Makalah Fraud
Makalah Fraud
REGULER C
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EONOMI
UNIVERSITASNEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada saya.
Tulisan ini telah saya susun semaksimal mungkin. Terlepas dari semua itu saya
menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan, oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki tulisan ini.
Akhir kata saya berharap semoga tulisan ini dapat memberikan banyak manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca tentang makalah ini.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fraud
Fraud adalah tindakan curang, yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga menguntungkan diri
sendiri / kelompok atau merugikan pihak lain (perorangan, perusahaan atau institusi).
Fraud menurut beberapa sumber buku :
Menurut Rozmita (2013), fraud adalah penyimpangan, error (kesalahan) dan irregularities
(ketidakberesan dalam masalah financial).
Menurut Karyono (2013), fraud adalah penyimpangan dan perbuatan melanggar hukum
(illegal act), yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu misalnya menipu atau
memberikan gambaran keliru (mislead) kepada pihak-pihak lain, yang dilakukan oleh orang-
orang baik dari dalam maupun dari luar organisasi.
B. Jenis-jenis Fraud
3. Korupsi (Corruption)
Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain
seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis yang terbanyak terjadi di negara-
2
negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata
kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering
kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan.
Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of
interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities), dan
pemerasan secara ekonomi (economic extortion).
C. Resiko Fraud
Semua organisasi, apapun jenis, bentuk, skala operasi dan kegiatannya memiliki risiko
terjadinya fraud atau kecurangan. Fraud atau kecurangan tersebut, selain memberi keuntungan
bagi pihak yang melakukannya, membawa dampak yang cukup fatal, seperti misalnya hancurnya
reputasi organisasi, kerugian organsisasi, rusaknya moral karyawan serta dampak-dampak
negatif lainnya.
Maraknya berita mengenai investigasi terhadap indikasi penyimpangan (fraud) di dalam
perusahaan dan juga pengelolaan negara di surat kabar dan televisi semakin membuat sadar
bahwa kita harus melakukan sesuatu untuk membenahi ketidakberesan tersebut. Walaupun saat
ini sorotan utama sering terjadi pada manajemen puncak perusahaan, atau terlebih lagi terhadap
pejabat tinggi suatu instansi, namun sebenarnya penyimpangan perilaku tersebut bisa juga terjadi
di berbagai lapisan kerja organisasi.
3
tindakannya bukan merupakan suatu kecurangan tetapi adalah suatu yang memang
merupakan haknya, bahkan kadang pelaku merasa telah berjasa karena telah berbuat banyak
untuk organisasi. Dalam beberapa kasus lainnya terdapat pula kondisi dimana pelaku tergoda
untuk melakukan fraud karena merasa rekan kerjanya juga melakukan hal yang sama dan
tidak menerima sanksi atas tindakan fraud tersebut.
E. Pencegahan Fraud
Pencegahan fraud dapat dilakukan dengan mengaktifkan pengendalian internal. Selain itu, fraud
dapat dicegah dengan adanya kesadaran setiap individu. Berikut ini adalah beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk pencegahan fraud, yaitu:
1. Risk Analysis
Desain kebijakan anti korupsi harus diawali dengan melakukan analisa apa saja pola korupsi
yang mungkin terjadi. Kemudian ditindaklanjuti dengan desain program anti korupsi yang
sejalan dengan analisa tersebut.
2. Implementasi
Melakukan sosialisasi kebijakan anti korupsi, pelatihan anti korupsi, dan evaluasi proses
bisnis untuk menghindari korupsi.
3. Sanksi
Harus ada sosialisasi kepada seluruh karyawan mengenai sanksi atas korupsi. Sanksi itu
dapat berupa pengurangan kompensasi, tidak naik jabatan, atau bahkan pemecatan dan/atau
proses hukum.
4. Monitoring
Melakukan evaluasi program anti korupsi secara berkala dan mengambil langkah perbaikan
secara terus menerus.
4
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ketika etika tinggi, tekanan dan
kesempatan fraud (kecurangan) rendah maka kemungkinan terjadinya fraud (kecurangan)
akan semakin rendah, namun sebaliknya jika tekanan dan kesempatan semakin tinggi
kemudian etika rendah maka kemungkinan terjadinya fraud (kecurangan) akan semakin
besar.
3.2 Saran
Pencegahan fraud bisa dianalogikan dengan penyakit, yaitu lebih baik dicegah dari pada
diobati. Jika menunggu terjadinya fraud baru ditangani itu artinya sudah ada kerugian yang
terjadi dan telah dinikmati oleh pihak tertentu, bandingkan bila kita berhasil mencegahnya,
tentu kerugian belum semuanya beralih ke pelaku fraud tersebut. Dan bila fraud sudah terjadi
maka biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar untuk memulihkannya daripada melakukan
pencegahan sejak dini.
5
DAFTAR PUSTAKA
Rozmita dan Nelly. 2012. Gejala Fraud Dan Peran Auditor Internal Dalam Pendeteksian
Fraud Di Lingkungan Perguruan Tinggi (Studi Kualitatif). Banjarmasin: Jurnal Simposium
Nasional Akuntansi XV.
Karyono. 2013. Forensic Fraud. Yogyakarta: ANDI.