Anda di halaman 1dari 24

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kompleks Perkantoran Kemdikbud, Gedung E, Lantai 7
Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat 10270
Telepon. (021) 5703151, laman: www.paud.kemdikbud.go.id
PEDOMAN PENGELOLAAN
PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
Tahun 2015 PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PEDOMAN i
PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Kata Sambutan

U
ndang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
Diterbitkan oleh: pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat dua dimensi kurikulum. Dimensi
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

vi+ 38 hlm + foto; 21 x 28,5 cm Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mencakup pengembangan pada aspek
struktur kurikulum, proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik, dan penilaian
ISBN: yang bersifat autentik. Kurikulum 2013 mengusung pengembangan pembelajaran
978-602-73704-8-7 konstruktivisme yang lebih bersifat fleksibel dalam pelaksanaan sehingga memberi ruang
Pengarah: pada anak untuk mengembangkan potensi dan bakatnya. Model pendekatan kurikulum
Ir. Harris Iskandar, Ph. D. tersebut berlaku dan ditetapkan di seluruh tingkat serta jenjang pendidikan sejak
Pendidikan Anak Usia Dini hingga Pendidikan Menengah. Keajegan model pendekatan
Penyunting:
di semua jenjang ditujukan untuk membentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan
Ella Yulaelawati, M.A., Ph.D.
peserta didik yang lebih konsisten sejak awal sehingga diharapkan peserta didik mampu
Dra. Enah Suminah, M. Pd
berkembang menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sikap beragama,
Dra. Kurniati Restuningsih, M. Pd
kreatif, inovatif, dan berdaya saing dalam lingkup yang lebih luas.
Tim Penulis:
Sebagai jenjang paling dasar, Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini diharapkan
Ali Nugraha
menjadi fundamen bagi penyiapan peserta didik agar lebih siap dalam memasuki jenjang
Utin Ritayanti
pendidikan lebih tinggi. Mengantarkan anak usia dini yang siap melanjutkan pendidikan
Yulianti Siantayani
tidak hanya terbatas pada kemampuan anak membaca, menulis, dan berhitung, tetapi
Sisilia Maryati
juga dalam keseluruhan aspek perkembangan. Tanggung jawab ini harus dipikul bersama
Desain/Layout: antara pemerintah, pengelola dan pendidikan PAUD, orang tua, serta masyarakat.
Surya Evendi
Untuk menyamakan langkah, khususnya bagi para pelaksana layanan program PAUD,
Rulnaidi
guna perlu diberikan pedoman, pelatihan, dan acuan-acuan yang dapat dijadikan sebagai
Kontributor: rujukan para pendidik dalam menerapkan kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini di
Ebah Suhaebah satuan pendidikannya.
Dumaria Simanjuntak
Pencapaian pendidikan yang lebih baik melalui penerapan Kurikulum 2013 PAUD
Foto-foto: merupakan suatu keniscayaan jika dilaksanakan bersama-sama oleh seluruh komponen.
Dokumen Penulis Terima kasih.
Sekretariat: Jakarta, Oktober 2015
Noor Ilman Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini
Sari Rahayu
dan Pendidikan Masyarakat,

Ir. Harris Iskandar, Ph.D.


NIP 196204291986011001

ii PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI iii


Kata Pengantar Daftar Isi

P
edoman Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kata Sambutan ...................................................................................................... iii
merupakan acuan pelaksanaan kurikulum PAUD 2013 sesuai dengan teori, Kata Pengantar ..................................................................................................... iv
filosofi, dan landasan pengembangan kurikulum tersebut yang disertai
Daftar Isi ................................................................................................................ v
dengan contoh-contoh penerapannya.
Bagaimana Mengelola Pembelajaran di PAUD? ................................................. 1
Pedoman disusun secara sederhana, menarik, ramah, dan aplikatif agar dapat
dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh tenaga pendidik dan kependidikan PAUD Perhatikan Karakteristik Kurikulum 2013 PAUD. ..................................... 1
yang kondisi dan potensinya beragam, serta dapat dijadikan rujukan sesuai dengan Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran yang
kajian-kajian yang melandasinya. menyenangkan di PAUD. ........................................................................... 1
Pedoman implementasi Kurikulum 2013 PAUD ini merupakan contoh yang
Apakah yang Dimaksud Pendekatan Saintifik? .................................................. 2
memungkinkan penyesuaian lebih lanjut degan kondisi, potensi, dan budaya
setempat. Hal penting dalam Kurikulum 2013 PAUD adalah keterbukaan Mengapa Perlu Pendekatan Saintifik? ................................................................ 4
dalam menerima perubahan, baik perubahan dalam cara berpikir, kebiasaan,
Cara Belajar Anak Usia Dini ........................................................................ 4
sikap, maupun cara kerja. Perubahan tersebut akan berimbas pada perubahan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Buku ini sangat terbuka Prinsip Pembelajaran PAUD ....................................................................... 6
untuk perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang. Untuk itu, kami Kapan Pendekatan Saintifik dapat Dialami Anak? ............................................ 14
mengundang para pembaca memberikan saran dan masukan untuk perbaikan dan
penyempurnaan. Seperti Apa Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik? ............. 17

Saya mengucapkan terima kasih kepada penyusun, penelaah, penyunting, dan Bagaimana Proses Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran di PAUD? .......... 25
semua pihak yang telah bekerja keras menyelesaikan pedoman implementasi
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini ini. Semoga Allah SWT senantiasa Penutup ................................................................................................................. 34
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan dapat memberikan Lampiran ................................................................................................................. 34
yang terbaik bagi kemajuan pendidikan anak usia dini. Daftar Pustaka ....................................................................................................... 37

Jakarta, Oktober 2015


Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usi
Usia Dini,

Ella Yulaelawati, M.A., Ph.D.


NIP 195804091984022001

iv PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI v


Bagaimana Mengelola Pembelajaran di PAUD?
Perhatikan Karakteristik Kurikulum 2013 PAUD.
Kurikulum PAUD menggunakan pembelajaran tematik dengan

Anak sebenarnya seorang peneliti alami.


pendekatan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan
dalam pemberian rangsangan pendidikan. Kurikulum sebagai
“ Perhatikan !
• Karakteristik cara
AUD belajar
Biarkanlah ia mencari tahu dari apapun yang ditemui. program pengembangan bagi anak mampu mengembangkan
• Prinsip-prinsip
Semakin banyak yang dipelajari maka semakin banyak semua potensi anak agar menjadi anak yang kompeten.
pembelajaran
pula informasi yang dimiliki Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
pembelajaran yang menyenangkan di PAUD.
Guru perlu memperhatikan cara anak usia dini belajar dan n prinsip-prinsip
prinsip prinsip
PAUD

pembelajaran PAUD. Anak usia dini belajar secara bertahap dengan cara berpikir
yang khas. Ia mampu belajar dengan berbagai cara, dan ia belajar dari proses
interaksi dengan lingkungannya. Pada prinsipnya anak belajar
melalui bermain. Hal ini sesuai dengan perkembangan anak,
yang menjadikan bermain sebagai kebutuhan anak. Bermain
membuat anak menjadi pembelajar aktif, dan memungkinkan

Anak dapat belajar
optimal jika :
anak menjadi makin kreatif. Selain itu, dalam kegiatan bermain • melalui bermain
yang didukung lingkungan yang kondusif, anak sesungguhnya • didukung fasilitator
juga belajar mengembangkan nilai-nilai karakter. Saat bermain, • ada media dan
anak belajar berbagi, peduli, kerjasama, bertanggungjawab, dll.
Penanaman nilai-nilai karakter untuk anak usia dini akan terjadi
dengan sendirinya pada saat anak praktek langsung dan melihat
sumber belajar

model/teladan dari orang lain. Di sinilah dukungan dari lingkungan yang kondusif
diperlukan dalam pembentukan karakter anak.
Dengan memanfaatkan media dan sumber belajar yang mudah ditemukan
anak, serta dukungan dari fasilitator (dalam hal ini guru), maka anak dapat berlajar
secara optimal. Dukungan yang dapat diberikan guru berupa:
1. Guru memberi mereka kesempatan untuk mencoba/mengeksplorasi dan
menggunakan berbagai obyek/bahan dengan cara yang beragam.
2. Guru memberi dukungan dengan pertanyaan (dan atau bimbingan) yang
tepat.
3. Guru menghargai setiap usaha dan hasil karya anak dengan tidak
membandingkan dengan anak lainnya.

vi PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 1


Pendekatan pembelajaran yang menyenangkan adalah proses Penanaman sikap dibangun melalui pembiasaan (habituasi) dan
pembelajaran yang dirancang agar anak secara aktif dapat mengamati, keteladanan (modeling). Pengembangan pengetahuan dan keterampilan
menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan, dapat dilakukan melalui pendekatan saintifik (untuk penanaman sikap
baik terkait diri sendiri, lingkungan, atau kejadian. Penerapan pendekatan akan dipandu dengan pedoman tersendiri).
pembelajaran yang baik akan menumbuhkan kemampuan berpikir anak. Pendekatan saintifik mengembangkan kemampuan berpikir anak.
Salah satu pendekatan pembelajaran tersebut adalah pendekatan saintifik. Apa yang
terjadi jika air busa ini Mengapa
kutiup............? benda ini bisa
Apakah yang Dimaksud Pendekatan Saintifik ? menempel di magnet
ini ya.......?

Pendekatan saintifik adalah salah satu pendekatan dalam membangun


cara berpikir agar anak memiliki kemampuan menalar yang diperoleh
melalui proses mengamati sampai pada mengomunikasikan hasil pikirnya.
Hal ini didasarkan pada pemikiran Piaget yang mengatakan bahwa
“Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya sendiri
melalui pengalaman yang diperolehnya”. Vygotsky berpendapat
bahwa “Lingkungan, termasuk anak lain atau orang dewasa dan media
sangat membantu anak dalam belajar untuk memperkaya pengalaman
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran di PAUD
anak. Untuk itu, kurikulum 2013 PAUD mengusung cara belajar anak
agar memiliki kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan Pendekatan saintifik digunakan
yang merupakan proses hasil penyelidikan (investigasi) anak terhadap pada saat anak terlibat dalam
lingkungannya. kegiatan main (termasuk saat
kegiatan pembelajaran sains),
maupun kegiatan lainnya,
misalnya main peran, main
balok, main keaksaraan, atau
melakukan kegiatan seni.
Anak mengekspresikan ide ke dalam sebuah karya

Anak bermain peran “Dokter-dokteran”

Anak bermain balok “Membangun Istana ”

2 PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 3


Anak bermain keaksaraan
“Mengurutkan Angka”
Agar pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan setiap kemampuan yang hendak dicapai, 2. Cara berpikir anak bersifat khas.
maka diperlukan pedoman pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak yang mengacu Cara anak berpikir berakar dari pengalamannya sehari-hari.
pada kurikulum 2013 PAUD yang dapat menjadi acuan bagi guru di lapangan. Sumber pengalaman anak didapat dari:

• Mendukung anak-anak dalam proses mencari tahu tentang sesuatu • pengalaman sensory dengan menggunakan seluruh inderanya
dengan caranya sendiri atau dengan bimbingan guru. (penglihatan, pendengaran, penghidu, perasa, pengecap)
• Mendukung anak untuk melakukan penemuan mereka sendiri.
• Menumbuhkan minat, mengembangkan gagasan, kesempatan
mengekspresikan kebebasan, imajinasi, dan kreativitas anak, serta
menguatkan perasaan anak terhadap sesuatu.
• Hasil berpikir dapat dikomunikasikan pada orang lain.

Mengapa Perlu Pendekatan Saintifik?


Anak usia dini dapat belajar melalui apapun. Melalui pemahaman terhadap
Stimulasi indera pada anak
cara anak usia dini belajar, maka guru dapat memilih pendekatan yang paling
sesuai dengan cara belajar anak. Untuk mendapatkan penjelasan mengapa perlu • pengalaman berbahasa saat mereka berkomunikasi dengan
pendekatan saintifik, maka guru perlu mengenali tentang anak usia dini, cara teman, orang tua, guru atau orang lain.
belajar anak dan prinsip pembelajaran pada PAUD. • pengalaman budaya dalam bentuk kebiasaan di rumah, nilai
yang diterapkan dalam keluarga termasuk yang berlaku di
Cara Belajar Anak Usia Dini lingkungan.
1. Anak belajar secara bertahap. • pengalaman sosial dari teman sepermainan, perilaku orang
Anak adalah pembelajar alami dan sangat senang dewasa, dll.
Semakin banyak indera
belajar. Anak belajar sejak lahir. Anak senang • pengalaman yang bersumber dari media masa, misal dari
yang digunakan, semakin
mencari pemecahan dari masalah yang dihadapinya. surat kabar, majalah, televisi, radio, dll.
tinggi kemampuan anak Ia belajar dengan cara : 3. Anak belajar dengan berbagai cara.
menangkap informasi. Anak senang mengamati dan menggunakan mainannya dengan
• bertahap sesuai dengan tingkat kematangan
Gunakan semaksimal berbagai cara. Misalnya mobil-mobilan dapat digerakkan maju
perkembangan berpikirnya.
mungkin alat indera: mundur, dimainkan rodanya, dibongkar, dll. Namun, orang
• mulai segala sesuatu dari hal-hal yang bersifat
dewasa sering hanya menginginkan anak bermain seperti yang
konkrit ke abstrak.
Bertahap dipikirkan mereka.
• menggunakan seluruh inderanya:
Eksplorasi anak terhadap mainannya
mengamati, membau, mende-
ngarkan bunyinya, merasa-
kan, mencicipi, mendo- cara
Belajar dari
anak Bersifat khas
rong, menarik, bahkan bersosialisasi belajar
menggerak-gerakkan
dengan berbagai cara yang
disukainya, dll. Berbagai
cara

4 PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 5


Contoh:
Bermain merupakan kegiatan melatih
Bernus memukul-mukul dinding dengan tangan, sekali-kali ia juga memukul
otot besar dan kecil, melatih keterampilan
menggunakan alat atau menjejakkan kakinya. Selintas ia sedang berbuat yang
berbahasa, menambah pengetahuan,
dapat merusak dinding. Tetapi saat ditanya, Bernus menjawab, “Aneh ya kalau
melatih cara mengatasi masalah,
dipukul tangan suaranya dung-dung, kalau pake pensil jadi tek tek, tapi kalau
mengelola emosi, bersosialisasi, mengenal
pake kaki jadi bum-bum.” Ternyata Bernus sedang melakukan percobaan
matematika, sains, dan banyak hal lainnya.
perubahan bunyi pada dinding.
Belajar matematika melalui balok Bermain sains dengan Bergerak menirukan binatang
membuat gelembung
4. Anak belajar saat bersosialisasi.
Anak belajar banyak pengetahuan dan keterampilan melalui
interaksi dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa,
kemampuan sosial-emosional, dan kemampuan lainnya
berkembang pesat bila anak diberi kesempatan bersosialisasi
dengan teman, benda, alat main, dan orang-orang yang ada di
sekitarnya
Bermain bola sebagai sarana pelepasan energi
Bermain bagi anak juga sebagai pelepasan energi, rekreasi, dan
emosi saat bermain anak merasa nyaman dan gembira. Dalam
keadaan nyaman semua syaraf otak dalam keadaan rileks
sehingga memudahkan menyerap berbagai pengetahuan dan
membangun pengalaman positif.
Kegiatan pembelajaran melalui bermain mempersiapkan anak
menjadi senang belajar.
Belajar bersama teman Belajar melalui bermain

Prinsip Pembelajaran PAUD.


1. Belajar Melalui Bermain bemain
sesuai
Anak di bawah usia 6 lingk.
perkemba
kondusif
ngan
tahun berada pada masa
bermain. Pemberian rang-
sangan pendidikan dengan
Prinsip sesuai
Kecakapan
cara yang tepat melalui hidup
Pembela- kebutuhan
jaran
bermain, dapat membe-
rikan pembelajaran yang
bermakna pada anak.
pengmb. anak sbg
karkter pusat

Aktif
6 PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 7
2. Berorientasi pada Perkembangan Anak b. Kegiatan pembelajaran
Guru harus mampu mengembangkan dilaksanakan dengan cara
semua aspek perkembangan sesuai yang menyenangkan sesuai
dengan usia anak. Perkembangan dengan cara berpikir dan
anak tergantung pada kematangan perkembangan kognitif
anak. Kematangan anak dipengaruhi anak.
oleh status gizi, kesehatan, c. Pembelajaran PAUD ber-
pengasuhan, pendidikan, dan fak- orientasi pada anak, bukan
tor bawaan. Perkembangan anak pemenuhan keinginan
bersifat individu. Anak yang usianya lembaga/guru/orang tua. Guru bermain bersama anak
sama bisa jadi perkembangannya
berbeda. Guru perlu memberikan Pendampingan guru terhadap anak
5. Pembelajaran Aktif
kegiatan dan dukungan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak
Guru perlu menciptakan kegiatan-
secara perseorangan walaupun kegiatannya dilakukan di dalam kelompok.
kegiatan yang menarik dan
Untuk itulah pentingnya guru memahami tahapan perkembangan anak.
membangkitkan rasa ingin
3. Berorientasi pada Kebutuhan Anak secara Menyeluruh tahu anak, memotivasi anak
Guru harus mampu memberi rangsangan pendidikan atau stimulasi sesuai untuk berfikir kritis, dan kreatif.
dengan kebutuhan anak, termasuk anak-anak yang mempunyai kebutuhan Pembelajar aktif berarti anak
khusus. belajar, melakukan atas dasar
Untuk dapat hidup secara sehat dan cerdas membutuhkan: idenya bukan hanya mengikuti
instruksi atau arahan guru.
a. Kesehatan dan gizi
Pembelajaran aktif tidak hanya
b. Pengasuhan
aktif anggota tubuhnya, tetapi
c. Pendidikan
yang penting juga aktif proses
d. Perlindungan
berpikirnya.
Program layanan PAUD harus memenuhi kebutuhan tersebut. Penyelenggara
Anak adalah pembelajar aktif
PAUD harus bekerjasama dengan layanan kesehatan, gizi, kesejahteraan
sosial, hukum, dan orang tua. Dengan kata lain layanan PAUD Holistik
Integratif menjadi keharusan termasuk untuk anak berkebutuhan khusus.
4. Berpusat pada Anak
Anak diberi kesempatan untuk mencari, menemukan, menentukan pilihan,
mengemukakan pendapat, dan aktif melakukan serta mengalami sendiri
Anak sebagai pusat pembelajaran, artinya:
a. Kegiatan pembelajaran direncanakan dan dilaksanakan untuk
mengembangkan seluruh potensi fisik dan psikis anak.

8 PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 9


6. Berorientasi pada Pengembangan Karakter 7. Berorientasi pada Pengembangan Kecakapan Hidup
Pemberian rangsangan pendidikan dan pembelajaran diarahkan Pemberian rangsangan pendidikan dan pembelajaran diarahkan untuk
untuk mengembangkan nilai-nilai karakter. Pengembangan nilai- mengembangkan kecakapan hidup anak. Kecakapan hidup yang dimaksud
nilai karakter dilakukan secara terpadu baik melalui pembiasaan adalah kemampuan untuk menolong diri sendiri, sehingga anak tidak
dan keteladanan baik yang bersifat spontan maupun terprogram. tergantung secara fisik maupun pikiran kepada orang lain. Pengembangan
Nilai-nilai karakter yang termuat dalam kompetensi dasar sikap kecakapan hidup dilakukan secara terpadu baik melalui pembiasaan,
meliputi: keteladanan, maupun kegiatan terprogram.

a. Menerima ajaran agama yang dianutnya 8. Lingkungan Kondusif


b. Menghargai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Lingkungan pembelajaran diciptakan sedemikian rupa agar menarik,
c. Memiliki perilaku hidup sehat menyenangkan, aman, dan nyaman bagi anak. Penataan ruang diatur agar
d. Rasa ingin tahu anak dapat berinteraksi dengan guru, pengasuh, dan anak lain. Lingkungan
e. Kreatif yang kondusif mampu mendorong munculnya proses pemikiran ilmiah.
f. Estetis Lingkungan yang kondusif atau yang mendukung mencakup suasana yang
g. Percaya diri baik, waktu yang cukup, dan penataan yang tepat. Waktu yang cukup
h. Disiplin maksudnya waktu cukup untuk bermain, cukup untuk beristirahat, dan
i. Sabar cukup untuk bersosialisasi.
j. Mandiri Suasana lingkungan yang mendukung anak belajar:
k. Peduli a. Memberikan perlindungan dan kenyamanan saat anak bermain dengan
l. Toleran bahan dan alat sesuai ide anak.
m. Menyesuaikan diri b. Memberi kebebasan untuk anak melakukan eksplorasi dan
n. Bertanggung jawab Perilaku ingin tahu
eksperimentasinya.
o. Jujur c. Memberi kesempatan anak untuk memberikan penjelasan tentang cara
p. Rendah hati, dan santun dalam berinteraksi kerja dan hasil yang dibuatnya..
d. Menyediakan berbagai
alat dan bahan yang dapat
mendukung cara anak
bermain.
e. Memberi dukungan
dalam bentuk pertanyaan
yang mendorong anak
mengembangkan ide,
bukan memberi arahan
untuk dilakukan anak.

Perilaku mandiri Perilaku kreatif Lingkungan belajar yang menyenangkan

10 PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 11


Penataan lingkungan yang mendukung belajar adalah 10. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar
lingkungan yang: Penggunaan media dan sumber yang ada di
a. Terjaga kebersihannya. lingkungan ini bertujuan agar pembelajaran
b. Semua alat, perabot, dan kondisi ruangan dipastikan terjaga lebih kontekstual dan bermakna, lebih
keamanannya. dekat dengan kehidupan anak. Sumber
Aku mau
c. Ditata dengan rapi untuk membiasakan anak berperilaku rapi belajar yang dimaksud adalah orang-orang
tempat main dan
alat main yang bersih, dan teratur. dengan profesi tertentu yang sesuai dengan
teratur, rapi, aman,
d. Ditata sesuai dengan tinggi badan anak untuk membangun tema, misalnya: dokter, polisi, nelayan, dan
dan mudah petugas pemadam kebakaran. Pembelajaran Alam sebagai sumber pengetahuan
kumainkan perilaku mandiri.
kontekstual menguntungkan anak.
9. Berorientasi pada Pembelajaran Demokratis.
Pembelajaran yang a. Penggunaan berbagai media dan
demokratis sangat diper- sumber belajar dimaksudkan agar
lukan untuk mengem- anak dapat menggali dengan benda-
bangkan rasa saling benda di lingkungan sekitarnya. Anak
menghargai anta- yang terbiasa menggunakan alam
ra anak dengan guru, dan lingkungan sekitar untuk belajar,
dan dengan anak lain. akan lebih peka kesadarannya untuk
Pembelajaran demok- memelihara lingkungan.
ratis memupuk sikap b. Piaget meyakini bahwa anak belajar banyak dari media dan
konsisten pada gagasan alat yang digunakannnya saat bermain. Karena itu media
sendiri, tetapi menghar- belajar bukan hanya yang sudah jadi berasal dari pabrikan,
gai orang lain dan men- tetapi juga segala bahan yang ada di sekitar anak, misalnya
Anak menyatakan pendapatnya daun, tanah, batu-batuan, tanaman, dan sebagainya.
taati aturan.
a. Menghargai perbedaan dan keistimewaan anak tanpa
membeda-bedakan. Ajaklah anak untuk memperhatikan saluran air yang ada di sekitar

“ Hargailah setiap
anak, siapapun,
b. Menghargai gagasan dan hasil karya anak tanpa
membandingkan dengan anak lainnya
Lembaga PAUD. Diskusikan dengan anak:
• Apa saja yang terlihat..?
c. Memberi kesempatan pada anak melakukan dan menolong • Ada benda apa saja yang ikut hanyut ?
tanpa pernah
dirinya sesuai dengan kemampuannya untuk mendapatkan • Apa jadinya jika banyak benda yang dibuang di saluran tersebut?
membanding- pengalaman bermain yang berharga. • Apa yang seharusnya dilakukan?
bandingkan d. Memfasilitasi anak dengan beragam obyek baik alam maupun Pastikan saluran air yang diamati tidak membahayakan baik dari
dengan anak lain. buatan yang menarik sehingga memunculkan rasa ingin kedalaman, kederasan air, kandungan limbah, maupun pagar
SETIAP ANAK tahu anak dan anak akan melakukan pengamatan, misalnya pembatasnya. Pastikan aman, tidak ada anak yang jatuh ke dalam
ADALAH bunga-bunga, kolam ikan, aquarium, sangkar burung atau saluran air.
ISTIMEWA.
“ kandang kelinci, dll.

12 PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 13


Kapan Pendekatan Saintifik dapat Dialami Anak? Dio : “Kecil, warnanya merah dan ada yang hitam.”
Mei : “Semut jalannya baris panjang ....”
Anak selalu berinteraksi dengan lingkungannya, kapanpun. Di situlah pendekatan Guru : “Bagian-bagian apa saja yang dimiliki semut ?”
saintifik dapat dilaksanakan. Pendekatan saintifik dengan proses mengamati, menanya, Dimas : “Ada kepalanya, ada matanya dan ada antenanya.”
mengumpulkan informasi, menalar dan mengomunikasikan akan membangun Riri : “Dia punya kaki juga, tapi kecil gak kelihatan.”
kemampuan berpikir saintifik anak. Sejak awal, kemampuan berpikir ini perlu terus Guru : “Dari mana kalian tahu bahwa dia punya kaki?”
dilatih dan disuburkan untuk membangun rasa ingin tahu (inquiry) anak. Orang dewasa Riri : “Kan dia bisa jalan, jadi dia punya kaki”.
baik yang di rumah ataupun di lembaga PAUD perlu membiasakan cara berpikir anak
Guru : “Tahukah kalian ada juga binatang yang tidak punya kaki, tapi bisa berjalan.”
dengan proses tersebut sehingga terbentuk kemampuan berpikir saintifik.
Roni : “Iya... aku tahu... ular tidak punya kaki, tapi dia bisa berjalan.
Kemampuan berpikir saintifik dapat dilakukan di rumah dengan dukungan keluarga Guru : “Jadi dengan apa dia berjalan?”
dan di lembaga PAUD dengan dukungan guru. Di lembaga PAUD, stimulasi terhadap Roni : “Pakai perut...”
kemampuan berpikir saintifik dapat dimulai sejak anak datang, kegiatan awal
pembelajaran, saat proses belajar melalui bermain, makan, main bebas bahkan Contoh penerapan pendekatan saintifik saat bermain.
sampai pulang kembali ke rumah. Selanjutnya orangtua dapat meneruskan selama Evan sedang menggambar dan menyapa guru yang lewat di dekatnya.
anak berada bersama keluarga, demikian pula guru melanjutkan kemampuan berpikir Evan : “Bu, ini aku menggambar helikopter. Helikopternya sedang bergerak.”
saintifik yang telah dibangun oleh keluarga untuk diteruskan di lembaga PAUD. Guru : “Menurut Evan, apa yang menyebabkan helikopter itu bisa bergerak?”
Evan : “Ada mesinnya. Mesinnya bunyinya keras...”
Contoh penerapan pendekatan saintifik saat kedatangan ke sekolah.
Angin bertiup dan menerpa rambut Evan, Evan merespon dengan berkata,”Ini ada angin...”
Dian turun dari boncengan sepeda motor ayahnya, dan menuju ke pintu gerbang
Guru : “Wah.. ada angin. Angin bisa menerbangkan benda-benda di sini. Benda apa
sekolah. Ibu guru telah menyambutnya dan mengucapkan salam kepada Dian. Dian
saja yang dapat diterbangkan oleh angin?”
menunjukkan sepatunya yang baru kepada guru sambil berkata:
Evan sambil memegang rambutnya : “Rambutku.. ini kena angin.”
Dian : “Bunda, lihat sepatuku......!”
Guru : “Wah.... bunda lihat sepatu Dian berbeda dari sepatu yang biasa dipakai.” Guru : “Betul, angin bisa menggerakkan rambut, kertas, daun dan benda-benda lainnya. “
Dian : “Ini kan sepatu baru, Bunda.” Evan tiba-tiba berseru sambil menunjuk ke sebuah arah,”Lihat.. itu ada crane... Crane nya
Guru : “Ou... coba diamati, apa saja yang Dian sukai pada sepatu itu ? bergerak putar-putar.”
Dian : “Aku suka warnanya, biru. Ini ada gambar kupu-kupunya... ada bunga- Guru : ”Menurut Evan, crane itu bergerak karena angin atau mesin?”
bunganya.” Evan : ”Ya karena ada mesin dan juga ada anginnya.”
Guru : “Apa hubungan kupu-kupu dan bunga ya ?”
Dian : “Kupu-kupunya kan suka hinggap di bunga.” Contoh penerapan pendekatan saintifik saat makan bekal.
Guru : “Iya... kupu-kupu menyukai bunga yang berwarna menarik dan membantu agar Amira dan Aisyah telah mempersiapkan kotak bekal dan minumannya di meja.
bunga-bunga itu menjadi tersebar lebih banyak.” Sambil menunggu teman-teman lain mempersiapkan diri, mereka duduk berdua dan
Dian : “Teman-teman... bunga bisa jadi banyak bercakap-cakap:
karena ada kupu-kupu.” Amira : “Lihat, botol minuman kita sama ya...?”
Contoh penerapan pendekatan saintifik saat Aisyah : “Iya... sama... “
kegiatan pembukaan. Amira : “Ini ada gambar Elsa.. ”
Guru menjelaskan tentang semut. Pada saat Aisyah : “Itu Ana....” tunjuk Aisyah pada tokoh Ana dalam film Disney Frozen di botol
lingkaran guru memberikan ide pada anak tentang minumnya.
membuat semut dari bahan-bahan limbah yang ada. Amira : ”Sama kan.... Tos...”, seru Amira sambil menunjukkan lima jarinya ke arah
Guru : “Pernahkah kalian melihat semut ? Seperti Aisyah. Aisyah menepukkan lima jarinya ke jari Amira sambil tersenyum.
apa bentuknya?
Cara membuat semut dari bahan limbah
14 PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 15
Contoh penerapan pendekatan saintifik saat berbaris pulang. Seperti Apa Penerapan Pembelajaran dengan
Saat berbaris, ada beberapa anak yang berdiri di depan pintu kepulangan sambil
menunggu beberapa teman yang lain yang sedang mempersiapkan diri untuk pulang. Pendekatan Saintifik?
Ria menunjukkan tas punggungnya kepada Fira. Pada dasarnya anak seorang peneliti. Semua yang ada di sekitarnya menarik
perhatiannya. Anak akan memperhatikan, meneliti, mencoba, dan bertanya. Cara
Ria : ”Lihat, tas kita sama ya….!”
belajar alamiah tersebut merupakan proses pendekatan saintifik. Dengan demikian,
Fira : “Iya…. sama warnanya. Biru…..”
pendekatan saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang agar peserta
Guru mendekati kedua anak itu sambil mengajak bercakap-cakap.
didik secara aktif dapat mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar,
Guru : Coba kita amati, apa saja persamaan kedua tas ini ya?”
dan mengomunikasikan. Dengan dilakukannya proses tersebut, maka anak akan
Rendi : “Sama-sama ada talinya…” memiliki kemampuan berpikir saintifik.
Dimas : “Juga sama-sama ada rodanya.
Jelaslah, untuk merangsang kemampuan berpikir saintifik, maka guru perlu
Dinda : “Sama ada tongkatnya juga !”
menerapkan pendekatan saintifik sebagai upaya untuk mengembangkan dan
Nona : ”Bunda, kenapa sudah ada talinya harus ada rodanya?
meneruskan perilaku positif tersebut.
Guru : “Coba kalian pikirkan, mengapa ada tali, roda dan tongkatnya? Untuk apakah
benda-benda ini ?(sambil guru memegang tali dan roda pada tas). Penerapan pendekatan saintifik yang baik akan menumbuhkan
Ria : “Aku tahu…. Kalau tasnya berat, tinggal ditarik saja tongkatnya. Kan ada kemampuan berpikir anak. Agar optimal dalam penerapan pendekatan
rodanya, jadi tasnya bisa jalan. Jadi kita tidak capai bawanya.” tersebut maka penting untuk diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Fira : ”Tapi kalau isinya sedikit, kita bisa pakai talinya.. taruh di sini… (kata Fira sambil • Guru harus melihat anak-anak sebagai pembelajar aktif
memperagakan gerakan meletakkan tali tas di punggungnya). • Guru memberi mereka kesempatan untuk mencoba/ mengeksplorasi
Rendi : “Ayahku juga punya tas besar, ada tongkat dan rodanya. Kalau pergi naik kereta, dan menggunakan berbagai obyek/bahan dengan cara yang beragam
ayahku bawa tas besar itu.” • Guru memberi dukungan dengan pertanyaan (dan atau bimbingan)
Guru : ”Oh ya… mungkin ayah Rendi akan ke luar kota. Menurut teman-teman, yang tepat.
mengapa ayah Rendi membawa tas besar jika akan ke luar kota?” • Guru menghargai setiap usaha dan hasil karya anak dengan tidak
Dimas : “Soalnya ayah Rendi harus bawa macam-macam barang. Itu pasti ada bajunya… membandingkan dengan anak lainnya.
ada celana, dan ada handuknya…”.
Guru : ”Betul Dimas, tas besar itu berisi berbagai keperluan ayah selama di luar kota.
Jika ke sekolah kita tidak perlu membawa tas besar, karena barang yang kita
bawa sedikit. Baiklah teman-teman….., kita akan segera pulang, pastikan kita Vino menemukan setangkai bunga pada sebuah vas
siap dengan tas kita, tanpa ada yang tertinggal di sekolah.” bunga. Ia mengambil vas bunga itu, mengamati dan
Anak-anak berdiri dengan rapi dan bersiap-siap berjalan menuju ruang penjemputan. mencium bunga itu. Vino bertanya, “Berapa lama
bunga ini bisa tetap segar ?” Vino bertanya tentang
bunga sepatu kepada bu guru. Kemudian ia mengambil
kertas dan pensil warna menggambar bunga sepatu
dan ditunjukkan pada bu Guru, “Ini bunga sepatu,
seperti yang di vas itu..” Vino sudah menerapkan
proses saintifik.

Anak berbaris pulang

16
16 PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 17

Vino mencium bunga sepatu


Pentingnya pendekatan saintifik pada anak usia dini. Contoh penerapan pendekatan saintifik bagi lingkup perkembangan
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik diterapkan di lembaga PAUD nilai agama dan moral.
untuk melanjutkan perilaku belajar yang telah dimiliki anak. Hal ini penting untuk Pada kegiatan pijakan sebelum bermain, terjadi percakapan antara anak-anak
membantu anak memahami dunia sekitarnya. Proses mengumpulkan, mengolah dan Bu Dewi.
informasi dan mengomunikasikan yang diketahuinya merupakan langkah Ita : “Bunda, tadi Dito tidak mau mengucapkan salam”. Itu kan tidak boleh ya,
pengembangan berpikir kritis. Bunda? Kata mamaku tidak sopan.”
Bu Dewi: “Oh begitu, kenapa Dito tidak mau mengucapkan salam?”
Meidina sedang bermain di sentra memasak.
Dito : “Pokoknya tidak mau.”
Mereka akan membentuk bulatan dari
Bu Dewi: ”Teman-teman kenapa kita harus mengucap salam?”
tepung beras.
Sinta : “Biar teman kita banyak, Bunda”
Meidina berkata, “Aku beri air dulu
Fifi : “Biar teman-teman tahu kalau kita sudah datang Bunda. Kalau kita diam
tepungnya biar bisa dibulat-bulat”
saja, kan teman yang lain tidak tahu kita sudah datang”
Mira, “Kasih airnya sedikit saja supaya Bu Dewi: “Betul semuanya. Kalau kita mengucapkan salam, kita mendoakan teman
tidak lembek.” kita. Jadi teman kita akan semakin banyak. Kalau mempunyai teman yang
Kemudian mereka bekerja bersama banyak, rasanya bagaimana?”
membentuk bulatan. Mereka telah Usman : “Senang Bunda, kemana-mana ada teman bermainnya, seperti aku.”
mengatasi masalah, menganalisa dan juga Tiko : Kalau begitu, Dito nanti tidak punya banyak teman, Dito mau?”
mengevaluasi bahan tepung agar bisa di Dito tampak menggelengkan kepala dan berkata “Aku tidak mau.”
bentuk bulatan. Pada kegiatan diskusi tadi, anak-anak telah melakukan kegiatan pengamatan,
Berkarya dengan tepung
melakukan proses diskusi untuk menemukan jawaban dan menemukan solusi dari
permasalahan yang ada.
Dari contoh aktifitas saintifik sederhana di atas, dapat ditarik
beberapa manfaat penerapan pendekatan saintifik, yaitu: Contoh penerapan pendekatan saintifik bagi lingkup perkembangan
1. Lebih mudah diterima oleh anak sosial emosional
2. Lebih bermakna bagi anak Pada hari berikutnya, Bu Dewi mengajak anak-anak ke halaman dan
memperhatikan semut-semut yang sedang berjalan. “Teman-teman, coba kita
3. Lebih utuh diterima oleh anak
perhatikan, apa yang dilakukan semut-semut itu ?” tanya Bu Dewi
4. Lebih melekat menjadi perilaku anak
“Bu, semutnya banyak ya. Kalau jalan berbaris” kata Ita.
5. Mengurangi verbalisme (menghindari guru untuk banyak
menjelaskan secara lisan) Dito menimpali “Eh lihat, itu semutnya mengangguk ke temannya.”
6. Lebih mudah diterapkan oleh anak Tiko juga menyahut, “Betul Bunda, yang ini semutnya juga mengangguk.” Ternyata
7. Anak lebih menghargai kemampuan yang diperolehnya semutnya semua mengangguk kalau ketemu temannya.”
8. Anak lebih percaya diri Bu Dewi mengatakan “Kalau kita bertemu teman, apa yang harus kita lakukan?”
9. Anak lebih bangga terhadap kemampuan yang diperolehnya “Semut juga seperti kita ya Bun, kalau bertemu temannya menyapa.”
10. Kemampuan yang diperoleh lebih permanen

18 PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 19


Pada kesempatan itu, Dito mempraktekkan menganggukkan kepalanya ke Tiko, Usman berkata, “Dari kresek hitam bisa diremas dibuat jadi kepala semut.”
keduanya tampak saling mengangguk. Sinta menambahkan, “Pakai playdough aja, kan tinggal dibulat-bulat lalu
“Hi hi hi, seperti semut,” kata Ita. tempel di ranting.”
Bu Dewi menambahkan “Kalau kita bertemu teman, apa yang kita lakukan teman- Dito menjawab, “Aku pakai playdough aja deh. Lebih mudah. Dan lebih
bih
teman?” bagus Bunda, lebih rapi. Aku bisa membuat mulutnya.”
“Menyapa Bunda, mengucap salam,” jawab Dito. “Berarti semut sayang dengan “Aku mau membuat kue sarang semut boleh tidak, Bunda?” tanya Fifi
teman ya, Bunda,” Dito menambahkan. Bu Dewi berkata, “Boleh, tapi kenapa Fifi ingin membuat kue sarang semut?”
t?”
Pada kegiatan ini anak melakukan kegiatan pengamatan, mendapatkan Fifi menjawab, “Enak bunda, aku suka.”
informasi tentang cara semut menyapa temannya, mengasosiasi dan
Dalam kegiatan di atas, anak-anak terlibat diskusi, menemukan permasalahan,
mengomunikasikan pada yang lain.
mencoba menemukan solusi, menemukan solusi yang efektif.
Contoh penerapan pendekatan saintifik bagi lingkup perkembangan seni.
Contoh penerapan pendekatan saintifik bagi lingkup
“Teman-teman, di sini Bunda mempunyai banyak bahan, ada daun kering, ranting,
perkembangan bahasa.
bunga kering, kertas warna-warni, kertas karton, playdough, tas plastik kresek warna
“Sinta-Sinta, ada semut lho di nama kamu.” Kata Fifi sambil menunjuk huruf
hitam, karet gelang, gunting, dan lem. Kira-kira bisa tidak ya kita membuat sesuatu
S pada kartu nama Sinta yang ditempel di papan nama. “Tuh kan, sama.” Kata ata
berbentuk semut dengan bahan ini?” tanya Bu Dewi.
Fifi sambil menunjuk tulisan S E M U T yang ditempel di papan tulis.
Ita, “Aku mau membuat semut warna merah, Bun.”
Sinta dan Fifi menghampiri Bu Dewi dan bertanya, “Bunda, Sinta dan Semut
Bu Dewi, “ Ita membutuhkan bahan apa?” “Aku mau menggunakan kertas lipat sama ya?”
warna merah Bun. Nanti aku gunting kepala, badan, dan kaki semutnya. Aku mau
Bu Dewi ganti bertanya, “Apanya yang sama?”
tempel dengan lem, Bun!” Ita menjelaskan.
Fifi memegang tangan Bu Dewi dan menariknya ke papan nama, “Ini lho
“Kok semutmu nggak ada antenanya, Ita?” tanya Fifi
Bunda, sama kan?” kata Fifi sambil menunjuk huruf S di kartu nama Sinta dan
“Bunda, semutku nggak ada antenanya? Bagaimana cara membuatnya?” Ita bertanya. huruf S pada tulisan SEMUT.
“Kalau antena, bentuknya seperti apa?” tanya Bu Dewi Bu Dewi mengatakan, “ Betul Fifi, itu huruf S. Selain semut dan sinta, kata
Fifi menjawab,”Seperti tangkai apalagi ya yang diawali huruf S, Sssss....?” kata Bu Dewi pada Sinta dan Fifi.
bunga, Bunda. Oh aku bisa membuatnya, “Sendal Bunda,” kata Sinta. “Sssss.....selang Bunda, Ssss....... senam.” Timpal
tinggal menggunting seperti tangkai Fifi.
bunga, Bun.” Beberapa saat kemudian, Sinta mengambil playdough dan memilinnya
Dito, “Bunda, kalau membuat semut menjadi huruf S. Dia menunjukkan dan mengatakan, “Bunda, ini namaku.”
dari ranting, berarti untuk badannya apa Dalam kegiatan di atas, anak menemukan huruf S melalui proses saintifik,
ya? Terus untuk kepalanya gimana?” mengamati, menanya, mengumpulkan informasi dari bahan yang ada di
Bu Dewi, “Teman-teman ada yang lingkungan, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
punya ide bagaimana membuat kepala
semut dan badannya dari ranting?”
Membuat semut dari bahan limbah
20 PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 21
Contoh penerapan pendekatan saintifik bagi lingkup perkembangan kemana-mana dengan sayapnya. Nah, karena Tuhan sudah memberi kita karunia berupa
fisik motorik. tangan, perlu dirawat tidak tangan kita?” tanya Bu Sinta
Winda tampak sedang mengejar beberapa kupu-kupu yang beterbangan di “Ya Bunda, aku merawat tanganku lho, aku kan rajin mencuci tangan,” jawab Winda
antara bunga-bunga di halaman PAUD. Kemudian Winda mendekati Bu Sinta dan
“Alhamdulillah Bunda senang Winda pintar merawat tanganmu, Nak,” tutur Bu
bertanya “Bunda, kupu-kupu kok bisa terbang? Kenapa aku nggak bisa terbang,
Sinta. Selanjutnya Winda melanjutkan gambarnya, sebuah kupu-kupu.
Bunda?”, Bu Sinta menjawab, “Coba kita lihat kupu-kupu yuk. Coba Winda
perhatikan, kupu-kupu terbang menggunakan apa?” Contoh penerapan pedekatan saintifik bagi lingkup perkembangan kognitif
“Bunda, semutnya kok ada yang besar dan ada yang kecil?” tanya Dito pada Bu Sinta.
“ Menggunakan sayap, Bunda.” Jawab Winda
Bu Sinta menimpali, “Oh begitu ya, kalau warnanya sama tidak ya?”
“Kalau Winda, punya sayap tidak?’ bu Sinta bertanya
“Tidak Bunda, ada yang merah, ada yang merah sedikit, ada yang hitam, ada juga yang
“Aku punya tangan Bunda, bukan sayap.” Kemudian Bu Sinta bertanya, “Apa
hitamnya tidak hitam sekali tuh, Bun.” Jawab Dito
ya bedanya tangan dan sayap?”
“Jadi, yang sama apanya?” tanya Bu Sinta
“Kalau tanganku untuk mengambil makanan, untuk memegang balok, meremas
playdough, Bunda.” Kata Winda “Kalau bentuknya sama Bun, tapi warna dan ukurannya beda.” Jawab Dito

Bu Sinta menjawab,”Ya, untuk apalagi?” “Binatang apalagi yang bentuknya sama, tapi ukuran dan warnanya beda?” tanya Bu
Sinta
“Bisa membuat bulatan, Bunda.” Jawab Sinta
“Oh iya ya Bunda, binatang yang lain juga. Kucing, ayam, burung, kupu-kupu. Mereka
“Masih ada lagi tidak? Tanya Bu Sinta
juga ukuran dan warnanya beda, tapi badannya sama.” Jawab Dito
‘Banyak sih, bisa untuk menulis namaku, bisa untuk memegang gelas, bisa
Dari kegiatan pengamatannya, Dito menemukan informasi yang menggelitik rasa
untuk menarik mobil-mobilan, banyak.... Bunda.”
ingin tahunya tentang semut. Dito menemukan informasi melalui pengamatan dan
“Ya, kalau sayap burung, bagaimana? Sama tidak dengan tangan kita?”
dukungan dari Bu Sinta.
“Hmm, kalau sayap untuk terbang Bunda, tapi nggak bisa untuk mengambil
Manfaat Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
makanan....”, jawab Winda
Banyak pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari anak saat bermain:
“Jadi kenapa Winda tidak bisa
• Konsep nilai agama dan moral (benar-salah, ciptaan Tuhan, sifat Tuhan, cara
terbang?” tanya Bu Sinta
beribadah, dll.)
“Ya, karena aku tidak punya sayap, • Konsep matematika (membilang, menjumlah, mengelompokkan, pola, ukuran,
Bunda. Tapi aku punya tangan, aku dll.)
senang punya tangan. Aku bisa • Konsep sains (perubahan benda, kembang biak, cara hidup, sifat benda, dll.)
bermain apa saja,” jawab Winda. • Konsep bahasa (memahami ucapan, mengucapkan, membedakan bunyi huruf,
“Ya Winda, alhamdulillah kita dll.)
punya tangan. Kita bisa melakukan • Konsep sosial (tempat, kebiasaan, budaya, cara berpakaian, cerita masa lalu,
baanyak hal dengan tangan. Tapi dll.)
Tuhan juga memberi burung dengan • Konsep seni (nada, lagu, gerak berirama, kriya, membentuk, menggambar, dll.)
sayap yang luar biasa. Dia bisa terbang Gambar kupu-kupu buatan Winda

22 PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 23


Proses berpikir ilmiah menghubungkan semua konsep dalam suatu Kenzi merasa takjub ketika beberapa
rangkaian kerja, tidak dilakukan secara terpisah-pisah. benda menempel pada magnet
yang dipegangnya. Kenzi mencoba
Safira sedang bermain timbangan. Ia menimbang menempelkan magnet pada benda-
kerang-kerang yang sudah dihitungnya. Timbangan benda lainnya, ternyata ada benda yang
kanan dan kiri tidak sejajar. Bu guru menghampiri seraya tidak bisa menempel pada magnetnya.
berkata, “Coba diamati timbangan ini. Apakah berat Kenzi mengulang dan mengulang lagi.
kedua benda ini sama ?” Akhirnya Kenzi menyimpulkan tidak
Safira,”Tidak sama, Bu Guru. Timbangannya berat semua benda bisa menempel.
sebelah”. Lalu ia mengambil kerang di kanan dimasukkan Bu Aristi mendekat, “Apakah semua
ke kiri dan seterusnya hingga kedua sisi timbangan itu benda dapat menempel, Kenzi?”
sejajar. Lalu Safira berteriak “Horee.. berhasil.. bu guru
Belajar konsep berat ringan dengan timbangan Kenzi, “Ini paku dan peniti bisa
sekarang timbangannya sudah sama berat.”
menempel. Kalau daun dan plastik tidak
Safira sudah belajar konsep berat-ringan, sama berat. Safira juga belajar memecahkan menempel.”
masalah, ketekunan, mengomunikasikan hasil, dan membangun percaya diri.
Kenzi secara langsung belajar
mengelompokkan benda magnetik dan
Anak membangun kemampuan pengetahuan, sikap, dan
bukan magnetik. Belajar tentang sifat magnet
keterampilan dengan cara melakukan, bukan didikte ataupun hapalan.

Di sudut main peran terjadi percakapan


Bagaimana Proses Pendekatan Saintifik dalam
berikut: Pembelajaran di PAUD?
Femy : “Wah bapak sudah rapi, mau Proses Pendekatan Saintifik merupakan rangkaian mencari tahu dengan
berangkat kerja ya.” cara menjelajah melalui tahapan:
Alfian, “Iya mau ada rapat di kantor.” 1. Mengamati;
Femy, “Naik apa ke kantor, Pak..” Mengamati berarti kegiatan mengguna-
Mengamati
kan semua indera (penglihatan, pende-
Alfian, “Naik motor saja ya… biar
ngaran, penghiduan, peraba, dan penge-
cepat”
cap) untuk mengenali suatu benda yang Mengomuni- Menanya
Femy, “Hati-hati di jalan Pak! Banyak diamatinya. Semakin banyak indera yang kasikan
Proses
mobil. Jangan lupa berdoa ya…..” digunakan dalam proses mengamati Sainti ikasi
Kedua anak itu sudah memiliki konsep maka semakin banyak informasi yang
Ayah akan berangkat bekerja
sosial tentang pekerjaan, teknologi diterima dan diproses dalam otak anak.
tentang sepeda motor mempercepat waktu, lingkungan tentang kondisi Guru berperan sebagai pengamat dan Mengumpulkan
Menalar
jalanan, dan konsep agama tentang berdoa. pendukung/fasilitator bukan sebagai Informasi

instruktur.

24 PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 25


Proses mengamati penting untuk
Marcel bermain-main di halaman dengan membangun pengetahuan awal
membawa kaca pembesar. Marcel mengamati anak tentang suatu benda atau
dengan cara membolak-balikkan kaca kejadian. Guru dapat menuliskan
pembesar. Lalu ia melihat rumput dengan kaca disertai gambar sederhana tentang
pembesar. pengetahuan yang sudah disebutkan
Marcel, “ Daun rumputnya jadi besar-besar, anak tadi.
ada bulu-bulunya, dipegangnya halus.” Proses mengamati juga untuk
Lalu Marcel mengamati kerikil.“ Batunya membangun minat anak mengetahui
bolong-bolong…..” lebih banyak tentang sesuatu yang
diamatinya.
Proses mengamati dilakukan dengan Mengamati tanaman pepaya
menggunakan atau tanpa menggunakan alat.
Marcel melihat dengan kaca pembesar 2. Menanya;
Menanya merupakan proses berfikir yang didorong oleh minat
Kegiatan mengamati dapat dilakukan bersama-sama di dalam
keingintahuan anak tentang suatu benda atau kejadian. Pada dasarnya
atau di luar kelas. Media untuk diamati bisa apapun. Media yang
anak senang bertanya. Anak akan terus bertanya sampai rasa penasarannya
disiapkan sesuai dengan tema yang sedang dipilih.
terjawab. Seringkali orang tua dan guru mematahkan rasa keingintahuan
anak dengan menganggap anak.
Bu Silva, “Teman-teman siapa tahu tanaman apa yang dipegang Menanya sebagai proses menggali pengetahuan baru. Guru dapat
ibu? Coba kalian amati.” membantu anak untuk menyusun pertanyaan yang ingin mereka ketahui.
Aristi, “Tanaman pepaya, Bu”
Saat pembelajaran dengan tema “binatang” dan sub tema “binatang
Bu Silva, “Dari mana kamu tahu kalau tanaman ini adalah peliharaan”. Bu Mega membahas tentang kelinci. Bu Mega membawa seekor
tanaman papaya ? ” kelinci putih ke dalam kelas, lalu anak diminta mengamati apa saja yang anak-
anak ketahui tentang kelinci. Anak-anak menjawab bahwa kelinci warnanya
Bu Silva,” Daunnya seperti jari tanganku. Kan bu Silva dulu
putih, kakinya empat, matanya dua, telinganya dua dan panjang, makannya
pernah cerita kalau daun pepaya seperti jari tangan kita”
rumput, jalannya melompat-lompat. Bu Mega menuliskan apa yang disampaikan
Bu Silva,”Silakan kalian tempelkan jari tangan kalian ke atas anak-anak tersebut di atas kertas manila dengan spidol warna hitam.
permukaan daun. Mirip kan ?”
Fadli,” Lihat….. ! Daunnya warnanya ada yang hijau dan ada
Bu Mega menanyakan apa yang ingin anak-anak ketahui tentang kelinci.
yang kuning.”
Budiman, “Kalau kelinci bisa bertelur tidak?”
Reta, “ Itu daun yang kuning karena sudah kering……” Alifa, “Kelinci bisa memanjat tidak?”
Suci, “Daging kelinci boleh dimakan tidak?’
Bu Silva, “Betul, Reta. Kalau yang warnanya hijau masih segar.
Alianus, “Kenapa kelinci tidak boleh tidur bareng aku di kasur?”
Daun berwarna hijau karena mengandung klorofil. Bu Mega mencatat pertanyaan anak di kertas manila sebelumnya dengan
Bu Silva,”Daun ini bisa dimakan lo. Bisa dibuat sayur.” spidol biru.

26 PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 27


Pada tahap menanya, guru perlu bersabar. Terkadang anak menyampaikan 3. Mengumpulkan informasi;
keingintahuannya tidak dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya: “Aldi, a. Mengumpulkan informasi/ data merupakan proses mencari jawaban dari
Kelincinya putih semua..” Lalu bu Mega menyempurnakan kalimat Aldi, pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan anak pada tahap menanya.
“Aldi mau bertanya, apakah semua kelinci berwarna putih?” b. Mengumpulkan data dapat dilakukan berulang-ulang di pijakan awal
Cara guru mengulang perkataan anak, menunjukkan contoh atau sebelum bermain (pembukaan) setiap hari dengan cara yang berbeda.
pemodelan cara bertanya. Hal ini mengembangkan kemampuan c. Mengumpulkan data dapat berasal dari berbagai sumber: manusia,
berbahasa anak. Saat guru menuliskan semua pertanyaan anak, guru buku, film, mengunjungi tempat atau internet.
tidak perlu menjawabnya, tetapi ajaklah anak untuk mencari jawabannya
ke berbagai sumber. Hari ini bu Mega mengajak anak
membaca buku tentang kelinci. Anak
Beberapa tipe pertanyaan ini dapat digunakan untuk merangsang
dikenalkan bahwa buku sebagai
berpikir anak: sumber informasi untuk menambah
Bentuk pengetahuan. Sejak dini anak dibiasakan
Tujuannya Contoh
pertanyaan untuk mencintai buku. Tiba-tiba Aldi
Mengingat: Mengulang kembali  Apa yang kamu ketahui tentang buah jambu? berseru, “Ada kelinci coklat.
Menyatakan yang  Tadi bermain apa saja? ”Bu Mega,“Ini warna abu-abu. Jadi Aldi
diobservasi  Apa yang kamu kerjakan tiap pagi? sekarang tahu kalau kelinci ada warna
Memahami: Menjelaskan  Berapa banyak? abu-abu juga ya.”
Menguraikan  Apa saja isi tasmu? Hari lainnya bu Mega mengajak anak-anak mengunjungi kandang kelinci pak Suherman.
Memperkirakan  Lihat di atas sana awannya terlihat gelap, kira-kira
Kunjungan langsung sebagai salah satu cara mengumpulkan informasi.
apa yang akan terjadi?
Anak-anak bertanya tentang kelinci
Menerapkan: Menggunakan  Apa yang kita perlukan agar air ini menjadi manis? kepada pak Suherman. Jadilah pak
pengetahuan dengan  Alat apa yang kita pakai untuk mencetak pasir ini?
Suherman sebagai nara sumber.
situasi baru
Alifa berkata, “Bu guru, kata pak
Analisa: Membandingkan  Mana yang lebih berat? Suherman kelincinya pintar…
Mengelompokkan  Dapatkah dikelompokkan roncean sesuai warna? melompat tapi tidak bisa memanjat.”
Membedakan  Bagaimana agar timbangan ini menjadi sejajar?
Mengatasi masalah  Apa yang harus kita lakukan agar tidak
Bu Mega mengajak diskusi, “Kelinci
kehujanan?
senang makan daun-daunan.”
Evaluasi: Mengkritisi  Apa yang terjadi bila ikan tidak memiliki sirip? Dafa menimpali, ”Kelinci suka
Menilai pernyataan  Ibu lihat hari ini kamu sangat senang. Apa yang kangkung tidak ya.?”
Memutuskan untuk membuatmu senang? “Ulat juga makan daun” kata Alifa
menolak atau  Bagaimana pendapat kamu kalau tiangnya
menyetujui sesuatu memakai balok yang kecil?
Mencipta: Merancang  Apa yang akan kamu buat dengan playdough ini? 4. Menalar (mengasosiasi)
Merencanakan  Apa yang akan kamu tanyakan pada pak petani Proses menalar untuk anak usia dini adalah menghubungkan
Membuat bayam? atau mencocokkan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan
Menghasilkan  Bisa kamu ceritakan, apa saja yang sudah dibuat?
pengalaman baru yang didapatkannya.

28 PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 29


Sepertinya pernyataan anak-anak di atas tidak nyambung, tetapi Sebaliknya bila guru mengabaikan pendapat anak atau menyalahkannya
sesungguhnya Dafa menghubungkan kangkung termasuk tumbuhan maka keinginan untuk mencari tahu dan mencoba hal baru menjadi hilang.
daun dan Alifa menghubungkan binatang yang suka makan daun. Dukungan guru saat anak mengomunikasikan karyanya adalah perhatian
Proses asosiasi dapat terlihat saat anak mampu: yang tulus.
a. Menyebutkan persamaan:
“Telinga kelinci panjang seperti telinga kambing” Contoh celoteh anak:

b. Menyebutkan perbedaan: “Bu guru....lihat ! Aku sudah membuat ………”


“Tapi telinga kelinci ujungnya ke atas, kalau telinga kambing Guru dapat memberi tanggapan sebagai berikut:
ujungnya ke bawah.” “Oh ya.. Bisa kamu ceritakan kepada ibu guru
c. Mengelompokkan: tentang gambar itu..?”

“Kelinci itu kakinya empat, seperti kodok, kambing, kucing, dan anjing” Untuk penguatan, guru dapat menyatakan,
”Kamu berhasil menyelesaikan tugasmu dengan
d. Membandingkan:
baik, apakah kamu mau melanjutkan dengan
“yang lompatnya paling cepat pastilah kanguru” menambah beberapa ide lain pada karyamu,
e. Dst. membuat karya lain lagi atau mencoba kegiatan
main yang lain..?
Sebagian besar anak mengalami kesulitan untuk membuat hubungan Guru mendengarkan anak bercerita
satu benda dengan benda lain atau satu kejadian dengan kejadian
lain. Guru bisa membantu membangun pemahaman anak dengan
Berikut ini adalah contoh dukungan yang dapat diberikan oleh guru pada
mengajukan pertanyaan.
setiap tahapan:
• Daun ini pinggirnya bergerigi seperti apa ya..?
Tahapan Contoh Penerapan Dukungan Guru
• Apabila anak menghubungkan dengan sesuatu , maka guru harus
Mengamati Anak-anak - Memberi waktu yang cukup untuk mengamati
menguatkan dan bertanya yang lebih luas lagi, misalnya: “Bu guru,
mengamati pohon (pengamatan pada tahap ini ditujukan untuk
daunnya warna coklat seperti warna pintu itu”. Guru bisa menguatkan: pisang mengetahui minat anak tentang pengalaman belajar
“Oh iya benar ……., terus apa lagi yang berwarna coklat ...?” yang menarik baginya).
- Mendorong anak menggunakan seluruh indera.
5. Mengomunikasikan; - Mendorong anak untuk mengamati dari berbagai
Mengomunikasikan adalah proses penguatan pengetahuan/ sudut/arah dan bagian-bagian pohon pisang.
keterampilan baru yang didapatkan anak. Mengomunikasikan dapat - Menyediakan alat dan bahan yang menunjang
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya bahasa lisan, gerakan, hasil pengamatan, misalnya kaca pembesar, sarung tangan,
sekop, dll.
karya. Kalimat yang sering dilontarkan anak, misalnya: “Bu guru, aku
tahu, kalau …….” Biasanya anak menyampaikannya dengan cara Menanya Guru memberikan - Memberi pertanyaan pancingan, misalnya, “Apa yang
menunjukkan karyanya. “Bu guru…aku sudah membuat….” waktu yang cukup ingin kalian ketahui dari pohon pisang ini?”
agar anak-anak - Mencermati ungkapan menanya anak baik melalui
Itu kalimat yang sering disampaikan anak. Dukungan guru yang bertanya kata-kata, ekspresi wajah atau gerak tubuh anak.
tepat akan menguatkan pemahaman anak terhadap konsep atau  Contoh ungkapan menanya melalui kata-kata, “Bu
pengetahuannya, proses berpikir kritis dan kreatifnya terus tumbuh. guru, ini apa sih?”

30 PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 31


Tahapan Contoh Penerapan Dukungan Guru Tahapan Contoh Penerapan Dukungan Guru
 Contoh ungkapan menanya melalui ekspresi wajah Menalar Anak-anak - Memperjelas/mematangkan pengetahuan yang
(perhatikan raut muka anak, terutama kening dan membandingkan, diperoleh anak sesuai dengan standar pengetahuan
matanya. Ketika mendapati anak yang berekspresi mengelompokkan yang seharusnya dengan berbagai cara, contohnya:
kebingungan, pertanda ia sedang bertanya. Maka dan melakukan  Dengan membandingkan, misalnya, “Coba
guru dapat menggali hal yang ingin dipertanyakan pengukuran perhatikan kembali, apakah sama pelepah daun
anak, “Ada yang ingin kamu ketahui, Ali?” pisang tunas, dengan pelepah pisang yang muda
 Contoh ungkapan menanya melalui gerakan dan yang tua?”
anggota tubuh anak terutama bagian tangan.  Dengan mengelompokkan, misal, “Mari kita pilah
Jika anak menunjuk sesuatu maka guru dapat apakah semua pisangnya sudah matang?
merespons dengan, “Apa yang ingin kamu ketahui,  Dengan menganalisa,
Ali?” “Bagaimana kita tahu kalau buah pisang itu sudah
- Guru menjawab pertanyaan anak dengan kalimat atau matang?”
jawaban sederhana (sesuai dengan pemahaman anak)  Dengan melakukan pengukuran, misal, “Kira-kira
- Dari kegiatan menanya guru mendata pengalaman berapa jengkal panjang batang daun pisang itu?
belajar yang akan dilalui anak saat mengumpulkan Siapa yang akan mengukurnya.”
informasi nanti, seperti: - Berikan penguatan atas pengetahuan baru yang
 “Kita akan mencari tahu tentang batang pisang, didapatkan anak agar menjadi bagian pengetahuan
daun pisang, akar pohon pisang.” yang masuk ke dalam ingatan anak.
 “Kita juga akan belajar tentang manfaat buah Mengomu- Anak-anak - Memberi anak kesempatan mengomunikasikan
pisang, daun pisang dan batang pisang.” nikasikan mengomunikasikan pengetahuan baru melalui beragam cara, misalnya:
Mengum- Anak-anak berupaya - Memberi waktu yang cukup untuk mengeksplorasi apa yang telah  Cerita
pulkan mengumpulkan data pohon pisang melalui pengamatan mendalam mereka ketahui  Gambar/lukisan
informasi tentang pisang (pengamatan ini ditujukan agar anak mendapatkan terkait dengan  Grafik
pengalaman belajar lebih dalam dan mendapatkan pohon pisang  Kolase
informasi lebih rinci)  Coretan
- Guru memfasilitasi ekplorasi dan pengamatan anak,  Puisi/lagu
seperti ketika anak bertanya guru menjawab, ketika  Konstruksi bangunan
anak membutuhkan sesuatu untuk melanjutkan  Tulisan, dll
eksplorasi guru menyediakannya. - Memberi anak kesempatan untuk menemukan
- Bagi anak yang guru dapat membantunya dengan ide kreatif untuk mengembangkan/memperluas
pertanyaan-pertanyaan berikut: gagasannya lebih lanjut atas pengetahuan baru yang
 “Kalian sudah lihat bagian dalamnya? Coba kalian telah diperolehnya dan dikomunikasikannya. Contoh:
amati!” a. Anak menunjukkan hasil gambarnya, guru berkata,
 “Kalian sudah coba rasakan ada cairan di “Jika kamu diberi waktu lagi, apa yang akan kamu
bonggolnya? Coba kalian raba!” tambahkan pada gambar pohon pisang ini?”
- Mendorong anak untuk mencatat yang didapatnya b. Anak menunjukkan kebun pisang yang dibuatnya
dengan menggunakan coretan, gambar, symbol, atau dari balok-balok, guru menemukan bahwa belum
bentuk lainnya yang dikuasai anak. ada gubug tempat tukang kebun beristirahat, lalu
- Pastikan anak sudah mendapatkan pengalaman belajar guru berkata, “Coba kita cermati, dimana tempat
melalui berbagai inderanya. istirahat bagi tukang kebun yang merawat kebun
pisang ini?”

32 PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 33


Lampiran
Penutup

Penerapan Pendekatan Saintifik Dengan Berbagai Model Pembelajaran

Kelompok
Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, bahwasanya Model Kelompok berdasarkan Sentra
berdasarkan sudut Area
Pedoman pembelajaran untuk Pendidikan Anak Usia Dini telah selesai Tahapan Kegiatan kegiatan pengaman
kegiatan
disusun. Kami menyadari masih banyak keterbatasan di sana-sini.
Penyiapan - Guru menata - Guru menata 4 - Guru menata ragam - Guru menata
Semoga pedoman ini dapat memberi inspirasi pada para Guru PAUD
Lingkungan Main ragam main tempat kegiatan main sesuai dengan ragam main sesuai
tentang bagaimana menerapkan kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia sesuai dengan main yang terdiri area yang akan dengan sentra yang
Dini dengan pengelolaan pembelajaran menggunakan pendekatan sudut yang dari 3 tempat untuk digunakan (minimal digunakan (minimal
saintifik. akan digunakan kegiatan utama dan 4 area) 4 kegiatan main).
(minimal 4 sudut). 1 tempat untuk - Satu area dapat diisi - Untuk anak yang
Penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik diharapkan
- Satu sudut kegiatan pengaman. dengan beragam sudah mampu
mampu mengoptimalkan potensi anak, sehingga anak usia dini tumbuh
dapat diisi kegiatan main dapat dilibatkan
dan berkembang menjadi sumber daya manusia yang mempuni, handal, dengan beragam dalam penataan
kompetitif, kreatif, dan tangguh. kegiatan main. lingkungan main
Apabila dalam penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik - Di setiap tempat kegiatan main tersedia alat, bahan, sumber atau media yang dapat
mengalami kesulitan, sebaiknya segera berkonsultasi dengan guru inti dieksplorasi untuk menerapkan pendekatan saintifik.

dan mendiskusikannya di Gugus PAUD. Silakan kontak kami di http/ - Lingkungan yang disiapkan memungkinkan terbangunnya pemahaman anak yang
mendalam terhadap topik atau tema yang dibahas
www.paud-kemdiknas.go.id.
Pembukaan - Guru memfasilitasi (menunjukkan, membacakan, mengajak, menampilkan, dll) anak
dengan beragam alat ,bahan, sumber atau media untuk diamati, baik di dalam ruangan
atau di luar ruangan sesuai dengan tema/sub tema
- Anak mengamati (dengan berbagai indera) alat, bahan, sumber atau media
Guru yang berhasil adalah guru yang selalu berani - Anak diberi kesempatan untuk menanya dan mengungkapkan perasaannya

dan mencoba - Guru dan anak menyepakati fokus dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan anak saat
kegiatan inti
Tak pernah mengenal lelah dan selalu berupaya. Inti - Anak beraktifitas - Anak beraktifitas - Anak beraktifitas di - Anak beraktifitas

Membimbing ananda sepanjang masa di sudut untuk di kelompok untuk area untuk mengum- di sentra untuk
mengumpulkan mengumpulkan pulkan informasi mengumpulkan
Untuk menggapai cita-cita mulia di masa dewasa informasi informasi - Guru melakukan informasi
- Guru mendampingi individualisasi - Guru memberikan
salah satu kelom- kepada anak agar pijakan agar anak
pok agar anak anak mendapatkan mendapatkan
mendapatkan informa- informasi yang lebih informasi yang lebih
si yang lebih optimal optimal optimal

34 PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 35


- Dalam kegiatan mengumpulkan informasi anak diberi kesempatan untuk mengamati dan
Daftar Pustaka
menanya secara lebih luas dan mendalam
- Anak melakukan uji coba/eksperimen/praktek dengan alat, bahan, sumber atau media
yang tersedia secara individu maupun berkelompok
- Anak membandingkan, mengelompokkan, melakukan pengukuran, dll dengan
menggunakan alat, bahan, sumber atau media
Bredekamp, S., & Copple, C. (2009). Developmentally Appropriate Practice. In Early Childhood
- Anak diberi kesempatan untuk membuat berbagai karya dengan menggunakan alat, Programs Serving Children From Birth Through Age 8. 3rd ed. NAEYC Books: Washington
bahan, sumber atau media sesuai dengan minat, ide dan kreativitas masing-masing
Brierley.J.,(1994). Give Me A Child Until He Is Seven. Brain Studies And Early Childhood Education.
- Guru menghargai setiap ide yang dilontarkan oleh anak, mendorong anak untuk The Fallmer Press: Washinton DC
memunculkan kreativitasnya, membangun minat anak dan juga terjadinya proses belajar Dale, Edgar.(1969). Audio-Visual Methods in Teaching, 3rd ed., Holt, Rinehart & Winston, New
- Guru memperjelas/mematangkan pengetahuan yang diperoleh anak serta mendorong York, p.
anak untuk dapat memperluas gagasan dan hasil karyanya Developing Child at Harvard University (2011).Building the Brain’s “Air Traffic Control” System: How
- Guru memberikan penguatan atas pengetahuan baru yang didapatkan anak agar menjadi Early Experiences Shape the Development of Executive Function: Working Paper No.11.
bagian pengetahuan yang masuk ke dalam ingatan anak. Dyer, J.H et al. (2009): ”The Innovator’s DNA”, ” in “Harvard Business Review”, December , pp. 2-8.
Penutup - Anak diberi waktu untuk menyampaikan pengalaman yang diperolehnya di hadapan Goldberg, E. (2009). The New Executive Brain: Frontal Lobes in a Complex World. New York: Oxford
University Press.
teman-temannya
- Dalam proses ini anak didorong untuk menumbuhkan keinginan dalam menggali Grantham-McGregor. S., Cheung. Y.B., Cueto. S., Glewwe. P., Richter. L., Strupp. B, & the
International Child Development Steering Group. (2007). Developmental potential in
pengetahuan lebih jauh lagi the first 5 years for children in developing countries. Lancet; 369: 60–70
- Guru mendorong anak agar tumbuh keinginan untuk terus menggali pengetahuan yang
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Undang-undang Nomor 20 Tahun2003 tentang Sistem
lebih jauh lagi Pendidikan Nasional
- Guru menyampaikan rencana ke depan untuk menindaklanjuti kegiatan selaras dengan ide Kementerian Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana
yang disampaikan anak Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Kementerian Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 dan perubahan yang kedua dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2015
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Presiden Nomor 60 Tentang
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 137
Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 146
Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 160
Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum tahun 2006 dan Kurikulum tahun 2013 pasal
7.
Mc Lachlan. C., Fleer .M., & Erwards. S (2010). Early Childhood Curriculum. Planning. Assesment
& Implementation. Cambridge University Press
Sekolah Bukit Aksara, Semarang, Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak,
http://www.bukitaksara.sch.id

36 PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 37


Alamat Tim Penulis
Ali Nugraha (email: alinugraha.fip.upi@gmail.com)
Utin Ritayanti (email: u_teen@yahoo.com)
Yulianti Siantayani (email: yulie_aksara@yahoo.com)
Sisilia Maryati (email: siesielampung@yahoo.com)

38

Anda mungkin juga menyukai