MAKALAH BIOTEKNOLOGI
“BIOPESTISIDA ( ENTOMOPATOGEN )”
OLEH:
KELOMPOK 9
2.1 Biopestisida
Biopestisida adalah pestisida yang mengandung mikroorganisme
seperti bakteri patogen, virus dan jamur. Pestisida biologi yang saat ini
banyak dipakai adalah jenis insektisida biologi (mikroorganisme pengendali
serangga) dan jenis fungisida biologi (mikroorganisme pengendali jamur).
Jenis-jenis lain seperti bakterisida, nematisida dan herbisida biologi.
Pestisida alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam
seperti tumbuhan. Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek
untuk mengatasi masalah hama dengan cepat, pestisida nabati bersifat ramah
lingkungan karena bahan ini mudah terdegradasi di alam, sehingga aman bagi
manusia maupun lingkungan.
Berdasarkan asalnya, biopestisida dapat dibedakan menjadi dua yakni
pestisida nabati dan pestisida hayati.
1. Pestisida nabati merupakan hasil ekstraksi bagian tertentu dari tanaman
baik dari daun, buah, biji atau akar yang senyawa atau metabolit
sekunder dan memiliki sifat racun terhadap hama dan penyakit tertentu.
Pestisida nabati pada umumnya digunakan untuk mengendalikan hama
(bersifat insektisidal) maupun penyakit (bersifat bakterisidal).
2. Pestisida hayati merupakan formulasi yang mengandung mikroba
tertentu baik berupa jamur, bakteri, maupun virus yang bersifat
antagonis terhadap mikroba lainnya (penyebab penyakit tanaman) atau
menghasilkan senyawa tertentu yang bersifat racun baik bagi serangga
( hama ) maupun nematoda (penyebab penyakit tanaman).
Bipestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan
berdasarkan fungsi dan asalnya. Penggolongan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Fungisida Biologi (Biofungisida)
Biofungisida berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos
yang berarti jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
Beberapa fungisida yang telah digunakan adalah:
Spora Trichoderma sp. digunakan untuk mengendalikan penyakit akar
putih pada tanaman karet dan layu fusarium pada cabai.
Gliocladium spesies G. roseum dan G. virens. untuk mengendalikan busuk
akar pada cabai akibat serangan jamur Sclerotium Rolfsii.
Bacillus subtilis yang merupakan bakteri saprofit mampu mengendalikan
serangan jamur Fusarium sp. pada tanaman tomat.
2. Herbisida Biologi (Bioherbisida)
Termasuk dalam golongan herbisida ini ialah pengendalian gulma
dengan menggunakan penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri, jamur dan
virus. Phytophthora palmivora yang digunakan untuk mengendalikan
Morrenia odorata, gulma pada tanaman jeruk. Colletotrichum gloeosporioides
digunakan pada tanaman padi dan kedelai.
3. Insektisida Biologi (Bioinsektisida)
Berasal dari mikroba yang digunakan sebagai insektisida.
Mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada serangga tidak dapat
menimbulkan gangguan terhadap hewan-hewan lainnya maupun tumbuhan.
Jenis mikroba yang akan digunakan sebagai insektisida harus mempunyai
sifat yang spesifik artinya harus menyerang serangga yang menjadi sasaran
dan tidak pada jenis-jenis lainnya. Mikroba patogen yang telah sukses dan
berpotensi sebagai insektisida biologi salah satunya adalah Bacillus
thuringiensis.
Jenis insektisida biologi yang lainnya adalah yang berasal dari
protozoa, Nosema locustae, yang telah dikembangkan untuk membasmi
belalang dan jangkrik. Cacing yang pertama kali sebagai insektisida ialah
Neoplectana carpocapsae. Insektisida ini digunakan untuk membunuh semua
bentuk rayap.
4. Nematisida Biologi (Bionematisida)
Bionematisida berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani
nema yang berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam
cacing yang hidup di akar).
Isolat jamur B. bassiana diambil dari tanah. Tanah asal isolat diambil
secara acak di sekitar pertanaman pisang. Tanah diambil dengan menggalinya
pada kedalaman 5–10 cm masing-masing sebanyak 4 x 500 g kemudian
dimasukkan ke kantongan plastik diberi label berupa lokasi dan tanggal
pengambilan sampel. Tanah kemudian diayak dengan ayakan 600 mesh dan
dimasukkan ke dalam kotak plastik berukuran 13 x 13 x 10 cm masing-
masing sebanyak 400 g (tiap daerah menggunakan 4 buah kotak).
Larva T. molitor stadia larva instar 3 yang baru berganti kulit (kulitnya
masih berwarna putih) dimasukkan kedalam kotak yang berisi tanah masing-
masing sebanyak 10 ekor, sebagai perangkap umpan agar terserang jamur B.
bassiana (insect bait methode). Larva ini kemudian ditutupi dengan selapis
tipis tanah dan dilembabkan dengan menyemprotkan aquadest steril
diatasnya. Selanjutnya kotak ditutupi dengan potongan kain puring hitam
ukuran 25 x 25 cm yang juga telah dilembabkan. Larva T. molitor yang diduga
terserang jamur B. bassianadiamati 3 hari setelah diperlakukan kemudian
diamati setiap harinya dan segera setelah terserang jamur B. bassiana
diisolasi sebagai sumber isolat.
Larva yang terinfeksi jamur B. bassiana terlebih dahulu disterilisasi
permukaan dengan 1% Natrium hipoklorit selama 3 menit. Kemudian dibilas
dengan air steril sebanyak 3 kali dan dikering anginkan diatas kertas filter
steril. Larva tersebut kemudian diletakkan dalam petridish berisi tissu
lembab steril dan diinkubasikan untuk merangsang pertumbuhan jamur.
Spora yang keluar dari tubuhnya kemudian diambil menggunakan jarum
inokulasi dan dibiakkan pada PDA (Potato Dextrose Agar) dan diinkubasikan
selama 7 hari.
d. Mekanisme infeksi Beauveria bassiana terhadap serangga
Cara cendawan Beauvaria
bassiana menginfeksi tubuh serangga
dimulai dengan kontak inang, masuk ke
dalam tubuh inang, reproduksi di
dalam satu atau lebih jaringan inang,
kemudian kontak dan menginfeksi
inang baru. Beauveria bassiana masuk
ke tubuh serangga inang melalui kulit,
Gejala pada serangga dewasa yang terinfeks
jamur B.bassiana (a. Gejala 3 hari setelah saluran pencernaan, spirakel dan
kematian, b. Gejala 5 hari setelah kematian,
c. Gejala 7 hari setelah kematian, d. Gejala
lubang lainnya.
10 hari setelah kematian)
3.2 Saran
Sebaiknya para penyuluh bekerja ekstra untuk memperkenalkan
insektisida biologi kepada para petani sehingga lingkungan dapat. Selain itu
karena insektisida biologi dapat mengatasi kasus-kasus serangga yang telah
kebal terhadap pestisida sintesis. Walaupun suatu saat serangga tertentu
tidak bisa kebal terhadap pestisida biologi.
DAFTAR PUSTAKA