Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

“FITOTERAPI GANGGUAN INFEKSI”

Disusun Oleh :
Lilis Amongsari 152210101104
Asrin Rakhmaniyah I. 152210101105
Iskandar P. A.S. 152210101108
Prihatin Lanjar H.R. 152210101110
1522101011
Ahmad Daris Sauqi 11
Nur Huda 152210101112
Husnatul Ayniah 152210101113
Marwah Utama 152210101114
Ajeng Merdeka Putri 152210101116
Meranti Bekti Pertiwi 152210101117
I Wayan Seniarta 152210101118

Kelas : C

Dosen Pengampu : Dewi Dianasari, S.Farm., M.Farm., Apt.

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN 2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2

1.3 Manfaat......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

2.1 Infeksi........................................................................................................................3

2.2 Hepatitis.....................................................................................................................5

2.2.1 Etiologi dan Gejala Hepatitis.................................................................................6

2.2.2 Patofisiologi Hepatitis............................................................................................8

2.3 Diare.......................................................................................................................10

2.3.1 Patofisiologi Diare...............................................................................................10

2.3.2 Etiologi Diare...................................................................................................10

2.3.2 Tanda dan Gejala..............................................................................................11

2.4 Fitoterapi Penyakit Hepatitis dan Diare...................................................................11

2.4.1 Fitoterapi Penyakit Hepatitis................................................................................11

2.4.2 Fitoterapi Diare....................................................................................................23

BAB III PENUTUP...........................................................................................................39

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................39

3.2 Saran........................................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................40

i
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi merupakan penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan


terutama pada Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Infeksi adalah proses
invasif oleh mikroorganisme dan berproliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan
sakit. Tipe mikroorganisme penyebab infeksi terbagi menjadi empat kategori, yaitu
bakteri, virus, parasit dan fungi. Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling
terkait antar berbagai factor yang saling mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir,
portal of exit, cara penularan, portal of entry, dan inang yang rentan (Potter & Perry,
2005). Penyakit yang disebabkan karena adanya infeksi banyak sekali, seperti halnya
hepatitis dan diare.

Hepatitis merupakan suatu peradangan pada hati yang terjadi karena


toksinseperti; kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada
anak, 2002; 131). Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi
terhadap virus, obat atau alkohol (Patofisiologi untuk keperawatan, 2000;145).
Hepatitis yang sering dialami diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepetitis
A,B,C,D,E. Di Indonesia penderita penyakit Hepatitis umumnya cenderung lebih banyak
mengalami golongan hepatitis A, B dan C.

Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi
cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua kriteria
penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air besar sehari tiga
kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut diare. Begitu juga apabila buang air besar
dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka itu bukan diare.
Pengertian Diare didefinisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung dan
usus halus yang ditandai dengan diare, muntah-muntah yang berakibat kehilangan

1
cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit (Betz, 2009).

Terapi terhadap kedua penyakit biasanya menggunakan obat-obatan yang


terbuat dari sintetis kimia. Selain terapi obat yang berbahan dasar dari sintetis kimia
ada juga pengobatan menggunakan herbal yang biasa disebut fitoterapi. Fitoterapi
berasal dari kata, fito dan terapi. Fito artinya tumbuhan, terapi artinya pengobatan.
Jadi. fitoterapi adalah pengobatan dengan menggunakan bahan-bahan yang berasal
dari tumbuhan (Romansah, 2009). Dari hal-hal di atas maka makalah ini akan
menjelaskan mengenai penyakit infeksi secara umum, contoh penyakit infeksi serta
fitoterapi dari penyakit diare dan hepatitis.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah gambaran umum mengenai penyakit infeksi ?
1.2.2 Bagaimanakah gambaran umum mengenai penyakit hepatitis?
1.2.3 Bagaimanakah gambaran umum mengenai penyakit diare?
1.2.4 Bagaimanakah fitoterapi yang dapat diberikan kepada penderita hepatitis dan
diare?

1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk mengetahui gambaran umum Penyakit Infeksi
1.3.2 Untuk mengetahui gambaran umum mengenai penyakit hepatitis
1.3.3 Untuk mengetahui gambaran umum mengenai penyakit diare
1.3.4 Untuk mengetahui fitoterapi yang dapat diberikan kepada penderita hepatitis
dan diare

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Infeksi

Infeksi adalah beberapa penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan


organisme patogenik dalam tubuh (Smeltzer & Brenda, 2001). Sedangkan menurut
Potter & Perry (2005), Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan
berproliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit. Tipe mikroorganisme
penyebab infeksi terbagi menjadi empat kategori, yaitu bakteri, virus, parasit dan
fungi. Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai factor
yang saling mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara
penularan, portal of entry, dan inang yang rentan (Potter & Perry, 2005).

Agen infeksi

Inang Reservoir

Portal de exit Portal de entry

Cara penularan

(Perry & Potter, 2005)

3
a. Agen Infeksi

Agen infeksi merupakan mikroorganisme penyebab infeksi yaitu bakteri,


virus, parasite dan fungi.Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung
pada: jumlah mikroorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit),
kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dalam
inang.
b. Reservoir

Reservoir atau sumber mikroorganisme adalah tempat dimana


mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Reservoir
pada tubuh manusia, terutama dikulit, mukosa, cairan atau drainase.Adanya
mikroorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada
inangnya. Sehingga tubuh yang didalamnya terdapat mikroorganisme patogen
bisa menyebabkan orang lain bisa menjadi sakit (carrier). Kuman dapat hidup
dan berkembang biak dalam reservoir jika karakteristik reservoirnya cocok
dengan kuman. Karakteristik tersebut adalah air, suhu, ph, udara dan
pencahayaan.
c. Portal de exit

Mikroorganisme yang hidup didalam reservoir harus menemukan jalan


keluar untuk masuk ke dalam inang dan menyebabkan infeksi. Sebelum
menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari
reservoir-nya. Jika inangnya adalah manusia, kuman dapat keluar melalui saluran
pencernaan, pernafasan, perkemihan, genetalia, kulit, membrane mukosa yang
rusak serta darah.
d. Cara penularan

Kuman dapat berpindah atau menular ke orang lain dengan berbagai cara
seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya.
Kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita, peralatan

4
yang terkontaminasi, makanan yang diolah tidak tepat, melalui vector nyamuk
atau lalat.
e. Portal de entry

Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh.


Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius.
Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba
dapat masuk kedalam tubuh melalui rute yang sama dengan portal keluar. Faktor-
faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen
masuk kedalam tubuh.
f. Inang

Daya tahan inang sangat berpengaruh terhadap terjadinya infeksi.


Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius.
Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen.
Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam
jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap
kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress
(fisik dan emosional), status nutrisi, terafi medis, pemberian obat dan penyakit
penyerta.

2.2 Hepatitis

Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksinseperti;
kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002;
131). Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap
virus, obat atau alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145). Hepatitis virus
akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannyaluas dalam tubuh walaupun
efek yang menyolok terjadi pada hati dengan memberikan gambaran klinis yang
mirip yang dapat berfariasi dari keadaan subklinis tanpa gejala hingga keadaan

5
infeksi akut yang fatal. (Sylvia A. price,1995; 439).Hepatitis adalah inflamasi hati.
Inflamasi ini bisa disebabkan olehvirus, bakteri atau substansi toxic. (luckmann dan
sorense. 2013; 1353U). Hepatitis merupakan infeksi yang menyerang bagian hati
dengan menunjukan berbagai perbedaan masa inkubasi tergantung dari unsure virus
hepatitis yang menyerang. (Barbara. C. long. 1996, perawatan medical bedah:119)

2.2.1 Etiologi dan Gejala Hepatitis

Hepatitis dipakai untuk semua jenis peradangan pada sel sel hati, salah satunya bisa
disebabkan oleh infeksi (virus, parasit, bakteri). Ada 5 jenis hepatitis virus yaitu hepatitis A,
B, C, D, dan E. Antara hepatitis satu dengan yang lainnya tidak saling berhubungan.
a. Hepatitis A
1) Penyebabnya virus hepatitis A, dan merupakan hepatitis yang ringan, bersifat
akut, sembuh spontan/sempurna tanpa gejala sisa dan tidak menyebabkan
infeksi kronik.
2) Virus hepatitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung
berukuran 27 nm.
3) Ditularkan melalui jalur fekal–oral, yang bersumber dari pencemaran air
minum, makanan yang tidak dimasak, makanan yang tercemar, sanitasi yang
buruk, dan personal hygiene rendah.
4) Gejalanya bersifat akut, tidak khas bisa berupa demam, sakit kepala, mual
dann muntah sampai ikterus, bahkan menyebabkan pembengkakan hati.
5) Masa inkubasinya 15 – 49 hari dengan rata– rata 30 hari.
6) Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dans anitasi
yang buruk dengan penduduk yang sangat padat.
b. Hepatitis B (HBV)
1) Etiologinya virus Hepatitis B dari golongan virus DNA
2) Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang
memiliki ukuran 42 nm.

6
3) Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi
akut, kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu kepada
bayinya.
4) Masa inkubasi 60–90 hari.
5) gejala tidak khas seperti rasa lesu, nafsu makan berkurang, demam ringan,
nyeri abdomen sebelah kanan, dapat timbul ikterus, air kencing warna teh.
c. Hepatitis C (HCV
1) penyebab utamanya kanker hati
2) etiologi virus Hepatitis C termasuk golongan virus RNA.
3) Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkuslemak yang
diameternya 30– 60 nm.
4) Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga
oleh kontak seksual.
5) Masa inkubasi virus ini 2-24 minggu
d. Hepatitis D (HDV)
1) Virus hepatitis D (HDV) merupakan virus RNA berukuran 35 nm.
2) Hepatitis D disebut virus delta, virus ini memerlukan virus hepatitis B untuk
berkembangbiak sehingga hanya ditemukan pada orang yang telah terinfeksi
virus hepatitis B.
3) Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yangmemiliki
kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita hemofilia.
4) Masa inkubasi dari virus ini 21–140 hari dengan rata– rata 35 hari.
e. Hepatitis E (HEV)
1) Etiologi Virus hepatitis E (HEV) termasuk virus RNA kecil yangdiameternya
+ 32–36 nm.
2) Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, seperti Hepatitis A.
3) Masa inkubasi 2-9 minggu.
4) Gejalanya ringan menyerupai gejala flu, sampai ikterus

7
2.2.2 Patofisiologi Hepatitis

Sumber: Kowalak, Jennifer P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Hal. 363. Jakarta:EGC

8
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan akibat reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul. Unit ini unik karena memiliki suplai darah
sendiri. Seiring dengan berkembanganya inflamasi pada hepar, pola normal pada
hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel- sel hepar ini
menyebabkan kerusakan sel-sel hepar.

Setelah lewat masanya, sel-sel hepar hepar yang menjadi rusak dibuang dari
tubuh oleh respons sistem imun tubuh dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. oleh karenanya, sebagian besar pasien yang mengalami hepatitis dapat
sembuh dengan fungsi hepar normal. Fase ini juga ditandai dengan inflamasi dan
peregangan kapsul hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut
kuadran kanan atas. hal ini di manifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di
ulu hati. timbulnya ikhterus disebabkan karena kerusakan sel parenkim hati.
walaupun jumlah bilirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati
tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrapatik,
maka terjadi kerusakan dalam konjugasi. akibatnya bilirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatikus. hal ini dikarenakan terjadi retensi (akibat
kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli empedu belum mengalami
konjugasi (bilirubin indirect), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi
(bilirubin direct).

Jadi, ikhterus yang timbul, terutama disebabkan karena adanya kerusakan dalam
pengangkutan, konjungsi, dan ekskresi bilirubin. tinja mengandung sedikit
sterkobilin, sehingga tampak pucat (abolish). Karena bilirubin konjugasi larut dalam
air, maka bilirubin dapat diekskresi ke dalam kemih, sehingga bilirubin urine menjadi
pisitif dan urine berwarna gelap. peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat
disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang menimbulkan gatal-
gatal pada kulit karena ikhtesus.

9
2.3 Diare

Diare merupakan peningkatan frekuensi dan penurunan kosistensi feses


dibandingkan konisi normal seseorang (Dipiro dkk., 2012) . Menurut WHO (2013)
diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair sebanyak 3 kali atau lebih dalam
satu hari. Diare yang durasinya kurang dari 14 hari didefinisikan sebagai diare akut,
jika durasi diare lebih lama dari 14 hari disebut diare persistent, dan disebut diare
kronis apabila durasi diare lebih dari 30 hari. Sebagian besar kasus diare akut
disebabkan oleh infeksi (Dipiro dkk., 2012).

2.3.1 Patofisiologi Diare

Diare disebabkan adanya ketidakseimbangan pada penyerapan dan sekresi air


serta elektrolit.Mekanisme patofisiologi umum yang mengganggu keseimbangan air
dan elektrolit yaitu, perubahan transportasi ion, perubahan motilitas, peningkatan
osmolaritas luminal dan peningkatan tekanan hidrostatik jaringan.Mekanisme
tersebut telah dikaitkan dengan empat kelompok diare secara klinis, yaitu eksudatif,
transit usus yang terganggu, osmotic dan sekretorik. Diare sekretorik terjadi ketika
adanya zat yang merangsang, termasuk karena adanya toksin bakteri (Dipiro dkk.,
2012).

2.3.2 Etiologi Diare


a. Diare akut
1) Infeksi
Patogen penyebab diare akut :

Virus Bakteri Parasit

Rotavirus Campylobacter jejuni Cryptosporidium

Norwalk virus Salmonella Giardia lamblia

Norovirus Escherichia coli

Calcivirus Shigella

10
Yersinia entercolitica

Clostridium difficile
2) Non-infeksi
a) Inflamasi pada usus yang menyebabkan penurunan penyerapan usus
b) Induksi beberapa obat yang dapat menyebabkan peningkatan motilitas
usus, seperti antibiotic dan obat pencahar (Whyte dan Jenkins, 2012).
b. Diare Kronik
1) Infeksi
a) Giardia lamblia
b) Cryptosporidium parvum
c) Virus
2. Non-infeksi
a) Kerusakan pada mukosa
b) Kelainan pada enterosit
c) Gangguan pada pancreas (Whyte dan Jenkins, 2012)

2.3.2 Tanda dan Gejala


a. Muncul mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, demam, menggigil
b. Nyeri yang disertai kram pada abdomen bagian kanan bawah
c. Ketika diare ada rasa sakit dengan sensasi menggigit dan tenesmus
d. Pada diare kronis terjadi penurunan berat badan, anoreksia dan lemah
(Dipiro dkk., 2012).

2.4 Fitoterapi Penyakit Hepatitis dan Diare

2.4.1 Fitoterapi Penyakit Hepatitis


Kasus: Penderita kronis sudah berumur antara 56 tahun diketahui minimal
dalam 6 bulan terakhir mempunyai kadar SGOT dan SGPT > 19, 1,5 kali diatas
batas atas nilai normal. Terhadap seluruh subyek penelitian dilakukan
pemeriksaan SGOT, SGPT, bilirubin total, PT, INR. seorang laki-laki,
Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa, pemberian kombinasi
schizandrae fructus, ekstrak curcuma xanthorizzae rhiz., liquiritiae radix, vitamin
B6 sebanyak 3 x 1 kaplet / hari selama 28 hari menunjukan penurunan SGOT dan
bilirubin total yang lebih baik

11
Fitokimia tanaman obat sebagai antivirus hepatitis (Ashfag, 2014)
a. Temulawak

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma xanthorrhiza Roxb
1) Kandungan Kimia

Rimpang temulawak mengandung zat kuning kurkumin, minyak atsiri, pati,


protein, dan lemak. Diantara komponen tersebut yang paling banyak kegunaannya
adalah pati, kurkuminoid, dan minyak atsiri. Ketiganya baik digunakan di industri
maupun rumah tangga. Pati merupakan komponen terbesar dari rimpang temulawak.
Pati temulawak berwarna putih kekuningan karena mengandung kurkuminoid. Kadar

12
protein pati temulawak lebih tinggi dibanding dengan tanaman lainnya. Kandungan
dari pati temulawak adalah abu, protein, lemak, serat kasar, karbohidrat, kurkumin,
kalium, natrium, kalsium, magnesium, zat besi, mangan, dan kadmuim (Sidik, 1997).

Berdasarkan analisis rnutu rimpang temulawak secara kwantitatif diperoleh


kadar air 13,98% kadar minyak atsiri 3,81% kadar pati 41,45% kadar serat 12,62%
kadar abu 4,62% kadar abu tak larut asam 0,56% sari air 10,96% sari alkohol 9,48%
dan kadar kurkumin 2,29%. Sedangkan berdasarkan Analisis secara kwalitatif dengan
pengujian skrining fitokimia diperoleh bahwa didalam rimpang temulawak terdapat
alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, triterpennoid dan glikosida. Dari hasil pengujian
skrining fitokimia terlihat dalam rimpang temulawak kandungan alkaloid, flavonoid,
fenolik, triterpennoid dan glikosida lebih dominan dibanding tannin, saponin dan
steroid. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak digunakan dalam
bidang pengobatan (Sidik, 1997).
2) Data Farmakologis
Data penelitian Candra (2013), dilakukan diuji efek hepatoprotektor
temulawak dengan menggunakan hewan coba yaitu ayam pedaging. Pengukuran
dilakukan berdasarkan pengaruh pemberian temulawak dalam mempengaruhi kerja
hati berdasarkan njilai SGOT dan SGPT. Pemberian temulawak (Curcuma
xanthorriza.) 7 hari berturut-turut mampu menurunkan nilai SGOT dan SGPT ayam
yang diinduksi parasetamol selama 7 hari berturut-turut.
3) Dugaan Mekanisme Kerja
Mekanisme hepatoprotektif pada kurkumin terjadi karena sebagai antioksidan
yang mampu menangkap ion superoksida dan memutus rantai antar ion superoksida
(O2-) sehingga mencegah kerusakan sel hepar karena peroksidasi lipid dengan cara
dimediasi oleh enzim antioksidan yaitu superoxide dismutase (SOD) dimana enzim
SOD akan mengonversi O2- menjadi produk yang kurang toksik (Rivera Y, 2009).
4) Dosis dan Cara penggunaan

Dipakai ± 20 gram rimpang segar Curcuma xanthorrhiza, dicuci lalu diparut,


diremas-remas, diperas dan disaring. Hasil saringan ditambah 2 sendok makan madu,

13
diaduk lalu diminum sehari dua kali sama banyak pagi dan sore. Dapat dihginakan
secara per oral 1 kali sehari 1 kapsul.

b. Kunyit

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val
1) Kandungan Kimia
Kurkuminoid yaitu campuran dari monodeksmetoksikurkumin kurkumin
(diferuloilmetan), dan bisdesmetoksikurkumin. Struktur fenolnya memungkinkan
dapat menghilangkan radikal bebas. Minyak atsiri 5,8% terdiri dari a-feladren 1%,
sabinen 0,6%, sineol 1%, borneol 0,5%, zingiberen 25%, dan seskuiterpen 53%.
Mono- dan seskuiterpen termasuk zingiberen, kurkumrn, α- dan β- turmeron
(Permenkes, 2016)
2) Data Farmakologis
Data penelitian Hartono, dkk (2005), dilakukan diuji efek hepatoprotektor
ekstrak rimpang kunyit dengan menggunakan hewan coba yaitu tikus putih.
Pengukuran dilakukan berdasarkan pengaruh pemberian ekstrak rimpang kunyit

14
dalam mempengaruhi kerja hati berdasarkan pengukuran SGOT dan SGPT tikus
tersebut. Pemberian pemberian ekstrak rimpang kunyit pada semua dosis (1,35
gram/kg BB, 5 gram/kg BB dan 10 gram/kg BB) perlakuan mampu memberikan efek
hepatoprotektor terhadap kerusakan hepar hewan uji akibat pemberian asetaminofen
yang ditandai dengan kenaikan kadar SGOT dan SGPT.
3) Dugaan Mekanisme Kerja
Kandungan kurkumin meningkatkan aktivitas kolesterol- 7α-hidroksilase dan
meningkatkan katabolisme kolesterol. Pada jaringan dan mikrosom hati tikus,
kandungan demethoxycurcumin, bisdemethoxycurcumin, dan acetylcurcumin
menghambat lipid peroksidase (Permenkes, 2016).
4) Dosis dan Cara penggunaan
7 gram serbuk rimpang diseduh dengan 1 gelas air matang, disaring, untuk
diminum 2 kali/hari (Kemenkes RI, 2011).

c. Phyllanthus niruri (Herba Meniran)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus niruri
1) Definisi Tanaman

Tanaman Phyllanthus niruri yang dikenal secara lokal sebagai “dukong anak”
atau “meniran” ini sebagian besar dapat ditemukan di daerah tropis dan subtropis.
Dan umumnya teradapat di ladang, padang rumput dan hutan. (Kardinan et al., 2004).
Tanaman ini hanya dapat tumbuh hingga 60 cm dan dapat dengan mudah dibedakan
dari spesies semak. Daunnya kecil dan tampak lonjong dan memiliki tangkai daun
yang pendek. (Calixto et al., 1998)
2) Kandungan Kimia

15
Tanaman meniran ini mengandung beberapa senyawa aktif, seperti senyawa
flavonoid (kuersetin, kuersitrin, isokuersitrin, astragalin, rutin, kaemferol, dalam
bentuk bebas dan terikat sebagai glikosida), alkaloid (entnorsekurini), terpenoid,
polifenol, tanin, kumarin, saponin, dan lignan (filantin, hipofilantin, nirantin,
nirtretalin, norsekurinin, sekurinin, alosekurinin, nirfilin, filinirunin). (Paithankar,
2011)
3) Data Farmakologis

Tanaman meniran oleh masyarakat biasa digunakan untuk antiradang,


diuretik, anti malaria, antipiretik, antidiabetes dan penghancur batu ginjal
dikareanakan estrak meniran dapat menghambat agregasi kristal oksalat sebelum
terjadi penumpukan. Setelah uji pre klinis dan klinis tanaman ini memiliki aktivitan
imunostimulasi. Senyawa flavonoid yang terkandung dalam tanaman ini berkhasiat
sebagai antioksidan dan antineoplastik. Ekstrak meniran diduga memiliki aktivitas
sebagai antikanker namun masih harus diuji melalui in vivo pada hewan coba.
(Sawitri, 2012)

Selain itu, genus Phyllanthi (Euphorbiaceae) banyak digunakan untuk


mengobati penyakit kuning dan hepatitis, sehingga pada tahun 1982 untuk pertama
kalinya ditemukan bahwa Phyllanthus amarus memiliki aktivitas anti-HBV.
Penelitian selanjutnya menunjukan bahwa tanaman genus Phyllanti dapat
menghambat aktivitas DNA polimerase yakni suatu enzim yang dibutuhkan oleh
virus hepatitis untuk bereproduksi, sehingga dengan dihambatnya enzim tersebut
maka proses transkripsi mRNA dan replikasi HBV akan terganggu dan juga
mengurangi jumlah virus hepatitis B di dalam darah. (Qiu, 2013)

4) Dugaan Meknisme Kerja

Meniran mempunyai dua mekanisme dalam melawan virus hepatitis B, yaitu


dengan cara menghambat replikasi virus dan meningkatkan imunitas tubuh.

16
Phyllanthus niruri terbukti dapat menghambat enzim DNA polymerase virus dan
mengikat HbsAg. (Ayu et al., 2013)
5) Dosis dan Keamanan

Dosis sebesar 30-60 gram 1x sehari selama 1 minggu, namun tidak ada efek
samping yang ditimbulkan. (http://www.sakadoci.com/2016/01/daun-meniran-
manfaat-dan-ramuan-cara.html 22.20 29-09-2018)
6) Cara Penggunaan

Cara pemakaian meniran bisa dengan cara merebus daunnya sebanyak 30-60
gram menggunakan 3 gelas air dan biarkan hingga tersisa 1 gelas. Lalu biarkan
mendingin kemudian saring air rebusan. Ramuan diminum sekaligus 1 kali sehari
selama satu minggu. (http://www.sakadoci.com/2016/01/daun-meniran-manfaat-dan-
ramuan-cara.html 22.20 29-09-2018)

7) Contoh Produk

d. Glycyrrhiza glabra L. (Radix Glycyrrhizae)


Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

17
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbuga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Leguminosae / Fabaceae
Genus : Glycyrrhiza L.
Spesies : Glycyrrhiza glabra L.
1) Definisi Tanaman

Tanaman Glycyrrhiza merupakan tanaman sejenis polong-polongan yang


berasal dari Eropa Selatan dan beberaapa bagian wilayah Asia. Tanaman Glycyrrhiza
biasanya hidup di daerah subtropis, tropis dan daerah yang memiliki temperatur yang
hangat. Tanaman ini termasuk tanaman tahunan berbentuk terna dan biasanya dapat
tumbuh hingga ketinggian 1 meter dengan daun yang tumbuh seperti sayap dengan
panjang 7-15 cm.
2) Kandungan Kimia

Hasil isolasi dari tanaman Glycyrrhiza glabra mengandung pati, pektin,


polisakarida, gula sederhana, asam amino, tanin, flavonoid, minyak atsiri. Kandungan
utama dari tanaman ini adalah senyawa Glycyrrhizin (Asam glychyrrhizin) sebesar
10-25 % dari ekstrak Glycyrrhiza radix. Selain itu, terdapat juga senyawa saponin,
triterpenoid dan flavonoid. Golongan flavonoid yang ditemukan diantaranya;
liquirtin, isoliquertin, liquiritigenin dan rhamnoliquirilin. Senyawa flavonoid inilah
yang memberikan warna kuning pada tanaman Glycyrrhiza glabra. (Damle, 2014)
3) Data Farmakologis

Glycyrrhiza glabra memiliki efek farmakologi sebagai antitusif dan


ekspektoran. Ekstrak dari tanaman Glycyrrhiza glabra ditemukan dapat mengobati
sakit tenggorakan dan bantuk namun mekanisme spesifiknya belum diketahui.
Liquorice telah terbukti dapat menurunkan iritasi dan menghasilkan efek espektoran.
Carboneksolon (senyawa sintesis turunan dari Glycyrrhiza) menstimulasi produksi

18
mukus oleh lambung dan juga menstimulasi sekresi mukus trakea, menghasil
penawar rasa sakit dan efek ekspektoran. (Damle, 2014).

Glycyrrhizin secara signifikan dapat mengobati kerusakan hati yang


disebabkan oleh induksi CCl4 dengan konsentrasi 25-200 μg/ml. Asam 18 β-
glycyrrhetic (sebuah aglikon asam glycyrrhizin) menunjukkan aktivitas
hepatoprotektif. Bermanfaat juga sebagai profilaksis dan terapi pada ulser lambung
dan duodenal, dyspepsia, sebagai agen antiinflamasi pada reaksi alergi, reumatik,
antibakteri, antivirus, sera sebagai imunomudulator. (Damle, 2014).
4) Dugaan Meknisme Kerja

Glycyrrhizin mengurangi aksi toksik dari CCl4 dan galactosamine yang


menginduksi sitotoksisitas dari kultur hepatosittikus, melalui aktivitas
antioksidannya. Glycyrrhizin menghambat pelepasan histamine dari sel mast tikus
dan mencegah sitotoksisitas CCl4 (yang menginduksi lesi pada hati). Radix
Glycyrrhizae sebagai anti hepatoksisitas. Glycyrrhizin melindungi hati melalui efek
stabilisasi membran.
5) Dosis dan Keamanan

Dosis harian 5-15 gram material tanaman kasar yang setara sampai 200-800
mg glycyrrhizin. Radix Glycyrrhizae tidak boleh digunakan lebih dari 4-6 minggu
tanpa anjuran dokter. Efek Samping Glycyrrhizin dapat menyebabkan efek okular,
hipokalemia dan hipertensi, penyakit kardiovaskuler. Kontra Indikasi Pasien dengan
hipertensi, Hipokalemia atau Insufisiensi ginjal kronis dan selama kehamilan.
6) Cara Penggunaan

Haluskan akar Glycyrrhiza kemudian campur 1 sendok makan dengan 500 mL


air dalam panci kecil. Didihkan campuran tersebut dengan api kecil selama 15-20
menit. Saringlah sebelum diminum.
7) Contoh Produk

19
e. Paliasa (Kleinhovia hospital Folium Linn)

K. hospita merupakan satu-satunya spesies dalam genus Kleinhovia.


Klasifikasi K. hospita adalah sebagai berikut (USDA, 2016).

Kerajaan : Plantae

Subkerajaan : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Dillenidae

Ordo : Malvales

Famili : Sterculiaceae

Genus : Kleinhovia L.

Spesies : Kleinhovia hospita L.

Kleinhovia hospita L memiliki nama daerah Kalimaha, manger, tangkele, timaha,


kadanga, kauwasa, ayupali, ngaru, dan paliasa. Pohon tinggi 5-20 m. Daun bertangkai
panjang, berbentuk jantung 4,5-27 cm, lebar 3,2-24 cm. Pangkal daun bertulang dan
menjari. Daun berwarna hijau, berbau khas, berasa kelat. Habitus berupa pohon
berbelukar, selalu hijau dengan mahkota membulat dan taburan bunga yang tegak dan
buah berwarna pink, pepagan melekah, keabu-abuan di luar, kekuningan di dalam,
daun tunggal berseling bentuk membulat sampai, membundar telur sampai

20
menjantung, gundul do kediua permukaan. Perbungaan malai terminal, renggang,
bunga lebar sekitar 5 mm, daun bunga, nenita, melanset, daun mahkota berwarna
kuning. Buah kapsul berselaput dan membulat, merekah pada rongganya, masing-
masing rangga berbiji 1-2. Biji bulat keputihan (Permenkes, 2016). Daun paliasa (K.
hospita) digunakan secara tradisional di Sulawesi Selatan sebagai obat untuk sakit
kuning atau hepatitis (Tayeb et al., 2014).
1) Kandungan kimia

Kuersetin, kaemferol, tanin, rutin, tirterpen, asam prusid, minyak atsiri,


saponin, cardenolin & bufadienol serta antrakinon.
2) Data manfaat
a) Uji praklinik:

Uji khasiat dan manfaat daun paliasa terhadap tikus penderita radang hati.
Digunakan 63 ekor tikus Ekstrak daun paliasa diberikan per oral. Sebelum penelitian
dimulai semua tikus kecuali kelompok kontrol diberi 0,55 mg/kg BB CCl4 untuk
merusak organ hatinya. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) terdiri dari 7 perlakuan dan 9 ulangan. Masing-masing perlakuan terdiri dari
pemberian : Akuades sebagai (Kn) Kontrol negatif, CCl4 sebagai (Kp) Kontrol
positif, CCl4 + ekstrak daun paliasa dengan dosis 250 mg/kg BB (P1). CCl4 + ekstrak
daun paliasa 500 mg/kg BB (P2), CCl4 + ekstrak daun paliasa dengan dosis 750
mg/kg BB (P3), CCl4 + ekstrak daun paliasa dengan dosis 1000 mg/kg BB (P4) serta
CCl4 + ekstrak daun paliasa dengan dosis 1250 mg/kg BB (P5). Pada ketujuh
kelompok tikus tersebut dilakukan pengukuran kadar SGPT, kandungan peroksida
lipid hati dan derajat kerusakan sel hati. Pada hari kedua atau jam ke 50 semua tikus
dimatikan dan dilakukan pengambilan darah serta pemeriksaan histopatologi. Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa ketiga parameter tersebut secara statistik tidak
berbeda bermakna antar masing-masing perlakuan dengan ekstrak daun paliasa,
sebaliknya berbeda bermakna jika dibandingkan dengan kelompok positif CCl4 (Kp)
(P < 0,05). Maka kesimpulannya: ekstrak daun paliasa semua dosis perlakuan secara
efektif dapat mengurangi kerusakan sel hati yang ditimbulkan oleh karbon

21
tetraklorida (CCl4). Peningkatan dosis ekstrak daun paliasa (1250 mg/kg BB)
menimbulkan pengurangan efek perbaikan sel hati dan dosis ini kurang efektif untuk
pengobatan radang hati. Ekstra daun paliasa ternyata berkhasiat untuk pengobatan
radang hati pada dosis 250, 500, 750 dan 1000 mg/kg BB (Permenkes, 2016)
b) Uji Klinik:

Penelitian Randomized Clinical Trial (RCT), pada pasien hepatitis di beberapa


RS Sampling secara random dan terdiri dari:

Kel 1: 30 sample yang memperoleh terapi suportif dan ekstrak paliasa

Kel 2: 30 sample yang memperoleh terapi suportif.

Dengan menilai kadar SGPT dan SGOT pre dan post intervensi dengan
kriteria inklusi penderita Hepatitis Kronis dengan kadar enzim transaminase (SGPT)
lebih besar 2 kali nilai normal dan kriteria eksklusi sedang hamil dan menyusui serta
penderita Hepatoma. Hasil penelitian adalah ekstrak daun paliasa memiliki efektifitas
dalam menurunkan kadar SGPT dan SGOT penderita hepatitis.
3. Data keamanan

LD50: 18,5/ kg BB
4. Bagian yang digunakan

Daun
5. Dosis dan cara penggunaan
3x 1 kapsul (250 mg ekstrak)/hari minum selama 7 hari (Permenkes, 2016)

2.4.2 Fitoterapi Diare


a. Daun Jambu Biji ( Psidii Folium)

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae

22
Genus : Psidium
Spesis : Psidium guajava Lin (Parimin ,2005)
1) Kandungan kimia

Komponen aktif yang banyak terdapat pada jambu biji yang memberikan efek
antidiare adalah zat tanin (Kumalaningsih, 2006), flavoniod, minyak atsiri, dan
alkaloid (Fratiwi, 2015)
2) Data Farmakologis

Ekstrak air daun jambu biji terbukti mampu menghambat diare pada hewan uji
tikus dan mencit dan uji klinik terhadap anak di bawah 5 tahun dan orang dewasa
menunjukkan ekstrak air daun jambu biji terbukti memiliki efikasi yang tidak berbeda
signifikan dengan suspensi kaolin dan pektin dalam menghambat diare (WHO, 2005).
Sari Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) dapat menghambat pertumbuhan Bakteri
E.coli dengan rata-rata Diameter Zona Bebas Bakteri E.coli mengggunakan sari daun
jambu biji tanpa pemanasan konsentrasi 20 % sebesar 7,3 mm, konsentrasi 40 %
sebesar 9,5 mm dan konsentrasi 60 mm sebesar 10,6 mm dengan pemanasan
konsentrasi 20% sebesar 7,3 mm dengan pemanasan 40% sebesar 9,3 mm ,dengan
pemanasan 60 sebesar 11,3 mm (Windra dkk 2014)
3) Dugaan Mekanisme Kerja

Tanin bersifat adstringensia (pengelat) karena dapat menciutkan selaput


lendir usus. Sehingga mengurangi pengeluaran cairan diare dan desentri (Tan dan
Raharja 2002).Tannin adalah dapat berikatan dengan protein melalui jembatan
hidrogen (Maryati dkk, 2008). Kemampuan tanin berikatan dengan protein pada
dinding sel bakteri akan menyebabkan turunnya permeabilitas dinding sel. Efek
antibakteri tannin dengan menghambat enzim ekstraseluer mikroba, mengambil alih
substrat yang dibutuhkan pada pertumbuhan mikroba atau bekerja secara langsung
pada metabolisme melalui penghambatan fosforilasi oksidatif (Agustina dkk, 2013)

Flavonoid dapat membentuk kompleks dengan dinding sel bakteri dengan


merusak membran mikroba. Senyawa fenolat dapat menyebabkan denaturasi protein
melalui proses adsorpsi dengan melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah,

23
terbentuk kompleks protein-fenol dengan ikatan lemah dan segera mengalami
penguraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan presipitasi serta
denaturasi protein. Pada kadar tinggi, fenol menyebabkan koagulasi protein dan
membran sel mengalami lisis, mengubah permeabilitas membran bakteri
(Siswandono dan Soekardjo, 2000 dalam Septiana, 2011)

Senyawa fenol dapat merusak membrane sitoplasma sehingga bakteri akan


mengalami hambatan pertumbuhan bahkan kematian (Gilman et al., 1991 dalam
Prajitno 2010)

Kandungan tanin dan flavonoid pada ekstrak air daun jambu dilaporkan
memiliki aktivitas antidiare yaitu antimikroba, antispasmolitik, astringen,
antimotilitas dan antisekresi (Birdi et al., 2010).
4) Dosis dan Cara Penggunaan

Daun jambu segar sebanyak kurang lebih 30 g, dan segenggam tepung beras
digongseng sampai kuning, direbus dalam dua gelas air sampai mendidih (selama 15
menit). Setelah dingin, di saring dan air saringannya diminum.2-3 kali dalam sehari.

Sebanyak 30 g daun jambu segar yang telah dicuci ditumbuk sampai lumat,
ditambahkanseujung sendok garam , dan setengah cangkir air panas, diaduk samapai
rata. Setelah dingin, di peras dan saring. Air saringannya diminum sekaligus.
Pengobatan ini diulang 2-3 kali sehari, jika masih diare.

Seganggam daun jambu yang masih muda dan segar dicuci , kemudian
direbus dalam tiga gelas air sampai tersisa separonya. Air rebusan ini digunakan
untuk menyeduh satu sendok teh daun teh hijau, dan di minum selagi hangat.
Pengobatan ini dilakukan 2-3 kali sehari sampai sembuh. (Retno Arianingrum, 2012)

5) Keamanan

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Ida Bagus Wiweka, Bagian Ilmu
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya pada tahun

24
2010 menunjukkan bahwa, ekstrak kental daun jambu biji bisa menghambat
pertumbuhan virus dengue penyebab DBD dan meningkatkan jumlah trombosit
hingga 100 ribumilimeter per kubik tanpa efek samping. Pada uji keamanan
(toksisitas) ekstrak daun jambu biji termasuk zat yang praktis tidak toksik

6) Contoh Produk

b. Kunyit(Curcuma longa)

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus :Curcuma
Spesies :Curcuma domestica Val
(Backer danVan den Brink, 1968)
1) Kandungan kimia

Minyak atsiri 2-5% terdiri dari seskuiterpen dan turunan phenylpropane (I)
yang meliputi turmeron, ar-turmeron, α-dan β-turmeron,curlon,curcumol,atlanton,
turmerol,bisabolen ,curcumene, pati,tannin dan damar, serta mineral yaitu Mg, Mn,
Fe, Cu, Ca, Na, K, Pb, Zn, Co, Al dan Bi.Zat warnacurcuminoid suatu senyawa
diarylheptanoide 3-4% terdiri dari curcumin dihydrocurcumin,desmethoxy
curcumindanbisdesmethoxy-curcumin (Sudarsono dan Pudjoarinto., 1996)

25
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam
angiospermae,terdapat khusus dalam jaringan kayu. Tanin tersebar dalamsetiap
tanaman yang berbatang dan berada dalam jumlah tertentu, biasanyaberada pada
bagian spesifik tanaman, seperti daun, buah, akar dan batang.
2) Data Farmakologis

Sari dkk (2010) dengan menggunakan ekstrak rimpang kunyit dengan


konsentrasi 21%, 22%, 23%, 24%, 25%, dan 26%. Hasil penelitian uji ekstrak kunyit
pada pertumbuhan Shigella dysentriae dengan metode dilusi, menghasilkan kosentrasi
hambat minimal (KHM) sebesar 25% dan menghasilkan konsentrasi bunuh minimal
(KBM) sebesar 26%.

Penelitian oleh Gan (1987) yang melaporkan bahwa pada konsentrasi berupa
bubuk rimpang kunyit sebesar 15 mg/mL dapat menghambat pertumbuhan kuman
Bacillus cereus, B. Subtilis, dan B.sterothermophilus.
3) Dugaan Mekanisme Kerja

Tanin bersifat adstringensia (pengelat) karena dapat menciutkan selaput


lendir usus. Sehingga mengurangi pengeluaran cairan diare dan desentri (Tan dan
Raharja 2002)

Kurkumin dan minyak asiri merupakan beberapa zat aktif yang terdapat dalam
rhizome Curcuma domestica Val dan memiliki efek yaitu mampu menurunkan
motilitas usus (Heyne, 1987).. Efek ini dimanfaatkan untuk mengobati diare motilitas.

Bakteri Shigella dysentriae merupakan bakteri penyebab penyakit


disentri.Bakteri ini menimbukan infeksi usus akut/ radang usus yang disertai diare,
buang air besar bercampur darah, lendir, dan nanah. Bakteri lain yang menimbulkan
diare adalah Bacillus cereus yang merupakan bakteri penyebab keracunan makanan
atau gangguan saluran cerna. (Maksum, 2011). Kunyit mengandung berbagai
senyawa diantaranya adalah kurkumin dan minyak atsiri yang mampu menghambat

26
pertumbuhan jamur, virus, dan bakteri, baik Gram positif maupun Gram negatif
(Said, 2001).
4) Dosis dan Cara Penggunaan

½ jari rimpang kunyit, dicuci bersih kemudian di iris-iris tipis,direbus dengan


air, ditunggu sampai tersisa sepertiganya dinginkan. Air rebusan disaring
saring,dicampurkan dengan1 sendok makan air kapur sirih, diaduk sampai rata.
Dikonsumsi 3 kali sehari.

5) Contoh produk

c. Berberis aristata
Klasifikasi Botani
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Ranunculales
Suku : Berberidaceae
Marga : Berberis
Jenis : Berberis aristata
1) Kandungan Kimia

B.aristata mengandung berberine, oksiberberine, berbamine, aromoline,


karachin, palmatin, oxyacanthine, dan taksilamin. Selain itu, juga mengandung
protoberberine dan bis isokuinolin golongan alkaloid.

27
Akarnya mengandung alkaloid berbamine, berberine, oxyacanthine,
dehidrocaroline, jatrorhizin, columbamine, karachine, dihydrokarachine, taximaline,
oxyberberine, dan aromaline (Kumer dkk, 2011).

2) Data Farmakologi
a) Uji Praklinis

Studi pada hewan menunjukkan bahwa berberine menurunkan sekresi air dan
elektrolit intestinal yg diinduksi oleh toksin kolera. Studi lain menunjukkan berberine
secara langsung menghambat enteroktoksin V.cholera dan E.coli, secara aktif

28
menurunkan kontraksi otot polos dan motilitas intestinal, dan menunda waktu transit
di usus pada manusia.

Berberine sulfate bersifat bakterisid terhadap V.cholera. Pada kasus E.coli,


berberine sulfate mampu menghambat perlekatan bakteri pada mukosa atau
permukaan epitel (tahap pertama pada proses infeksi) (Thorne Research Inc, 2000).

Berberin dapat meningkatkan mRNA dan protein expression level NHE3 dan
(aquaporin)AQP4 pada model diare tikus dan human intestinal epitel cell line.
Berberine memperlihatkan efek antidiare terutama dengan meningkatkan absorpsi
Na+ dan air (Zhang dkk, 2012).

b) Uji Klinis

Uji klinik yang dilakukan pada penelitian menggunakan kelompok control dan
orang dewasa dengan diare yang disebabkan oleh enterotoksin E.coli atau V.choler.
memberikan data bahwa pasien dengan diare E.coli volume feses menurun signifikan
pada 8 jam setelah treatment dg 400 mg berberin sulfat, dibanding dengan kontrol.
Setelah 24 jam pertama signifikan menghentikan diare pada lebih banyak pasien
dibanding kontrol (42% vs 20%). Pada pasien diare V.cholera yg diobservasi, tidak
ada perbedaan signifikan antara pasien yg di treated dg 1200 mg berberin sulfat +
tetrasiklin dengan yg di treated tetrasiklin saja. Kesimpulan dari penelitian ini
senyawa uji memberikan efek yang baik pada diare yang disebabkan E.coli
(Asgaria,2010)

Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dari B. aristata dengan pelarut aquades


maupun alcohol dan suspensi koloid dari bubuk akar ini miliki aktivitas anti jamur
terhadap Candida dan Aspergillus (shahid dkk,2009) .Ekstrak ini juga menunjukkan
aktivitas antibakteri terhada bakteri gram negatif (Salmonella typhimurium,
Escherichia coli, Shigella dysenteriae tipe 1 dan Vibrio cholera. Ekstrak B.aristata
memiliki nilai penghambatan terhadap Bacillus cereus, Escherichia
coli,Staphylococcus aureus dan Aspergillus flavus (Kumar dkk,2007).

29
3) Dugaan Mekanisme Kerja

Mencegah pembekuan darah, menghambat faktor induksi agregasi platelet dan


trombosit. Mekanisme antidiare termasuk dalam alkaloid isokuinolondan alkaloid
kuartener planar aromatik, efek antidiarenya kemungkinan disebakan oleh efek
berberin pada usus kecil dan kemampuannya dihubungkan dengan kemampuannya
yang berineraksi dengan DNA.Namun penjelsan secara mendetail terkait mekanisme
nya belum dapat kami temukan.
4) Dosis dan Cara penggunaan

Dosis terapi yang digunakan untuk kebanyakan kondisi klinis adalah 200 mg
per oral 2-4 kali sehari (Thorne Research Inc, 2000).Pembuatan ekstrak dengan
merebus akar dan dicampurkan garam, seduhannya dapat diminum jika diare.
Sedangkan sediann jadinya dapat juga dapat dikonsumsi sebagai suplemen makanan.

5) Keamanan

Toksisitas / LD50 ekstrakB.aristata>5000 mg/kg body weight. Berberin tidak


toksik pada dosis yang digunakan dalam klinis, juga belum terbukti sitotoksik dan
mutagenik (Joshi dkk, 2011).

Dalam sebuah review artikel berjudul: Treatment berberine pada dosis 5-15
mg/kg menurunkan jumlah neuron dopaminergik pada substansia nigra dan striatum.
Hal ini menunjukkan bahwa berberine mempunyai efek toksik pada neuron ini dan
efek samping ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi saraf motorik dan
kognitif. Berberin dalam sel kultur menghambat sintesis dopamin dan ditemukan
toksik terhadap neuron (pada dosis 10-30µM) dengan meningkatkan neurotoksisitas
6-hidroksidopamin. Report lainnya menunjukkan bahwa berberine dapat menginduksi
kerusakan DNA (Ahmed dkk, 2015).
6) Contoh Produk

30
d. Camellia sinensis
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Dilleniidae
Bangsa : Theales
Suku : Theaceae
Marga : Camellia
Jenis : Camellia sinensis
1) Kandungan Kimia

Polivenol (katekin)merupakan kelompok utama dari substansi teh hijau dan


paling berpengaruh terhadap seluruh komponen teh.Dalam pengolahannya, senyawa
tidak berwarna ini, baik langsung maupun tidak langsung selalu dihubungkan dengan
semua sifat produk teh, yaitu rasa, warna, dan aroma. Katekin teh hijau tersusun
sebagian besar atas senyawa-senyawa katekin, (C), epikatekin (EC), galokatekin
(GC), epigalokatekin (EGC), epikatekin galat (ECG), galokatekin galat (GCG), dan
epigalokatekin galat (EGCG). Diketahui bahwa katekin membentuk beberapa
kompleks dalam reaksi dengan kafein, protein, peptida, ion tembaga, atau
siklodekstrin.

31
Flavanol pada teh meliputi quersetin, kaempferol, dan mirisetin.Flavanol
merupakan satu di antara sekian banyak antioksidan alami yang terdapat dalam
tanaman pangan dan mempunyai kemampuan mengikat logam. Aktivitas antioksidan
flavanol meningkat seiring dengan bertambahnya gugus hidroksil dalam cincin A dan
B. Alkaloid Purin : caffeine, theobromine, theophylline. Ion anorganik ; fluoride,
potassium, aluminium
2) Data farmakologi

Uji aktivitasnya sebagai anti diare dengan cara diberikan kombinasi tannin
dengan polifenol 400 mg yang diberikan tiga kali sehari dapat merangsang
pertumbuhan Lactobacillis dan Bifidobacter dan menghambat pertumbuhan
Clostridium perfringens dan Clostridium difficile. Aktivitasnya sebagai antimikroba
yang diaplikasikan pada gigi sebagai obat kumur yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans, Streptococcus salivarius dan Escherichia
coli.

Kemampuannya sebagai hepatoprotektor dengan mengkonsumsi ekstrak air


teh hijau mengandung polifenol 200 mg/mL secara signifikan terbukti dapat
menurunkan aktivitas enzim-enzim hati (alkalin fosfatase, SGOT dan SGPT) dan
lipid peroksidase, tetapi meningkatkan enzim superoksida dismutase, katalase,
glutation tereduksi (GSH), total tiol, glutation peroksidase (GPx), glutation reduktase
(GR) dan glutation S-transferase (GST) hati mencit. Ekstrak 2% juga dapat
melindungi kerusakan hati dan ginjal akibat pemberian aflatoksin 25 dan 50 mg
selama 30 hari pada mencit. Ekstrak 0.5-1.5% yang diberikan dalam air minum
selama 1 minggu dapat melindungi kerusakan jaringan prostat, hati dan ginjal mencit
akibat pemberian per oral 7,12-dimetil benz(a)antrasena (DMBA) 50 mg/kgBB.
Ekstrak 50, 100 dan 200 mg/kgBB diberikan per oral 5 kali sebelum pemberian D-
galaktosamin mampu mencegah kenaikan aktivitas GOT, GPT dan ALP, mencegah
penurunan albumin serum dan kolesterol total pada tikus (BPOM, 2008).

32
Manfaatnya sebagai antioksidan dapat mencegah kerusakan sel karena proses
oksidasi yaitu, peningkatan radikal bebas baik yang secara endogen (proses
inflamasi), maupun secara eksogen (radiasi, polusi, dan asap rokok). Salah satu efek
biologis teh hijau adalah bekerja sebagai antioksidan. Kerusakan oleh karena proses
oksidasi berasal dari peningkatan radikal bebas baik yang secara endogen (proses
inflamasi), maupun secara eksogen (radiasi, polusi, dan asap rokok). Polifenol yang
terdapat di dalam teh hijau dikatakan dapat menjadi antimikroba.

Menurunkan kadar lipid darah sebagai antioksidan kolesterol LDL karena


ROS Pemberian sari seduhan daun teh hijau dosis 10 kali dosis manusia (0,54 g/ 200
gBB) pada tikus putih jantan yang diberi kuning telur sebanyak 1,25 g/200 gBB/hari
dan sukrosa 1,25 g/200 gBB/hari, selama 8 minggu terbukti dapat menurunkan kadar
kolesterol total, LDL dan trigliserida hewan coba dan juga berat badan hewan coba.
Penelitian uji klinik selama 12 minggu menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun
teh yang mengandung 75 mg teaflavin, 150 mg katekin dan 150 mg polifenol dengan
dosis 1x1 setiap hari selama 12 minggu ternyata dapat menurunkan kolesterol total
serum penderita sebanyak 11,3% dan menurunkan kadar LDL penderita sebesar
16,4% (BPOM, 2010).
3) Dugaan mekanisme Kerja

Antikarsinogenik : aktivitas antioksidan mempromosikan penghambatan


penanda biokimia inisiasi tumor dan promosi, induksi apoptosis, dan penghambatan
tingkat replikasi sel sehingga memperlambat pertumbuhan neoplasma.

Efek CNS : kafein merangsang pusat dan menyebabkan efek antidepresan.

Diuresis : adenosin antagonisme dengan kafein menyebabkan pelebaran pembuluh


ginjal dengan peningkatan berturut-turut di tingkat filtrasi.

anti diare : tannin efek dan polifenol mempromosikan pertumbuhan


Lactobacillus dan Bifidobacterium sementara menghambat pertumbuhan C.
Perfingens, penyebab diare.

33
Penurunan kolesterol : antioksidan memiliki efek langsung pada penurunan LDL
dan TG's1.

Kebutuhan gigi: jumlah besar fluoride dan penghambatan pertumbuhan


bakteri rongga-terkait seperti Streptococcus mutans dan E. Coli.
4) Dosis
Tablet : 100 mg/tablet
Kapsul: 100, 150, 175, 333, 383, dan 500 mg/kapsul
Filter tea bags: 1,8-2,2 g/tea ekrang kering
Rekomendasi : Sehari 300-400 mg polifenol
Perhatian : Lebih dari 5 gelas per hari dapat menyebabkan adverse
Dosis 3-10 g per hari dapat menyebabkan toksisitas

5) Keamanaan

Secara umum teh bersifat non toksik (Heinrich M., Barnes J., Gibbons S.,
Williamson E.M., 2010).Tetapi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa keracunan
kafein kronis dapat terjadi bila meminum 5 cangkir teh setiap hari yang setara dengan
300 mg kafein.Gejalanya berupa gangguan pencernaan (dispepsia), rasa lemah,
gelisah, tremor, suka tidur, tidak ada nafsu makan, sakit kepala, pusing (vertigo),
bingung, berdebar, sesak nafas dan kadang sembelit (BPOM, 2006).

Kontra Indikasi : Hindari pemberian pada wanita hamil karena kandungan


kafein dalam teh dapat menyebabkan efek teratogenik (studi pada hewan). Pemberian
pada menyususi sebaiknya lebih berhati-hati, karena kandungan kafein dalam daun
teh dapat menyebabkan gangguan tidur pada bayi.
6) Contoh produk

34
e. Pisang (Musa Paradisiaca)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Subclass : Zingiberidae
Order : Zingiberales
Family : Musaceae
Genus : Musa paradisiaca L.
1) Data Farmakologis

Tanaman pisang memiliki khasiat untuk dapat digunakan sebagai obat yang
dapat menyembuhkan radang selaput lendir mata, luka terbakar (daunnya yang masih
muda), demam nifas (teras batangnya), mencret, disentri (getah batangnya), radang
selaput lendir usus, ambein, sariawan (pisang, biji buahnya), kena racun makanan
(umbinya), radang tonsil, kurang darah (pisang kepok, akar dan umbinya), maupun
digigit ular berbisa (umbi pisang raja) (Atun., 2007). Kandungan yang terdapat pada
kulit pisang kepok yaitu zat seperti protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, sukrosa,
besi, vitamin A, B1,B6, C dan zat metabolit sekunder lainnya (Oktora et all., 2006).
Berdasarkan kandungan yang dimiliki terdapat kandungan mampu menghambat
bakteri. Salah satu senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri yaitu senyawa
flavonoid dan tanin (Atun et all., 2007; Rojali., 2013).

Senyawa flavonoid telah berhasil diidentifikasi didalam ektrak kulit buah


pisang kepok yang memiliki aktivitas antibakteri dalam menghambat pertumbuhan
bakteri (Atun dkk., 2007). Menurut Rojali (2013) dalam penelitiannya disebutkan

35
bahwa ekstrak kulit pisang kepok (Musa ParadisiacaLinn) mempunyai aktivitas efek
antibakteri terhadap Bakteri E. Coli. Selain itu, dinyatakan pula bahwa pada
konsentrasi 100% ekstrak kulit buah pisang kepok dapat menghambat pertumbuhan
bakteri E. Coli.

Penelitian menyebutkan bahwa senyawa aktif yang berkhasiat sebagai


antibakeri adalah senyawa tanin.Tanin dapat digunakan sebagai antibakteri karena
mempunyai kemampuan menginaktifkan adhesin sel mikroba juga menginaktifkan
enzim, dan menganggu transport protein pada lapisan dalam sel (Cowan, 1999).
2) Dugaan Mekanisme Kerja

Aktivitas antibakteri yang terdapat pada kulit pisang kepok ini adalah
senyawa tanin dan senyawa flavonoid.Senyawa tanin memiliki aktivitasantibakteri di
dalam kulit buah pisang kepok, secara garis besar mekanisme yang diperkirakan
adalah toksisitas tanin dapat merusak membran sel bakteri, senyawa astringent tanin
dapat menginduksi pembentukan kompleks ikatan tanin terhadap ion logam yang
dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri.

Mekanisme tanin kerja tanin diduga dapat mengkerutkan dinding sel atau
membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri.Akibat teganggunya
permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya
terhambat dan mati (Ajizah, 2004).Sedangkan aktivitas antibakteri yang terkandung
pada kulit buah pisang juga terdapat senyawa flavonoid.Flavonoid merupakan
golongan terbesar senyawa fenol (Sjahid, 2008).

Mekanisme kerja flavonoid yang terkandung pada kulit pisang berfungsi


sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein
ekstraseluler yang mengganggu keutuhan membran sel bakteri. Mekanisme kerjanya
dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat
diperbaiki lagi (Juliantina, 2008).
3) Dosis dan Cara Penggunaan

36
Secara empiris, penggunaan kulit pisang sebagai obat adalahsebanyak 30 – 60
gram.Berdasarkan penelitian konsentrasi minimumnya adalah 15 gram. Pada
konsentrasi 15 g, 30 g, 60 g mempunyai aktivitas antibakteri sesuai dengan
konsentrasi empiris 30-60 mempunyai aktivitas antibakteri. Kulit pisang kepok
mempunyai aktivitasantibakteri pada bakteri Staphylococcus aureus karena terdapat
kandungan flavonoid dan tanin (Atun dkk., 2007; Rojali., 2013).

Pembuatan ekstrak kulit buah pisang kepok dilakukan dengan caramaserasi


yaitu sebagai berikut :
a) Ditimbang simplisia kulit buah pisang kepok kering 250g (10:75)
b) Dimasukkan dalam beaker glass dan rendam dengan metanol 95%
hinggasimplisia terendam dan ditutup
c) Diamkan selama 5 hari dan dikocok sesekali mungkin
d) Disaring hasil maserat dengan kertas saring, hasil maserat diuapkandengan
menggunakan evaporator pada suhu 60o C
e) Dipekatkan pada water bath pada suhu ± 60 o C bila perlu.
f) Ditimbang maserat yang dihasilkan dan masing-masing diambil sesuai
g) dengan hasil penjumlahan ekstrak dan bobot simplisia sehingga dapat diperoleh
konsentrasi yang dibutuhkan.
4) Contoh Produk

Untuk contoh produk yang ada dipasaran belum ada karena kulit pisang
sendiri masih sampai pada penelitians secara in vitro dan in vivo menggunakan
ekstrak yang didapat dari hasil ekstraksi

37
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

38
DAFTAR PUSTAKA

(http://www.sakadoci.com/2016/01/daun-meniran-manfaat-dan-ramuan-cara.html
22.20 29-09-2018)
Barbara. C. long. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Padjajaran.

Calixto, J.B. et al. 1998. A Review of The Plants of The Genus Phyllanthus: Their
Chemistry, Pharmacology, and Therapeutic Potentia. J. Med. Biol. Res

Candra, A. A. 2013. Aktivitas Hepatoprotektor Temulawak pada Ayam yang


Diinduksi Pemberian Parasetamol. Lampung : Politeknik Negeri Lampung

Damle, Monica. 2014. Glycyrrhiza glabra (Liquorice) - A Potent Medicinal Herb.


International Journal of Herbal medicine 2 (2) : 132-136.

Hartono, Nurwati, I., Ikasari, F., dan Wiryanto. 2005. Pengaruh Ekstrak Rimpang
Kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap Peningkatan Kadar SGOT dan
SGPT Tikus Putih (Rattus norvegicus) akibat Pemberian Asetaminofen.
Surakarta : Universitas Sebelas Maret

Kardinan, A. et al. 2004. Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh Alami. Jakarta: Agri
Pustaka

Kartasapoetra. 2006. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: Rineka Cipta

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Formularium Obat Herbal Asli


Indonesia Volume 1. Jakarta: Ditrektorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional,
Alterntif Dan Komplementer Direktorat Jenderal Bina Gizi Dan Kia.
Kowalak, Jennifer P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Hal. 363. Jakarta:EGC

39
Luckman & Sorensen. Medical Surgical Nursing. 2013. WB Saunders Company.

Paithankar VV. et al. 2011. Phyllanthus niruri: A Magic Herb.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Formularium Obat Herbal


Asli Indonesia. Jakarta : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 6.
Tahun2016.

Permenkes. 2016. Formularium Obat Herbal Asli Indonesia. Jakarta : Depkes RI


(halaman 199 – 201)
Price, Sylvia. A, Lorraine, M. Wilson. (1995). Buku 1 Patofisiologi “Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit”, edisi : 4. Jakarta : EGC

Qiu, Li-Peng., Ke-Ping Chen,. 2013. Anti-HBV derived from botanical origin.
Institute of life Science, Fitoterapia Journal 84 : 140-157.

Risky, A. et al. 2013. Analisis Potensi Phyllanthus niruri Sebagai Imunodulator


dalam Pengobatan Hepatitis B.Palembang: Universitas Sriwijaya

Rivera, Y., Espinoza, Muriel P. 2009. Pharmacological Actions Of Curcumin In Liver


Diseases Or Damage. Liver International.. 29(10):1457-66.

Sawitri, Endang. et al. 2012. Ekstrak Phyllanthus niruri Linn., Pertumbuhan Tumor
dan Proliferasi sel Kanker Kolorektal. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Dipenogoro

Sidik, M.W. Mulyono, dan Muhtadi A. 1997. Temulawak, Cucurma xanthorrhiza


(Roxb). Jakarta: Yayasan Pengembangan Obat Alam.
Suriadi, Rita Yuliani., 2002, Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung setia.

Tambayong, J, 2000 Patofisiologi Untuk Keperawatan , Alih Bahasa : Monica Ester,


EGC, Jakarta

Tayeb R., Wahyudin E., Alam G., Pakki E., dan Lukman L. 2014. Preclinical Study:
Hepatoprotective Effects of “Paliasa Tea Bag” on Paracetamol-Induced Liver
Damage in Rats. The 2nd International Congress of Naturopathic Medicine.
Paris

40
41

Anda mungkin juga menyukai