Analisi Kadar FFA Kadar Air Dan Impuriti
Analisi Kadar FFA Kadar Air Dan Impuriti
PENDAHULUAN
kelapa sawit berasal dari guinea di pesisir Afrika Barat, kemudian diperkenalkan
ke bagian afrika lainnya,asia tenggara, dan amerika latin. Kelapa sawit tumbuh
baik pada daerah iklim tropis, dengan suhu antara 24o C – 32oC. Kelapa sawit
mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang
sifatnya,yaitu minyak sawit (CPO ; Crude Palm Oil), yaitu ,minyak yang berasal
dari serat kelapa sawit (daging buah ) dan minyak inti sawit (CPKO ; Crude Palm
Kernel Oil ), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit. ( Tambun,2006)
dengan total produksi mencapai 23 juta ton pada tahun 2010 dengan tingkat
kualitas minyak yang dihasilkan karena berpengaruh terhadap nilai jual minyak.
Oleh karena itu pengendalian mutu minyak pada saat pengolahan Tandan Buah
1
pelaksanaan proses pengolahan. Mutu CPO dapat ditentukan dari beberapa
parameter atau karakteristik, dua diantaranya adalah banyak atau sedikitnya kadar
air, dan kadar asam lemak bebas (ALB) yang terkandung di dalam CPO. Pada
setiap aktivitas produksi, suatu pabrik harus menjaga mutu dari produk yang
Disamping itu, rendemen produksi juga harus diperhatikan agar sesuai dengan
Dalam penelitian ini, uji yang dilakukan adalan uji kadar air fiber pada
screw press, dan kernel silo untuk menentukan kadar air yang terkandung dalam
minyak CPO dan PKO, uji lossis untuk menentukan persentase kehilangan
minyak pada saat proses pengolahan dan uji FFA( Free Fatty Acid) untuk
menentukan kadar FFA yang terkandung dalam minyak CPO dan PKO.
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan korelasi antara nilai kadar
air, persentase lossis, dan nilai kadar FFA yang akan mempengaruhi mutu dan
tentang faktor yang mempengaruhi mutu dan rendemen dari produk CPO dan
PKO.
2
1. Bagi Universitas
perusahaan
2. Mahasiswa
kerja
3. Bagi Perusahaan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak dan lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, lenolenat, dan arokidonat yang
Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-
vitamin A,D,E,dan K.
Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu
ruang berada dalam keadaan padat, sedangkan minyak adalah yang dalam suhu
ruang berbentuk cair. Trigliserida merupakan kelompok lipid yang terdapat paling
kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak (umumnya
ketiga asam lemak berbeda-beda) yang membentuk satu molekul trigliserida dan
4
2.2 Kelapa sawit
lione, togo, angola, dan kongo (poku,2002). Kelapa sawit termasuk dalam
arecaceae, dan genus elaeis. Kelapa sawit ditemukan oleh nicholas jacquin pada
pohon sawit dapat digunakan untuk pembuatan pulp, bahan kimia turunan, sumber
energi, dan juga bahan kontruksi. Buah kelapa sawit memiliki nilai ekonomis
yang tinggi, dapat diolah menjadi minyak sawit yang bermanfaat untuk bidang
pangan maupun non pangan. Bagian lainnya seperti sabut dan sludge, tandan
dimanfaatkan.(Muchtadi,1992)
1.Perikarp,meliputi:
(CPO)
2. Biji,meliputi :
5
d. Endosperm (kernel = daging biji) berwarna putih yang menghasilkan minyak
Minyak kelapa sawit adalah minyak yang dihasilkan dari inti kelapa sawit
(palm kernel oil). Minyak kelapa sawit terutama dikenal sebagai bahan mentah
minyak dan lemak pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng,
dibandingkan dengan bahan baku lainnya. Minyak sawit dihasilkan dari proses
ekstraksi bagian sabut buah dan biji buah kelapa sawit. Miinyak yang dihasilkan
dari bagian kulit atau sabut tersebut dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO)
Minyak kelapa sawit merupakan senyawa yang tidak larut dalam air,
Minyak kelapa sawit terdiri atas trigliserida yang merupakan ester dari
gliserol. Secara umum struktur asam lemak dapat digambarkan sebagai berikut:
6
Makin jenuh molekul asam lemak dalam molekul trigliserida, makin tinggi
titik beku atau titik cair minyak tersebut. Sehingga pada suhu kamar biasanya
berada pada fase padat. Sebaliknya semakin tidak jenuh asam lemak dalam
molekul trigliserida maka makin rendah titik cair minyak tersebut sehingga pada
suhu kamar berada pada fase cair. Berikut ini adalah tabel dari komposisi
trigliserida dan tabel komposisi asam lemak dari minyak kelapa sawit.
Tripalmitin 3-5
Oleo-Palmitostearine 10-11
Palmito-Diolein 32-48
Stearo-Diolein 0-6
Linoleo-Diolein 3-12
7
Tabel.B.2 Komposisi Asam Lemak Pada Minyak Kelapa Sawit
Asam kaprilat -
Asam Kaproat -
Asam Laurat -
Senyawa non trigliserida dalam minyak kelapa sawit ada dalam jumlah
kecil. Dalam proses pemurnian dengan proses penyabunan beberapa senyawa non
yang berperan sebagai antioksidan, yaitu suatu zat yang dapat mencegah
terjadinya oksidasi. Tokoferol dan tokotrienol dapat menangkap radikal bebas dan
8
Bilangan penyabunan 195-205
Titer,oC 40-47
yang memiliki komposisi antara lain asam lemak tidak jenuh,yang komposisinya
adalah asam oleat C18;1 Cis (ω-9) 40.8%, asam linoleat C18:2 (ω-6) 11.9% dan
asam linoleat C18:3 (ω-3) 0.4%. Kandungan asam lemak tidak jenuh tersebut
jenuhnya ( asam palmitat 36.6% dan asam sterat 3.7%) tidak meningkatkan
Minyak ini dihasilkan dari inti buah kelapa sawit, yaitu minyak inti sawit
(CPKO) yang memiliki rasa dan bau yang khas. Minyak ini biasa digunakan
9
2.4 Pengolahan minyak sawit menjadi CPO
dalam beberapa tahap yaitu penerimaan tandan buah segar (TBS), perebusan,
pemilihan TBS. Pemilihan TBS harus memenuhi grade kematangan buah agar
mutu dan kuantitas minyak yang dihasilkan dapat tercapai. Buah yang memenuhi
grade kematangan buah dan layak olah disebut sawit on-grade sedangkan buah
yang tidak memenuhi kriteria kematangan sehingga tidak layak untuk dilakukan
buah mentah, buah kurang matang, buah lewat matang, buah terlalu matang (buah
busuk). (Pahan,2002)
10
Kriteria matang panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan
terhadap rendemen minyak dan ALB (asam lemak bebas) yang dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel. B.5 Hubungan antara Rendemen dan ALB pada berbagai kematangan
tandan yang dikehendaki adalah dari fraksi #2 dan #3, yaitu rendemennya tinggi,
sedangkan ALB cukup rendah. Fraksi #1 menghasilkan ALB rendah, tetapi juga
atau fraksi #00 tidak disukai karena mentah. Fraksi #4 dan #5 adalah lewat
143oC selama 1 jam. Proses ini dilakukan untuk mencegah naiknya jumlah asam
pengolahan berikutnya.
11
2.4.3 Pelepasan buah
Tujuan dari perontokan adalah memisahkan buah yang sudah direbus dari
tandannya. Alat yang digunakan disebut thresher dengan drum berputar ( rotary
drum thresher).
2.4.4 Pelumatan
perikarp dari inti, dan memecah sel minyak sebelum mengalami ekstraksi.
dua kelompok produk yaitu (1) campuran antara air, minyak, dan padatan, (2)
2.4.6 Klarifikasi
Minyak kasar hasil ekstraksi akan memiliki komposisi 66% minyak, 24%
air, dan 10% padatan bukan minyak (nonoily solids, NOS). Karena kandungan
padatannya cukup tinggi, maka harus dilarutkan dengan air untuk mendapatkan
minyak dan endapan. Minyak pada bagian atas diambil dan dilewatkan pada
PKS
12
2.5.1 Varietas tanaman
2.5.1.1 Dura
Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut
pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging
buah terhadap buah bervariasi antara 35-50 %. Kernel biasanya besar dengan
2.5.1.2 Psifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging
buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan
kernel sangat tipis. Jenis psifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan
dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril
sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan
dipakai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara psifera dengan dura akan
2.5.1.3 Tenera
Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0.5-4.0 mm, dan terdapat
antara 60-96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih banyak daripada
13
Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan
tinggi terdapat pada varietas tenera yaitu 22-24%, sedangkan pada varietas dura
hanya 16-18%.
dari umur 3-7 tahun (periode tanaman muda) mencapai tingkat produksi maksimal
pada umur sekitar 15 tahun ( periode tanaman remaja) dan mulai menurun secara
granual pada periode tanaman tua sampai saat- saat menjelang peremajaan. Setiap
pohon sawit menghasilkan 10-15 TBS per tahun dengan berat 3-40 kg per tandan,
Mutu CPO yang dihasilkan sangat ditentukan oleh mutu TBS, sedangkan
mutu TBS dipengaruhi oleh sistem panen. Kesalahan pada langkah pengumpulan
hasil dapat mengakibatkan mutu CPO tidak memenuhi syarat. Sebagai akibatnya
sistem panen yang ditetapkan oleh suatu perkebunan. Panen yang tidak terkendali
(Anonymous,2000)
14
2.5.4 Derajat kematangan buah (mutu panen)
pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang
dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya,
jika pemanenan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB-nya
TBS hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih
lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan Asam Lemak Bebas
(ALB) nya semakin meningkat dan dapat memperkecil kadar rendemen. (Tim
penyusun PS,1997)
(Pahan,2006)
Pengolahan kelapa sawit yang dilakukan secara mekanis dan fisika dapat
berperan dengan baik jika tersedia bahan baku yang sesuai dan kinerja pabrik
yang baik. Untuk mengendalikan proses pengolahan, kinerja mesin dan alat serta
( Anonymous,2000)
15
Pada stasiun penerimaan buah, buah yang diterima ditimbang dengan teliti
agar didapat perhitungan rendemen yang tepat. Kemudian langsung diolah agar
tidak terjadi pelukaan pada buah yang dapat meningkatkan ALB dan menurunkan
rendemen.
digunakan adalah 2-3 kg/cm2. Apabila tekanan < 2 kg/cm2 ,maka waktu
perebusan akan semakin lama. Hal ini akan menyebabkan kehilangan minyak
Bila putaran dibawah 23 rpm maka berondolan buah tidak terlepas sempurna dari
Pada stasiun kempa, tekanan berkisar antara 30-50 bar. Bila tekanan kempa
sehingga kehilangan minyak pada ampas tinggi. Dan apabila tekanan kempa
terlalu tinggi akan mengakibatkan kadar biji pecah tinggi dan kehilangan minyak
pada biji juga tinggi. Selain itu, kinerja mesin pada stasiun klarifikasi yang
kurang baik dapat mengakibatkan minyak terikut bersama sludge maupun air.
(Anonymous,1999)
berikut:
16
Tabel.B.6 Standar fisik kerja pengolahan
o
4 Suhu massa dalam digester C 90-95
o
7 Suhu kerja stasiun klarifikasi C 90-95
o
9 Suhu Hot Water Tank C 90-95
terhadap TBS
Sumber : ICBS
17
2.7 Kadar Air
Tingginya kadar air akan menurunkan kualitas minyak yang dihasilkan yaitu
minyak akan menjadi cepat tengik selama penyimpanan. Semakin sedikit kadar
air yang terkandung dalam minyak semakin tinggi kualitas minyak yang
dihasilkan.
Kadar air ditentukan dengan cara sebagai berikut yaitu sampel dipanaskan
pada suhu 50oC diatas hotplate sampai seluruh lapisan minyak mencair lalu
dengan suhu 105oC selama 3 jam. Sampel didinginkan dalam desikator selama 15
menit, setelah itu sampel yang telah didinginkan ditimbang dengan menggunakan
neraca analitik.
𝑊2−𝑊1
Kadar air = 𝑥 100%
𝑊
Dimana W2 adalah berat cawan penguap dan sampel sebelum di oven (g),
W1 adalah berat cawan penguap dan sampel setelah di oven (g), dan W adalah
18
Kadar asam lemak bebas yang tinggi akan menyebabkan turunnya mutu
enak, terjadinya perubahan warna dan juga rendemen minyak menjadi turun.
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode titrasi dengan
alkohol agar minyak dapat larut sehingga mudah dititrasi karena minyak tidak
larut dalam air. Tetapi minyak ditambah alkohol tidak larut begitu saja untuk itu
larut seluruhnya.
Tujuan titrasi adalah untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen yaitu titik
dimana jumlah mol ekivalen titran sama dengan jumlah mol ekivalen titrat. Untuk
pada penelitian ini yaitu indikator pp. Indikator pp berfungsi untuk menentukan
titik akhir yaitu ditandai dengan perubahan warna indikator pp menjadi merah
muda, titik akhir yaitu titik dimana indikator mulai berubah warna.
karena serat terikut pada minyak ketika tekanan pengepres yang digunakan
semakin tinggi. Faktor pendukung terikutnya kotoran pada minyak yaitu waktu
sterilisasi. Semakin lama waktu sterilisasi kondisi buah akan semakin lunak
19
sehingga sangat mudah untuk dipress yang mengakibatkan serat mudah terikut
pada minyak.
2.10 Titrasi
yang pasti dari suatu larutan yang dilakukan dengan cara mereaksikannya dengan
Tujuan titrasi adalah untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen yaitu titik
dimana jumlah mol ekivalen titran sama dengan jumlah mol ekivalen titer. Untuk
berfungsi untuk menentukan titik akhir yaitu ditandai dengan perubahan warna
indikator. Titik akhir yaitu titik dimana indikator mulai berubah warna.
( Underwood,2002)
Produk minyak kelapa sawit mempunyai dua aspek kualitas. Aspek pertama
berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar
kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta
mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2% pada saat
No Karakteristik Batasan
20
2 Kadar Air (%) < 0,50
Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5% FFA.
21
BAB III
METODE PERCOBAAN
RANTAUPRAPAT.
3.2.1.1 Alat
a) Neraca analitik
c) Penangas air
e) Gelas ukur
3.2.1.2 Bahan
a) Alkohol 95%
c) Indikator fenolftalein
22
3.2.1.3 Cara Kerja
3.2.2.1 Alat
b) Gelas ukur 50 ml
c) Oven
d) Kertas saring
e) Labu alas
f) Alat ekstraksi
g) Buret 50 ml
h) Desikator
3.2.2.2 Bahan
a) Alkohol 95 %
c) Indikator fenolftalein
d) Larutan N-hexan
23
3.2.2.3 Cara Kerja
inti )
3.3.1.1 Alat
a) Neraca analitik
b) Oven
c) Desikator
d) Cawan petri
24
3.3.1.2 Bahan
a) Kernel
3.3.2.1 Alat
a) Neraca Analitik
b) Cawan Petri
c) Oven
d) Desikator
3.3.2.2 Bahan
a) Minyak CPO
diketahui beratnya
25
3.4 Analisa kadar kotoran pada kernel
3.4.1 Alat
a) Neraca analitik
3.4.2 Bahan
a) Kernel
4) Dicatat beratnya
3.5.1 Alat
a) Neraca analitik
3.5.2 Bahan
a) Kernel
2) Dilakukan penyortiran antara nut ½ pecah, nut utuh, dan nut pecah
4) Dicatat beratnya
26
3.6 Analisa Oil Lossis pada Fiber
3.6.1 Alat
a) Neraca analitik
b) Thible
c) Oven
d) Desikator
e) Alat ekstraksi
f) Gelas ukur
g) Kertas saring
3.6.2 Bahan
a) Fiber
b) N-hexan
2) Bersihkan fiber dari cangkang, inti utuh lalu timbang sampel sebanyak 10
gram
3) Dicatat beratnya
hexan
27
9) Dinginkan di dalam desikator, lalu timbang dan catat beratnya
3.7 Analisa Oil Lossis pada kondensat dan final effluent dalam recoveri
3.7.1 Alat
a) Neraca analitik
b) Thible
c) Oven
d) Desikator
e) Alat ekstraksi
f) Gelas ukur
g) Kertas saring
3.7.2 Bahan
a) N-hexan
3) Timbang wadah kosong yang telah di alas dengan kertas saring kemudian
catat beratnya
6) Balut sampel dengan kertas saring, lalu masukkan kedalam alat soklet
hexan
28
8) Rangkai alat ekstraksi,ekstraksi sampel selama 4 jam
3.8.1 Alat
a) Neraca analitik
b) Thible
d) Karung Plastik
e) Oven
f) Desikator
g) Timbangan
h) Cawan
3.8.2 Bahan
a) N-hexan
3.8.3.1 Prosedur
1) Ambil tandan buah segar yang masak, lalu timbang dan catat beratnya
29
6) Ambil secara acak brondolan,lalu timbang dengan neraca analitik
1) Dari hasil pemisahan mesocarp tadi, ambil sampel dan timbang sebanyak
30
BAB IV
4.1.1 Hasil
a. Data pengamatan
1. Contoh Uji
pp
4.1.2 Perhitungan
4.2.1 Hasil
a.Data Pengamatan
31
4.2.2 Perhitungan
𝑊2−𝑊1
% Kadar Air = 𝑥 100%
𝑊
W = Berat sampel
1. Contoh uji
4.3.2 Perhitungan
𝑊1
% Lossis =
𝑊2
W2 = Berat sampel
32
4.4 Data hasil pengukuran ALB, Kadar kotoran,dan Kadar air pada CPO dan
(kg)
ALB K.Kot K.Air ALB K.kot K.air Kernel
pecah
33
4.5 Pembahasan
Dari pengamatan yang dilakukan di PT. Serba Huta Jaya , data yang
diperoleh yakni berupa ALB, Kadar Air , dan Kadar Impurities. Terlihat pada
tabel bahwa persen rata-rata kadar ALB pada CPO 4,0504 % dan pada PKO
1,915. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar ALB pada PT.Serba Huta Jaya
Data analisis yang diperoleh terdapat hubungan antara kadar air dengan
kadar asam lemak bebas. Data tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar
air, maka asam lemak bebas yang diperoleh juga semakin tinggi. Hal itu
disebabkan karena terjadi hidrolisa pada trigliserida dengan bantuan enzim lipase
0.3
0
3.8969 3.9193 4.0096 4.0176 4.0595 4.1365 4.3137
ALB (%)
Grafik 4.1 Hubungan kadar air dengan asam lemak bebas pada CPO
34
Hubungan Kadar Air dengan Asam
Lemak Bebas Pada PKO
8
y = 0.045x + 6.9797
R² = 0.042
7.5
Kadar Air (%)
5.5
1.4878 1.7075 1.8425 1.8675 1.9320 2.0080 2.5657
ALB (%)
Grafik 4.2 Hubungan kadar air dengan asam lemak bebas pada PKO
persamaan linier dengan y= 0,005x + 0,314 pada CPO dan pada PKO dihasilkan
Peningkatan ALB erat kaitannya dengan mutu TBS. Mutu TBS yang baik
tentu akan menghasilkan ALB pada CPO tidak lebih dari standar nasional yaitu
5% atau bahkan dapat ditekan sekecil mungkin dan sebaliknya mutu TBS yang
rendah akan menghasilkan ALB pada CPO yang jelek. Pada kenyataannya TBS
yang diolah di PT.Serba Huta Jaya sudah memperoleh banyak perlakuan yang
jelek selama di kebun atau selama proses pengangkutan. Semuanya tidak lepas
dari faktor pelukaan pada buah, kontaminasi dengan tanah atau bahkan dengan
35
faktor lingkungan seperti panas matahari dan hujan. Hal ini sangat mempengaruhi
pabrik. Artinya, pabrik tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap ALB yang
CPO tidak dapat dihindari dalam setiap PKS. Hal ini disebabkan oleh alat yang
tidak dapat bekerja pada kondisi optimum karena kesalahan dalam pengoperasian
unit-unit produksi. Misalnya, pada proses perebusan, apabila tekanan dan waktu
perebusan terlalu tinggi akan mengakibatkan losis minyak pada air rebusan
bertambah, tetapi apabila tekanan dan waktu perebusan terlalu rendah akan
tidak lepas dari biji sehingga losis minyak pada ampas dan biji bertambah. Pada
bantingan tidak sempurna sehingga losis minyak pada janjangan tinggi karena
36
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis Free Fatty Acid, kadar Air, dan Impurities pada CPO dan
1. Kadar ALB pada CPO dan PKO pada bulan januari- desember masih
memenuhi standar SNI dan standar Pabrik dengan kadar AlB yang
5.2 Saran
ketat dalam setiap unit sistem operasi yaitu mulai dari sebelum proses
37
DAFTAR PUSTAKA
Research,12 :14-24
and Fat Products: Ed ke-6 Volume ke-2 Edible Oil and Fat Products:
Ketaren, S., 1986, “ Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak”, UI-Press, Jakarta.
Muchtadi TR, 1992, “Karakterisasi Komponen Intrinsik Utama Buah Sawit (Elais
Pertanian Bogor.
Owelarafe, O. K., Taiwo, E. A., dan Oke, O. O., (2008), “ Effect of processing
Poku K,2002,” Small Scale Palm Oil Processing in Africa”, Agricultural Services
38
Rondang Tambun,2006, “ Buku Ajar Teknologi Oleokimia (TKK 322)”,Medan :
Sipayung T.V, Gultom M, Meliala R. I., 1997 , “ Pedoman Kerja PTPN III “,
Jakarta : Erlangga.
39
LAMPIRAN
GambarAlat
a.
b.
IR.Moisture meter merupakan alat
untuk analisis kadar air pada fiber
dan kernel.
40
c.
d.
Buah kelapa sawit yang merupakan
bahan baku pembuatan CPO dan
PKO.
41
e.
f.
Vakum, merupakan alat di
stasiun klarifikasi .
42
g.
Screw press, merupakan alat estraksi
minyak
43