Anda di halaman 1dari 4

A.

ETHICAL DECISION MAKING (EDM)


PERAWAT

pasien keluarga Tenkes lainnya

PERBEDAAN PROSES KEPERAWATAN DAN EDMM

PROSES ETHICAL DECISION


KEPERAWATAN MAKING MODEL

 Assess Klarisifikasi ethical dilema


 Analyse Mengumpulkan data
 Plan Tambahan
 Implement Identifikasi pilihan
 Evaluate Membuat suatu keputusan
Act (Tindakan)
Evaluate
B. Strategi EDM

THEORIES+VALUES+SITUATIONAL
Utilitarism Deontoogical

a. Data Situasi (Situational Data)


1. Tentukan masalah kesehatan dan kekuatan diri (pasien) yang ada
2. Identifikasi keputusan yang perlu di buat
3. Pisahkan keputusan yang mengandung komponen etik dan isu-isu
tersebut
4. Identifikasi semua pihak,baik individu maupun kelompok yang
akan terkena
b. Tanggung Jawab
1. Assume responsibility for his or her own actions
2. Menunjukan kedisiplinan diri saat rapat,komitmen,dan kewajiban
serta memenuhi janji
3. Mempersiapkan pengalaman klinik lanjutan
4. Melaporkan praktik yang tidak aman untuk pasien atau klien
c. Asumsi
1. Seluruh praktik keperawatan terdiri atas EDM
2. Person contered care demands a wtilingnes to comfort ED
3. Niat pribadi dan profesi mempengaruhi ED
4. Prsons
5. Tidak ada teori etik yang benar

C. Formula Dasar Pengambilan Keputusan Etik


LEGAL UU
KES
LANGKAH
36/2009 dan SOLUSI PENGAMBILAN
Kepmenkes
148/2010 KEPUTUSAN

ETIK

1.Klasifika 3.
Teori,asas,dan kode Masalah 2.
si dilema Identifikasi
etik etik Pulta
etik pilihan

Nilai-nilai
(agama,buda
ya,dan lain- 6. Evaluasi 5. pelaksanaan 4. keputusan
lain)

Institusi

D. Contoh Kasus
Tn. A, 65 tahun, seorang profesor dalam bidang musik menderita
penyakit Parkinson yang progresif. Beliau memulai perawatan lanjut sejak
musim panas tahun 1999 dikarenakan istrinya yang berusia 40 tahun tidak
sanggup merawatnya sendirian. Tn. A mengalami inkontinensia feses dan
urine, kesulitan berjalan serta tidak mampu makan sendiri. Postur tubuh Tn.
A pendek dan sedikit kurus (130 lbs = mungkin sekitar 59 kg).
Semakin lama kondisi kesehatan Tn. A semakin memburuk. Dia semakin
putus asa dan merasa dirinya telah mengecewakan keluarganya. Terlebih
lagi ketika dia melihat istrinya harus menempuh perjalanan yang cukup jauh
setiap kali datang untuk menjenguk dan merawat dirinya di rumah sakit. Di
akhir musim panas, Tn. A menjalani pengobatan anti depresan dan hal ini
menyebabkan beliau mengalami penurunan berat badan sebanyak 15 pon

(6,8 kg). Tanpa alasan yang jelas Tn. A mengurangi frekuensi dan porsi
makannya bahkan beliau selalu memuntahkan makanan yang dikonsumsi.
Suatu hari Tn. A dirawat di ICU karena hipokalemi dan dehidrasi, dia
mendapatkan nutrisi total parenteral dan cairan intravena. Beliau menolak
untuk dipasang slang gastrointestinal. Dalam beberapa bulan kemudian
berat badannya turun menjadi 100 lbs (45 kg).
Tim dokter yang merawat Tn. A memutuskan untuk melakukan PEG
(percutaneus endoscopy gastrotomy) untuk memasukkan slang nutrisi
langsung ke dalam lambung. Namun, Tn. A menerima pelaksanaan tindakan
tersebut hanya jika makanan yang dimasukkan ke dalam slang nutrisi adalah
minuman soda kesukaannya. Maka tim dokter menyetujui hal itu dengan
harapan beliau dapat berubah pikiran sehingga dapat diubah dengan nutrisi
yang lebih dibutuhkan. Namun, selama 21 hari Tn. A tetap menginginkan
soda sebagai nutrisinya sehingga kondisi kesehatannya semakin memburuk.
Pasien semakin letargi, dan mengalami ulkus lambung. Pada akhirnya Tn.
A masuk ke BAB 3 Penerapan Etik dan Legal dalam Praktik Keperawatan
Profesional 65 ICU untuk kedua kalinya karena gangguan irama jantung.
Perawat dan tim dokter mengalami dilema apakah tindakan pemberian
nutrisi dengan soda tetap dilakukan sesuai dengan keinginan pasien ataukah
melakukan tindakan lain untuk memperbaiki kondisi kesehatannya?

Anda mungkin juga menyukai