Pernikahan Yang Terlarang Dan Larangan Larangan Dalam Pernikahan
Pernikahan Yang Terlarang Dan Larangan Larangan Dalam Pernikahan
PERKAWINAN
Disusun Oleh:
FAKULTAS SYARIAH
2019
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
1
PEMBAHASAN
1. Nikah Mut’ah
Nikah Mut’ah ialah nikah yang tujuannya tidak untuk selama-
lamanya,tetapi hanya untuk sementara waktu saja dengan maksud
untuk bersenang-senang dan memuaskan hawa nafsu saja. Contoh
nikah mut’ah misalnya:
a. Nikah yang dimaksudkan hanya untuk satu tahun,satu bulan atau
satu minggu.
b. Seseorang yang bertugas di suatu tempat untuk beberapa waktu
kemudian menikah ditempat tugas itu dengan maksud untuk
menceraikan kembali istrinya setelah tugasnya selesai,perkawinan
ini dilarang karena hanya untuk memuaskan hawa nafsu saja.
Nikah mut’ah itu dahulu pernah dihalalkan oleh Nabi pada waktu
beliau masih hidup. Untuk waktu selanjutnya beliau mengharamkan
nikah mut’ah ini untuk selama lamanya. Adapun dasarnya ialah hadis
Nabi yang diriwayatkan oleh H.R. Muslim dan ahmad, Nabi bersabda
2
:َ لعن َالنربوليع َبن َلسوبَقلرةَ َلعون َألبلويهل َرضى َال َعنه َألنسه َلكاَلن َلملع َلرسسوولل َال َصلى َال َعليه َوسلم َفلقلقققاَلل
َلو َلل َتلأوسخسذووا َل نماَ َآتلقويتْسمووسهنن َلشويئْاَا,َ َفللمون َكاَللن َلعونلدسه َلمونقسهنن َلشويءء َفلقوليسوخلل َلسلوبَيقلسه,َ ” الولقلياَلملة
ل ل ل ل
َأللملرنلاَ َلرسسووسل َال َصلى َال َعليه َوسلم َباَلوسموتْقلعة َلعاَلم َواللفوتْلح َح و ل:َ لو َلعونسه َلقاَلل
ي َلدلخوللناَ َلمنكلة َ سنث َ لول َلنوسروج
َلحنت َنلقلهاَنلاَ َلعونقلها
َرنخص َرسوسل َا ل:عن َسلملة َبلن َاوللوكوعل َرضى َال َعنه َلقاَلل
ل َصلى َال َعليه َوسلم َلعاَلم َألووطْلاَس َلف ل ل لس ل لو ل ل و
َاولوتْقلعلة َثلللثللة َألنياَمم َ سنث َنلقلهى َلعونقلها
س
Artinya: Dari Salamah bin Akwa` Radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
memberikan keringanan dalam mut’ah selama tiga hari pada masa
perang Awthas (juga dikenal dengan perang Hunain), kemudian
beliau melarang kami”.
3
itu,antara lain ialah:Ibnu Abbas, beberapa ulama-ulama Mekah dan
ulama-ulama Syi’ah.
4
2. Nikah Muhallil
Nikah Muhallil ialah pernikahan antara seorang laki-laki dengan
seorang wanita yang telah ditalak tiga oleh suaminya, dengan tujuan
untuk menghalalkan si wanita tadi untuk dikawin oleh bekas
suaminya. Menurut Hukum Islam seorang istri yang telah ditalak tiga
oleh suaminya, tidak diperbolehkan kawin kembali dengan bekas
suaminya kalau belum memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu:
a. Harus kawin dengan laki-laki lain.
b. Sudah berhubungan sebagai suami istri.
c. Ditalak oleh suaminya yang baru tadi.
d. Habis masa iddahnya.
5
Artinya: Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang
kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin
dengan suami yang lain. kemudian jika suami yang lain itu
menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami
pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan
dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah,
diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui.(Qs. Al
Baqarah:230)
6
ُ َرواه َلت َمزى.ل َلعلويله َلولسلنلم َاوللحلنلل َلواوللحلنلل َلسه صنل َا َ ل عن َعبَلدا ل
َلعن َرسوسل َا ل:ل َبلن َمسعومد َلقاَلل
س س س ل و س ل ل ل و س و ل و ل و لو
7
Pendapat Imam Hanafi, apabila seorang laki-laki mengawini
seorang wanita dengan maksud supaya si wanita tadi halal dinikah kembali
oleh bekas suaminya, sehingga kedua suami istri itu dapat membangun
kembali rumah tangganya, maka perkawinan yang demikian itu sah
hukumnya. Bahkan laki-laki itu mendapat pahala. Apabila niat laki-laki itu
semata-mata untuk melepaskan hawa nafsu saja,maka perkawinan itu sah
tetapi hukumnya makruh haram.
3. Nikah Tafwidh
4. Nikah Syighar
َألون َيقسلزنولج: َ) َنلقلهى َلرسسوسل َلاللنله َصلى َال َعليه َوسلم َلعلن َالنشلغاَلر َ; َلوالنشلغاَسر:َ َلعون َالبولن َعسلملر َلقاَلل,َ لولعون َلناَفلمع
صلداءق َ( َ َسمتْنقلفءق َلعلويله َلواتنقلفلقاَ َلمون َلووجمه َآلخلر َلعللى َألنن ل ل
َلولوي ل,َ لالنرسجسل َابوقنلتْلسه َلعللى َألون َيقسلزنولجسه َالوللخسر َابوقنلتْلسه
س َبلوقيقنلقسهلماَ َ ل
تلقوفلسلي َلالنشلغاَلر َلمون َلكلللم َلناَفلمع
8
Artinya:َ Nafi' dari Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang perkawinan syighar. Syighar
ialah seseorang menikahkan puterinya kepada orang lain dengan syarat
orang itu menikahkan puterinya kepadanya, dan keduanya tidak
menggunakan maskawin. Muttafaq Alaihi. Bukhari-Muslim dari jalan lain
bersepakat bahwa penafsiran "Syighar" di atas adalah dari ucapan Nafi'.
َ) َلل َيلقونلكقسح:لولعقون َعسثولمققاَلن َبوقلن َلعنفققاَلن َرضققي َالقق َعنققه َألنن َلرسسققولل َلاللنقله َصققلى َالقق َعليققه َوسققلم َققلقاَلل
ب َ( َ َلرلواسه َسموسللءم ل
َلولل َليوطس س, َلولل َيقسونكسح,اللوسموحلرسم
9
Larangan ini hanya berlaku bagi perempuan saja karena laki laki
tidak memiliki masa iddah setelah berpisah denagn pasanganya, baik
karena sebab perceraian ataupun kematian. Masa iddah disesuaika dengan
sebab sebab tertentu yang menjadikan perbedaan lama masa iddah seorang
perempuan. Contohnya masa iddah seorang wanita yang dicerai suaminya
dalam kondisi masih bisa haid, maka lama masa haidnya adalah 3 quru’
ada yang mengartikan tiga klai haid ada juga yang memaknai 3 kali sucian.
Dasar pelarangan nikah dalam masa iddah adalah:
Artinya: 235. dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu
dengan sindiran atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini
mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-
nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin
dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada
mereka) Perkataan yang ma'ruf. dan janganlah kamu ber'azam (bertetap
hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan ketahuilah
bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka
takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyantun.(Qs. Albaqoroh ;235)
7. Pernikahan Beda Agama
10
Maksud pernikahan beda agama yaitu perikahan yang dilakukan
sepasang laki laki perempuang yang keduanya memiliki keyakinan yang
berbeda. Salah satu muslim dan pasanganya non muslim. Larangan ini
berlaku selamanya, kecuali apabila salah satu mejadi mualaf sebelum akad
nikah dilangsungkan maka hal tersebut di halalkan. dasar hukum
pelarangan pernikahan ini adalah:
َ َ َ
َ َ َ َ َ
َ َ َ َ
َ َ َ
َ َ َ َ َ
َ َ َ َ
َ َ َ َ َ
َ َ َ
َ َ َ
َ َ َ َ
Artinya: 221. dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita
musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang
mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu.
dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-
wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang
mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu.
mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan
ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil
pelajaran.
11
kehormatannya tidak boleh menikah dengan laki-laki pezina. Hal ini
berdasarkan firman Allah Ta’ala:
Artinya: 3. laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan
perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan
yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau
laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang
yang mukmin. (Qs. An Nur:3)
Artinya: 26. wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang
keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula),
dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-
laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka
(yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang
menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga). (Qs:
An Nur:26)
Namun apabila keduanya telah bertaubat dengan taubat yang
nashuha (benar, jujur dan ikhlas) dan masing-masing memperbaiki diri,
maka boleh dinikahi. Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma pernah berkata
mengenai laki-laki yang berzina kemudian hendak menikah dengan wanita
yang dizinainya, beliau berkata, “Yang pertama adalah zina dan yang
12
terakhir adalah nikah. Yang pertama adalah haram sedangkan yang
terakhir halal”
9. Nikah Dengan Lebih Dari Empat Wanita
Dasarnya adalah Qs, An Nisa Ayat 3
Artinya: 3. dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu
mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan
dapat Berlaku adil Maka (kawinilah) seorang saja atau budak-budak yang
kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya. (Qs An Nisa:3)
Dalam hadis juga ada yang menceritakan mengenai masuk
islamnya salah satu shabat nabi bernama ghoilan yang memiliki 10 istri,
kemudian nabi saw merintahkanya untuk menceraikan yang 6 dan memiih
yang 4.
B. Larangan Dalam Pernikahan
Berikut ini beberapa larangan dalam pernikahan agar kita ketahui
dan kita jauhi,
1. Larangan perkawinan berdasarkan kekeluargaan (Pasal 8 UU No. 1
Tahun 1974) disebabkan berhubungan darah yaitu larangan perkawinan
karena hubungan ke-saudara-an yang terus menerus berlaku dan tidak
dapat disingkirkan berlakunya :
a. Hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah maupun ke
atas yang terdiri dari ibu sendiri, anak perempuan, ibu dari ayah, cicit
(Pasal 8 sub a).
13
b. Hubungan darah dalam garis keturunan menyamping terdiri dari
saudara perempuan ayah, anak perempuan saudara laki-laki, anak
perempuan saudara perempuan (kemanakan) (Pasal 8 sub b).
c. Hubungan semenda terdiri dari saudara perempuan bibi (makcik), ibu
dari isteri (mertua), anak tiri (Pasal 8 sub c).
d. Hubungan susuan yaitu orang tua susuan, saudara susuan, anak
susuan dan bibi atau paman susuan (Pasal 8 sub d).
e. Hubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan
dari isteri, dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang (Pasal 8
sub e).
f. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang
berlaku, dilarang kawin (Pasal 8 sub f).
3. Larangan oleh karena salah satu pihak atau masing-masing pihak masih
terikat dengan tali perkawinan (Pasal 9 UU No. 1 Tahun 1974).
4. Larangannya bersifat sepihak artinya larangan berlaku secara mutlak
kepada pihak perempuan saja yaitu seorang perempuan yang masih terikat
dalam perkawinan. Larangan Pasal 9 tidak mutlak berlaku kepada seorang
laki-laki yang sedang terikat dengan perkawinan atau seoramg laki-laki
yang beristeri tidak mutlak dilarang untuk melakukan perkawinan dengan
isteri kedua.
3. Larangan kawin bagi suami isteri yang telah bercerai sebanyak 2 (dua) kali
(Pasal 10 UU No. 1 Tahun 1974).
Menurut Pasal 10 diatur larangan kawin bagi suami isteri yang
telah bercerai sebanyak 2 (dua) kali. Perkawinan yang mempunyai maksud
agar suami isteri dapat membentuk keluarga yang kekal maka suatu
tindakan yang mengakibatkan putusnya suatu perkawinan harus benar-
benar dipertimbangkan. Pasal 10 bermaksud untuk mencegah tindakan
kawin cerai berulang kali, sehingga suami maupun isteri saling
menghargai satu sama lain.
5. Larangan kawin bagi seorang wanita selama masa tunggu (Pasal 11 UU
No. 1 Tahun 1974).
Larangan dalam Pasal 11 bersifat sementara yang dapat hilang
dengan sendirinya apabila masa tunggu telah lewat waktunya sesuai
dengan ketentuan masa lamanya waktu tunggu. Sesuai dengan pasal 8
14
masa lamanya waktu tunggu selama 300 hari, kecuali jika tidak hamil
maka masa tunggu menjadi 100 hari. Masa tunggu terjadi karena
perkawinan perempuan telah putus karena:
1) Suaminya meninggal dunia.
2) Perkawinan putus karena perceraian.
3) Isteri kehilangan suaminya.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas maka dapat ditarik kesimpualn bahwasanya
dalam islam terdapat banyak larangan dan bentuk bentuk pernikahan yang
terlarang. Tujuan dari adanya larangan tersebut adalah melindungi hak
serta demi kemaslahatan keluarga demi terciptanya keluarga damai aman
tentram penuh kasih sayang yang berdasarkan pada keimana kepada alloh
swt, tidak hanya untuk kehidupan dunia saja namun juga kehidupan di
akhirat.
Tujuan utama dalam melaksanakan pernikahan adalah
mewujudkam keluarga yang sakinah mawadah dan warahmah, untuk
mewujudkan nya maka sebelum melangsungkan pernikahan harus
mengikuti rambu rambu agama mengenai tata cara pemilihan wanita atau
calon pasangan, dan mengindahkan larangan larangan dalam memilih
calon pasangan, diantara nya adalah mengenai pernikahan pernikahan
yang terlarang baik nikah terlarang untuk selamanya atau menikah yang
terlarang karena ada sesuatu yang menghalangi.
15
Daftar Pustaka
16