Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PAJAK

“PAJAK PENGHASILAN FINAL”

Disusun Oleh:

Dhafin Izzudin / 2201789795 Christin Armami F. / 2201787524


M. Halim Kartham / 2201840422 Fitri Andriyani / 2201806744
M. Fadhil / 2201845096 Michelle Vania / 2201799770
Salsabiyla Anggieni / 2201786093 Yuhyi Nufus / 2201837371
Nadya Octaviani / 2201836280
Thirza Frigia Grace M / 2201828354
Riskawati / 2201853236

1​ | ​Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena hanya
dengan segala rahmat-Nyalah akhirnya kami bisa menyusun makalah dengan tema
‘Pajak penghasilan Final’ untuk mata kuliah Taxation 1 ini tepat pada waktunya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Giri Darijanto selaku dosen
kami yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami mendapatkan
banyak tambahan pengetahuan khususnya dalam Pajak penghasilan Final.

Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak dan semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Jakarta, 12 Desember 2018

Penulis

2​ | ​Page
DAFTAR ISI

Sampul & Judul Makalah ….................................................................... 1

Kata Pengantar ........................................................................................ 2

Daftar isi .................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN…................................................................... 5

1​.​1 Latar Belakang ….................................................................... 5

1.2 Perumusan Masalah ................................................................ 5

1.3 Tujuan ..................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 6

2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Final (PPh)​ ................................... ​6

2.2 Jenis Penghasilan .................................................................... 6

2.2.1 Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Yang diterima atau Diperoleh
Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu..................................................... 7

2.2.2 Wajib Pajak................................................................. 7

2.2.3 Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak................................ 8

2.3 Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan ............................. 9

2.3.1. Pajak Penghasilan Bersifat Final Pasal 15................. 9

3​ | ​Page
2.3.2. Pajak Penghasilan atas penghasilan bersifat final pasal 4 ayat 2
UU PPh ...................................................... 11

2.3.3. Pajak Penghasilan atas Transaksi Saham dan Sekuritas


Lainnya..................................................... 13

2.3.4. Pajak Penghasilan atas Bunga Obligasi ................... 14

2.3.5. Pajak Penghasilan atas Hadiah Undian..................... 15

2.3.6. Pajak Penghasilan atas Persewaan Tanah /


Bangunan.................................................................. 16

2.3.7. Pajak Penghasilan Atas Usaha Jasa Konstruksi ...... 17

2.3.8. Pajak Penghasilan atas Pengalihan Harta berupa Tanah dan


Bangunan ............................................... 18

2.3.9. Pajak Penghasilan Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh


Koperasi kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi
..................................................................... 19

2.3.10. Pajak Penghasilan atas Dividen yang diterima oleh Wajib Pajak
Orang Pribadi ...................................... 20

Daftar Pustaka ...................................................................................... 22

BAB I

4​ | ​Page
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pajak Penghasilan yang bersifat final adalah pajak atas penghasilan tertentu dimana
mekanisme perpajakannya telah dianggap selesai pada saat dilakukan pemotongan, pemungutan
atau penyetoran sendiri oleh Wajib Pajak (WP) yang bersangkutan.

Pajak Penghasilan final yang tidak dapat dikredit pajak bagi pemotong tersebut atau tidak
bisa di restitusikan atau dikompensasikan, diantaranya adalah pajak PPh pasal 21 final dan PPh
pasal 4 ayat 2 final. Pajak Penghasilan pasal 4 ayat 2 final adalah pajak yang dipotong atas
beberapa jenis penghasilan yang ketetapannya berdasarkan peraturan pemerintah sebagaimana
diatur dalam pasal 4 ayat 2 final UU PPh yang bersifat final, seperti bunga dan deposito, hadiah
atas undian, sewa tanah dan bangunan dari transaksi penjualan saham, pengalihan hak
tanah/bangunan serta jasa konstruksi. Dikarenakan sifat pungutannya yang seketika, PPh final
tidak lagi diperhitungkan dalam pelaporan SPT tahunan meskipun nantinya tetap harus
dilaporkan.

1.2. Perumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan PPh final


b. Jenis – jenis pajak yang termasuk dalam PPh final
c. Tata cara pelaporan dan penyetoran pajak final
1.3. Tujuan
a​. Untuk mengetahui tentang PPh final
b.​ Untuk mengetahui jenis – jenis pajak yang termasuk PPh final
c.​ Untuk mengetahui tata cara pelaporan dan penyetoran PPh final
BAB II

PEMBAHASAN

5​ | ​Page
2.1. Pengertian Pajak Penghasilan Final (PPh)

Pajak yang dikenakan dengan tarif dan dasar pengenaan pajak tertentu atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh selama tahun berjalan. Pembayaran, pemotongan serta pemungutan
Pajak Penghasilan Final (PPh Final) yang dipotong pihak lain maupun yang disetor secara
pribadi bukan merupakan pembayaran dimuka atas PPh terutang. Akan tetapi merupakan
pelunasan PPh terutang atas penghasilan tersebut, sehingga wajib pajak dianggap telah
melakukan pelunasan kewajiban pajaknya

Pajak penghasilan (PPh) dibagi atas dua yaitu PPh final dan PPh tidak final. Pajak
penghasilan bersifat final artinya pajak penghasilan yang pengenaannya sudah final (berakhir)
sehingga tidak dapat dikreditkan (dikurangkan) dari total pajak penghasilan terutama pada akhir
tahun pajak. Pajak penghasilan bersifat final dikelompokan sebagai berikut;
a. PPh atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang
memiliki peredaraan bruto tertentu.
b. PPh pasal 15 UU PPh untuk usaha tertentu.
c. PPh pasal 4 ayat (2) UU PPh.

2.2. Jenis Penghasilan


Beberapa jenis penghasilan yang PPh-nya bersifat final yang juga diatur dalam jenis pajak
lain adalah:
a. PPh atas uang pesongan yang diterima sekaligus, uang manfaat pensiun, tunjangan hari
tua dan sejenisnya yang diterima sekaligus, honorium yang diterima penjabat Negara,
PNS, anggota TNI/POLRI, dan pensiuannya atas beban APBN/APBD, selanjutnya
diuraikan dalam PPh pasal 21.
b. PPh atas penjualan bahan bakan minyak, bahan bakar gas, dan pelumas kepada penyalur
atau agen oleh produsen atau importirnya, selanjutnya dibahas dalam PPh pasal 22.
c. ​PPh atas penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap dan lain-lain.

2.2.1. Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Yang diterima atau Diperoleh Wajib
Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

6​ | ​Page
Pajak ini dimaksud untuk memberikan kemudahan bagi wajib pajak yang menerimah
penghasilan dari usaha dari peredaran bruto tertentu dapat melakukan perhitungan, penyetoran,
dan pelaporan pajak penghasilan yangb terhutang.

2.2.2. Wajib Pajak

Berikut ini yang termaksud sebagai wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu dalam PPh
bersifat final 0,5%
a. WPOP dan badan kecuali BUT
b. WP di atas menerima penghasilan dari usaha tidak termaksud penghasilan jasa
sehubung dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi
Rp4.800.000.000 untuk semua cabang dalam satu tahun pajak.

Jasa sehubung dengan pekerjaan bebas, meliputi hal-hal berikut:

a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama,
dan penari;
c. O​lahragawan;
d. P​enasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
e. P​engarang, peneliti, dan penerjemah;.
f. A​gen iklan;
g. P​engawas atau pengelola proyek;
h. P​erantara;
a. P​etugas penjaja barang dagangan;
j. A​gen asuransi; dan
k. D​istributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau penjualan
langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.

Berikut tidak termaksud wajib pajak dalam PPh bersifat final, meliputi:

7​ | ​Page
WPOP yang melakukan kegiatan usaha perdagangan atau jasa dalam usahanya:
Menggunakan sarana atau prasarana yang dibongkar pasang, baik menetap ataupun
tidak.
Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak
diperuntukan bagi tempat usaha atau berjualan.
1. Wajib pajak badan yang:

a. Belum beroperasij secara komersial

b Dalam jangka 1 tahun setelah beroperasi secara komersial memproleh peredaran


bruto melebihi RP4.800.000.000

2.2.3. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak

Besar tarif PPh bersifat final dalah 0,5%dan bersifat final.

2.3 Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan

1. Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun


2018 dilunasi dengan cara: a. disetor sendiri oleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran
bruto tertentu; atau b. dipotong atau dipungut oleh Pemotong atau Pemungut Pajak yang
ditunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut Pajak.

2. Penyetoran Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada bagian a dilakukan untuk


setiap tempat kegiatan usaha. Penyetoran Pajak Penghasilan dilakukan setiap bulan paling
lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

3. Wajib Pajak yang melakukan penyetoran Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada
huruf a wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan paling lama
20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

8​ | ​Page
a. Wajib Pajak yang telah melakukan penyetoran Pajak Penghasilan sebagaimana
dimaksud dianggap telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Penghasilan sesuai dengan tanggal validasi Nomor Transaksi Penerimaan Negara
yang tercantum pada Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang
dipersamakan dengan Surat Setoran Pajak.

2.3.1. Pajak Penghasilan Bersifat Final Pasal 15

Norma penghitungan khusus untuk wajib pajak tertentu yang dimaksud dalam penjelasan
Pasal 15 UU PPh adalah:

1. Perusahaan pelayaran dan penerbangan internasional

2. Perusahaan asuransi luar negeri, perusahaan pengeboran minyak, gas, dan panas
bumi

3. Perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah


(build,operate,and transfer)

Pelaporan Pph Pasal 15 dalam Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 15 meliputi:

1. Imbalan yang dibayarkan/terutang kepada perusahaan pelayaran dalan negeri, yaitu:

a. Wajib Pajak dan Objek Pajak

Wajib pajak ini adalah orang yang bertempat tinggal atau badan yang didirikan dan
berkedudukan di Indonesia yang melakukan usaha pelayaran
Objek Pajak ini adalah penghasilan berupa imbalan yang diterima atau diperoleh perusahaan
pelayaran dalam negri

b. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak

Tarif PPh adalah 1,2%

c. Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan

9​ | ​Page
2. Pajak Penghasilan atas Imbalan yang Dibayarkan/Terutang Kepada Perusahaan
Pelayaran dan Penerbangan Luar Negeri, yaitu:

a. Wajib Pajak dan Objek Pajak

Wajib Pajak disini adalah Perusahaan pelayaran atau penerbangan yang berkedudukan diluar
negeri dan melakukan usaha melalui BUT di Indonesia

Objek Pajak disini adalah penghasilan beruoa imbalan yang diterima atau diperoleh perusahaan
terkait pengangkutan orang/barang.

b. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak

Tarif PPh ini adalah 2,64%

c. Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan

3. Pajak Penghasilan atas Imbalan yang Dibayarkan/Terutang Kepada Perusahaan


Penerbangan Dalam Negeri, yaitu:

2.3.2. Pajak Penghasilan atas penghasilan bersifat final pasal 4 ayat 2 UU PPh

1. Penghasilan Bunga Deposito/ Tabungan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta
Diskonto SBI

a. Pengertian

Diskonto adalah deposito dengannama dalam bentuk apapun, baik dalam mata uang rupiah
maupun dalam mata uang asing yang ditempatkan atau diterbitkan oleh bank.
Tabungan adalah simpanan pada bank dengan nama apapun. Diskonto sertifikat Bank
Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000 dan Keputusan
Menteri Keuangan nomor 51/KMK.04/2001.

b. Wajib Pajak dan Objek Pajak

Wajib pajak untuk PPh ini adalah orang pribadi atau badan dalam negeri dan luar negeri serta
bentuk usaha tetap yang menerima penghasilan atas bunga deposito. Objek pajak

10​ | ​Page
untuk PPh ini adalah penghasilan berupa bunga atas deposito dan tabungan serta
diskonto SBI.

c. Tarif dan Dasar Pengenaan

Wajib pajak dalam negeri = 20% dari jumlah bruto bunga deposito dan tabungan serta diskonto.

Wajib pajak luar negeri selain BUT = 20% dari jumlah bruto bunga deposito dan tabungan serta
diskonto.

d. Pemotongan PPh

Pemotongan PPh atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI adalah:

1. Bank yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia

2. Cabang bank luar negeri di Indonesia

3. Bank Indonesia

4. Dana pensiun dan bank yang menjual kembali Sertifikat Bank Indonesia kepada pihak lain
yang bukan bank atau kepada Dana Pensiun yang pendiriannya belum disahkan oleh
Menteri Keuangan.

e. Dikecualikan dari Pemotongan PPh

Pemotongan PPh bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI tidak dilakukan terhadap:

1. bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia, sepanjang
jumlahnya yang tidak melibihi Rp.7.500.000

2. bunga diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan bank yang
didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.

11​ | ​Page
3. bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia yang di
terima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan.

4. bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemilikan
rumah sederhana dan sangat sederhana seuai dengan ketentuan yang berlaku untuk
dihuni sendiri.

2.3.3. Pajak Penghasilan atas Transaksi Saham dan Sekuritas Lainnya

a. Pengertian

Saham pendiri adalah saham yang dimiliki oleh pendiri yang diperoleh dengan harga kurang dari
90% dari harga saham pada saat penawaran umum perdana. Pajak penghasilan atas
transaksi saham dan sekuritas lainnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14
Tahun 1997 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 282/KMK.04/1997.

b. Wajib Pajak dan Objek Pajak

Objek pengenaan pajak ini adalah transaksi penjualan saham di Bursa Efek Indonesia. Subjek
pajak ini adalah orang pribadi atau badan dari transaksi penjualan saham di bursa efek.

c. Tarif dan Dasar Pengenaan

Tarif dasar pengenaan PPh atas transaksi saham dan sekuritas lainnya adalah:

- Semua transaksi penjualan saham= 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan
- Transaksi pemilik saham sendiri= 0,1% tambahan 0,5% dari jumlah bruto nilai
transaksi penjualan, kecuali penjualan saham pendiri oleh perusahaan modal ventura
atas penyertaan modal kepada perusahaan pasangan usahanya.

d. Tata Cara Pelunasann

12​ | ​Page
Pelunasan pajak atas transaksi penjualan saham di bursa efek dilakukan dengan pemungutan/
pemotongan oleh penyelenggara bursa efek melalui perantara pedagang efek pada saat
pelunasan transaksi penjualan saham.

2.3.4. Pajak Penghasilan atas Bunga Obligasi

a. Pengertian

Obligasi adalah surat hutang dan surat utang negara yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan.
Bunga obligasi adalah imbalan yang diterima dan diperoleh pemegang obligasi dalam
bentuk bunga/diskonto. Pajak penghasilan obligasi diatur dalan Peraturan Pemerintah
Nomor 16 Tahun 2009 sebagaimana telah diubah diakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 100 Tahun 2013 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 07/PMK.011/2012.

b. Wajib Pajak dan Objek Pajak

Wajib pajak dari PPh ini adalah orang pribadi atau badan dalam negeri dan luar negeri serta
bentuk usaha tetap yang menerima bunga obligasi termasuk diskonto obligasi. Objek
pajak ini adalah penghasilan berupa bunga obligasi termasuk diskonto obligasi.

c. Tarif dan Dasar Pengenaan

Tarif dan dasar pengenaan PPh atas bunga obligasi adalah:

PPh terhutang bersifat final dihitung sebesar dihitung sebesar tarif dikalikan dasar pengenaan
pajak.

d. Pemotongan PPh

- ​Penerbit obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk atas bunga
atau diskonto yang diterima oemegang obligasi dengan kupon pada saat jatuh tempo
bunga obligasi, dan diskonto yang diterima pemegang obligasi tanpa bunga pada saat
jatuh tempo obligasi.

13​ | ​Page
- ​ Perusahaan efek, diler, atau bank, selaku pedagang perantara atau pembeli.

e. Dikecualikan dari Pemotongan Pph

Pemotongan PPh atas bunga obligasi tersebut tidak berlaku apabila penerima penghasilan bunga
obligasi adalah:

- Wajib Pajak dana pensiun yang pendiriannya atau pembentukannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan. Penghasilan bunga obligasi yang diterima oleh Wajib Pajak
ini tidak dikenai PPh.
- Wajib Pajak bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di
Indonesia. Penghasilan bunga obligasi yang diterima oleh Wajib Pajak ini dikenai
PPh umum sebagaimana diatur dalam UU PPh.

2.3.5. Pajak Penghasilan atas Hadiah Undian

​a. Pengertian

Hadiah undian adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk apap pun yang diterima atau
diperleh melalui undian. Pajak penghasilan atas hadiah undian diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 132 Tahun 2002 dan Keputusan Dirjen Pajak Nomor Kep.
395/PJ/2001.

b. Wajib Pajak dan Objek Pajak

Wajib pajak ini adalah orang pribadi atau badan yang menerima hadiah undian. Objek pajak ini
adalah penghasilan berupa hadiah undian dengan nama dan dalam bentuk apapun.

c. Tarif dan Dasar Pengenaan

Besarnya tarif PPh ini adalah 25%. Dasar pengenaan pajak adalah jumlah bruto hadiah undian.
PPh terutang bersifat final dihitung sebesar tarif dikalikan dasar pengenaan pajak.

d. Pemungut atau Pemotong

14​ | ​Page
Pemungutan PPh atas hadiah undian adalah penyelenggaraan undian,baik orang pribadi atau
badan, kepanitiaan, organisasi maupun penyelenggara dalam bentuk apapun yang telah
mendapat izin dari pihak yang berwenang.

2.3.6. Pajak Penghasilan atas Persewaan Tanah / Bangunan

a. Pengertian

Sewa tanah dan bangunan yang dimaksud adalah persewaan tanah/ bangunan berupa tanah,
rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor,
toko, rumah toko, gudang, dan industri.

b. Wajib Pajak dan Objek Pajak

Wajib pajak ini adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan
dari persewaan tanah / bangunan. Objek pajak ini adalah penghasilan dari persewaan
tanah/ bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung
perkantoran, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang, dan industri.

c. Tarif dan dasar Pengenaan

Besarnya tarif PPh ini adalah 10%. Dasar pengenaan pajak adalah jumlah bruto nilai persewaan
tanah/bangunan. PPh terhutang bersifat final dihitung sebesar tarif dikalikan dasar
pengenaan pajak.

d. Tata Cara Pemotongan, Pemyetoran, dan Pelaporan

- Atas penghasilan berupa sewa tanah dan bangunan yang diterima atau diperoleh dari
penyewa yang bertindak atau ditunjuk sebagai pemotong pajak, wajib dipotong pajak
oleh penyewa

- Apabila penyewa bukan sebagai pemotong pajak, PPh yang terhutang wajib dibayar
sendiri oleh orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan.

15​ | ​Page
Pemotongan atau pemungut wajib menyetorkan pajak yang telah dipotong ke bank persepsi atau
Kantor Pos paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dan wajib melaporkan kepada
Kantor Pelayanan Pajak.

2.3.7. Pajak Penghasilan Atas Usaha Jasa Konstruksi

a. Pengertian

Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi , layanan jasa
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layananjasa konsultasi pegawasan pekerjaan
konstruksi. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan
perencanaan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pelayanan
arsitektual. Pajak ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 2009.

b. Wajib Pajak dan Objek Pajak

Wajib pajak ini adalah penyedia jasa konstruksi, yaitu orang pribadi atau badan termasuk bentuk
usaha tetap yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi. Objek pajak
disini adalah jasa berupa jasa perencanaan konstruksi, pelaksanaan konstruksi, dan
pengawas konstruksi.

c. Tarif dan dasar pengenaan pajak

Tarif dan dasar pengenaan PPh atas usaha jasa konstruksi adalah:

- Pelaksanaan: penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil = 2%


- Pelaksanaan: penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha= 4%
- Pelaksanaan: penyedia jasa selain dua diatas= 3%
- Perencanaan atau pengawasan: penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha= 4%
- Perencanaan atau pengawasan: penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha=
6%

2.3.8. Pajak Penghasilan atas Pengalihan Harta berupa Tanah dan Bangunan

a. Pengertian

16​ | ​Page
Meliputi: penjualan, tukar menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, ghibah, waris,dll.
Pajak ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2016.

b. Wajib Pajak dan Objek Pajak

Wajib pajak ini adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh penghasilan dari pengalihan
hak atas tanah/ bangunan. Objek pajak ini adalah penghasilan yang dieroleh/diterima
orang pribadi atau badan karena pengalihan hak atas tanah atau bangunan.

c. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak

- Sebesar 2,5% ​dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan bangunan selain
pengalihan hak atas tanah dan bangunan berupa Rumah Sederhana atau Rumah Susun
Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan
pengalihan hak atas tanah dan bangunan.

- Sebesar 1% ​dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan bangunan berupa Rumah
Sederhana dan Rumah Susun Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha
pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan bangunan.

- Sebesar 0% ​atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan kepada pemerintah, badan usaha
milik negara yang mendapat penugasan khusus dari Pemerintah, atau badan usaha
milik daerah yang mendapat penugasan khusus dari kepala daerah, sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum.

2.3.9. Pajak Penghasilan Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi kepada
Anggota Koperasi Orang Pribadi

a. Pengertian

Penghasilan berupa bunga simpanan adalah imbalan berupa bunga simpanan yang diterima
anggota koperasi orang pribadi dari dana yang disimpan anggota koperasi.

b. Wajib Pajak dan bjek Pajak

17​ | ​Page
Wajib pajak disini adalah orang pribadi sebagai anggota koperasi yang mempunyai simpanan
dikoperasi dan memperoleh/ menerima bunga atas simpanannya. Objek pajak disini
adalah bunga simpanan yang diterima anggotanya.

c. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak

- ​sebesar 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp.240.000,00 per
bulan.

- sebesar 10% untuk jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih dari
Rp.240.000,00 per bulan.

d. Pemotongan, penyetoran pelaporan

-Saat Penyetoran

Tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.

-Saat Pemotongan

Koperasi Wajib membuat Bukti Potong PPh Pasal 4 ayat (2) termasuk penghasilan dari bunga
simpanan yang dikenakan tarif 0%.

2.3.10. Pajak Penghasilan atas Dividen yang diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi

a. Pengertian

Dividen merupakan bagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima oleh
pemegang saham atas kepemilikan saham dalam sebuah perseroan. Pajak ini diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 111 Tahun 2010.

b. Wajib Pajak dan Objek Pajak

Wajib pajak disini adalah orang pribadi dalam negeri yang bertindak sebagai pemegang suatu
perseroan. Objek pajak disini adalah dividen sebagaimana dijelaskan pada pengertian.

18​ | ​Page
c. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak

Besarnya pajak penghasilan atas dividen yang diterima oleh wajib pajak norang pribadi adalah
10%. Dasar Pengenaan pajak ini adalah jumlah bruto dividen. Pph terhutang sebesar tarif
dikalikan dasar pengenaan pajak.

d. Pemotongan,Penyetoran, dan Pelaporan

Tata cara pemotongan, Penyetoran, dan pelaporan pajak ini diatur sebagai berikut:

- Pengenaan PPh atas dividen ini dilakukan melalui pemotongan oleh pihak yang
membayar atau pihak lain yang ditunjuk selaku pembayar dividen.
- Pemotongan dilakukan pada saat dividen disediakan untuk dibayarkan.
- Pemotong PPh wajib memberikan bukti tanda pemotongan pajak kepada wajib pajak
yang dipotong PPh setiap melakukan pemotongan.
- Pemotong PPh wajib menyetor PPh yang dipotongnya ke kas negara paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir menggunakan SSP.
- Pemotongan PPh wajib melaporkan pajak yng sudah dipotong dan disetor ke Kantor
Pelayanan Pajak paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2)​.

19​ | ​Page
Daftar Pustaka
http://www.pajak.go.id/sites/default/files/info-pajak/PMK%20-%2099.PMK03.2018.pdf
Resmi Siti. 2018. Perpajakan Teori & Kasus. Edisi 10. Jakarta. Penerbit Salemba Empat.

20​ | ​Page

Anda mungkin juga menyukai