Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat

menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Tanaman

kelapa sawit berasal dari guinea di pesisir Afrika Barat, kemudian diperkenalkan

ke bagian afrika lainnya,asia tenggara, dan amerika latin. Kelapa sawit tumbuh

baik pada daerah iklim tropis, dengan suhu antara 24o C – 32oC. Kelapa sawit

mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang

tipis. Kandungan minyak dalam perikarp sekitar 30%-40%. (Tambun,2006)

Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang berlainan

sifatnya,yaitu minyak sawit (CPO ; Crude Palm Oil), yaitu ,minyak yang berasal

dari serat kelapa sawit (daging buah ) dan minyak inti sawit (CPKO ; Crude Palm

Kernel Oil ), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit. ( Tambun,2006)

Indonesia merupakan negara penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar

dengan total produksi mencapai 23 juta ton pada tahun 2010 dengan tingkat

pertumbuhan mencapai 24,5%. Tingginya produksi CPO harus diimbangi dengan

kualitas minyak yang dihasilkan karena berpengaruh terhadap nilai jual minyak.

Oleh karena itu pengendalian mutu minyak pada saat pengolahan Tandan Buah

Segar (TBS) memiliki peran yang sangat penting.

Untuk memperoleh CPO sebagai hasil proses pengolahan yang baik

maka sangat perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam

1
pelaksanaan proses pengolahan. Mutu CPO dapat ditentukan dari beberapa

parameter atau karakteristik, dua diantaranya adalah banyak atau sedikitnya kadar

air, dan kadar asam lemak bebas (ALB) yang terkandung di dalam CPO. Pada

setiap aktivitas produksi, suatu pabrik harus menjaga mutu dari produk yang

dihasilkan sesuai dengan standar-standar yang telah ditetapkan pemerintah.

Disamping itu, rendemen produksi juga harus diperhatikan agar sesuai dengan

standar nasional (20-24 %). (Naibaho,1996)

Dalam penelitian ini, uji yang dilakukan adalan uji kadar air fiber pada

screw press, dan kernel silo untuk menentukan kadar air yang terkandung dalam

minyak CPO dan PKO, uji lossis untuk menentukan persentase kehilangan

minyak pada saat proses pengolahan dan uji FFA( Free Fatty Acid) untuk

menentukan kadar FFA yang terkandung dalam minyak CPO dan PKO.

2.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan korelasi antara nilai kadar

air, persentase lossis, dan nilai kadar FFA yang akan mempengaruhi mutu dan

rendemen dari produk CPO dan PKO.

2.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan data penelitian

tentang faktor yang mempengaruhi mutu dan rendemen dari produk CPO dan

PKO.

2
1. Bagi Universitas

- Terjalinnya hubungan baik dalam kerjasama dengan pihak

perusahaan

- Memperoleh gambaran nyata tentang perusahaan dan lapangan

kerja serta kualitas dari hasil pendidikan sebagai bahan informasi

dan pengembangan kurikulum

2. Mahasiswa

- Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan pengalaman

kerja

- Mengetahui proses pembuatan CPO dan PKO serta faktor yang

mempengaruhi mutu rendemen produk.

3. Bagi Perusahaan

- Mendapat usulan atau saran secara teoritis dari mahasiswa terhadap

permasalahan dalam perusahaan

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak dan lemak

Minyak dan lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga

kesehatan tubuh. Minyak atau lemak,khususnya minyak nabati,mengandung

asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, lenolenat, dan arokidonat yang

dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol.

Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-

vitamin A,D,E,dan K.

Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu

ruang berada dalam keadaan padat, sedangkan minyak adalah yang dalam suhu

ruang berbentuk cair. Trigliserida merupakan kelompok lipid yang terdapat paling

banyak dalam jaringan hewan dan tanaman.

Dalam proses pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses

kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak (umumnya

ketiga asam lemak berbeda-beda) yang membentuk satu molekul trigliserida dan

tiga molekul air.

4
2.2 Kelapa sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan tanaman hutan hujan tropis di

daerah afrika barat,terutama di kamerun, pantai gading, liberia, nigeria, sirea

lione, togo, angola, dan kongo (poku,2002). Kelapa sawit termasuk dalam

kingdom plantae, divisi magnoliophyta, kelas liliopsida, ordo arecales, famili

arecaceae, dan genus elaeis. Kelapa sawit ditemukan oleh nicholas jacquin pada

tahun 1763,sehingga kelapa sawit diberi nama Elaeis guineensisjacq.

Hampir semua bagian pohon kelapa sawit dapat dimanfaatkan. Batang

pohon sawit dapat digunakan untuk pembuatan pulp, bahan kimia turunan, sumber

energi, dan juga bahan kontruksi. Buah kelapa sawit memiliki nilai ekonomis

yang tinggi, dapat diolah menjadi minyak sawit yang bermanfaat untuk bidang

pangan maupun non pangan. Bagian lainnya seperti sabut dan sludge, tandan

kosong, cangkang, minyak inti sawit dan bungkilnya juga dapat

dimanfaatkan.(Muchtadi,1992)

Buah kelapa sawit tersusun atas beberapa bagian,yaitu :

1.Perikarp,meliputi:

a.Epikarpium,yaitu kulit buah yang keras dan licin

b.Mesokarpium,yaitu bagian buah yang berserabut dan mengandung minyak

dengan rendemen paling tinggi,menghasilkan minyak sawit kasar/Crude Palm Oil

(CPO)

2. Biji,meliputi :

c. Endokarpium (kulit biji= tempurung),berwarna hitam dan keras

5
d. Endosperm (kernel = daging biji) berwarna putih yang menghasilkan minyak

inti sawit /Palm Kernel Oil (PKO)

2.3 Minyak kelapa sawit

Minyak kelapa sawit adalah minyak yang dihasilkan dari inti kelapa sawit

(palm kernel oil). Minyak kelapa sawit terutama dikenal sebagai bahan mentah

minyak dan lemak pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng,

shortening, margarin, dan minyak makan lainnya. Dengan kandungan karoten

yang tinggi, minyak sawit merupakan sumber provitamin A yang murah

dibandingkan dengan bahan baku lainnya. Minyak sawit dihasilkan dari proses

ekstraksi bagian sabut buah dan biji buah kelapa sawit. Miinyak yang dihasilkan

dari bagian kulit atau sabut tersebut dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO)

dan bagian biji buahnya disebut Palm Kernel Oil (PKO).

2.3.1 Komponen penyusun minyak kelapa sawit

Minyak kelapa sawit merupakan senyawa yang tidak larut dalam air,

sedangkan komponen penyusun utamanya adalah trigliserida dan nontrigliserida.

2.3.1.1 Trigliserida Pada Minyak Kelapa Sawit.

Minyak kelapa sawit terdiri atas trigliserida yang merupakan ester dari

gliserol. Secara umum struktur asam lemak dapat digambarkan sebagai berikut:

6
Makin jenuh molekul asam lemak dalam molekul trigliserida, makin tinggi

titik beku atau titik cair minyak tersebut. Sehingga pada suhu kamar biasanya

berada pada fase padat. Sebaliknya semakin tidak jenuh asam lemak dalam

molekul trigliserida maka makin rendah titik cair minyak tersebut sehingga pada

suhu kamar berada pada fase cair. Berikut ini adalah tabel dari komposisi

trigliserida dan tabel komposisi asam lemak dari minyak kelapa sawit.

Tabel.B.1 Komposisi Trigliserida dalam minyak kelapa sawit

Trigliserida Jumlah (%)

Tripalmitin 3-5

Dipalmito- Stearine 1-3

Oleo- Miristopalmitin 0-5

Oleo- Dipalmitin 21-43

Oleo-Palmitostearine 10-11

Palmito-Diolein 32-48

Stearo-Diolein 0-6

Linoleo-Diolein 3-12

7
Tabel.B.2 Komposisi Asam Lemak Pada Minyak Kelapa Sawit

Asam Lemak Jumlah (%)

Asam kaprilat -

Asam Kaproat -

Asam Miristat 1,1-2,5

Asam Palmitat 40-46

Asam Stearat 3,6-4,7

Asam Oleat 30-45

Asam Laurat -

Asam Linoleat 7-11

2.3.1.2 Senyawa Non Trigliserida pada Minyak Sawit

Senyawa non trigliserida dalam minyak kelapa sawit ada dalam jumlah

kecil. Dalam proses pemurnian dengan proses penyabunan beberapa senyawa non

trigliserida dapat dihilangkan, kecuali beberapa senyawa yang tak tersabunkan.

Minyak sawit juga merupakan sumber vitamin E, tokoferol dan tokotrienol

yang berperan sebagai antioksidan, yaitu suatu zat yang dapat mencegah

terjadinya oksidasi. Tokoferol dan tokotrienol dapat menangkap radikal bebas dan

mencegah kanker. Berikut merupakan sifat fisik minyak sawit :

Tabel B.3 Sifat fisik minyak sawit

Berat jenis pada 100o F 0.898-0.901

Indeks refraksi pada 40o C 1.453-1.456

Bilangan Iodium 44-58

8
Bilangan penyabunan 195-205

Zat tak tersabunkan, % Tak lebih 0.8

Titer,oC 40-47

2.3.2 Crude Palm Oil (CPO)

Minyak sawit kasar mengandung trigliserida sebagai penyusun utama, dan

sebagian kecil komponen nontrigliserida. Kandungan utama CPO adalah minyak

yang memiliki komposisi antara lain asam lemak tidak jenuh,yang komposisinya

adalah asam oleat C18;1 Cis (ω-9) 40.8%, asam linoleat C18:2 (ω-6) 11.9% dan

asam linoleat C18:3 (ω-3) 0.4%. Kandungan asam lemak tidak jenuh tersebut

diketahui efektif mengurangi kadar kolesterol darah. Sedangkan asam lemak

jenuhnya ( asam palmitat 36.6% dan asam sterat 3.7%) tidak meningkatkan

kolesterol darah.(Bonnie & choo,2000)

2.3.3 Palm Kernel Oil (PKO)

Minyak ini dihasilkan dari inti buah kelapa sawit, yaitu minyak inti sawit

(CPKO) yang memiliki rasa dan bau yang khas. Minyak ini biasa digunakan

sebagai bahan baku pembuatan margarin.

9
2.4 Pengolahan minyak sawit menjadi CPO

Menurut Basiron (2005), pengolahan buah sawit menjadi CPO dilakukan

dalam beberapa tahap yaitu penerimaan tandan buah segar (TBS), perebusan,

perontokan, pelumatan, ekstraksi minyak, dan klarifikasi.

2.4.1 Stasiun Penerimaan Buah

Pengendalian mutu CPO pada saat pengolahan di pabrik dimulai dari

pemilihan TBS. Pemilihan TBS harus memenuhi grade kematangan buah agar

mutu dan kuantitas minyak yang dihasilkan dapat tercapai. Buah yang memenuhi

grade kematangan buah dan layak olah disebut sawit on-grade sedangkan buah

yang tidak memenuhi kriteria kematangan sehingga tidak layak untuk dilakukan

pengolahan disebut sawit off-grade. Pengklasifikasian sawit off-grade terdiri dari

buah mentah, buah kurang matang, buah lewat matang, buah terlalu matang (buah

busuk). (Pahan,2002)

Ciri-ciri fraksi sortasi panen:

Tabel B.4 Fraksi sortasi panen

Fraksi Jumlah Berondolan Derajat Kematangan


1. Mentah
# 00 Tidak ada berondolan buah; Sangat mentah
#0 buahnya hitam
Satu berondolan sampai 12,5% dari Mentah
buah yang terluar
2. Matang
#1 12,5%-25% dari buah luar Kurang matang
#2 25%- 50% dari buah luar Matang
#3 50%- 75% dari buah luar Matang
3. Lewat
matang 75%-100% dari buah yang terluar Lewat matang
#4 Buah bagian dalam juga Lewat matang
#5 memberondol Busuk
Tandan busuk

10
Kriteria matang panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan

kualitas buah di stasiun penerimaan TBS. Pematangan buah mempengaruhi

terhadap rendemen minyak dan ALB (asam lemak bebas) yang dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel. B.5 Hubungan antara Rendemen dan ALB pada berbagai kematangan

Fraksi Rend. Minyak ALB Minyak


0 16.0 1.6
1 21.4 1.7
2 22.1 1.8
3 22.2 2.1
4 22.2 2.6
5 21.9 3.8

Dari hasil pengamatan seperti tergambar diatas, dapat dikatakan bahwa

tandan yang dikehendaki adalah dari fraksi #2 dan #3, yaitu rendemennya tinggi,

sedangkan ALB cukup rendah. Fraksi #1 menghasilkan ALB rendah, tetapi juga

rendemennya agak rendah, dengan demikian adalah kurang matang. Fraksi #0

atau fraksi #00 tidak disukai karena mentah. Fraksi #4 dan #5 adalah lewat

matang, walaupun rendemennya tinggi, namun ALB juga tinggi.

2.4.2 Stasiun perebusan tandan buah segar

Perebusan dilakukan menggunakan uap pada tekanan 3kg/cm2 pada suhu

143oC selama 1 jam. Proses ini dilakukan untuk mencegah naiknya jumlah asam

lemak bebas karena reaksi enzimatik, mempermudah perontokan buah, dan

mengkondisikan inti sawit untuk meminimalkan pecahnya inti sawit selama

pengolahan berikutnya.

11
2.4.3 Pelepasan buah

Tujuan dari perontokan adalah memisahkan buah yang sudah direbus dari

tandannya. Alat yang digunakan disebut thresher dengan drum berputar ( rotary

drum thresher).

2.4.4 Pelumatan

Pelumatan dilakukan untuk memanaskan buah kembali, memisahkan

perikarp dari inti, dan memecah sel minyak sebelum mengalami ekstraksi.

Kondisi terbaik pelumatan ada pada suhu 95-100oC selama 20 menit.

2.4.5 Ekstraksi minyak

Ekstraksi minyak biasanya dilakukan dengan mesin pres akan menghasilkan

dua kelompok produk yaitu (1) campuran antara air, minyak, dan padatan, (2)

cake yang mengandung serat dan inti.

2.4.6 Klarifikasi

Minyak kasar hasil ekstraksi akan memiliki komposisi 66% minyak, 24%

air, dan 10% padatan bukan minyak (nonoily solids, NOS). Karena kandungan

padatannya cukup tinggi, maka harus dilarutkan dengan air untuk mendapatkan

pengendapan yang diinginkan. Setelah dilarutkan, minyak kasar disaring untuk

memisahkan bahan berserat. Produk kemudian diendapkan untuk memisahkan

minyak dan endapan. Minyak pada bagian atas diambil dan dilewatkan pada

pemurni sentrifugal yang diikuti oleh pengering vakum. Selanjutnya didinginkan

sebelum disimpan dalam tangki penyimpan.

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen CPO yang diperoleh dari

PKS

12
2.5.1 Varietas tanaman

Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit di indonesia. Varietas –varietas

tersebut dapat dibedakan berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah.

Varietas-varietas kelapa sawit itu adalah Dura, Psifera dan Tenera.

2.5.1.1 Dura

Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut

pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging

buah terhadap buah bervariasi antara 35-50 %. Kernel biasanya besar dengan

kandungan minyak yang rendah.

2.5.1.2 Psifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging

buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan

kernel sangat tipis. Jenis psifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan

dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril

sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan

dipakai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara psifera dengan dura akan

menghasilkan varietas tenera.

2.5.1.3 Tenera

Varietas ini yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan saat ini.

Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0.5-4.0 mm, dan terdapat

lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi,

antara 60-96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih banyak daripada

dura, tetapi ukuran tandannya relatif kecil (tim penulis PS,1997)

13
Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan

jumlah rendemen minyak sawit yang dikandungnya. Rendemen minyak paling

tinggi terdapat pada varietas tenera yaitu 22-24%, sedangkan pada varietas dura

hanya 16-18%.

2.5.2 Umur tanaman

Tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit akan meningkat secara tajam

dari umur 3-7 tahun (periode tanaman muda) mencapai tingkat produksi maksimal

pada umur sekitar 15 tahun ( periode tanaman remaja) dan mulai menurun secara

granual pada periode tanaman tua sampai saat- saat menjelang peremajaan. Setiap

pohon sawit menghasilkan 10-15 TBS per tahun dengan berat 3-40 kg per tandan,

tergantung umur tanaman. (pahan, 2006)

2.5.3 Mutu TBS

Mutu CPO yang dihasilkan sangat ditentukan oleh mutu TBS, sedangkan

mutu TBS dipengaruhi oleh sistem panen. Kesalahan pada langkah pengumpulan

hasil dapat mengakibatkan mutu CPO tidak memenuhi syarat. Sebagai akibatnya

dapat memperkecil efisiensi pengolahan. Pelaksanaan panen dipengaruhi oleh

sistem panen yang ditetapkan oleh suatu perkebunan. Panen yang tidak terkendali

akan menyebabkan kehilangan CPO serta penurunan mutu produksi.

(Anonymous,2000)

14
2.5.4 Derajat kematangan buah (mutu panen)

Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah. Apabila

pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang

dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya,

jika pemanenan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB-nya

rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.

2.5.5 Pengangkutan TBS ke pabrik

TBS hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih

lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan Asam Lemak Bebas

(ALB) nya semakin meningkat dan dapat memperkecil kadar rendemen. (Tim

penyusun PS,1997)

Pengangkutan yang menempuh jarak terlalu jauh akan mempertinggi derajat

kelukaan buah yang dapat mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan.

(Pahan,2006)

2.5.6 Kondisi proses pengolahan di PKS

Pengolahan kelapa sawit yang dilakukan secara mekanis dan fisika dapat

berperan dengan baik jika tersedia bahan baku yang sesuai dan kinerja pabrik

yang baik. Untuk mengendalikan proses pengolahan, kinerja mesin dan alat serta

memadukan setiap proses pengolahan dan kemampuan untuk mengoperasikan

serta mendiagnosa suatu penyimpangan.

( Anonymous,2000)

15
Pada stasiun penerimaan buah, buah yang diterima ditimbang dengan teliti

agar didapat perhitungan rendemen yang tepat. Kemudian langsung diolah agar

tidak terjadi pelukaan pada buah yang dapat meningkatkan ALB dan menurunkan

rendemen.

Stasiun perebusan menggunakan sistem triple peak. Dimana tekanan yang

digunakan adalah 2-3 kg/cm2. Apabila tekanan < 2 kg/cm2 ,maka waktu

perebusan akan semakin lama. Hal ini akan menyebabkan kehilangan minyak

pada tandan kosong dan pada air kondensat akan meningkat.

Pada stasiun penebahan, thresher berputar dengan kecepatan 23-25 rpm.

Bila putaran dibawah 23 rpm maka berondolan buah tidak terlepas sempurna dari

tandannya sehingga dapat menurunkan rendemen minyak.

Pada stasiun kempa, tekanan berkisar antara 30-50 bar. Bila tekanan kempa

terlalu rendah dapat mengakibatkan ampas masih basah ( mengandung minyak)

sehingga kehilangan minyak pada ampas tinggi. Dan apabila tekanan kempa

terlalu tinggi akan mengakibatkan kadar biji pecah tinggi dan kehilangan minyak

pada biji juga tinggi. Selain itu, kinerja mesin pada stasiun klarifikasi yang

kurang baik dapat mengakibatkan minyak terikut bersama sludge maupun air.

(Anonymous,1999)

2.6 Cara mengatasi kehilangan minyak selama proses pengolahan

Kehilangan minyak selama proses dapat ditanggulangi dengan angka kerja

pengolahan (Standar Fisik Kerja Pengolahan) yang diperlihatkan pada tabel

berikut:

16
Tabel.B.6 Standar fisik kerja pengolahan

No Uraian Satuan Standar Fisik

1 Tekanan rebusan Kg/ cm2 2,8-3

2 Masa rebusan Menit 85-90

3 Pola rebusan Puncak 2 atau 3

o
4 Suhu massa dalam digester C 90-95

5 Tekanan kerja single pressing Bar 30-50

6 Tekanan kerja double pressing

First pressing Bar 30-40

Double pressing Bar 40-50

o
7 Suhu kerja stasiun klarifikasi C 90-95

8 Tekanan Vakum Dryer Torr 50

o
9 Suhu Hot Water Tank C 90-95

10 Pemakaian air pengencer di screw % 15-20

press terhadap TBS

11 Kebutuhan Air Stasiun Klarifikasi % 5-10

terhadap TBS

12 Kebutuhan Air pabrik per ton TBS M3 1,2-1,5

13 Kebutuhan Uap per ton TBS Kg 500-600

Sumber : ICBS

17
2.7 Kadar Air

Tingginya kadar air akan menurunkan kualitas minyak yang dihasilkan yaitu

minyak akan menjadi cepat tengik selama penyimpanan. Semakin sedikit kadar

air yang terkandung dalam minyak semakin tinggi kualitas minyak yang

dihasilkan.

Kadar air ditentukan dengan cara sebagai berikut yaitu sampel dipanaskan

pada suhu 50oC diatas hotplate sampai seluruh lapisan minyak mencair lalu

dihomogenkan menggunakan magnetic stirrer. Ditimbang 10 gram sampel

minyak dengan menggunakan cawan porselen lalu dimasukkan ke dalam oven

dengan suhu 105oC selama 3 jam. Sampel didinginkan dalam desikator selama 15

menit, setelah itu sampel yang telah didinginkan ditimbang dengan menggunakan

neraca analitik.

𝑊2−𝑊1
Kadar air = 𝑥 100%
𝑊

Dimana W2 adalah berat cawan penguap dan sampel sebelum di oven (g),

W1 adalah berat cawan penguap dan sampel setelah di oven (g), dan W adalah

berat sampel (g).

2.8 Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid)

Asam lemak bebas merupakan fraksi bukan lemak yang dapat

mempengaruhi kualitas minyak. Asam lemak bebas terbentuk karena proses

oksidasi dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan.(ketaren,1986)

18
Kadar asam lemak bebas yang tinggi akan menyebabkan turunnya mutu

minyak, misalnya menyebabkan ketengikan pada minyak, membuat rasanya tidak

enak, terjadinya perubahan warna dan juga rendemen minyak menjadi turun.

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode titrasi dengan

larutan standar NaOH 0,1N. Minyak ditambah alkohol, tujuan penambahan

alkohol agar minyak dapat larut sehingga mudah dititrasi karena minyak tidak

larut dalam air. Tetapi minyak ditambah alkohol tidak larut begitu saja untuk itu

dibutuhkan pemanasan terlebih dahulu menggunakan hot plate sehingga minyak

larut seluruhnya.

Tujuan titrasi adalah untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen yaitu titik

dimana jumlah mol ekivalen titran sama dengan jumlah mol ekivalen titrat. Untuk

menentukan kapan titran berhenti dibutuhkan indikator. Indikator yang digunakan

pada penelitian ini yaitu indikator pp. Indikator pp berfungsi untuk menentukan

titik akhir yaitu ditandai dengan perubahan warna indikator pp menjadi merah

muda, titik akhir yaitu titik dimana indikator mulai berubah warna.

2.9 Kadar impurities (kotoran)

Owelarafe dkk (2008) menyatakan kadar kotoran meningkat seiring dengan

meningkatnya tekanan pengepres dan waktu sterilisasi. Kadar kotoran meningkat

karena serat terikut pada minyak ketika tekanan pengepres yang digunakan

semakin tinggi. Faktor pendukung terikutnya kotoran pada minyak yaitu waktu

sterilisasi. Semakin lama waktu sterilisasi kondisi buah akan semakin lunak

19
sehingga sangat mudah untuk dipress yang mengakibatkan serat mudah terikut

pada minyak.

2.10 Titrasi

Titrasi merupakan analisis yang memungkinkan untuk menentukan jumlah

yang pasti dari suatu larutan yang dilakukan dengan cara mereaksikannya dengan

larutan lain yang konsentrasinya telah diketahui dengan pasti.

Tujuan titrasi adalah untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen yaitu titik

dimana jumlah mol ekivalen titran sama dengan jumlah mol ekivalen titer. Untuk

menentukan kapan titran berhenti ditambahkan dibutuhkan indikator. Indikator

berfungsi untuk menentukan titik akhir yaitu ditandai dengan perubahan warna

indikator. Titik akhir yaitu titik dimana indikator mulai berubah warna.

( Underwood,2002)

2.11 Karakteristik Mutu Minyak Kelapa Sawit

Produk minyak kelapa sawit mempunyai dua aspek kualitas. Aspek pertama

berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar

kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta

kemurnian produk. Kelapa sawit bermutu prima (SQ, Special Quality)

mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2% pada saat

pengapalan. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2901-2006

mengenai mutu minyak kelapa sawit diperoleh keterangan sebagai berikut :

Tabel.B.7.Standar Nasional Mutu Minyak Kelapa Sawit

No Karakteristik Batasan

1 Kadar asam lemak bebas ( %) < 5,00

20
2 Kadar Air (%) < 0,50

3 Kadar Kotoran (%) < 0,50

Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5% FFA.

Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak

22,1% - 22,2% (tertinggi).

21
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 20 Januari sampai dengan tanggal

20 Februari 2014, bertempat di Laboratorium, PT.SERBA HUTA JAYA,

RANTAUPRAPAT.

3.2 Metode Analisis Asam Lemak Bebas (Free fatty acid)

3.2.1 Analisis FFA pada CPO

3.2.1.1 Alat

a) Neraca analitik

b) Erlenmeyer kapasitas 250 dan 300 ml

c) Penangas air

d) Pendingin tegak/ refluks

e) Gelas ukur

f) Buret basa kapasitas 50 ml

3.2.1.2 Bahan

a) Alkohol 95%

b) Natrium hidroksida atau kalium hidroksida, larutan 0,1N

c) Indikator fenolftalein

22
3.2.1.3 Cara Kerja

1) Siapkan sampel minyak CPO yang akan diuji 3-5 gram

2) Larutkan dengan alkohol, kemudian panaskan diatas penangas air

3) Tambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein lalu titrasi dengan NaOH

0,1 N sampai berubah warna (kemerahan)

4) Catat volume titrasi NaOH 0,1 N yang terpakai

3.2.2 Analisa kadar asam lemak bebas (FFA) pada kernel

3.2.2.1 Alat

a) Erlenmeyer kapasitas 250 dan 300 ml

b) Gelas ukur 50 ml

c) Oven

d) Kertas saring

e) Labu alas

f) Alat ekstraksi

g) Buret 50 ml

h) Desikator

3.2.2.2 Bahan

a) Alkohol 95 %

b) Larutan NaOH atau KOH 0,1 %

c) Indikator fenolftalein

d) Larutan N-hexan

23
3.2.2.3 Cara Kerja

1) Inti sawit kering ditumbuk lalu dimasukkan ke dalam gelas beker

2) Ditambah larutan N-hexan 200 ml

3) Didiamkan selama 2 hingga 3 jam (untuk memisahkan minyak dalam

inti )

4) Disaring dengan kertas saring ke dalam erlenmeyer

5) Diekstraksi (berguna untuk memisahkan minyak dan N- hexan)

6) Dimasukkan ke dalam oven selama 1 jam

7) Didinginkan di dalam desikator

8) Ditimbang minyak di dalam erlenmeyer, kemudian catat beratnya

9) Ditambahkan alkohol netral 50 ml

10) Ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein, kemudian panaskan

11) Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga berubah warna

12) Dicatat hasil titrasi

3.3 Metode Analisis kadar air

3.3.1 Uji kadar air pada kernel

3.3.1.1 Alat

a) Neraca analitik

b) Oven

c) Desikator

d) Cawan petri

24
3.3.1.2 Bahan

a) Kernel

3.3.1.3 Cara Kerja

1) Bersihkan semua peralatan sebelum melakukan penganalisaan

2) Pilih sampel kernel utuh, lalu tumbuk

3) Ditimbang 5 gram sampel, di dalam cawan petri yang telah diketahui

beratnya, masukkan ke dalam oven selama 1 jam

4) Angkat dan dinginkan didalam desikator selama 30 menit

5) Ditimbang menggunakan neraca analitik dan dicatat hasil

3.3.2 Analisa kadar air pada CPO

3.3.2.1 Alat

a) Neraca Analitik

b) Cawan Petri

c) Oven

d) Desikator

3.3.2.2 Bahan

a) Minyak CPO

3.3.2.3 Cara kerja

1) Ditimbang 10 gram sampel CPO ke dalam cawan petri yang sudah

diketahui beratnya

2) Dipanaskan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 103oC

3) Dinginkan pada suhu ruang dalam desikator, kemudian ditimbang

25
3.4 Analisa kadar kotoran pada kernel

3.4.1 Alat

a) Neraca analitik

3.4.2 Bahan

a) Kernel

3.4.3 Cara kerja

1) Ditimbang sampel kernel sebanyak 1000 gram, catat beratnya

2) Dilakukan pemisahan antara kernel utuh dan cangkang

3) Ditimbang kembali masing-masing

4) Dicatat beratnya

3.5 Analisa Lossis pada ripple mill dan Clay Bath

3.5.1 Alat

a) Neraca analitik

3.5.2 Bahan

a) Kernel

3.5.3 Cara kerja

1) Ditimbang sample kernel sebanyak 1000 gram, catat beratnya

2) Dilakukan penyortiran antara nut ½ pecah, nut utuh, dan nut pecah

3) Ditimbang kembali masing-masing

4) Dicatat beratnya

26
3.6 Analisa Oil Lossis pada Fiber

3.6.1 Alat

a) Neraca analitik

b) Thible

c) Oven

d) Desikator

e) Alat ekstraksi

f) Gelas ukur

g) Kertas saring

3.6.2 Bahan

a) Fiber

b) N-hexan

3.6.3 Cara kerja

1) Bersihkan semua peralatan sebelum melakukan analisa

2) Bersihkan fiber dari cangkang, inti utuh lalu timbang sampel sebanyak 10

gram

3) Dicatat beratnya

4) Keringkan sampel di dalam oven, lalu dinginkan dalam desikator

5) Balut sampel dengan kertas saring,lalu masukkan ke dalam alat soklet

6) Timbang wadah thible kosong, catat beratnya lalu tambahkan 250 ml N-

hexan

7) Rangkai alat ekstraksi , ekstraksi sampel selama 4 jam

8) Angkat dan keringkan di dalam oven selama 1 jam

27
9) Dinginkan di dalam desikator, lalu timbang dan catat beratnya

3.7 Analisa Oil Lossis pada kondensat dan final effluent dalam recoveri

3.7.1 Alat

a) Neraca analitik

b) Thible

c) Oven

d) Desikator

e) Alat ekstraksi

f) Gelas ukur

g) Kertas saring

3.7.2 Bahan

a) N-hexan

3.7.3 Cara kerja

1) Bersihkan semua peralatan sebelum melakukan analisa

2) Sampel cairan yang diambil dihomogenkan dulu

3) Timbang wadah kosong yang telah di alas dengan kertas saring kemudian

catat beratnya

4) Timbang sampel sebanyak 10 gram masukkan ke dalam wadah tadi

kemudian catat beratnya

5) Keringkan sampel di dalam oven, lalu dinginkan didalam desikator

6) Balut sampel dengan kertas saring, lalu masukkan kedalam alat soklet

7) Timbang wadah thible kosong,catat beratnya lalu tambahkan 250 ml n-

hexan

28
8) Rangkai alat ekstraksi,ekstraksi sampel selama 4 jam

9) Angkat dan keringkan di dalam oven selama 1 jam

10) Dinginkan dalam desikator,lalu timbang dan catat beratnya

3.8 Analisa Rendemen Sawit dari Tandan Buah Segar

3.8.1 Alat

a) Neraca analitik

b) Thible

c) 1 set alat ekstraksi

d) Karung Plastik

e) Oven

f) Desikator

g) Timbangan

h) Cawan

3.8.2 Bahan

a) N-hexan

3.8.3 Cara kerja

3.8.3.1 Prosedur

1) Ambil tandan buah segar yang masak, lalu timbang dan catat beratnya

2) Masukkan kedalam karung,lalu masukkan ke dalam sterilizer (rebusan)

3) Setelah direbus,angkat dan catat kembali beratnya

4) Kemudian lakukan penyortiran antara brondolan lapisan luar,brondolan

lapisan dalam,dan abnormal

5) Timbang masing-masing brondolan,lalu catat beratnya

29
6) Ambil secara acak brondolan,lalu timbang dengan neraca analitik

3.8.3.2 Penganalisaan sampel mesocarp

1) Dari hasil pemisahan mesocarp tadi, ambil sampel dan timbang sebanyak

10 gram lalu catat beratnya,keringkan di dalam oven selama 2 jam

2) Timbang thible kosong,catat beratnya lalu tambahkan 250 ml n-heksan

3) Dinginkan didalam desikator lalu timbang dan catat beratnya

4) Bungkus sampel dengan kertas saring,lalu masukkan ke dalam alat soklet

5) Rangkai alat ekstraksi,lalu ekstraksi selama 4 jam

6) Kemudian keringkan di dalam oven selama 15 menit

7) Dinginkan dalam desikator selama 30 menit

8) Timbang thible dan catat beratnya

9) Inti dari hasil pemisahan mesocarp diambil

10) Timbang dan catat beratnya

11) Keringkan didalam oven selama 30 menit

12) Dinginkan didalam desikator selama 30 menit

13) Timbang dan catat beratnya

3.8.3.3 penganalisaan sampel inti

1) Inti dari hasil pemisahan mesocarp diambil, lalu ditimbang

2) Keringkan didalam oven selama 30 menit

3) Dinginkan didalam desikator selama 30 menit,lalu timbang

4) Pecahkan inti, lalu timbang dan catat beratnya

30
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisi FFA (Free Fatty Acid)

4.1.1 Hasil

a. Data pengamatan

1. Contoh Uji

No Volume Sampel Etanol Indikator NaOH Volume Titrasi

pp

1 10 gram 50 ml 3-5 tetes 0,1 N 10,5 ml

4.1.2 Perhitungan

% FFA = VNaOH. NNaOH.faktor


X 100
Gram Sampel

4.2 Analisa Kadar Air

4.2.1 Hasil

a.Data Pengamatan

No Berat Sampel+ cawan porselen Sampel + cawan porselen

Sampel (sebelum di oven) (setelah di oven)

1 10 gram 12gram 11 gram

31
4.2.2 Perhitungan
𝑊2−𝑊1
% Kadar Air = 𝑥 100%
𝑊

Dimana W1 = Berat cawan +sampel setelah dioven

W2 = Berat cawan + sampel sebelum di oven

W = Berat sampel

4.3 Analisa Impurities pada kernel

4.3.1 Data Pengamatan

1. Contoh uji

No Berat Sampel (gr) Kernel Utuh ( gr) Kernel Pecah (gr)

1 782 gram 50 gram 29,90 gram

4.3.2 Perhitungan

𝑊1
% Lossis =
𝑊2

Dimana W1 = Berat kernel pecah

W2 = Berat sampel

32
4.4 Data hasil pengukuran ALB, Kadar kotoran,dan Kadar air pada CPO dan

PKO pada juni- desember 2013

Bulan TBS giling CPO PKO

(kg)
ALB K.Kot K.Air ALB K.kot K.air Kernel

pecah

Juni 10.820.390 4,3137 0,0308 0,4291 2,5657 5,8867 7,07 29,90

Juli 12.055.470 3,9193 0,0231 0,3840 2,0080 6,8685 7,48 29,98

Agustus 12.197.520 4,0595 0,0262 0,3786 1,9320 5,4599 6,71 33,24

September 13.258.160 4,1365 0,0346 0,3073 1,7075 5,5828 6,53 31,86

Oktober 11.212.070 3,8969 0,0285 0,3266 1,4878 5,3190 6,9323 29,05

November 12.558.950 4,0096 0,0319 0,3825 1,8675 5,5889 7,6300 29,47

Desember 9.250.840 4,0176 0,0320 0,3355 1,8425 5,2011 7,7645 30,51

33
4.5 Pembahasan

Dari pengamatan yang dilakukan di PT. Serba Huta Jaya , data yang

diperoleh yakni berupa ALB, Kadar Air , dan Kadar Impurities. Terlihat pada

tabel bahwa persen rata-rata kadar ALB pada CPO 4,0504 % dan pada PKO

1,915. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar ALB pada PT.Serba Huta Jaya

masih memenuhi standart pengolahan.

Data analisis yang diperoleh terdapat hubungan antara kadar air dengan

kadar asam lemak bebas. Data tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar

air, maka asam lemak bebas yang diperoleh juga semakin tinggi. Hal itu

disebabkan karena terjadi hidrolisa pada trigliserida dengan bantuan enzim lipase

dalam CPKO tersebut.

Hubungan Kadar Air dengan Asam


Lemak Bebas Pada CPO
0.5 y = 0.0054x + 0.3419
R² = 0.0759
0.4
Kadar Air (%)

0.3

0.2 Kadar Air


Linear (Kadar Air)
0.1

0
3.8969 3.9193 4.0096 4.0176 4.0595 4.1365 4.3137
ALB (%)

Grafik 4.1 Hubungan kadar air dengan asam lemak bebas pada CPO

34
Hubungan Kadar Air dengan Asam
Lemak Bebas Pada PKO
8
y = 0.045x + 6.9797
R² = 0.042
7.5
Kadar Air (%)

6.5 Kadar Air


Linear (Kadar Air)
6

5.5
1.4878 1.7075 1.8425 1.8675 1.9320 2.0080 2.5657
ALB (%)

Grafik 4.2 Hubungan kadar air dengan asam lemak bebas pada PKO

Dari data yang diperoleh dihasilkan grafik yang kemudian dihasilkan

persamaan linier dengan y= 0,005x + 0,314 pada CPO dan pada PKO dihasilkan

persamaan linier dengan y= 0,045x + 6,979 . Kurva kuadrat yang ditampilkan

menunjukkan perubahan kadar asam lemak bebas berbanding lurus dengan

perubahan kadar air.

Peningkatan ALB erat kaitannya dengan mutu TBS. Mutu TBS yang baik

tentu akan menghasilkan ALB pada CPO tidak lebih dari standar nasional yaitu

5% atau bahkan dapat ditekan sekecil mungkin dan sebaliknya mutu TBS yang

rendah akan menghasilkan ALB pada CPO yang jelek. Pada kenyataannya TBS

yang diolah di PT.Serba Huta Jaya sudah memperoleh banyak perlakuan yang

jelek selama di kebun atau selama proses pengangkutan. Semuanya tidak lepas

dari faktor pelukaan pada buah, kontaminasi dengan tanah atau bahkan dengan

35
faktor lingkungan seperti panas matahari dan hujan. Hal ini sangat mempengaruhi

tingginya kadar ALB sebelum diolah.

ALB hanya meningkat sekitar ± 0,3 % setelah melalui proses pengolahan di

pabrik. Artinya, pabrik tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap ALB yang

terkandung dalam CPO.

Kehilangan Minyak selama proses pengolahan TBS untuk menghasilkan

CPO tidak dapat dihindari dalam setiap PKS. Hal ini disebabkan oleh alat yang

tidak dapat bekerja pada kondisi optimum karena kesalahan dalam pengoperasian

unit-unit produksi. Misalnya, pada proses perebusan, apabila tekanan dan waktu

perebusan terlalu tinggi akan mengakibatkan losis minyak pada air rebusan

bertambah, tetapi apabila tekanan dan waktu perebusan terlalu rendah akan

mengakibatkan pelumatan dalam digester tidak sempurna, sebagian daging buah

tidak lepas dari biji sehingga losis minyak pada ampas dan biji bertambah. Pada

stasiun penebahan, kerusakan pada mesin penebah akan mengakibatkan kerja

bantingan tidak sempurna sehingga losis minyak pada janjangan tinggi karena

masih banyak berondolan yang tertinggal pada janjangan. ( Sipayung, 1997).

36
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis Free Fatty Acid, kadar Air, dan Impurities pada CPO dan

PKO di PT.Serba Huta Jaya dapat disimpulkan :

1. Kadar ALB pada CPO dan PKO pada bulan januari- desember masih

memenuhi standar SNI dan standar Pabrik dengan kadar AlB yang

diperoleh pada CPO 4,0504 % dan pada PKO 1,915.

2. Kadar Air pada CPO 0,3633 %

3. Kadar Impurities pada CPO 0,0295 %

4.ALB sangat dipengaruhi oleh bahan baku (TBS)

5.Kadar air sangat dipengaruhi oleh perlakuan seperti proses pemurnian

yang kurang sempurna pada proses pengolahan kelapa sawit

6. Rendemen Produksi CPO sangat dipengaruhi oleh bahan baku, kapasitas

olah dan juga oil lossis.

5.2 Saran

1. Untuk meningkatkan rendemen produksi CPO sebaiknya lebih

memperhatikan kualitas TBS yang diolah, menekan oil lossis sekecil

mungkin dengan cara meningkatkan pengawasan dan pengendalian yang

ketat dalam setiap unit sistem operasi yaitu mulai dari sebelum proses

hingga proses pengolahan berlangsung.

37
DAFTAR PUSTAKA

Badan standarisasi nasional,2006,” SNI Crude Palm Oil”,jakarta.

Bonni TC & ChooYM., 2000, “ Valuable minor constituents of commercial red

palm olein : caratenoids, vitamin E, ubiquinones and sterols “, J Oil Palm

Research,12 :14-24

Basiron Y.2005. Palm Oil. Di dalam:Shahidi F ,editor. “Baileys’s Industial Oil

and Fat Products: Ed ke-6 Volume ke-2 Edible Oil and Fat Products:

Edible Oil”. Hoboken. John Wiley & Sons, Inc.

Ketaren, S., 1986, “ Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak”, UI-Press, Jakarta.

Muchtadi TR, 1992, “Karakterisasi Komponen Intrinsik Utama Buah Sawit (Elais

guineensis, Jacq) Dalam Rangka Optimalisasi Proses Ekstraksi Minyak

dan Pemanfaatan Provitamin A”,Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor.

Naibaho, P. M., 1996, “ Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit “, Pusat Penelitian

Kelapa Sawit, Medan.

Owelarafe, O. K., Taiwo, E. A., dan Oke, O. O., (2008), “ Effect of processing

condition on yield and quality of hydraulically expressed palm oil”,

International agrophysics, 22,349-352.

Pahan, I, 2006,“ Panduan Lengkap Kelapa Sawit”,Penebar Swadaya, Jakarta.

Poku K,2002,” Small Scale Palm Oil Processing in Africa”, Agricultural Services

Bulletin Series, Roma, FAO.

38
Rondang Tambun,2006, “ Buku Ajar Teknologi Oleokimia (TKK 322)”,Medan :

Fakultas Teknik Universitas.

Sipayung T.V, Gultom M, Meliala R. I., 1997 , “ Pedoman Kerja PTPN III “,

Buku II: Bidang Teknik dan Pengolahan.

Tim Penulis Ps., 1997,” Kelapa Sawit “, Penebar Swadaya, Jakarta.

Underwood, A. L, Day, R.A., 1996 , “ Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Kelima “,

Jakarta : Erlangga.

39
LAMPIRAN

GambarAlat

a.

Analytical Balance atau timbangan dengan


ketelitian 0,0001

b.
IR.Moisture meter merupakan alat
untuk analisis kadar air pada fiber
dan kernel.

40
c.

Alat ekstraksi, digunakan untuk uji


kadar FFA pada kernel.

d.
Buah kelapa sawit yang merupakan
bahan baku pembuatan CPO dan
PKO.

41
e.

Sterilizer, alat yang digunakan untuk


merebus TBS.

f.
Vakum, merupakan alat di
stasiun klarifikasi .

42
g.
Screw press, merupakan alat estraksi
minyak

43

Anda mungkin juga menyukai