplikasi

a. Berupa ganggren
b. Mentastasis
c. Abses
d. Sebsis yang berat
e. Lymphangitis
f. Trombophlebitis
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata
sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b. BUN level.
c. Creatinine level.
d. Culture darah
e. MRI
G. Penatalaksanaan
Jika terjadi luka :
a. Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air.
b. Oleskan antibiotik.
c. Tutupi luka dengan perban.
d. Sering-sering mengganti perban tersebut.
e. Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi.
Jika kulit masih normal :
a. Lembabkan kulit secara teratur.
b. Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati.
c. Lindungi tangan dan kaki.
d. Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superfisial.

PATHWAY
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

1. Diagnosa medik:
Selulitis
2. Keluhan utama:
Nyeri.
Pasien mengatakan nyeri pada bagian kaki sebelah kanan, nyerinya timbul
spontan, seperti tersayat dan belum pernah merasakan sebelumnya, nyeri
tidak menyebar, hanya di sekitar luka. Skala nyeri 6 disertai gejala pusing dan
nyeri secara konstan terasa.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien mengatakan bahwa awalnya terserempet mobil dan jatuh. Pasien
mengalami luka namun tidak mengatakan kepada siapa-siapa dan tidak
dirawat. Hingga 2 minggu yang lalu, lukanya membengkak. Keluarga
mengatakan bahwa meskipun membengkak, pasien tetap membawanya untuk
bekerja mengayuh sepeda. Pasien membawanya ke puskesmas dan diberi
obat oleh dokter namun belum juga sembuh
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:
Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit lambung dan liver.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki alergi apa-apa
c. Imunisasi
Pasien mengatakan lupa telah diimunisasi atau belum karena sudah lama
sekali.
d. Kebiasaan
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki kebiasaan minum
jamu dan telur ketika capek untuk mengembalikan stamina.
e. Obat-obat yang digunakan:
Pasien mengatakan bahwa biasanya jika merasa sakit biasa, pasien
membeli obat-obatan diwarung dan meminum jamu-jamuan ketika
merasa lelah.
f. Riwayat penyakit keluarga:
Keluarga mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang lain yang
menderita sama dengan klien
Pengkajian Keperawatan

1. Persepsi & pemeliharaan kesehatan


Pasien mengatakan bahwa biasanya jika merasa tidak sehat, maka minum
jamu-jamuan atau membeli obat-obatan di warung untuk mengobati keluhan
yang dirasakannya. Jika tidak sembuh, baru pasien pergi ke pelayanan
kesehatan.
2. Pola nutrisi/ metabolik
Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa setiap kali makan habis 1 porsi nasi
3x sehari, minum sekitar 1 L sehari
Saat sakit: pasien mengatakan bahwa tidak nafsu makan, makan habis 3-4
sendok, porsi nasi 2x sehari, minum 720 cc sehari.
3. Pola eliminasi
BAK: sebelum sakit: pasien mengatakan BAK lancar urine berwarna kuning
sekitar 1000 cc sehari
Saat sakit: pasien mengatakan BAK sedikit, warna urine kuning pekat sekitar
500 cc sehari
BAB: sebelum sakit: pasien mengatakan BAB lancar 2 hari sekali,
konsistensi padat, warna kuning kecokelatan, bau khas.
Saat sakit: pasien mengatakan BAB sehari 2 kali, warna kuning kecokelatan,
konsistensi lunak.
4. Pola aktivitas & latihan
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum v

Toileting v

Berpakaian v

Mobilitas di tempat tidur v

Berpindah v

Ambulasi / ROM v

Pasien menunjukkan tingkat ketergantungan yang rendah. Kegiatan seperti


toileting dan berpindah perlu dibantu oleh orang lain, sedangkan
makan/minum, berpakaian, ambulasi/ROM, mobilitas di tempat tidur dapat
dilakukan secara mandiri.
5. Pola tidur & istirahat
Sebelum sakit: pasien dapat tidur nyenyak 6-7 jam dalam sehari.
Saat sakit: pasien tidur pukul 19.00 sampai pukul 02.00 terbangun. Nyerinya
sering kambuh saat malam hari dan tidak bisa tidur lagi.
6. Pola kognitif & perceptual
Pasien mengatakan bahwa dia hanya lulusan SD dan tidak mengetahui
tentang penyakitnya. Pasien hanya pasrah pada perawat dan dokter yang
menanganinya.
7. Pola persepsi diri
Pasien mengatakan bahwa pasien merasa malu dengan penyakitnya/minder
dengan orang lain karena penyakitnya. Pasien kurang menjalankan perannya
sebagai orang tua.
8. Pola seksualitas & reproduksi
-
9. Pola peran & hubungan
Keluarga mengatakan bahwa anaknya juga menjaga pasien, menginap setiap
malam dan pulang ketika sudah pagi karena harus bekerja.
10. Pola manajemen koping-stress
Pasien mengatakan bahwa ketika pasien memikirkan tentang penyakitnya,
pasien merasa takut dan cemas, takut kakinya akan dipotong. Pasien hanya
bisa berdoa kepada Tuhan dan mengikuti semua pengobatan yang
diperuntukkan bagi dirinya.
11. Sistem nilai & keyakinan
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah sholat, dan ketika ditanya
sholat berapa kali sehari, pasien menjawab 3x sehari. Tetapi, pasien
mengatakan tentang sakitnya bahwa hal ini adalah ujian dari Tuhan yang
harus dilewati sehingga pasien banyak berpasrah diri pada Tuhan dan tetap
mengusahakan yang terbaik bagi dirinya.

IV. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum: cukup

Tanda vital:

TD: 100/60mmHg;

RR: 24x/menit;

nadi: 88x/menit,

suhu: 38,8ºC

1. Kepala
Inspeksi: Wajah simetris, tengkorak simetris, warna rambut hitam, rambut
tersebar merata di seluruh kulit kepala, kulit kepala bersih, tidak ada luka,
rambut tampak bersih, wajah klien tampak bengkak.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan massa, rambut tarasa kasar.
2. Mata
Inspeksi: mata kanan dan kiri memiliki kelopak mata normal, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik,
Palpasi: tidak ada nyeri tekan di sekitar mata
3. Telinga
Pasien mengatakan mengalami penurunan pendengaran dan ketika pasien
diajak berbicara, pasien sering mengisyaratkan bahwa tidak dapat mendengar
yang dibicarakan, sehingga harus cukup keras dalam berbicara.
Inspeksi: warna telinga sama dengan kulit sekitarnya, tidak ada luka, tidak
ada massa
Palpasi: tidak ada nyeri tekan di sekitar telinga
4. Hidung
Inspeksi: tulang hidung terletak simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung,
lubang hidung tampak bersih, lubang hidung simetris, warna kulit hidung
sama dengan sekitarnya, jalan napas paten
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
Inspeksi: tidak ada kelainan kongenital, bibir normal, warna bibir merah
muda, tidak ada luka, gigi tertata rapi, lidah tampak kotor, mukosa mulut
tampak kemerahan, mulut tidak bau, lidah tidak membengkak,
6. Leher
Inspeksi: warna kulit dileher sama dengan warna kulit sekitarnya, tidak ada
luka, tidak ada jejas, tidak tampat denyut nadi karotis, tidak ada pembesaran
vena jugularis.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, kelenjar limfe tidak teraba
7. Dada
Jantung:
Inspeksi: tidak ada/nampak ictus kordis, tidak ada luka, bentuk dada simetris,
tidak tampak adanya pembesaran, putting susu simetris, tidak ada spider nevi.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, BJ 1 dan 2 terdengar jelas,
tidak ada suara tambahan
Perkusi: terdengar pekak
Paru-paru:
Inspeksi: pengembangan dada simetris, putting susu terletak simetris, bentuk
dada simetris, warna kulit di dada sama dengan warna kulit sekitarnya, tidak
ada luka
Palpasi: fokal fremitus teraba, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
Auskultasi: suara nafas vesikuler

8. Abdomen
Inspeksi: tidak ada luka, umbilicus letak simetris, tampak adanya denyutan
nadi dan vena renalis, warna abdomen sama dengan warna kulit di sekitarnya,
terdapat pertumbuhan rambut halus yang mengarah ke organ genital, tidak
tampak adanya penonjolan.
Auskultasi: terdengar bising usus 15x/menit
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa
Perkusi: Perut terdengar timpani.
9. Urogenital: tidak terkaji
10. Ekstremitas
Inspeksi: adanya luka di kaki kanan bawah, luka basah berwarna kemerahan
dan terdapat pus, dalam luka sekitar 5cm, tangan dan kaki sebelah kiri dapat
bergerak bebas.
Palpasi: pada tangan tidak ada nyeri tekan, akral teraba panas, tidak teraba
massa. Pada kaki, terdapat nyeri tekan lepas pada daerah luka, teraba hangat,
luka ditekan keluar pus dan berbau amis.
11. Kulit dan kuku
Inspeksi: kulit berwarna kemerahan pada daerah luka, mengkilat, kuku tidak
pucat, pada tangan warna kulit sama dengan sekitarnya.
Palpasi: CRT < 2 detik, terdapat nyeri tekan pada daerah luka
12. Keadaan lokal
Terdapat nyeri tekan lepas pada daerah luka.Pasien mengatakan nyeri pada
bagian kaki sebelah kanan (daerah luka), nyerinya timbul spontan, seperti
tersayat dan belum pernah merasakan sebelumnya, nyeri tidak menyebar,
hanya di sekitar luka.Skala nyeri 6 disertai gejala pusing dan nyeri secara
konstan terasa.
V. Terapi

a. Cefotaxim
b. Antrain

ANALISA DATA

NO DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH

1. DO: Inflamasi Nyeri akut

- Klien tampak merasakan nyerinya


- Klien tampak lemah
- TD: 100/60mmHg Dolor
- RR: 24x/menit
- nadi: 88x/menit
- suhu: 38,8 ºC
- Karakteristik luka: kemerahan,
Akselerasi/deselerasi
mengeluarkan pus, berbau, dalam
jaringan saraf sekitar
sekitar 5cm.
DS:

Pasien mengatakan nyeri pada bagian Nyeri otot


kaki sebelah kanan (daerah luka),
nyerinya timbul spontan, seperti
tersayat dan belum pernah merasakan Nyeri akut
sebelumnya, nyeri tidak menyebar,
hanya di sekitar luka. Skala nyeri 6
disertai gejala pusing dan nyeri
secara konstan terasa.

2. DO: Inflamasi Kerusakan integritas


kulit
- Kulit tampak kemerahan
- Daerah luka pada kaki sebelah
kanan tampak oedema Rubor
- Luka mengeluarkan pus
- Dalam luka sekitar 5 cm
- Luka berbau amis
DS: Hipereremi

- Pasien mengatakan bahwa


kakinya membengkak dan
Eritema local
berwarna merah.
- Pasien mengatakan bahwa
kakinya membengkak sudah sejak
2 minggu yang lalu. Lesi
- Pasien mengatakan bahwa
awalnya terserempet mobil dan
terjatuh, mengalami luka namun Kerusakan integritas
tidak dirawat. kulit

3. DO Inflamasi Gangguan citra tubuh

Pasien tampak berdiam saja di


tempat tidur, berbaring, dan sedikit
Rubor, tumor,
mengobrol.
fungsiolesa
DS:

- Pasien mengatakan bahwa pasien


Hipereremi,
merasa malu dengan hiperplasi jaringan
penyakitnya/minder dengan orang ikat
lain.
- Pasien mengatakan bahwa merasa
takut kakinya akan dipotong.
Eritema, oedem

Lesi, luka

Perubahan bentuk
kaki dan fungsinya

gg. citra tubuh


PERENCANAAN KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan

1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda vital pasien 1. Mengetahui/mengontrol kondisi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam pasien, peningkatan nyeri akan
respon inflamasi lokal nyeri akut teratasi/terkontrol meningkatkan tanda-tanda vital.
jaringan subkutan dengan kriteria hasil: 2. Untuk mengetahui berat nyeri
yang dialami pasien.
a. Klien mengungkapkan 2. Kaji tingkat, frekuensi, dan
nyeri berkurang atau reaksi nyeri yang dialami pasien. 3. Pemahaman pasien tentang
hilang. 3. Jelaskan pada pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan
b. Penderita dapat sebab-sebab timbulnya nyeri. mengurangi ketegangan pasien
melakukan tindakan dan memudahkan pasien untuk
untuk mengatasi atau diajak bekerjasama dalam
mengurangi nyeri . melakukan tindakan.
c. Pergerakan penderita 4. Rangsangan yang berlebihan dari
bertambah luas. lingkungan akan memperberat
d. Tidak ada keringat
rasa nyeri.
dingin, 4. Ciptakan lingkungan yang
5. Teknik distraksi dan relaksasi
e. tanda vital dalam batas tenang.
dapat mengurangi rasa nyeri
normal. yang dirasakan pasien.
S: 36, 5 -37,5 ºC 6. Posisi yang nyaman akan
5. Ajarkan teknik distraksi dan
N: 60 -100 x /menit
membantumemberikan
TD : 100-130/80 mmHg relaksasi.
RR : 16-20 x/menit. kesempatan pada otot untuk

6. Atur posisi pasien senyaman relaksasi seoptimal mungkin.


7. Massage dapat meningkatkan
mungkin sesuai keinginan
vaskulerisasi dan pengeluaran
pasien.
pus sedangkan perawatan luka
dengan teknik aseptic dapat
7. Lakukan massage dan perawatan mempercepat penyembuhan
luka dengan teknik aseptic saat Obat-obat analgesik dapat
8.
rawat luka. membantu mengurangi nyeri
pasien.

8. Kolaborasi dengan dokter untuk


pemberian analgesic
2. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji luas dan keadaan luka serta 1. Pengkajian yang tepat terhadap
kulitberhubungan keperawatan selama 3x24 jam proses penyembuhan. luka dan proses penyembuhan
dengan mulai tercapainya proses akan membantu dalam
penyembuhan luka
menentukan tindakan
Kriteria hasil : selanjutnya.
2. Rawat luka dengan baik dan 2. Merawat luka dengan teknik
a. Berkurangnya oedema benar: membersihkan luka secara aseptik, dapat menjaga
sekitar luka. abseptik menggunakan larutan kontaminasi luka dan larutan
b. pus dan jaringan
yang tidak iritatif, angkat sisa yang iritatif akan merusak
berkurang
balutan yang menempel pada luka jaringan granulasi tyang timbul,
c. Adanya jaringan
dan nekrotomi jaringan yang mati. sisa balutan jaringan nekrosis
granulasi.
d. Bau busuk luka dapat menghambat proses.
berkurang. 3. Anjurkan klien untuk mobilisasi, 3. Mempercepat proses
peningkatan pergerakan ektremitas kesembuhan dan melancarkan
dengan berjalan-jalan tanpa aliran balik darah.
mengganggu jam istirahatnya.
4. Cek kadar gula darah pasien
4. pemeriksaan kadar gula darah
untuk mengetahui perkembangan
5. Kolaborasi dengan dokter untuk penyakit
pemberian anti biotik. 5. Mempercepat kesembuhan
dengan membunuh kuman yang
terdapat pada luka.
3. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji perasaan/persepsi pasien 1. Mengetahui adanya rasa negatif
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 tentang perubahan gambaran diri pasien terhadap dirinya.
perubahan bentuk salah jam, pasien dapat menerima berhubungan dengan keadaan
satu anggota tubuh. perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya yang kurang
anggota tubuhnya secara berfungsi secara normal. 2. Memudahkan dalam menggali
positif 2. Lakukan pendekatan dan bina permasalahan pasien.

Kriteria hasil : hubungan saling percaya dengan


pasien. 3. Pasien akan merasa dirinya di
a. Pasien mau berinteraksi
3. Tunjukkan rasa empati, perhatian hargai.
dan beradaptasi dengan
dan penerimaan pada pasien.
lingkungan tanpa rasa
4. Bantu pasien untuk mengadakan 4. Dapat meningkatkan kemampuan
malu dan rendah diri.
b. Pasien yakin akan hubungan dengan orang lain. dalam mengadakan hubungan
kemampuan yang dimiliki.
dengan orang lain dan
menghilangkan perasaan
terisolasi.
5. Beri dorongan pasien untuk 5. Untuk meningkatkan perilaku
berpartisipasi dalam perawatan diri yang adiktif dari pasien.
dan hargai pemecahan masalah
yang konstruktif dari pasien.
CATATAN PERKEMBANGAN
No. IMPLEMENTASI PARAF EVALUASI
Dx

1 1. Mengontrol tanda-tanda vital JAM: 14.00


pasien
S: pasien mengatakan, "kaki saya
2. Mengkaji tingkat, frekuensi, masih nyeri, sus, seperti disayat"
dan reaksi nyeri yang
Pasien mengatakan, "nyerinya terus-
dialami pasien.
terusan, sus"
3. Menjelaskan pada pasien
tentang sebab-sebab Pasien mengatakan, "saya pusing sus,
timbulnya nyeri. tidak nafsu makan"

4. Melakukan massage pada


O:
kaki
Pasien tampak merintih kesakitan
5. Mengajarkan tehnik
merasakan nyerinya
relaksasi nafas dalam
6. Memberikan obat antrain 1gr Luka merah, terdapat pus, dan kaki
oedem sekitar luka.

TD: 100/70 mmHg

Nadi: 76 x/menit

RR: 20x/menit

Suhu: 36 C

A: Masalah belum Teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

2 1. mengkaji luas dan keadaan S: pasien mengatakan, “kaki saya


luka serta proses masih membengkak sus, tapi sudah

penyembuhan mendingan daripada yang lalu”

2. Melakukan perawatan luka Pasien mengatakan, “lukanya ada


dengan teknik aseptic saat nanahnya sus, dan kadang
rawat luka. ngerembes”
3. Menganjurkan pasien untuk
O:
mobilisasi di tempat tidur
4. Memberikan obat cefotaxim Luka merah, terdapat pus, dan kaki

1gr dan flagyl supp 1 gr oedem sekitar luka.

TD: 100/70 mmHg

Nadi: 76 x/menit

RR: 20x/menit

Suhu: 36 C
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T., & Mcfarlane J. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik.
Edisi Ketiga. Jakarta: EGC.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Lee, C. Y. et al. 2008. Older Patients’ Experiences of Sleep in the Hospital: Disruptions and
Remedies. Haven of Hope Hospital and The Nethersole School of Nursing. The
Chinese University of Hong Kong. Hong Kong: Shatin, N.T. The Open Sleep Journal.
[Serial Online]
http://www.benthamscience.com/open/toslpj/articles/V001/29TOSLPJ.pdf. [5
September 2016].
Martin, J. 2000. Assessment and Treatment of Sleep Disturbance in Older Adults. University
of California San Diego and San Diego Veterans Affairs Healthcare System.
Nanda International. 2015. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Potter, P.A, Perry, A.G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta: EGC.
Sack, R. L. et al. 2007. Circadian Rhythm Sleep Disorders: Part I. Basic Principles, Shift
Work and Jet Lag Disorders An American Academy of Sleep Medicine Review. [Serial
Online]
http://www.aasmnet.org/resources/practiceparameters/review_circadianrhythm.pdf. [5
September 2016].
Sagala, V. P. 2011. Kualitas Tidur dan Faktor-faktor Gangguan Tidur [serial online].
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27941/4/Chapter%20II.pdf [5
September 2016].
Yuda, Endra. 2013. Epidemiologi Efusi Pleura [serial online]. http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&ved=0ahUKEwjAPiQiOHLAhWEGY
4KHaYkCxYQFghcMAk&url=http%3A%2F%2Frepository.unej.ac.id%2Fbitstream
%2Fhandle%2F123456789%2F3229%2FIrwina%2520%2520.pdf%3Fsequence
%3D1&usg=AFQjCNHzt1eZaZXHusBGmmjmyAYJF7TgMw&sig2=LLy6epToASm
HoHyI1SSPsA. [5 September 2016].

Anda mungkin juga menyukai