AULIA
DR. REZA | DR. CEMARA | DR. RYNALDO | DR. PATRICIA
OFFICE ADDRESS:
Jakarta Medan
Jl. Layur Kompleks Perhubungan VIII No.52 RT.001/007 Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Kel. Jati, Pulogadung, Jakarta Timur Tlp 021-22475872 Sari, Kec. Medan Selayang 20132 WA/Line 082122727364
WA. 081380385694/081314412212
w w w. o p t i m a p re p . co . i d
ILMU
P E N YA K I T
DALAM
Soal No.1
• Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke rumah
sakit dengan keluhan kenaikan berat badan sekitar 10
kg dalam waktu dua bulan. Pasien memiliki riwayat
alergi makanan dan kerap membeli sendiri obat alergi
atau jamu-jamuan untuk mengatasi keluhan gatal-gatal
di kulitnya. Asupan makan tidak banyak bertambah
meski nafsu makannya meningkat dan pasien cepat
merasa lapar. Pada pemeriksaan fisik didapatkan moon
face, striae pada abdomen, tekanan darah 150/90
mmHg, denyut nadi 80 kali permenit, frekuensi nafas
18 kali permenit dan suhu 36,5C. Apakah pemeriksaan
selanjutnya yang akan dilakukan pada pasien tersebut?
Soal No.1
a. TSH
b. Low dose dexametason test
c. Intermediate dose dexametason test
d. High dose dexametason test
e. Vasoppresin
• Penyebab:
– Sekresi ACTH berlebih dari hipofisis
anterior (penyakit Cushing).
– ACTH ektopik (C/: ca paru)
– Tumor adrenokortikal
– Glukokorticod eksogen (obat)
Anti-U1RNP 30% Antibody associated with mixed connective tissue disease and
lower frequency of glomerulonephritis
• Diagnosis KAD:
– Kadar glukosa 250
mg/dL
– pH <7,35
– HCO3 rendah
– Anion gap tinggi
– Keton serum (+)
Harrison’s principles of internal medicine
Counterregulatory
Hormones
ADA Diagnostic Criteria for
DKA and HHS
DKA
Parameter Mild Moderate Severe HHS
Plasma glucose, mg/dL >250 >250 >250 >600
Arterial pH 7.25-7.3 7.0-7.24 <7.0 >7.30
Serum bicarbonate, mmol/L 15-18 10 to <15 <10 >15
Serum ketones† Positive Positive Positive Small
Urine ketones† Positive Positive Positive Small
Effective serum osmolality,*
Variable Variable Variable >320
mOsm/kg
Alteration in sensoria or mental
Alert Alert/drowsy Stupor/coma Stupor/coma
obtundation
*Calculation: 2[measured Na+ (mEq/L)] + glucose (mg/dL)/18.
† Nitroprusside reaction method.
• Biconcave
fractures – collapse of
the central portion of
both vertebral body
endplates
• Crush fractures –
collapse of entire
vertebral body
Gambaran Rontgen Pada Osteoporosis
Soal no.5 dan 6
5. Seorang laki-laki, 45 tahun, datang dengan
keluhan batuk sejak 2 bulan. Batuk disertai
dengan dahak berwarna merah, penurunan
nafsu makan, berat badan menurun, dan
menggigil padą malam Hari. Padą pemeriksaan
dahak ditemukan hasil BTA +1/+1/-. Padą hasil
pemeriksaan rontgen didapatkan fibrotik dan
infiltrat dengan padą kedua apex parų kanan
kiri. Apakah tatalaksana yang tepat untuk pasien
tersebut?
Soal no.5
a. 2RHZES/4RHZE
b. 2RHZE/4RH3E3
c. 2RHZE/4RH3R3
d. 2RHZE/4RH
e. 2RHZES/RHZE/5RH3E3R3
• Jawaban: D. 2RHZE/4RH
Soal no.6
• Pasien laki-laki usia 40 tahun datang ke poli TB
MDR dengan keluhan batuk. Sebelumnya
pasien pernah menderita TB dengan riwayat
pengobatan TB selama 6 bulan. Hasil
pemeriksaan BTA + saat ini. Pasien kemudian
dilakukan tes kultur dengan sensitivitas.
Apakah hasil yang diperoleh jika mengarah ke
TB MDR?
Soal no.6
a. Resisten rifampisin dan pirazinamid
b. Resisten rifampisin dan isoniazid
c. Resisten rifampisin dan etambutol
d. Resisten isoniazid dan pirazinamid
e. Resisten isoniazid dan etambutol
Permeabilitas kapiler
Contoh: inflamasi/infeksi
Aliran Limfatik
Contoh: obstruksi (keganasan),
destruksi (radioterapi)
Tekanan onkotik
Contoh: hipoalbuminemia
1.Strasinger SK, Di Lorenzo MS. Serous fluid. Urinalysis and body fluids. 5th ed. Philadelphia: F.A. Davis Company; 2008. p.221-32.
2.Light RW. Physiology of the pleural space. In: Light RW, ed. Pleural diseases. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013:8-17..
7. Efusi Pleura
7. Efusi Pleura
Efusi Pleura
Soal no.8
• Seorang perempuan berusia 55 tahun datang ke
puskemas dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 3
hari yang lalu. Keluhan disertai mual dan
kembung. Pada anamnesis didapatkan riwayat
konsumsi natrium diclofenac untuk nyeri sendi 1
minggu yang lalu. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 130/80 mmHg, HR 90x/mnt, RR
22x/mnt, suhu 36 C. normal. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan nyeri tekan epigastrium. Apa
mekanisme penyebab nyeri ulu hati pada pasien
tersebut?
Soal no.8
a. Produksi prostaglandin endogen mukosa
lambung menurun
b. Ph lambung meningkat
c. Produksi prostaglandin endogen mukosa
lambung meningkat
d. Sfingter LES melemah
e. Sfingter LES menguat
• Jawaban: A. Produksi prostaglandin endogen
mukosa lambung menurun
8. Gastropati NSAID
• Patogenesis gastropati NSAID
inhibisi enzim COX-1 dan prostaglandin yang
merupakan gastroprotektif menghambat produksi
mukus pada gaster
permeabilisasi membran disrupsi pertahanan
epitelial
produksi mediator proinflamatorik
Kerley A lines
Jawaban: A. 1
11. Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas
Soal no.12
• Pasien laki-laki datang dengan keluhan
demam, badan kuning, BAK berwarna teh.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya
nyeri tekan perut kanan atas, sklera ikterik
dan suhu afebris. Dari pemeriksaan
laboratorium ditemukan peningkatan
bilirubin, gangguan fungsi hepar dan
HbsAg(+). Apakah diagnosis pasien ini?
Soal no.12
a. Hepatitis A
b. Hepatitis B
c. Hepatitis C
d. Hepatitis D
e. Hepatoma
Jawaban: B. Hepatitis B
HEPATITIS VIRUS
• HBsAg (the virus coat, s= surface)
– the earliest serological marker in the serum.
• HBeAg
– Degradation product of HBcAg.
– It is a marker for replicating HBV.
• HBcAg (c = core)
– found in the nuclei of the hepatocytes.
– not present in the serum in its free form.
• Anti-HBs
– Sufficiently high titres of antibodies ensure
imunity.
• Anti-Hbe
– suggests cessation of infectivity.
• Anti-HBc
– the earliest immunological response to HBV
– detectable even during serological gap.
• Jawaban: E. Inferior
Soal no.15
• Seorang laki-laki usia 57 tahun datang ke UGD
bersama anaknya dengan keluhan nyeri dada
kiri yang menembus kebelakang. Nyeri
dirasakan sejak 12 jam yang lalu. Setelah
dilakukan pemasangan EKG. Dokter
mendiagnosis pasien dengan STEMI Anterior
Wall. Pemeriksaan enzim jantung yang dapat
membantu menegakkan diagnosis adalah…
Soal no.15
a. CK
b. CKMB
c. Hs-CRP
d. Myglobin
e. Troponin T
Jawaban: E. Troponin T
Soal no.16
• Seorang perempuan berusia 70 tahun datang ke
poliklinik dengan keluhan nyeri dada sejak 3
minggu yang lalu. Nyeri dada dirasakan hilang
timbul dan semakin lama semakin memberat
dan bahkan dirasakan pada saat istirahat. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
120/70 mmHg, denyut nadi 68 x/menit, frekuensi
napas 14 x/menit, temperatur 37C. Menurut
anda apa obat yang tepat diberikan untuk
meredakan keluhan nyeri dada pada pasien
tersebut?
Soal no.16
a. Isosorbid dinitrat
b. Atenolol
c. Verapamil
d. Captopril
e. Propanolol
• Angina stabil:
Umumnya dicetuskan aktivtas fisik atau emosi (stres, marah, takut),
berlangsung 2-5 menit,
Angina karena aktivitas fisik reda dalam 1-5 menit dengan beristirahat &
nitrogliserin sublingual.
• Jawaban: E. Spirometri
17. ASMA
• Inflamasi kronik pada saluran nafas yang
berhubungan dengan hiperreaktifitas saluran
respirasi & keterbatasan aliran udara akibat
adanya penyempitan bronchus yang bersifat
reversibel.
• Gejala klinis
– Kondisi stabil (steady-state) keluhan batuk malam
hari dan sesak nafas saat olahraga
– Saat serangan asma (asthma-attack exacerbation)
sesak berat dan ditandai dengan suara nafas mengi. P
Asma
• Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik,
gejala batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan
variabiliti yang berkaitan dengan cuaca.
Karakteristik Kriteria
Confirmed variable expratory airflow limitation:
Positive exercise challenge test • Dewasa: FEV1 turun >10% dan >200 mL baseline
• Anak: FEEV1 turun >12% prediksi atau PEF >15%
Positive bronchial challenge test Penurunan FEV1 ≥ 20% dengan pemberian dosis standar
(umumnya pada dewasa) metacholine atau histamin, atau FEV1 turun ≥ 15%
dengan hiperventilasi standar, uji salin hipertonik atau
manitol
Variabilitas eksesif antar kunjungan Dewasa: variasi FEV1 >12% dan >200 mL pada setiap
rawat jalan (less reliable) kunjungan, di luar kasus infeksi respirasi
Anak: variasi FEV1 >12% atau PEF >15% (dapat termasuk
kasus infeksi respirasi)
GINA 2017
Typical spirometric tracings
Volume Flow
Normal
FEV1
Asthma
(after BD)
Normal
Asthma
(before BD) Asthma
(after BD)
Asthma
(before BD)
1 2 3 4 5 Volume
Time (seconds)
Note: Each FEV1 represents the highest of
three reproducible measurements
Ptekiae, epistaksis,
Pucat, lemah,
perdarahan gusi, Demam, infeksi
dispnea
menoragia
Lichtman MA, Segel GB. Aplastic anemia: acquired and inherited. In: Lichtman et al, editors. William’s hematology. 8th ed. New York: McGraw Hill; 2010. p.463-79
ACQUIRED APLASTIC ANEMIA - CAUSES
• Radiation • Immune diseases:
• Drugs and chemicals – eosinophilic fascitis
– chemotherapy – thymoma
– Benzene • Pregnancy
– Chloramphenicol: idiosyncratic; • PNH
sudden onset after several
months; 1 of every 20,000, • Marrow replacement:
irreversible – leukemia
– organophosphate – Myelofibrosis
• Viruses: – myelodysplasia
– CMV
– EBV
– Hep B, C,D
– HIV
CLINICAL FEATURES
RBC (anemia)
• Progressive and persistent pallor
• Anemia related symptoms
WBC (Leucopenia/neutropenia)
• Prone to infections - Pyodermas, OM, pneumonia, UTI, GI
infections, sepsis
Platelets (Thrombocytopenia)
• Petechiae, purpura, ecchymoses
• Hematemesis, hematuria, epistaxis, gingival bleed
• Intracranial bleed-headache, irritability, drowsiness, coma
Gold Standard
– leading eventually to
chronic gouty arthritis &
the appearance of tophi.
Inflamasi - + + +
Temuan Sendi Bouchard’s nodes Ulnar dev, Swan Kristal urat En bloc spine
Heberden’s nodes neck, Boutonniere enthesopathy
Perubahan Osteofit Osteopenia erosi Erosi
tulang erosi ankilosis
http://emedicine.medscape.com/article/216650-overview
Identifikasi Mikrobiologi
Empirical Therapy IE
Soal no.22-23
22. Seorang pasien laki-laki berusia 60 tahun,
datang untuk check up rutin. Dari
pemeriksaan didapatkan TD 160/90 mmHg,
pasien tidak ada keluhan. Kemudian
ditemukan benjolan di mata kaki kanan.
Dokter pun melakukan pemeriksaan
laboratorium, dengan hasil kadar asam urat
7,9 mg/dl, kreatinin serum 0,9. Obat apa
yang harus dihindari pada pasien ini?
Soal no.22
a. Paracetamol
b. Beta blocker
c. Diuretik
d. ARB
e. ACE inhibitor
Jawaban: C. Diuretik
Soal 22-23
23. Seorang laki-laki, 55 tahun, datang ke RS
untuk kontrol penyakit darah tingginya. Pasien
mengeluh jantungnya berdebar-debar dan otot
terasa lemah. Pasien sedang mengkonsumsi
obat perangsang kencing. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan gambaran jantung
membesar dan gelombang U yang prominen
pada EKG. Apakah efek samping obat yang
paling mungkin di alami?
Soal no.23
a. Hipokalemi
b. Hiponatremi
c. Hipokalsemia
d. Hipomagnesia
e. Defisiensi besi
Jawaban: A. Hipokalemia
22-23. Diuretik
22-23. Diuretik
• Adverse effects of sulfonamide
type (CA inhibitor, thiazide, loop)
diuretics:
– hypokalemia is a consequence of
excessive K+ loss in the terminal
segments of the distal tubules
where increased amounts of Na+
are available for exchange with
K+
– hyperglycemia and glycosuria
– Hyperuricemia: increase in
serum urate levels may
precipitate gout in predisposed
patients.
– Sulfonamide diuretics compete
with urate for the tubular organic
anion secretory system.
Symptoms:
• Muscle
weakness
• Ileus
• Respiratory
failure
• Arythmia
(prolonged
QT interval)
• ECG: U wave
• Glucose
intolerance
Soal no.24
• Seorang perempuan usia 50 tahun datang
dengan keluhan kepala pusing sejak 3 jam.
Pasien memiliki riwayat hipertensi. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan pasien obesitas.
Tekanan darah 200/110 mmhg, nadi
90x/menit, respirasi 24x/menit dan suhu
37,5C. Pemeriksaan jantung didapatkan batas
kiri bawah jantung terletak di intercosta V, 1
cm lateralis linea midclavicularis. Apakah
diagnosis yang tepat?
Soal no.24
a. Hipertensi urgensi
b. Hipertensi emergensi
c. Hipertensi derajat 1
d. Hipertensi derajat 2
e. Hipertensi sekunder
• Klasifikasi
Hipertensi darurat (HT Emergensi) TD sangat tinggi,
terdapat kelainan/kerusakan organ target yg bersifat
progresif.
Hipertensi mendesak (HT urgensi) TD sangat tinggi
tanpa disertai kelainan organ target yg bersifat
progresif.
Krisis Hipertensi
Contoh HT Emergensi
• Ensefalopati hipertensi
• Hipertensi diasosiasikan
dengan perdarahan
intrakanial
• Hipertensi diasosiakan
dengan stroke
• hipertensi maligna
terakselerasi
• gagal jantung kiri akut
• krisis adrenergik
• Diseksi aneurisma aorta
• Eklampsia
• krisis feokromositoma.
Tatalaksana HT Emergensi
• Kegawatan hipertensi membutuhkan penurunan TD yang cepat,
biasanya dalam Waktu 1 jam, dengan target penurunan TD rata-
rata 20-25% dan/atau target TDD 110-115 mmHg.
• Bila target penurunan ini dapat dicapai dan kondisi pasien stabil,
penurunan tekanan darah dapat dilanjutkan sampai normal dalam
12-24 jam berikutnya.
• Penurunan TD terialu cepat atau terlalu rendah akan memperburuk
aliran darah ke organ target.
• Pada kasus diseksi aorta, target tekanan lebih rendah dengan waktu
• pencapaian yang lebih singkat.
• Obat anti-hipertensi yang ideal untuk KH adalah obat parenteral
yang bekerja cepat, mudah di titrasi dengan efek samping minimal.
• Obat yang dipilih disesuaikan dengan penyakit penyerta yang ada
serta organ target yang terkena.
Tatalaksana
Tatalaksana
Soal no.25
• Seorang pasien laki-laki usia 30 tahun datang ke poli umum suatu
RS dengan keluhan utama sesak nafas disertai batuk-batuk dengan
sputum produktif / banyak sejak 2-3 minggu yang lalu. Batuk-batuk
awalnya dirasakan sejak 3 minggu yang lalu. Demam dirasakan
hanya pada saat 3 hari pertama sebelum sesak nafas timbul. Sesak
nafas kemudian berkurang setelah minum obat anti demam. Gejala
ini sudah pernah juga terjadi 2 tahun yang lalu. Pada saat ini
dirasakan BB tidak dirasakan menurun. Pasien termasuk perokok
dengan jumlah 3-5 batang rokok /hari dan selama batuk dengan
sesak nafas ini pasien tidak merokok lagi. Pada pemeriksaan hasil
Rontgen Paru didapatkan gambaran corakan bronkovesikuler yang
meningkat. Tidak ditemukan infiltrat di lapangan kedua lobus paru.
Hasil pemeriksaan darah rutin ditemukan leukositosis ringan
11.600/mm3. LED 20. Menurut anda apakah diagnosis klinis pasien
diatas jika pasien memiliki riwayat keturunan defisiensi alfa 1
antitripsin?
Soal no.25
a. Bronkitis kronik
b. Bronkiektasi
c. Asma bronkial
d. Emfisema
e. Bronkitis kronik dengan Emfisema
• Definition:
B-cell malignancy characterised
by abnormal proliferation of
plasma cells able to produce a
monoclonal immunoglobulin
(M protein )
• Incidence:
3 - 9 cases per 100000
population / year
more frequent in elderly
modest male
predominance
26. Multiple Myeloma
Clinical symptoms: Laboratory tests:
• ESR > 100
• anaemia, thrombocytopenia
• bone pains, • rouleaux in peripheral blood
pathologic fractures smears
• weakness and fatigue • marrow plasmacytosis > 10
-15%
• serious infection
• hyperproteinemia
• renal failure • hypercalcemia
• bleeding diathesis • proteinuria
• azotemia
26. Multiple Myeloma
Soal no.27
• Seorang laki – laki berusia 30 tahun datang ke
UGD RS dengan keluhan nyeri pinggang kanan
sejak dua hari yang lalu. Keluhan disertai
dengan panas badan, nyeri ketika buang air
kecil, mual dan muntah. Hasil pemeriksaan
fisik menunjukan suhu 38,5C, tanda vital lain
dalam batas normal. Nyeri ketok
Costovertebral Angel (CVA) + pada pinggang
kanan. Apakah terapi yang paling tepat?
Soal no.27
a. Amoksisilin
b. Azitromisin
c. Ciproflosasin
d. Metronidazole
e. Streptomisin
Jawaban: C. Ciprofloksasin
27. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
27. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
• Rute infeksi saluran kemih:
Ascending
• kolonisasi uretra, lalu infeksi menyebar ke atas
Hematogen
• bakteri ke ginjal berasal dari bakteremia
Limfogen
•dari abses retroperitoneal atau infeksi intestin
27. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
27. Pielonefritis Akut
• Trias gejala pielonefritis: demam, nyeri ketok CVA, mual/
muntah.
• Pemeriksaan penunjang:
– Urinalisis: didapatkan pyuria (>5-10 leukosit/LPB, aatau
didapatkan esterase leukosit yang positif.
– Pemeriksaan radiologi umumnya tidak dibutuhkan untuk
menegakka diagnosis, kecuali pada gejala yang tidak khas, atau
pada pasien yang tidak respons terhadap terapi.
• Untuk pasien dengan respons yang cepat (demam & gejala hilang di awal
terapi), terapi dapat dibatasi selama 7-10 hari.
• Pada laki-laki muda (< 35 tahun), sebaiknya fluoroquinolone diteruskan
hingga 14 hari. Karena risiko aktivitas seksual lebih aktif.
• Pada beberapa penelitian pemberian golongan β-lactam kurang dari 14 hari
berkaitan dengan angka kegagalan yang tinggi.
• Satu penelitian menunjukkan keunggulan siprofloksasin selama 7 hari
dibandingkan TMP-SMX selama 14 hari.
Comprehensive cllinicall nephrology. 5th ed. 2015
Soal no.28
• Tn. Ahmad, 37 tahun, datang dengan keluhan
nyeri perut. Pasien memiliki riwayat pasca
operasi karena fraktur tulang paha. Pasien
sempat diberi 3 macam antibiotic selama 2
minggu terakhir. Pada saat ini pasien
mengeluh BAB berdarah dan pemeriksaan
lebih lanjut menemukan selaput
pseudomembran di kolon. Apakah penyebab
keluhan pasien tersebut?
Soal no.28
a. Clostridium botulinum
b. Clostridium perfringen
c. Clostridium welchii
d. Clostridium Difficile
e. Clostridium tetani
V.Gastrica
brevis
3 Jalur Utama
Kolateral
Portosistemik
pada Sirosis
Hepatis dan
Komplikasinya
PVO (Pecahnya Varises Oesophagus)
• Salah satu komplikasi terbanyak ditemui pada
pasien gangguan hati, terutama sirosis hati
• 25-35% pasien sirosis hati varises oesophagus
• Diagnosis PVO:
– Tanda2 perdarahan saluran cerna bagian atas, mis:
hematemesis, melena, anemia, penurunan tekanan
darah
– Tanda2 sirosis hati, mis: caput medusae,
gynecomastia, dll.
Kusumobroto H. Penatalaksanaan perdarahan varises esophagus. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 5.Interna Publising; 2009. h.222-6
Tatalaksana PVO
OPTIMA MEDAN
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
ILMU
BEDAH
Soal no.31
• Anak laki-laki 3 tahun, bersama ibunya datang
ke puskesmas dengan keluhan kencing tidak
bisa lurus dan saat ereksi penis terlihat
melengkung. Pemeriksaan genital ditemukan
OUE terletak pada ventral penis. Apakah
diagnosis kasus diatas?
Soal no.31
a. Fimosis
b. Parafimosis
c. Epispadia
d. Hipopasdia
e. Fistula Uretra
Jawaban: D. Hipospadia
http://emedicine.medscape.com/article/1015227
31. Hipospadia
Hypospadia
• OUE berada pada ventral penis
• Three anatomical
characteristics
• An ectopic urethral
meatus
• An incomplete prepuce
• Chordee ventral
shortening and curvature
EpispadiaOUE berada di dorsum penis
• Penis lebar, pendek dan melengkung
keatas (dorsal chordee)
• Penis menempel pada tulang pelvis
• Tulang pelvis terpisah lebar
• Classification:
• the glans (glanular)
• along the shaft of the penis (penile)
• near the pubic bone (penopubic)
http://www.genitalsurgerybelgrade.com/urogenital_surgery
_detail.php?Epispadias-4
Soal no.32
• Laki-laki, 36 tahun, datang dengan keluhan
benjolan di submandibula 3 hari yang lalu.
Disertai dengan demam, nyeri, batuk dahak
kuning. Pemeriksaan fisik ditemukan
pembesaran jaringan limfoid multipel lunak
mobile nyeri tekan +, leukosit 17000, 39oC.
Pemeriksaan lain dalam batas normal.
Kemungkinan diagnosis?
Soal no.32
a. Limfoma
b. Limfadenitis bakterialis
c. Limfadenitis TB
d. Limfosarkoma
e. Struma
Jawaban: C. Osteomielitis
33. Osteomyelitis
• Osteomyelitis is an inflammation of bone caused by an
infecting organism.
• It may remain localized, or it may spread through the
bone to involve the marrow, cortex, periosteum, and
soft tissue surrounding the bone.
• Based on the duration and type of symptoms:
Local signs (Acute)
• Calor, rubor, dolor, tumor
• Heat, red, pain or tenderness, swelling
• Initially, the lesion is within the medually cavity,
there is no swelling, soft tissue is also normal.
• The merely sign is deep tenderness.
• Localized finger-tip tenderness is felt over or
around the metaphysis.
• It is necessary to palpate carefully all metaphysic
areas to determine local tenderness,
pseudoparalysis
X-ray findings
• X-ray films are negative within 1-2 weeks
• Careful comparison with the opposite side may
show abnormal soft tissue shadows.
• It must be stressed that x-ray appearances are
normal in the acute phase.
• There are little value in making the early
diagnosis.
• By the time there is x-ray evidence of bone
destruction, the patient has entered the chronic
phase of the disease.
SUBACUTE HEMATOGENOUS
OSTEOMYELITIS
• More insidious onset and lacks the severity of
symptoms
• Diagnosis typically is delayed for more than 2
weeks.
• a pathogen is identified only 60% of the time
• S. aureus and Staphylococcus epidermidis
• The diagnosis often must be established by an
open biopsy and culture
Subacute Osteomyelitis Classification
Brodie’s abcess
• Bone abscess containing pus or jelly like
granulation tissue surrounded by a zone
of sclerosis
• Age 11-20 yrs, metaphyseal area, usually
upper tibia or lower femur
• Deep boring pain, worse at night,
relieved by rest
• Circular or oval luscency surrounded by
zone of sclerosis
• Treatment:
– Conservative if no doubt - rest +
antibiotic for 6 wks.
– if no response – surgical evacuation &
curettage, if large cavity - packed with
cancellous bone graft
Chronic osteomyelitis
• If any of sequestrum, abscess cavity, sinus tract
or cloaca is present. (Dead bone is present)
Anal Atresia Anal opening (-), The anal opening in the wrong place,abdominal
distention, failed to pass meconium,meconium excretion from the fistula
(perineum, rectovagina, rectovesica, rectovestibuler).
Low lesionthe colon remains close to the skin stenosis anus, or the
rectum ending in a blind pouch.
High lesionthe colon is higher up in the pelvis fistula
Hypertrophic Hypertrophy and hyperplasia of the muscular layers of the pylorus
Pyloric functional gastric outlet obstruction
Stenosis Projectile vomiting, visible peristalsis, and a palpable pyloric tumor(Olive
Disorder Clinical Presentation
http://en.wikipedia.org/wiki/ http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth
Soal no.36
• Pasien laki-laki, 36 tahun, baru saja mengalami
kecelakaan lalu lintas. Pasien tampak gelisah,
BB=60kg, TD: 110/80, Nadi 110x/mnt, teraba
lemah, RR : 24x/ menit, suhu : 36,8OC. Akral
teraba dingin dan lembab. Pada pemeriksaan
fisik terlihat patahan tulang tungkai atas
kanan dengan perdarahan masif. Derajat
perdarahan pada pasien ini adalah…
Soal no.36
a. Derajat 1
b. Derajat 2
c. Derajat 3
d. Derajat 4
e. Derajat 5
Jawaban: B. Derajat 2
36. Klasifikasi Syok
Penyebab syok dapat diklasifikasikan • Syok obstruktif (gangguan kontraksi
sebagai berikut: jantung akibat di luar jantung):
• Syok kardiogenik (kegagalan kerja • (a) Tamponade jantung;
jantungnya sendiri)
• (b) Pneumotorak;
• (a) Penyakit jantung iskemik, seperti
infark • (c) Emboli paru.
• (b) Obat-obat yang mendepresi jantung; • Syok distributif (berkurangnya tahanan
• (c) Gangguan irama jantung. pembuluh darah perifer)
• Syok hipovolemik (berkurangnya • (a) Syok neurogenik;
volume sirkulasi darah):
• (b) Cedera medula spinalis atau batang
• (a) Kehilangan darah, misalnya
perdarahan; otak;
• (b) Kehilangan plasma, misalnya luka • (c) Syok anafilaksis;
bakar; • (d) Obat-obatan;
• (c) Dehidrasi: cairan yang masuk kurang • (e) Syok septik;
(misalnya puasa lama), cairan keluar
yang banyak (misalnya diare, muntah- • (f) Kombinasi, misalnya pada sepsis bisa
muntah, fistula, obstruksi usus dengan gagal jantung, hipovolemia, dan rendahnya
penumpukan cairan di lumen usus). tahanan pembuluh darah perifer.
Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah
Soal no.37
• Seorang laki-laki, 20 tahun, dibawa ke UGD
akibat benturan di dada kanan. Pasien
tampak sesak dan sianosis. TD: 70/50 mmHg,
RR: 40x/menit, pemeriksaan fisik: trakea
terdorong ke kiri, hemithorax kanan
tertinggal fremitus kanan lemah, hipersonor.
Diagnosis yang paling mungkin adalah…
Soal no.37
a. Efusi pleura
b. Atelektasis paru
c. Tension Pneumothorax
d. Pneumothorax
e. Hemothorax
1. Anamnesa
• Diare palsu atau “spurious diarrhoea”
• BAB berlendir
• Feses pipih seperti kotoran kambing
• Penurunan berat badan
• Perdarahan bercampur tinja
• Perbedaan gejala dan karsinoma kolorektal
berdasarkan letaknya
Kolon kanan Kolon kiri Rektum
Endoskopi
• Sigmoidoskopi
• Kolonoskopi
• Virtual colonoscopy (CT colonography)
Imaging Tehnik :
• MRI, CT scan, transrectal ultrasound
Pemeriksaan penunjang
Fecal Occult Blood Stool DNA (sDNA)
Lab Darah
Test (FOBT) test
• guaiac-based • Mendeteksi • DL
(gFOBT) adanya mutasi • LFT
• immunochemical gen • Tumor marker
tests (iFOBT) • Jika (+) CEA, CA 19-9
• Jika (+) disarankan untuk
disarankan untuk colonoscopy
colonoscopy
American Cancer Society. 2013. Colorectal Cancer. Atlanta Georgia
249
Pemeriksaan penunjang
MRI (Magnetic
Colon in loop Resonance Foto thorax
Imaging)
Positron Emission
CT Scan abdomen
Sigmoidoscopy Tomography
dengan kontras
(PET) scan
Colon in loop:
adenocarcinoma colon
Colonoscopy USG abdomen Angiography assending
(Fauci AS. Kasper DL. 2008)
250
Soal no.39
• Seorang wanita umur 50 tahun datang dengan
keluhan keluar cairan dari putting susu
disertai darah. Riwayat penggunaan
kontrasepsi oral dengan siklus menstruasi
normal. Pada pemeriksaan fisis tidak
didapatkan benjolan, tidak ada retraksi papil,
tidak ada pembesaran kelenjar. Diagnosis yang
tepat adalah…
Soal no.39
a. Papilloma intraduktal
b. Fibrokistik
c. FAM
d. Tumor phyloides
e. Mastitis
http://radiopaedia.org/ https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519539/
Pemeriksaan Radiologis
• Mammografi
• Biasanya gambaran normal
• Gambaran yang dapat ditemukan dilatasi duktus soliter maupun
multipel, massa jinak sirkumskripta (sering di subareola), atau
kalsifikasi.
• Galactography
• Gambaran abnormalitas ductus: filling defect, ectasia, obstruksi,
atau irregularitas. Tidak spesifik
• Dapat evaluasi jumlah, lokasi, penyebaran, dan jarak dari areola.
• USG
• Gambaran terlihat jelas sebagai nodul padat atau massa
intraduktal dapat pula berupa kista dalam duktus.
• Colour doppleruntuk melihat vaskularisasi.
http://radiopaedia.org/
Tatalaksana dan Prognosis
• Papilloma intraduktal solitereksisi
• Menurut komuniti dari College of American
Pathologist, wanita dengan lesi ini mempunyai
risiko 1,5 – 2 kali untuk terjadinya karsinoma
mammae.
Soal no.40
• Perempuan 69 tahun mengeluh perut
kembung, mulas, dan sudah tidak BAB serta
kentut sejak 3 hari yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan dinding perut
membuncit, auskultasi peristaltik bertambah,
metallic sound (+), perkusi hipertimpani.
Tampak benjolan di regio inguinal kanan.
Pasien didiagnosis hernia inguinal lateral
dekstra inkarserata. Dilakukan foto abdomen
3 posisi, hasil yang mungkin muncul adalah...
Soal no.40
a. Apple core sign
b. Step ladder sign
c. String sign
d. Bird’s beak appearance
e. Psoas line kabur
Jawaban: B. Hidrokel
41. Hydrocele
Soal no.42
• Anak laki-laki, 7 tahun, datang dengan keluhan
demam berturut-turut sejak 2 hari yang lalu.
Dua minggu sebelumnya pasien jatuh dan
terdapat luka pada lutut kirinya. Pemeriksaan
lokal lutut kiri tampak hiperemis, bengkak,
dan nyeri. Pemeriksaan apa yang dilakukan
untuk mengetahui diagnosis?
Soal no.42
a. Rontgen
b. Biopsi
c. CT Scan
d. Aspirasi cairan sendi
e. Darah rutin
• Infeksi synovium
dan cairan synovial
• Ditemukan pada semua umur
• Sendi panggul (anak-anak)
• Sendi lutut (dewasa) Sering }
https://medicine.med.unc.edu
Etiologi
• S. aureus → pada semua umur
• H. influenzae → 6 bulan – 5 thn
• N. gonorrhoeae → >10 tahun, dewasa (populasi barat)
• Gram negative bacilli → imunodefisiensi, prosedur invasif
pada sistem gastrointestinal dan saluran kemih, geriatri,
pasien dengan gagal ginjal, kelainan sendi kronik, dan
diabetes.
• S. epidermidis → Prosthetic joint
• S. aureus/Pseudomonas → i.v. drug use
• S. pneumoniae → Alcoholism, pneumonia, meningitis
• L. monocytogenes → Immune deficiency
• Atypical mycobacteria → Chronic infection
https://medicine.med.unc.edu
Patogenesis
• Penyebaran hematogen
• Penyebaran melalui jaringan sekitar
• Inokulasi langsung (aspirasi/arthrotomy)
*Penyakit rematik dapat menjadi penyakit
yang mendasari septik arttritis
-Struktur sendi abnormal
-Penggunaan steroid (abnormal phagocytosis…)
*DM, immune def, hematological diseases, trauma,
systemic infections…
https://medicine.med.unc.edu
Gejala Klinis
• Riwayat trauma atau infeksi sebelumnya
• Sering mengenai sendi panggul dan lutut
• Sendi sakroiliaka dapat terinfeksi pada
brucellosis
• Interphalangeal joints: human and
animal bites
• Demam, malaise, anoreksia, nausea
• Inflamasi lokal
https://medicine.med.unc.edu
Pemeriksaan Penunjang
• Synovial fluid sampling:
• >50.000 leukocytes/ml, (crystal arthropathies and RA)
• Leukocytes <50.000/ml (Malignancy, steroid use)
• Gram staining and culture: Gram-positive bacteria 60%,
Gram-negative bacteria 40%
• Blood culture / urethral discharge culture
• Yield rate of microorganism 70%
• Antigen detection (S. pyogenes, S. pneumoniae, H.
influenzae)
• PCR (B. burgdorferi, N. gonorrhoeae)
• Leukocytosis, ESR, and CRP increase
• Pemeriksaan Radiologis
Graft’s Textbook of Routine Urinalysis and Body Fluids
Tatalaksana
• <5 year-old: 2nd and 3rd generation cephalosporins
• >5 year-old and adults: cefazolin, 2nd gen. cephalosporins
• S. aureus→cefazolin/vancomycin
• Adults: ciprofloxacin+rifampin
• N. gonorrhoeae→cefriaxone,
• Gram-negative bacilli→3rd gen. cephalosporin+ aminoglycoside
• Gram-positive
– Streptococcus, methicillin-sensitive staphylococcus
• Cefazolin 3x2 gram, Sulbactam/ampicillin 4x2 gram
– Meticillin-resistant staphylococcus
• Vancomycin 2x1 gram
• Gram-negative
– Ceftriaxone 1x2 gram
Tatalaksana
Jawaban: B. Priapismus
43. Priapism - definition/background
• Ereksi penis/klitoris yang persisten dan nyeri
tanpa keinginan seksual (purposeless erection)
• Seringkali idiopatik
• Dapat berkaitan dengan beberapa penyakit
sistemik
• Terkadang terlihat setelah penyuntikan intra-
cavernosal
Priapism - causes
• Psychotropic drugs • calcium-channel
– phenothiazines blockers
– butyrophenones • anti-coagulants
• hydralazine • tamoxifen
• prazosin, labetolol, • omeprazole
phentolamine and • hydroxyzine
other -blockers
• cocaine, marijuana, and
• testosterone ethanol
• metoclopramide
http://emedicine.medscape.com/article/ http://en.wikipedia.org/wiki/
Diagnosis Banding
Disorders Clinical
Fimosis Inability to retract the distal foreskin over the glans penis
Parafimosis Entrapment of a retracted foreskin behind the coronal
sulcus
Peyronie’s Chronic Inflammation of the Tunica Albuginea (CITA), is a
disease connective tissue disorder involving the growth of fibrous
plaques, causing pain, abnormal curvature, erectile
dysfunction, indentation, loss of girth and shortening
Detumescen Detumescence is the reversal of erection, by which blood
ce erection leaves the erectile tissue, returning to the flaccid state
Soal no.44
• Wanita, 24 tahun, datang ke IGD sebagai
korban kebakaran 20 menit yang lalu,
kebakaran disebabkan kompor yg meledak,
pasien terperangkap di dalam dapur tempat
kompor meledak selama 15 menit. Luka bakar
tampak pada kedua alis, hidung, lengan
kanan dan kiri, dada depan, dan perut depan.
Sebagian luka bakar berupa bula dan sebagian
seperli lilin. Apa komplikasi penyebab
kematian?
Soal no.44
a. Fraktur costae
b. Trauma thorax
c. Trauma inhalasi
d. Trauma abdomen
e. Syok hipovolemik
Jawaban: E. Vesikulolitiasis
45. Batu Saluran Kemih Pada Anak
• Predisposisi
– penurunan jumlah air kemih,
– hiperkalsiuria,
– pengeluaran pirofosfat didalam urin atau natrium dan
magnesium,
– PH urin yang rendah/tinggi
– Berkaitan dengan gangguan metabolism
• Gejala klinis
– Rasa nyeri intens yang tiba-tiba terjadi di belakang dan
memancar ke bawah, terpusat menuju perut bagian bawah atau
pangkal paha.
– Hematuria, biasanya makroskopis (gross hematuria), terjadi
dengan atau tanpa rasa sakit.
• Nefrolitiasis (batu ginjal)
– Sering asimptomatik, Nyeri kolik bila ada dapat menjalar sampai
kuadran lateral bawah dinding perut
• Ureterolitiasis
– nyeri dimulai pada daerah pinggang dan menjalar ke arah testis,
disertai mual atau muntah, keringat dingin, pucat
• Vesikolitiasis (batu buli-buli)
– Rasa nyeri waktu berkemih (disuria, stranguria). Hematuria
kadang-kadang disertai urin keruh.
– Pancaran urin tiba-tiba berhenti dan keluar lagi pada perubahan
posisi.
– Pada anak, nyeri miksi ditandai oleh kesakitan, menagis,
menarik-narik penis, miksi mengedan sering diikuti defekasi
atau prolapsus ani
Soal no.46
• Pasien 48, tahun, merasa tangan kanan tidak
dapat memegang sapu. Pada malam hari siku
terasa sakit walaupun tidak ada aktivitas. Sakit
terasa setelah bermain tenis 5 hari yang lalu.
PF: edema dan eritema pada siku. Otot mana
yang terkena?
Soal no.46
a. Flexor digitorum ulnaris
b. Extensor carpi radialis brevis
c. Flexor carpi ulnaris
d. Pronator teres
e. Triceps brachii
Uptodate.2018
Golfer’s elbow (medial epicondylitis)
Examination
• Localized tenderness over the
medial epicondyle and proximal
wrist flexor muscle mass (the
ulnar nerve/ulnar groove and
medial collateral ligament should
not be tender)
• Pain with resisted wrist flexion
with the elbow in full extension • Pain with passive terminal wrist
extension with the elbow in full
extension
Uptodate.2018
Soal no.47
• Perempuan datang dengan keluhan bengkak
di jari telunjuk tangan kiri. Jari tersebut
tertusuk duri saat berkebun 2 hari lalu. Tanda
vital normal. Status lokalis di ujung jari
telunjuk tangan kiri tampak benjolan
hiperemis, diameter 2cm, & fluktuatif.
Diagnosis yang paling mungkin adalah…
Soal no.47
a. Felon disease
b. Parokinia
c. Selulitis
d. Abses subkutan
e. Tenosinovitis supuratif
• Jawaban: A. E. Coli
48. Prostatitis
• Incidence/prevalence: 4% -11%
• 8-12% of urologist office visits
• Life time prevalence 14.8%
• most common urological diagnosis in men <50
• Quality of Life is dismal (depressing) !
Aetiology
• Jawaban: B. Invertogram
49. Malformasi Kongenital
invertogram Intussusception Hirschprung
Classifcation:
• A low lesion
– colon remains close to the skin
– stenosis (narrowing) of the anus
– anus may be missing altogether,
with the rectum ending in a blind
pouch
• A high lesion
– the colon is higher up in the pelvis
– fistula connecting the rectum and
the bladder, urethra or the vagina
• A persistent cloaca
– rectum, vagina and urinary tract
are joined into a single channel
http://emedicine.medscape.com/ Learningradiology.om Duodenal atresia
volvulus
Soal no.50
• Seorang laki-laki ke IGD dengan keluhan sesak
nafas dan riwayat kecelakaan lalu lintas.
Pemeriksaan fisik TD 120/80mmHg, nadi
100x/mnt, RR 28x/mnt, suhu 36.5OC. Pada
auskultasi ada bising supraclavicula. Pada
pemeriksaan fisis ditemukan fraktur terbuka
pada kaki dan paha dengan perdarahan. Tiba-
tiba napas pasien berhenti. Apa tindakan
awal dilakukan?
Soal no.50
a. DC shock
b. Pemasangan infus
c. Pemeriksaan ekg
d. Pasang ventilator
e. Resusitasi jantung paru
E. Exposure/Environment
1. Buka pakaian penderita, periksa jejas
2. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan
tempatkan pada ruangan yang cukup hangat.
ATLS Coursed 9th Edition
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
Soal no.51
• Seorang laki-laki, 22 tahun, mengeluhkan
nyeri pada testis sebelah kiri yang dirasakan
ketika bangun tidur. Pemeriksaan fisik TD
110/80mmHg, Nadi 78x/ menit, RR 20x/
menit, Suhu 36OC, nyeri tekan (+), edema (+).
Diagnosis yang paling mungkin?
Soal no.51
a. Hidrokel
b. Varikokel
c. Torsio Testis
d. Kista Testis
e. Ca Testis
Hematom Subkapsular
Ginjal Normal
CT Scan contrast
Trauma ginjal grade II
Hematom Perirenal
CT Scan contrast
Trauma ginjal grade III
Huruf U: menggambarkan
eksravasi urine ke peritoneal
CT Scan contrast
Trauma ginjal grade V
• Jawaban: A. Lipoma
54. Lipoma
Soal no.55
• Laki-laki, 30 tahun, digigit oleh anjing sekitar
30 menit yang lalu. Pada pemeriksaan
didapatkan vulnus morsum di region cruris
sinistra. Penatalaksanaan awal yang tepat
adalah…
Soal no.55
a. Injeksi antibiotik
b. Bersihkan luka dengan alkohol
c. Cuci luka dengan air bersih dan sabun
d. Injeksi ATS
e. Injeksi Anti-Rabies
• Stadium Sensoris
– Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka. Kemudian disusul
dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensorik.
• Stadium Eksitasi
– Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala hiperhidrosis, hipersalivasi,
hiperlakrimasi, dan pupil dilatasi.
– Adanya macam-macam fobi, yang sangat terkenal diantaranya ialah hidrofobi.
– Kontraksi otot-otot faring dan otot-otot pernapasan dapat ditimbulkan oleh rangsang sensorik
seperti meniupkan udara ke muka penderita atau dengan menjatuhkan sinar ke mata atau dengan
menepuk tangan di dekat telinga penderita.
– Pada stadium ini dapat terjadi apnoe, sianosis, konvulsi, dan takikardi.
– Gejala-gejala eksitasi ini dapat terus berlangsung sampai penderita meninggal, tetapi pada saat
dekat kematian justru lebih sering terjadi otot-otot melemah, hingga terjadi paresis flaksid otot-otot.
• Stadium Paralis
– Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadang-kadang ditemukan juga
kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena
gangguan sumsum tulang belakang, yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.
Tatalaksana
• Setiap ada kasus gigitan hewan menular rabies harus ditangani
dengan cepat dan sesegera mungkin.
• Untuk mengurangi/mematikan virus rabies yang masuk pada luka
gigitan, usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan
air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau deterjen selama 10-15
menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat
merah dan lain-lain).
• Bila memang perlu sekali untuk dijahit (jahitan situasi), maka diberi
Serum Anti Rabies (SAR) sesuai dengan dosis, yang disuntikan
secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin dan sisanya
disuntikan secara intra muskuler.
• Dipertimbangkan perlu tidaknya pemberian serum/vaksin anti
tetanus, antibiotik untuk mencegah infeksi dan pemberian
analgetik.
Soal no.56
• Seorang pria jatuh dari motor satu hari lalu
dengan bertumpu pada tangannya.
Pemeriksaan fisik didapatkan kanavel sign (+)
pada digiti II manus dextra. Kemungkinan
diagnosis ialah...
Soal no.56
a. Flexor tenosynovitis
b. Mononeuropati
c. De quervain tendinis
d. Carpal Tunnel syndrome
e. Bursitis
https://www.orthobullets.com/hand/6105/pyogenic-flexor-tenosynovitis
Diagnosis flexor tenosynovitis
• Bengkak dan nyeri
• Kanavel sign
https://www.orthobullets.com/hand/6105/pyogenic-flexor-tenosynovitis
Tatalaksana Flexor Tenosynovitis
https://emedicine.medscape.com/article/2189339-treatment#d11
Diagnosis banding
De Quervain tenosynovitis
• Jawaban: B. Timolol
Soal no.58
Seorang perempuan usia 19 tahun datang ke
poliklinik RS dengan keluhan mata kanan merah
sejak 3 hari yang lalu. Terdapat riwayat terkena
lemparan bola kasti. Hasil pemeriksaan fisik,
visus OD 6/60, OS 6/6, conjungtiva bulbi
hiperemis, kornea jernih, pada camera oculi
anterior didapatkan darah yang mengisi 3/4
COA. Segmen anterior dan segmen posterior
mata dalam batas normal. Termasuk Grade
berapakah kasus tersebut?
Soal no.58
a. Grade 1
b. Grade 2
c. Grade 3
d. Grade 4
e. Grade 5
• Jawaban: C. Grade 3
57-58. Hifema
Darah di bilik mata anterior
• Jawaban: C. Ambliopia
61. Anisometropia
No. Terms Definition
1 Antimetropia a sub‐classification of anisometropia, is a rare refractive
condition in which one eye is myopic and the fellow eye is
hyperopic
2 Anisometropia unequal, uncorrected refractive error (e.g., astigmatism > 1.50
D; hyperopia > 1.00 D; myopia > than 3.00 D
3 Anisekonia It is a binocular condition, so the image in one eye is perceived
(unequal as different in size compared to the image in the other eye.
images)
4 Myopia Near-sightedness, also known as short-sightedness
and myopia, is a condition of the eye where light focuses in
front of, instead of on, the retina.
5 Amblyopia The medical term used when the vision in one of the eyes is
reduced because the eye and the brain are not working
together properly. The eye itself looks normal, but it is not
being used normally because the brain is favoring the other
eye. This condition is also sometimes called lazy eye
Amblyopia
• Amblyopia is usually a unilateral, or rarely bilateral,reduction in
visual acuity, in which the best corrected visual acuity is poorer than
20/20 in the absence of any obvious structural anomalies or ocular
disease
• Functional amblyopia, which occurs before 6-8 years of age, is
attributable to form deprivation, anisometropia, or strabismus
• Risk Factor :
– Strabismus
– Significant refractive error
– Physical obstruction along the line of sight
– Prematurity/low birth weight
– Retinopathy of prematurity
– Cerebral palsy
– Mental retardation
– Family history of anisometropia, isoametropia, strabismus, amblyopia,
or congenital cataracts
– Maternal smoking, use of drugs, alcohol
– Extraocular muscle surgery for early-onset of esotropia
AOA. Care of Patient with Ambliopia.
Classification
1. Form Deprivation Amblyopia
– Caused by a physical obstruction (e.g., congenital or
traumatic cataract, corneal opacities, prolonged
uncontrolled occlusion therapy)
2. Refractive Amblyopia
– Isoametropic amblyopia is caused by high, but equal,
uncorrected refractive error (e.g., astigmatism > 2.50 D;
hyperopia > than 5.00 D; myopia > 8.00D)
– Anisometropic amblyopia is caused by unequal,
uncorrected refractive error (e.g., astigmatism > 1.50 D;
hyperopia > 1.00 D; myopia > than 3.00 D)
3. Strabismic Amblyopia
– Caused by early onset of constant unilateral strabismus
AOA. Care of Patient with Ambliopia.
Clinical Manifestation and
Complication
• Signs and symptoms may include, but are not limited to:
– Reduced vision in one or both eyes
– Decrease in stereopsis
– Constant unilateral strabismus
– Suppression
– Eccentric fixation
– Visual perceptual skills deficit
– Early learning problems
• Complications of untreated amblyopia may include, but are not
limited to:
– Progressive reduction of visual acuity
– Poor vision development
– Increased risk for loss of vision in better eye
– Later onset of strabismus
Jawaban: D. Blefarospasme
62. Blepharospasm
• Blepharospasm is a focal dystonia
characterized by repetitive, sustained
contractions of the orbicularis oculi
and frontalis muscles.
• Clinical features of blepharospasm
include
– involuntary eye closing
aggravated by bright lights,wind,
pollution, smoke, emotional
stress, fatigue.
– This eye closing may interfere
with reading, driving, watching
television, and other visual
activities, and is rarely associated
with retro-orbital pain.
Epikantus
• Lipatan kelopak mata
yang menutupi hingga
bagian kantus medial
• biasanya terjadi pada
kelainan genetik,
seperti Sindrom Down.
https://medlineplus.gov/ency/imagepages/
17169.htm
Soal no.63
• Laki-laki usia 50 tahun penderita mengeluh pandangan
kedua matanya kabur perlahan-lahan, tidak disertai
nyeri maupun mata merah sejak 4 bulan sebelumnya.
Sejak 4 bulan yang lalu pasien didiagnosis hipertensi
dan sudah diberikan terapi yang sesuai. Penderita
sudah periksa ke optik tetapi penglihatan tetap kabur.
Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan visus
terbaik setelah koreksi (BCVA) OD 5/60 dan OS 6/60,
segmen anterior dalam batas normal, funduskopi ODS
didapatkan batas papil nervus optikus kabur, dan
tampak perdarahan flame shape di retina. Diagnosis
pasien ini adalah ...
Soal no.63
a. Proliferative diabetic retinopathy
b. Non proliferative diabetic retinopathy
c. Central retinal vein occlusion
d. Central retinal artery occlusion
e. Hypertensive retinopathy
Oklusi Penyumbataan arteri sentralis retina dapat disebabkan oleh radang arteri,
arteri thrombus dan emboli pada arteri, spsame pembuluh darah, akibat terlambatnya
sentral pengaliran darah, giant cell arthritis, penyakit kolagen, kelainan hiperkoagulasi,
retina sifilis dan trauma. Secara oftalmoskopis, retina superficial mengalami pengeruhan
kecuali di foveola yang memperlihatkan bercak merah cherry (cherry red spot).
Penglihatan kabur yang hilang timbul tanpa disertai rasa sakit dan kemudian gelap
menetap. Penurunan visus mendadak biasanya disebabkan oleh emboli
Oklusi vena Kelainan retina akibat sumbatan akut vena retina sentral yang ditandai dengan
sentral penglihatan hilang mendadak.
retina Vena dilatasi dan berkelok, Perdarahan dot dan flame shaped , Perdarahan masif
pada ke 4 kuadran , Cotton wool spot, dapat disertai dengan atau tanpa edema
papil
Ablatio suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE).
retina Gejala:floaters, photopsia/light flashes, penurunan tajam penglihatan, ada
semacam tirai tipis berbentuk parabola yang naik perlahan-lahan dari mulai
bagian bawah hingga menutup
Retinopati suatu kondisi dengan karakteristik perubahan vaskularisasi retina pada populasi
hipertensi yang menderita hipertensi. Mata tenang visus turun perlahan dengan tanda AV
crossing – cotton wol spot- hingga edema papil; copperwire; silverwire
Soal no.64
• Laki-laki, 30 tahun, mengeluh mata kiri merah
diisertai nyeri dan pandangan buram.
Terdapat pula riwayat pusing dan demam. PF
OD :visus 6/6, segmen anterior normal. OS:
visus 6/12, vesikel di sekitar kelopak mata,
palpebra hiperemis, konjungtiva hiperemis,
kemosis, kornea lesi dendritik, sensibilitas
menurun. Diagnosis pada pasien ini adalah…
Soal no.64
a. Herpes simpleks oftalmikus
b. Keratitis mikosis
c. Herpes zoster oftalmikus
d. Keratitis bakteri
e. Keratitis pungtata
Keratitis varicella
• Bentuk infeksi primer pada mata dari virus Varicella
• Ciri khas: lesi pseudodendritik disertai lesi pada stroma kornea
dan uveitis
Keratitis marginal
• Keratitis non infeksius, sekunder setelah konjungtivitis bakteri, terutama Staphylococcus
• Keratitis ini merupakan hasil dari sensitisasi tubuh terhadap produk bakteri. Antibodi dari
pembuluh darah di limbus bereaksi dgn antigen yang terdifusi ke dalam epitel kornea
Keratitis bakteri
• Biasanya unilateral, terjadi pd org dengan penyakit mata sebelumnya atau mata
org yang menggunakan kontak lens
• Infiltrat stroma berwarna putih, edema stroma, pembentukan hipopion
Soal no.65
• Seorang anak usia 14 tahun datang dengan
keluhan jatuh, mata kiri terbentur meja.
Tampak kelopak mata kiri bengkak kebiruan
dan kemerahan pada mata kiri. Dari
pemeriksaan didapatkan hematom palpebra
kiri, perdarahan subkonjungtiva kiri dan
kornea keruh, terdapat hifema kurang dari 1
mm. Penatalaksanaan yang tepat untuk pasien
tersebut …
Soal no.65
a. Istirahat semi fowler +kloramfenikol
b. Istirahat semi fowler+siklopegik
c. Istirahat semi fowler+timolol
d. Istirahat tirah baring + kloramfenikol
e. Istirahat tirah baring + siklopegik
Ruptur Koroid Trauma keras yang mengakibatkan ruptur Perdarahan subretina, visus turun dengan sangat, bila
koroid perdarahan subretina, biasanya darah telah terabsorpsi maka daerah ruptur akan tampak
terletak di posterior bola mata berwarna putih (daerah sklera)
Subluksasi Lensa berpindah tempat Penglihatan berkurang, pada iris tampak iridodenesis (iris
tampak bergetar atau bergoyang saat mata bergerak)
TRAUMA MATA
Kondisi Akibat trauma mata
Iridodialisis known as a coredialysis, is a localized may be asymptomatic and require no treatment, but
separation or tearing away of the iris those with larger dialyses may have corectopia
from its attachment to the ciliary body; (displacement of the pupil from its normal, central
usually caused by blunt trauma to the position) or polycoria (a pathological condition of the
eye eye characterized by more than one pupillary opening
in the iris) and experience monocular diplopia, glare, or
photophobia
Hifema Blood in the front (anterior) chamber of Treatment :elevating the head at night, wearing an
the eyea reddish tinge, or a small patch and shield, and controlling any increase in
pool of blood at the bottom of the iris intraocular pressure. Surgery if non- resolving hyphema
or in the cornea. or high IOP
May partially or completely block Complication: rebleeding, peripheral anterior
vision. synechiea, atrophy optic nerve, glaucoma (months or
The most common causes of hyphema years after due to angle closure)
are intraocular surgery, blunt
trauma, and lacerating trauma
The main goals of treatment are to
decrease the risk of rebleeding within
the eye, corneal blood staining, and
atrophy of the optic nerve.
Traumatic hyphema
Soal no.66
• Pasien datang dengan gangguan penglihatan
bitemporal hemianopsia. Dimanakah letak
kerusakan pada pasien ini ?
Soal no.66
a. N.opticus
b. Ciasma opticus
c. Tractus opticus
d. radikulasio optikum
e. lobus oksipitalis
• Tunnel visionterjadi
kerusakan di nervus
optikus dan
penglihatan perifer
Bayonetting sign
Management of open Angle
Glaucoma
• IOP can be lowered by pharmacologi therapy, laser
therapy and/or surgery
• Pharmacologic therapy :
– Prostaglandin, beta blocker, agonist alpha adrenergic,
systemic carbonic anhidrase inhibitor, cholinergic agonist
• Laser therapy (trabeculoplasty)
– Increase aquos humor outflow and decrease IOP over a
period of two years or less
• Surgical therapy :
– Involves the creation of filtration bleb to allow egress of
aquos humor from the eye
Pharmacologic therapy
No. Drugs class Mechanism of action
1. Prostaglandin Increase aquos humor outflow increase in uveoscleral outflow, increase
(latanoprost, travoprost, trabecular outflow, regulate matrix metaloproteinase and remodelling of
bimatoprost) Extracellular matrix, widening connective tissue filled spaces and changes
in the shapes of cells.
DOC Topical prostaglandin are chosen over topical beta blocker and other class
of medication as initial therapy in open angle glaucoma
2. Beta blocker (timolol, Decreasing aquos humor production --> blockade of symphatetic nerve
levobunolol, endings in the cilliary epithelium
metipranolo)
3. Alpha adrenergic Increasing aquos humor outflow and decresasing the production. Simillary
agonist effective to beta blockers but are associated with a number ocular side
effect including allergic conjunctivitis, ocular pruritus, and hyperemia
4. Carbonic anhidrase Decreasing aquos humor production. Systemic CAI have been replaced by
inhibitor newer topical drugs whic have fewer systemic side effects. Topical CAI
(Acetazolamide) don`t appear to be as effective in treating open angle glaucoma compared
to other topical drugs.
5. Cholinergic agonist Increasing aquos humor outflow. Have fewer systemic side effect
compared to beta blocker, but ocular side effect is higher (myopia, small
pupils, visual distrubance related to coexistent cataract)
Soal no.68
• Pasien datang dengan keluhan penglihatan
kabur. Ada trauma sebelumnya. Tes
fluoresensi positif. COA terdapat cairan putih.
Apa diagnosis yang tepat?
Soal no.68
A. Ulkus kornea dengan hipopion
B. Keratitis
C. Erosi kornea
D. Uveitis anterior
E. Endoftalmitis
3 Pemeriksaan bermanfaat pada kelainan sistemik misalnya darah perifer lengkap, laju
laboratorium endap darah, serologi, urinalisis, dan antinuclear antibody
4 Optical coherence merupakan pemeriksaan non-invasif yang dapat memperlihatkan edema
tomography (OCT) makula, membran epiretina, dan sindrom traksi vitreomakula
5 USG B –scan sangat membantu memeriksa segmen posterior mata pada keadaan
media keruh misalnya pada katarak dan vitritis
6 Fundus fluoresen fotografi fundus yang dilakukan berurutan dengan cepat setelah injeksi
angiografi (FFA) zat warna natrium fluoresen (FNa) intravena.
FFA memberikan informasi mengenai sirkulasi pembuluh darah retina dan
koroid, detail epitel pigmen retina dan sirkulasi retina serta menilai
integritas pembuluh darah saat fluoresen bersirkulasi di koroid dan retina.
Penatalaksanaan Uveitis
• Prinsip penatalaksanaan uveitis
1. Menekan reaksi inflamasi
• Kortikosteroid topikal merupakan terapi pilihan untuk
mengurangi inflamasi : 1).prednisolon 0,5%,; 2).
prednisolon asetat 1%; 3). betametason 1% ; 4).
deksametason 0,1%, dan 5). fluorometolon 0,1%.
• Injeksi kortikosteroid periokular diberikan pada kasus yang membutuhkan
depo steroid dan menghindari efek samping kortikosteroid jangka panjang.
• Kortikosteroid sistemik diberikan untuk mengatasi uveitis berat atau uveitis
bilateral
• Imunosupresan dapat dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama pada
penyakit behcet, granulomatosis wegener, dan skleritis nekrotik karena
penyakit tersebut dapat mengancam jiwa. Imunosupresan dibagi menjadi
golongan antimetabolit, supresor sel T, dan sitotoksik.
2. Mencegah dan memperbaiki kerusakan struktur,
Sitompul R. Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalam Upaya Mencegah Kebutaan. Jurnal universitas Indonesia. Vol. 4, No. 1, April 2016
3. Memperbaiki fungsi penglihatan
• Terapi bedah diindikasikan untuk memperbaiki penglihatan.
• Operasi dilakukan pada kasus uveitis yang telah tenang
(teratasi) tetapi mengalami perubahan permanen akibat
komplikasi seperti katarak, glaukoma sekunder, dan ablasio
retina.
• Kortikosteroid diberikan 1-2 hari sebelum operasi dan steroid
intraokular atau periokular dapat diberikan pasca-operasi
• Vitrektomi ditujukan untuk memperbaiki tajam penglihatan
bila kekeruhan menetap setelah pengobatan.
4. Menghilangkan nyeri dan fotofobia.
• NSAID digunakan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi sedangkan
siklopegik diberikan untuk mencegah sinekia posterior.
• Obat yang diberikan adalah siklopentolat 0,5-2% dan homatropin
Sitompul R. Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalam Upaya Mencegah Kebutaan. Jurnal universitas Indonesia. Vol. 4, No. 1, April 2016
Soal no.70
• Laki-laki, berumur 70, mengeluh matanya
kabur sudah sejak setahun, seperti melihat
asap. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
nukleus lensa berada di bawah. Stadium
penyakit pasien adalah....
Soal no.70
a. Insipien
b. imatur
c. matur
d. hipermatur
e. absolut
Jawaban: D. Hipermatur
Ilmu Penyakit Mata Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006
KATARAK-SENILIS
• Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang • 4 stadium: insipien, imatur (In some patients, at
terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 this stage, lens may become swollen due to
tahun
continued hydration ‘intumescent cataract’),
matur, hipermatur
• Epidemiologi : 90% dari semua jenis katarak • Gejala : distorsi penglihatan, penglihatan
• Etiologi :belum diketahui secara pasti kabur/seperti berkabut/berasap, mata tenang
multifaktorial: • Penyulit : Glaukoma, uveitis
Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan • Tatalaksana : operasi (ICCE/ECCE)
pengaruh genetik
Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi
yang sangat kuat mempunyai efek buruk
terhadap serabu-serabut lensa.
Faktor imunologik
Gangguan yang bersifat lokal pada lensa,
seperti gangguan nutrisi, gangguan
permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi
cahaya matahari.
Gangguan metabolisme umum
Oxford American Handbook of Ophthalmology 2011
Oxford American Handbook of Ophthalmology 2011
Oxford American Handbook of Ophthalmology 2011
BEDAH KATARAK
Lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau
ekstrakapsular:
•Ekstraksi Katarak Intrakapsular (EKIK) :
Mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya
Tidak boleh dilakukan pada pasien usia <40thn, yang masih mempunyai
ligamen hialoidea kapsular
•Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular (EKEK):
Dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dapat keluar melalui robekan tersebut
Dilakukan pada pasien muda, dengan kelainan endotel, bersama-sama
keratoplasti, implantasi lensa intraokuler posterior, perencanaan implastasi
sekunder lensa intraokuler, kemungkinan akan dilakukan bedah glaukoma,
mata dengan predisposisi terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya pasien
mengalami ablasio retina, mata dengan makular edema, pasca bedah ablasi.
•Fakofragmentasi dan Fakoemulsifikasi : teknik ekstrakapsular menggunakan
getaran ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi
lumbus yang kecil
Olesen J et al. The International Classification of Headache Disorders 3rd edition. International Headache Society . 2013
Kriteria Diagnosis Migrain
https://www.medscape.com/viewarticle/446557_3
Penatalaksanaan Migrain
• Pada saat serangan pasien dianjurkan untuk menghindari stimulasi
sensoris berlebihan.
• Bila memungkinkan beristirahat di tempat gelap dan tenang dengan
dikompres dingin
Pengobatan Abortif :
1. Analgesik spesifik analgesik khusus untuk nyeri kepala.
– Lebih bermanfaat untuk kasus yang berat atau respon buruk dengan NSAID.
Contoh: Ergotamin, Dihydroergotamin, dan golongan Triptan (agonis selektif
reseptor serotonin / 5-HT1)
– Ergotamin dan DHE migren sedang sampai berat apabila analgesik non
spesifik kurang terlihat hasilnya atau memberi efek samping.
– Kombinasi ergotamin dengan kafein bertujuan untuk menambah absorpsi
ergotamin sebagai analgesik. Hindari pada kehamilan, hipertensi tidak
terkendali, penyakit serebrovaskuler serta gagal ginjal.
IDI. Panduan praktik klinis bagia dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer. Ed I.2013
2. Analgesik non-spesifik
Yakni: analgesik yang dapat digunakan pada nyeri selain nyeri kepala
Respon terapi dalam 2 jam (nyeri kepala residual ringan atau hilang
dalam 2 jam)
• Aspirin 600-900 mg + metoclopramide
• Asetaminofen 1000 mg
• Ibuprofen 200-400 mg
Chandhana S, Singh T. Primary Brain Tumors in Adult. (Am Fam Physician. 2008;77(10):1423-1430.
Tanda dan gejala tumor otak primer
Chandhana S, Singh T. Primary Brain Tumors in Adult. (Am Fam Physician. 2008;77(10):1423-1430.
Soal no 74
• Seorang wanita, usia 55 tahun, datang ke
puskesmas dengan keluhan nyeri di sekitar
pipi kanan hilang timbul seperti disayat pisau.
Serangan dirasakan saat mengunyah, dan
sikat gigi. Pada pemeriksaan fisik TD
130/80mmHg, nadi 78x/mnt, RR 24x/mnt,
suhu 37OC. Pemeriksaan neurologis DBN.
Diagnosis pasien tersebut adalah…
Soal no.74
a. Bell’s palsy
b. Vertigo
c. Arteritis temporal
d. Neuralgia trigeminal
e. Cluster headache
• Jawaban: B. C5-6
76. Cedera Pleksus Brakhialis
• Pleksus brakhialis
dibentuk oleh radiks C5
– T1
• Cedera pleksus
Brakhialis dapat dibagi
menjadi cedera pleksus
bagian atas dan bawah
Upper Brachial Plexus Injury – Erb’s Palsy
• Appearance: drooping, wasted shoulder; pronated and
extended limb hangs limply (“waiter’s tip palsy”)
• Loss of innervation to abductors, flexors, & lateral
rotators of shoulder and flexors & supinators of
elbow
• Loss of sensation to lateral aspect of UE
• More common; better prognosis
Netter 1997
Soal no.77
• Bayi baru lahir, mengalami kelainan pada
tulang belakangnya. Pada PF ditemukan
benjolan sebesar bola tenis pada vertebra
regio L2-L4. Pada benjolan ditemukan jaringan
saraf tanpa adanya jaringan yang menutupi.
Jenis kelainan yang dialami oleh bayi tersebut
adalah…
Soal no.77
a. Mieloskisis
b. Meningokel
c. Closed spinal dysphrapism
d. Spina bifida occulta
e. Mielomeningokel
•
• Jawaban: A. Mieloskisis
77. Spina Bifida
• Spina bifida berarti terbelahnya arcus vertebrae dan
bisa melibatkan jaringan saraf di bawahnya atau tidak.
• Spina bifida disebut juga myelodisplasia
– suatu keadaan dimana ada perkembangan abnormal pada
tulang belakang, spinal cord, saraf-saraf sekitar dan kantung
yang berisa cairan yang mengitari spinal cord.
• Kelainan ini menyebabkan pembentukan struktur yang
berkembang di luar tubuh
485
Spina Bifida Classifications
Several classifications that vary in
severity depending on location and
extent of opening
• Spina bifida occulta (Closed spinal dysraphism)
• Spina bifida aperta (Open spinal dysraphism)
A. Spina Bifida cystica
1. meningocele
2. Myelomenigocele
B. Myeloschisis
• Spina bifida ventralis
Spina bifida occulta – tethered spinal cord
• Often occurs later in life
• Caused by limitations of movement of the spinal cord within the
spinal column
• Patients often have low back pain, weakness in the legs, and/or
incontinence depending on the site of tethering
http://www.uwhealth.org/images
/ewebeditpro2/upload/6144_Fig
ure_1.jpg
Spina bifida cystica – meningocele
• The bony vertebra is open, part of the meninges is protruding
out of the spinal canal
• Since the spinal cord is not protruding, there is often normal
function
• Some cases of tethering have been reported
Spina bifida cystica – myelomeningocele
• The bony vertebra is open, part of the meninges and part or
all of the spinal cord is protruding out of the spinal canal
• Since the spinal cord is protruding, it is often not fully
developed
• Involved nerve roots are often not developed resulting in
weakness, pain, and/or paralysis
Meningomielokel
• bentuk spina bifida dimana jaringan saraf ikut di dalam
kantong tersebut.
• Bayi yang terkena akan mengalami paralisa di bagian bawah
• affected babies: leg paralysis and bladder and bowel control problems
490
Spina bifida ventralis – anterior opening
• Much less common than other forms of spina bifida
• Meningeal sac will protrude into the retroperitoneal space
and impinge on retroperitoneal organs such as the duodenum,
ascending/descending colon, kidneys, adrenal glands,
pancreas, aorta, and inferior vena cava
http://myweb.lsbu.ac.uk/dirt/museum/margaret/871-3398-2082230.jpg
Myeloschisis/rakiskisis
Soal no.78
• Perempuan, 70 tahun, datang diantar
keluarganya ke dokter praktek klinik dengan
keluhan tangan gemetar, bila berjalan
langkahnya kecil dan lambat serta cenderung
jatuh bila berjalan. Tampak wajah datar dan
air liur sering keluar. Apa diagnosanya?
Soal no.78
a. Stroke ischemic
b. Stroke non ischemic
c. Parkinson
d. Neuropati
e. Katalepsi
Jawaban: C. Parkinson
Parkinson Disease
Gejala dan Tanda Parkinson
Gejala awal tidak spesifik Gejala Spesifik
• Nyeri • Tremor
• Gangguan tidur • Sulit untuk berbalik badan
•Ansietas dan depresi di kasur
•Berpakaian menjadi lambat •Berjalan menyeret
•Berjalan lambat •Berbicara lebih lambat
• Autonomic neuropathy
515
Symmetric Polyneuropathy
• Bentuk paling lazim dari diabetic neuropathy
• Mengenai ekstremitas bawah distal dan
tangan (“stocking-glove” sensory loss)
• Gejala/tanda
– Nyeri, rasa terbakar pada feet, leg, hand, arm
– Numbness
– Tingling
– Paresthesia
516
Autonomic neuropathy
• Mengenai saraf otonom yang mengendalikan organ internal
– Genitouri
kontrol kandung kemih (43-87% DM1, 25% DM-2))
erectile dysfunction (35-90%)
– Gastrointestinal
Kesulitan menelan (50%) Konstipasi
GET turun (40%) Diare
– Kardiovaskular (50%)
HR cepat-tidak teratur
Hipertensi orthosatik
- Disfungsi sudomotor - kulit kaki kering
- Gagal merespons - hipoglikemia 517
Mononeuropathy
• Peripheral mononeuropathy
– Saraf tunggal rusak karena kompresi atau iskemia
– Terjadi pada wrist (carpal tunnel syndrome), elbow, atau foot (unilateral
foot drop)
– Gejala
• numbness
• edema
• nyeri
• Prickling
• Cranial mononeuropathy
– Mempengaruhi saraf III, IV dan VI yang menghubungkan otak dan
kontrol penglihatan, pergerakan mata, pendengaran, dan rasa
• Jawaban: B. ICH
Hematoma Intrakranial
• Jenis:
– Hematoma ekstradural (hematoma epidural)
– Hematoma subdural
– Hematoma intraparenkimal:
• Hematoma subarakhnoid
• Hematoma intraserebral
• Hematoma intraserebellar
Gangguan bipolar
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17696573
Tatalaksana Gangguan Bipolar
FASE AKUT (DOC: Lithium) MAINTENANCE
• Manik – Lithium atau Asam valproat,
– Lithium, atau setidaknya selama 6 bulan.
– Asam valproat
– Antipsikotik perlu diteruskan
bila pasien cenderung memiliki
• Depresi risiko mengalami gejala psikotik
– Lithium, atau berulang
– Lamotrigine
– Monoterapi dengan – Psikoterapi
antidepresan tidak
direkomendasikan – Electroconvulsive therapy
(ECT)
• Gejala psikotik
– Antipsikotik, diutamakan
golongan atipikal
PPDGJ
Kriteria Diagnosis Somatisasi
A. Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode beberapa tahun
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan:
– 4 gejala (G) nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung,
sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi)
– 2 G gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama
kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
– 1 G seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi,
menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).
– 1 G pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau deficit yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak
terbatas pada nyeri (gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis, sulit menelan, retensi urin, halusinasi,
hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau
hilangnya kesadaran selain pingsan).
C. Salah satu (1)atau (2):
– Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah
kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau
alkohol)
– Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya
adalah melebihi apa yang diperkirakan dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan
buatan atau pura-pura).
Referensi: PPDGJ-III
Soal no.88
• Seorang wanita, 19 tahun, 1 bulan yang lalu
mengalami kecelakaan mobil di tol cipularang
yang mengakibatkan kematian kedua
orangtuanya. Saat ini pasien sering mengalami
mimpi buruk, sering berdebar-debar jika
mendengar suara klakson mobil, terbangun dari
tidur karena memimpikan kejadian kecelakaan
maut itu. Pasien mengaku sulit konsentrasi di
sekolah, sering mual-muntah, dan sakit kepala.
Diagnosis pasien ini adalah...
Soal no.88
a. PTSD
b. Gangguan penyesuaian
c. Fobia
d. Gangguan panik
e. Depresi
Jawaban: A. PTSD
GANGGUAN MENTAL SESUDAH TRAUMA
Gangguan Karaktristik
Reaksi stres pasca trauma Adanya bayang-bayang kejadian yang persisten, mengalami
(Post traumatic stress gejala penderitaan bila terpajan pada ingatan akan trauma
disorder/ PTSD) aslinya, menimbulkan hendaya pada kehidupan sehari-hari.
Gejala terjadi selama 1-6 bulan.
Diagnosis Post Traumatic Stress Disorder
(PTSD)
• Diagnosis baru bisa ditegakkan apabila gangguan stres
pasca trauma ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah
kejadian traumatik berat.
PPDGJ-III
Soal no.89
• Wanita, 29 tahun, diantar keluarga periksa
karena sering melamun dan tiba-tiba
menangis sejak setelah melahirkan 2 minggu
yang lalu. Nafsu makan pasien juga menurun.
Apakah kemungkinan diagnosis pasien
tersebut?
Soal no.89
a. Baby blues
b. Skizofrenia
c. Gangguan cemas
d. Depresi
e. Psikotik
OR AND AND
http://www.aafp.org/afp/2005/0215/p733.html
Soal no.93
• Seorang laki-laki usia 58 tahun datang ke
poliklinik di bawa oleh tetangganya karena
suka bicara sendiri sejak 2 bulan yang lalu.
Pasien meyakini ada yang mengikutinya,
setelah melihat ada sekelompok orang. Pasien
mendengar suara yang mengatakan kelompok
tersebut sedang membicarakannya dan
menyuruhnya untuk membunuh orang-orang
yang membicarakannya itu. Bagaimana terapi
pada pasien ini?
Soal no.93
a. Diazepam
b. Haloperidol
c. Klozapin
d. Tryhexilpenidil
e. Buspiron
• Jawaban: b. Haloperidol
93. Pedoman Diagnostik Skizofrenia
• Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat
jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-
gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
– Thought echo, atau thought insertion or withdrawal, atau
thought broadcasting
– Delusion of control/ passivity/ influence/ perception
– Halusinasi auditorik
– Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut
budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang
mustahil (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)
Referensi: PPDGJ-III
Pedoman Diagnostik Skizofrenia
• Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang
harus selalu ada secara jelas:
– Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja
– Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau
pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
– Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah
(excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atay
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
– Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan
respons emosional yang menumpul tidak wajar
SKIZOFRENIA
Skizofrenia Gangguan isi pikir, waham, halusinasi, minimal 1
bulan
Paranoid merasa terancam/dikendalikan
Hebefrenik 15-25 tahun, afek tidak wajar, perilaku tidak dapat diramalkan,
senyum sendiri
Katatonik stupor, rigid, gaduh, fleksibilitas cerea
Skizotipal perilaku/penampilan aneh, kepercayaan aneh, bersifat magik, pikiran
obsesif berulang
Waham menetap hanya waham
Psikotik akut gejala psikotik <2 minggu.
Skizoafektif gejala skizofrenia & afektif bersamaan
Residual Gejala negatif menonjol, ada riwayat psikotik di masa lalu yang
memenuhi skizofrenia
Simpleks Gejala negatif yang khas skizofrenia (apatis, bicara jarang, afek
tumpul/tidak wajar) tanpa didahului halusinasi/waham/gejala
psikotik lain. Disertai perubahan perilaku pribadi yang bermakna
(tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, penarikan diri).
Obat Antipsikotik Tipikal dan Atipikal
Soal no.94
• Laki-laki, 35 tahun, datang ke poliklinik dengan
keluhan tidak bisa tidur 1 bulan ini dan
tangan suka berkeringat. 2 bulan yang lalu
pasien diberhentikan kerja. Pasien menikah
dan punya 3 anak. Pasien saat ini tampak
sedih, menangis sendiri, merasa bersalah
kepada istri dan anaknya. Diagnosisnya
adalah...
Soal no.94
a. Gangguan anxietas
b. Gangguan somatoform
c. Gangguan penyesuaian
d. Gangguan depresi dengan somatisasi
e. Gangguan konversi
• Jawaban: A. Denial
1) Denial ( pengingkaran )
96. Stages of Grieving • Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia
akan meninggal dan dia tidak dapat menerima
informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan
• Dr.Elisabeth Kublerr-Ross mungkin mengingkarinya
2) Anger ( Marah )
telah mengidentifikasi lima
• Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi
tahap berduka yang dapat mengingkari kenyataan bahwa ia akan
terjadi pada pasien meninggal
3) Bergaining ( tawar-menawar )
menjelang ajal • Merupakan tahapan proses berduka dimana
pasien mencoba menawar waktu untuk hidup
4) Depetion ( depresi )
• Tahap dimana pasien datang dengan
Stage 5: kesadaran penuh bahwa ia akan segera mati.
Stage 4: Acceptance
Depression
Ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia
Stage 3: tidak akan lama lagi bersama keluarga dan
Bargaining
teman-teman.
Stage 2: 5) Acceptance ( penerimaan)
Anger
• Merupakan tahap selama pasien memahami
Stage
dan menerima kenyataan bahwa ia akan
1:
Shock • meninggal. Ia akan berusaha keras untuk
and menyelesaikan tugas-tugasnya yang belum
Denial terselesaikan
Soal no.97
• Seorang siswi SMP sedang mengikuti ujian dan
tiba-tiba saja berteriak tanpa alasan yang
jelas. Pelajar tersebut mengatakan kalau
sekolah perlu direnovasi. Dan pasien juga
mengamuk-mengamuk dan mengatakan hal-
hal yang tidak jelas. Di lingkungannya anak
tersebut pendiam dan mudah cemas.
Diagnosis yang tepat adalah...
Soal no.97
a. Amnesia disosiatif
b. Konversi histeri
c. Depersonalisasi
d. Trans disosiatif
e. Fugue disosiatif
•
• Jawaban: D. Trans disosiatif
97. Gangguan Disosiatif
• Gangguan integrasi kesadaran, ingatan, identitas,
emosi, persepsi, kontrol motorik, dan perilaku.
• Klasifikasi:
– Gangguan identitas disosiatif
– Gangguan amnesia disosiatif, dengan/tanpa fugue
disosiatif
– Depersonalisasi/derealisasi
– Gangguan disosiasi lainnya meliputi trans disosiatif
– Gangguan disosiasi yang tak terinci
DSM 5
97. Gangguan Disosiatif
PPDGJ III
• Kehilangan sebagian atau seluruh dari integrasi normal (di bawah kendali
kesadaran) dari hal-hal berikut:
– Ingatan masa lalu
– Awareness of identity and immediate sensations
– Kontrol gerakan tubuh
• Klasifikasi:
– Amnesia disosiatif
– Fugue disosiatif
– Stupor disosiatif
– Gangguan trans dan kesurupan
– Gangguan motorik disosiatif
– Konvulsi disosiatif
– Anestesia dan kehilangan sensorik disosiatif
– Gangguan disosiatif campuran
– Gangguan disosiatif lainnya: sindrom Ganser, kepribadian ganda, YDT
Amnesia disosiatif
• Hilangnya daya ingat biasanya tentang hal penting yang
baru terjadi, tanpa gangguan mental organik
• Membedakan dengan malingering amnesia buatan
biasanya tentang problem yang jelas (keuangan, proses
hukum, dll)
Fugue disosiatif
• Terdapat ciri-ciri amnesia disosiatif
• Melakukan perjalanan tertentu lebih dari yang umum
dilakukan sehari-hari
Stupor disosiatif
• Sangat berkurang/hilangnya gerakan-gerakan volunter
dan respon normal terhadap rangsangan luar
• Tidak ada gangguan fisik ataupun gangguan jiwa lain
Gangguan trans dan kesurupan
• Kehilangan sementara aspek penghayatan akan identitas diri dan
kesadaran terhadap lingkungan
• Individu berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan
gaib, atau kekuatan lain
• Gangguan trans involunter dan bukan merupakan aktivitas biasa
Konvulsi disosiatif
• Gerakan-gerakan seperti kejang, tanpa kehilangan kesadaran, sangat
jarang disertai lidah tergigit, luka serius karena terjatuh, dll. Tanpa
kelainan organik.
American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5). 2013.
KULIT & KELAMIN,
MIKROBIOLOGI,
PARASITOLOGI
Soal no.99
• Laki-laki, 25 tahun, datang dengan keluhan
nyeri saat berkemih, os mengaku pernah
berhubungan dengan PSK. Pada pemeriksaan
terdapat ulkus dsasar kotor, dan mikroskopik
tampak gambaran school of fish. Apakah
tatalaksana untuk kasus diatas ?
Soal no.99
a. Ciprofloxacin 1 gr single dose
b. Eritromicin 1gr single dose
c. Azitromicin 1 gr single dose
d. Seftriaxon 1gr single dose
e. Amoxicillin 1gr single dose
PERDOSKI 2017
Modalitas pemeriksaan
• Menemukan terowongan (kedua teknik sama
sensitifnya)
1. Burrow Ink Test
- Cara kerja: tinta dioleskan pada kulit dan tinta ini akan
melakukan penetrasi ke stratum korneumdibersihkan
dengan alkoholtinta mewarnai terowongan.
- Metode ini sangat efektif terutama juga pada anak-anak dan
penderita dengan jumlah terowongan yang kecil dan sedikit
2. Tetracycline:
- Cara kerja:Tetrasiklin topikal dioleskan di kulit kemudian
dibersihkan dengan alkohollampu wood: terowongan akan
berwarna kehijauan
- Metode ini lebih disukai karena colorless dan bisa
mendeteksi area kulit yang luas
PPK PERDOSKI 2017
Modalitas pemeriksaan
(lebih advanced dan butuh tenaga terlatih)
• Skin scraping
- Cara kerja: kulit yang ada terowongan dikerok dengan
scalpeldiperiksa di mikroskopditemukan 1-2 telur atau
tungau
- Hasil sering false negative
• Adhesive tape test
- Cara kerja: beberapa tape ditaruh di kanalikuli kemudian
dilepaskan tiba-tiba dan diperiksa di bawah mikroskop
- Yang dicari sama seperti skin scraping, namun sensitivitas tes
ini lebih bagus dari skin scraping
• Dermatoscopy
- Lebih akurat dibandingkan pemeriksaan adhesive tape test,
yaitu sensitivitasnya 83%
- Butuh tenaga terlatih
PPK PERDOSKI 2017
Antiskabies
Drugs Possible adverse Effect Efektif
Benzyl benzoat 25% Irritation, anasthesia & hypoesthesia, ocular All stadium
irritation, rash, pregnancy category B
Gameksan 1% Toksis to SSP for pregnancy and children under 6 All stadium
years old, pregnancy category C
Berkembangbiaknya di hewan
Telur di tanah
Gejala:
1. Peradangan berbentuk Lesi serpiginosa
- linear
- berkelok-kelok
- menimbul
- Progresif
2. Gatal di malam hari
• Cara kerja : membunuh cacing, menghancurkan telur & larva cacing dengan
jalan menghambat pengambilan glukosa oleh cacing produksi ATP
sebagai sumber energi << kematian cacing
• Kontra Indikasi:
– Ibu hamil (teratogenik), menyusui
– Gangguan fungsi hati & ginjal, anak < 2 tahun
• Efek samping : perasaan kurang nyaman pada saluran cerna dan sakit
kepala, mulut terasa kering
Soal no.108
• Tn. Toko, 35 tahun, datang dengan keluhan nyeri
pada area lipat paha sejak 2 hari yang lalu. Nyeri
dikatakan terjadi mendadak. Pasien juga
mengatakan adanya benjolan yang teraba pada
daerah tersebut. Sebelumnya, pasien mengaku
sempat ada luka pada kemaluannya 2 minggu
yang lalu namun sembuh sendiri. Pasien juga
memiliki riwayat berhubungan dengan PSK 3
minggu lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
adanya pembesaran kelenjar getah bening
inguinal dan terdapat nyeri tekan. Apa etiologi
penyakit pada pasien?
Soal no.108
a. Candida albicans
b. Chlamydia trachomatis
c. Gardnerella vaginalis
d. Neisseria gonorrhea
e. Treponema pallidum
• Tatalaksana
– DOC: Doksisiklin 100 mg PO 2x/hari selama 21 hari atau
– Eritromisin 500 mg PO 4x/hari selama 21 hari
http://emedicine.medscape.com/article/220869-treatment
Soal no.109
• Seorang laki -laki berusia 40 tahun datang ke
Puskesmas dengan keluhan gatal-gatal di
kedua selangkangan sejak 1 minggu yang lalu.
Pada pemeriksaan ditemukan patch eritema
dengan maserasi di inguinal kiri dan kanan,
dengan lesi satelit di bagian tepi. Diagnosis
yang paling mungkin adalah ...
Soal no.109
a. Eritrasma
b. Tinea kruris
c. Psoriasis inversa
d. Candidiasis intertriginosa
e. Dermatitis kontak alergi
D E R M ATO F I TA DOC
Tinea Kapitis • Griseofulvin: DOC untuk spesies Microsporum
• Terbinafin: DOC untuk spesies Trichophyton
Tinea facialis, Tinea korporis, • Mengenai struktur kulit superfisial terapi topikal
tinea kruris, tinea pedis • DOC: grup alilamin (terbinafin, naftifin)
Mathai SS. Management of respiratory distress in the newborn. MJAFI 2007; 63: 269-72.
• Penyakit membran hialin RESPIRATORY DISTRESS
(PMH) merupakan gangguan SYNDROME (Hyaline
pernapasan yang disebabkan membrane disease)
imaturitas paru dan defisiensi
surfaktan, terutama terjadi
pada neonatus usia gestasi <34
minggu atau berat lahir <1500
gram
• Etiology:
– Defisiensi surfaktan (produksi
dan sekresi menurun)
• Surfactant
– Berperan untuk pengembangan
alveolus
– Komposis utama surfaktan :
• dipalmitoyl phosphatidylcholine
(lecithin)
• Phosphatidylglycerol
• apoproteins (surfactant proteins
SP-A, -B, -C, -D)
• Cholesterol
Keterangan 5. Vaksin pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan;
Cara membaca kolom usia : misal 2 berarti usia 2 bulan (60 hari) s.d. 2 bulan 29 hari (89 hari) dan pada usia lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal
Rekomendasi imunisasi berlaku mulai Januari 2017 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
Dapat diakses pada website IDAI (http:// idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai.html) 6. Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis
a
Vaksin rotavirus monovalen tidak perlu dosis ke-3 (lihat keterangan) pertamaatidk diberikan pada usia > 15 minggu), dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhir
b
Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi pemberian pada usia 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14
setara dengan 3 dosis (lihat keterangan) minggu (dosis pertamaatidk diberikan pada usia > 15 minggu), dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10
Optimal Catch-up Booster Daerah Endemis minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32 minggu.
7. Vaksineinflunz a. Vaksineinflunz a diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulangp setia tahun. Untuk imunisasi
Untuk memahami tabel jadwal imunisasi perlu membaca keterangan tabel pertama kali (primary immunizatio
n ) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4
1. Vaksin hepatiti s B (HB). Vaksin HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir minggu. Untuk anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan a atau lebih, dosis 0,5 mL.
dan didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Jadwal pemberian vaksin HB monova- 8. Vaksin campak. Vaksin campak kedua (18 bulan) tidk per l u diberikan apabila sudah mendapatkan MMR.
len adalah usia 0,1, dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobulin hepatit
i s B 9. Vaksin MMR/MR. Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan
(HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian pada pada usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan vaksin campak, maka
usia 2, 3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal pemberian pada usia 2, 4, dan 6 bulan. dapat diberikan vaksin MMR/MR.
2. Vaksin polio. Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir di sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat 10. Vaksin varisela. Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebelum masuk sekolah dasar.
bayi dipulangkan. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling se- Apabila diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
dikit harus mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan dengan pemberian OPV-3. 11. Vaksin human papiloma virus (HPV). Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga
3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, a optiml usia 2 bulan. Apabila diberikan pada kali dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan jadwal 0,2,6 bulan. Apabila diberikan pada remaja
usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antib
o d i setara dengan 3 dosis.
4. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTPw atau 12. Vaksin Japanese encephalitis (JE). Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau turis yang
DTPa atau kombinasi dengan vaksin lain. Apabila diberikan vaksin DTPa maka interval mengikuti rekomendasi vaksin akan bepergian ke daerah endemis tersebut. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun
tersebut yaitu usia 2, 4, dan 6 bulan. Untuk anak usia lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6 berikutnya.
dapat diberikan Td/Tdap pada usia 10-12 tahun dan booster Td diberikan setia p 10 t ahun. 13. Vaksin dengue. Diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0, 6, dan 12 bulan.
Vaksin Polio
• Ada 2 bentuk: OPV (oral polio vaccine) & IPV
(inactivated polio vaccine)
• Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0.
• Apabila lahir di sarana kesehatan OPV-0 diberikan saat
dipulangkan.
• Untuk polio 1,2, dan 3 dan booster diberikan OPV atau
IPV.
• Paling sedikit harus mendapat satu dosis IPV
bersamaan dengan OPV-3
• OPV iberikan sebanyak 2 tetes secara oral
• IPV is administered by intramuscular injection (IM) in a
dose of 0.5 ml into the outer part of the thigh
Vaksin Polio
• IPV is recommended in addition to the oral
vaccine.
• IPV does not replace the oral vaccine.
• Until polio is eradicated globally, OPV is still the
main preventative measure against polio.
• IPV is recommended in addition to OPV and does
not replace OPV.
• Why introduce IPV?
– Protection from type 2 poliovirus once OPV2 is
withdrawn
– Gives extra immunity for types 1 and 3 polioviruses
Soal no.117
• Anak Kotoko Mizumi, perempuan, usia 3
tahun datang dengan keluhan kejang sejak 1
hari. Ibu pasien mengatakan anaknya kejang 2
kali masing masing sekitar 15 menit dan
kejang hanya di tubuh bagian kiri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan Suhu 39.6. Lain-
lain dbn. Diagnosis yang mungkin adalah...
Soal no.117
a. KDK
b. KDS
c. Kejang parsial
d. Kejang umum
e. Epilepsi
Jawaban: A. KDK
117. Kejang demam
• Kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38 C yang
TIDAK disebabkan oleh proses intrakranial
• Mayoritas terjadi pada hari pertama sakit
• Bukan disebabkan infeksi SSP, gangguan metabolik, tidak pernah
ada riwayat kejang tanpa demam.
• Usia antara 6 bulan – 5 tahun, mayoritas usia 12-18 bulan.
• Anak berumur antara 1-6 bulan masih dapat mengalami kejang
demam, namun jarang sekali.
• Bila anak berumur kurang dari 6 bulan mengalami kejang didahului
demam, pikirkan kemungkinan lain, terutama infeksi susunan saraf
pusat.
• Bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam
rekomendasi ini melainkan termasuk
Rekomendasi dalam
Kejang Demam. 2016. IDAI kejang neonatus
Klasifikasi
• Jawaban: A. Mukolitik
118. Types of cough
COUGH
• Jawaban: D. AB Toksoplasma
119. Congenital Toxoplasmosis
• Merupakan manifestasi dari infeksi T. gondii melalui
vertical transmission
• Vertical transmision: dari ibu ke anak
• Paling mungkin terjadi jika ibu terinfeksi pada saat
gestasi,
• Kalau infeksi primer sebelum gestasi sangat jarang
bisa menularkan ke anak kecuali ibu
immunocompromised
• T. gondii memiliki 3 fase hidup, yaitu takizoit (bentuk
proliferatif), kista (berisi bradizoit, dan ookista (berisi
sporozoit).
• Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan satu
ujung runcing dan ujung lain agak membulat.
PPM IDAI 2011
Korioretinitis
Atrophic scar di
retino choroidal
Peningkatan
vaskularisasi
Trias Congenital
Hidrosefalus
Toxoplasmosis
Ventriculomegali
Kalsifikasi
PPM IDAI 2011 Intrakranial Kalsifikasi
Jones J, Lopez A, Wilson M. Congenital
toxoplasmosis. AAFP, 2013
Hidrosefalus
• Pelebaran ventrikel otak + peningkatan TIK
• Etiologi:
1. Obstruksi CSF
2. Absorbsi CSF yang menurun di vili arachnoid
3. Produksi CSF di pleksus choroid meningkat
• Tipe:
1. Non-komunikans
2. Komunikans
PPM IDAI 2011
Jones J, Lopez A, Wilson M. Congenital toxoplasmosis. AAFP, 2013
Hidrosefalus
- Gejala Klinis -
• Pertumbuhan lingkar kepala abnormal >+2 SD
• UUB masih terbuka pada anak usia > 18 bulan atau UUB membonjol
• Kelainan bentuk kepala: oksipital yang prominen, asimetri bentuk kepala,
pembesaran diameter biparietal,dan frontal boosing
• Funduskopi: papiledema jika terdapat peningkatan tekanan
intrakranial, perdarahan retina pada hidrosefalus akut, atrofi nervus
optic pada hidrosefalus kronik, korioretinitis pada infeksi toksoplasma
atau CMV.
• Kelainan saraf kranial: “sun-set appearance” dimana mata terlihat
deviasi kebawah.
• Tanda-tanda lesi upper motor neuron: hiperrefleks, klonus, spastisitas.
• Lesi di daerah tulang belakang: benjolan, dimple, hair tuft, atau
hemangioma yang merupakan tanda spina bi da.
Pirimetamin/sulfadiazin + leucovorin
Pirimetamin: 100 mg di hari 1 lanjut 25-50 mg/hari
Sulfadiazin: 4 x 1 gram/hari
Leucovorin (asam folat): 7.5 mg/hari selama 4-6 minggu
• Anak
Pirimetamin 1mg/kgBB/12 jam selama 2 hari dilanjutkan tiap hari sampai usia2-6 bulan,
dan 3x/minggu sampai usia 1 tahun.
Sulfadiazin 50mg/kgBB/12jam sampai usia 1 tahun.
Asam folat 10 mg, 3x/minggu sampai 1 minggu setelah pemberian pirimetamin
berhentiuntuk mencegah supresi sumsum tulang.
Prednison 0,5 mg/kgBB/12jam diberikan pada infeksi susunan saraf pusat yang aktif
(protein >1g/dL), korioretinitis aktif, penglihatan yang mengancam
Bayi dari ibu yang terinfeksi HIV dan T.gondii dapat diberikan terapi bersama
antiretroviral seperti zidovudin.
PPM IDAI 2011
Soal no.120
• Anak Shizuka, perempuan, 4 tahun, keluhan
bab cair, nyeri perut (+), darah dan lendir (-).
Makroskopis tinja darah (-), lemak (+).
Mikroskopis tinja dijumpai parasit pipih
simetris bilateral dengan flagel 4. Diagnosis
pasien ini ialah....
Soal no.120
a. Ascariasis
b. Balantidiasis
c. Ulkus peptikum
d. Amoebiasis
e. Giardiasis
•
• Jawaban: E. Giardiasis
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
Soal no.121
• Pasien usia 10 tahun datang dengan keluhan
diare berlemak sejak 1 minggu yang lalu.
Diare 5-6x/hari, disertai muntah-muntah.
Pasien sudah dibawa ke dokter oleh
orangtuanya, dan diberi antibiotik namun
keluhan tidak membaik. Pada pemeriksaan
mikrobiologis didapatkan bentuk seperti
layang-layang (pear shape), berinti 2.
Bagaimana cara penularan organisme di atas?
Soal no.121
a. Hand-mouth
b. Transmisi kongenital
c. Kontak seksual
d. Transfusi
e. Air borne
•
• Jawaban: A. Hand-mouth
120-121. Giardiasis
Anerior membulat
Trofozoit
Kista
Trofozoit:
- Pear shaped
Flagel Inti - Sepasang
nukleusseperti mata
- Pada bagian ventral
Posterior tajam terdapat alat
isapuntuk menempel
di mukosa usus
Giardiasis
• Etiologi: Giardia interstinalisdikenal sebagai Giardia
lamblia (protozoa)
Akut: berbau, mual, distensi
• Gejala klinis: abdomen, demam, tidak ada darah
dalam tinja
Dapat asimptomatik
Diare bisa menjadi akut/kronik
Ekskresi lemak meningkatsteatorrhea Kronik: nyeri dan distensi
• Terapi: abdomen, tinja berlendir, dan BB
turun
DOC: metronidazole 3x250 mg selama 5-7hari
(anak: 3x15 mg/kgBB selama 5 hari)
Alternatif: Tinidazole 2 gr PO SD (anak: 50 mg/kgBB
PO SD)
Soal 122
• Anak usia 8 tahun mengeluhkan lemas dan
dingin di tangan dan kaki, sebelumnya pasien
transfusi darah. Pasien merupakan penderita
talasemia. TD 50/palpasi. HR 121x/menit, RR
36x/menit, T 36,5 C. Dokter IGD memberikan
adrenalin 0,01 mg/kgBb diencerkan 1 : 1000.
Apakah tindakan selanjutnya dilakukan?
Soal 122
a. Berikan cairan koloid 20 ml/kgBB
b. Berikan adrenalin 0,01 mg/kgBB diencerkan
1: 100
c. Resusitasi jantung paru
d. Berikan difenhidramin
e. Berikan kortikosteroid
•
• Jawaban: D. Berikan difenhidramin
Gejala klinis Syok Anafilaktik
SYSTEM S I G N S A N D S Y M P TO M S
Fussiness, irritability, drowsiness, lethargy, reduced level of
General/CNS
consciousness, somnolence
Jawaban: A. Tes RL
Shock
Bleeding
Rumple leede test
a
Prinsip tatalaksana
Dehidrasi ringan-sedang
Dehidrasi berat
Terapi zinc
Soal no.126
• Seorang anak perempuan usia 12 tahun diantar
orang tuanya ke praktek dokter umum dengan
keluhan timbul benjolan dileher sejak 7 bulan
yang lalu. Dari anamnesis diketahui bahwa pasien
tinggal didaerah pegunungan, dan banyak
masyarakat di daerah itu mengalami keluhan
yang sama. Pada pemeriksaan fisis tampak
benjolan pada colli anterior, diameter 3 cm
kenyal padat. Kemungkinan penyebab keluhan
pasien diatas adalah…
Soal no.126
a. Kekurangan asupan iodium
b. Kekurangan asupan protein
c. Kekurangan asupan kalium
d. Kekurangan asupan kalsium
e. Kekurangan asupan karbohidrat
•
• Jawaban: A. Kekurangan asupan iodium
126. DEFISIENSI YODIUM
• Management:
– adequate fluid intake to prevent dehydration
– Spicy or acidic substances may cause discomfort
– Intravenous hydration may be necessary if the
patient has moderate-to-severe dehydration or if
discomfort precludes oral intake
– antipyretics
– Pain treated with acetaminophen or ibuprofen
– Direct analgesia may also be applied to the oral
cavity via mouthwashes or sprays
Soal 132
• Seorang pasien laki-laki berusia 3 tahun
datang ke praktik dokter dengan keluhan gigi
bewarna kecoklatan. Pasien mempunyai
riwayat terbiasa mengkonsumsi antibiotic
karena sering sakit batuk dan pilek. Jenis
antibiotic yang menyebabkan gigi bewarna
kecoklatan adalah…
Soal 132
a. Sefalosforin
b. Tetrasiklin
c. Kotrimoksasol
d. Amoksisilin
e. Klindamicyn
•
• Jawaban: B. Tetrasiklin
132. Tetrasklin
• Tetracycline is a broad-spectrum antibiotic that crosses
placental barrier
• Tetrasiklin merupakan salah satu antibotik spektrum luas yang
dapat melintasi sawar darah plasenta
• Antibiotik ini memang tergolong superior, namun memiliki
beberapa efek samping, terutama pada anak-anak
• Sebagian besar efek samping ini terdapat pada organ tubuh
tulang dan juga gigi, karena pada area inilah tetrasiklin dapat
terdeposisi
• Hal ini dibuktikan dengan paparan sinar UV pada gigi milik
pasien yang mengkonsumsi tetrasiklin, yaitu terdapat
fluoresensi yang menjadi ciri khas dari molekul tetrasiklin
Venilla v et.al. Tetracycline-Induced Discoloration of Deciduous Teeth: Case Series. Journal of International Oral Health 2014; 6(3):115-119
• Mekanisme efek samping obat ini hanya terjadi pada gigi anak
yang berusia dibawah 8 tahun
• Mengapa demikian? karena pada prinsipnya selama kalsifikasi
pada anak masih berlangsung maka terjadi pertukaran ion
terutama kation.
• Obat ini akan berikatan dengan kation dan akan terdeposisi
dalam gigi membentuk tetracycline-calcium orthophosphate
complex.
• Pada awalnya complex ini hanya menyebabkan diskolorasi,
namun pada penggunaan jangka panjang dapat mengganggu
pertumbuhan gigi.
• Oleh karena itu, penggunaan obat ini tidak direkomendasikan
pada anak usia <8 tahun dan untuk penggunaan jangka panjang
Kline JM, Wietholter JP, Kline VT, Confer J. Pediatric Antibiotic Use: A Focused Review of Fluoroquinolones and Tetracyclines. US
Pharm. 2012;37(8):56-59
Soal 133
• Anak laki-laki usia 12 tahun datang dengan
keluhan batuk paroxysmal selama 2 minggu.
Dari pemeriksaan dahak ditemukan bakteri
gram negative sesuai bakteri Bordetella
pertussis. Fase/tahap dari penyakit ini yang
paling menular adalah…
Soal 133
a. Inkubasi
b. Paroxysmal
c. Katarhalis
d. Konvalesen
e. Prodromal
• Jawaban: B. Katarhalis
133. Pertusis
• Batuk rejan (pertusis) adalah penyakit akibat infeksi
Bordetella pertussis (basil gram -)
• Karakteristik : uncontrollable, violent coughing which
often makes it hard to breathe. After fits of many
coughs needs to take deep breathes which result in a
"whooping" sound.
• Anak yang menderita pertusis bersifat infeksius
selama 2 minggu sampai 3 bulan setelah terjadinya
penyakit
Guinto-Ocampo H. Pediatric pertussis. http://emedicine.medscape.com/article/967268-overview
Stadium Pertusis
• Stadium katarrhal: hidung tersumbat, rinorrhea, demam
subfebris. Sulit dibedakan dari infeksi biasa. Penularan terjadi
dalam stadium ini.
• Stadium paroksismal: Batuk paroksismal yang dicetuskan oleh
pemberian makan (bayi) dan aktivitas; fase inspiratori batuk atau
batuk rejan (inspiratory whooping); post-tussive vomiting. Dapat
pula dijumpai: muka merah atau sianosis; mata menonjol; lidah
menjulur; lakrimasi; hipersalivasi; distensi vena leher selama
serangan; apatis; penurunan berat badan
• Stadium konvalesens: gejala akan berkurang dalam beberapa
minggu sampai dengan beberapa bulan; dapat terjadi petekia
pada kepala/leher, perdarahan konjungtiva, dan terdengar crackles
difus.
Vaksin Pertusis
• Vaksin pertussis whole cell: • Untuk vaksin Td ditambahkan
merupakan suspensi kuman B. perlu booster tiap 10 tahun.
pertussis mati. • Kejadian ikutan pasca imunisasi
• Vaksin pertusis aselular adalah DTP
vaksin pertusis yang berisi – Reaksi lokal kemerahan, bengkak,
komponen spesifik toksin dari dan nyeri pada lokasi injeksi terjadi
Bordettellapertusis. pada separuh (42,9%) penerima
DTP.
• Vaksin pertussis aselular bila
– Demam
dibandingkan dengan whole-cell
– Anak gelisah dan menangis terus
ternyata memberikan reaksi lokal menerus selama beberapa jam
dan demam yang lebih ringan, pasca suntikan (inconsolable
diduga akibat dikeluarkannya crying).
komponen endotoksin dan – Kejang demam
debris. – ensefalopati akut atau reaksi
anafilaksis
Soal no.134
• Seorang ibu membawa anaknya yang berusia
1 bulan dengan keluhan terdapat bercak di
kedua pipi berwarna kemerahan. Keluhan
disertai dengan nafas berbunyi 'grok grok'
yang semakin hari semakin memberat. Pasien
sejak lahir diberi asi. Apa edukasi yang
seharusnya diberikan pada ibu pasien?
Soal 134
a. Menghentikan pemberian asi
b. Mengganti asi dengan susu terhidrolisat
c. Tidak ada kemungkinan terkena alergi susu sapi
bagi bayi yang diberikan asi
d. Tetap memberikan ASI, dan ibu melakukan diet
eliminasi
e. Mengganti ASI dengan susu formula
• Acquired torticollis
Trauma tumpul pada leher dan kepala atau posisi tidur
yang anehspasme otot SCM
Emedicine | Uptodate
Soal 137
• Bayi baru lahir dari ibu obesitas, berat badan
lahir 4120 g, GDS 35 mg/dl. Mekanisme yang
menyebabkan hipoglikemia pada bayi tersebut
adalah...
Soal 137
a. Hipoinsulin
b. Hiperplasi sel B langerhans
c. Hipertrofi sel B langerhans
d. Meningkatnya lipogenesis
e. Terhambat lipolisis
•
• Jawaban: B. Hiperplasia sel B langerhans
137. Hipoglikemia pada Neonatus
http://emedicine.medscape.com/article/797150
Tatalaksana
• Jika sang ibu hamil Rh – dan belum tersensitisasi,
berikan human anti-D immunoglobulin (Rh IgG atau
RhoGAM)
• Jika sang ibu sudah tersensitisasi, pemberian Rh IgG
tidak berguna
• Jika bayi telah lahir dan mengalami inkompatibilitas,
transfusi tukar/ foto terapi tergantung dari kadar
bilirubin serum, rendahnya Ht, dan naiknya
reticulocyte count
http://emedicine.medscape.com/article/797150
Inkompatibilitas ABO
• Terjadi pada ibu dengan • Gejala yang timbul adalah
golongan darah O terhadap ikterik, anemia ringan, dan
janin dengan golongan peningkatan bilirubin
darah A, B, atau AB serum.
• Tidak terjadi pada ibu gol A • Lebih sering terjadi pada
dan B karena antibodi yg bayi dengan gol darah A
terbentuk adalah IgM yg tdk dibanding B, tetapi
melewati plasenta, hemolisis pada gol darah
sedangkan 1% ibu gol darah tipe B biasanya lebih berat.
O yang memiliki titer • Inkompatibilitas ABO jarang
antibody IgG terhadap sekali menimbulkan hidrops
antigen A dan B, bisa fetalis dan biasanya tidak
melewati plasenta separah inkompatibilitas Rh
I N K O M PAT I B I L I TA S A B O I N K O M PAT I B I L I TA S R H
Tidak memerlukan proses sensitisasi Butuh proses sensitisasi oleh kehamilan RH +
oleh kehamilan pertama karena sdh pertama karena ibu blm punya antibodi.
terbentuk IgG. Dapat terjadi pada Terjadi pada anak ke dua atau lebih
anak 1
Inkompatibilitas ABO jarang sekali
Gejala biasanya lebih parah jika
menimbulkan hidrops fetalis dan
dibandingkan dengan inkompatibilotas ABO,
biasanya tidak separah
bahkan hingga hidrops fetalis
inkompatibilitas Rh
Risiko dan derajat keparahan meningkat
seiring dengan kehamilan janin Rh (+)
Risiko dan derajat keparahan tidak berikutnya, kehamilan kedua menghasilkan
meningkat di anak selanjutnya bayi dengan anemia ringan, sedangkan
kehamilan ketiga dan selanjutnya bisa
meninggal in utero
Uptodate.com
Clinical Presentation
• Bartholin cyst :
– Unilateral, 1-3 cm
– typically painless, and may be asymptomatic or mild pain
– Most Bartholin cysts are detected during a routine pelvic examination or by the woman
herself.
– Larger cysts discomfort, typically during sexual intercourse, sitting, or ambulating.
– Patients may also find the presence of a cyst to be disfiguring, even in the absence of
symptoms.
– Cysts are likely to have clear or white fluid.
• Bartholin abscesses :
– typically present with such severe pain and swelling and patients are unable to walk, sit,
or have sexual intercourse.
– Abscesses have a purulent discharge that is typically yellow or green
– Fever - One-fifth of patients with abscess are febrile
– Unilateral, warm, tender, soft, or fluctuant mass in the lower medial labia majora or lower
vestibular area, occasionally surrounded by erythema (cellulitis) and edema
(lymphangitis).
– A large abscess, however, can expand into the upper labia.
– If the abscess is very close to the surface, pus may break through the thin layer of skin at a
point (pointing) and may drain spontaneously.
Treatment
• Cyst • Abscess
– No intervention is necessary – The mainstay of treatment is
for asymptomatic Bartholin I&D (Insicion and Drainage)
cysts. with placement of a Word
– A possible exception to this is catheter, under local
women age 40 years or older, anesthesia.
for whom some experts – Immediate pain relief occurs
suggest incision and drainage upon drainage of pus.
(I&D) to allow a biopsy to – Antibiotic therapy is only
exclude carcinoma. given in patients with risk
– Cysts that are disfiguring or factors or clinical findings
symptomatic are treated is indicative of a more severe
the same manner as a infection or for recurrent
Bartholin abscess. abscesses.
– Marsupialization refers to a
procedure whereby a new
ductal orifice is created.
• This is achieved by incising
the cyst/abscess and then
everting and suturing the
epithelium to the skin at the
edge of the incision.
Kista Pada Alat Reproduksi Wanita
Kista Bartholin Kista pada kelenjar bartholin yang terletak di kiri-kanan bawah
vagina,di belakang labium mayor. Terjadi karena sumbatan muara
kelenjar e.c trauma atau infeksi
Kista Nabothi (ovula) Terbentuk karena proses metaplasia skuamosa, jaringan endoserviks
diganti dengan epitel berlapis gepeng. Ukuran bbrp mm, sedikit
menonjol dengan permukaan licin (tampak spt beras)
Polip Serviks Tumor dari endoserviks yang tumbuh berlebihan dan bertangkai,
ukuran bbrp mm, kemerahan, rapuh. Kadang tangkai panjang sampai
menonjol dari kanalis servikalis ke vagina dan bahkan sampai
introitus. Tangkai mengandung jar.fibrovaskuler, sedangkan polip
mengalami peradangan dengan metaplasia skuamosa atau ulserasi
dan perdarahan.
Karsinoma Serviks Tumor ganas dari jaringan serviks. Tampak massa yang berbenjol-
benjol, rapuh, mudah berdarah pada serviks. Pada tahap awal
menunjukkan suatu displasia atau lesi in-situ hingga invasif.
Mioma Geburt Mioma korpus uteri submukosa yang bertangkai, sering mengalami
nekrosis dan ulserasi.
Soal 142
• Seorang wanita, 32 tahun, G2P1A0, hamil 12
minggu, Hb 10 g/dL, MCV dan MCHC turun.
Apakah yang seharusnya diberikan kepada
pasien ini?
Soal 142
a. Tidak perlu diberikan apa-apa
b. Beri Fe (elemental) 180 mg/hari
c. Kadar ferritin diperiksa
d. Beri vitamin C
e. Menyarankan diet makanan yang mengandung
banyak Fe
• Faktor Predisposisi :
– Diet rendah zat besi, B12, dan asam folat
– Kelainan gastrointestinal
– Penyakit kronis
– Riwayat Keluarga
Tatalaksana Umum
• Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan
pemeriksaan apusan darah tepi untuk melihat morfologi sel
darah merah.
• Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan
suplementasi besi dan asam folat.
– Tablet yang saat ini banyak tersedia di Puskesmas adalah tablet
tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 µg
asam folat.
– Pada ibu hamil dengan anemia, tablet tersebut dapat diberikan
3 kali sehari. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan
pemberian tablet sampai 42 hari pascasalin.
– Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam folat
kadar hemoglobin tidak meningkat, rujuk pasien ke pusat
pelayanan yang lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia.
• Tabel jumlah kandungan besi elemental yang
terkandung dalam berbagai jenis sediaan
suplemen besi yang beredar:
Soal 143
• Pasien P1A1 berusia 25 tahun datang dengan
keluhan tidak bisa menahan BAB. Keluhan
tidak disertai dengan demam, mual dan
muntah. Riwayat melahirkan 2 minggu lalu di
dukun beranak. Pasien didiagnosis
inkontinesia alvi oleh karena fistula
rectovaginal. Apa kemungkinan penyebab
kasus di atas?
•
Soal 143
a. Ruptur uterus
b. Ruptur serviks
c. Atonia Uteri
d. Robekan Perineum Totalis
e. Sisa plasenta
Jawaban: B. Kuretase
Jenis Abortus
Abortus Imminens Abortus Insipiens Abortus Inkomplit
Kala 2
• Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit.
• Refleks mengejan akibat stimulasi tekanan bagian terbawah menekan anus dan rektum
Kala 3
• Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun.
Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap
menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
Kala Persalinan: Kala I
Fase Laten
• Pembukaan sampai mencapai 3 cm (8 jam)
Fase Aktif
• Pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung
sekitar 6 jam
• Fase aktif terbagi atas :
1. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4
cm.
2. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm
sampai 9 cm.
3. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai
lengkap (+ 10 cm).
Kala Persalinan: Kala II
• Dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi
• Jawaban: D. 4 jam
Partograf: Umum
• Denyut jantung janin: setiap 1⁄2 jam
• Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap
1⁄2 jam
• Nadi: setiap 1⁄2 jam
• Pembukaan serviks: setiap 4 jam
• Penurunan: setiap 4 jam
• Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4
jam
• Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2-4 jam
Partograf: Pencatatan Kondisi Bayi
• Denyut jantung janin: setiap 1⁄2 jam
– DJJ Normal: 110-160 x/menit
• Garis waspada
– Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada waspadai
kemungkinan adanya penyulit persalinan
– Jika persalinan telah berada di sebelah kanan garis bertindak yang sejajar dengan
garis waspada perlu segera dilakukan tindakan penyelesaian persalinan
• Kondisi Ibu
– Catat nadi ibu setiap 30 menit dan beri tanda titik
pada kolom yang sesuai. Ukur tekanan darah ibu tiap
10 menit dan beri tanda ↕ pada kolom yang sesuai.
Temperatur dinilai setiap dua jam dan catat di tempat
yang sesuai
IUD
Berbantu
Kondom/
Barrier
diafragma
Spermisida
Metode Sementara
Kontrasepsi
Implan
MAL
Hormonal Pil/suntik
Pantang
Alami
berkala
Kondar
Senggama
terputus
Aturan Minum Pil KB
• Copper IUDs work by disrupting sperm motility and damaging sperm (Copper
acts as a spermicide within the uterus)
• The presence of copper increases the levels of copper ions, prostaglandins, and
white blood cells within the uterine and tubal fluids.
• Ova from copper IUD users were distinctive for being without vitellus
(abnormal) and surrounded by macrophages
• Copper can also alter the endometrial lining, this alteration can prevent
implantation
AKDR: Informasi Umum
• AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan
• Jelaskan pada klien jenis AKDR apa yang digunakan, kapan akan dilepas
dan berikan kartu tentang informasi semua ini
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/budi.iman/material/akdr.pdf
AKDR
Alat kecil yang dipasang dalam rahim • Rangka plastik yang lentur dengan lengan tembaga dan benang.
• Jika ragu, pakai daftar periksa pada Tambahan 1 atau lakukan tes
Kemungkinan hamil kehamilan.
Baru saja melahirkan • Pemasangan AKDR hanya boleh dilakukan sebelum 48 jam dan
(2 – 28 hari pasca persalinan) setelah 4 minggu pasca persalinan.
Menstruasi yang tak biasa • Menstruasi tak biasa harus diases sebelum memasang AKDR.
Infeksi atau masalah dengan organ
• Setiap infeksi harus diobati sepenuhnya sebelum AKDR dipasang.
kewanitaan:
— IMS atau Penyakit Radang Panggul dalam 3 • Obati penyakit radang panggul ataupun IMS dan tunggu 3 bulan
bulan terakhir? sebelum memasang AKDR. Anjurkan agar pasangan juga diobati.
— HIV atau AIDS? • Jika HIV atau AIDS pakai AKDR hanya jika tidak ada metode lain
yang cocok.
— Infeksi setelah melahirkan atau keguguran
— Kanker pada organ kewanitaan atau TB • Jangan memasang AKDR jika klien memiliki kanker rahim,
panggul endometrium atau kanker indung telur; penyakit tropoblas jinak
atau ganas; tbc panggul.
Setelah pemasangan, AKDR bisa diperiksa oleh
akseptor KB sendiri.
• Kapan memeriksa?
• Satu minggu setelah pemasangan
• Kapan saja setiap selesai masa haid
• Jika tidak bisa merasakan benang, atau benang terasa lebih panjang atau
pendek secepatnya kembali ke klinik. AKDR mungkin telah terlepas dan perlu
memakai back up.
KB: Kontrasepsi Pasca Persalinan
Metode Waktu Pascapersalinan Ciri Khusus Catatan
KB Alamiah • Tidak dianjurkan • Tidak ada pengaruh • Suhu basal tubuh kurang
sampai siklus haid terhadap laktasi akurat jika klien sering
kembali teratur terbangun malam untuk
menyusui
KB: Usia > 35 Tahun
Metode Catatan
HSIL LSIL
Kanker invasif
Kanker Serviks: Tanda dan Gejala
• Perdarahan pervaginam
• Perdarahan menstruasi lebih lama dan lebih banyak
dari biasanya
• Perdarahan post menopause atau keputihan >>
• Perdarahan post koitus
• Nyeri saat berhubungan
• Keputihan (terutama berbau busuk + darah)
• Massa pada serviks, mudah berdarah
• Nyeri pada panggul, lumbosakral, gluteus, gangguan
berkemih, nyeri pada kandung kemih dan rektum
Panduan Pelayanan Klinis Kanker Serviks, Komite Penanggulangan Kanker (KPKN) 2015
Kanker Serviks: Diagnostik
• Diagnostik
– Pelayanan primer: anamnesis dan pemeriksaan
fisik
– Pelayanan Sekunder: kuret endoserviks,
sistoskopi, IVP, foto toraks dan tulang, konisasi,
amputasi serviks
– Pelayanan Tersier: Proktoskopi
Panduan Pelayanan Klinis Kanker Serviks, Komite Penanggulangan Kanker (KPKN) 2015
Deteksi Lesi Pra Kanker
• Deteksi Lesi Pra Kanker
– Pelayanan Primer: IVA, VILI (Visual inspection with
Lugol's iodine (VILI), a.k.a Schiller's test), sitologi
pap smear
– Pelayanan Sekunder: Liquid base cytology
– Pelayanan Tersier: DNA HPV
Algoritma Diagnosis Deteksi Dini dan Tata Laksana
(Program Skrining IVA)
Deteksi Kanker Serviks: IVA
Metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
• Pemeriksaan oleh
dokter/bidan/paramedik terhadap leher
rahim yang telah diberi asam
asetat/asam cuka 3-5% secara inspekulo
dengan mata telanjang
T I P E KO M P L I T T I P E PA R S I A L
• Perdarahan pervaginam • Seperti tipe komplit hanya
setelah amenorea lebih ringan
• Uterus membesar secara • Biasanya didiagnosis
abnormal dan menjadi lunak sebagai aborsi inkomplit/
• Hipertiroidism missed abortion
• Kista ovarium lutein • Uterus kecil atau sesuai usia
• Hiperemesis dan pregnancy kehamilan
induced hypertension
• Tanpa kista lutein
• Peningkatan hCG 100,000
mIU/mL
Mola Hidatidosa: Diagnosis
• Pemeriksaan kadar hCG
sangat tinggi, tidak sesuai usia
kehamilan
Tatalaksana Kuret
• Kuretase dengan kuret tumpul seluruh jaringan hasil kerokan di
PA
• 7-10 hari sesudahnya kerokan ulangan dengan kuret tajam, agar
ada kepastian bahwa uterus betul-betul kosong dan untuk
memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblas yang dapat
ditemukan
Soal 152
• Perempuan, 45 tahun, (P2A2) datang ke
Puskesmas dengan keluhan haid banyak dan
tidak teratur sejak 4 bulan lalu. Apa jenis
gangguan haid pada pasien ini?
Soal 152
a. Hipermenorea
b. Polimenorea
c. Menoragia
d. Metroragia
e. Menometroragia
•
• Jawaban: E. Menometroragia
152. Gangguan Menstruasi
Disorder Definition
Amenorrhea Primer Tidak pernah menstruasi setelah berusia 15 tahun dengan tanda seks
sekunder, atau berusia 13 tahun tanpa menstruasi sebelumnya dan
tidak terdapat tanda-tanda perkembangan seksual sekunder
Amenorrhea Sekunder Tidak terdapat menstruasi selama 3 bulan pada wanita dengan sklus
haid teratur, atau 6 bulan pada wanita dengan siklus menstruasi tidak
teratur
Oligomenorea Menstruasi yang jarang, siklus menstruasi berada antara >35 hari
hingga 3 bulan; atau dengan perdarahan yang sangat sedikit
Polimenorea Gangguan menstruasi dimana siklus menstruasi menjadi <21 hari
• Kehamilan dengan
dua janin atau lebih
• Faktor yang
mempengaruhi:
– Faktor obat-obat
konduksi ovulasi,
faktor keturunan,
faktor yang lain belum
diketahui.
Kehamilan Gemelli: Diagnosis
Anamnesis
• Ibu mengatakan perut tampak lebih buncit dari seharusnya
umur kehamilan
• Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil
• Uterus terasa lebih cepat membesar
• Pernah hamil kembar atau terdapat riwayat keturunan
Ultrasonografi
• Terlihat 2 janin pada triwulan II, 2 jantung yang
berdenyut telah dapat ditentukan pada triwulan I
Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
– Asuhan antenatal sebaiknya dilakukan oleh dokter spesialis
obstetri dan ginekologi.
– Persalinan untuk kehamilan ganda sedapat mungkin dilakukan di
rumah sakit dengan fasilitas seksio sesarea.
– Janin pertama
• Siapkan peralatan resusitasi dan perawatan bayi.
• Pasang infus dan berikan cairan intravena.
• Pantau keadaan janin dengan auskultasi denyut jantung janin. Jika denyut
jantung janin <100 kali/menit atau >180 kali/menit, curigai adanya gawat
janin.
• Jika presentasi janin verteks, usahakan persalinan spontan dan monitor
persalinan dengan partograf.
• Jika presentasi bokong atau letak lintang, lakukan seksio sesarea.
• Tinggalkan klem pada ujung maternal tali pusat dan jangan melahirkan
plasenta sebelum janin kedua dilahirkan.
• Janin kedua atau janin berikutnya
– Segera setelah bayi pertama lahir, lakukan palpasi abdomen untuk menentukan letak
janin kedua atau berikutnya.
– Jika perlu, lakukan versi luar agar letak janin kedua memanjang.
– Periksa denyut jantung janin.
– Lakukan periksa dalam vagina untuk menentukan:
– presentasi janin kedua
• selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah
• ada tidaknya prolapsus tali pusat.
– Jika presentasi verteks:
• Pecahkan ketuban dengan klem kokher jika ketuban belum pecah.
• Periksa denyut jantung janin antara kontraksi uterus untuk menilai keadaan janin.
• Jika his tidak adekuat setelah kelahiran bayi pertama, berikan infus oksitosin dengan cara cepat untuk
menimbulkan his yang baik (tiga kontraksi dalam 10 menit, dengan lama stiap his lebih baik 40 detik).
• Jika janin tidak lahir dalam 2 jam dengan his yang baik, atau terdapat tanda-tanda gawat janin
(denyut jantung janin <100 kali/menit atau >180 kali/menit), lakukan seksio sesarea.
– Jika presentasi bokong:
• Apabila taksiran berat badan janin tidak lebih dari janin pertama dan serviks tidak mengecil,
rencanakan partus spontan.
• Jika his tidak ada atau tidak adekuat setelah kelahiran janin pertama, berikan infus oksitosin secara
cepat untuk menimbulkan his yang baik (tiga kontraksi dalam 10 menit, dengan lama setiap his lebih
dari 40 detik).
• Pecahkan ketuban dengan klem kokher jika ketuban belum pecah dan bokong sudah turun.
• Periksa denyut jantung janin di antara 2 kontraksi uterus. Jika <100 kali/menit atau >180 kali/menit,
lakukan ekstraksi bokong (lihat lampiran A.13).
• Jika persalinan per vaginam tidak mungkin, lahirkan bayi dengan seksio sesarea.
• Jika letak lintang:
– Apabila selaput ketuban utuh, lakukan versi luar.
– Jika versi luar gagal dan pembukaan lengkap dan selaput ketuban
masih utuh, lakukan versi dalam dan lanjutkan dengan ekstraksi
(lakukan versi dalam podalik).
– Dengan memakai sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi,
masukkan satu tangan ke dalam uterus dan raihlah kaki janin.
– Secara perlahan tarik janin ke bawah.
– Lanjutkan dengan ekstraksi sungsang.
– Periksa denyut jantung janin di antara his.
– Jika versi luar gagal dan versi dalam tidak dianjurkan atau gagal, segera
lakukan seksio sesarea.
– Berikan oksitosin 10 unit IM atau ergometrin 0,2 mg IM dalam waktu 1
menit setelah bayi terakhir lahir dan teruskan penanganan aktif kala III
untuk mengurangi perdarahan pascapersalinan
Soal 154
• Seorang wanita, 21 tahun, G2P1A0 kehamilan
30 minggu datang ke dokter dengan keluhan
nyeri kepala dan nyeri epigastrium, tanda vital
TD 180/110 mmHg, HR 90x/menit, RR
24x/menit, Suhu 36,7. Dijumpai proteinuria
+3. Dari pemeriksaan, sesuai usia kehamilan
dengan taksiran berat janin 2800 gram.
Apakah pengobatan yang diberikan untuk
mencegah terjadinya kejang pada pasien ini?
Soal 154
a. Lisinopril
b. Diazepam
c. MgSO4
d. Fenitoin
e. Dexamethason
• Jawaban: C. MgSO4
154. Preeklampsia
• Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi
pada kehamilan / diatas usia kehamilan 20 minggu disertai adanya
gangguan organ.
• Kebanyakan kasus preeklampsia ditegakkan dengan adanya protein
urin, namun jika protein urin tidak didapatkan, salah satu gejala dan
gangguan lain dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
preeklampsia, yaitu:
– 1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
– 2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada
kelainan ginjal lainnya
– 3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali
normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas
abdomen
– 4. Edema Paru
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tatatalaksana Preeklamsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
– 5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri
kepala, gangguan visus
– 6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi
tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta :
Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR)
atau didapatkan adanya absent or reversed end
diastolic velocity (ARDV)
Pre Eklampsia Berat
Kriteria terminasi kehamilan pada PEB
Pre Eklampsia & Eklampsia: Kejang
• Pencegahan dan Tatalaksana Kejang
– Bila terjadi kejang perhatikan prinsip ABCD
• MgSO4
– Eklampsia untuk tatalaksana kejang
– PEB pencegahan kejang
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
• Syarat pemberian MgSO4: Terdapat refleks patella, tersedia
kalsium glukonas, napas> 16x/menit, dan jumlah urin
minimal 0,5 ml/kgBB/jam
Soal 155
• Seorang wanita, 30 tahun, G2P1A0 datang ke
praktek dokter umum dengan keluhan keluar
cairan berbau dari vagina sejak 12 jam yang lalu,
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
120/80 mmHg nadi 120 x/menit, napas 20
x/menit, suhu 39 derajat celcius. Pemeriksaan
obstetri tinggi fundus 30 cm, presentasi kepala,
pemeriksaan dalam porsio lunak, tidak teraba
selaput ketuban, pembukaan 1 cm, his (-). Apa
diagnosis kasus tersebut?
Soal 155
A. Infeksi intrauterine
B. Ketuban Pecah Dini
C. Endometriosis
D. Petumbuhan janin terhambat
E. Partus lama kala I fase aktif
Diabetes Melitus
Penatalaksanaan
Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia , PERKENI 2015
Managemen Diabetes Gestasional
Managemen gaya hidup
• Pengaturan diet:
– Bb ideal : 90% x (TB-100)
– Kebutuhan kalori : BB ideal x 25 + Tingkat aktivitas
(10%-30%) + 300 kalori untuk ibu hamil
– 20%-30% tergantung status nutrisi ibu
– Protein : 1-1.5 g/kgbb
• Olahraga 150 menit / minggu
• Pengaturan berat badan
• Rutin evaluasi: tinggi fundus, USG, FDJP
Farmakoterapi Diabetes Gestasional
• Pilihan utama adalah insulin aman bagi ibu
dan janin
• OHO tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan hipoglikemi pada janin
• Target gula darah : GDP <105 mg/dl, GDPP
<120 mg/dl
Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia , PERKENI 2015
Komplikasi DM gestasional
MATERNAL FETAL
• Hipertensi gestasional • Makrosomia
• Preeklamsia • Hipoglikemia neonatus
• SC
• Hiperbilirubinemia
• Subsequent development
of type 2 DM • Birth trauma
• Respiratory distress syndrome
• Distosia bahu
• Birth defects
• Subsequent adolescent and
childhood overweight
Soal 157
• Seorang perempuan berusia 27 tahun G1P0A0,
usia kehamilan 38 minggu dibawa ke UGD RS
dengan keluhan mules-mules seperti mau
melahirkan. Pasien mengatakan sudah keluar air
pervaginam berwarna jernih. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah 100/60, nadi
88x/menit. Pada pemeriksaan obstetri
didapatkan kontraksi tiap 2 menit, pembukaan
serviks 6 cm, selaput ketuban -, presentasi muka
dengan dagu di anterior. Apakah penatalaksanaan
yang tepat terhadap pasien ini?
Soal 157
• A. Pimpin persalinan
• B. Observasi kemajuan persalinan
• C. Disiapkan untuk operasi SC
• D. Stimulasi persalinan
• E. Ekstraksi forcep
Kala 2
• Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit.
• Refleks mengejan akibat stimulasi tekanan bagian terbawah menekan anus dan rektum
Kala 3
• Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun.
Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap
menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
Letak, presentasi, posisi dan habitus
janin
• Letak
– Hubungan antara sumbu panjang fetus terhadap sumbu panjang ibu. Letak
janin yang dapat dijumpai adalah letak lintang (transverse), longitudinal dan
oblique
• Presentasi
– Bagian terbawah janin yang berada/mendekati jalan lahir
– Terdiri atas presentasi kepala, bokong, transversal, ganda, wajah dan dahi
• Posisi
– Hubungan antara bagian terbawah janin terhadap tubuh ibu. Pada presentasi
kepala yang menjadi penanda adalah vertex. Normalnya vertex berada di
bagian anterior tubuh ibu
• Habitus
– Sikap tubuh janin selama dalam uterus.
– Normalnya sikap janin adalah kepala flexi dan dagu menyentuh sternum,
punggung convex, paha melipat ke arah perut, tungkai flexi pada lutut,
Presentasi Muka
• Disebabkan oleh terjadinya ekstensi yang penuh dari kepala
janin .
• Penolong akan meraba muka, mulut , hidung dan pipi
• Etiologi: panggul sempit,janin besar,multiparitas,perut
gantung,anensefal,tumor dileher,lilitan talipusat
• Dagu merupakan titik acuan, sehingga ada presentasi muka
dengan dagu anterior dan posterior
• Sering terjadi partus lama. Pada dagu anterior kemungkinan
persalinan dengan terjadinya fleksi.
2 komponen utama:
1. Tatalaksana
perdarahan
obstetrik dan
kemungkinan syok
hipovolemik
2. Identifikasi dan
tatalaksana
penyebab utama
Perdarahan Postpartum: Atonia Uteri
• Merupakan penyebab tersering PPH
• Tatalaksana
– Resusitasi perdarahan
– Kosongkan kandung kemih
– Oksitosin 5 IU bolus IV ATAU 20 IU dalam 1 L NS secepatnya
ATAU 10 IU IM bila akses IV sulit
• http://emedicine.medscape.com/article/275038-treatment#d12
• http://patient.info/doctor/postpartum-haemorrhage
Masase uterus segera setelah plasenta lahir (15 detik) ATONIA
UTERI:
TATALAKSANA
kompresi bimanual interna maks 5 menit
Identifikasi sumber
Jika terus berdarah, Kompresi bimanual eksterna + perdarahan lain
Infus oksitosin dalam NS** • Laserasi jalan
Infus untuk restorasi cairan & jalur obat esensial, kemudian
lahir
lanjutkan KBI
• Hematoma
parametrial
Tidak berhasil • Ruptur uteri
• Inversio uteri
• Sisa fragmen
plasenta
Rujuk; Selama perjalanan Kompresi
bimanual eksterna **Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml
Berhasil Kompresi aorta abdominalis larutan NaCl 0,9%/Ringer
Tekan segmen bawah atau aorta Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan
abdominalis; lanjutkan infus infus 20 IU 10 unitIM. Lanjutkan infus oksitosin 20
unitdalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer
oksitosin dalam 500 ml NS/RL/ jam Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit
hingga perdarahan berhenti.
Terkontrol Di rumah sakit rujukan, lakukan tindakan operatif bila kontraksi uterus tidak membaik,
dimulai dari yang konservatif. pilihan tindakan operatif yang dapat dilakukan:
B-Lynch/embolisasi arteri uterina/ Ligasi a. uterina & ovarika/ histerektomi subtotal
Transfusi Rawat & Observasi
Medikamentosa Atonia Uteri
Jenis dan Cara Oksotosin Ergometrin misoprostol
Dosis dan cara IV : 20 unit dalam 1 L IM atau IV Oral atau rectal 400
pemberian awal larutan garam (lambat):0,2mg mg
fisiologis dengan
tetesan cepat
IM: 10 unit
Dosis lanjutan IV: 10 unit dalam 1 L Ulangi 0,2 mg IM 400 mg 2 – 4 jam
larutan garam setelah 15 menit. setelah dosis awal
fisiologis dengan 40 Bila masih diperlukan
tetes/menit beri IM/IV setiap 2 -4
jam
Dosis maksimal per Tidak lebih dari 3 L Total 1 mg atau 5 Total 1200 mg atau 3
hari larutan dengan dosis dosis
oksitosin
Indikasi kontra atau Pemberian IV secara Preeklamsi, vitium Nyeri kontraksi asma
hati - hati cepat atau bolus kordis, hipertensi
Soal 160
• Seorang wanita, 27 tahun, datang ke RS
dengan keluhan nyeri pada saat haid, sejak 3
bulan terakhir, dirasakan makin nyeri, nyeri
saat berhubungan dengan suami, belum
punya anak. Pada pemeriksaan didapatkan
vagina normal, portio tertarik ke belakang,
uterus terfiksir. Diagnosis yang tepat adalah...
Soal 160
• A. Endometriosis
• B. Vulvovaginitis akut
• C. Salpingitis
• D. Adnexitis
• E. Servisitis
• Jawaban: A. Endometriosis
160. Endometriosis
• Endometriosis
– Pertumbuhan jaringan yang mirip dengan
endometrium di luar kavum uteri
• Endometriosis interna / Adenomiosis
– Endometriosis yang terdapat di dalam miometrium
INFERTILITAS NYERI
1014
Endometriosis: Gejala Klinik
• Dismenore
– Timbul beberapa saat sebelum keluarnya darah haid,
berlangsung selama menstruasi dan progresif
• Subfertilitas/infertilitas
• Dispareunia
• Abortus spontan
– Meningkat 40% dibanding wanita normal 15-25%
• Keluhan lain
– Di kolon & rektum : distensi abdomen, kostipasi
– Di ureter : obstruksi, disuri, hematuri dll
1015
Endometriosis: Pemeriksaan
• Umumnya tidak menunjukkan kelainan
http://www.nhs.uk/Conditions/Endometriosis/Pages/Treatment.aspx
Endometriosis: Pemeriksaan
• Laparoskopi : untuk biopsi lesi
• USG, CT scan, MRI
http://www.nhs.uk/Conditions/Endometriosis/Pages/Treatment.aspx
Endometriosis: Terapi
1. Operatif
2. Non-Operatif
– Anti nyeri (NSAID, aspirin, morphine, and codeine)
– Hormonal
• Pil KB
• Levonorgestrel-releasing intrauterine system
(LNG-IUS)
• Gonadotrophin-releasing hormone (GnRH)
analogues
• Progestogens (medroxyprogesterone acetate)
http://www.nhs.uk/Conditions/Endometriosis/Pages/Treatment.aspx
OPTIMA MEDAN
OPTIMA MEDAN
Soal 161
• Seorang suami istri sudah menikah selama 3
tahun dan belum mempunyai anak. Siklus haid
istri normal dan sudah dilakukan pemeriksaan
kedokter kandungan dalam batas normal. Dan
suami juga dilakukan pemeriksaan analisis
sperma dengan hasil didapatkan dengan
jumlah 3 cc, berwarna putih, bau khas, jumlah
15 juta/cc, motilitas 40%, bentuk sperma
normal, diagnosis yang paling mungkin
adalah…
Soal 161
• A. Azospermia dan teratosperma
• B. Azospermia dan astenospermia
• C. Azosperma dan oligospermia
• D. Oligospermia dan astenospermia
• E. Oligospermia dan teratospermia
• Jawaban: C. Malaria
162. Malaria dalam Kehamilan
• Ditemukan parasit pada darah maternal dan darah plasenta
Perlindungan dari gigitan nyamuk, kontak antara ibu dengan vektor dapat dicegah
dengan:
• Memakai kelambu yang telah dicelup insektisida (misal: permethrin)
• Pemakaian celana panjang dan kemeja lengan panjang
• Pemakaian penolak nyamuk (repellent)
• Pemakaian obat nyamuk (baik semprot, bakar dan obat nyamuk listrik)
• Pemakaian kawat nyamuk pada pintu-pintu dan jendela-jendela
Penatalaksanaan Umum
1. Perbaiki keadaan umum penderita (pemberian cairan dan perawatan
umum)
3. Jaga jalan nafas untuk menghindari terjadinya asfiksia, bila perlu beri
oksigen
• Diagnosis:
– Duh tubuh vagina putih kental dan bergumpal, tidak berbau
– Rasa gatal
– Disuria/nyeri berkemih
– Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan KOH 10% untuk melihat pseudohifa dan miselium
• Faktor predisposisi
– Penggunaan antibiotik spektrum luas, peningkatan kadar estrogen, diabetes melitus,
HIV/AIDS, imunokompromais.
• Tatalaksana
– Berikan mikonazol atau klotrimazol 200 mg intra vagina setiap hari selama 3 hari, ATAU
– Klotrimazol, 500 mg intra vagina dosis tunggal, ATAU
– Nistatin, 100.000 IU intra vagina setiap hari selama 14 hari.
• Keputihan sangat gatal
dengan duh putih
kekuningan dan
berbutir-butir
• Sel-sel bulat/oval
yeast-like cells
Diagnosis Banding
Habif T.P. Clinical Dermatology A Color Guide To Diagnosis and Therapy. Sixth edition. 2016
Terapi
Habif T.P. Clinical Dermatology A Color Guide To Diagnosis and Therapy. Sixth edition. 2016
Kandidosis Vagina: Terapi (CDC & WHO)
Soal 164
• Seorang wanita G2P1A0 dengan usia
kehamilan 30 minggu datang ke klinik
kandungan untuk konsultasi ke dokter karena
takut anak kedua perkembangannya seperti
anak pertama, dimana anak pertama
persalinan normal tapi seiring perkembangan
usia terdapat benjolan di tulang vertebranya.
Apa terapi yang harusnya diberikan untuk
mencegah berulangnya kejadian tersebut?
• A. Asam folat 4 mg
• B. Kalsium
• C. Asam folat 0,4 mg
• D. Zink
• E. Vit A
• Nutrisi
– Penambahan kalori 300 Kal/Hari dan air 400 ml/hari
• Dosis
– Pencegahan defek pada tube neural: Min. 400 mcg/hari
– Defisiensi asam folat: 250-1000 mcg/hari
– Riwayat kehamilan sebelumnya memiliki komplikasi defek
tube neural atau riwayat anensefali: 4mg/hari pada sebulan
pertama sebelum kehamilan dan diteruskan hingga 3 bulan
setelah konsepsi
• Memenuhi spesifikasi
– Setiap tablet mengandung 200 mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental
dan 0,25 mg asam folat
• Tujuan
– Pencegahan preeklampsia bagi semua ibu hamil,
terutama yang memiliki risiko tinggi (riwayat
preeklampsia di kehamilan sebelumnya, diabetes,
hipertensi kronik, penyakit ginjal, penyakit autoimun,
atau kehamilan ganda)
– Suplementasi kalsium minimal 1 g/hari
direkomendasikan terutama pada wanita dengan
asupan kalsium yang rendah
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Soal 166
• Seorang laki–laki usia 35 tahun sebagai
seorang dokter di puskesmas menyampaikan
pesan kepada pasiennya yang ingin berhenti
merokok “ setelah saya sampaikan tentang
bahaya merokok, coba bapak ceritakan
kembali sesuai pemahaman bapak supaya bisa
saya tambahkan bila ada yang kurang”.
Apakah yang dibutuhkan dalam tahapan dari
proses komunikasi yang dilakukan oleh dokter
tersebut?
• A. Komunikator
• B. Message
• C. Refleksi
• D. Noise
• E. Feedback
• Jawaban: E. Feedback
166. Komunikasi Dokter Pasien
• Komunikasi efektif
– Pengembangan hubungan dokter pasien secara
efektif yang berlangsung dengan efisien
– dengan tujuan menyampaikan informasi atau
pemberian penjelasan dalam rangka membangun
kerja sama antara dokter dan pasien secara verbal
dan non verbal
Komunikasi Efektif (7C)
• Credibility (keterpercayaan)
– rasa saling percaya antara komunikator dan komunikan.
• Context (pertalian)
– kesesuaian pesan dengan kenyataan masyarakat.
• Content (kepuasan)
– penggunaan kata sesuai dengan target audience dalam hal ini komunikan
dapat memahami maksud komunikator sehingga komunikator merasa puas.
• Clarity (kejelasan)
– komunikator harus menyampaikan pesan / berita secara jelas istilahnya pun
harus jelas sehingga tercapainya tujuan.
• Continuity
– pesan dilakukan secara berulang-ulang, tetapi bervariasi dalam penyampaian.
• Consistency
– pesan tidak bertentangan dari awal sampai akhir
• Capability
– kemampuan komunikator untuk menjelaskan dengan akurat, dirancang untuk
menarik perhatian, disampaikan menggunakan symbol-simbol, memberikan
motivasi dan solusi
Langkah komunikasi
• Empat langkah komunikasi (SAJI)
– Salam
– Ajak bicara komunikasi dua arah, dorong pasien
mengemukakan pikiran dan perasaannya
– Jelaskan Luruskan persepsi yang keliru. Berikan
penjelasan mengenai sakitnya
– Ingatkan ingatkan untuk hal yang penting
Proses Komunikasi
• Source
– Orang yang menyampaikan informasi dan bertanggung jawab
menerjemahkan ide (encoding) menjadi suatu pesan
• Chanel
– Saluran untuk menyampaikan pesan
• Receiver
– penerima pesan dan menerjemahkan (decoding) berdasarkan
pngertian yang dimiliki
• Noise
– penghambat yang menimbulkan kesenjangan antara sorce dan
receiver
• Feedback
– proses klarifikasi untuk menghindari salah intrepetasi
Soal 167
• Laki–laki usia 65 tahun datang ke dokter
karena keluhan sesak nafas. Dokter puskesmas
mengalami kesulitan dalam menganamnesis
karena pasien hanya mampu berbicara
dengan bahasa wilayah setempat. Manakah
jenis barrier berikut yang sesuai dengan
kondisi dokter ini?
• A. Barier semantik
• B. Barier fisik
• C. Barier psikologis
• D. Barier budaya
• E. Barier intelektual
I. Physical barriers
II. Cross-cultural barriers.
III. Semantic barriers (words/language)
IV. Psychological barriers
V. Organizational barriers
Physical barriers
Noise
i. Physical noise (outside disturbance)
ii. Psychological noise (inattentiveness)
iii. Written noise (bad handwriting/typing)
iv. Visual noise (late arrival of employees)
Distance
Improper time
Inadequate/overload of information
Cross Cultural Barriers
Why communicate with cross culture?
1. Globalisation
2. Ability to work more harmoniously
3. Get good people despite their differences
• Different languages
• Different context for words and symbols
• Poor vocabulary
Psychological barriers
• Status
• Attitude
• Perceptions
• Poor listening
• Egotism
• Emotions (excited, nervous, confused,…)
• Resistance to change
Organizational barriers
• Rules and regulations (rigid/flexible)
• Hierarchial relationship
• Wrong choice of channel
Soal 168
• Pasien laki-laki, 30 tahun, datang dengan
keluhan batuk-batuk sejak 1 bulan yang lalu.
Sebagai dokter, Anda ingin mengetahui faktor
psikososial yang dapat mempengaruhi
timbulnya penyakit ini dan mempengaruhi
hasil dari pengobatan yang Anda berikan. Hal
ini termasuk dalam asas...
Soal 168
• A. Continuity
• B. Holistik
• C. Komprehensif
• D. Simplicity
• E. Effectivity
• Jawaban: B. Holistik
168. PRINSIP PELAYANAN
KEDOKTERAN KELUARGA
• Holistik
• Komprehensif
• Terpadu
• Berkesinambungan
TERPADU / TERINTEGRASI
• Memakai seluruh ilmu kedokteran yang telah
di dapat bekerja sama dengan pasien,
keluarga, dokter spesialis atau tenaga
kesehatan lain
Soal 169
• Seorang perempuan berusia 60 tahun datang
dengan keluhan sering sesak nafas. Saat
berkomunikasi dengan dokter pasien tampak
selalu ingin bercerita dan cenderung membantah
pembicaraan dokter, sehingga akhirnya dokter
memilih diam dan membiarkan pasien
menentukan pilihan pengobatannya baru
kemudian dokter membicarakan kelemahan dan
kekuatan pilihannya tersebut. Apakah strategi
pemecahan konflik yang digunakan dokter
tersebut...
• A. Menarik diri
• B. Merendahkan diri
• C. Menekan
• D. Kompromi
• E. Bernegosiasi
• Jawaban: D. Kompromi
169. Manajemen Konflik
• Gottman dan Korkoff menyebutkan bahwa
secara garis besar ada dua manajemen konflik,
yaitu :
– Manajemen konflik destruktif
– Manajemen konflik konstruktif
Manajemen Konflik Destruktif
• Manajemen konflik destruktif yang meliputi
• conflict engagement (menyerang dan lepas control),
• withdrawal (menarik diri) dari situasi tertentu yang
kadangkadang sangat menakutkan hingga menjauhkan diri
ketika menghadapi konflik dengan cara menggunakan
mekanisme pertahan diri,
• compliance (menyerah dan tidak membela diri)
Manajemen Konflik Konstruktif
• Merupakan positive problem solving yang terdiri dari
kompromi dan negosiasi.
• Kompromi
• suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian
terhadap perselisihan yang ada.
• Sikap dasar untuk melaksanakan kompromi adalah bahwa salah
satu pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan
pihak lainnya
• Negosiasi
• suatu cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati
dan diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa dan
bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang.
Soal 170
• Seorang dokter UGD dalam tindakannya
terhadap pasien selalu melakukan evaluasi diri
sendiri, mempertimbangkan keputusan yang
akan diambil dan menyiapkan pesan-pesan
yang akan disampaikan. Apakah jenis
komunikasi yang dilakukan oleh dokter
tersebut?
• A. Komunikasi intrapersonal
• B. Komunikasi interpersonal
• C. Komunikasi efektif
• D. Komunikasi publik
• E. Komunikasi refleksi
• Jawaban: B. Mandiri
171. POSYANDU
• Terdapat 4 jenis posyandu:
– Posyandu pratama (warna merah)
– Posyandu madya (warna kuning)
– Posyandu purnama (warna hijau)
– Posyandu mandiri (warna biru)
Keberhasilan Posyandu
• Cakupan SKDN
– S: semua balita di wilayah kerja Posyandu
– K: semua balita yang terdaftar dan memiliki KMS
– D: jumlah balita yang datang dan ditimbang
– N: jumlah balita yang naik berat badannya
• Angka Kematian Ibu (AKI) makin tinggi AKI, makin rendah derajat
kesehatan reproduksi.
• Angka Kematian Bayi (AKB) makin tinggi AKB, makin rendah derajat
kesehatan reproduksi.
• Jumlah ibu hamil dengan “4 terlalu” atau “terlalu muda, terlalu tua,
terlalu banyak anak, dan terlalu dekat jarak antar kelahiran (makin
tinggi jumlah ibu hamil dengan “4 terlalu”, makin rendah derajat
kesehatan reproduksi).
Indikator Kesehatan Reproduksi
(Depkes)
• Jumlah perempuan dan/atau ibu hamil dengan masalah
kesehatan, terutama anemia dan kurang energi kronis/KEK,
(makin tinggi jumlah anemia dan KEK, makin rendah derajat
kesehatan reproduksi).
• Peserta individu:
– Kelas 1: Rp 80.000,00/bulan
– Kelas 2: Rp 51.000,00/bulan
– Kelas 3: Rp 25.500,00/bulan
Denda Iuran BPJS (Permenkes 82 thn
2018)
Ketentuan denda pelayanan atas keterlambatan pembayaran iuran JKN-KIS sebagai
berikut :
• Denda hal keterlambatan pembayaran Iuran JKN-KIS lebih dari 1 (satu) bulan sejak
tanggal 10, maka penjamin peserta diberhentikan sementara.
• Pemberhentian sementara penjaminan peserta berakhir dan kepesertaan kembali
aktif apabila:
– peserta membayar iuran tertunggak paling banyak untuk waktu 24 bulan.
– Membayar iuran pada bulan peserta ingin mengakhiri pemberhentian sementara
jaminan
• Dalam waktu 45 (empat puluh lima) hari sejak status kepesertaan aktif kembali,
peserta JKNKIS wajib membayar denda kepada BPJS Kesehatan untuk setiap
pelayanan kesehatan rawat inap.
• Denda sebagaimana yang dimaksud adalah sebesar 2,5 % (dua koma lima persen)
dari setiap biaya pelayanan kesehatan untuk setiap bulan tertunggak, dengan
ketentuan :
– Jumlah bulan tertunggak paling banyak 12 (dua belas) bulan.
– Besar denda paling tinggi Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah).
• Pelunasan denda harus dilakukan dalam 3x24 jam sejak masuk rawat inap atau
sebelum pasien pulang.
Soal 177
• Seorang peneliti ingin melakukan penelitian
kadar kolesterol pada pria (diambil 100 orang
pria). Peneliti melakukan penelitian pada dua
tempat yaitu desa dan kota. Rata-rata kadar
kolesterol dan standar deviasi dari masing-
masing sample dipakai dalam pengolahan
statistik. Uji apa yang dapat menunjukkan
perbedaan antara kedua rata-rata kadar
kolesterol?
• A. Uji normalitas
• B. Uji T
• C. Uji Z
• D. Chi-squares test
• E. Analisa korelasi
• Jawaban: B. Uji T
177. Langkah Menentukan Uji
Statistik
• Tentukan sifat variabel yang diuji (numerik atau kategorik)
• z-test is a statistical test to help determine the probability that new data will be near the
point for which a score was calculated.
• A z-score is calculated with population parameters such as “population mean” and
“population standard deviation” and is used to validate a hypothesis that the sample drawn
belongs to the same population.
• A t-test is used when the population parameters (population mean and population
standard deviation) are not known.
Key Differences Between T-test and Z-
test
• The t-test can be understood as a statistical test which is used to compare and
analyse whether the means of the two population is different from one another
or not when the population standard deviation is not known. As against, Z-test is
a parametric test, which is applied when the population standard deviation is
known, to determine, if the means of the two datasets differ from each other.
• The t-test is based on Student’s t-distribution. On the contrary, z-test relies on the
assumption that the distribution of sample means is normal. Both student’s t-
distribution and normal distribution appear alike, as both are symmetrical and bell-
shaped. However, they differ in the sense that in a t-distribution, there is less space
in the centre and more in the tails.
• One of the important conditions for adopting t-test is that population variance is
unknown. Conversely, population variance should be known or assumed to be
known in case of a z-test.
• Z-test is used to when the sample size is large, i.e. n > 30, and t-test is appropriate
when the size of the sample is small, in the sense that n < 30.
T-Test vs Z-Test
T Test VS Z-test
T-Test
• Jawaban: A. Cohort
DESAIN PENELITIAN
STUDY
DESIGNS
Analytical Descriptive
Case series
Observational Experimental
Cross-sectional
Assess Known
Case -control study exposure outcome
Known Assess
Prospective cohort exposure outcome
Known Assess
Retrospective cohort exposure outcome
Prinsip
Kohort
• Studi kohort selalu dimulai dari subyek yang tidak sakit. Kelompok subyek
dibagi menjadi subyek yang terpajan dan tidak terpajan. Kemudian
dilakukan pengamatan sampai terjadinya penyakit atau sampai waktu
yang ditentukan.
Kohort Prospektif vs Retrospektif
• Baik kohort prospektif
maupun retrospektif selalu
dimulai dari menjadi subyek
yang tidak sakit.
Outcome
Exposure Yes No Total
Yes a b a+b
No c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
Outcome
Exposure Yes No Total
Yes a b a+b
No c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
Yes a b a+b
No c d c+d
Rumus prevalence odds ratio (POR) sama dengan rumus OR, yaitu:
POR: ad
bc
Interpretasi RR/OR/PR
GERD(+) GERD(-)
Minum kopi (+) 100 100
Minum kopi (-) 50 250
• RR = a/(a+b)
c/(c+d)
RR = (100/200)/(50/300)
RR = 3
Analisis Soal
• Cara kedua adalah dengan memahami apa itu RR
• RR adalah insidens penyakit pada kelompok yang terpapar
dibagi insidens penyakit pada kelompok tidak terpapar.
• Maka dalam soal ini:
– RR = insidens PJK pada kelompok peminum kopi/ insidens PJK
pada kelompok bukan peminum kopi
– Insidens GERD pada peminum kopi = 100/200
– Insidens PJK pada kelompok bukan peminum kopi =50/300
– RR = (100/200)/(50/300)= 3
• Interpretasi hasil RR=3 adalah orang yang minum kopi
memiliki risiko kali lebih besar untuk mengalami GERD
dibanding dengan orang yang tidak minum kopi.
Soal 180
• Seorang detailer obat datang kepada dokter
disuatu tempat praktek. Dia memberi
penawaran kepada dokter tersebut untuk
menggunakan merk obat pada setiap
terapinya, dengan imbalan akan
memberangkatkan dokter tersebut seminar ke
luar negeri. Apabila dokter tersebut
menerimanya, dokter tersebut berarti...
• A. Melanggar sumpah dokter Indonesia
• B. Tidak melaksanakan profesi sebagai standar profesi
tertinggi
• C. Tidak menjalankan kebebasan, dan kemandirian
berprofesi
• D. Kurang hati-hati dalam mengumumkan dan
menggunakan obat yang belum terbukti secara klinis
• E. Kurang mengamati penerapan palayanan kesehatan
secara menyeluruh
menjunjung tinggi, menghayati dan ..wajib merujuk jika tidak setiap dokter harus memelihara
mengamalkan sumpah dokter (pasal mampu, atas persetujuan kesehatannya supaya dapat
1) pasien(pasal 14) bekerja dengan baik (pasal 20)
Seorang dokter wajib selalu setiap dokter wajib merahasiakan setiap dokter harus senantiasa
melakukan pengambilan keputusan segala sesuatu yang diketahuinya mengikuti perkembangan ilmu
profesional secara independen, dan tentang seorang pasien , bahkan pengetahuan dan teknologi
mempertahankan perilaku juga setelah pasien itu meninggal kedokteran/kesehatan (psl 21)
profesional dalam ukuran yang dunia (pasal 16)
tertinggi. (pasal 2) setiap dokter memperlakukan
setiap dokter wajib melakukan teman sejawat nya sebagaimana
dalam melakukan pekerjaannya pertolongan darurat sbg suatu ia sendiri ingin diperlakukan
seorang dokter tidak boleh tugas perikemanusiaan, kecuali (pasal 18)
dipengaruhi oleh sesuatu yang bila ia yakin ada orang lain
mengakibatkan hilangnya bersedia dan mampu
kebebasan & kemandirian profesi memberikannya (pasal 17)
(pasal 3)
• Mengenai isi rekam medis diatur lebih khusus dalam Pasal 12 ayat
(2) dan ayat (3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis: Isi rekam medis
merupakan milik pasien yang dibuat dalam bentuk ringkasan rekam
medis..
Rekam Medis
– Administrative Value
– Legal Value
– Financial Value
– Research Value
– Education Value
– Documentation Value
Kepemilikan Rekam Medis
• Permenkes No.269 tahun 2008: isi Rekam Medis
adalah milik pasien, sedangkan berkas Rekam
Medis (secara fisik) adalah milik Rumah Sakit atau
institusi kesehatan.
Medical
Error
PREVENTABLE
• Kesalahan nakes
Pasien cedera ADVERSE MALPRAKTIK
• Dapat dicegah
• Karena berbuat (commission) EVENT
• Karena tdk berbuat
(ommision)
Acceptable
Risk
• Kondisi Potensial Cedera (KPC): kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden. Misalnya: ventilator di ICU rusak, tetapi belum ada
pasien yang membutuhkan ventilator.
• Kejadian Tidak Cedera (KTC): insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul
cedera. Misalnya: pasien salah diberi obat, sudah terlanjur diminum pasien, tetapi tidak
muncul efek samping apapun.
• Kejadian Nyaris Cedera (KNC): Terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
Misalnya: hendak salah memberikan obat tetapi diketahui sebelum terlanjur terjadi.
• Kejadian Tidak Diharapkan (KTD): Insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.
Misalnya: pasien jatuh dari tempat tidur karena penghalang tidak dipasang.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN
Kejadian Nyaris Cedera/ Near Miss
• Suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius
tidak terjadi, karena :
– “keberuntungan” (mis.,pasien terima suatu obat kontra indikasi
tetapi tidak timbul reaksi obat),
– “pencegahan” (suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya
sebelum obat diberikan),
– “peringanan” / mitigasi (suatu obat dengan overdosis lethal
diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya
Soal 184
• Seorang laki- laki, 50 tahun, dibawa oleh anaknya
ke IGD karena mata kirinya tertusuk bambu. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan laserasi palpebra
dan perdarahan subkonjungtiva. Dokter jaga
melakukan pertolongan pertama pada mata kiri
untuk menghentikan perdarahan sementara
sebelum dirujuk ke dokter spesialis mata. Apakah
tindakan yang dilakukan oleh dokter tersebut
yang juga merupakan prinsip non maleficence?
• A. Memberi suatu resep
• B. Merujuk ke spesialis mata
• C. Mengutamakan altruisme
• D. Menolong pasien emergensi
• E. Memaksimalkan hak – hak pasien secara
keseluruhan
Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.
Berbuat baik (beneficence) Tidak berbuat yang merugikan
(nonmaleficence)
• Selain menghormati martabat manusia,
dokter juga harus mengusahakan agar • Praktik Kedokteran haruslah memilih
pasien yang dirawatnya terjaga keadaan pengobatan yang paling kecil risikonya dan
kesehatannya (patient welfare). paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno:
• Pengertian ”berbuat baik” diartikan first, do no harm, tetap berlaku dan harus
bersikap ramah atau menolong, lebih diikuti.
dari sekedar memenuhi kewajiban.
Keadilan (justice)
Menghormati martabat manusia (respect
• Perbedaan kedudukan sosial, tingkat
for person) / Autonomy ekonomi, pandangan politik, agama dan
faham kepercayaan, kebangsaan dan
• Setiap individu (pasien) harus kewarganegaraan, status perkawinan,
diperlakukan sebagai manusia yang serta perbedaan jender tidak boleh dan
tidak dapat mengubah sikap dokter
memiliki otonomi (hak untuk menentukan terhadap pasiennya.
nasib diri sendiri), • Tidak ada pertimbangan lain selain
• Setiap manusia yang otonominya kesehatan pasien yang menjadi perhatian
berkurang atau hilang perlu mendapatkan utama dokter.
perlindungan. • Prinsip dasar ini juga mengakui adanya
kepentingan masyarakat sekitar pasien
yang harus dipertimbangkan
Soal 186
• Seorang dokter menemukan sebuah dus di depan
rumahnya yang berisi seorang bayi yang baru
lahir dalam keadaan hidup dengan tali pusar
masih terhubung dengan plasenta. Dokter lalu
menghubungi rumah sakit dan kepolisian. Polisi
lalu berhasil menemukan orang tua bayi yang
menelantarkan anaknya. Pihak penyidik meminta
keterangan kepada dokter tersebut. Apakah jenis
alat bukti yang paling sesuai berkaitan dengan
keterangan yang diminta pihak penyidik kepada
dokter tersebut?
• A. Keterangan saksi ahli
• B. Visum et repertum
• C. Keterangan saksi
• D. Keterangan ahli
• E. Laporan medis
•
• Jawaban: C. Keterangan saksi
186. SAKSI vs SAKSI AHLI
SAKSI SAKSI AHLI
TIDAK HARUS MEMILIKI KEAHLIAN
HARUS MEMILIKI KEAHLIAN TERTENTU
TERTENTU
SATU SAKSI BELUM TENTU MENJADI ALAT SATU SAKSI SAJA SUDAH MERUPAKAN
BUKTI PRODUSEN ALAT BUKTI SAH
3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan
yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan PASAL 76.
Abortus Provokatus Menurut
UU No.36 Tahun 2009
PASAL 76
• Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat
dilakukan :
a) sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b) oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri;
c) dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d) dengan izin suami, kecuali korban perkosaan;
e) penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri
Soal 188
• Ditemukan mayat tenggelam di laut, masih
dalam keadaan baru, dan tangannya
menggenggam rumput yang sulit untuk
dilepaskan. Bagaimana kita dapat mengetahui
apakah mayat tenggelam di laut, atau di
sungai lalu dipindahkan ke laut?
Soal 188
A. Pemeriksaan getah paru
B. Pemeriksaan diatomae
C. Pemeriksaan destruksi
D. Pemeriksaan digesti asam
E. Pemeriksaan darah jantung
• Immersion syndrome
– Korban meninggal tiba-tiba saat tenggelam pada air
yang sangat dingin
– Akibat refleks vagal
Berdasarkan Lokasi Tenggelam
AIR TAWAR AIR LAUT
• Air dengan cepat diserap • Pertukaran elektrolit dari
dalam jumlah besar air asin ke darah
hemodilusi natrium plasma
hipervolemia dan meningkat air akan
hemolisis massif dari sel- ditarik dari sirkulasi
sel darah merah hipovolemia dan
kalium intrasel akan hemokonsentrasi
dilepas hiperkalemia hipoksia dan anoksia
fibrilasi ventrikel dan
anoksia yang hebat pada
miokardium.
Tanda Tenggelam
Tanda korban masih hidup saat tenggelam:
• Ditemukannya tanda cadaveric spasme
• Perdarahan pada liang telinga
• Adanya benda asing (lumpur, pasir, tumbuhan dan binatang
air) pada saluran pernapasan dan pencernaan
• Adanya bercak paltouf di permukaan paru
• Berat jenis darah pada jantung kanan dan kiri berbeda
• Ditemukan diatome
• Adanya tanda asfiksia
• Ditemukannya mushroom-like mass
Pemeriksaan Luar Korban Tenggelam
• Mayat dalam keadaan basah berlumuran pasir dan benda-benda asing lainnya yang
terdapat di dalam air laut dan kadang-kadang bercampur lumpur.
• Busa halus putih yang berbentuk jamur (mush room-like mass).
– Masuknya cairan kedalam saluran pernafasan merangsang terbentuknya mukus,
substansi ini ketika bercampur dengan air dan surfaktan dari paru-paru dan terkocok
oleh karena adanya upaya pernafasan yang hebat. Busa dapat meluas sampai trakea,
bronkus utama dan alveoli.
• Cutis anserina pada ekstremitas akibat kontraksi otot erector pilli yang dapat terjadi karena
rangsangan dinginnya air.
• Washer woman hand. Telapak tangan dan kaki berwarna keputihan dan berkeriput yang
disebabkan karena inhibisi cairan ke dalam cutis dan biasanya membutuhkan waktu yang
lama.
• Cadaveric spasme. Merupakan tanda vital yang terjadi pada waktu korban berusaha
menyelamatkan diri., dengan cara memegang apa saja yang terdapat dalam air.
• Luka lecet akibat gesekan benda-benda dalam air.
• Penurunan suhu mayat
• Lebam mayat terutama pada kepala dan leher
Pemeriksaan Dalam Korban Tenggelam
• Pemeriksaan terutama ditujukan pada sistem pernapasan, busa halus putih
dapat mengisi trakhea dan cabang-cabangnya, air juga dapat ditemukan,
demikian pula halnya dengan benda-benda asing yang ikut terinhalasi bersama
benda air.
• Benda asing dalam trakhea dapat tampak secara makroskopis misalnya pasir,
lumpur, binatang air, tumbuhan air dan lain sebagainya; sedangkan yang tampak
secara mikroskopis diantaranya telur cacing dan diatome (ganggang kersik).
• Pleura dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik perdarahan.
Perdarahan ini dapat terjadi karena adanya kompresi terhadap septum
interalveoli, atau oleh karena terjadinya fase konvulsi akibat kekurangan oksigen.
• Bercak perdarahan yang besar (diameter 3-5 cm), terjadi karena robeknya partisi
inter alveolar, dan sering terlihat di bawah pleura; bercak ini disebut sebagai
bercak ”Paltauf”.
– Bercak berwarna biru kemerahan dan banyak terlihat pada bagian bawah paru-paru,
yaitu pada permukaan anterior dan permukaan antar bagian paru-paru.
Pemeriksaan Dalam Korban Tenggelam
• Kongesti pada laring
• Emphysema aquosum atau emphysema
hyroaerique yaitu paru-paru tampak pucat
dengan diselingi bercak-bercak merah di antara
daerah yang berwarna kelabu;
• Obstruksi pada sirkulasi paru-paru akan
menyebabkan distensi jantung kanan dan
pembuluh vena besar dan keduanya penuh berisi
darah yang merah gelap dan cair, tidak ada
bekuan.
PEMERIKSAAN KHUSUS
PADA KASUS TENGGELAM
• Terdapat pemeriksaan khusus pada kasus mati
tenggelam (drowning), yaitu :
– Percobaan getah paru (lonset proef)
– Pemeriksaan diatome (destruction test)
– Pemeriksaan kimia darah (gettler test & Durlacher
test).
Tes getah paru (lonset proef)
• Kegunaan melakukan percobaan paru (lonsef proef)
yaitu mencari benda asing (pasir, lumpur, tumbuhan,
telur cacing) dalam getah paru-paru mayat.
• Syarat melakukannya adalah paru-paru mayat
harus segar / belum membusuk.
• Cara melakukan percobaan getah paru (lonsef proef)
yaitu permukaan paru-paru dikerok (2-3 kali) dengan
menggunakan pisau bersih lalu dicuci dan iris
permukaan paru-paru. Kemudian teteskan diatas objek
gelas. Syarat sediaan harus sedikit mengandung
eritrosit.
Tes Diatom
TES DIATOM 4 CARA PEMERIKSAAN DIATOM:
• Diatom adalah alga atau ganggang • Pemeriksaan mikroskopik langsung.
bersel satu dengan dinding terdiri Pemeriksaan permukaan paru disiram
dari silikat (SiO2) yang tahan panas dengan air bersih iris bagian perifer
dan asam kuat. ambil sedikit cairan perasan dari
jaringan perifer paru, taruh pada
gelas objek tutup dengan kaca
• Bila seseorang mati karena penutup. Lihat dengan mikroskop.
tenggelam maka cairan bersama
diatome akan masuk ke dalam
saluran pernafasan atau pencernaan • Pemeriksaan mikroskopik jaringan
kemudian diatome akan masuk dengan metode Weinig dan Pfanz.
kedalam aliran darah melalui
kerusakan dinding kapiler pada waktu • Chemical digestion. Jaringan
korban masih hidup dan tersebar dihancurkan dengan menggunakan
keseluruh jaringan. asam kuat sehingga diharapkan
diatom dapat terpisah dari jaringan
tersebut.
Jawaban: E. Pembunuhan
189-190. SEBAB-MEKANISME-CARA KEMATIAN
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
Sebab Kematian
• Sebab kematian lebih ditekankan pada alat atau
sarana yang dipakai untuk mematikan korban.
– Contoh: karena tenggelam, karena terbakar, karena
tusukan benda tajam, karena pencekikan, karena
kekerasan benda tumpul.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
Mekanisme Kematian
• Mekanisme kematian menunjukkan bagaimana
korban itu mati setelah umpamanya tertembak atau
tenggelam.
– Contoh: asfiksia, karena perdarahan, karena refleks vagal,
karena hancurnya jaringan otak
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
Cara Kematian
• Dalam ilmu kedokteran forensik dikenal 3 cara
kematian, yaitu:
1. Wajar: kematian korban karena penyakit, bukan
karena kekerasan atau rudapaksa.
2. Tidak wajar, yang dibagi menjadi kecelakaan, bunuh
diri, dan pembunuhan.
3. Tidak dapat ditentukan, yang disebabkan karena
keadaan mayat telah sedemikian rusak atau busuk
sehingga luka atau penyakit tidak dapat ditemukan
lagi.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
190. Tipe Penggantungan
• Suicidal hanging (gantung diri)
– Paling banyak ditemui
– Korban bunuh diri
• Accidental hanging
– Lebih banyak ditemukan pada anak-anak utamanya pada umur antara 6-12 tahun.
Tidak ditemukan alasan untuk bunuh diri karena pada usia itu belum ada tilikan
dari anak untuk bunuh diri. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengawasan dari orang
tua.
– Pada orang dewasa, bisa terjadi akibat pelampiasan nafsu seksual yang
menyimpang.
• Homicidal hanging
– Pembunuhan yang dilakukan dengan metode menggantung korban.
– Biasanya dilakukan bila korbannya anak-anak atau orang dewasa yang kondisinya
lemah baik oleh karena penyakit atau dibawah pengaruh obat, alcohol, atau korban
sedang tidur.
PENGGANTUNGAN ANTEMORTEM VS POSTMORTEM
NO PENGGANTUNGAN ANTEMORTEM PENGGANTUNGAN POSTMORTEM
Tanda jejas jeratan miring, berupa lingkaran Tanda jejas jeratan biasanya berbentuk lingkaran utuh
2 terputus (non-continuous) dan letaknya pada (continuous), agak sirkuler dan letaknya pada bagian
leher bagian atas leher tidak begitu tinggi
Simpul tali biasanya tunggal, terdapat pada Simpul tali biasanya lebih dari satu, diikatkan dengan
3
sisi leher kuat dan diletakkan pada bagian depan leher
Simpul tali, biasanya hanya satu simpul yang Simpul tali biasanya lebih dari satu pada bagian
3
letaknya pada bagian samping leher depan leher dan simpul tali tersebut terikat kuat
Tangan tidak dalam keadaan terikat, karena sulit Tangan yang dalam keadaan terikat mengarahkan dugaan pada
7
untuk gantung diri dalam keadaan tangan terikat kasus pembunuhan
Tanda-tanda perlawanan, tidak ditemukan pada Tanda-tanda perlawanan hampir selalu ada kecuali jika korban
10
kasus gantung diri sedang tidur, tidak sadar atau masih anak-anak.
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
THT-KL
Soal 191
Tn. Lucas, 70 tahun, datang dengan keluhan
penurunan pendengaran telinga kanan. Pada
pemeriksaan audiometri nada murni ambang
dengar pasien AC (air conduction) dan BC (bone
conduction) pada 80 dB. Diagnosis pada pasien
ini adalah…
A. Tuli konduktif berat
B. Tuli sensorineural sedang-berat
C. Tuli sensorineural berat
D. Tuli campuran sedang-berat
E. Tuli campuran berat
• Hentikan perdarahan
– Bersihkan hidung dari darah & bekuan
– Pasang tampon sementara yang telah dibasahi adrenalin
1/5000-1/10000 atau lidokain 2%
– Setelah 15 menit, lihat sumber perdarahan
The major virulence of the organism lies in its ability to produce the
potent 62-kd polypeptide exotoxin, which inhibits protein synthesis and
causes local tissue necrosis
Within the first few days of respiratory tract infection , a dense necrotic coagulum
of organisms, epithelial cells, fibrin, leukocytes and erythrocytes forms, advances,
and becomes a gray-brown, leather-like adherent pseudomembrane . Removal is
difficult and reveals a bleeding edematous submucosa AIRWAY OBSTRUCTION
Severity of Airway Obstruction
Jackson Criteria
I : Patient Calm
Stridor --> Inspiratory
Retraction --> Suprasternal
II : Patient Discomfort
Stridor --> Inspiratory
Retraction --> Suprasternal, Substernal
IV : Patient Cyanosis/Apathy
Stridor --> Inspiratory, Expiratory
Retraction --> Suprasternal, Substernal, Intercostal
193. Difteri
• Pemeriksaan :
– Pemeriksaan Gram & Kultur; sediaan berasal dari swab
tenggorok, jika bisa diambil dibawah selaput
pseudomembran
– Kultur bisa menggunakan medium cystine tellurite blood
agar (CTBA), medium hoyle dan medium tinsdale
medium selektif untuk kultur Corynebacterium diphtheriae
– Untuk megisolasi Corynebacterium digunakan agar darah
telurit (Mc Leod), sebagai media selektif, setelah inkubasi
selama 24 jam koloni bakteri terlihat berwarna abu-abu tua-
hitam.
– Selanjutnya untuk biakan murni Corynebacterium digunakan
media perbenihan Loeffler dalam tabung
Patel ZM. Uncomplicated acute sinusitis and rhinosinusitis in adults: Treatment. Uptodate 2018
Soal 195
• Pasien perempuan usia 14 tahun datang
dengan keluhan nyeri pada belakang telinga
kiri sejak 3 hari yang lalu. Riwayat keluar
cairan kental kekuningan dan demam hilang
timbul sejak 2 bulan lalu. Di belakang telinga
tampak udem, hiperemis, fluktuasi (-). Di liang
telinga tampak kotor dan sekret mukopurulen.
Diagnosis pada pasien ialah...
• A. Fistula pre aurikula
• B. Mastoiditis akut
• C. Perikondritis
• D. Abses bezold
• E. Abses Citelli
Schuller’s or Rugnstrom view (30º lateral oblique): Similar to Law’s view but
cephalocaudal beam makes an angle of 30 degrees instead of 15 degrees
• Acute mastoiditis: Diffuse haziness or clouding of mastoid air cells,
destruction of intercellular septa (loss of trabecular pattern) & the lateral
sinus plate appears more prominent
• Chronic mastoiditis: Diffuse sclerosis of cellular mastoid and prominence of
periantral triangle
• Cholesteatomas: Cholesteatomas are radiolucent and can only be diagnosed
if they erode bone. An erosion of mastoid antrum is seen as an area of
translucency in a sclerotic mastoid.
• Tipe benign/mucosal:
– Tidak melibatkan tulang.
– Tipe perforasi: sentral.
– Th/: ear wash with H2O2 3% for 3-5 Large central perforation
days, ear drops AB & steroid,
systemic AB
• Tipe malignant/tulang:
– Melibatkan tulang atau
kolesteatoma.
– Tipe perforasi: marginal atau attic.
– Th/: mastoidektomi.
Cholesteatoma at attic
type perforation
1) Diagnostic handbook of otorhinolaryngology. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
197. Otitis Media Supuratif Kronik
• Tanda dini OMSK tipe maligna:
Adanya perforasi marginal atau atik,
Tanda lanjut
• abses atau fistel aurikular,
• polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang
berasal dari dalam telinga tengah,
• terlihat kolesteatoma pada telinga tengah (sering
terlihat di epitimpanum),
• sekret berbentuk nanah & berbau khas,
• terlihat bayangan kolesteatoma pada foto mastoid.
Terapi OMSK
• OMSK tipe benigna:
– Secara umum terapi OMSK jinak adalah konservatif.
Obat yang dapat digunakan berupa obat cuci telinga
H2O2 3% selama 3-5 hari, antibiotik (penggunaan
antara 1-2 minggu) dan antibiotik oral. Miringoplasti
atau timpanoplasti dapat dilakukan setelah dua bulan
ketika keadaan sekret sudah kering.
• OMSK tipe bahaya:
– Secara umum pembedahan, mastoidektomi dengan
atau timpanoplasti.
197. Tatalaksana Pembedahan untuk
OMSK
• Mastoidektomi sederhana:
– Indikasi: OMSK tipe aman yg tidak membaik dgn terapi konservatif
– Tujuan: membersihkan jaringan patologik pada ruang mastoid, sehingga infeksi
tenang dan sekret tidak keluar lagi.
– Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
• Miringoplasti (timpanoplasti tipe I)
– Rekonstruksi membran timpani tanpa memperbaiki rongga telinga tengah
– Indikasi: OMSK tipe aman dengan tuli ringan hanya akibat perforasi membran
timpani. Infeksi telah teratasi.
– Mencegah rekurensi infeksi telinga tengah, memperbaiki fungsi pendengaran.
• Timpanoplasti (tipe II, III, IV, V)
– Eksplorasi kavum timpani dengan/tanpa mastoidektomi dilanjutkan rekonstruksi
membran timpani dan tulang pendengaran
– Indikasi: OMSK tipe aman dgn kerusakan lebih berat, OMSK tipe aman yang gagal
medika mentosa
– Menghentikan proses infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani dan
tulang pendengaran
• Mastoidektomi radikal
– Untuk OMSK tipe bahaya
• Mastoidektomi radikal dengan modifikasi:
– Dinding dipertahankan pada OMSK tipe bahaya tanpa kerusakan luas
Soal 198
• Laki-laki, 40 tahun, datang dengan keluhan
nyeri pada telinga kanan. Os juga
mengeluhkan telinga berdenging. Penurunan
pendengaran disangkal. Pada pemeriksaan TD
120/80 mmHg, FN 108x/mnt, RR 20x/mnt,
temp 38,5 celcius. Pada pemeriksaan telinga
kanan didapati vesikel-vesikel berkelompok,
liang telinga lapang. Apakah virus penyebab
keluhan pasien tersebut?
• A. Eipsten barr virus
• B. Herpes simpleks 1
• C. Herpes simpleks 2
• D. Herpes zoster
• E. Varicella zoster
• Manifestasi klinis
Otalgia berat
Erupsi vesikular pada kanalis
eksternus dan pinna
• Komplikasi
Ramsay Hunt syndrome
Ramsay Hunt Syndrome
• Definisi
Infeksi virus herpes terlokalisasi yg
melibatkan nervus 7 dan ganglia
genikulatum sehingga menyebabkan
hilangnya pendengaran, vertigo dan
paralisis nervus fasialis.
• Manifestasi klinis
Adanya vesikel pada
Pinna
Canalis auditorius eksternus
Distribusi nervus fasialis
Paralisis wajah pd sisi yg terkena
Gejala auditori dpt berupa tinnitus, tuli, vertigo
dan nystagmus.
Ramsay Hunt Syndrome
Tatalaksana akut Tatalaksana Kronis
Acyclovir (800 mg PO five times postherpetic pain Duloxetine
qd for 10 days), famciclovir (500 and amitriptyline
mg tid for 7 days), or Other agents for postherpetic
valacyclovir (1 g q8h for 7 days) pain include gabapentin and
may hasten healing. pregabalin.
Use of prednisone (60 mg PO qd Narcotic analgesics may
for 7 days or on a tapering occasionally be necessary.
regimen, 40 mg PO for 2 days, 30
mg for 7 days, followed by
tapering course) is
recommended by some authors
but its use remains controversial.
Analgesics should be used as
indicated.
Soal 199
• Anak, 3 tahun, mengeluh gatal pada telinga
kiri sejak 4 hari yang lalu. Tidak ada riwayat
keluar cairan dari telinga. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan hifa berwarna hitam.
Diagnosis yang paling tepat adalah…
• A. Otomikosis
• B. Otitis eksterna sirkumskripta
• C. Otitis eksterna difusa
• D. Otitis media kronis
• E. Otosklerosis
• Jawaban: A. Otomikosis
199. Otomikosis
• The infection may be either sub
acute or acute and is characterized
by inflammation, pruritis, scaling and
severe discomfort.
Tatalaksana
Asam asetat 2% dalam alkohol atau povidon iodine 5%
atau antifungal topikal (nistatin/clotrimazol 1%)
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003.
Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Soal 200
• Laki-laki umur 40 tahun datang dengan keluhan
leher sebelah kanan bengkak.riwayat keluar
cairan kental berwarna kuning dari telinga kanan
1 minggu yg lalu. Pasien juga memiliki riwayat
keluar cairan dari telingan sejak kecil. Dari
pemeriksaan telinga ditemukan perforasi pada
membran tympani dan nyeri tekan pada belakang
telinga, kemudian didapatkan massa berwarna
merah, berfluktuasi pada leher bagian atas
sebelah kanan. Apakah diagnosa pada pasien ini?
• A. Abses Luc
• B. Abses Cetelli
• C. Abses retroaurikular
• D. Abses zigomatikum
• E. Abses Bezold