Jtptunimus GDL Ekapurnama 5391 2 Babii PDF
Jtptunimus GDL Ekapurnama 5391 2 Babii PDF
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
1. Pengertian
yang terjadi pada kulit kepala, tengkorak dan otak, sedangkan Doenges,
(1999) cedera kepala adalah cedera kepala terbuka dan tertutup yang
dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana
kepala adalah trauma pada kulit kepala, tengkorak, dan otak yang terjadi
baik secara langsung ataupun tidak langsung pada kepala yang dapat
menyebabkan kematiaan.
7
2. Macam-macam cedera kepala
Menurut, Brunner dan Suddarth, (2001) cedera kepala ada 2 macam yaitu:
atau luka penetrasi, besarnya cedera kepala pada tipe ini ditentukan
oleh massa dan bentuk dari benturan, kerusakan otak juga dapat terjadi
jika tulang tengkorak menusuk dan masuk kedalam jaringan otak dan
melukai durameter saraf otak, jaringan sel otak akibat benda tajam/
bergerak cepat, kemudian serentak berhenti dan bila ada cairan akan
8
a. Ringan
1.) GCS = 13 – 15
2.) Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari
30 menit.
hematoma.
b. Sedang
1.) GCS = 9 – 12
c. Berat
1.) GCS = 3 – 8
hematoma intrakranial.
9
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
http://darmawanimoets.files.wordpress.com
1. Tengkorak
struktur tulang yang menutupi dan melindungi otak, terdiri dari tulang
kranium dan tulang muka. Tulang kranium terdiri dari 3 lapisan :lapisan
luar, etmoid dan lapisan dalam. Lapisan luar dan dalam merupakan
10
oksipitalis, fosa posterior berisi otak tengah dan sereblum.
http://darmawanimoets.files.wordpress.com
2. Meningen
membawa pembulu darah dan dengan sekresi sejenis cairan, yaitu: cairan
a. Dura mater
Dura mater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan
11
keras, terdiri atas jaringan ikat fibrisa yang melekat erat pada
yang berlawanan.
dari kranium ruang epidural. Adanya fraktur dari tulang kepala dapat
arteri meningea media yang terletak pada fosa media fosa temporalis.
12
dilakukan pencarian dan penyumbatan sumber perdarahan.
b. Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura
mater sebelah luar yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura
mater oleh ruang potensial, disebut spatium subdural dan dari pia
c. Pia mater
Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Pia mater
meliputi gyri dan masuk kedalam sulci yang paling dalam. Membrana
Arteri-arteri yang masuk kedalam substansi otak juga diliputi oleh pia
mater.
13
3. Otak
Menurut Ganong, (2002); price, (2005), otak terdiri dari 3 bagian, antara
lain yaitu:
a. Cerebrum
http://darmawanimoets.files.wordpress.com
serebri kanan dan kiri. Setiap henispher dibagi dalam 4 lobus yang
1) Lobus frontalis
14
bertanggung jawab terhadap aktivitas motorik tertentu pada sisi
fisik yang terjadi. Kerusakan yang kecil, jika hanya mengenai satu
2) Lobus parietalis
15
mengenali bagian tubuhnya atau ruang di sekitarnya atau bahkan
3) Lobus temporalis
bahasanya.
4) Lobus Oksipital
16
akan kehilangan fungsi dari lobus itu sendiri yaitu penglihatan.
b. Cereblum
sensori.
c. Brainstem
Batang otak terdiri dari otak tengah, pons dan medula oblomata. Otak
bersin.
4. Syaraf-Syaraf Otak
17
trauma kepala meluas sampai batang otak karena edema otak atau
Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi, membawa
depan kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata dan bola
mata.
18
2) Nervus maksilaris: sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir atas,
pendengar.
19
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris) mengandung saraf-saraf
Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf lidah. Saraf
4. Benda tumpul, kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana dapat
merobek otak.
sifatnya.
6. Benda tajam, kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana dapat
20
D. PATOFISIOLOGI
aselerasi terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang
diam, seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan
objek yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah.
Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan
kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan
diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan
yaitu cedera otak primer dan cedera otak sekunder. Cedera otak primer adalah
cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian trauma, dan
Tidak banyak yang bisa kita lakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga
sel-sel yang sedang sakit bisa mengalami proses penyembuhan yang optimal.
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar
pada permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi
karena terjatuh, dipukul, kecelakaan dan trauma saat lahir yang bisa
21
mengakibatkan terjadinya gangguan pada seluruh sistem dalam tubuh.
sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area
cedera. Cidera kepala terjadi karena beberapa hal diantanya, bila trauma ekstra
kranial akan dapat menyebabkan adanya leserasi pada kulit kepala selanjutnya
robekan dan terjadi perdarahan juga. Cidera kepala intra kranial dapat
E. MANIFESTASI KLINIK
cedera otak.
22
a. Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap setelah
cedera.
laku
atau lebih lama setelah konkusio cedera otak akibat trauma ringan.
pergerakan.
tersebut.
23
F. KOMPLIKASI
1. Edema pulmonal
24
2. Peningkatan TIK
dan herniasi dapat terjadi pada tekanan diatas 25 mmHg. Tekanan darah
yang mengalir dalam otak disebut sebagai tekan perfusi rerebral. yang
3. Kejang
Kejang terjadi kira-kira 10% dari klien cedera otak akut selama fase akut.
menyediakan spatel lidah yang diberi bantalan atau jalan nafas oral
paten dan mencegah cedera lanjut. Salah satunya tindakan medis untuk
Adanya fraktur di daerah fossa anterior dekat sinus frontal atau dari
merobek meninges, sehingga CSS akan keluar. Area drainase tidak boleh
25
hidung atau telinga. Instruksikan klien untuk tidak memanipulasi hidung
atau telinga.
5. Infeksi
G. PENETALAKSAANAN
vasodilatasi.
3. Pemberian analgetik.
6. Makanan atau caioran infus dextrose 5%, aminousin, aminofel (18 jam
lunak.
7. Pembedahan.
(Smelzer, 2001)
H. PENGKAJIAN FOKUS
1. Riwayat kesehatan
26
Waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran
2. Pemeriksaan fisik
a. Sistem respirasi:
b. Kardiovaskuler:
c. Kemampuan komunikasi:
d. Psikososial:
Data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat pasien dari
keluarga.
e. Aktivitas/istirahat
otot.
27
f. Sirkulasi
aritmia.
g. Integritas Ego
dan depresi
h. Eliminasi
O : BAB/BAK inkontinensia/disfungsi.
i. Makanan/cairan
j. Neurosensori
pengecapan/pembauan.
28
k. Nyeri/Keyamanan
l. Keamanan
S : Trauma/injuri kecelakaan
temperatur tubuh.
m. Penyuluhan/Pembelajaran
(Doenges, 1999)
3. Pemeriksaan Penunjang
b. MRI
c. Angiografi serebral
d. EEG
29
Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang
patologis.
e. Sinar X
tulang.
meningkatkan TIK.
TIK/perubahan mental.
k. Pemeriksaan toksikologi
penurunan kesadaran.
30
Dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup fektif
(Doenges, 1999)
31
I. Pathways Keperawatan
Benturan kepala
Trauma kepala
Trauma pada jaringan lunak Trauma akibat deselerasi/ akselerasi Robekan dan distorsi
Merangsang
hipotalamus Merangsang inferior hipofise Kerusakan hemisfer Hipoksia jaringan Penurunan kesadaran
motorik
Hipotalamus terviksasi (pd Mengeluarkan steroid & Penurunan kekuatan dan Gangguan
diensefalon) adrenal Kerusakan pertukaran gas
tahanan otot persepsi Kekacauan pola bahasa
Produksi ADH &
sinsorik
aldosteron
Pernafasan dangkal
Retensi Na+H2o Sekresi HCL digaster
Gangguan komunikasi
Tdk mampu
Gangguan mobilisasi verbal kata-
menyampaiakan
Gangguanga keseimbangan fisik kata
Pola nafas tidak efektif Soetomo (2002), Brain (2009)
cairan & elektrolit
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
31
J. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL
1. Diagnosa Keperawatan:
1999).
(Doenges, 1999).
(Doenges, 1999).
1999).
32
2. Intervensi dan Rasional:
Kiteria Hasil:
4) Fungsi sensori dan motorik membaik, tidak mual, tidak ada mutah
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kesadaran. Mengetahui kestabilan klien.
30 derajat jugularis.
peningkatan TIK.
33
Oksigen.
menurunkan TIK.
Kriteria hasil:
dinding dada.
Intervensi Rasional
34
1. Kaji kecepatan, kedalaman, Hipoventilasi biasanya terjadi atau
mengi, krekels).
35
catat, sifat, warna dan bau karenanya kebutuhan penghisapan
ketidakmampuan untuk
mengeluarkan sekret.
dengan
Kriteria Hasil:
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda klinis dehidrasi Deteksi dini dan intervensi dapat
36
atau kelebihan cairan. mencegah kekurangan/kelebihan
mencegah dehidrasi.
tidak diatasi.
Kiteria Hasil:
1) Tidak mengalami tanda- tanda mal nutrisi dengan nilai lab. Dalam
rentang normal.
37
Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan pasien Faktor ini menentukan terhadap
mengatasi sekresi.
lewat NGT.
makan
38
e. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan cedera psikis, alat traksi.
Kriteria Hasil:
rileks
Intervensi Rasional
1. Teliti keluhan nyeri, catat Mengidentifikasi karakteristik nyeri
trauma servikal.
39
pemberian obat anti nyeri, spasme/nyeri otot atau untuk
diazepam (valium).
perawatan dengan
Kriteri Hasil :
dilakukannya
Intervensi Rasional
1. Periksa kembali kemampuan Mengidentifikasi kerusakan secara
40
rentang gerak fungsi sendi/ posisi normal
keberhasilan program.
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
1. Kaji kesadaran Semua sistem sensori dapat
41
tajam/tumpul dan kesadaran peningkatan atau penurunan
secara bertahap
memunculkan komunikasi.
buat jadwal untuk klien jika pemahaman selama fase akut dan
42
memunculkan komunikasi.
penurunan keseadaran.
Intervensi Rasional
1. Kaji derajat disfungsi Membantu menentukan daerah atau
proses komunikasi.
43
berkomunikasi dengan klien pasien, mengurangi isolasi sosial
kulit kepala.
selama 3x 24 jam
Kiteria Hasil:
waktu
Intervensi Rasional
1. Berikan perawatan aseptik Cara pertama untuk menghindari
44
invasi dan TTV infeksi.
45