SELULITIS
SELULITIS
SELULITIS
OLEH:
A. Definisi
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses inflamasi, yang
umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri S.aureus dan atau
Streptococcus ( Arif Muttaqin, hal 68, 2011 ). Selulitis adalah penyebaran infeksi
pada kulit yang meluas hingga jaringan subkutan (Arif, 2000). Selulitis adalah
peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya didahului luka atau
trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan Stafilokokus
aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana cenderung meluas
kearah samping dan ke dalam (Herry, 1996). Jadi, selulitis merupakan suatu
penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan jaringan di bawah kulit. Infeksi dapat
segera menyebar dan dapat masuk ke dalam pembuluh getah bening dan aliran darah.
Jika hal ini terjadi, infeksi bisa menyebar ke seluruh tubuh.
B. Etiologi
Infeksi bakteri :
a. Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureusØ
b. Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B
Penyebab lain :
a. Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.
b. Kulit kering
c. Eksim
d. Kulit yang terbakar atau melepuh
e. Diabetes
f. Obesitas atau kegemukan
g. Pembekakan yang kronis pada kaki
h. Penyalahgunaan obat-obat terlarang
i. Menurunnyaa daya tahan tubuh
j. Cacar air
k. Malnutrisi
l. Gagal ginjal
m. Usia
n. Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)
o. Diabetes mellitus
p. Cacar dan ruam saraf
q. Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)
r. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki
s. Penyalahgunaan obat dan alcohol
t. malnutrisi
C. Patofisiologi
Selulitis terjadi jika bakteri masuk ke dalam kulit melalui kulit yang terbuka.
Dua bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi ini adalah streptococcus dan
staphylococcus. Lokasi paling sering terjadi adalah di kaki, khususnya di kulit daerah
tulang kering dan punggung kaki. Karena cenderung menyebar melalui aliran
limfatik dan aliran darah, jika tidak segera diobati, selulitis dapat menjadi gawat.
Pada orang tua, sellulitis yang mengenai extremitas bawah dapat menimbulkan
komplikasi sebagai tromboflebitis. Pada penderita dengan edema menahun, sellulitis
dapat menyebar atau menjalar dengan cepat sekali sedangkan penyembuhannya
lambat. Daerah nekrotik yang mendapat superinfeksi bakteri gram negative akan
mempersulit penyembuhan.
E. Komplikasi
a. Berupa ganggren
b. Mentastasis
c. Abses
d. Sebsis yang berat
e. Lymphangitis
f. Trombophlebitis
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata
sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b. BUN level.
c. Creatinine level.
d. Culture darah
e. MRI
G. Penatalaksanaan
Jika terjadi luka :
a. Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air.
b. Oleskan antibiotik.
c. Tutupi luka dengan perban.
d. Sering-sering mengganti perban tersebut.
e. Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi.
Jika kulit masih normal :
a. Lembabkan kulit secara teratur.
b. Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati.
c. Lindungi tangan dan kaki.
d. Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superfisial.
PATHWAY
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Diagnosa medik:
Selulitis
2. Keluhan utama:
Nyeri.
Pasien mengatakan nyeri pada bagian kaki sebelah kanan, nyerinya timbul
spontan, seperti tersayat dan belum pernah merasakan sebelumnya, nyeri
tidak menyebar, hanya di sekitar luka. Skala nyeri 6 disertai gejala pusing dan
nyeri secara konstan terasa.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien mengatakan bahwa awalnya terserempet mobil dan jatuh. Pasien
mengalami luka namun tidak mengatakan kepada siapa-siapa dan tidak
dirawat. Hingga 2 minggu yang lalu, lukanya membengkak. Keluarga
mengatakan bahwa meskipun membengkak, pasien tetap membawanya untuk
bekerja mengayuh sepeda. Pasien membawanya ke puskesmas dan diberi
obat oleh dokter namun belum juga sembuh
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:
Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit lambung dan liver.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki alergi apa-apa
c. Imunisasi
Pasien mengatakan lupa telah diimunisasi atau belum karena sudah lama
sekali.
d. Kebiasaan
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki kebiasaan minum
jamu dan telur ketika capek untuk mengembalikan stamina.
e. Obat-obat yang digunakan:
Pasien mengatakan bahwa biasanya jika merasa sakit biasa, pasien
membeli obat-obatan diwarung dan meminum jamu-jamuan ketika
merasa lelah.
f. Riwayat penyakit keluarga:
Keluarga mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang lain yang
menderita sama dengan klien
Pengkajian Keperawatan
Makan / minum v
Toileting v
Berpakaian v
Berpindah v
Ambulasi / ROM v
Tanda vital:
TD: 100/60mmHg;
RR: 24x/menit;
nadi: 88x/menit,
suhu: 38,8ºC
1. Kepala
Inspeksi: Wajah simetris, tengkorak simetris, warna rambut hitam, rambut
tersebar merata di seluruh kulit kepala, kulit kepala bersih, tidak ada luka,
rambut tampak bersih, wajah klien tampak bengkak.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan massa, rambut tarasa kasar.
2. Mata
Inspeksi: mata kanan dan kiri memiliki kelopak mata normal, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik,
Palpasi: tidak ada nyeri tekan di sekitar mata
3. Telinga
Pasien mengatakan mengalami penurunan pendengaran dan ketika pasien
diajak berbicara, pasien sering mengisyaratkan bahwa tidak dapat mendengar
yang dibicarakan, sehingga harus cukup keras dalam berbicara.
Inspeksi: warna telinga sama dengan kulit sekitarnya, tidak ada luka, tidak
ada massa
Palpasi: tidak ada nyeri tekan di sekitar telinga
4. Hidung
Inspeksi: tulang hidung terletak simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung,
lubang hidung tampak bersih, lubang hidung simetris, warna kulit hidung
sama dengan sekitarnya, jalan napas paten
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
Inspeksi: tidak ada kelainan kongenital, bibir normal, warna bibir merah
muda, tidak ada luka, gigi tertata rapi, lidah tampak kotor, mukosa mulut
tampak kemerahan, mulut tidak bau, lidah tidak membengkak,
6. Leher
Inspeksi: warna kulit dileher sama dengan warna kulit sekitarnya, tidak ada
luka, tidak ada jejas, tidak tampat denyut nadi karotis, tidak ada pembesaran
vena jugularis.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, kelenjar limfe tidak teraba
7. Dada
Jantung:
Inspeksi: tidak ada/nampak ictus kordis, tidak ada luka, bentuk dada simetris,
tidak tampak adanya pembesaran, putting susu simetris, tidak ada spider nevi.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, BJ 1 dan 2 terdengar jelas,
tidak ada suara tambahan
Perkusi: terdengar pekak
Paru-paru:
Inspeksi: pengembangan dada simetris, putting susu terletak simetris, bentuk
dada simetris, warna kulit di dada sama dengan warna kulit sekitarnya, tidak
ada luka
Palpasi: fokal fremitus teraba, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
Auskultasi: suara nafas vesikuler
8. Abdomen
Inspeksi: tidak ada luka, umbilicus letak simetris, tampak adanya denyutan
nadi dan vena renalis, warna abdomen sama dengan warna kulit di sekitarnya,
terdapat pertumbuhan rambut halus yang mengarah ke organ genital, tidak
tampak adanya penonjolan.
Auskultasi: terdengar bising usus 15x/menit
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa
Perkusi: Perut terdengar timpani.
9. Urogenital: tidak terkaji
10. Ekstremitas
Inspeksi: adanya luka di kaki kanan bawah, luka basah berwarna kemerahan
dan terdapat pus, dalam luka sekitar 5cm, tangan dan kaki sebelah kiri dapat
bergerak bebas.
Palpasi: pada tangan tidak ada nyeri tekan, akral teraba panas, tidak teraba
massa. Pada kaki, terdapat nyeri tekan lepas pada daerah luka, teraba hangat,
luka ditekan keluar pus dan berbau amis.
11. Kulit dan kuku
Inspeksi: kulit berwarna kemerahan pada daerah luka, mengkilat, kuku tidak
pucat, pada tangan warna kulit sama dengan sekitarnya.
Palpasi: CRT < 2 detik, terdapat nyeri tekan pada daerah luka
12. Keadaan lokal
Terdapat nyeri tekan lepas pada daerah luka.Pasien mengatakan nyeri pada
bagian kaki sebelah kanan (daerah luka), nyerinya timbul spontan, seperti
tersayat dan belum pernah merasakan sebelumnya, nyeri tidak menyebar,
hanya di sekitar luka.Skala nyeri 6 disertai gejala pusing dan nyeri secara
konstan terasa.
V. Terapi
a. Cefotaxim
b. Antrain
ANALISA DATA
Lesi, luka
Perubahan bentuk
kaki dan fungsinya
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda vital pasien 1. Mengetahui/mengontrol kondisi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam pasien, peningkatan nyeri akan
respon inflamasi lokal nyeri akut teratasi/terkontrol meningkatkan tanda-tanda vital.
jaringan subkutan dengan kriteria hasil: 2. Untuk mengetahui berat nyeri
yang dialami pasien.
a. Klien mengungkapkan 2. Kaji tingkat, frekuensi, dan
nyeri berkurang atau reaksi nyeri yang dialami pasien. 3. Pemahaman pasien tentang
hilang. 3. Jelaskan pada pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan
b. Penderita dapat sebab-sebab timbulnya nyeri. mengurangi ketegangan pasien
melakukan tindakan dan memudahkan pasien untuk
untuk mengatasi atau diajak bekerjasama dalam
mengurangi nyeri . melakukan tindakan.
c. Pergerakan penderita 4. Rangsangan yang berlebihan dari
bertambah luas. lingkungan akan memperberat
d. Tidak ada keringat
rasa nyeri.
dingin, 4. Ciptakan lingkungan yang
5. Teknik distraksi dan relaksasi
e. tanda vital dalam batas tenang.
dapat mengurangi rasa nyeri
normal. yang dirasakan pasien.
S: 36, 5 -37,5 ºC 6. Posisi yang nyaman akan
5. Ajarkan teknik distraksi dan
N: 60 -100 x /menit
membantumemberikan
TD : 100-130/80 mmHg relaksasi.
RR : 16-20 x/menit. kesempatan pada otot untuk
Nadi: 76 x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 36 C
P: Intervensi dilanjutkan
Nadi: 76 x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 36 C
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.T., & Mcfarlane J. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik.
Edisi Ketiga. Jakarta: EGC.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Lee, C. Y. et al. 2008. Older Patients’ Experiences of Sleep in the Hospital: Disruptions and
Remedies. Haven of Hope Hospital and The Nethersole School of Nursing. The
Chinese University of Hong Kong. Hong Kong: Shatin, N.T. The Open Sleep Journal.
[Serial Online]
http://www.benthamscience.com/open/toslpj/articles/V001/29TOSLPJ.pdf. [5
September 2016].
Martin, J. 2000. Assessment and Treatment of Sleep Disturbance in Older Adults. University
of California San Diego and San Diego Veterans Affairs Healthcare System.
Nanda International. 2015. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Potter, P.A, Perry, A.G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta: EGC.
Sack, R. L. et al. 2007. Circadian Rhythm Sleep Disorders: Part I. Basic Principles, Shift
Work and Jet Lag Disorders An American Academy of Sleep Medicine Review. [Serial
Online]
http://www.aasmnet.org/resources/practiceparameters/review_circadianrhythm.pdf. [5
September 2016].
Sagala, V. P. 2011. Kualitas Tidur dan Faktor-faktor Gangguan Tidur [serial online].
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27941/4/Chapter%20II.pdf [5
September 2016].
Yuda, Endra. 2013. Epidemiologi Efusi Pleura [serial online]. http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&ved=0ahUKEwjAPiQiOHLAhWEGY
4KHaYkCxYQFghcMAk&url=http%3A%2F%2Frepository.unej.ac.id%2Fbitstream
%2Fhandle%2F123456789%2F3229%2FIrwina%2520%2520.pdf%3Fsequence
%3D1&usg=AFQjCNHzt1eZaZXHusBGmmjmyAYJF7TgMw&sig2=LLy6epToASm
HoHyI1SSPsA. [5 September 2016].