Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS PANGAN

Rombongan I
Kelompok V

Anggota :
AMELIA PUSPASARI (A1M011013)
M. SYAIFUDDIN (A1M011039)
MIRA PERTIWI (A1M011041)
AYU KINANTI (A1M011045)
FAUZIYAH NABILAH (A1M011047)
NADYA WIHARTATI (A1M0110483)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS PANGAN

ACARA III
BUAH - BUAHAN

Rombongan I
Kelompok V

Penanggung Jawab :
MIRA PERTIWI (A1M011041)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Buah adalah organ pada tumbuhancccberbungacccc yangcccmerupakan


perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus
dan melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan
fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan. Buah seringkali
memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri karena
di dalamnya disimpan berbagai macam produk metabolisme tumbuhan, mulai
dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

Sudah menjadi rahasia umum bahwa buah-buahan mengandung banyak


manfaat bagi tubuh. Dengan begitu kayanya tanah di Indonesia, ragam dari buah-
buahan juga bisa begitu banyak dijumpai dan dijadikan pilihan untuk menunjang
kesehatan tubuh. Para ahli nutrisi pun setuju dengan mengkonsumsi buah secara
rutin setiap harinya.

Manfaat yang di hasilkan dari buah – buahan dikarenakan adanya


kandungan zat yang baik dalam buah – buahan itu sendiri. Zat yang terkandung
didalam tiap jenis buah – buahan memiliki jumlah serta kadar yang berbeda –
beda. Tiap buah tersebut memiliki karakteristik dan tingkat kematangan yang
beragam sehingga membuat kandungan zat yang terdapat didalamnya juga
berbeda – beda. Beberapa zat dan bahan yang terkandung didalamnya selain
kandungan vitamin C diantaranya adalah total asam.

Vitamin C atau asam askorbat merupakan salah satu vitamin yang


dibutuhkan sebagai suplemen yang sangat penting bagi tubuh manusia. Adanya
vitamin C, mempengaruhi keasaman dalam suatu buah. Kandungan zat-zat
tersebut dianggap dapat mempengaruhi sifat fisik serta kimia secara keseluruhan
sehingga dapat mempengaruhi mutu dari buah-buahan itu juga.
Pada praktikum kali ini dilakukan analisis kadar vitamin C dan total asam
tertitrasi pada beberapa macam buah yaitu jambu, mangga, nanas, tomat, pepaya,
dan semangka.

B. Tujuan

 Mengetahui dan memahami cara analisis serta penentuan kadar vitamin C


pada produk pangan (khususnya buah) dengan titrasi yodium
 Mengetahui dan memahami cara analisis serta penentuan kadar total asam
tertitrasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tiap buah memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda beda. Perbedaan
sifat fisik dan kimia pada buah di pengaruhi oleh faktor kematangan. Sifat fisik
buah dapat dilihat secara inderawi. Sedangkan untuk mengetahui sifat kimia dari
buah perlu dilakukan berbagai uji coba kimia. Uji coba kimia buah yang dapat
dilakukan yaitu analisis terhadap pH, total asam, padatan terlarut (soluble solid)
dan vitamin C. Analisis merupakan penguraian bahan menjadi senyawa-senyawa
penyusunnya yang kemudian dipakai sebagai data untuk menetapkan komposisi
bahan tersebut (Laksmi, 2010)

Vitamin C

Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan
memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga
dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C
termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal
bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah
teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam (Martha, 2012).

Vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi
pada bagian atas usus halus lalu masuk keperedaran darah melalui vena porta.
Rata-rata absorpsi adalah 90% untuk konsumsi diantara 20 dan 120 mg
sehari.Tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C, bila konsumsi
mencapai 100 mg sehari (Anonim, 2010)

Vitamin C sangat di perlukan oleh tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa


makanan yang mengandung antioksidan (vitamin C dan β-karoten) dapat
mencegah penyakit diabetes mellitus (Arifin, dkk., 2007), Selain itu vitamin C
juga dapat mencegah terjadinya skorbut dan atherosclerosis.

Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan
mudah rusak selama pemrosesan dan penyimpanan. Disamping itu sangat larut
dalam air dan mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar,
alkali, enzim, oksidator, serta oleh alkalis tembaga dan besi. Sumber utama
vitamin C dalam makanan adalah buah dan sayur. Buah yang masih mentah lebih
banyak mengandung vitamin C, semakin tua buah maka semakin berkurang
kandungan vitamin Cnya. Penentuan vitamin C dapat dikerjakan dengan totrasi
iodine. Hal ini berdasarkan sifat bahwa vitamin C dapat bereaksi dengan iodine.
Indikator yang dipakai adalah amilum. Akhir titrasi ditandai denagn terjadinya
warna biru dari iodine-amilum (Sudarmaji, S,dkk, 1996).

Dalam tubuh, viitamin berfungsi sebagai senyawa biokatalis. Analisis


vitamin C dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode – metode ini di
gunakan untuk mengetahui kandungan asam askorbat yang terdapat dalam suatu
bahan. Asam askorbat di laboratorium berbentuk padatan berwarna kuning
(Anneahira, 2010)

Berbagai metode penetapan vitamin C

a. Metode Fisik

 Metode spektroskopis

Metode ini berdasarkan pada kemampuan vitamin C yang terlarut dalam


air untuk menyerap sinar ultraviolet, dengan panjang gelombang
meksimum pada 256 nm.

 Metode Polarografi

Metode ini berdasarkan pada potensial oksidasi asam askorbat dalam


larutan asam atau bahan pangan yang bersifat asam, misalnya ekstrak
buah-buahan dan sayuran.

b. Metode Kimia

 Titrasi dengan iodin

Kandungan vitamin C dalam larutan murni dapat ditentukan secara titrasi


menggunakan larutan 0,01 N iodin.
 Titrasi dengan 2,6-dikhlrofenol indofenol atau larutan dye. Pengukuran
vitamin C dengan titrasi menggunakan 2,6-dikhlrofenol indofenol pertama
kali dilakukan oleh Tillmas pada tahun 1972.

 Titrasi dengan methylelen-blue (biru metilen)

Asam askorbat dapat direduksi methylelen-blue dengan bantuan cahaya


menjadi bentuk senyawa leuco (leuco- methylelen-blue).

 Metode tauber

Larutan vitamin C dalam asam asetat ditambah /dicampurkan dengan


larutan ferrisulfat dan asam folat, kemudian ditambahkan larutan
permanganat yang akan membentuk warna biru.

 Tes Furfural

c. Metode biokimia

Metode ini berdasarkan kemampuan enzim asam askorbat oksidase untuk


mengoksidasi asam askorbat.

d. Metode biologi

Walaupun banyak diganti dengan metode kimia dan fisika untuk menentukan
vitamin C, metode biologi tetap merupakan metode penentu vitamin C yang
paling realistis dan paling mendekati kebenaran (Anonim, ).

Total Asam

Jenis asam banyak ditemukan pada beberapa jenis tanaman, terutama


tanaman buah-buahan. Asam-asam ini terdapat dalam jumlah kecil dan
merupakan hasil antara (intermediete) dalam metabolisme, yaitu dalam siklus kreb
(siklus asam trikarboksilat), siklus asam glioksilat, dan siklus asam shikimat. Rasa
asam yang ada juga dapat disebabkan oleh adanya vitamin C. Buah yang
mempunyai kandungan gula tinggi biasanya juga disertai adanya asam. Pada buah
klimaterik, asam organik menurun segera setelah proses klimaterik terjadi. Jumlah
asam akan berkurang dengan meningkatnya aktivitas metabolisme buah tersebut.
Selama penyimpanan keasaman buah bervariasi tergantung tingkat kematangan,
jenis dan suhu penyimpanan. Biasanya buah yang masih muda memiliki
kandungan asam yang lebih tinggi (Laksmi, 2010).

Menurut Anonim (2011) Nilai TAN (nomor asam total) dapat disimpulkan
dengan beberapa metode yang berbeda, misalnya dengan titrasi potensiometri atau
dengan titrasi indikator warna :

 Titrasi potensiometri: Sampel biasanya dilarutkan dalam toluena dan


propanol dengan sedikit air dan dititrasi dengan kalium hidroksida
beralkohol (sampelasam). Sebuah elektroda gelas dan elektroda referensi
direndam dan terhubung ke voltmeter / potensiometer. Pembacaan meter
(milivolt) diplot terhadap volume titran. Titik akhir diambil di infleksi
yang berbeda dari kurva titrasi yang dihasilkan sesuai dengan larutan
penyangga dasar.
 Warna titrasi menunjukkan: Sebuah warna indikator pH yang sesuai
misalnya fenolftalein, digunakan. Titran ditambahkan ke sampel dengan
cara suatu buret. Volume titran digunakan untuk menyebabkan perubahan
warna permanen dalam sampel dicatat dan digunakan untuk menghitung
nilai TAN.
III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat

 Timbangan  Corong
 Labu ukur 100ml  Kertas saring
 Blender  Erlenmeyer
 Sentifuge  Pipet ml

Bahan

 Jambu biji  Indikator pp


 Mangga  Larutan amilum
 Nanas  Iodium 0,1 N
 Tomat  Aquades
 Pepaya  NaOH 0,1 N
 Semangka

B. Prosedur

Penentuan Kadar Vitamin C

200 g – 300 g bahan di hancurkan sampai diperoleh slurry

10 g slurry dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan


aquades sampai batas tanda. Saring dengan sentrifuge.

5 ml filtrat di ambil dengan pipet, masukkan ke dalam labu erlenmeyer


125 ml. Tambahkan 2ml larutan amilum 1%

Titrasi dengan 0,01 N yodium, hitung kadar vitamin C


Penentuan Total Asam Tertitrasi

Sampel di homogenkan

Ditimbang 10 g bahan yang telah homogen

Dilarutkan dengan 100 ml aquades

Disaring dengan kertas saring, diambil filtrat 20 ml

Ditetesi indikator pp 2 – 3 tetes

Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berubah warna menjadi pink dan
bertahan selama 30 detik, dihitung total asam tertitrasi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Kadar Vitamin C

NO Sampel Berat (g) Iod (ml) Kadar Vitamin (mg)

1 Jambu 10 4,0 70,4

2 Mangga 10 2,25 39,6

3 Nanas 10 3,4 59,84

4 Tomat 10,2 2,8 49,28

5 Pepaya 10 1,3 22,88

6 Semangka 10 5,1 89,76

Total Asam Tertitrasi

Total Asam
NO Sampel Berat (g) NaOH (ml)
Tertitrasi (%)

1 Jambu 10 1,2 0,0012

2 Mangga 10 1,8 0,0013

3 Nanas 10 1,0 0,0010

4 Tomat 10,2 0,8 0,00078

5 Pepaya 10 0,4 0,0004

6 Semangka 10 0,3 0,0003


Perhitungan Kadar Vitamin C Perhitungan Total Asam Tertitrasi

Rumus = ml iod x FP x 0,88 𝑣 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻


Rumus = x 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)

1. Jambu
1. Jambu Biji
= 4 x 20 x 0,88
1,2 𝑥 0,1
= 70,4 mg AA = x 100 %
10000

2. Mangga
= 0,0012 %
= 2,25 x 20 x 0,88
2. Mangga
= 39,6 mg AA 1,3 𝑥 0,1
= x 100 %
10000
3. Nanas
= 0,0013 %
= 3,4 x 20 x 0,88
3. Nanas
= 59,84 mg AA
1,0 𝑥 0,1
= x 100 %
10000
4. Tomat
= 0,0010 %
= 2,8 x 20 x 0,88
4. Tomat
= 49,28 mg AA
0,8 𝑥 0,1
5. Pepaya = x 100 %
10200

= 1,3 x 20 x 0,88 = 0,00078 %

= 22,88 mg AA 5. Pepaya
0,4 𝑥 0,1
6. Semangka = x 100 %
10000

= 5,1 x 20 x 0,88
= 0,0004 %
= 89,76 mg AA
6. Semangka
0,3 𝑥 0,1
= x 100 %
10000

= 0,0003 %
B. Pembahasan

Penentuan Kadar Vitamin C.

Produk buah – buahan memiliki sifat kimiawi yang berbeda beda. Salah
satunya yaitu berbedaan kandungan nilai gizi seperti vitamin C. Kandungan
vitamin C pada setiap buah tergantung dari jenis komoditas buah itu sendiri,
tingkat kematangan dan faktor – faktor fisiologis dan perlakuan pasca panen lain
yang dapat menyebabkan perubahan kimia (Helmiyesi dkk, 2008) .

Pada praktikum kali ini dilakukan analisis penentuan kadar vitamin C


pada beberapa macam buah yaitu jambu biji, mangga, nanas, tomat, pepaya, dan
semangka. Penentuan kadar vitamin C dilakukan dengan menggunakan metode
titrasi yodium. Prinsip dari titrasi yodium yaitu yodium dapat mengadisi ikatan
rangkap vitamin C pada atom karbon C nomor 2 dan 3. Ikatan rangkap yang
diadisi oleh yodium akan putus menjadi ikatan tunggal . Reaksinya adalah sebagai
berikut :
O=C O = C ─ OH
│ │
HO = C HO ─ C ─ I
│ O │
HO = C HO ─ C ─ I
│ + I2 │
H─C H ─ C ─ OH
│ │
HO ─ C ─ H HO ─ C ─ H
│ │
C ─H2OH CH2OH

(Sudarmadji, 1987).

Jika seluruh vitamin C telah diadisi oleh yodium, maka yodium yang
menetes selanjutnya saat titrasi akan bereaksi dengan larutan indikator amilum,
membentuk iod-amilum yang berwarna biru. Terbentuknya warna biru
menunjukkan bahwa proses titrasi telah selesai, karena seluruh vitamin C sudah
diadisi oleh yodium, Sehingga volume iodin yang dibutuhkan saat titrasi setara
dengan jumlah vitamin C.
Masing masing sampel di timbang sebanyak 200 – 300 gram kemudian
digerus dengan mortar hingga di peroleh slurry. Selanjutnya sebanyak 10 gram
slurry dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan di tambahkan aquades hingga
batas tanda. Selanjutnya campuran tersebut di sentrifuse hingga di peroleh filtrat.
Sentrifuse adalah alat yang dapat memisahkan cairan dan padatan atau cairan
dengan kepekatan berbeda-beda dengan memanfaatkan gaya sentrifugal yang
dihasilkan dari rotasi (Anonim, 2013).

Pada akhir sentrifuse, diambil 5 ml filtrat dan di masukkan ke dalam labu


erlenmeyer, di tambahkan 2 ml larutan amilum 1%. Larutan amilum berfungsi
sebagai indikator, karena apabila tidak diberi penambahan amilum maka titrasi
tersebut tidak akan terjadi perubahan warna (Laksmi, 2010), selanjutnya larutan di
titrasi dengan standar yodium 0,01 N hingga warna larutan berubah warna biru
yang berasal dari amilum yang bereaksi dengan yodium (iod-amilum).

Pada akhir titrasi diketahui bahwa jumlah ml standar yodium yang di


butuhkan untuk setiap jenis filtrat buah berbeda – beda. Didapatkan hasil jumlah
standar yodium yang di butuhkan untuk men-titrasi filtrat buah jambu, mangga,
nanas, tomat, pepaya dan semangka brturut turut adalah 4,0 ml; 2,35 ml; 3,4 ml;
2,8 ml; 1,3 ml; dan 5,1 ml.

Nilai faktor pengenceran yaitu 20 ml, di peroleh dari hasil perhitugan 100
ml / 5 ml. 100 ml merupakan jumlah campuran aquades yang di butuhkan untuk
melarutkan 10 gram slurry buah, sedangkan 5 ml merupakan jumlah filtrat yang
diambil dari hasil sentrifuge campuran aquades dengan slurry buah.

Setiap 1ml 0,01 N yodium setara dengan 0,88 mg asam askorbat. Jumlah
ml standar yodium setiap buah dan faktor pengenceran tersebut kemudian di
subtitusi ke dalam rumus = ml iod x FP x 0,88. Berdasarkan hasil perhitungan
yang telah dilakukan praktikan, di dapatkan kadar vitamin C untuk buah jambu,
mangga, nanas, tomat, pepaya dan semangka berturut turut adalah 70,4 mg; 39,6
mg; 59,84 mg; 49,28 mg; 22,88 mg; 89,76 mg. Kadar vitamin C tertinggi dimiliki
oleh buah semangka diikuti oleh jambu, nanas, tomat, mangga dan pepaya di
urutan terakhir.
Hasil praktikum sangat berbeda dengan referensi yang didapat praktikan.
Menurut direktorat Gizi Depkes RI (1981), dalam Rukmana (1996), kandungan
vitamin C dalam setiap 100 gr buah jambu biji segar sebanyak 87,00 mg.
Menurut Dr. Nat. B. M. Chee Schramm dalam Rismunandar, 1990, kandungan
vitamin C pada wortel , pepaya dan tomat adalah sebesar 6 mg, 78 mg, dan 34 per
100 gram buah segar mask. Menurut admin (2013) nanas mengandung 56 mg
vitamin C per 100 gr buahnya. Menurut godam (2012) semangka mengandung 6
mg vitamin c per 100 gram buah.

Berdasarkan sumber dari berbagai referensi, kandungan vitamin C


tertinggi seharusnya dimiliki oleh buah jambu biji. Ketidaksesuaian ini mungkin
disebabkan karena kondisi buah yang sudah tidak optimal atau kesalahan saat
melakukan titrasi, yaitu perhitungan volume iodium yang ditambahkan kurang
teliti sehingga berpengaruh terhadap hasil kandungan vitamin C yang diperoleh.

Total Asam Tertitrasi

Keasaman sangat erat hubungannya dengan total asam. Semakin tinggi


total asam pada buah maka pH buah-buahan akan semakin rendah (makin asam),
demikian juga sebaliknya.

Sebelum di titrasi, sampel yang akan diuji di gerus terlebih dahulu dengan
mortar. Tujuan dari penggerusan adalah agar sampel menjadi homogen dan untuk
memperluas permukaan bahan. Selanjutnya 10 gram sampel yang telah homogen
dilarutkan dengan 100 ml aquades dan dikocok. Hal ini merupakan cara untuk
ekstraksi asam, dengan tujuan agar zat yang diinginkan dapat larut semaksimal
mungkin pada pelarut yang digunakan yaitu NaOH. Kemudian dilakukan
penyaringan dengan kertas saring agar didapatkan filtrat yang akan di gunakan
dalam proses titrasi. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan air yang sudah
mengandung asam dari jaringan bahan lain.

Sebanyak 20 ml filtrat di tetesi dengan larutan indikator pp sebanyak 2 – 3


tetes. PP biasa ditambahkan pada proses titrasi untuk mengetahui apakah reaksi
sudah mencapai titik ekuivalen atau belum (Anonim, 2011). Setelah itu di lakukan
titrasi dengan NaOH 0,1 N hingga terbentuk warna pink yang dapat bertahan
selama 30 detik. Volume NaOH yang diperlukan menunjukkan jumlah asam
sitrat pada buah tersebut, karena NaOH akan menetralkan asam sitrat yang
ditandai dengan adanya perubahan warna.

Selanjutnya berat sampel, konsentrasi NaOH, dan volume NaOH yang


telah diketahui dari proses titrasi di subtitusi ke dalam rumus

𝑣 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻
= x 100 % untuk mengetahui total asam tertitrasi pada
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)

setiap buah.

Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan hasil bahwa presentase jumlah


total asam tertitrasi tertinggi dimiliki oleh buah mangga dengan nilai 0,0013 %,
diikuti oleh jambu biji, nanas, tomat, pepaya, dan semangka dengan nilai total
asam tertitrasi berturut turut 0,0012 %; 0,0010%; 0,00078%; 0,0004%; dan
0,0003%.
IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

 Kadar vitamin C tertinggi dimiliki oleh buah semangka dengan nilai 89,76
mg diikuti oleh jambu, nanas, tomat, mangga dan pepaya di urutan terakhir
dengan nilai berturut – turut 70,4 mg; 59,84 mg; 49,28 mg; 39,6 mg; 22,88
mg.
 Presentase total asam tertitrasi tertinggi dimiliki oleh buah mangga dengan
nilai 0,0013 %, diikuti oleh jambu biji, nanas, tomat, pepaya, dan
semangka dengan nilai total asam tertitrasi berturut turut 0,0012 %;
0,0010%; 0,00078%; 0,0004%; dan 0,0003%.

B. Saran

1 Dalam melakukan titrasi baik dengan Iod maupun NaOH harus sangat
hati-hati, perubahan warna yang terjadi harus benar-benar pas, karena
terjadi selisih sedikit saja sudah menyebabkan perbedaan dalam
analisisnya.
2 Bahan-bahan yang akan dianalisis sebaiknya tidak dikupas kulitnya,
seperti pada jambu biji, karena dapat mengurangi kandungan vitamin C
yang terdapat dalam jambu biji tersebut.
Daftar Pustaka

Admin. 2013. Buah dengan Kandungan Vitamin C Lebih Banyak dari Jeruk :
http://www.sunpride.co.id/9-buah-dengan-kandungan-vitamin-c-lebih-
banyak-daripada-jeruk/#sthash.Px600Ns9.dpuf (diakses pada 23 Juni
2013)
Anonim. 2010. Analisis Kadar Vitamin C Pada Buah Jambu Biji Merah.
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=4592 (diakses pada 22 Juni
2013)
Anonim. 2013. Sentrifuse. http://kamuskesehatan.com/arti/sentrifus/ (diakses pada
22 Juni 2013)
Anonim. 2011. Total Asam : http://muspirahdjalal.blogspot.com/2011/10/total-
asam.html (diakses pada 22 Juni 2013)
Anonim. 2011. Fungsi PP :
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20111116010811AAvb0
1f (diakses pada 23 Juni 2013)
Arifin, H., Delvita, V., Almahdy, 2007, Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap
Fetus Mencit Diabetes, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, 12(1), 32-40.
Godam. 2012. Isi Kandungan Gizi Buah Semangka :
http://keju.blogspot.com/1970/01/isi-kandungan-gizi-buah-semangka-
komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html (diakses pada 23 Juni 2013)
Helmiyesi dkk. 2008. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Gula dan
Vitamin C pada Buah Jeruk Siam ( Citrus nobilis var. microcarpa ),
Bulentin Anatomi dan Fisiologi. Volume XVI : 2, 33-37
Laksmi, Natya. 2010. Analisis Buah – Buahan :
http://natyalaksmi.wordpress.com/laporan-analisis-pangan-buah/ (diakses
pada 22 Juni 2013)
Martha Ayu, dkk. 2012. Uji Vitamin C :
http://gitaayumartha.blogspot.com/2013/01/laporan-praktikum-uji-
vitamin-c_21.html (diakses pada 22 Juni 2013)
Rismunandar. 1990. Membudidayakan Tanaman Buah-Buahan. Penerbit Sinar
Baru, Bandung.
Sudarmaji, slamet.Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. PAU Pangan Gizi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai