Makalah Deodoran Kel5
Makalah Deodoran Kel5
Disusun oleh :
UIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua. Diantaranya nikmat kesehatan dan
kesempatan, penulis mampu menyelesaikan makalah ini yang berjudul Formulasi Sediaan
Deodorant. Sehingga kita semua dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Sehingga dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
dalam penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi
menyempurnakan pembuatan makalah ini.
Penulis,
2
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu:
1. Mengetahui pengertian deodorant atau antiperspirant.
2. Mengetahui cara pembuatan deodorant stik lendir daun lidah buaya.
3. Mengetahui evaluasi yang dilakukan pada hasil deodorant stik lendir lidah
buaya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
1. Antipresipirant
Antiperspiran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menekan
produksi keringat, baik ekrin maupun apokrin (Gros dan Keith, 2009).
Mekanisme antiperspiran dapat berupa (Wasitaatmadja, 1997):
Penyumbatan saluran keringat atau muara saluran keringat dengan cara:
a. Membentuk endapan protein keringat
b. Membentuk endapan keratin epidermis
c. Membentuk infiltrat dinding saluran keringat, Contoh: garam-garam
aluminium, seperti (Rahayu, dkk., 2009):
i. Aluminium kalium sulfat (tawas/alum)
ii. Aluminium klorohidrat
Aluminium klorohidrat adalah kelompok garam yang mempunyai
rumus umum AlnCl(3n-m)(OH)m, biasanya digunakan dalam
deodoran dan antiperspiran serta flokulan pada permunian air.
Aluminium klorohidrat digunakan dalam antiperspiran dan pada
terapi hiperhidrosis.
iii. Aluminium klorida
Aluminium klorida adalah bahan kimia dengan rumus kimia AlCl3.
Aluminium klorida dikenal sebagai astringen dan antiseptik.
iv. Aluminium zirconium tetrachlorohydrex; anhydrous aluminium
zirconium tetrachlorohydrex; aluminium zirconium chloride
hydroxide; aluminium zirconium tetrachlorohydrate; aluminium
zirconium chlorohydrate.
2. Deodorant
Deodoran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menyerap keringat,
menutupi bau badan dan mengurangi bau badan (Rahayu, dkk., 2009). Deodoran
dapat juga diaplikasikan pada ketiak, kaki, tangan dan seluruh tubuh biasanya
6
dalam bentuk spray (Egbuobi, dkk., 2013). Bahan aktif yang digunakan dalam
deodoran dapat berupa: (Wasitaatmadja, 1997, Butler, 2000).
1. Pewangi (parfum); untuk menutupi bau badan yang tidak disukai. Dengan
adanya pewangi maka deodoran dapat digolongkan dalam kosmetik pewangi
(perfumery).Pembunuh mikroba yang dapat mengurangi jumlah mikroba pada
tempat asal bau badan.
2. Antiseptik: pembunuh kuman apatogen atau patogen, misalnya heksaklorofen,
triklosan, triklokarbanilid, amonium kwartener, ion exchange resin. Sirih
merupakan antiseptik tradisional yang banyak digunakan.
3. Antibiotik topikal: pembunuh segala kuman, misalnya neomisin, aureomisin.
Pemakaian antibiotik tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan resistensi
dan sensitisasi.
4. Antienzim yang berperan dalam proses pembentukan bau, misalnya asam
malonat, metal chelating, klorofil. Dosis yang diperlukan terlalu tinggi
sehingga dapat menimbulkan efek samping.
5. Eliminasi bau (odor eliminator); yang dapat mengikat, menyerap, atau
merusak struktur kimia bau menjadi struktur yang tidak bau, misalnya seng
risinoleat, sitronelik senesiona, ion exchange resin.
Perbedaan antara antiperspiran dan deodoran; antiperspiran diklasifikasikan
sebagai kosmetik medisinal/obat karena mempengaruhi fisiologi tubuh yaitu fungsi
kelenjar keringat ekrin dan apokrin dengan mengurangi laju pengeluaran keringat
sedangkan deodoran membiarkan pengeluaran keringat, tetapi mengurangi bau badan
dengan mencegah penguraian keringat oleh bakteri (efek antibakteri) dan menutupi
bau dengan parfum. Penggunaan deodoran bukan hanya pada ketiak saja, tetapi bisa
juga pada seluruh bagian tubuh. Deodoran tidak mengontrol termoregulasi, sehingga
deodoran digolongkan sebagai sediaan kosmetik (Butler, 2000; Egbuobi, dkk., 2013).
Sediaan deodoran bukanlah sediaan antiperspiran tetapi sediaan antiperspiran secara
otomatis adalah sediaan deodoran juga. Hal ini karena sediaan antiperspiran dapat
mengurangi populasi bakteri ketika pengeluaran keringat dihambat sehingga bau
badan berkurang.
3. Deodoran antiperspiran stick
Deodoran antiperspiran stick, berbentuk batang padat, mudah dioles dan
merata pada kulit, bau sedap, stik transparan atau berwarna. Pembuatannya berbeda
dengan pembuatan lipstik karena deodoran ini merupakan gel sabun. Pembuatannya
7
mirip dengan pembuatan emulsi, yaitu suatu fase minyak (fatty acid) diadukkan dalam
suatu fase larutan alkali dalam air/alkohol pada suhu sekitar 70oC. Gel panas yang
terbentuk diisikan ke dalam cetakan pada suhu sekitar 60 - 65 oC dan dibiarkan
memadat (Ditjen POM, 1985; Tranggono dan Latifah, 2007).
Deodoran antiperspiran stick adalah kosmetika yang berbahan dasar; natrium
stearat (asam sterat dan natrium hidroksida) dan sebagai pelarut menggunakan
propilen glikol atau alkohol (Bulter, 2000). Untuk mencegah kristalisasi garam
aluminium maka digunakan gliserin atau propilen glikol dan untuk alasan yang sama
maka hanya sejumlah kecil alkohol yang ditambahkan pada formula (Poucher,
1978).Garam kompleks aluminium dibuat dengan penambahan laktat ke dalam
aluminium klorhidrat. Garam kompleks natrium aluminium klorhidrosilaktat dapat
bercampur dengan natrium stearat atau sabun lain, karena ionisasi aluminium dapat
ditekan jika pH larutan meningkat (Ditjen POM, 1985). Pertengahan tahun 1950,
diperkenalkan natrium aluminium klorhidrosilaktat kompleks yang stabil di dalam
dasar deodoran stik. Sediaan yang mengandung kompleks ini mempunyai aktifitas
antibakteri tetapi, efektifitas sebagai antiperspiran menjadi berkurang (Butler, 2000).
8
Antiperspirant mengandung perfume dan bahan kimia yang menghambat atau
menyumbat pori-pori untuk menghentikan pengeluaran keringat (BPOM,
2009).
Antiperspirant dapat berbentuk aerosol, bedak kompak, emulsi, krim, larutan, atau stik.
a. Antiperspirant aerosol
b. Antiperspirant bedak kompak
c. Antiperspirant emulsi, merupakan larutan yang mengandung emulgator. Untuk
larutan yang mengandung kadar elektrolit tinggi diperlukan ketelitian dalam
memilih emulgator, agar tidak mudah rusak.
d. Antiperspirant krim
e. Antiperspirant larutan
f. Antiperpirant stik, dibuat menggunakan garam kompleks dengan penambahan
laktat ke dalam aluminium klorhidrat. Garam kompleks natrium aluminium
klorhidroksilaktat dapat campur dengan Natrium Stearatatau sabun lain, karena
ionisasi Aluminium dapat ditekan jika pH larutan meningkat menjadi 8-8,5 ,
menyebabkan sangat mudah campur.
9
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL
A. METODE PENELITIAN
1. ALAT DAN BAHAN
ALAT
a. Lemaries ( tempatpenyimpanan )
BAHAN
a. Lendirdaunlidahbuaya ( Aloe Vera Linn ) ( Zataktif )
b. Bronidox ( sebagai anti oksidan)
2. METODE
A.Pengumpulan bahan dan deterimasi tanaman
B. Isolasi dan Identifikasi bakteri penyebab bau badan dari sukarelawan
Diblender
Disimpan dalam lemari es 15
menit
Hasil
10
Dibuat konsentrasi 10,
11,12,13,14,15,16,17,18,19,20 (%
v/v)
Hasil
Pemeriksaan Organoleptik
Pengukuran viskositas
Penentuan kadar air,Abu dan
bobot jenis
Identifikasi bakteri
Penentuan KHTM
Uji stabilitas fisik sedian
deodorant batas tipe alcohol dan
lemak
Uji titik potong deodorant
batang tipe alcohol gel
Uji aktifitas anti bakteri sediaan
Uji keamanan sediaan
Hasil
Pada penelitian ini, tanaman yang digunakan adalah Lidah Buaya. Klasifikasi dari
tanaman lidah buaya yang digunakan adalah:
11
Anak Divisi : Spermatophyta
Divis : Angiospermae
Kelas : Dycotyledone
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Aloe
1. Pemeriksaan Organoleptis
Dari Tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa perubahan bentuk, warna, dan bau lendir
daun lidah buaya mulai terjadi pada hari ke-35, yaitu bentuk lendir daun lidah buaya dari
cairan kental berubah menjadi bentuk cairan agak kental, warna dari hijau kekuningan
menjadi hijau pucat. Perubahan selanjutnya pada hari ke-42 warna berubah dari hijau
pucat dan makin coklat pada hari selanjutnya. Sedangkan pada hari ke-49 bau khas lidah
buaya mulai melemah dan menjadi bau busuk pada hari ke-56 waktu penyimpanan, dan
bentuk cairan berubah dari cairan agak kental menjadi cairan encer. Hasil tersebut terjadi
12
karena adanya reaksi oksidasi baik secara enzimatis maupun non enzimatis (dari udara).
Bau busuk yang timbul pada hari ke-56 waktu penyimpanan mungkin dikarenakan adanya
penguraian asam amino yang terdapat pada lendir daun lidah buaya.
2. Pengukuran Viskositas
Dari Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa viskositas rata-rata lendir daun
lidah buaya tanpa poses stabilisasi selama waktu penyimpanan mengalami penurunan
yang cukup signifikan.
Dari Tabel 3 dapat diperoleh kadar air lendir daun lidah buaya rata-rata
sebesar 98,62 %. Hal ini sesuai dengan persyaratan kadar air dari lendir daun lidah
buaya (Aloe vera Linn.) berdasarkan pustaka yaitu kurang dari 99 % sehingga lendir
daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) yang digunakan dalam penelitian dapat dikatakan
sudah memenuhi persyaratan. Pada penentuan kadar abu, diperoleh kadar abu rata-
rata lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) sebesar 0,135%. Jika dilihat dari
persyaratan kadar abu lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) menurut pustaka
adalah sebesar 4%, maka dapat disimpulkan bahwa lendir daun lidah buaya (Aloe
13
vera Linn.) yang digunakan dalam pene-litian sudah memenuhi persyaratan.
Berdasarkan Tabel 3 diatas juga didapat hasil berat jenis rata-rata lendir daun lidah
buaya (Aloe vera Linn.) adalah sebesar 1,013 g/cm3. Menurut pustaka berat jenis
lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) harus mendekati berat jenis air. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh diatas sudah memenuhi persyaratan.
4. Identifikasi Bakteri
Berdasarkan hasil identifikasi bakteri dari ketiak tiga orang sukarelawan, dapat
diketahui bahwa pada setiap sukarelawan hanya terdapat bakteri Staphylococcus
epidermidis sebagai penyebab bau badan. Bakteri tersebut akan digunakan untuk
menentukan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) lendir daun lidah
buaya (Aloe vera Linn.) dan juga untuk menguji aktivitas antibakteri sediaan
deodoran batang yang dibuat dengan berbagai konsentrasi lendir daun lidah buaya
(Aloe vera Linn.).
5. Penentuan KHTM Lendir Daun Lidah buaya (Aloe vera Linn.)
Penentuan KHTM (Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum) dilaku-kan
terhadap satu jenis bakteri yang berhasil diidentifikasi dari ketiga su -karelawan,
yaitu Staphylococcus epidermidis dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Penentuan KHTM (Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum)
Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Terhadap Bakteri Staphlococcus
epidermidis
Keterangan :
14
Dari Tabel 4 diatas diperoleh Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum
(KHTM) lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) terhadap bakteri
Staphylococcus epidermidis adalah sebesar 15% v/v.
6. Uji Stabilitas Fisik Sediaan Deodoran batang Tipe Alkohol Gel dan Tipe Lemak
a. Tipe Alkohol Gel
Tabel 5. Hasil Uji Stabilitas Bentuk, Warna, Bau, Homogenitas, dan Jenis
Olesan Deodoran Batang Tipe Alkohol Gel dengan Lendir Daun Lidah
Buaya (Aloe vera Linn.) Berbagai Konsentrasi
Keterangan :
FA : Deodoran batang tipe alkohol gel tanpa lendir daun lidah buaya
FA1 : Deodoran batang tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya 12 %
FA2 : Deodoran batang tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya 15 %
FA3 : Deodoran batang tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya 18 %
- : Tidak terjadi perubahan
+ : Terjadi perubahan
15
Dari Tabel 5 diatas, diketahui bahwa bentuk, bau, homogenitas, dan
jenis olesan deodoran batang tipe alkohol gel dengan berbagai konsentrasi
lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) pada umumnya stabil tidak
mengalami perubahan selama waktu penyimpanan 56 hari. Kecuali stabilitas
warna dari formula FA, FA1, FA2, FA3 menunjukkan perubahan pada
penyimpanan hari ke-56 yaitu warna berubah dari putih menjadi putih
kekuningan. Hal ini mungkin disebabkan karena pengaruh dari jumlah lendir
daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) yang ditambahkan atau mungkin karena
adanya interaksi dari masing-masing bahan penyusun formula dengan lendir
daun lidah buaya.
b. Tipe Lemak
Tabel 6. Hasil Uji Stabilitas Bentuk, Warna, Bau, Homogenitas, dan Jenis
Olesan Deodoran Batang Tipe Lemak dengan Lendir Daun Lidah Buaya
(Aloe vera Linn.) Berbagai Konsentrasi
Keterangan :
16
FB : Deodoran batang tipe lemak tanpa lendir daun lidah buaya
FB1 : Deodoran batang tipe lemak dengan lendir daun lidah buaya 12 %
FB2 : Deodoran batang tipe lemak dengan lendir daun lidah buaya 15 %
FB3 : Deodoran batang tipe lemak dengan lendir daun lidah buaya 18 %
- : Tidak terjadi perubahan
+ : Terjadi perubahan
Keterangan :
FA : Deodoran batang tipe alkohol gel tanpa lendir daun lidah buaya
FA1 : Deodoran batang tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya 12 %
FA2 : Deodoran batang tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya 15 %
FA3 : Deodoran batang tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya 18 %
Dari Tabel diatas juga diketahui bahwa harga titik potong masing-
masing formula FA, FA1, FA2, dan FA3 menunjukkan adanya kenaikan
17
selama waktu penyimpanan. Hal ini disebabkan oleh hilangnya sebagian
alkohol dari sediaan selama waktu penyimpanan, sehingga konsistensi sediaan
deodoran batang akan menjadi lebih keras.
b. Tipe Lemak
Tabel 8. Hasil Uji Titik Potong Deodoran Batang Tipe Lemak dengan
Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Berbagai Konsentrasi Selama
Waktu Penyimpanan
Keterangan :
18
Keterangan :
FA : Deodoran batang tipe alkohol gel tanpa lendir daun lidah buaya
FA1 : Deodoran batang tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya 12 %
FA2 : Deodoran batang tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya 15 %
FA3 : Deodoran batang tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya 18 %
mm : milimeter
19
cawan petri sudah tidak mengalami pertumbuhan lagi, sehingga zona bening
tidak melebar selama 56 hari waktu penyimpanan.
b. Tipe Lemak
Tabel 10. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Deodoran Batang Tipe Lemak
dengan Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Berbagai Konsentrasi
Selama Waktu Penyimpanan
Keterangan :
FA3 : Deodoran batang tipe lemak dengan lendir daun lidah buaya 18 %
mm : milimeter
20
masing-masing untuk tipe alkohol gel dan tipe lemak. Hasil uji keamanan sediaan
dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12 berikut :
Tabel 11. Hasil Uji Keamanan Deodoran Batang Tipe Alkohol Gel dengan
Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Konsentrasi tertinggi (18%)
21
Keterangan :
- : tidak terjadi iritasi
+ : timbul panas
++ : timbul eritema
+++ : timbul gatal-gatal
++++ : timbul perih
22
BAB IV
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
Leon, A. G., dan David L. (1954). Handbook of Cosmetic Materials-The Properties, Uses
and Toxic and Dermatologic Actions. Interscience Publishes Inc.: New York.
Butler, H. (ed.). (2000). Poucher's Perfumes, Cosmetics and Soaps, 10th Edn. Britain:
Kluwer Academic Publishers. Hal. 69-100.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Hal. 81.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Hal. 83, 85, 106-132.
Egbuobi, R. C., Ojiegbe, G. C., Dike-ndudim, J. N., dan Enwun, P. C. (2013). Antibacterial
Activities of different brands of deodorants marketed in owerrri, imo state,
Nigeria. African Journal of clinical and experimental microbiologi 14 (1): 14-16.
Rahayu, S., Sherley, dan Indrawati S. (2009). Deodoran-antiperspirant. Naturakos IV(12).
BPOM RI (online).
http://perpustakaan.pom.go.id/koleksilainnya/buletinnaturakos/0309.
Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 49, 188.
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-Press. Hal. 3-5,
144-147.
24