Karbohidrat
Berdasarkan jumlah monomer pembentuk suatu karbohidrat maka dapat dibagi atas tiga
golongan besar yaitu monosakarida, disakarida dan polisakarida. Istilah sakarida berasal
dari bahasa latin dan mengacu pada rasa manis senyawa karbohidrat sederhana.
Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi senyawa yang
lebih sederhana (Tim Dosen Kimia, 2008).
Fungsi karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber biokalori dalam bahan makanan, disamping
itu juga sebagai bahan pengental atau GMC pada teknologi makanan sebagai bahan penstabil,
bahan pemanis (sukrosa, glukosa, fruktosa) dan bahan bakar, misalnya pada glukosa dan pati
dan sebagai penyusun struktur sel, misalnya selulosa dan khitin.
Gula Pereduksi
Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-
senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula
pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas. Semua
monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa), kecuali
polisakarida (sukrosa dan pati), termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya gula pereduksi
yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktifitas enzim, dimana semakin tinggi aktifitas
enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan. Sedangkan gula non
pereduksi adalah senyawa gula yang gugus karbonilnya berikatan dengan senyawa
monosakarida lain sehingga tidak bebas lagi. Misalnya sukrosa.
Gula Invert
Gula invert adalah hasil hidrolisis dari sukrosa yang hasilnya berupa campuran sebanding
glukosa dan fruktosa. Karena hidrolisis sukrosa menukar (invert) tanda rotasi optik, enzim
yang melakukan hidrolisisnya dinamakan invertase. Sukrosa tidak dapat bermutarotasi dan
karena tidak ada lagi gugus aldehida yang bebas, sukrosa tak dapat lagi mereduksi pereaksi-
pereaksi Tollen, fehling, Benedict. Karena itu sukrosa dinamakan gula non-pereduksi. Sukrosa
dapat dihitung setelah mengetahui kadar gula pereduksi pada sampel.
Gula Total
Gula total merupakan campuran gula reduksi dan non reduksi yang merupakan hasil hidrolisa
pati. Semua monosakarida dan disakarida, kecuali sukrosa berperan sebagi agensia pereduksi
dan karenanya dikenal sebagai gula reduksi. Kemampuan senyawa-senyawa gula mereduksi
agensia pengoksidasi mendasari berbagai cara pengujian untuk glukosa dan gula-gula reduksi
lainnya
Cara yang digunakan untuk menentukan banyaknya karbohidrat dalam suatu bahan yaitu
antara lain dengan cara kimiawi cara fisik, cara ensimatik atau biokimiawi dan cara
kromatografi. Penentuan karbohidrat yang termasuk polisakarida maupun oligosakarida
memerlukan perlakuan pendahuluan yaitu hidrolisa lebih dahulu sehingga diperoleh
monosakarida. Bahan dihidrolisa dengan asam atau enzim pada suatu keadaan yang tertentu.
Penentuan monosakarida yang dihasilkan dapat dengan cara sebagai berikut :
Pada penentuan gula cara Luff-Schrool yang ditentukan bukannya kuprooksida yang
mengendap tetapi dengan menentukan kupri oksida dalam larutan sebelum direaksikan
dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi
(titrasi sampel). Penentuannya dengan titrasi menggunakan Natrium tiosulfat. Selisih titrasi
blanko dengan titrasi sampel ekuivalen dengan kupro oksida yang terbentuk dan juga
ekuivalen dengan jumlah gula reduksi yang ada dalam bahan atau larutan. Reaksi yang
terjadi selama penentuan karbohidrat cara ini mula-mula kupri oksida yang ada dalam
reagen akan membebaskan iod dari garam kalium iodida. Banyaknya iod yang dibebaskan
ekuivalen dengan banyaknya kupri oksida. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi
menggunakan Natrium tiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah cukup maka
diperlukan indikator amilum. Apabila larutan berubah warnanya dari biru menjadi putih
berarti titrasi sudah selesai. Agar perubahan warna biru menjadi putih dapat tepat maka
penambahan amilum diberikan pada saat titrasi hampir selesai. Setelah diketahui selisih
banyaknya titrasi blanko dan titrasi sampel kemudian dikonsultasikan dengan tabel yang
sudah tersedia yang menggambarkan hubungan antara banyaknya Natrium tiosulfat dengan
banyaknya gula reduksi.
Reaksi yang terjadi dalam penentuan gula metode Luff schoorl dapat dituliskan sebagai
berikut;
2CuI2 ⟶ Cu2I2 + I2
I2 + amilum ⟶biru
Pada praktikum kali ini kita akan menguji penentuan gula cara Luff-Schrool dengan
menggunakan sampel buah buahan yaitu buah naga,buah Pisang,dan Buah Pir
METODOLOGI
Alat :
Gelas ukur Klem & statif
Erlenmeyer Beaker Glass
Neraca analitik Batang Pengaduk
Kondensor Pipet volume
Labu takar Pipet Tetes
Hot plate Labu ukur
Buret Corong gelas
Bahan :
Indicator pati Kertas Saring
Larutan luff schoorl Aquades
KI 20 % Pb asetat
Natrium tiosulfat 0,1 N Na2CO3
Indikator amilum 1 %,
H2SO4 24,5%
HCl
Prosedur Kerja
Setelah itu campur dengan akuades hingga garis tera pada labu
takar
Didihkan dalam pendingin balik hingga suhu didh tercapai kurang lebih
selama 2 menit
Pendinginan
Rumus:
(𝒎𝒈 𝒌𝒆𝒔𝒆𝒕𝒂𝒓𝒂𝒂𝒏(𝑴𝑷) 𝒙 𝑭𝒑 𝒙 𝟏𝟎𝟎%)
Kadar Gula Reduksi:
(𝒎𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍)
Daftar Pustaka
Poedjiadi, Anna, Titin. (2009). Dasar-dasar biokimia. Jakarta : UI-Press Sudarmadji, Slamet, dkk.
(2007). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Penerbit Liberty