Anda di halaman 1dari 17

TEORI HAKEKAT, TEORI PENGETAHUAN DAN TEORI NILAI DALAM

FILSAFAT MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


MAKALAH
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

DOSEN PENGAMPU:
DR. ISA ANSHORI, Drs., M.Si

DISUSUN OLEH:
NIRMA AMILA (D93218097)
RIF’ATUL AZIZA (D93218101)
SITI MA’RIFATUN NOVIYANTI (D93218106)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala,


yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga penyusun
mampu menyelesaikan makalah dengan judul “Teori Hakekat, Teori Pengetahuan
Dan Teori Nilai dalam Filsafat Manajemen Pendidikan Islam” tepat pada
waktunya.
Penulisan sudah dilakukan semaksimal mungkin, dukungan dari beberapa
pihak sangat memudahkan dalam proses penyusunan. Untuk itu tidak lupa
penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam rangka penyusunan makalah ini.

Tidak terlepas dari semua itu penyusun sadar sepenuhnya makalah ini
belum sempurna dan masih banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
maupun dari aspek-aspek yang lainnya. Maka dari itu dengan lapang dada
penyusun menerima apabila para pembaca ingin memberikan kritikan ataupun
saran demi penyempurnaan makalah ini. Jika didalam penulisan ini terdapat
kebenaran dan kegunaan , maka semuanya itu hanya karena Allah SWT,
sebaliknya jika makalah ini terdapat kesalahan atau ketidaksempurnaan, semua
itu karena keterbatasan penyusun. Oleh karena itu, penyusun mohon maaf jika ada
kekurangan dan keterbatasan tersebut. Penyusun berharap semoga dari makalah
yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya,3 Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
A. Teori Hakekat (Ontologi) dalam Filsafat Manajemen Pendidikan Islam ............... 3
B. Teori Pengetahuan (epistemologi) dalam Filsafat Manajemen Pendidikan Islam .. 5
C. Teori Nilai(aksiologi) dalam Filsafat Manajemen Pendidikan Islam ................... 10
BAB III ............................................................................................................................. 13
PENUTUP ........................................................................................................................ 13
KESIMPULAN ............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan manajemen pendidikan islam pada hakikatnya tidak dapat
lepas dari berbagai persoalan yang edang dihadapi lembaga pendidikan islam
dewasa ini, mulai dari hal yang bersifat operasional maupun fondasional.
Manajemen pendidikan Islam hakikatnya merupakan sebuah kegiatan dengan
mendayagunakan dan memanfaatkan berbagai kemampuan yang telah
dimiliki setiap individu dalam organisasi, yaitu untuk proses pengelolaan dan
pengaturan.
Ilmu manajemen pendidikan Islam mempunyai peranan penting dalam
membentuk perilaku sosial individu dengan cara memotivasi, sehingga dapat
melahirkan produktivitas dan kepuasan kinerja, dengan membawa perilaku
individu dari dimensi keduniawian menuju dimensi spiritualitas, sehingga
dapat mengilhami, mencerahkan dan membersihkan hati nurani setiap
individu melalui keteladanan sosial.
Keberadaan manajemen pendidikan Islam, sudah sejak lama telah dimulai
dengan merujuk pada wahyu pertama mengenai perintah iqra, sebagai dasar
perenungan dari berbagai kegiatan pendidikan Islam. Pada konteks tersebut
maka akan memunculkan pemikiran, konsep, paradigm dan teori baru
dibidang manajemen pendidikan Islam. Karena itu pada hakikatnya tidak ada
perencanaan, pengelolaan, pengrorganisasian, dan pengevaluasian dalam
pendidikan Islam tanpa adanya onsep dan landasan filosofis dari kajian
manajemen pendidikan Islam.
Demikian upaya untuk membangun ilmu yang dimaksud, maka
dibutuhkan objek kajian secara mendalam dan menyeluruh melalui
pendekatan ontologis, epistemologis, aksiologis dalam manajemen
pendidikan Islam.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori hakekat dalam filsafat manajemen pendidikan islam?
2. Bagaimana teori pengetahuan dalam filsafat manajemen pendidikan
islam?
3. Bagaimana teori nilai dalam filsafat manajemen pendidikan islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui teori hakekat dalam filsafat manajemen pendidikan
islam.
2. Untuk mengetahui teori pengetahuan dalam filsafat manajemen
pendidikan islam.
3. Untuk mengetahui teori nilai dalam filsafat manajemen pendidikan islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Hakekat (Ontologi) dalam Filsafat Manajemen Pendidikan Islam


Ontology merupakan bagian filsafat yang mempelajari masalah hakikat
ketuhanan, hakikat dunia dan hakikat manusia. Mempelajari metafisika bagi
filsafat manajemen pendidikan diperlukan untuk mengontrol secara implisit
tujuan dari pendidikan. Ontology memiliki implikasi-implikasi penting untuk
pendidikan karena kurikulum sekolah berdasarkan pada apa yang kita ketahui
mengenai realitas. Pada kenyataannya, setiap posisi yang berkenaan dengan
merencanakan dan mengatur perencanaan di suatu sekolah dibelakangnya
memiliki suatu pandangan realitas tertentu, sejumlah respond tertentu pada
pertanyaan-pertanyaan ontologi. Bidang-bidang yang dibahas dalam
ontology:
1. Teologi
Teologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang Tuhan.
Pertanyaan-pertanyaan sekitar hubungan Tuhan dengan manusia,
hubungan Tuhan dengan alam, siapa Tuhan dan bagaimana sifat-sifatnya.
Dalam kaidah Islam tidak dipikirkan tentang zat Tuhan, melainkan hanya
ciptaanNya. Tuhan merupakan zat Yang Maha Esa. Esa dalam zat-Nya.
pembicaraan tentang Tuhan jelas merupakan hal yang mendasar dalam
pendidikan karena manusia adalah ciptaan-Nya. Sebelum manusia
melaksanakan perlu memahami terlebih dahulu tentang bagaimana konsep
tentang Tuhan. Apakah Tuhan itu Esa? Apakah Tuhan menentukan
kehidupan manusia? Dan sebagainya. Semua itu akan melandasi konsep
pendidikan yang akan dilakukan manusia, yang akan diimplementasikan
dalam menentukan tujuan dan proses pencapaian tujuan pendidikan.
Masyarakat Indonesia berkeyainan bahwa Tuhan adalah pencipta alam
semesta. Segala yang ada berasal/ diciptakan oleh Tuhan. Manusia dalam
hidupnya harus mengabdi kepada Tuhan, suatu saat manusia akan kembali

3
dan mempertanggungjawabkan segala amalnya selama di dunia.
Pandangan seperti itu akan mewarnai sistem pendidikan yang ada
dimasyarakat. Dalam manajemen pendidikannya pun akan selalu
mempertimbangkan hubungan manusia dengan Tuhan.
2. Kosmologi
Kosmologi membahas tentang realitas jagad raya, yaitu keseluruhan alam
semesta. Walaupun kosmologi membicarakan alam fisik, tetapi tidak
mungkin pengamatan dan penghayatan indera mampu mencakupnya. Oleh
karena itu kosmologi menghayati realitas kosmos secara intelektual.
Implikasi pembicaraan kosmolgi bagi manajemen pendidikan bahwa
dalam merencanakan maupun dalam proses pendidikan harus
memperhatikan lingkungan sekitar sehingga dapat dipertimbangkan
dampak yang baik maupun buruknya.
3. Manusia
Manajemen dan pendidikan merupakan kegiatan khas manusiawi. Dalam
seluruh kegiatan dan proses manajemen pendidikan berkaitan dengan
kegiatan antar manusia, oleh manusia, dan untuk manusia. Oleh karena itu,
pembicaraan tentang manajemen pendidikan pasti akan selalu berkaitan
dengan manusia dalam setiap prosesnya.1

Wilayah kajian manajemen pendidikan Islam meliputi:


a. foundational problems, yaitu masalah fondasional mengenai
manajemen pendidikan Islam, yang terdiri dari philosophic fundational
problems and empiric fundational problems (masalah fondasi filosofi
dan empirik).
b. Structural problems, yaitu masalah structural manajemen pendidikan
Islam
c. Operational problem, yaitu masalaha yang berhubungan dengan
konsep atau teori manajemen pendidikan Islam.

1
Uyoh Sadulloh, “Pengantar Filsafat Pendidikan”, (Bandung: Penerbit Alfabeta), 75-80

4
Karena itu objek ontologis manajemen pendidikan Islam bersifat universal,
mulai mempersoalkan setiap peran individu sebagai aktor utama dalam
kegiatan manajemen pendidikan Islam, hakikat berorientasi pada masa depan,
hakikat dan budaya kinerja dalam organisasi, hakikat manajemen hubungan
masyarakat.2
Filsafat manajemen pendidikan Islam dengan kerangka ontologis dibngun
melalui analisis-kritis terhadap konsep umum tentang teori manajemen
pendidikan dan perilaku individu yang bersumber pada fenomena kauniyah
dan dikonsultasikan dengan qauliyah. Pada konteks tersebut, masing-masing
masalah yang berkembang perlu dikaji dari berbagai pendekatan melalui
pemikiran filosofis, sehingga melahirkan sistem nilai sebagai fondasi
pelaksanaan manajemen pendidikan Islam.3
Secara ontologis, kajian manajemen pendidikan Islam semakin
menemukan titik terang dengan memformulasikan kegiatan manajerial di
lembaga pendidikan Islam, madrasah maupun pesantren, kajian tersebut
secara konseptual meliputi manajemen sumber daya manusia (human
resource management), manajemen kesiswaan, manajemen pengembangan
kurikulum, manajemen keuangan, manajemen sarana prasana, manajemen
hubungan masyarakat, manajemen mutu madrassah, manajemen konflik,
manajemen perubahan pendidikan Islam.4

B. Teori Pengetahuan (epistemologi) dalam Filsafat Manajemen Pendidikan


Islam
Istilah epistemologi berasal daribahasa Yunani Kuno, dengan asal kata
“episteme” yang berarti pengetahuan, dan “logos” yang berarti teori. Secara
etimologi, epistemologi berarti teori pengetahuan. Epistemologi merupakan

2
Ahmad Fauzi, “Filsafat Manajemen Pendidikan Islam”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2018), 20-
21
3
Ibid, 20
4
Ibid, 21.

5
cabang filsafat yang membahas atau mengkaji tentang asal, struktur, metode,
serta keabsahan pengetahuan
Menurut Langeveld (1961), epistemologi membicarakan hakikat
pengetahuan, unsur-unsur dan susunan berbagai jenis pengetahuan, pungkal,
tumpuannya yang fundamental, metode-metode dan batasan-batasannya.
1. Jenis-jenis pengetahuan
a. Pengetahuan wahyu (revealed knowledge)
Manusia memperoleh pengetahuan dan kebenaran atas dasar
wahyu yang diberikan Tuhan kepada manusia. Tuhan telah memberi
pengetahuan dan kebenaran kepada manusia pilihannya yang dapat
dijadikan petunjuk bagi manusia dalam kehidupannya. Wahyu
merupakan firman tuhan. Kebenarannya adalah mutlak dan abadi.
Pengetahuan wahyu bersifat eksternal, artinya pengetahuan tersebut
berasal dari luar manusia.
b. Pengetahuan intuitif (intuitive knowledge)
Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa
melalui penalaran rasional dan intelektualis. Seperti pemahaman itu
tiba-tiba datang dan diluar kesadaran. Misalnya, seseorang tiba-tiba
saja terdorong untuk membaca buku. Pengetahuan intuitif diperoleh
manusia dari dalam dirinya sendiri. Pengetahuan intuitif muncul secara
tiba-tiba dalam kesadaran manusia. Mengenai proses kerjanya,
manusia itu sendiri tidak menyadarinya. Pengetahuan ini sebagai hasil
penghayatan pribadi, sehingga hasil ekspresi dan keunikan dan
individualitas seseorang, sehingga validitas pengetahuan ini sangat
bersifat pribadi.
Pengetahuan intuitif disusun dan diterima dengan kekuatan visi
iaginatif dalam pengalaman pribadi seseorang. Kebenaran yang
muncul/tampak dalam karya seni merupakan bentuk pengetahuan
intuitif, seperti karya penulis besar Shakespeare, Mochammad Iqbal,
Al-Gazali, dan yang lainnya, yang berbiacara tentang kebenaran nurani
manusia, merupakan hasil kerja intuisi.
Kebenaran tersebut tidak akan dapat diuji dengan observasi,
perhitungan, atau eksperimen, karena kebenaran intuitif tidak
hipotesis. Tulisan-tulisan mistik, autobiografi, dan karya esai
merupakan refleksi (hasil) dari pengetahuan intuitif.
Dalam pengertian secara umum, intuisi merupakan metode untuk
memperoleh pengetahuan tidak berdasarkan penalaran rasio,
pengalaman, dan pengamatan indra. Dalam filsafat ada paham yang
menganggap bahwa dengan intuisi manusia dapat memperoleh

6
kebenaran yang hakiki. Kaum intisionis berpendapat bahwa manusia
memiliki kemampuan khusus yaitu: cara khusus untuk mengetahui
yang tidak terkait pada indra maupun penalaran intelektual.
Pengetahuan yang diperoleh dengan intuisi bukan pengetahuan yang
berasal dari luar diri kita yang bersifat dangkal, melainkan berasal dari
dalam diri kita sendiri.
Menurut kaum intusionis, dengan intuisi kita akan mengetahui dan
menyadari diri kita sendiri, mengetahui karakter perasaan dan motif
orang lain, kita mengetahui dan memahami hakikat yang sebenarnya
tentang waktu, gerak, dan aspek-aspek fundamental di alam jagad raya
ini. Dengan intuisi kita dapat menangkap kenyataan yang kongkrit.
Pengetahuan intuitif sulit dikembangkan karena validasinya yang
sangat pribadi, dan memiliki watak yang tidak komunikatif, khusus
untuk diri sendiri, subjektif, tidak terlukiskan, sehingga sulit untuk
mengetahui apakah seseorang memilikinya atau tidak.
Contoh dari pengetahuan intuitif yakni kebenaran yang timbul
dalam karya seni seperti karya penulis besar Homer Shakespare,
Proust, yang berbicara kepada kita tentang kebenaran hati nurani
manusia merupakan hasil kerja intuisi. Contoh lain yakni kita dapat
menangis terharu bila mendengar lagu yang dimainkan, cerita, novel
yang dapat menggetarkan hati pembacanya.
c. Pengetahuan rasional (rational knowledge)
Secara etimologis, rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris
rationalism. Kata ini berakar dari kata bahasa Latin ratio yang berarti
“akal”. Menurut A.R Lacey bahwa berdasarkan akar katanya
rasionalisme adalah pandangan yang berpegangan bahwa akal
merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran. Rasionalisme
adalah paham atau aliran yang berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk
akal. Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki.
Sementara itu, secara terminologis aliran ini dipandang sebagai
aliran yang berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan
utama dalam penjelasan. Ia menekankan akal budi sebagai sumber
utama pengetahuan, mendahului atau unggul atas dan bebas dari
pengamatan indrawi. Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akal
yang memenuhi syarat semua pengetahuan ilmiah. Pengalaman hanya
dipakai untuk mempertegas pengetahuan yang diperoleh akal. Akal
tidak memerlukan pengalaman. Akal dapat menurunkan kebenaran
dari dirinya sendiri
Rasionalisme tidak mengingkari nilai pengalaman, melainkan
pengalaman hanya dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran.

7
Contoh penerapan rasionalisme dalam individu adalah ketika kita ingin
mendapatkan nilai A+ dalam perkuliahan, maka tidak mungkin kita
dengan berdiam diri saja sudah dapat meraih ekspetasi tersebut, karena
rasionalnya kita harus melakukan usaha seperti belajar dengan
diimbangi berdoa. Dengan begitu maka ekspetasi akan tidak mustahil
untuk diraih.
d. Pengetahuan otoritas (authoritative knowledge)
Kita menerima suatu pengetahuan ini benar, bukan karena telah
mengeceknya di luar diri kita, melainkan telah dijamin oleh otoritas
(suatu sumber yang berwibawa, memiliki wewenang, berhak) di
lapangan. Kita menerima pendapat orang lain, karena ia adalah seorang
pakar dalam bidangnya. Misalnya kita menerima petuah agama dari
seorang kyai, karena beliau merupakan orang yang sangat ahli dan
menguasai sumber ajaran agama Islam, tanpa harus kita mengecek dari
sumber aslinya (Qur’an dan Sunnah). Kita sering mengutamakan
pandangan kita dengan mengutip dari ensiklopedia atau hasil karya
tulis para pakar yang terkenal.5
2. Teori Pengetahuan dalam Filsafat Manajemen Pendidikan islam
Pengetahuan dalam kajian manajemen pendidikan Islam
menyediakan ruang untuk memperdebatkan persoalan filosofis yang tidak
dapat dijawab oleh wilayah ilmu dan pengetahuan ini menjadi bagian
penting untuk diurai, sehingga dapat menghasilkan sistem manajemen
pendidikan Islam yang bermutu dan memiliki daya saing tinggi. Oleh
karena itu, pengetahuan bertujuan untuk mengatasi berbagai kelemahan
dan problematika yang dihadapi wilayah ilmu termasuk manajemen
pendidikan Islam, melalui kontruksi dan konseptualisasi maupun
aktualisasi manajemen pendidikan Islam, sehingga benar-benar terwujud
keberadaan ilmu manajemen pendidikan Islam yang bernafaskan nilai-nilai
spiritual.
Secara teoritis, epistemologi diaharapkan dapat membuka
kesadaran bagi setiap individu untuk memperoleh dan mendapatkan
pengetahuan secara benar dan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan
tersebut diproses dan dihasilkan. Demikian kajian epistemologis
diharapkan dapat melahirkan konsekuensi logis, yaitu:
a. Mengintegrasikan paradigma keilmuan manajemen pendidikan Islam
yang berorientasi pada nilai-nilai Al-Qur’an dan hadist sebagai
sumber utama.
b. Merubah paradigma ideologis menjadi paradigm ilmiah yang berpijak
pada Al-Qur’an dan hadist.
5
Uyoh Sadulloh, “Pengantar Filsafat Pendidikan”, (Bandung: Penerbit Alfabeta), 29-36.

8
c. Melakukan rekonstruksi terhadap ilmu manajemen pendidikan dengan
pendekatan spiritual etis, karena segala ilmu pengetahuan pada
dasarnya bersumber dari ayat Al-Qur’an.
d. Epistemology manajemen pendidikan Islam, pandangan ini lebih
diorientasikan pada hubungan harmonis antara akal dan wahyu.
Epistemologis ini lebih ditekankan padawilayah integrasi antara iman,
ilmu dan akhlak yang saling melengkapi satu sama lainnya, sehingga
seluruh dimensi ini mampu melahirkan individu yang memiliki
keimannan dan keluasan ilmu pengetahuan terhadap pelaksanaan
manajemen pendidikan Islam.

Landasan epistemology memiliki arti penting bagi pengetahuan karena ia


sebagai tempat berpijak, karena itu epistemology dalam manajemen
pendidikan Islam mempersoalkan dari mana sumber pengetahuan manajemen
pendidikan Islam dan bagaimana ia disebut sebagai ilmu manajemen
pendidikan Islam.
Langkah strategis dalam merumuskan manajemen pendidikan Islam,
antara lain:
1. Membangun landasan manajemen pendidikan Islam yang berpijak
pada Al-Qur’an dan Hadits.
2. Epistemology manajemen pendidikan Islam merupakan perpaduan
antara pengetahuan yang berasal dari wahyu dan pengetahuan yang
bersumber dari manusia.
3. Epistemology ilmu manajemen pendidikan Islam lebih menekankan
pada perubahan perilaku individu melalui aktivitas dan kreativitas atau
kerja provisional yang menjadikan kegiatan manajerial didalam
organisasi lebih terprogram.
Epistemologi manajemen pendidikan Islam melahirkan konsekuensi logis,
antara lain:
1. Menghilangkan paradigma dikotonomi antara ilmu agama dan umum
2. Merubah paradigma manajemen pendidikan Islam dari indoktrinasi
menjadi partisipatif.
3. Merubah paradigma ideologis menjadi paradigm ilmiah yang berpijak
pada wahyu dengan melahirkan pengetahuan berdasarkan ayat-ayat.6

6
Ahmad Fauzi, “Filsafat Manajemen Pendidikan Islam”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2018), 22-
28

9
C. Teori Nilai(aksiologi) dalam Filsafat Manajemen Pendidikan Islam
Karakteristik nilai yang berkaitan dengan teori nilai menurut Uyoh
Sadullah, antara lain :
1. Nilai objektif atau subjektif
Nilai dikatakan subjektif apabila makna, eksistensi, dan juga
validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian.
Sedangkan nilai bias dikatakan objektif apabila nilai tersebut tidak
bergantung pada subjek yang menilai.
2. Nilai absolut atau berubah
Suatu nilai dikatakan absolut apabila nilai tersebut sudah berlaku sejak
masa lampau dan akan berlaku sepanjang masa bagi siapapun.
Menurut Lorens Bagus, terdapat tiga macam teori mengenai nilai, yaitu :
a. Teori objektivitas nilai. Teori ini menyatakan bahwa nilai – nilai
seperti kebenaran, keindahan, dan kebaikan ada dalam dunia nyata
sebagaimana kita dapat menemukan objek-objeknya.
b. Teori subjektivitas nilai. Teori ini menyatakan bahwa nilai-nilai seperti
kebenaran, keindahan, dan kebaikan tidak ada dalam dunia nyata,
hanya saja berupa penafsiran atas kenyataan.
c. Teori relativisme nilai. Teori ini memiliki pandangan, bahwa :
1) Nilai bersifat relatif karena berhubungan dengan preferensi, baik
secara sosial dan pribadi, yang dikondisikan oleh lingkungan dan
kebudayaan, atau keturunan.
2) Nilai – nilai berbeda (secara radikal dalam bentuk hal suatu
kebudayaan ke kebudayaan lainnya).
3) Penilaian – penilaian seperti benar atau slah, baik atau buruk, tidak
tepat diterapkan pada nya.
4) Tidak ada dan tidak dapat ada nilai-nilai universal mutlak, dan
objektif manapun yang dapat diterapkan pada semua orang.

Aksiologi merupakan suatu pendidikan yang menguji dan


mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia. Dengan

10
kata lain nilai-nilai tersebut ditanamkan dalam pribadi para pemimpin
pendidikan, guru, staf dan anak didik. Maka manfaat manajemen pendidikan
islam yaitu:
1. Terwujudnya suasana belajar yang aktif, inofatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan yang dilandasi ajaran Islam.
2. Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang akan
dibutuhkan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
3. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien yang
berlandaskan pada ajaran islam.
4. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan
tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer
pendidikan atau konsultan pendidikan) yang berlandaskan pada ajaran
islam.
5. Perbaikan mutu pendidikan.7

Tindakan dan peran sosial individu dalam berbagai aktifitas manajerial


diaharapkan dapat melahirkan beberapa sistem nilai, yaitu:

a. Moral conduct, peran dan tindakan individu dalam manajemen


pendidikan Islam lebih mengedepankan nilai-nilai sosial etis.
b. Estetic expression, ekspresi keindahan atau sikap konsisten individu
dalammenjalankan berbagai aktifitas manajerial dalam lembaga
pendidikan Islam.
c. Socio-political life, tindakan individu dalam pengelolaan pendidikan
Islam akan melahirkan etika sosial etis.

7
Lukmanul Hakim, “Filsafat Ilmu Aksiologi, Hakikat Nilai, Nilai Ilmu Manajemen Pendidikan”,
Januari, 2017. Diakses 2 Maret 2019. https://www.academia.edu/35495545/FILSAFAT_ILMU_-
Aksiologi_Hakikat_Nilai_Nilai_Ilmu_Manajemen_Pendidikan.

11
Penerapan nilai-nilai tersebut dalam manajemen pendidikan Islam yang
bersumber dari sistem nilai Al-Qur’an dan Hadits, melalui proses pemahaman
dan pengahyatan terhadap nilai tersebut. Nilai-nilai yang dimaksud
diharapkan dapat melahirkan tindakan dan perilaku individu yang efektif dan
proaktif , melalui peran individu dalam organisasi dengan lebih
mengedepankan sistem nilai sosial, etika, dan estetika dalam kegiatan
manajerial melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengevaluasian, sehingga model manajemen pendidikan Islam menjadi lebih
baik.8

8
Ahmad Fauzi, “Filsafat Manajemen Pendidikan Islam”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2018), 29-
30

12
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Tiga landasan filsafat manajemen pendidikan Islam:

1. Ontology, membahas tentang:


a. Pembahasan mengenai apa sesungguhnya manajemen pendidikan Islam.
b. Suatu pengkajian mengenai realitas pelaksanaan dari manajemen
pendidikan di madrasah/sekolah.
c. Objek yang ditelaah berupa wilayah ilmu yang berada dalam jangkauan
dan pengalaman manusia.
2. Epistemology, membahas tentang:
a. Epistemology dibahas secara mendalam untuk melahirkan
konseptualisasi manajemen pendidikan Islam.
b. Epistemology sebagai kerangka lmu pengetahuan yang diperoleh melalui
metode ilmiah.
c. Epistemology manajemen pendidikan Islam dibangun atas dasar Al-
Qur’an dan hadist.
3. Aksiologi, membahas tentang;
a. Aksiologi membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari
manajemen pendidikan Islam.
b. Penerapan dibidang manajemen pendidikan Islam berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadits.
c. Lahirnya ilmu pengetahuan guna memudahkan kebutuhan hidup manusia.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sadulloh, Uyo. 2014. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta


Hakim, Lukmanul. 2017. Filsafat Ilmu Aksiologi, Hakikat Nilai, Nilai Ilmu
Manajemen Pendidikan.
https://www.academia.edu/35495545/FILSAFAT_ILMU_-
Aksiologi_Hakikat_Nilai_Nilai_Ilmu_Manajemen_Pendidian. Diakses 2 Maret
2019.

Fauzi, Ahmad, 2018. Filsafat Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

14

Anda mungkin juga menyukai