Anda di halaman 1dari 1300

DR. SEPRIANI | DR. YOLINA | DR. OKTRIAN | DR. RIFDA | DR.

AULIA
DR. REZA | DR. CEMARA | DR. RYNALDO | DR. PATRICIA

OFFICE ADDRESS:
Jakarta Medan
Jl. Layur Kompleks Perhubungan VIII No.52 RT.001/007 Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Kel. Jati, Pulogadung, Jakarta Timur Tlp 021-22475872 Sari, Kec. Medan Selayang 20132 WA/Line 082122727364
WA. 081380385694/081314412212

w w w. o p t i m a p re p . co . i d
ILMU
P E N YA K I T
DALAM
Soal No.1
• Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke rumah
sakit dengan keluhan kenaikan berat badan sekitar 10
kg dalam waktu dua bulan. Pasien memiliki riwayat
alergi makanan dan kerap membeli sendiri obat alergi
atau jamu-jamuan untuk mengatasi keluhan gatal-gatal
di kulitnya. Asupan makan tidak banyak bertambah
meski nafsu makannya meningkat dan pasien cepat
merasa lapar. Pada pemeriksaan fisik didapatkan moon
face, striae pada abdomen, tekanan darah 150/90
mmHg, denyut nadi 80 kali permenit, frekuensi nafas
18 kali permenit dan suhu 36,5C. Apakah pemeriksaan
selanjutnya yang akan dilakukan pada pasien tersebut?
Soal No.1
a. TSH
b. Low dose dexametason test
c. Intermediate dose dexametason test
d. High dose dexametason test
e. Vasoppresin

• Jawaban: B. Low dose dexametason test


1. SINDROM CUSHING
Sindrom Cushing
(hiperadrenokortikalism/hiperkortisolism)
– Kondisi klinis yang disebabkan oleh
pajanan kronik glukokortikoid
berlebih karena sebab apapun.

• Penyebab:
– Sekresi ACTH berlebih dari hipofisis
anterior (penyakit Cushing).
– ACTH ektopik (C/: ca paru)
– Tumor adrenokortikal
– Glukokorticod eksogen (obat)

Silbernagl S, et al. Color atlas of pathophysiology. Thieme; 2000.


McPhee SJ, et al. Pathophysiology of disease: an introduction to clinical medicine. 5th ed.
McGraw-Hill; 2006.
TANDA DAN GEJALA
Tanda/gejala Frekuensi (%)
Obesitas batang tubuh 97
Muka bulan 89
Hipertensi 76
Atrofi kulit dan memar 75
Diabetes atau intoleransi glukosa 70
Disfungsi gonad 69
Kelemahan otot 68
Hirsutisme, jerawat 56
Gangguan mood 55
Osteoporosis 40
Edema 15
Polidipsi/poliuria 10
Infeksi jamur 8
(Boscaro M, Amaldi G. Approach to the Patient with Possible Cushing’s Syndrome.
Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 2009)
1. Pemeriksaan Cushing
Low-dose dexamethasone
supression test
Dexametason Suppresion Test
• The low-dose (2 mg) dexamethasone
suppression test is useful to exclude
pseudoCushing’s syndrome if the previous
results are equivocal.
• The high-dose (8 mg) dexamethasone test
and measurement of ACTH by
radioimmunoassay are useful to determine
the etiology of Cushing’s syndrome.
Tatalaksana
• Reseksi bedah jika penyebabnya adenoma atau tumor adrenal
• Jika bedah transsphenoidal (TSS) tidak berhasil
adrenalectomydgn operasi atau dgn obat mitotane,;
ketoconazole (±metyrapone) utk ↓ kortisol
• Glucocorticoid replacement therapy
– 6–36 bulan pasca TSS
– Seumur hidup jika pasca adrenalectomy
Soal No.2
• Pasien perempuan usia 19 tahun datang ke
IGD RS dengan keluhan nyeri pergelangan
tangan sehingga sulit digerakan. Keluhan
disertai demam dan penurunan BB sejak 1
bulan terakhir. Pada PF status Generalis dalam
batas normal dan status lokalis terdapat
eritematosa pada nasal dan ulkus pada
mukosa bukal yang tidak nyeri. Antibodi yang
spesifik pada kasus di atas adalah….
2. SLE
• Merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis  peradangan
pada kulit, sendi, ginjal, paru-paru, sistem saraf dan organ tubuh
lainnya
• Kebanyakan mengenai
– wanita : pria 9-14:1
– usia reproduksi, 20 sampai 30 tahun
– kelompok kulit hitam dan Asia.
• Predisposisi yang ada pemicu kacaunya sistem toleransi
imunologis sehingga respon imun melawan antigen diri sendiri.
– Faktor genetik
– imunologik
– hormonal serta
– Lingkungan
PATOFISIOLOGI

(Mok CC, Lau C S. Pathogenesis of systemic lupus erythematosus. J


Clin Pathol. 2003)
TANDA DAN GEJALA
• Kompleks imun beredar dan menimbulkan kerusakan pada berbagai target
organ:
– Muskuloskeletal: sering dijumpai nyeri pada sendi,
– Kulit : reaksi fotosensitifitas, diskoid LE, subacute cutaneus lupus
erythematosus, lupus profundus, telangiektasia, fenomena raynaud.
– Paru : pneumonitis lupus dengan gejala sesak, batuk kering, ronki di basal
– Kardiologi : perikarditis, miokarditis, lesi katup endokarditis Libman- Sacks dan
penyakit jantung koroner.
– Renal : kerusakan ginjal disertai proteinuria.
– Gastrointestinal : gejalanya tidak khas ; dispepsia, vaskulitis mesentrik dapat
menyebabkan perforasi, IBD, pankreatitis, hepatomegali.
– Neuropsikiatri : masih belum diketahui dengan pasti; mikroinfark serebral
– Hemik-limfatik: limfadenopati splenonegali, anemia.
(Diagnosis harus memenuhi 4 dari 11 kriteria)
2. Autoantibodies and Clinical Signifcance in Systemic Lupus
Erythematosus (SLE)
Autoantibody Prevalence in SLE Clinical Significance
ANA Screening test; sensitivity 95%; not diagnostic without clinical
features
Anti-dsDNA 60% 95% specificity for SLE; fluctuates with disease activity;
sensitivity only 70%; level is variable based on disease activity
Anti-Smith 20%-30% 99% specificity for SLE (Most specific antibody for SLE); only
30-40% sensitivity; associated with anti-U1RNP antibodies

Anti-U1RNP 30% Antibody associated with mixed connective tissue disease and
lower frequency of glomerulonephritis

Anti-Ro/SSA 15% Associated with Sjögren’s syndrome, photosensitivity, SCLE,


neonatal lupus, congenital heart block

Anti-La/SSB 20% Associated with Sjögren’s syndrome, SCLE, neonatal lupus,


congenital heart block, anti-Ro/SSA

Antihistone 70% Also associated with drug-induced lupus


Antiphospholipid 30% Associated with arterial and venous thrombosis, pregnancy
Morbidity
Algoritma pengobatan penyakit Lupus

TR: tidak respon, RS: respon sebagian, RP: respon penuh


KS: kortikosteroid, MP: metilprednisolon, AZA: azatioprin, OAINS:
obat antiinflamasi steroid, CYC: siklofosfamid, NPSLE:
neuropsikiatri SLE. (Perhimpunan Reumatologi Indonesia.
Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia Untuk Diagnosis
dan Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik. Jakarta: Perhimpunan
Reumatologi Indonesia.2011.)
Soal No.3
• Seorang perempuan berusia 75 tahun di bawa
oleh keluarganya ke UGD RS karena
penurunan kesadaran sejak 1 jam yang lalu.
Pasien memiliki riwayat DM sejak 7 tahun
yang lalu rutin minum obat. Pemeriksaan lab
GDS 720 mg/dL. Apa kelainan yang mendasari
keluhan pasien tersebut?
Soal no.3
a. Kekurangan hormon insulin dan kelebihan
hormon glukagon
b. Intake glukosa berlebihan
c. Hiperinsulin
d. Penggunaan obat yang tidak teratur
e. Penggunaan glukosa yang berlebihan

• Jawaban: A. Kekurangan hormon insulin dan


kelebihan hormone glukagon
3. Ketoasidosis Diabetik
• Pencetus KAD:
– Insulin tidak
adekuat
– Infeksi
– Infark

• Diagnosis KAD:
– Kadar glukosa 250
mg/dL
– pH <7,35
– HCO3 rendah
– Anion gap tinggi
– Keton serum (+)
Harrison’s principles of internal medicine
Counterregulatory
Hormones
ADA Diagnostic Criteria for
DKA and HHS
DKA
Parameter Mild Moderate Severe HHS
Plasma glucose, mg/dL >250 >250 >250 >600
Arterial pH 7.25-7.3 7.0-7.24 <7.0 >7.30
Serum bicarbonate, mmol/L 15-18 10 to <15 <10 >15
Serum ketones† Positive Positive Positive Small
Urine ketones† Positive Positive Positive Small
Effective serum osmolality,*
Variable Variable Variable >320
mOsm/kg
Alteration in sensoria or mental
Alert Alert/drowsy Stupor/coma Stupor/coma
obtundation
*Calculation: 2[measured Na+ (mEq/L)] + glucose (mg/dL)/18.
† Nitroprusside reaction method.

ADA. Diabetes Care. 2003;26:S109-S117.


22
Soal no.4
• Pasien usia 68 tahun datang keluhan nyeri
pada pangkal paha kiri sejak 3 jam sebelum
masuk rumah sakit. Pasien sebelumnya
sempat terjatuh di kamar mandi. Pada
pemeriksaan radiologis didapatkan gambaran
fraktur kolum femur. Pasien jarang
mengonsumsi susu. Patomekanisme yang
mendasari penyakit pasien adalah...
Soal no.4
a. Menurunnya fragilitas tulang
b. Menurunnya trabekula tulang
c. Meningkatnya apoptosis osteoklast
d. Meningkatnya hydroxapatit tulang
e. Meningkatnya kerja osteoblas

• Jawaban: B. Menurunnya trabekula tulang


4. Osteoporosis
• Penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan
densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur
tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
• Compromised bone strength
• Tipe osteoporosis
– Osteoporosis tipe I  pasca menopause (defisiensi esterogen)
– Osteoporosis tipe II  senilis (gangguan absorbsi kalsium di
usus)
• Faktor risiko osteoporosis
– Usia, genetik, lingkungan, hormon, sifat fisik tulang
• Dapat menyebabkan fraktur patologis
4. Bone Structure
• Bone may be classified on
the basis of its clinical
structure
– Compact Bone (cortical) -
Dense, solid bone such as
the outer cortical layer
– Trabecular bone (spongy
or cancellous bone) - non
dense bone located
between compact bone.
4. Klasifikasi Osteoporosis
4. Osteoporosis
Tanda dan Gejala
• Seringnya tanpa
gejala – silent
disease
• Gejala lain yang
dapat muncul
Nyeri punggung
Fraktur patologis
Penurunan tinggi
badan
Imobilisasi
Kifosis bertambah
Fraktur Kompresi pada Osteoporosis
• Wedge fractures –
collapse of the
anterior or posterior
of the vertebral body

• Biconcave
fractures – collapse of
the central portion of
both vertebral body
endplates

• Crush fractures –
collapse of entire
vertebral body
Gambaran Rontgen Pada Osteoporosis
Soal no.5 dan 6
5. Seorang laki-laki, 45 tahun, datang dengan
keluhan batuk sejak 2 bulan. Batuk disertai
dengan dahak berwarna merah, penurunan
nafsu makan, berat badan menurun, dan
menggigil padą malam Hari. Padą pemeriksaan
dahak ditemukan hasil BTA +1/+1/-. Padą hasil
pemeriksaan rontgen didapatkan fibrotik dan
infiltrat dengan padą kedua apex parų kanan
kiri. Apakah tatalaksana yang tepat untuk pasien
tersebut?
Soal no.5
a. 2RHZES/4RHZE
b. 2RHZE/4RH3E3
c. 2RHZE/4RH3R3
d. 2RHZE/4RH
e. 2RHZES/RHZE/5RH3E3R3

• Jawaban: D. 2RHZE/4RH
Soal no.6
• Pasien laki-laki usia 40 tahun datang ke poli TB
MDR dengan keluhan batuk. Sebelumnya
pasien pernah menderita TB dengan riwayat
pengobatan TB selama 6 bulan. Hasil
pemeriksaan BTA + saat ini. Pasien kemudian
dilakukan tes kultur dengan sensitivitas.
Apakah hasil yang diperoleh jika mengarah ke
TB MDR?
Soal no.6
a. Resisten rifampisin dan pirazinamid
b. Resisten rifampisin dan isoniazid
c. Resisten rifampisin dan etambutol
d. Resisten isoniazid dan pirazinamid
e. Resisten isoniazid dan etambutol

• Jawaban: B. Resisten rifampisin dan isoniazid


5-6. Tuberkulosis
• Penyakit infeksi yang di sebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis dengan gejala
yang sangat bervariasi
• Kuman TB berbentuk batang, memiliki sifat
tahan asam terhadap pewarnaan Ziehl
Neelsen sehingga dinamakan Basil Tahan
Asam (BTA).
Tanda dan Gejala
1. Gejala lokal/ gejala respiratorik
 batuk - batuk > 2 minggu
 batuk darah
 sesak napas
 nyeri dada
2. Gejala sistemik
 Demam
 Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam,
anoreksia, berat badan menurun
Pemeriksaan fisik
• Pada TB paru  tergantung luas kelainan struktur paru.
Umumnya terletak di daerah lobus superior terutama
daerah apex dan segmen posterior , serta daerah apex
lobus inferior. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas
melemah, ronki basah.
• Pleuritis TB  kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari
banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi
ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang
melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat
cairan.
• Pada limfadenitis TB  terlihat pembesaran kelenjar getah
bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan
metastasis tumor), kadang-kadang di daerah axila
Pembagian kasus TB
a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
b. Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak
BTA positif atau biakan positif. Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi
gambaran radiologik dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala
klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan :
 Infeksi non TB (pneumonia, bronkiektasis dll) Dalam hal ini berikan
dahulu antibiotik selama 2 minggu, kemudian dievaluasi.
 Infeksi jamur
 TB paru kambuh
c. Kasus defaulted atau drop out
Adalah pasien yang tidak mengambil obat 2 bulan
berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
d. Kasus gagal
 Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif
atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5
(satu bulan sebelum akhir pengobatan)
 Adalah pasien dengan hasil BTA negatif gambaran
radiologik positif menjadi BTA positif pada akhir
bulan ke-2 pengobatan
e. Kasus kronik / persisten
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih
positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2
dengan pengawasan yang baik
5. Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1
(2(HRZE)/4(HR))
5. Tuberkulosis
OAT kategori-1: 2(HRZE) / 4(HR)3 
– Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
– Pasien TB paru terdiagnosis klinis
– Pasien TB ekstra paru

Kategori -2: 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3) 


– Pasien kambuh
– Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1
sebelumnya
– Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)

• Pemberian sisipan tidak diperlukan lagi pada pedoman TB terbaru.

Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. 2014.


Klasifikasi Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Uji
Kepekaan Obat

Secara umum, resistensi terhadap obat


antituberkulosis terbagi atas :
• Resistensi primer apabila pasien sebelumnya
tidak pernah mendapat pengobatan TB, (2)
• Resistensi sekunder  bilamana pasien memiliki
riwayat pengobatan
• Resistensi inisial  jika riwayat pengobatan tidak
diketahui dengan pasti
6. Klasifikasi Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Uji
Kepekaan Obat
• Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama saja
• Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
• Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan
Rifampisin (R) secara bersamaan
• Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga
resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal
salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin
dan Amikasin)
• Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau
tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan
metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip (konvensional).
Soal no.7
• Pasien laki-laki, 40 tahun, datang dengan keluhan
sesak yang memberat sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit. Sesak dirasakan terutama jika
pasien berbaring ke arah kanan. Sejak 1 bulan
terakhir pasien batuk-batuk berdahak dan
demam hilang timbul. Berat badan juga
dirasakan turun sejak 1 bulan terakhir. dengan
gejala efusi pleura. Pada pasien dilakukan
torakosintesis dan didapatkan berat jenis cairan
1030 (BJ normal pleura 1.015) . Diagnosis pasien
adalah…
Soal no.7
a. Transudatif efusi pleura
b. Exudatif efusi pleura
c. Efusi oleh karena TB pleura
d. Perikarditis
e. Efusi pericardium

• Jawaban: C. Efusi oleh karena TB pleura


7. Efusi Pleura
Tekanan hidrostatik kapiler 
Contoh: CHF

Permeabilitas kapiler 
Contoh: inflamasi/infeksi

Aliran Limfatik 
Contoh: obstruksi (keganasan),
destruksi (radioterapi)

Tekanan onkotik 
Contoh: hipoalbuminemia

1.Strasinger SK, Di Lorenzo MS. Serous fluid. Urinalysis and body fluids. 5th ed. Philadelphia: F.A. Davis Company; 2008. p.221-32.
2.Light RW. Physiology of the pleural space. In: Light RW, ed. Pleural diseases. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013:8-17..
7. Efusi Pleura
7. Efusi Pleura
Efusi Pleura
Soal no.8
• Seorang perempuan berusia 55 tahun datang ke
puskemas dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 3
hari yang lalu. Keluhan disertai mual dan
kembung. Pada anamnesis didapatkan riwayat
konsumsi natrium diclofenac untuk nyeri sendi 1
minggu yang lalu. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 130/80 mmHg, HR 90x/mnt, RR
22x/mnt, suhu 36 C. normal. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan nyeri tekan epigastrium. Apa
mekanisme penyebab nyeri ulu hati pada pasien
tersebut?
Soal no.8
a. Produksi prostaglandin endogen mukosa
lambung menurun
b. Ph lambung meningkat
c. Produksi prostaglandin endogen mukosa
lambung meningkat
d. Sfingter LES melemah
e. Sfingter LES menguat
• Jawaban: A. Produksi prostaglandin endogen
mukosa lambung menurun
8. Gastropati NSAID
• Patogenesis gastropati NSAID
inhibisi enzim COX-1 dan prostaglandin yang
merupakan gastroprotektif  menghambat produksi
mukus pada gaster
permeabilisasi membran  disrupsi pertahanan
epitelial
produksi mediator proinflamatorik

• Gejala dapat berupa dispepsia atau dapat


bermanifestasi sebagai ulkus peptikum
8. Gastropati NSAID
8. GI Bleeding
• Specific causes of upper GI bleeding may be suggested
by the patient's symptoms:
– Gastritis/gastropathy/duodenitis/Peptic ulcer:
• epigastric or right upper quadrant pain
– Esophageal ucer:
• odynophagia, gastroesophageal reflux, dysphagia
– Mallory-Weiss tear:
• emesis, retching, or coughing prior to hematemesis
– Variceal hemorrhage or portal hypertensive gastropathy:
• jaundice, weakness, fatigue, anorexia, abdominal distention
– Malignancy:
• dysphagia, early satiety, involuntary weight loss, cachexia
– Lesi Vascular
– Perdarahan Oropharyngeal & epistaxis  darah tertelan
Tatalaksana Khusus perdarahan non-
variseal (ulkus peptik)
– Endoskopi
• Perdarahan aktif  terapi endoskopik dan PPI IV
• Bekuan adheren  pertimbangkan terapi endoskopi dan PPI
IV
• Dasar bersih  tanpa terapi endoskopik dan PPI oral
– PPI IV  bolus 80 mg dilanjutkan drip 8 mg/jam
selama 72 jam.
– Untuk penyebab non varices :
• Injeksi antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa
proton
• Sitoprotektor : Sukralfat 3-4 x 1 gram atau Teprenon 3 x 1 tab
• Injeksi vitamin K untuk pasien dengan penyakit hati kronis
atau sirosis hati
Soal no.9
• Perempuan, 70 tahun, datang dengan keluhan
penurunan kesadaran. Riwayat sesak napas
sejak 3 bulan yang lalu. TD 160/100mmHg,
HR 90x/mnt, RR 28x/mnt suhu 36,7C. Pada
pemeriksaan fisik diperoleh JVP 5+3 cmH2O.
Pada foto thoraks tampak kranialisasi
perihilus dan sudut kostofrenikus tumpul
minimal. Apa diagnosis pasien ini?
Soal no.9
a. Edema paru
b. Pneumonia
c. Tb paru
d. Gagal ginjal
e. Efusi pleura masif

• Jawaban: A. Edema paru


Edema Paru Akut
• Edema paru terjadi oleh karena adanya aliran cairan
dari darah ke ruang intersisial paru yang selanjutnya ke
alveoli paru, melebihi aliran cairan kembali ke darah atau
melalui saluran limfatik.
Klinis
• Sianosis sentral
• Sesak nafas dengan bunyi napas melalui mukus berbuih
• Ronkhi basah nyaring di basal paru kemudian memenuhi
hampir seluruh lapangan paru; kadang-kadang disertai
ronki kering dan ekspirasi yang memanjang akibat
bronkospasme sehingga disebut asma kardial
• Takikardia dengan gallop S3
• Murmur bila ada kelainan katup
• Kerley B=distended interlobular septa
• Location and appearance Bases
• 1-2cmlong
• Horizontal in direction
• Perpendicular to pleural surface
Linear Pattern
A linear pattern is seen when there is
thickening of the interlobular septa,
producing Kerley lines.
Kerley A lines
Kerley B lines

Kerley A lines

The interlobular septa contain pulmonary


veins and lymphatics.

The most common cause of interlobular


septal thickening, producing Kerley A and B
lines, is pulmonary edema, as a result of
pulmonary venous hypertension and
Kerley B lines
distension of the lymphatics.
http://wwwappskc.lonestar.edu%2Fprograms%2Frespcare%2Frev_xray.ppt
Edema paru

• In pulmonary alveolar edema, fluid presumably spills over from the


interstitium to the air spaces of the lung producing a fluffy, confluent “bat-
wing” like pattern of disease.
Soal no.10
• Pria, 75 tahun, datang ke UGD dengan keluhan
bengkak pada kedua tungkai sejak 3 hari yang
lalu. Pada autoanamnesa dikatakan bahwa pasien
menghabiskan sebagian besar waktunya
berbaring di tempat tidur, makan sedikit-sedikit
dan ada riwayat hipertensi yang tidak terkontrol.
Tes undulasi positif, tungkai edema, hepar
teraba 3 cm di bawah arcus costae, JVP
meningkat, kadar albumin normal. Diagnosis
pasien tersebut adalah…
Soal no.10
a. Gagal jantung
b. Gagal hati
c. Gagal ginjal
d. Malnutrisi
e. Imobilitas umum

Jawaban: A. Gagal jantung


10. Gagal Jantung Kongestif
• Adanya 2 kriteria mayor, atau 1 kriteria mayor
dan 2 kriteria minor
• Kriteria minor dapat diterima bila tidak
disebabkan oleh kondisi medis lain seperti
hipertensi pulmonal, penyakit paru kronik,
asites, atau sindrom nefrotik
• Kriteria Framingham Heart Study 100% sensitif
dan 78% spesifik untuk mendiagnosis
Sources: Heart Failure. Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th Edition.
Archives of Family Medicine 1999.
10. Gagal Jantung

• B-type Natriuretic Peptide (BNP) adalah hormon yang dihasilkan


oleh otot jantung ketika otot bilik (ventrikel) jantung meregang
atau mengalami tekanan. BNP berfungsi mengatur keseimbangan
pengeluaran garam dan air, termasuk mengatur tekanan darah.
BNP diproduksi sebagai pre-hormon yang disebut proBNP.
• Jika jantung, khususnya ventrikel kiri fungsinya terganggu, kadar
NT-ProBNP di dalam darah akan meningkat. Karena itu, NT-proBNP
digunakan sebagai penanda untuk deteksi gagal jantung.
10. Gagal Jantung

Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. LWW; 2011.


10. Gagal Jantung
10. Gagal Jantung
www.optimaprep.co.id
OPTIMA MEDAN
OPTIMA MEDAN
Soal no.11
• Pasien wanita, 20 tahun, mengeluhkan muncul
kulit kemerahan disertai gatal setelah makan
kerang. Pada pemeriksaan didapatkan edem
pada perilabialis dan lesi eritematosa yang
hilang dengan penekanan. Kondisi tersebut
merupakan reaksi hipersensitivitas tipe...
Soal no.11
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5

Jawaban: A. 1
11. Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas
Soal no.12
• Pasien laki-laki datang dengan keluhan
demam, badan kuning, BAK berwarna teh.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya
nyeri tekan perut kanan atas, sklera ikterik
dan suhu afebris. Dari pemeriksaan
laboratorium ditemukan peningkatan
bilirubin, gangguan fungsi hepar dan
HbsAg(+). Apakah diagnosis pasien ini?
Soal no.12
a. Hepatitis A
b. Hepatitis B
c. Hepatitis C
d. Hepatitis D
e. Hepatoma

Jawaban: B. Hepatitis B
HEPATITIS VIRUS
• HBsAg (the virus coat, s= surface)
– the earliest serological marker in the serum.
• HBeAg
– Degradation product of HBcAg.
– It is a marker for replicating HBV.
• HBcAg (c = core)
– found in the nuclei of the hepatocytes.
– not present in the serum in its free form.
• Anti-HBs
– Sufficiently high titres of antibodies ensure
imunity.
• Anti-Hbe
– suggests cessation of infectivity.
• Anti-HBc
– the earliest immunological response to HBV
– detectable even during serological gap.

Principle & practice of hepatology.


Soal no.13
• Laki-laki, 70 tahun, datang dengan penurunan
kesadaran. Terdapat riwayat gagal jantung
sejak 2 tahun yang lalu. Pada PF didapatkan
TD 80/60 mmHg HR 114x/mnt dan RR
30x/mnt serta suhu 36,5 C. Pada pemeriksaan
auskultasi terdengar ronki di basal paru.
Pasien sudah diberikan cairan resusitasi 500
cc, namun tidak membaik. Diagnosis pasien
tersebut adalah…
Soal no.13
a. Syok Kardiogenik
b. Syok Hipovolemik
c. Syok Distributif
d. Syok Obstruktif
e. Syok Hemoragik

• Jawaban: A. Syok kardiogenik


13. Syok

• Syok adalah suatu kondisi hipoksia sel dan jaringan akibat


penurunan pengantaran oksigen (oxygen delivery)
dan/atau peningkatan konsumsi oksigen atau utilisasi
oksigen kurang adekuat.
• Terjadi saat adanya kegagalan sirkulasi yang bermanifestasi
sebagai hipotensi (penurunan perfusi jaringan).
• Syok biasanya reversible namun harus dapat dikenali dan
ditatalaksana secepatnya untuk mencegah progresifitas
menjadi disfungsi organ ireversibel.
• Terdapat 4 tipe syok yaitu distributive, kardiogenik,
hipovolemik, dan obstruktif.
13. Syok Kardiogenik
Soal no.14-16
14.Seorang laki-laki usia 41 tahun, datang
dengan keluhan nyeri di dada kiri. Pasien
mempunyai riwayat merokok kurang lebih
dari 10 tahun yang lalu dan jarang
berolahraga. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 140/90 mmHg, HR 89x/mnt,
RR 20x/mnt dan suhu 36,5C. Pada EKG
didapatkan segmen ST elevasi di lead
II,III,AVF. Hal ini menunjukan infark di
daerah…
Soal no.14
a. Lateral
b. Anteroseptal
c. Posterior
d. Anterolateral
e. Inferior

• Jawaban: E. Inferior
Soal no.15
• Seorang laki-laki usia 57 tahun datang ke UGD
bersama anaknya dengan keluhan nyeri dada
kiri yang menembus kebelakang. Nyeri
dirasakan sejak 12 jam yang lalu. Setelah
dilakukan pemasangan EKG. Dokter
mendiagnosis pasien dengan STEMI Anterior
Wall. Pemeriksaan enzim jantung yang dapat
membantu menegakkan diagnosis adalah…
Soal no.15
a. CK
b. CKMB
c. Hs-CRP
d. Myglobin
e. Troponin T

Jawaban: E. Troponin T
Soal no.16
• Seorang perempuan berusia 70 tahun datang ke
poliklinik dengan keluhan nyeri dada sejak 3
minggu yang lalu. Nyeri dada dirasakan hilang
timbul dan semakin lama semakin memberat
dan bahkan dirasakan pada saat istirahat. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
120/70 mmHg, denyut nadi 68 x/menit, frekuensi
napas 14 x/menit, temperatur 37C. Menurut
anda apa obat yang tepat diberikan untuk
meredakan keluhan nyeri dada pada pasien
tersebut?
Soal no.16
a. Isosorbid dinitrat
b. Atenolol
c. Verapamil
d. Captopril
e. Propanolol

Jawaban: A. Isosorbid dinitrat


14-16. Sindrom Koroner Akut
• Gejala khas
 Rasa tertekan/berat di bawah dada, menjalar ke lengan
kiri/leher/rahang/bahu/ulu hati.
 Dapat disertai berkeringat, mual/muntah, nyeri perut, sesak napas, & pingsan.

• Gejala tidak khas:


 Nyeri dirasakan di daerah penjalaran (lengan kiri/leher/rahang/bahu/ulu hati).
 Gejala lain berupa rasa gangguan pencernaan, sesak napas atau rasa lemah
yang sulit dijabarkan.
 Terjadi pada pasien usia 25-40 tahun / >75thn / wanita / diabetes / penyakit
ginjal kronik/demensia.

• Angina stabil:
 Umumnya dicetuskan aktivtas fisik atau emosi (stres, marah, takut),
berlangsung 2-5 menit,
 Angina karena aktivitas fisik reda dalam 1-5 menit dengan beristirahat &
nitrogliserin sublingual.

Penatalaksanaan STEMI, PERKI


Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Lipincott Williams & Wilkins; 2011.
Terapi UAP/NSTEMI
• Anti iskemia
Beta blocker
Nitrat
CCB
• Antiplatelet  dual antiplatelet therapy
• Penghambat Reseptor Glikoprotein IIb/IIIa
• Antikoagulan
• Inhibitor ACE dan Penghambat Reseptor
Angiotensin
• Statin

Pedoman Penatalaksanaan Sindrom Koroner Akut PERKI. 2015


16. Penggunaan Nitrogliserin pada
ACS
• Nitrogliserin (NTG) spray/tablet sublingual bagi pasien
dengan nyeri dada yang masih berlangsung saat tiba di
ruang gawat darurat (Kelas I-C).
• Jika nyeri dada tidak hilang dengan satu kali
pemberian, dapat diulang setiap lima menit sampai
maksimal tiga kali.
• Nitrogliserin intravena diberikan pada pasien yang
tidak responsif dengan terapi tiga dosis NTG
sublingual (kelas I-C).
• Dalam keadaan tidak tersedia NTG, isosorbid dinitrat
(ISDN) dapat dipakai sebagai pengganti.
Soal no.17
• Seorang perempuan usia 24 tahun datang ke Unit
Gawat Darurat dengan keluhan sesak yang semakin
memberat sejak 3 hari yang lalu. Pasien sering
terbangun malam karena sesak. Sesak juga dirasakan
pasien sejak pasien beumur 4 tahun, bersifat hilang
timbul dan terakhir kambuh 1 bulan yang lalu. Pasien
juga mengeluh batuk dengan dahak berwarna
kehijauan dan demam yang dirasakan terus menerus
sejak hari yang sama dengan timbulnya sesak. Kakak
tertua pasien juga sering sesak sejak berumur 3
tahun. Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk
menentukan derajat obstruksi penyakitnya adalah…
Soal no.17
a. Darah lengkap perifer
b. Foto ronsen toraks
c. Analisis gas darah
d. Ct scan toraks
e. Spirometri

• Jawaban: E. Spirometri
17. ASMA
• Inflamasi kronik pada saluran nafas yang
berhubungan dengan hiperreaktifitas saluran
respirasi & keterbatasan aliran udara akibat
adanya penyempitan bronchus yang bersifat
reversibel.
• Gejala klinis
– Kondisi stabil (steady-state)  keluhan batuk malam
hari dan sesak nafas saat olahraga
– Saat serangan asma (asthma-attack exacerbation) 
sesak berat dan ditandai dengan suara nafas mengi. P
Asma
• Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik,
gejala batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan
variabiliti yang berkaitan dengan cuaca.

• Riwayat penyakit / gejala :


– Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa
pengobatan
– Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan
berdahak
– Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari
– Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
– Respons terhadap pemberian bronkodilator

• Pemeriksaan Gold Standar  spirometri dengan


kombinasi bronkodilator
GINA 2017
Kriteria Diagnosis Asma (GINA 2017)
Karakteristik Kriteria
Riwayat gejala respirasi variatif • Umumnya terdapat > 1 gejala respirasi
Wheezing, napas pendek, dada • Gejala bervariasi dari segi waktu dan intensitas
terasa sesak dan batuk • Gejala lebih berat saat malam hari/bangun tidur
• Dicetuskan oleh aktivitas fisik, tertawa, alergen, udara
dingin
• Timbul/semakin parah dengan infeksi virus
Confirmed variable expratory airflow limitation:
Obstruksi saluran napas yang variatif • FEV1 < 80%, dan minimal pada satu kali pengukuran
dimana FEV1 <80%, didapatkan FEV1/FVC <75%
(dewasa) / <90% (anak)
• Semakin variatif, diagnosis asma semakin kuat.
Positive bronchodilator reversibility Dewasa: peningkatan FEV1>12% dan >200 mL baseline
test (lebih mungkin positif jika dalam 10-15 menit pemberian albuterol 200-400
sebelumnya terapi dihentikan: SABA mcg/ekuivalennya
stop ≥ 4 jam, LABA ≥ 15 jam) Anak: peningkatan FEV1 >12% nilai prediksi
Variabilitas eksesif dalam Dewasa: rerata variabilitas diurnal PEF > 10%
pengukuran peak expiratory flow 2x Anak: rerata variabilitas diurnal PEF > 13%
sehari selama 2 minggu
GINA 2017
Kriteria Diagnosis Asma (GINA 2017) (cont)

Karakteristik Kriteria
Confirmed variable expratory airflow limitation:
Positive exercise challenge test • Dewasa: FEV1 turun >10% dan >200 mL baseline
• Anak: FEEV1 turun >12% prediksi atau PEF >15%
Positive bronchial challenge test Penurunan FEV1 ≥ 20% dengan pemberian dosis standar
(umumnya pada dewasa) metacholine atau histamin, atau FEV1 turun ≥ 15%
dengan hiperventilasi standar, uji salin hipertonik atau
manitol
Variabilitas eksesif antar kunjungan Dewasa: variasi FEV1 >12% dan >200 mL pada setiap
rawat jalan (less reliable) kunjungan, di luar kasus infeksi respirasi
Anak: variasi FEV1 >12% atau PEF >15% (dapat termasuk
kasus infeksi respirasi)

GINA 2017
Typical spirometric tracings
Volume Flow
Normal

FEV1
Asthma
(after BD)
Normal
Asthma
(before BD) Asthma
(after BD)

Asthma
(before BD)

1 2 3 4 5 Volume
Time (seconds)
Note: Each FEV1 represents the highest of
three reproducible measurements

GINA 2017 © Global Initiative for Asthma


Soal no.18
• Seorang perempuan, 25 tahun, datang ke RS
dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu.
Pasien juga mengeluh mual dan muntah. Pada
PF didapatkan konjungtiva anemis (-),
pemeriksaan lain dalam batas normal. Rumple
leed (+). Pada pemeriksaan laboratorium Hb
15 g/dl, leukosit 3400, Ht 45%, trombosit
120.000. Kemungkinan diagnosisnya adalah…
Soal no.18
a. Demam dengue
b. DHF grade I
c. DHF grade II
d. DHF grade III
e. DHF grade IV

Jawaban: A.Demam dengue


18. Demam Berdarah Dengue
• Definisi : Penyakit demam akut yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypty dan Aedes albopictus serta memenuhi
kriteria WHO untuk DBD
• dicurigai apabila ditemukan demam tinggi (40°C)
diikuti 2 dari gejala berikut:
– nyeri kepala,
– nyeri dibelakang mata,
– nyeri otot dan sendi,
– mual, muntah, atau timbul bintik merah.
• Gejala ini muncul selama 2-7 hari setelah 4-10 hari dari
pertama gigitan nyamuk yang terinfeksi.
INFEKSI DENGUE
Soal no.19
• Seorang perempuan berumur 48 tahun datang
ke dokter UGD setempat dengan keluhan
mual-mual terkadang disertai muntah setelah
mendapatkan pengobatan kemoterapi. Dari
hasil pemeriksaan hematologinya adalah Hb
9,8 g/dL, Ht 29 % , Lekosit 2.500/uL,
Trombosit 75.000/uL. Hasil pemeriksaan
hematologi tersebut disebabkan karena...
Soal no.19
a. Effek muntah yang menyebabkan dehidrasi
b. Effek penekanan pada sumsum tulang
c. Effek penekanan dari seri darah satu keseri
lainnya
d. Effek pemberian cairan infuse
e. Effek dari bahan pembentuk sel darah yang
kurang

• Jawaban: B. Efek penakanan pada sumsum


tulang
19.Pansitopenia ec Anemia Aplastik

Manifestasi klinis disebabkan


oleh sitopenia

Anemia Trombositopenia Leukopenia

Ptekiae, epistaksis,
Pucat, lemah,
perdarahan gusi, Demam, infeksi
dispnea
menoragia

Tidak ada limfadenopati atau splenomegali

Lichtman MA, Segel GB. Aplastic anemia: acquired and inherited. In: Lichtman et al, editors. William’s hematology. 8th ed. New York: McGraw Hill; 2010. p.463-79
ACQUIRED APLASTIC ANEMIA - CAUSES
• Radiation • Immune diseases:
• Drugs and chemicals – eosinophilic fascitis
– chemotherapy – thymoma
– Benzene • Pregnancy
– Chloramphenicol: idiosyncratic; • PNH
sudden onset after several
months; 1 of every 20,000, • Marrow replacement:
irreversible – leukemia
– organophosphate – Myelofibrosis
• Viruses: – myelodysplasia
– CMV
– EBV
– Hep B, C,D
– HIV
CLINICAL FEATURES

RBC (anemia)
• Progressive and persistent pallor
• Anemia related symptoms
WBC (Leucopenia/neutropenia)
• Prone to infections - Pyodermas, OM, pneumonia, UTI, GI
infections, sepsis
Platelets (Thrombocytopenia)
• Petechiae, purpura, ecchymoses
• Hematemesis, hematuria, epistaxis, gingival bleed
• Intracranial bleed-headache, irritability, drowsiness, coma
Gold Standard

• Bone Marrow Puncture : dry aspirate,


hypocellular with fat (>70% yellow marrow)
Soal no.20
• Seorang laki-laki usia 50 tahun datang ke praktik
dokter umum dengan keluhan nyeri dan timbul
benjolan pada pangkal ibu jari kaki kanan yang
sudah diderita selama 3 bulan ini. Pada
pemeriksaan fisik tampak pangkal ibu jari kanan
tersebut nyeri bila digerakkan serta pada sisi
lateralnya terdapat benjolan kemerahan dengan
diameter 2 cm yang melekat pada dasar.
Pemeriksaan asam urat darah meningkat.
Diagnosis keadaan di atas adalah…
Soal no.20
a. Artritis gout
b. Artritis reumatoid
c. Osteoartritis
d. Spondilitis ankilosa
e. Artritis tuberculosa

• Jawaban: A. Atritis gout


20. Nyeri Sendi
Gout:
– Transient attacks of acute
arthritis initiated by
crystallization of urates
within & about joints,

– leading eventually to
chronic gouty arthritis &
the appearance of tophi.

– Tophi: large aggregates of


urate crystals & the
surrounding
inflammatory reaction.

Harrison’s principles of internal medicine. 18th ed.


McGraw-Hill; 2011.
Robbins’ pathologic basis of disease. 2007.
Acute Gout Tophy in chronic gout
Current diagnosis & treatment in rheumatology. 2nd ed. McGraw-Hill; 2007.
Ciri OA RA Gout Spondilitis
Ankilosa
Prevalens Female>male, >50
tahun, obesitas
Arthritis
Female>male
40-70 tahun
Male>female, >30
thn, hiperurisemia
Male>female,
dekade 2-3
Awitan gradual gradual akut Variabel

Inflamasi - + + +

Patologi Degenerasi Pannus Mikrotophi Enthesitis

Jumlah Sendi Poli Poli Mono-poli Oligo/poli

Tipe Sendi Kecil/besar Kecil Kecil-besar Besar

Predileksi Pinggul, lutut, MCP, PIP, MTP, kaki, Sacroiliac


punggung, 1st CMC, pergelangan pergelangan kaki & Spine
DIP, PIP tangan/kaki, kaki tangan Perifer besar

Temuan Sendi Bouchard’s nodes Ulnar dev, Swan Kristal urat En bloc spine
Heberden’s nodes neck, Boutonniere enthesopathy
Perubahan Osteofit Osteopenia erosi Erosi
tulang erosi ankilosis

Temuan - Nodul subkutan, Tophi, Uveitis, IBD,


Extraartikular pulmonari cardiac olecranon bursitis, konjungtivitis, insuf
splenomegaly batu ginjal aorta, psoriasis

Lab Normal RF +, anti CCP Asam urat


OPTIMA MEDAN
OPTIMA MEDAN
OPTIMA MEDAN
Soal no.21
• Seorang laki-laki, berusia 56 tahun, datang ke
unit gawat darurat RS dengan keluhan demam
tinggi, sejak satu hari yang lalu. Keluhan
disertai lemas dan sakit di dada kiri. Tiga hari
yang lalu pasien dicabut gigi geraham bawah
kanannya. Pemeriksaan fisis: terdengar
murmur/bising sistolik. Dokter menduga
pasien menderita endokarditis. Apakah
kuman yang paling sering menyebabkan
penyakit tersebut?
Soal no.21
a. Staphylococcus epidermidis
b. Staphylococcus saphrophyticus
c. Streptococcus viridans
d. Streptococcus pyogenes
e. Streptococcus agalactiae

• Jawaban: C. Staphylococcus viridans


21. Endokarditis Infektif
• Infeksi mikroba pada permukaan endotel jantung
• Endokarditis infektif berisiko pada pasien dengan
– Katup prostetik atau materi prostetik untuk repair
katup jantung
– Riwayat EI sebelumnya
– Penyakit jantung kongenital
– Menjalani prosedur tertentu khususnya prosedur
pada daerah gigi dan mulut
21. Endokarditis Bakterialis
21. Endokarditis infektif
• Fever, possibly low-grade and intermittent, is present in
90% of patients with IE.
• Heart murmurs are heard in approximately 85% of patients.
• One or more classic signs of IE are found in as many as 50%
of patients. They include the following:
– Petechiae: Common, but nonspecific, finding
– Subungual (splinter) hemorrhages: Dark-red, linear lesions in
the nail beds
– Osler nodes: Tender subcutaneous nodules usually found on the
distal pads of the digits
– Janeway lesions: Nontender maculae on the palms and soles
– Roth spots: Retinal hemorrhages with small, clear centers; rare

http://emedicine.medscape.com/article/216650-overview
Identifikasi Mikrobiologi
Empirical Therapy IE
Soal no.22-23
22. Seorang pasien laki-laki berusia 60 tahun,
datang untuk check up rutin. Dari
pemeriksaan didapatkan TD 160/90 mmHg,
pasien tidak ada keluhan. Kemudian
ditemukan benjolan di mata kaki kanan.
Dokter pun melakukan pemeriksaan
laboratorium, dengan hasil kadar asam urat
7,9 mg/dl, kreatinin serum 0,9. Obat apa
yang harus dihindari pada pasien ini?
Soal no.22
a. Paracetamol
b. Beta blocker
c. Diuretik
d. ARB
e. ACE inhibitor

Jawaban: C. Diuretik
Soal 22-23
23. Seorang laki-laki, 55 tahun, datang ke RS
untuk kontrol penyakit darah tingginya. Pasien
mengeluh jantungnya berdebar-debar dan otot
terasa lemah. Pasien sedang mengkonsumsi
obat perangsang kencing. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan gambaran jantung
membesar dan gelombang U yang prominen
pada EKG. Apakah efek samping obat yang
paling mungkin di alami?
Soal no.23
a. Hipokalemi
b. Hiponatremi
c. Hipokalsemia
d. Hipomagnesia
e. Defisiensi besi

Jawaban: A. Hipokalemia
22-23. Diuretik
22-23. Diuretik
• Adverse effects of sulfonamide
type (CA inhibitor, thiazide, loop)
diuretics:
– hypokalemia is a consequence of
excessive K+ loss in the terminal
segments of the distal tubules
where increased amounts of Na+
are available for exchange with
K+
– hyperglycemia and glycosuria
– Hyperuricemia: increase in
serum urate levels may
precipitate gout in predisposed
patients.
– Sulfonamide diuretics compete
with urate for the tubular organic
anion secretory system.

Color atlas of pharmacology.


Katzung’s basic and clinical pharmacology
22-23. Diuretik
Hipokalemia

Symptoms:
• Muscle
weakness
• Ileus
• Respiratory
failure
• Arythmia
(prolonged
QT interval)
• ECG: U wave
• Glucose
intolerance
Soal no.24
• Seorang perempuan usia 50 tahun datang
dengan keluhan kepala pusing sejak 3 jam.
Pasien memiliki riwayat hipertensi. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan pasien obesitas.
Tekanan darah 200/110 mmhg, nadi
90x/menit, respirasi 24x/menit dan suhu
37,5C. Pemeriksaan jantung didapatkan batas
kiri bawah jantung terletak di intercosta V, 1
cm lateralis linea midclavicularis. Apakah
diagnosis yang tepat?
Soal no.24
a. Hipertensi urgensi
b. Hipertensi emergensi
c. Hipertensi derajat 1
d. Hipertensi derajat 2
e. Hipertensi sekunder

Jawaban: A. Hipertensi urgensi


24. Krisis Hipertensi
• Definisi
Suatu keadaan klinis yg ditandai oleh TD yg sangat
tinggi dgn kemungkinan akan timbulnya atau telah
terjadi kelainan organ target.

• Klasifikasi
Hipertensi darurat (HT Emergensi) TD sangat tinggi,
terdapat kelainan/kerusakan organ target yg bersifat
progresif.
Hipertensi mendesak (HT urgensi) TD sangat tinggi
tanpa disertai kelainan organ target yg bersifat
progresif.
Krisis Hipertensi
Contoh HT Emergensi
• Ensefalopati hipertensi
• Hipertensi diasosiasikan
dengan perdarahan
intrakanial
• Hipertensi diasosiakan
dengan stroke
• hipertensi maligna
terakselerasi
• gagal jantung kiri akut
• krisis adrenergik
• Diseksi aneurisma aorta
• Eklampsia
• krisis feokromositoma.
Tatalaksana HT Emergensi
• Kegawatan hipertensi membutuhkan penurunan TD yang cepat,
biasanya dalam Waktu 1 jam, dengan target penurunan TD rata-
rata 20-25% dan/atau target TDD 110-115 mmHg.
• Bila target penurunan ini dapat dicapai dan kondisi pasien stabil,
penurunan tekanan darah dapat dilanjutkan sampai normal dalam
12-24 jam berikutnya.
• Penurunan TD terialu cepat atau terlalu rendah akan memperburuk
aliran darah ke organ target.
• Pada kasus diseksi aorta, target tekanan lebih rendah dengan waktu
• pencapaian yang lebih singkat.
• Obat anti-hipertensi yang ideal untuk KH adalah obat parenteral
yang bekerja cepat, mudah di titrasi dengan efek samping minimal.
• Obat yang dipilih disesuaikan dengan penyakit penyerta yang ada
serta organ target yang terkena.
Tatalaksana
Tatalaksana
Soal no.25
• Seorang pasien laki-laki usia 30 tahun datang ke poli umum suatu
RS dengan keluhan utama sesak nafas disertai batuk-batuk dengan
sputum produktif / banyak sejak 2-3 minggu yang lalu. Batuk-batuk
awalnya dirasakan sejak 3 minggu yang lalu. Demam dirasakan
hanya pada saat 3 hari pertama sebelum sesak nafas timbul. Sesak
nafas kemudian berkurang setelah minum obat anti demam. Gejala
ini sudah pernah juga terjadi 2 tahun yang lalu. Pada saat ini
dirasakan BB tidak dirasakan menurun. Pasien termasuk perokok
dengan jumlah 3-5 batang rokok /hari dan selama batuk dengan
sesak nafas ini pasien tidak merokok lagi. Pada pemeriksaan hasil
Rontgen Paru didapatkan gambaran corakan bronkovesikuler yang
meningkat. Tidak ditemukan infiltrat di lapangan kedua lobus paru.
Hasil pemeriksaan darah rutin ditemukan leukositosis ringan
11.600/mm3. LED 20. Menurut anda apakah diagnosis klinis pasien
diatas jika pasien memiliki riwayat keturunan defisiensi alfa 1
antitripsin?
Soal no.25
a. Bronkitis kronik
b. Bronkiektasi
c. Asma bronkial
d. Emfisema
e. Bronkitis kronik dengan Emfisema

Jawaban: E. Bronkitis kronik dengan emfisema


25. PPOK
• Definisi PPOK
– Ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel
– Bersifat progresif & berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap
partikel atau gas yang beracun/berbahaya
– Disertai efek ekstraparu yang berkontribusi terhadap derajat penyakit

• Karakteristik hambatan aliran udara pada PPOK disebabkan oleh gabungan


antara obstruksi saluran napas kecil (obstruksi bronkiolitis) & obstruksi
parenkim (emfisema) yang bervariasi pada setiap individu.

• Bronkitis kronik & emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK karena:


– Emfisema merupakan diagnosis patologi (pembesaran jalan napas distal)
– Bronkitis kronik merupakan diagnosis klinis (batuk berdahak selama 3 bulan
berturut-turut, dalam 2 tahun)
Alpha1-antitrypsin deficiency (AATD)
• AATD is a relatively common genetic condition, often
undiagnosed.
• People with AATD are predisposed to obstructive
pulmonary disease and liver disease (eg, cirrhosis and
hepatocellular carcinoma in children and adults).
• AATD is one of the most common inherited disorders
among white persons.
• Its primary manifestation is early-onset panacinar
emphysema.
• About 1-5% of patients with diagnosed chronic
obstructive pulmonary disease (COPD) are estimated to
have alpha1-antitrypsin deficiency.
25. PPOK
Anamnesis Pengukuran gejala sesak napas
• Sesak yang bersifat progresif dengan atau dapat dilakukan dengan
tanpa bunyi mengi beberapa kuesioner, yaitu:
• Riwayat merokok atau bekas perokok – COPD Assessment Test (CAT TM
dengan atau tanpa gejala pernapasan )
• Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna – Chronic Respiratory
di tempat kerja Questionnaire
• Riwayat penyakit emfisema pada keluarga – (CCQ® )
• Terdapat faktor predisposisi pada masa – St George’s Respiratory
bayi/anak, mis berat badan lahir rendah – Questionnaire (SGRQ)
(BBLR), infeksi saluran napas berulang, – Chronic Respiratory
lingkungan asap rokok dan polusi udara Questionnaire
• Batuk berulang dengan atau tanpa dahak – (CRQ)
• Penyakit komorbid seperti jantung, – Modified Medical Research
osteoporosis, keganasan Council
• Keterbatasan aktivitsd – (mMRC) questionnaire
• Riwayat pengobatan akibat penyakit paru

PPOK: diagnosis dan penatalaksanaan. PDPI 2016


Pemeriksaan Fisik PPOK
Inspeksi
• Pink puffer
– Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup
– Gambaran yang khas pada emfisema, mencucu)
penderita kurus, kulit kemerahan dan – Barrel chest (diameter antero - posterior dan
pernapasan pursed transversal sebanding)
– lips breathing – Penggunaan otot bantu napas
• Blue bloater – Hipertropi otot bantu napas
– Gambaran khas pada bronkitis kronik, – Pelebaran sela igaku
penderita gemuk sianosis, terdapat – Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat
denyut
edema tungkai dan ronki basah di basal
– vena jugularis di leher dan edema tungkai
paru, sianosis sentral dan perifer
• Palpasi: pada emfisema fremitus melemah, sela iga
• Pursed - lips breathing melebar
– Adalah sikap seseorang yang bernapas • Perkusi: pada emfisema hipersonor dan batas jantung
dengan mulut mencucu dan ekspirasi mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah
yang memanjang. Sikap ini terjadi • Auskultasi
sebagai mekanisme tubuh untuk – suara napas vesikuler normal, atau melemah
mengeluarkan retensi CO2 yang yang – terdapat ronki dan atau mengi pada waktu
terjadi pada gagal napas kronik. bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa ekspirasi
memanjang
– bunyi jantung terdengar jauh, gagal jantung kanan
– terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema
– tungkai
PPOK: diagnosis dan penatalaksanaan. PDPI 2016
Pemeriksaan Penunjang PPOK
• Uji spirometri  merupakan gold standar
– FEV1 / FVC < 70 % (GOLD); <75% (pneumobile Indonesia)
– Uji bronkodilator harus dilakukan ketika pasien secara klinis stabil dan
bebas dari infeksi pernapasan:
• FEV1 pasca bronkodilator < 80 % prediksi dan FEV1/FVC < 75%
menandakan ada hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya
reversible
• Obstruksi saluran napas dinyatakan reversibel bila:
– setelah pemberian bronkodilator didapatkan FEV1 meningkat >
12% dan 200 ml dari nilai awal
• Apabila spirometri tidak ada atau tidak memungkinkan,
– APE (arus puncak ekspirasi/ PEF Peak Expiratory Flow) dapat dipakai
sebagai alternatif untuk menunjang diagnosis
• dengan memantau variabilitas harian pagi dan sore tidak lebih dari 20%
• Laboratorium darah: HB, Ht, trombosit, Leukosit, dan AGD
• Radiologi foto thoraks: Foto toraks PA dan lateral berguna
untuk menyingkirkan penyakit paru lain.
Radiologi PPOK
A. Pada emfisema terlihat:
– Hiperinflasi, Hiperlusen,
– Ruang retrosternal
melebar,
– Diafragma mendatar,
Jantung menggantung
(jantung
pendulum/teardrop/eye
drop).

B. Pada bronkitis kronik:


– Normal, Corakan
bronkovaskular bertambah
pada 21% kasus.
25. PPOK Eksaserbasi
• Gejala eksaserbasi:
– Sesak bertambah
– Produksi sputum meningkat
– Perubahan warna sputum (sputum menjadi purulent)
• Eksaserbasi akut dibagi menjadi 3 menurut Anthonisen
1987:
– Tipe I (eksaserbasi berat), memiliki 3 gejala eksaserbasi
– Tipe 2 (eksaserbasi sedang), memiliki 2 gejala eksaserbasi
– Tipe 3 (eksaserbasi ringan), memiliki 1 gejala ditambah infeksi
saluran napas atas lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab lain,
peningkatan batuk, peningkatan mengi atau peningkatan
frekuensi pernapasan >20% dari nilai dasar, atau frekuensi nadi
>20% dari nilai dasar.

PPOK Diagnosis dan Penatalaksanaan. PDPI. 2016


25. Tatalaksana PPOK Eksaserbasi
• Terapi oksigen
– pertahankan saturasi 88-92%
– Sungkup venturi lebih akurat dan dapat mengontrol
pemberian oksigen dibanding kanula hidung
• Bronkodilator  short acting beta-2 agonist
(SABA)
• Kortikosteroid  oral prednisone 40 mg/hari
selama 5 hari atau metilprednisolon 32 mg/hari
dosis tunggal atau terbagi. Jika IV diberikan
metilprednisolon 3 x30 mg sampai bisa disulih ke
oral.

PPOK Diagnosis dan Penatalaksanaan. PDPI. 2016


25. Tatalaksana PPOK Eksaserbasi
• Antioksidan  N-asetilsistein 1200 mg/hari IV
selama 5 hari atau erdostein 2 x300 mg/hari
selama 7 hari
• Mukolitik
• Imunomodulator  Echinacea purpurea 500 mg
dan vitamin C 50 mg serta mikronutrien
(selenium 15 ug dan zink 10 mg) selama 2 minggu
terutama yang disebabkan ISPA.
• Nutrisi
• Pemberian antibiotic adekuat

PPOK Diagnosis dan Penatalaksanaan. PDPI. 2016


25. PPOK Eksaserbasi
• Antibiotik diberikan pada
– Pasien PPOK eksaserbasi dengan semua gejala
cardinal (sesak napas yang bertambah, meningkatnya
jumlah sputum, dan bertambahnya purulensi sputum)
– Pasien PPOK eksaserbasi dengan dua dari gejala
cardinal, apabila salah satunya adalah bertambahnya
purulensi sputum
– Pasien PPOK eksaserbasi berat yang membutuhkan
ventilasi mekanis (invasive atau non-invasive)

PPOK Diagnosis dan Penatalaksanaan. PDPI. 2016


Soal no.26
• Wanita usia 70 tahun datang dengan keluhan
nyeri pinggang bawah sejak 4 minggu yang
lalu, malaise, dan penurunan BB 7 kg dalam 2
bulan. General checkup 3 bulan lalu
menunjukan hasil dalam batas normal.
Pemeriksaan lab saat ini menunjukkan LED 40
mm/jam, HB 10,5g/dl, kreatinin 1.8 mg/dl
dan kalsium darah 11,2 mg/dl (8,2 – 10,2
mg/dl). Apakah kemungkinan penyebab nyeri
pinggang bawah pada pasien?
Soal no.26
a. Osteoporosis dengan fraktur kompresi
b. Gagal ginjal dengan osteodistrosi
c. Multiple myeloma
d. Strain lumbal
e. Osteomielitis

Jawaban: C. Multiple myeloma


26. Multiple Myeloma

• Definition:
B-cell malignancy characterised
by abnormal proliferation of
plasma cells able to produce a
monoclonal immunoglobulin
(M protein )

• Incidence:
3 - 9 cases per 100000
population / year
more frequent in elderly
modest male
predominance
26. Multiple Myeloma
Clinical symptoms: Laboratory tests:
• ESR > 100
• anaemia, thrombocytopenia
• bone pains, • rouleaux in peripheral blood
pathologic fractures smears
• weakness and fatigue • marrow plasmacytosis > 10
-15%
• serious infection
• hyperproteinemia
• renal failure • hypercalcemia
• bleeding diathesis • proteinuria
• azotemia
26. Multiple Myeloma
Soal no.27
• Seorang laki – laki berusia 30 tahun datang ke
UGD RS dengan keluhan nyeri pinggang kanan
sejak dua hari yang lalu. Keluhan disertai
dengan panas badan, nyeri ketika buang air
kecil, mual dan muntah. Hasil pemeriksaan
fisik menunjukan suhu 38,5C, tanda vital lain
dalam batas normal. Nyeri ketok
Costovertebral Angel (CVA) + pada pinggang
kanan. Apakah terapi yang paling tepat?
Soal no.27
a. Amoksisilin
b. Azitromisin
c. Ciproflosasin
d. Metronidazole
e. Streptomisin

Jawaban: C. Ciprofloksasin
27. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
27. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
• Rute infeksi saluran kemih:
Ascending
• kolonisasi uretra, lalu infeksi menyebar ke atas
Hematogen
• bakteri ke ginjal berasal dari bakteremia
Limfogen
•dari abses retroperitoneal atau infeksi intestin
27. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
27. Pielonefritis Akut
• Trias gejala pielonefritis: demam, nyeri ketok CVA, mual/
muntah.

• Pemeriksaan penunjang:
– Urinalisis: didapatkan pyuria (>5-10 leukosit/LPB, aatau
didapatkan esterase leukosit yang positif.
– Pemeriksaan radiologi umumnya tidak dibutuhkan untuk
menegakka diagnosis, kecuali pada gejala yang tidak khas, atau
pada pasien yang tidak respons terhadap terapi.

• Tatalaksana adalah antibiotik. DOC: fluoroquinolones,


cephalosporins, penicillins, extended-spectrum penicillins,
carbapenems, atau aminoglycosides.
Pyelonefritis

• Indikasi Absolut • Indikasi Relatif Rawat


Rawat Inap Inap
• Usia > 60 tahun
– Muntah persisten
• Abnormalitas saluran
– Infeksi progresif kemih
– Tersangka sepsis • Imunokompromais
– Diagnosis belum • Akses follow up
pasti kurang adekuat
• Dukungan social
– Obstruksi saluran kurang
kemih
Pielonefritis

• Untuk pasien dengan respons yang cepat (demam & gejala hilang di awal
terapi), terapi dapat dibatasi selama 7-10 hari.
• Pada laki-laki muda (< 35 tahun), sebaiknya fluoroquinolone diteruskan
hingga 14 hari. Karena risiko aktivitas seksual lebih aktif.
• Pada beberapa penelitian pemberian golongan β-lactam kurang dari 14 hari
berkaitan dengan angka kegagalan yang tinggi.
• Satu penelitian menunjukkan keunggulan siprofloksasin selama 7 hari
dibandingkan TMP-SMX selama 14 hari.
Comprehensive cllinicall nephrology. 5th ed. 2015
Soal no.28
• Tn. Ahmad, 37 tahun, datang dengan keluhan
nyeri perut. Pasien memiliki riwayat pasca
operasi karena fraktur tulang paha. Pasien
sempat diberi 3 macam antibiotic selama 2
minggu terakhir. Pada saat ini pasien
mengeluh BAB berdarah dan pemeriksaan
lebih lanjut menemukan selaput
pseudomembran di kolon. Apakah penyebab
keluhan pasien tersebut?
Soal no.28
a. Clostridium botulinum
b. Clostridium perfringen
c. Clostridium welchii
d. Clostridium Difficile
e. Clostridium tetani

Jawaban: D. Clostridium defficile


28. Antibiotic-associated diarrhea
• Mild diarrhea, 3-4 loose stools per day.
• Usually relieved with fasting
• Mild or absent of fever, pain, and elevated
white blood cells.
• Feval leukocytes and C. difficile assays usually
negative.
• Diarrhea usually subsides with discontinuation
of antibiotics.
28. Pseudomembranous Colitis
Penelanan spora

bervegetasi

melepaskan toksin

diare &
pseudomembranous
colitis

Harrison’s principles of internal medicine. 18th ed. McGraw-Hill; 2011.


28. Pseudomembranous Colitis
• Kriteria diagnosis CDI:
– Diare (3 feses cair per 24 jam selama 2 hari) with no other recognized
cause plus
– toxin A atau B dideteksi pada feses, C. difficile yang dapat mendeteksi
toksin terdeteksi pada feses dengan PCR atau kultur, atau
pseudomembran terlihat dari pemerikksaan kolon.

Harrison’s principles of internal medicine. 18th ed. McGraw-Hill; 2011.


28. Antibiotic-associated diarrhea
Soal no.29
• Tn. Ridwan, 27 tahun, dengan keluhan BAB
berdarah dan frekuensi >10x dengan
konsistensi cair. TD 120/80 mmHg, HR
86x/menit, RR 20x/menit, Suhu 37,8C, Pada
pemeriksaan kolonoskopi didapatkan erosi
dari kolon descendens sampai ke bagian
ileum terminalis. Pada pemeriksaan
histopatologi didapatkan abses kripta.
Diagnosis yang sesuai adalah…
Soal no.29
a. Kolitis ulserativa
b. Crohn Disease
c. Disentri Basiler
d. Disentri Amoeba
e. Iritable Bowel Syndrome

Jawaban: A. Kolitis ulserativa


Kolitis ulseratif Crohn’s disease
Inflamasi Mukosa Transmural
Luas area Rectum  proksimal Mulut – anus
Continuous Skip lesion
50% proctosigmoiditis, 30%
left-sided colitis, 20%
pancolitis
Patologi Mukosa rapuh Mukosa tidak rapuh
Ulkus difus Ulkus aphthous
Pseudopolip Cobblestone, fisura
Barium enema Tepi kabur (granularitas Lesi tajam, cobblestone,
mukosa halus) ulkus dan fisura panjang,
Haustra kolon hilang “lead “string sign”
pipe”
Mikroskopik Inflamasi superfisial Inflamasi transmural
PMN Limfosit
Abses kripti Granuloma non-kaseosa
Fibrosis, ulkus, fisura
Soal no.30
• Penderita laki-laki, 60 tahun, didiagnosa
dengan Chirrosis Hepatis dan di bawa ke RS
dengan muntah darah, berak warna hitam
dan Ascites. Kira-kira perdarahannya terjadi
karena....
Soal no.30
a. Perdarahan V. Oesophagia
b. Perdarahan V. Gastrica brevis
c. Pendarahan V. Mesentrica Superior
d. Pendarahan V. Mesentrica Inferior
e. Pendarahan V. Azygosproximal

Jawaban: A. Perdarahan V. Oesophagia


30. Vena oesophagea

V.Gastrica
brevis
3 Jalur Utama
Kolateral
Portosistemik
pada Sirosis
Hepatis dan
Komplikasinya
PVO (Pecahnya Varises Oesophagus)
• Salah satu komplikasi terbanyak ditemui pada
pasien gangguan hati, terutama sirosis hati
• 25-35% pasien sirosis hati  varises oesophagus
• Diagnosis PVO:
– Tanda2 perdarahan saluran cerna bagian atas, mis:
hematemesis, melena, anemia, penurunan tekanan
darah
– Tanda2 sirosis hati, mis: caput medusae,
gynecomastia, dll.
Kusumobroto H. Penatalaksanaan perdarahan varises esophagus. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 5.Interna Publising; 2009. h.222-6
Tatalaksana PVO
OPTIMA MEDAN
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
ILMU
BEDAH
Soal no.31
• Anak laki-laki 3 tahun, bersama ibunya datang
ke puskesmas dengan keluhan kencing tidak
bisa lurus dan saat ereksi penis terlihat
melengkung. Pemeriksaan genital ditemukan
OUE terletak pada ventral penis. Apakah
diagnosis kasus diatas?
Soal no.31
a. Fimosis
b. Parafimosis
c. Epispadia
d. Hipopasdia
e. Fistula Uretra

Jawaban: D. Hipospadia
http://emedicine.medscape.com/article/1015227
31. Hipospadia

Hypospadia
• OUE berada pada ventral penis
• Three anatomical
characteristics
• An ectopic urethral
meatus
• An incomplete prepuce
• Chordee ventral
shortening and curvature
EpispadiaOUE berada di dorsum penis
• Penis lebar, pendek dan melengkung
keatas (dorsal chordee)
• Penis menempel pada tulang pelvis
• Tulang pelvis terpisah lebar
• Classification:
• the glans (glanular)
• along the shaft of the penis (penile)
• near the pubic bone (penopubic)

http://www.genitalsurgerybelgrade.com/urogenital_surgery
_detail.php?Epispadias-4
Soal no.32
• Laki-laki, 36 tahun, datang dengan keluhan
benjolan di submandibula 3 hari yang lalu.
Disertai dengan demam, nyeri, batuk dahak
kuning. Pemeriksaan fisik ditemukan
pembesaran jaringan limfoid multipel lunak
mobile nyeri tekan +, leukosit 17000, 39oC.
Pemeriksaan lain dalam batas normal.
Kemungkinan diagnosis?
Soal no.32
a. Limfoma
b. Limfadenitis bakterialis
c. Limfadenitis TB
d. Limfosarkoma
e. Struma

Jawaban: B. Limfadenitis bakterialis


32. Limfadenitis Bakterial
• Penyebab tersering: Tanda & Gejala
Staphylococcus aureus dan • Demam, nyeri tekan,
Streptococcus grup A fluktuasi, dan tanda radang
• Limfadenopati regional
Tatalaksana • Dapat disertai nyeri telinga
• Antibiotik oral/ intravena atau tenggorok
tergantung derjata penyakit. • Berlangsung akut <7hari
• Jika tidak ada perbaikan • Lab: leukositosis, kultur
dapat dilakukan USG/ CT- resistensi jika diperlukan.
Scan
• Surgical excision, jika abses
terbentuk
Soal no.33
• Laki laki, 30 tahun, datang dengan keluhan
paha kiri bengkok, bengkak, dan nyeri.
Terdapat riwayat kecelakaan lalu lintas sekitar
1 minggu yang lalu, sudah dibawa ke dukun
patah dan dibebat. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan paha kiri hiperemis, bengkok dan
keluar sekret purulen. Apa diagnosis pasien di
atas?
Soal no.33
a. Open fraktur
b. Closed fraktur
c. Osteomelitis
d. Selulitis
e. Malunion

Jawaban: C. Osteomielitis
33. Osteomyelitis
• Osteomyelitis is an inflammation of bone caused by an
infecting organism.
• It may remain localized, or it may spread through the
bone to involve the marrow, cortex, periosteum, and
soft tissue surrounding the bone.
• Based on the duration and type of symptoms:
Local signs (Acute)
• Calor, rubor, dolor, tumor
• Heat, red, pain or tenderness, swelling
• Initially, the lesion is within the medually cavity,
there is no swelling, soft tissue is also normal.
• The merely sign is deep tenderness.
• Localized finger-tip tenderness is felt over or
around the metaphysis.
• It is necessary to palpate carefully all metaphysic
areas to determine local tenderness,
pseudoparalysis
X-ray findings
• X-ray films are negative within 1-2 weeks
• Careful comparison with the opposite side may
show abnormal soft tissue shadows.
• It must be stressed that x-ray appearances are
normal in the acute phase.
• There are little value in making the early
diagnosis.
• By the time there is x-ray evidence of bone
destruction, the patient has entered the chronic
phase of the disease.
SUBACUTE HEMATOGENOUS
OSTEOMYELITIS
• More insidious onset and lacks the severity of
symptoms
• Diagnosis typically is delayed for more than 2
weeks.
• a pathogen is identified only 60% of the time
• S. aureus and Staphylococcus epidermidis
• The diagnosis often must be established by an
open biopsy and culture
Subacute Osteomyelitis Classification
Brodie’s abcess
• Bone abscess containing pus or jelly like
granulation tissue surrounded by a zone
of sclerosis
• Age 11-20 yrs, metaphyseal area, usually
upper tibia or lower femur
• Deep boring pain, worse at night,
relieved by rest
• Circular or oval luscency surrounded by
zone of sclerosis
• Treatment:
– Conservative if no doubt - rest +
antibiotic for 6 wks.
– if no response – surgical evacuation &
curettage, if large cavity - packed with
cancellous bone graft
Chronic osteomyelitis
• If any of sequestrum, abscess cavity, sinus tract
or cloaca is present. (Dead bone is present)

• Hematogenous infection with an organism of


low virulence may be present by chronic onset.
– Infection introduced through an external wound
usually causing a chronic osteomyelitis.
– It is due to the fact that the causative organism can lie
dormant in
– avascular necrotic areas occasionally becoming
reactive from a flare up.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
 Sekuestrum (bangunan dense dikelilingi
lusentulang yang mati dikelilingi oleh pus)
 Involucrum (pembentukan tulang baru di
sekitar tulang yang mengalami destruksi)
 Korteks menebal/sklerotik dan berkelok-kelok
 Kanalis medularis menyempit hingga
gambaran medula menghilang
TERAPI
Antibiotik Tindakan Operatif
• Bertujuan untuk : • Bertujuan untuk :
• Mencegah terjadinya – Mengeluarkan seluruh jaringan
penyebaran infeksi pada nekrotik, baik jaringan lunak
tulang sehat lainnya. maupun jaringan tulang (
• Mengontrol eksaserbasi sequesterum) sampai ke
jaringan sehat sekitarnya.
Selanjutnya dilakukan drainase
dan irigasi secara kontinu
selama beberapa hari.
– Sebagai dekompresi pada
tulang dan mencegah
penyebaran osteomyelitis lebih
lanjut
– Gips untuk mencegah patah
tulang patologik
Soal no.34
• Laki-laki, 19 tahun, nyeri di area maleolus
sinistra yang dirasakan saat bermain voli. Hasil
pemeriksaan fisik krepitasi (-), inversi ke kiri
nyeri, eversi ke kiri tidak nyeri, nyeri tulang
tibula fibia (-). Kemungkinan diagnosis pasien
adalah…
Soal no.34
a. Ruptur tendon achilles
b. Fraktur tibia-fibula sinistra
c. Sprain ligament talofibrular
d. Dislokasi talocrucralis
e. Fraktur metatarsal

Jawaban: C. Sprain ligament talofibular


34. Sprain Ankle
Strain vs Sprain

The anterior drawer
• Menilai integritas dari ligamen talofibular
anterior.
• Cara pemeriksaan:
• Posisi kaki sedikit plantar fleksi
• Pegang kaki dengan tang kiri The inversion stress test
• Tarik tumit kearah antrior dengan • Menilai integrotas ligamen
tangan kanan calcaneofibular
• Positive test Laxity and poor • Cara pemeriksaan:
endpoint on forward translation • Pegang tumit dengan tangan
kiri
• Inversi kaki dengan tangan
kanan
• Compare to opposite side
Soal no.35
• Pasien bayi usia 3 hari dibawa ibunya dengan
keluhan mual-muntah setiap diteteki
beberapa jam, menurut ibunya sejak lahir
perut bayi sudah besar dan makin kembung
sampai saat ini, pasien pernah BAB, terdapat
retensi kehijauan (gambar BNO terdapat 1
gelembung besar lusen dibawah diafragma
dan 1 gelembung lusen lebih kecil tepat
dibawah kurvatura gelembung besar).
Kelainan pasien ini ialah…
Soal no.35
a. Ileal atresia
b. Ileus obstruksi
c. Hypertrophic piloric stenosis
d. Annular pancreas
e. Atresia duodenal

Jawaban: E. Atresia duodenal


35. Atresia Duodenum
GIT Congenital Malformation
Disorder Clinical Presentation
Hirschprung Congenital aganglionic megacolon (Auerbach's Plexus)
Fails to pass meconium within 24-48 hours after birth,chronic constipation
since birth, bowel obstruction with bilious vomiting, abdominal distention,
poor feeding, and failure to thrive, Chronic Enterocolitis.
RT:Explosive stools .
Criterion standardfull-thickness rectal biopsy.
Treatment  remove the poorly functioning aganglionic bowel and create
an anastomosis to the distal rectum with the healthy innervated bowel
(with or without an initial diversion)

Anal Atresia Anal opening (-), The anal opening in the wrong place,abdominal
distention, failed to pass meconium,meconium excretion from the fistula
(perineum, rectovagina, rectovesica, rectovestibuler).
Low lesionthe colon remains close to the skin stenosis anus, or the
rectum ending in a blind pouch.
High lesionthe colon is higher up in the pelvis fistula
Hypertrophic Hypertrophy and hyperplasia of the muscular layers of the pylorus
Pyloric functional gastric outlet obstruction
Stenosis Projectile vomiting, visible peristalsis, and a palpable pyloric tumor(Olive
Disorder Clinical Presentation

Oesophagus Congenitally interrupted esophagus


Atresia Drools and has substantial mucus, with excessive oral secretions,.
Bluish coloration to the skin (cyanosis) with attempted feedings
Coughing, gagging, and choking, respiratory distressPoor feeding
Intestine Atresia Malformation where there is a narrowing or absence of a portion
of the intestine
Abdominal distension (inflation), fails to pass stools, Bilious
vomiting

http://en.wikipedia.org/wiki/ http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth
Soal no.36
• Pasien laki-laki, 36 tahun, baru saja mengalami
kecelakaan lalu lintas. Pasien tampak gelisah,
BB=60kg, TD: 110/80, Nadi 110x/mnt, teraba
lemah, RR : 24x/ menit, suhu : 36,8OC. Akral
teraba dingin dan lembab. Pada pemeriksaan
fisik terlihat patahan tulang tungkai atas
kanan dengan perdarahan masif. Derajat
perdarahan pada pasien ini adalah…
Soal no.36
a. Derajat 1
b. Derajat 2
c. Derajat 3
d. Derajat 4
e. Derajat 5

Jawaban: B. Derajat 2
36. Klasifikasi Syok
Penyebab syok dapat diklasifikasikan • Syok obstruktif (gangguan kontraksi
sebagai berikut: jantung akibat di luar jantung):
• Syok kardiogenik (kegagalan kerja • (a) Tamponade jantung;
jantungnya sendiri)
• (b) Pneumotorak;
• (a) Penyakit jantung iskemik, seperti
infark • (c) Emboli paru.
• (b) Obat-obat yang mendepresi jantung; • Syok distributif (berkurangnya tahanan
• (c) Gangguan irama jantung. pembuluh darah perifer)
• Syok hipovolemik (berkurangnya • (a) Syok neurogenik;
volume sirkulasi darah):
• (b) Cedera medula spinalis atau batang
• (a) Kehilangan darah, misalnya
perdarahan; otak;
• (b) Kehilangan plasma, misalnya luka • (c) Syok anafilaksis;
bakar; • (d) Obat-obatan;
• (c) Dehidrasi: cairan yang masuk kurang • (e) Syok septik;
(misalnya puasa lama), cairan keluar
yang banyak (misalnya diare, muntah- • (f) Kombinasi, misalnya pada sepsis bisa
muntah, fistula, obstruksi usus dengan gagal jantung, hipovolemia, dan rendahnya
penumpukan cairan di lumen usus). tahanan pembuluh darah perifer.
Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah
Soal no.37
• Seorang laki-laki, 20 tahun, dibawa ke UGD
akibat benturan di dada kanan. Pasien
tampak sesak dan sianosis. TD: 70/50 mmHg,
RR: 40x/menit, pemeriksaan fisik: trakea
terdorong ke kiri, hemithorax kanan
tertinggal fremitus kanan lemah, hipersonor.
Diagnosis yang paling mungkin adalah…
Soal no.37
a. Efusi pleura
b. Atelektasis paru
c. Tension Pneumothorax
d. Pneumothorax
e. Hemothorax

Jawaban: C. Tension pneumothorax


37. Trauma Dada
Diagnosis Etiologi Tanda dan Gejala
Hemotoraks Laserasi • Ansietas/ gelisah, takipneu, tanda-tanda syok,
pembuluh darah takikardia, Frothy/ bloody sputum.
di kavum toraks • Suara napas menghilang pada tempat yang
terkena, vena leher mendatar, perkusi dada
pekak.

Simple Trauma tumpul • Jejas di jaringan paru sehingga menyebabkan


pneumotoraks spontan udara bocor ke dalam rongga dada.
• Nyeri dada, dispneu, takipneu.
• Suara napas menurun/ menghilang, perkusi
dada hipersonor
Open Luka penetrasi di • Luka penetrasi menyebabkan udara dari luar
pneumotoraks area toraks masuk ke rongga pleura.
• Dispneu, nyeri tajam, empisema subkutis.
• Suara napas menurun/menghilang
• Red bubbles saat exhalasi dari luka penetrasi
• Sucking chest wound
Diagnosis Etiologi Tanda dan Gejala
Tension Udara yg terkumpul • Tampak sakit berat, ansietas/gelisah,
pneumotoraks di rongga pleura tidak • Dispneu, takipneu, takikardia, distensi
dapat keluar lagi vena jugular, hipotensi, deviasi trakea.
(mekanisme pentil) • Penggunaan otot-otot bantu napas,
suara napas menghilang, perkusi
hipersonor.
Flail chest Fraktur segmental • Nyeri saat bernapas
tulang iga, • Pernapasan paradoksal
melibatkan minimal 3
tulang iga.
Efusi pleura CHF, pneumonia, • Sesak, batuk, nyeri dada, yang
keganasan, TB paru, disebabkan oleh iritasi pleura.
emboli paru • Perkusi pekak, fremitus taktil menurun,
pergerakan dinding dada tertinggal
pada area yang terkena.
Pneumonia Infeksi, inflamasi • Demam, dispneu, batuk, ronki
Soal no.38
• Laki-laki, 62 tahun, dengan keluhan BAB
berdarah sejak 2 bulan yang lalu. Berat badan
semakin turun, perut semakin kembung
walaupun nafsu makan baik. Pemeriksaan
radiologis menunjukkan adanya filling defect,
menyebabkan penyempitan lumen kolon
sigmoid dengan tepi irreguler dan gambaran
apple core, Apa diagnosis yang paling
mungkin?
Soal no.38
a. Colitis ulserativa
b. Diverticulitis
c. Adenokarsinoma kolon
d. Infark usus
e. TB usus

Jawaban: C. Adenokarsinoma kolon


Colorectal cancer

1. Anamnesa
• Diare palsu atau “spurious diarrhoea”
• BAB berlendir
• Feses pipih seperti kotoran kambing
• Penurunan berat badan
• Perdarahan bercampur tinja
• Perbedaan gejala dan karsinoma kolorektal
berdasarkan letaknya
Kolon kanan Kolon kiri Rektum

Aspek klinis Kolitis Obstruksi Proktitis


Karena
Nyeri Karena obstruksi Tenesmus
penyusupan
Tenesmi terus-
Defekasi Diare Konstipasi progresif
menerus
Obstruksi Jarang Hampir selalu Tidak jarang
Samar atau
Darah pada feses Samar Makroskopis
makroskopis
Feses Normal Normal Perubahan bentuk
Dispepsia Sering Jarang Jarang

Memburuknya KU Hampir selalu Lambat Lambat

Anemia Hampir selalu Lambat Lambat


2. Pemeriksaan Fisik
Cari kemungkinan
Colok dubur dapat
metastase (pembesaran
diketahui :
KGB atau hepatomegali)
Adanya tumor rektum

Lokasi dan jarak dari anus

Posisi tumor, melingkar /


menyumbat lumen

Perlengketan dengan jaringan


sekitar
3. Pemeriksaan penunjang
Biopsi

Pemeriksaan Tumor marker : CEA (Carcinoma Embryonic Antigen), CA


242, CA 19-9
uji FOBT (Faecal Occult Blood Test) untuk melihat perdarahan di
jaringan.

Endoskopi
• Sigmoidoskopi
• Kolonoskopi
• Virtual colonoscopy (CT colonography)

Imaging Tehnik :
• MRI, CT scan, transrectal ultrasound
Pemeriksaan penunjang
Fecal Occult Blood Stool DNA (sDNA)
Lab Darah
Test (FOBT) test
• guaiac-based • Mendeteksi • DL
(gFOBT) adanya mutasi • LFT
• immunochemical gen • Tumor marker 
tests (iFOBT) • Jika (+) CEA, CA 19-9
• Jika (+) disarankan untuk
disarankan untuk colonoscopy
colonoscopy
American Cancer Society. 2013. Colorectal Cancer. Atlanta Georgia

Konsentrasi CEA dalam


darah
(Underwood JCE. 2007)

249
Pemeriksaan penunjang

MRI (Magnetic
Colon in loop Resonance Foto thorax
Imaging)

Positron Emission
CT Scan abdomen
Sigmoidoscopy Tomography
dengan kontras
(PET) scan

Colon in loop:
adenocarcinoma colon
Colonoscopy USG abdomen Angiography assending
(Fauci AS. Kasper DL. 2008)

250
Soal no.39
• Seorang wanita umur 50 tahun datang dengan
keluhan keluar cairan dari putting susu
disertai darah. Riwayat penggunaan
kontrasepsi oral dengan siklus menstruasi
normal. Pada pemeriksaan fisis tidak
didapatkan benjolan, tidak ada retraksi papil,
tidak ada pembesaran kelenjar. Diagnosis yang
tepat adalah…
Soal no.39
a. Papilloma intraduktal
b. Fibrokistik
c. FAM
d. Tumor phyloides
e. Mastitis

Jawaban: A. Papilloma intraduktal


39. Papilloma Intraduktal
• Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan
menyerupai kutil dengan disertai tangkai yang
tumbuh dari dalam payudara yang berasal dari
jaringan glandular dan jaringan fibrovaskular.
• Epidemiologi: terjadi pada wanita pada masa
reproduktif akhir, atau post-menopause. Usia
rerata 48 tahun.
Etiologi dan Patogenesis
• Etiologi dan patogenesis dari penyakit ini masih belum jelas.
• There are associated predisposing risk factors:
– Genderwith women having a higher risk than men
– Obesity
– alcohol consumption
– contraceptive use
– lifetime estrogen exposure
– physical inactivity
– the patient's reproductive history
• Dari kepustakaan dikatakan bahwa, Papilloma Intraduktus ini terkait
dengan proliferasi dari epitel fibrokistik yang hiperplasia.
• Ukurannya adalah 2-3 mm dan terlihat seperti broad-based atau
pedunculated polypoid epithelial lesion yang bisa mengobstruksi
dan melebarkan duktus terkait.
• Kista juga bisa terbentuk hasil dari duktus yang mengalami
obstruksi.

http://radiopaedia.org/ https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519539/
Pemeriksaan Radiologis
• Mammografi
• Biasanya gambaran normal
• Gambaran yang dapat ditemukan dilatasi duktus soliter maupun
multipel, massa jinak sirkumskripta (sering di subareola), atau
kalsifikasi.
• Galactography
• Gambaran abnormalitas ductus: filling defect, ectasia, obstruksi,
atau irregularitas. Tidak spesifik
• Dapat evaluasi jumlah, lokasi, penyebaran, dan jarak dari areola.
• USG
• Gambaran terlihat jelas sebagai nodul padat atau massa
intraduktal dapat pula berupa kista dalam duktus.
• Colour doppleruntuk melihat vaskularisasi.

http://radiopaedia.org/
Tatalaksana dan Prognosis
• Papilloma intraduktal solitereksisi
• Menurut komuniti dari College of American
Pathologist, wanita dengan lesi ini mempunyai
risiko 1,5 – 2 kali untuk terjadinya karsinoma
mammae.
Soal no.40
• Perempuan 69 tahun mengeluh perut
kembung, mulas, dan sudah tidak BAB serta
kentut sejak 3 hari yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan dinding perut
membuncit, auskultasi peristaltik bertambah,
metallic sound (+), perkusi hipertimpani.
Tampak benjolan di regio inguinal kanan.
Pasien didiagnosis hernia inguinal lateral
dekstra inkarserata. Dilakukan foto abdomen
3 posisi, hasil yang mungkin muncul adalah...
Soal no.40
a. Apple core sign
b. Step ladder sign
c. String sign
d. Bird’s beak appearance
e. Psoas line kabur

Jawaban: B. Step ladder sign


40. Ileus Obstruktif
• Ileus:
– Kelainan fungsional atau terjadinya paralisis dari
gerakan peristaltik usus.
• Obstruksi:
– Adanya sumbatan mekanik yang disebabkan
karena adanya kelainan struktural sehingga
menghalangi gerak peristaltik usus.
– Obstruksi dapat parsial atau komplit
– Obstruksi simple atau strangulated
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
Soal no.41
• Seorang laki-laki datang ke poli dengan
keluhan pembesaran pada skrotumnya, yang
tidak disertai rasa nyeri serta tidak terjadi
gangguan seksual. Pada palpasi ditemukan
skrotum membesar lunak, kistik,
transluminasi tes (+). Penyakit apa yang
diderita pria ini adalah…
Soal no.41
a. Varikokele
b. Hidrokel
c. Seminoma
d. Hernia skrotalis
e. Orkitis

Jawaban: B. Hidrokel
41. Hydrocele
Soal no.42
• Anak laki-laki, 7 tahun, datang dengan keluhan
demam berturut-turut sejak 2 hari yang lalu.
Dua minggu sebelumnya pasien jatuh dan
terdapat luka pada lutut kirinya. Pemeriksaan
lokal lutut kiri tampak hiperemis, bengkak,
dan nyeri. Pemeriksaan apa yang dilakukan
untuk mengetahui diagnosis?
Soal no.42
a. Rontgen
b. Biopsi
c. CT Scan
d. Aspirasi cairan sendi
e. Darah rutin

Jawaban: D. Aspirasi cairan sendi


42. Septic Arthritis

• Infeksi synovium
dan cairan synovial
• Ditemukan pada semua umur
• Sendi panggul (anak-anak)
• Sendi lutut (dewasa) Sering }

https://medicine.med.unc.edu
Etiologi
• S. aureus → pada semua umur
• H. influenzae → 6 bulan – 5 thn
• N. gonorrhoeae → >10 tahun, dewasa (populasi barat)
• Gram negative bacilli → imunodefisiensi, prosedur invasif
pada sistem gastrointestinal dan saluran kemih, geriatri,
pasien dengan gagal ginjal, kelainan sendi kronik, dan
diabetes.
• S. epidermidis → Prosthetic joint
• S. aureus/Pseudomonas → i.v. drug use
• S. pneumoniae → Alcoholism, pneumonia, meningitis
• L. monocytogenes → Immune deficiency
• Atypical mycobacteria → Chronic infection
https://medicine.med.unc.edu
Patogenesis
• Penyebaran hematogen
• Penyebaran melalui jaringan sekitar
• Inokulasi langsung (aspirasi/arthrotomy)
*Penyakit rematik dapat menjadi penyakit
yang mendasari septik arttritis
-Struktur sendi abnormal
-Penggunaan steroid (abnormal phagocytosis…)
*DM, immune def, hematological diseases, trauma,
systemic infections…
https://medicine.med.unc.edu
Gejala Klinis
• Riwayat trauma atau infeksi sebelumnya
• Sering mengenai sendi panggul dan lutut
• Sendi sakroiliaka dapat terinfeksi pada
brucellosis
• Interphalangeal joints: human and
animal bites
• Demam, malaise, anoreksia, nausea
• Inflamasi lokal

https://medicine.med.unc.edu
Pemeriksaan Penunjang
• Synovial fluid sampling:
• >50.000 leukocytes/ml, (crystal arthropathies and RA)
• Leukocytes <50.000/ml (Malignancy, steroid use)
• Gram staining and culture: Gram-positive bacteria 60%,
Gram-negative bacteria 40%
• Blood culture / urethral discharge culture
• Yield rate of microorganism 70%
• Antigen detection (S. pyogenes, S. pneumoniae, H.
influenzae)
• PCR (B. burgdorferi, N. gonorrhoeae)
• Leukocytosis, ESR, and CRP increase
• Pemeriksaan Radiologis
Graft’s Textbook of Routine Urinalysis and Body Fluids
Tatalaksana
• <5 year-old: 2nd and 3rd generation cephalosporins
• >5 year-old and adults: cefazolin, 2nd gen. cephalosporins
• S. aureus→cefazolin/vancomycin
• Adults: ciprofloxacin+rifampin
• N. gonorrhoeae→cefriaxone,
• Gram-negative bacilli→3rd gen. cephalosporin+ aminoglycoside

• Gram-positive
– Streptococcus, methicillin-sensitive staphylococcus
• Cefazolin 3x2 gram, Sulbactam/ampicillin 4x2 gram
– Meticillin-resistant staphylococcus
• Vancomycin 2x1 gram
• Gram-negative
– Ceftriaxone 1x2 gram
Tatalaksana

• Parenteral tx: 5-7 hari dilanjutkan oral tx (2-4


minggu)
• Gram-negative bacilli and S. aureus→ 3 minggu
• Needle aspiration and irrigation → Septic arthritis
needs intervention (emergency) !
• Hip joint septic arthritis →surgical drainage
(Arthritis may disrupt the blood supply of the hip
joint)
Soal no.43
• Seorang laki-laki, 27 tahun, datang ke IGD RS
dengan keluhan ereksi terus-menerus sejak 5
jam yang lalu. Keluhan disertai rasa nyeri.
Sebelumnya pasien meminum obat kuat
sebelum berhubungan dengan istrinya.
Diagnosis apa yang paling mungkin dari kasus
diatas?
Soal no.43
a. Tumor penis
b. Priapismus
c. Fraktur penis
d. Penyakit Peyronie
e. Fimosis

Jawaban: B. Priapismus
43. Priapism - definition/background
• Ereksi penis/klitoris yang persisten dan nyeri
tanpa keinginan seksual (purposeless erection)
• Seringkali idiopatik
• Dapat berkaitan dengan beberapa penyakit
sistemik
• Terkadang terlihat setelah penyuntikan intra-
cavernosal
Priapism - causes
• Psychotropic drugs • calcium-channel
– phenothiazines blockers
– butyrophenones • anti-coagulants
• hydralazine • tamoxifen
• prazosin, labetolol, • omeprazole
phentolamine and • hydroxyzine
other -blockers
• cocaine, marijuana, and
• testosterone ethanol
• metoclopramide
http://emedicine.medscape.com/article/ http://en.wikipedia.org/wiki/

Diagnosis Banding
Disorders Clinical
Fimosis Inability to retract the distal foreskin over the glans penis
Parafimosis Entrapment of a retracted foreskin behind the coronal
sulcus
Peyronie’s Chronic Inflammation of the Tunica Albuginea (CITA), is a
disease connective tissue disorder involving the growth of fibrous
plaques, causing pain, abnormal curvature, erectile
dysfunction, indentation, loss of girth and shortening
Detumescen Detumescence is the reversal of erection, by which blood
ce erection leaves the erectile tissue, returning to the flaccid state
Soal no.44
• Wanita, 24 tahun, datang ke IGD sebagai
korban kebakaran 20 menit yang lalu,
kebakaran disebabkan kompor yg meledak,
pasien terperangkap di dalam dapur tempat
kompor meledak selama 15 menit. Luka bakar
tampak pada kedua alis, hidung, lengan
kanan dan kiri, dada depan, dan perut depan.
Sebagian luka bakar berupa bula dan sebagian
seperli lilin. Apa komplikasi penyebab
kematian?
Soal no.44
a. Fraktur costae
b. Trauma thorax
c. Trauma inhalasi
d. Trauma abdomen
e. Syok hipovolemik

Jawaban: C. Trauma inhalasi


44. Luka Bakar
Inhalation Injury
• Antisipasi gangguan respirasi pada korban luka bakar yang
memiliki luka di :
– Kepala, wajah, atau dada
– Rambut hidung, atau alis terbakar
– Suara serak, takipnea atau keluar air liur yang banyak(pasien
kesulitan untuk menelan air liur)
– Kehilangan kesadaran di lokasi kejadian
– Mukosa Nasal atau Oral berwarna merah atau kering
– Jelaga pada mulut atau hidung
– Batuk dengan sputum kehitaman
– Lokasi kebakaran yang tertutup atau terdapat riw.terperangkap
• Semua pasien yang terperangkap dalam api memiliki
kemungkinan keracunan CO atau mengalami hipoksia
Inhalation Injury Management
• Airway, Oxygenation and Ventilation
• Airway Control – Penilaian awal karena sering terhadap edema
jalan napas
• Ventilator – Pertimbangkan Intubasi awal dengan RSI(rapid
sequence intubation)Ventilator
• Chest physiotherapy • Inflamasi dari alveolimengurangi oxigenasi
• After intubated, patients with inhalation injury
• Suctioning should receive mechanical ventilation
– Recommended HFPV (High frequency percussion
• Therapeutic ventilation)
– Trend for less barotrauma, less VAP, less sedation
bronchoscopy – Bila tidak dapat dilakukan
intubasikrikotirodotomi
• Pharmacologic – Bila terdapat keragu-raguan oxygenate and
adjuncts ventilate
– Bronkodilator dapat dipertimbangkan bila
terdapat bronkospasm
– Diuretik tidak sesuai untuk pulmonary edema
• Circulation
– Tatalaksana syok
– IV Access
• LR/NS large bore, multiple IVs
• Titrate fluids to maintain systolic BP and perfusion
– Avoid MAST/PASG
Soal no.45
• Anak laki-laki, 4 tahun, mengeluh sakit saat
BAK sampai menangis dan menarik-narik
penisnya. PF tidak ditemukan kelainan pada
penis. Diagnosis pada pasien ini adalah…
Soal no.45
a. Sistitis
b. Uretritis
c. Orkitis
d. Striktur uretra
e. Vesikolitiasis

Jawaban: E. Vesikulolitiasis
45. Batu Saluran Kemih Pada Anak
• Predisposisi
– penurunan jumlah air kemih,
– hiperkalsiuria,
– pengeluaran pirofosfat didalam urin atau natrium dan
magnesium,
– PH urin yang rendah/tinggi
– Berkaitan dengan gangguan metabolism
• Gejala klinis
– Rasa nyeri intens yang tiba-tiba terjadi di belakang dan
memancar ke bawah, terpusat menuju perut bagian bawah atau
pangkal paha.
– Hematuria, biasanya makroskopis (gross hematuria), terjadi
dengan atau tanpa rasa sakit.
• Nefrolitiasis (batu ginjal)
– Sering asimptomatik, Nyeri kolik bila ada dapat menjalar sampai
kuadran lateral bawah dinding perut
• Ureterolitiasis
– nyeri dimulai pada daerah pinggang dan menjalar ke arah testis,
disertai mual atau muntah, keringat dingin, pucat
• Vesikolitiasis (batu buli-buli)
– Rasa nyeri waktu berkemih (disuria, stranguria). Hematuria
kadang-kadang disertai urin keruh.
– Pancaran urin tiba-tiba berhenti dan keluar lagi pada perubahan
posisi.
– Pada anak, nyeri miksi ditandai oleh kesakitan, menagis,
menarik-narik penis, miksi mengedan sering diikuti defekasi
atau prolapsus ani
Soal no.46
• Pasien 48, tahun, merasa tangan kanan tidak
dapat memegang sapu. Pada malam hari siku
terasa sakit walaupun tidak ada aktivitas. Sakit
terasa setelah bermain tenis 5 hari yang lalu.
PF: edema dan eritema pada siku. Otot mana
yang terkena?
Soal no.46
a. Flexor digitorum ulnaris
b. Extensor carpi radialis brevis
c. Flexor carpi ulnaris
d. Pronator teres
e. Triceps brachii

Jawaban: B. Extensor carpi radialis brevis


46. Tennis Elbow
• Lateral epicondylitis
• Klinis
– Nyeri pada origo otot-otot
lengan bawah, terutama
extensor carpi radialis
brevis.
– Lokasi nyeri biasanya 5mm
distal dan sedikit ke arah
anterior dari epicondilus
lateral humeri.
– Nyeri disertai dengan
keterbatasan ekstensi
pergelangan tangan dan
ekstensi jari jemari.
• Terjadi karena
penggunaan siku yang
berlebihan
• Gejala dan tanda:
– Nyeri atau terasa
terbakar pada sisi lateral
siku
– Weak grip strength
• Often worsened with
forearm activity
– holding a racquet
– turning a wrench
– shaking hands.

American Academy of Orthopaedic Surgeons


Examination
• Localized tenderness over the
lateral epicondyle and proximal
wrist extensor muscle mass

• Pain with resisted wrist • Pain with passive terminal wrist


extension with the elbow in full flexion with the elbow in full
extension (cozens test) extension

Uptodate.2018
Golfer’s elbow (medial epicondylitis)
Examination
• Localized tenderness over the
medial epicondyle and proximal
wrist flexor muscle mass (the
ulnar nerve/ulnar groove and
medial collateral ligament should
not be tender)
• Pain with resisted wrist flexion
with the elbow in full extension • Pain with passive terminal wrist
extension with the elbow in full
extension

Uptodate.2018
Soal no.47
• Perempuan datang dengan keluhan bengkak
di jari telunjuk tangan kiri. Jari tersebut
tertusuk duri saat berkebun 2 hari lalu. Tanda
vital normal. Status lokalis di ujung jari
telunjuk tangan kiri tampak benjolan
hiperemis, diameter 2cm, & fluktuatif.
Diagnosis yang paling mungkin adalah…
Soal no.47
a. Felon disease
b. Parokinia
c. Selulitis
d. Abses subkutan
e. Tenosinovitis supuratif

• Jawaban: A. Felon disease


47. Felon Disease
• Felon is an abscess of pulp of the
finger
• It may involve the terminal, middle or
proximal volar pulp space
• Most commonly involves distal pulp
space
• Second most common hand infection
• Most commonly involves index and
thumb
• Results from a minor trauma,ex :-
finger prick
• Clinical features
– Severe pain
– Redness
– Swelling
– Fever
– Tender axillary lymph nodes
Soal no.48
• Seorang laki-laki, 55 tahun, datang dengan
keluhan sulit buang air kecil sejak seminggu
yang lalu. Keluhan disertai demam dan BAK
sedikit-sedikit >10 kali sehari. Dari
pemeriksaan fisik, suhu 38OC lain-lain dalam
batas normal. Pada pemeriksaan colok dubur
didapatkan prostat membesar, licin, lunak
dan terasa panas. Apakah mikroorganisme
yang paling sering menyebabkan keluhan
pasien?
Soal no.48
a. E.coli
b. Urealyticum ureaplasma
c. Trypanosome
d. Treponema pallidum
e. Klamidia

• Jawaban: A. E. Coli
48. Prostatitis

• Incidence/prevalence: 4% -11%
• 8-12% of urologist office visits
• Life time prevalence 14.8%
• most common urological diagnosis in men <50
• Quality of Life is dismal (depressing) !
Aetiology

• Gram –ve enterobacteria account for 90% of acute bacterial prostatitis


– E. coli, Klebsiella, Serratia, Pseudomonas
• Enterococcus (gram +ve) 5 – 10%, and Staphs.
• Role of anaerobes are unknown.
• Anti-Chlamydial antibodies in 30% of chronic prostatitis, but < 1%
culture organism.
• Altered Prostatic Host Defence - phimosis; unprotected penetrative
anal rectal intercourse; acute epididymitis; indwelling urethral
catheters and condom catheter drainage.
• Dysfunctional Voiding.
• Intraprostatic Ductal Reflux – stones, carbon particles (Kirby et al
1982)
• Pelvic Floor Musculature Abnormalities.
• Interstitial Cystitis.
• Psychological Cause
Investigation
• Physical
– Signs of infection
– abdomen tenderness
– DRE (anal tone, prostate, pain).
• Examination of Urine.
• Urodynamics (Video)
– Rule out other cause – obstruction, OAB, dyssynergia.
• Cystoscopy?
• TRUS
– Abscess, medial cysts, SV obstruction.
– Not diagnostic for Chronic Prostatitis.
– Biopsy of no clinical benefit to management.
Examination of Urine
CLASSIC STAMEY 4 GLASS TEST

Wagenlehner, F M E; Naber, K G; Bschleipfer, T; Brähler, E; Weidner, W


Prostatitis and Male Pelvic Pain Syndrome: Diagnosis and Treatment
Dtsch Arztebl Int 2009; 106(11): 175-83; DOI: 10.3238/arztebl.2009.0175
Classification
Soal no.49
• Bayi umur 7 hari datang dengan keluhan
belum BAB sejak lahir. Muntah, perut
kembung, rewel. Dari pemeriksaan fisis
didapatkan pasien tidak memiliki anus.
Pemeriksaan berikutnya yang penting untuk
dilakukan adalah…
Soal no.49
A. Foto abdomen 3 posisi
B. Invertogram
C. USG
D. CT scan dengan kontras
E. Fistulografi

• Jawaban: B. Invertogram
49. Malformasi Kongenital
invertogram Intussusception Hirschprung

Classifcation:
• A low lesion
– colon remains close to the skin
– stenosis (narrowing) of the anus
– anus may be missing altogether,
with the rectum ending in a blind
pouch
• A high lesion
– the colon is higher up in the pelvis
– fistula connecting the rectum and
the bladder, urethra or the vagina
• A persistent cloaca
– rectum, vagina and urinary tract
are joined into a single channel
http://emedicine.medscape.com/ Learningradiology.om Duodenal atresia
volvulus
Soal no.50
• Seorang laki-laki ke IGD dengan keluhan sesak
nafas dan riwayat kecelakaan lalu lintas.
Pemeriksaan fisik TD 120/80mmHg, nadi
100x/mnt, RR 28x/mnt, suhu 36.5OC. Pada
auskultasi ada bising supraclavicula. Pada
pemeriksaan fisis ditemukan fraktur terbuka
pada kaki dan paha dengan perdarahan. Tiba-
tiba napas pasien berhenti. Apa tindakan
awal dilakukan?
Soal no.50
a. DC shock
b. Pemasangan infus
c. Pemeriksaan ekg
d. Pasang ventilator
e. Resusitasi jantung paru

Jawaban: E. Resusitasi jantung paru


Primary Survey
A. Airway dengan kontrol servikal
1. Penilaian
a) Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)
b) Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
2. Pengelolaan airway
a) Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line
immobilisasi
b) Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan alat yang
rigid
c) Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
d) Pasang airway definitif sesuai indikasi ( lihat tabell )
3. Fiksasi leher
4. Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap
penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau
perlukaan diatas klavikula.
5. Evaluasi

ATLS Coursed 9th Edition


B. Breathing dan Ventilasi-Oksigenasi
1. Penilaian
a) Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan
kontrol servikal in-line immobilisasi
b) Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
c) Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali
kemungkinan terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris
atau tidak, pemakaian otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera
lainnya.
d) Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
e) Auskultasi thoraks bilateral
2. Pengelolaan
a) Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( nonrebreather mask 11-12
liter/menit)
b) Ventilasi dengan Bag Valve Mask
c) Menghilangkan tension pneumothorax
d) Menutup open pneumothorax
e) Memasang pulse oxymeter
3. Evaluasi

ATLS Coursed 9th Edition


C. Circulation dengan kontrol perdarahan
1. Penilaian
a) Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
b) Mengetahui sumber perdarahan internal
c) Periksa nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus.
d) Tidak diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda
diperlukannya resusitasi masif segera.
e) Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
f) Periksa tekanan darah
2. Pengelolaan
a) Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
b) Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta
konsultasi pada ahli bedah.
c) Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah
untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada wanita usia
subur), golongan darah dan cross-match serta Analisis Gas Darah (BGA).
d) Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.
e) Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasienpasien
fraktur pelvis yang mengancam nyawa.
f) Cegah hipotermia
3. Evaluasi
ATLS Coursed 9th Edition
D. Disability
1. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor
GCS/PTS
2. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek
cahaya dan awasi tanda-tanda lateralisasi
3. Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi,
ventilasi dan circulation.

E. Exposure/Environment
1. Buka pakaian penderita, periksa jejas
2. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan
tempatkan pada ruangan yang cukup hangat.
ATLS Coursed 9th Edition
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
Soal no.51
• Seorang laki-laki, 22 tahun, mengeluhkan
nyeri pada testis sebelah kiri yang dirasakan
ketika bangun tidur. Pemeriksaan fisik TD
110/80mmHg, Nadi 78x/ menit, RR 20x/
menit, Suhu 36OC, nyeri tekan (+), edema (+).
Diagnosis yang paling mungkin?
Soal no.51
a. Hidrokel
b. Varikokel
c. Torsio Testis
d. Kista Testis
e. Ca Testis

• Jawaban: C. Torsio testis


51. Torsio Testis
Gejala dan tanda:
• Nyeri hebat pada skrotum yang mendadak
• Pembengkakan skrotum
• Nyeri abdomen
• Mual dan muntah
• Testis terletak lebih tinggi dari biasanya atau
pada posisi yang tidak biasa
Ultrasound
• Normal: homogenous symmetric

Late ischemia/infarct: Early ischemia: enlargement, no Δ


hypoechoic echogenicity

• Hemorrhage: hyperechoic areas


in an infarcted testis,
heterogenous, extra testicular
fluids
• Penurunan Vaskularisasi
http://emedicine.medscape.com/article/2036003-treatment#a1156

Tatalaksana Torsio Testis


• Manual detorsion
– Dapat dilakukan saat pasien di IGD dan merupakan terapi
sementara
– Cara manual detorsion
• Seperti Opening of a book bila dokter berdiri di kaki pasien
• Sebagian besar torsio testis , terpelintir kearah dalam dan medial, sehingga
manual detorsion akan memutar testis kearah luar dan lateral
• Bila testis kiri yang terkena, dokter memegang testis dengan ibu jari dan
telunjuk kanan kemudian memutar kearah luar dan lateral 180derajat
• Rotasi testis mungkin memerlukan pengulangan 2-3 kali sampai detorsi
terpenuhi
– Bila berhasil (dikonfirmasi dengan USG color Doppler dan gejala
yang membaik)  terapi definitif masih harus dilakukan sebelum
keluar dari RS
• Surgical detorsion  Terapi definitif
• Untuk memfiksasi testis
• Tetap dilakukan walaupun,manual detorsion berhasil
• CITO bila manual detorsion tidak berhasil dilakukan
• Bila testis yang terkena sudah terlihat, testis dibungkus
kassa hangatuntuk memperbaiki sirkulasi dan menentukan testis
masih hidup atau tidak
• Orchiectomy  Bila testis telah nekrosis
Soal no.52
• Seorang wanita datang dengan keluhan sakit
perut kanan bawah sejak 2 hari yang lalu.
Dokter melakukan pemeriksaan fisik dengan
pasien berbaring lalu meluruskan kaki pasien
ke depan dan menekuk lutut kanannya.
Pemeriksaan apa yang dilakukan oleh dokter
tersebut?
Soal no.52
A. Rovsing sign
B. Psoas sign
C. Obturator sign
D. Ten horn sign
E. Blumberg sign

• Jawaban: C. Obturator sign


52. Appendisitis
Sign of Appendicitis
Alvarado Score
Soal no.53
• Laki-laki, 40 tahun, datang dengan penurunan
kesadaran setelah kecelakaan. Pada
pemeriksaan didapatkan jejas di pinggang kiri.
Didapatkan tanda-tanda syok. Saat dipasang
kateter, tampak urin berwarna merah. Apa
kemungkinan diagnosis pada kasus ini?
Soal no.53
a. Ruptur ginjal
b. Ruptur lien
c. Ruptur vesica felea
d. Ruptur hepar
e. Ruptur urethra

• Jawaban: A. Ruptur ginjal


53. TRAUMA GINJAL
MEKANISME TRAUMA : DIAGNOSIS
• Langsung • Cedera di daerah
• Tidak langsung ( deselerasi) pinggang,punggung dan
dada bawah dengan nyeri
JENIS TRAUMA:
• Tajam
• Hematuri (gross /
• Tumpul mikroskopik )
• Fraktur costa bg bawah atau
PENCITRAAN proc.Spinosus vertebra.
• BNO – IVP • Kadang syok
• CT SCAN
• MRI • Sering disertai cedera organ
• USG TIDAK DIANJURKAN. lain
CT Scan contrast
Trauma ginjal grade I

Tidak ada jejas parenkim ginjal

Hematom Subkapsular

Ginjal Normal
CT Scan contrast
Trauma ginjal grade II

Laserasi Korteks Ginjal

Hematom Perirenal

CT Scan contrast
Trauma ginjal grade III

Panah merah menunjukan


Laserasi dalam hingga kortiko-medulari junction
CT Scan contrast
Trauma ginjal grade IV

Laserasi mencapai collecting duct

Huruf U: menggambarkan
eksravasi urine ke peritoneal

CT Scan contrast
Trauma ginjal grade V

Perdarahan intraperiotenal masif

Laserasi mengenai arteri


renalis

Gambaran perfusi ginjal


menurun
Soal no.54
• Wanita, 45 tahun, datang dengan keluhan
benjolan di pantat awalnya kecil dan sekarang
sebesar telur angsa. Dari pemeriksaan
didapatkan massa pseudokistik dengan
diameter 8 cm, subkutan, mudah digerakkan.
Kemungkinan diagnosis adalah…
Soal no.54
a. Lipoma
b. Leiomioma
c. Fibroma
d. Hemangioma
e. Rhabdomioma

• Jawaban: A. Lipoma
54. Lipoma
Soal no.55
• Laki-laki, 30 tahun, digigit oleh anjing sekitar
30 menit yang lalu. Pada pemeriksaan
didapatkan vulnus morsum di region cruris
sinistra. Penatalaksanaan awal yang tepat
adalah…
Soal no.55
a. Injeksi antibiotik
b. Bersihkan luka dengan alkohol
c. Cuci luka dengan air bersih dan sabun
d. Injeksi ATS
e. Injeksi Anti-Rabies

• Jawaban: C. Cuci luka dengan air bersih dan


sabun
55. Rabies
• Penyakit infeksi akut pada Sistem Saraf Pusat (SSP)
yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan
melalui gigitan hewan menular rabies terutama
anjing, kucing, kera, dan kelelawar.
• Penyakit rabies atau penyakit anjing gila
– Penyakit yang bersifat fatal
– selalu diakhiri dengan kematian bila tidak ditangani dan
diobati dengan baik.
• Telah dilaporkan 98 persen kasus rabies di Indonesia
ditularkan akibat gigitan anjing dan 2 persen akibat
gigitan kucing dan kera.
Gejala Klinis
• Stadium Prodromal
– Gejala awal berupa demam, malaise, mual, dan rasa nyeri di tenggorokan dalam beberapa hari.

• Stadium Sensoris
– Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka. Kemudian disusul
dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensorik.

• Stadium Eksitasi
– Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala hiperhidrosis, hipersalivasi,
hiperlakrimasi, dan pupil dilatasi.
– Adanya macam-macam fobi, yang sangat terkenal diantaranya ialah hidrofobi.
– Kontraksi otot-otot faring dan otot-otot pernapasan dapat ditimbulkan oleh rangsang sensorik
seperti meniupkan udara ke muka penderita atau dengan menjatuhkan sinar ke mata atau dengan
menepuk tangan di dekat telinga penderita.
– Pada stadium ini dapat terjadi apnoe, sianosis, konvulsi, dan takikardi.
– Gejala-gejala eksitasi ini dapat terus berlangsung sampai penderita meninggal, tetapi pada saat
dekat kematian justru lebih sering terjadi otot-otot melemah, hingga terjadi paresis flaksid otot-otot.

• Stadium Paralis
– Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadang-kadang ditemukan juga
kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena
gangguan sumsum tulang belakang, yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.
Tatalaksana
• Setiap ada kasus gigitan hewan menular rabies harus ditangani
dengan cepat dan sesegera mungkin.
• Untuk mengurangi/mematikan virus rabies yang masuk pada luka
gigitan, usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan
air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau deterjen selama 10-15
menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat
merah dan lain-lain).
• Bila memang perlu sekali untuk dijahit (jahitan situasi), maka diberi
Serum Anti Rabies (SAR) sesuai dengan dosis, yang disuntikan
secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin dan sisanya
disuntikan secara intra muskuler.
• Dipertimbangkan perlu tidaknya pemberian serum/vaksin anti
tetanus, antibiotik untuk mencegah infeksi dan pemberian
analgetik.
Soal no.56
• Seorang pria jatuh dari motor satu hari lalu
dengan bertumpu pada tangannya.
Pemeriksaan fisik didapatkan kanavel sign (+)
pada digiti II manus dextra. Kemungkinan
diagnosis ialah...
Soal no.56
a. Flexor tenosynovitis
b. Mononeuropati
c. De quervain tendinis
d. Carpal Tunnel syndrome
e. Bursitis

• Jawaban: A. Flexor tenosynovitis


56. Flexor tenosynovitis
Etiologi flexor tenosynovitis
• Infeksi Flexor Sheath (FS)
• Patofisiologi
– Biasanya disebabkan oleh trauma
tajam Felon
• Pada lipatan sendi
• Melibatkan jaringan subkutan
– Penyebaran langsung dari felon (abses
jaringan subkutan yang terjadi pada
bagian volar ujung jari), septic joint,
deep space infection
• Organisme: S. aureus
• Jari yang sering terkena:
– Jari 2, 3, 4

https://www.orthobullets.com/hand/6105/pyogenic-flexor-tenosynovitis
Diagnosis flexor tenosynovitis
• Bengkak dan nyeri
• Kanavel sign

https://www.orthobullets.com/hand/6105/pyogenic-flexor-tenosynovitis
Tatalaksana Flexor Tenosynovitis

https://emedicine.medscape.com/article/2189339-treatment#d11
Diagnosis banding
De Quervain tenosynovitis

• Infeksi/radang pada tendon pergelangan


tangan pada sisi ibu jari
• Finkelstein test (+)
Diagnosis banding:
Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
• Kompresi n.medianus yang menyebabkan
nyeri, kebas/ kesemutan pada jari 1,2,3 dan
sedikit jari 4

• Phalen’s test (+)


Sesamoiditis
• Sesamoiditis adalah peradangan pada Os
Sesamoid dan atau selaput pembungkus
tendon fleksor.
ILMU
P E N YA K I T
M ATA
Soal no.57-58
57. Seorang laki-laki berusia 25 tahun datang ke
UGD RS dengan keluhan mata kanan mendadak
kabur sejak 1 jam yang lalu. Sebelum kabur,
mata kanan pasien mengalami trauma akibat
terkena bola kasti. Dari pemeriksaan didapatkan
VOD 4/60, TIO N+1, injeksi silier (+), tampak
perdarahan pada COA. Obat tetes mata yang
cocok pada kasus ini adalah …
Soal no.57
a. Asetazolamide
b. Timolol
c. Travoprost
d. Pilokarpin
e. Latanoprost

• Jawaban: B. Timolol
Soal no.58
Seorang perempuan usia 19 tahun datang ke
poliklinik RS dengan keluhan mata kanan merah
sejak 3 hari yang lalu. Terdapat riwayat terkena
lemparan bola kasti. Hasil pemeriksaan fisik,
visus OD 6/60, OS 6/6, conjungtiva bulbi
hiperemis, kornea jernih, pada camera oculi
anterior didapatkan darah yang mengisi 3/4
COA. Segmen anterior dan segmen posterior
mata dalam batas normal. Termasuk Grade
berapakah kasus tersebut?
Soal no.58
a. Grade 1
b. Grade 2
c. Grade 3
d. Grade 4
e. Grade 5

• Jawaban: C. Grade 3
57-58. Hifema
Darah di bilik mata anterior

• Komplikasi tersering dari trauma tumpul atau


penetrasi mata
– Anak  Tersering trauma tumpul (ex: bola)
– Remaja & Dewasa  Tersering karena
trauma dengan energi tinggi (ex: pukulan,
KLL)
• Pada sebagian besar kasus, visus kembali
normal.
• Penurunan visus permanen bila:
– Hifema luas
– Hemolgobinopati, ex: sickle cell disease
– Risiko perdarahan, ex:hemofilia, obat
antikoagulan
• Disertai ruptur bola mata  emergensi Andreoli CM, Gardiner MF. Traumatic hyphema:
clinical feature and diagnosis. Uptodate: 2018.
Hifema
Gejala&Tanda: • Kerusakan struktur sekitar:
• + darah COA dan peningkatan TIO  Abrasi kornea
• Penurunan visus  Anisokoria dan iridodialisis
• Nyeri mata dengan konstriksi pupil  Subluksasi lensa & gangguan
pada penyinaran cahaya langsung mobilitas lensa (fakodonesis)
dan konsensual  fotofobia  Gangguan sudut mata 
glaukoma sudut
• Tanda ruptur bola mata  terbuka/tertutup
emergency!!!  sinekia
– Penurunan visus signifikan
– Pupil eksentrik
– Penurunan/Peningkatan kedalaman
bilik mata depan signifikan
– Keluarnya vitreous
– Prolaps eksternal uvea atau struktur
internal lainnya
– Perdarahan subkonjungtiva luas
– Seidel’s sign  menilai kebocoran COA
dengan fluoresensi
Andreoli CM, Gardiner MF. Traumatic hyphema:
clinical feature and diagnosis. Uptodate: 2018.
Hifema
• Diagnostik
– Inspeksi visual 
penlight dan slit lamp
– Cek Faktor predisposisi:
sickle cell
hemoglobinopathy,
gangguan pembekuan
darah, dll
– Imaging:
• CT orbital  curiga open
globe, benda asing,
fraktur orbita
• Ultrasound
biomicroscopy
© 2019 American Academy of Ophthalmology
Andreoli CM, Gardiner MF. Traumatic hyphema:
clinical feature and diagnosis. Uptodate: 2018.
Tatalaksana Glaukoma Akut e.c Hifema
Traumatik
• DOC:
– Topical beta-blocker (Timolol maleate 0,5%, dua kali sehari) dan alfa agonis (Brimonidine
tartrate 0,2%, tiga kali sehari).
– Pada anak: Timolol maleate 0,25%
– Pilihan lain: Topical carbonic acnhydrase inhibitors (Dorzolamide 2%, tiga kali sehari) 
namun, pertimbangkan efek asidosis di bilik mata depan dan efeknya pada pasien dengan
sickle cell disease.
• Pilokarpin sebaiknya dihindari karena dapat meningkatkan permeabilitas
vascular, sehingga meningkatkan respon inflamasi terhadap trauma dan
memperburuk kondisi.
• Analog prostaglandin (travoprost, latanoprost)  belum banyak studi yang
mendukung penggunaan obat ini untuk hifema traumatik dengan peningkatan
TIO.
– Sejauh ini, tidak ada kontraindikasi absolut, tetapi harus menunggu beberapa waktu dulu
sebelum digunakan untuk menurunkan TIO sehingga jarang digunakan sebagai pilihan awal
pada praktik penatalaksanaan hifema traumatik.
• Sistemik
– Carbonic anhydrase inhibitor sistemik: Asetazolamide 5mg/kg setiap 6 jam untuk anak; 250
mg setiap 6 jam pada dewasa.
American Academy of Ophthalmology
https://www.aao.org/focalpointssnippetdetail.aspx?id=248e1998-310a-4f6a-b6a9-b470c60c9773
Tatalaksana Glaukoma Akut e.c Hifema
Traumatik
• Tatalaksana pembedahan
– Belum ada panduan tetap mengenai tingkat dan durasi
peningkatan TIO pada hifema traumatik yang memerlukan
pembedahan.
– Beberapa indikasi pembedahan pada hifema traumatik adalah:
• Hifema total dengan TIO > 25mmHg selama 5 hari (tujuan: untuk
mencegah staining darah pada kornea)
• TIO >60 mmHg selama 2 hari (tujuan: mencegah atrofi nervus optikus.
• Metode pembedahan:
1. Anterior chamber washout and clot removal
2. Trabeculectomy and iridectomy
• Parasentesis dengan menggunakan jarum 30-G dapat
membantu menurunkan tekanan intraokular tetapi tidak
banyak manfaatnya untuk hifema total (grade III-IV).
American Academy of Ophthalmology
https://www.aao.org/focalpointssnippetdetail.aspx?id=b8b6869e-76db-484d-aeeb-52a76051ecb1
Soal no.59
• Seorang pria, 30 tahun, datang ke praktek
umum dengan karena penurunan penglihatan
mendadak sejak 2 hari yang lalu setelah
terkena lemparan batu. Pasien mengeluh
nyeri, fotofobia, dan mata merah.
Pemeriksaan denga slitlamp sebelumnya
ditetesi midriatikum, pada lensa posterior
terdapat lensa berbentuk bintang. Apakah
diagnosis pada kasus tersebut?
Soal no.59
a. Katarak traumatic
b. Katarak senilis
c. Uveitis
d. Skleritis
e. Dislokasi lensa

• Jawaban: A. Katarak traumatic


59. Katarak Komplikata
• Pembagian katarak berdasarkan usia:
– Katarak kongenital  usia < 1 thn
– Katarak juvenil  sesudah usia 1 thn
– Katarak senilis  > 50 thn
• Katarak komplikata
• akibat penyakit mata lain, mis: radang, glaukoma, tumor, dll.
Dpt jg disebabkan oleh peny.sistemik endokrin (mis: DM) dan
keracunan obat (mis: steroid lokal lama)
• Katarak traumatik
• akibat trauma, plg sering disebabkan oleh cedera benda asing
atau trauma tumpul bola mata
• Katarak sekunder
• tjd sesudah operasi katarak atau sesudah suatu trauma yg
memecah lensa
Sumber: - Ilmu Penyakit Mata. Sidarta Ilyas. 2000.
- General opthalmology. Vaughan, et al. 17th edition
Katarak traumatik
• Katarak Traumatik
• akibat cedera benda asing di
lensa atau trauma tumpul pada
bola mata.
• terdapat gambaran bintang pada
kapsula posterior
• Tatalaksana
– Benda asing intraokular harus
segera dikeluarkan
– Antibiotik sistemik dan
topikal
– Kortikosteroid topikal
– Atropin sulfat 1%, 1 tetes 3
kali sehari untuk mencegah
sinekia posterior
Soal no.60
• Seorang anak, 5 tahun, dibawa ibunya dengan
keluhan penglihatan berkurang sejak 6 bulan
yang lalu. Memburuk ketika malam hari
sehingga menabrak-nabrak. Pemeriksaan visus
ODS 5/60. Pada konjungtiva ditemukan bercak
bitot. Terapi yang diberikan adalah...
Soal no.60
A. Vit A tablet merah 200.000 IU
B. Vit A tablet biru 100.000 IU
C. Vit A 1/2 tablet biru 50.000 IU
D. Pemberian Vitamin A sesuai program
pemerintah (bulan Februari dan Agustus)
E. Tetes mata antibiotik dan steroid

• Jawaban: A. Vit A tablet merah 200.000 IU


60. Defisiensi vitamin A
• Vitamin A meliputi retinol, retinil ester, retinal dan asam
retinoat. Provitamin A adalah semua karotenoid yang memiliki
aktivitas biologi β-karoten
• Sumber vitamin A: hati, minyak ikan, susu & produk derivat,
kuning telur, margarin, sayuran hijau, buah & sayuran kuning
• Fungsi: penglihatan, diferensiasi sel, keratinisasi, kornifikasi,
metabolisme tulang, perkembangan plasenta, pertumbuhan,
spermatogenesis, pembentukan mukus
• Konjungtiva normalnya memiliki sel goblet. Hilangnya/
berkurangnya sel goblet secara drastis bisa ditemukan pada
xerosis konjungtiva.
• Gejala defisiensi:
– Okular (xeroftalmia): rabun senja, xerosis konjungtiva & kornea,
keratomalasia, bercak Bitot, hiperkeratosis folikular, fotofobia
– Retardasi mental, gangguan pertumbuhan, anemia,
hiperkeratosis folikular di kulit

Kliegman RM. Nelson’s textbook of pediatrics, 19th ed. McGraw-Hill; 2011


Xerophthalmia (Xo)
Stadium :
XN : night blindness (hemeralopia)
X1A : xerosis conjunctiva
X1B : xerosis conjunctiva (with bitot’s spot)
X2 : xerosis cornea
X3A : Ulcus cornea < 1/3
X3B : Ulcus cornea > 1/3, keratomalacea
XS : Corneal scar
XF : Xeroftalmia fundus
Therapy and Prevention
• For treatment of xerophthalmia, vitamin A is given in three doses at
the age-specific doses:
– Infants < 6 months of age: 50,000 international units orally
– Infants 6 to 12 months of age: 100,000 international units orally
– Children >12 months: 200,000 international units orally
– Adolescent and adults is 200,000 international units orally

• The first dose is given immediately on diagnosis, the second on the


following day, and the third dose at least two weeks later.

• Women of reproductive age or who are pregnant and have night


blindness should be treated with frequent small doses of vitamin A,
rather than high doses used for other adults
Therapy & Prevention
• Vitamin A deficiency is common among populations
in resource-limited countries.
• For populations in which vitamin A deficiency is
endemic the World Health Organization (WHO)
recommends the following replacement approaches
• Universal periodic distribution — Periodic
supplementation is recommended for populations
endemic for vitamin A deficiency, at the following
doses (where 1 microgram retinol = 3.3 international
units)
– Infants 6 to 12 months of age: 100,000 international units
orally (30 mg retinol equivalent) – One dose
– Children 12 to 59 months of age: 200,000 international units
orally (60 mg retinol equivalent) – Dose repeated every four
to six months
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
Soal no.61
• Pasien umur 5 tahun diantar oleh ibunya ke
puskesmas dengan keluhan pandangan buram
ketika melihat jauh. Keluhan sudah dirasakan
sejak 2 minggu yang lalu. Pasien suka
menonton TV dengan jarak yang sangat dekat.
Pemeriksaan visus didapatkan VOD 5/60
dkoreksi dengan lensa S-4,5D menjadi 6/30 ,
VOS 5/12 dikoreksi dengan lensa S-0,75D
menjadi 6/6 . Funduskopi normal. Apa
diagnosis pasien tersebut?
Soal no.61
a. Strabismus monokuler
b. Strabismus laten
c. Ambliopia
d. Anisoforia
e. Buta

• Jawaban: C. Ambliopia
61. Anisometropia
No. Terms Definition
1 Antimetropia a sub‐classification of anisometropia, is a rare refractive
condition in which one eye is myopic and the fellow eye is
hyperopic
2 Anisometropia unequal, uncorrected refractive error (e.g., astigmatism > 1.50
D; hyperopia > 1.00 D; myopia > than 3.00 D
3 Anisekonia It is a binocular condition, so the image in one eye is perceived
(unequal as different in size compared to the image in the other eye.
images)
4 Myopia Near-sightedness, also known as short-sightedness
and myopia, is a condition of the eye where light focuses in
front of, instead of on, the retina.
5 Amblyopia The medical term used when the vision in one of the eyes is
reduced because the eye and the brain are not working
together properly. The eye itself looks normal, but it is not
being used normally because the brain is favoring the other
eye. This condition is also sometimes called lazy eye
Amblyopia
• Amblyopia is usually a unilateral, or rarely bilateral,reduction in
visual acuity, in which the best corrected visual acuity is poorer than
20/20 in the absence of any obvious structural anomalies or ocular
disease
• Functional amblyopia, which occurs before 6-8 years of age, is
attributable to form deprivation, anisometropia, or strabismus
• Risk Factor :
– Strabismus
– Significant refractive error
– Physical obstruction along the line of sight
– Prematurity/low birth weight
– Retinopathy of prematurity
– Cerebral palsy
– Mental retardation
– Family history of anisometropia, isoametropia, strabismus, amblyopia,
or congenital cataracts
– Maternal smoking, use of drugs, alcohol
– Extraocular muscle surgery for early-onset of esotropia
AOA. Care of Patient with Ambliopia.
Classification
1. Form Deprivation Amblyopia
– Caused by a physical obstruction (e.g., congenital or
traumatic cataract, corneal opacities, prolonged
uncontrolled occlusion therapy)
2. Refractive Amblyopia
– Isoametropic amblyopia is caused by high, but equal,
uncorrected refractive error (e.g., astigmatism > 2.50 D;
hyperopia > than 5.00 D; myopia > 8.00D)
– Anisometropic amblyopia is caused by unequal,
uncorrected refractive error (e.g., astigmatism > 1.50 D;
hyperopia > 1.00 D; myopia > than 3.00 D)
3. Strabismic Amblyopia
– Caused by early onset of constant unilateral strabismus
AOA. Care of Patient with Ambliopia.
Clinical Manifestation and
Complication
• Signs and symptoms may include, but are not limited to:
– Reduced vision in one or both eyes
– Decrease in stereopsis
– Constant unilateral strabismus
– Suppression
– Eccentric fixation
– Visual perceptual skills deficit
– Early learning problems
• Complications of untreated amblyopia may include, but are not
limited to:
– Progressive reduction of visual acuity
– Poor vision development
– Increased risk for loss of vision in better eye
– Later onset of strabismus

AOA. Care of Patient with Ambliopia.


Treatment Options
• Optical correction (spectacles and/or contact lenses).
– Full correction of the ametropia, especially isoametropic and
anisometropic (< 2D) patients who are binocular.
• Occlusion (part-time or full-time)
– Enables the amblyopic eye to enhance neural input to the visual
cortex and is also important in eliminating eccentric fixation.
• Active vision therapy (office and/or home)
– Designed to improve visual performance by the patient’s
conscious involvement in a sequence of specific, controlled
visual tasks or procedures that provide feedback about the
patient’s performance.
– Vision therapy may be used to remediate deficiencies in eye
movements and fixation, spatial perception, accommodative
efficiency, and binocular function

AOA. Care of Patient with Ambliopia.


Soal no.62
• Seorang anak, 6 tahun di bawa ke PKM
dengan keluhan sulit membuka mata sejak
lahir. Pasien harus mendongakkan kepalanya
untuk melihat ke arah depan. Dari
pemeriksaan didapati kelopak mata datar,
tidak ada garis lipatan, ptosis minimal (+).
Diagnosis pada pasien ini adalah …
Soal no.62
a. Guillain barre syndrome
b. Myastenia gravis
c. Epikantus
d. Blefarospasme
e. Blefaritis

Jawaban: D. Blefarospasme
62. Blepharospasm
• Blepharospasm is a focal dystonia
characterized by repetitive, sustained
contractions of the orbicularis oculi
and frontalis muscles.
• Clinical features of blepharospasm
include
– involuntary eye closing
aggravated by bright lights,wind,
pollution, smoke, emotional
stress, fatigue.
– This eye closing may interfere
with reading, driving, watching
television, and other visual
activities, and is rarely associated
with retro-orbital pain.
Epikantus
• Lipatan kelopak mata
yang menutupi hingga
bagian kantus medial
• biasanya terjadi pada
kelainan genetik,
seperti Sindrom Down.

https://medlineplus.gov/ency/imagepages/
17169.htm
Soal no.63
• Laki-laki usia 50 tahun penderita mengeluh pandangan
kedua matanya kabur perlahan-lahan, tidak disertai
nyeri maupun mata merah sejak 4 bulan sebelumnya.
Sejak 4 bulan yang lalu pasien didiagnosis hipertensi
dan sudah diberikan terapi yang sesuai. Penderita
sudah periksa ke optik tetapi penglihatan tetap kabur.
Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan visus
terbaik setelah koreksi (BCVA) OD 5/60 dan OS 6/60,
segmen anterior dalam batas normal, funduskopi ODS
didapatkan batas papil nervus optikus kabur, dan
tampak perdarahan flame shape di retina. Diagnosis
pasien ini adalah ...
Soal no.63
a. Proliferative diabetic retinopathy
b. Non proliferative diabetic retinopathy
c. Central retinal vein occlusion
d. Central retinal artery occlusion
e. Hypertensive retinopathy

Jawaban: E. Hypertensive retinopathy


63. RETINOPATI HIPERTENSI
• Kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi  arteri
besarnya tidak teratur, eksudat pada retina, edema retina, perdarahan retina
• Kelainan pembuluh darah dapat berupa : penyempitan umum/setempat, percabangan
yang tajam, fenomena crossing, sklerose
• Pada retina tampak :
 warna pembuluh darah lebih pucat
 kaliber pembuluh lebih kecil
 akibat sklerose (refleks copper wire/silver wire, lumen pembuluh irreguler, fenomena crossing)
 perdarahan atau eksudat retina (gambaran seperti bintang, cotton wool patches)
 perdarahan vena (flame shaped)

Ilmu Penyakit Mata, Sidarta Ilyas, 2005


Retinopati Hipertensi
• Pemeriksaan rutin:
 Pemeriksaan tajam
penglihatan
 Pemeriksaan biomikroskopi
 Pemeriksaan fundus
• Pemeriksaan penunjang:
 Foto fundus
 Fundus Fluorescein
Angiography
• Tatalaksana :
 Kontrol tekanan darah dan
faktor sistemik lain (konsultasi
penyakit dalam)
 Bila keadaan lanjut terjadi
pendarahan vitreous dapat
dipertimbangkan Vitrektomi.

Panduan Praktik Klinik RSCM Kirana


Defini dan gejala

Oklusi Penyumbataan arteri sentralis retina dapat disebabkan oleh radang arteri,
arteri thrombus dan emboli pada arteri, spsame pembuluh darah, akibat terlambatnya
sentral pengaliran darah, giant cell arthritis, penyakit kolagen, kelainan hiperkoagulasi,
retina sifilis dan trauma. Secara oftalmoskopis, retina superficial mengalami pengeruhan
kecuali di foveola yang memperlihatkan bercak merah cherry (cherry red spot).
Penglihatan kabur yang hilang timbul tanpa disertai rasa sakit dan kemudian gelap
menetap. Penurunan visus mendadak biasanya disebabkan oleh emboli

Oklusi vena Kelainan retina akibat sumbatan akut vena retina sentral yang ditandai dengan
sentral penglihatan hilang mendadak.
retina Vena dilatasi dan berkelok, Perdarahan dot dan flame shaped , Perdarahan masif
pada ke 4 kuadran , Cotton wool spot, dapat disertai dengan atau tanpa edema
papil

Ablatio suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE).
retina Gejala:floaters, photopsia/light flashes, penurunan tajam penglihatan, ada
semacam tirai tipis berbentuk parabola yang naik perlahan-lahan dari mulai
bagian bawah hingga menutup
Retinopati suatu kondisi dengan karakteristik perubahan vaskularisasi retina pada populasi
hipertensi yang menderita hipertensi. Mata tenang visus turun perlahan dengan tanda AV
crossing – cotton wol spot- hingga edema papil; copperwire; silverwire
Soal no.64
• Laki-laki, 30 tahun, mengeluh mata kiri merah
diisertai nyeri dan pandangan buram.
Terdapat pula riwayat pusing dan demam. PF
OD :visus 6/6, segmen anterior normal. OS:
visus 6/12, vesikel di sekitar kelopak mata,
palpebra hiperemis, konjungtiva hiperemis,
kemosis, kornea lesi dendritik, sensibilitas
menurun. Diagnosis pada pasien ini adalah…
Soal no.64
a. Herpes simpleks oftalmikus
b. Keratitis mikosis
c. Herpes zoster oftalmikus
d. Keratitis bakteri
e. Keratitis pungtata

Jawaban: A. Herpes simpleks oftalmikus


64. Herpes Simplex oftalmikus
• HSV-1 infection occurs by direct contact of skin or
mucous membrane with virus-laden lesions or
secretions
• Occurs most commonly in the mucocutaneous
distribution of the trigeminal nerve
• After the primary infection, the virus travels in
retrograde fashion from the infected epithelial cells to
nearby sensory nerve endings and is transported along
the nerve axon to the cell body located in the
trigeminal ganglion, entering into a latent state.
• Interneuronal spread of HSV within the ganglion allows
patients to develop subsequent ocular disease without
ever having had primary ocular HSV infection
Ocular Manifestation of HSV
• Periocular herpes simplex
• Blepharitis
• Conjunctivitis
• Scleritis
• Keratitis
• Iridocyclitis
• Retinitis
Herpes Simplex Keratitis
Keratitis herpes treatment
• Treatment options for primary ocular herpes infection
include the following:
– Ganciclovir ophthalmic gel 0.15% - 5 times daily
– Trifluridine 1% drops - 9 times daily
– Vidarabine 3% ointment - 5 times daily
– Oral acyclovir 400 mg - 5 times daily for 10 days [20] ; oral
acyclovir is the preferred treatment in patients unable to
tolerate topical medications and with good renal function
• equivalent to topical treatment and avoids corneal epithelial
toxicity
– A cycloplegic agent may be added to any of the above
regimens for comfort from ciliary spasm.
Keratitis herpes zoster
• Bentuk rekuren dari keratitis Varicella
• Lesi pseudodenditik: lesi epitel yang menonjol dengan ujung
mengerucut, sedikit tonjolan pada ujungnya (terminal bulbs)

Keratitis varicella
• Bentuk infeksi primer pada mata dari virus Varicella
• Ciri khas: lesi pseudodendritik disertai lesi pada stroma kornea
dan uveitis

Keratitis marginal
• Keratitis non infeksius, sekunder setelah konjungtivitis bakteri, terutama Staphylococcus
• Keratitis ini merupakan hasil dari sensitisasi tubuh terhadap produk bakteri. Antibodi dari
pembuluh darah di limbus bereaksi dgn antigen yang terdifusi ke dalam epitel kornea

Keratitis bakteri
• Biasanya unilateral, terjadi pd org dengan penyakit mata sebelumnya atau mata
org yang menggunakan kontak lens
• Infiltrat stroma berwarna putih, edema stroma, pembentukan hipopion
Soal no.65
• Seorang anak usia 14 tahun datang dengan
keluhan jatuh, mata kiri terbentur meja.
Tampak kelopak mata kiri bengkak kebiruan
dan kemerahan pada mata kiri. Dari
pemeriksaan didapatkan hematom palpebra
kiri, perdarahan subkonjungtiva kiri dan
kornea keruh, terdapat hifema kurang dari 1
mm. Penatalaksanaan yang tepat untuk pasien
tersebut …
Soal no.65
a. Istirahat semi fowler +kloramfenikol
b. Istirahat semi fowler+siklopegik
c. Istirahat semi fowler+timolol
d. Istirahat tirah baring + kloramfenikol
e. Istirahat tirah baring + siklopegik

• Jawaban: B. Istirahat semi fowler dan


siklopegik
TRAUMA MATA
Kondisi Akibat trauma mata
Hematoma Pembengkakan atau penimbunan darah Sering terlihat pada trauma tumpul kelopak. Bila
Palpebral di bawah kulit kelopak akibat pecahnya perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua
pembuluh darah palpebra. kelopak dan berbentuk seperti kacamata hitam yang
sedang dipakai
Perdarahan Pecahnya pembuluh darah yang Pemeriksaan funduskopi perlu dilakukan pada setiap
Subkonjungtiva terdapat dibawah konjungtiva, seperti penderita dengan perdarahan subkonjungtiva akibat
arteri konjungtiva dan arteri episklera. trauma tumpul. Akan hilang atau diabsorbsi dengan
Bisa akibat dari batu rejan, trauma sendirinya dalam 1 – 2 minggu tanpa diobati.
tumpul atau pada keadaan pembuluh
darah yang mudah pecah.
Terjadi akibat disfungsi endotel kornea Penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola
Edema Kornea local atau difus. Biasanya terkait dengan lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan
pelipatan pada membran Descemet dan terlihat keruh dengan uji plasedo yang positif
penebalan stroma. Rupturnya membran
Descemet biasanya terjadi vertikal dan
paling sering terjadi akibat trauma
kelahiran.

Ruptur Koroid Trauma keras yang mengakibatkan ruptur Perdarahan subretina, visus turun dengan sangat, bila
koroid  perdarahan subretina, biasanya darah telah terabsorpsi maka daerah ruptur akan tampak
terletak di posterior bola mata berwarna putih (daerah sklera)

Subluksasi Lensa berpindah tempat Penglihatan berkurang, pada iris tampak iridodenesis (iris
tampak bergetar atau bergoyang saat mata bergerak)
TRAUMA MATA
Kondisi Akibat trauma mata
Iridodialisis known as a coredialysis, is a localized may be asymptomatic and require no treatment, but
separation or tearing away of the iris those with larger dialyses may have corectopia
from its attachment to the ciliary body; (displacement of the pupil from its normal, central
usually caused by blunt trauma to the position) or polycoria (a pathological condition of the
eye eye characterized by more than one pupillary opening
in the iris) and experience monocular diplopia, glare, or
photophobia

Hifema Blood in the front (anterior) chamber of Treatment :elevating the head at night, wearing an
the eyea reddish tinge, or a small patch and shield, and controlling any increase in
pool of blood at the bottom of the iris intraocular pressure. Surgery if non- resolving hyphema
or in the cornea. or high IOP
May partially or completely block Complication: rebleeding, peripheral anterior
vision. synechiea, atrophy optic nerve, glaucoma (months or
The most common causes of hyphema years after due to angle closure)
are intraocular surgery, blunt
trauma, and lacerating trauma
The main goals of treatment are to
decrease the risk of rebleeding within
the eye, corneal blood staining, and
atrophy of the optic nerve.
Traumatic hyphema
Soal no.66
• Pasien datang dengan gangguan penglihatan
bitemporal hemianopsia. Dimanakah letak
kerusakan pada pasien ini ?
Soal no.66
a. N.opticus
b. Ciasma opticus
c. Tractus opticus
d. radikulasio optikum
e. lobus oksipitalis

• Jawaban: B. Chiasma optikum


http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/hemianopia
Soal no.67
• Seorang laki-laki, 65 tahun, datang dengan
keluhan pandangan mata sebelah kanannya
terasa seperti melihat dalam terowongan sudah
sejak 1 tahun. Keadaan umum baik, TD 120/80, N
78x/menit, RR 20x/menit, t 36,0c. Pada
pemeriksaan visus didapatkan VOD 6/60 dan VOS
6/6. Pemeriksaan segmen anterior dalam batas
normal, pemeriksaan segmen posterior
didapatkan papil nervus optikus pucat, CDR 0,9,
keadaan lain dalam batas normal. Apakah
penyebab keadaan tersebut?
Soal no.67
A. Tekanan intraokuler meningkat
B. Infeksi toxoplasma
C. Tekanan intracranial meningkat
D. Cytomegalo virus
E. Kebiasaan minum alcohol

• Jawaban: A. Tekanan intraokuler meningkat


67. Normal Tension Glaukoma
• Normal Tension Glaukoma yang terdapat pada satu ujung spektrum
glaukoma sudut terbuka kronis merupakan bentuk yang tersering
menyebabkan pengecilan lapangan pandang bilateral progressif
asimptomatik yang muncul perlahan dan sering tidak terdeteksi
sampai terjadi pengecilan lapangan pandang yang ekstensif.

• Tunnel visionterjadi
kerusakan di nervus
optikus dan
penglihatan perifer

Vaughn DG, Oftalmologi Umum, ed.14


Normal tension Glaucoma Diagnostic Criterias
Diagnostic criteria Diagnostic tests
1. Intraocular tension Tonometry
2. Optic nerve head changes Ophthalmoscopy
3. Visual field defects Perimetry
4. Angle of ant. Chamber Gonioscopy
OPTIC NERVE HEAD CHANGES
Early Changes Advanced Changes:
• Vertically oval cup • Notch/Thinning of
• Asymmetry of C:D ratio neuroretinal rim
between two eyes(>0.2) • Pallor of neuroretinal rim
• Enlarged C:D Ratio (>0.5) • Superficial disc haemorrhages
• Pallor Areas • Cupping of disc
• Bayonetting Sign
• Lamellar Dot Sign

Glaucomatous optic atrophy:


• Neural disc is destroyed
• Optic nerve head appears
white and deeply excavated
Increased C:D Ratio
Cupping of discs and Bayonetting sign

Thinning of neuroretinal rim

Bayonetting sign
Management of open Angle
Glaucoma
• IOP can be lowered by pharmacologi therapy, laser
therapy and/or surgery
• Pharmacologic therapy :
– Prostaglandin, beta blocker, agonist alpha adrenergic,
systemic carbonic anhidrase inhibitor, cholinergic agonist
• Laser therapy (trabeculoplasty)
– Increase aquos humor outflow and decrease IOP over a
period of two years or less
• Surgical therapy :
– Involves the creation of filtration bleb to allow egress of
aquos humor from the eye
Pharmacologic therapy
No. Drugs class Mechanism of action
1. Prostaglandin Increase aquos humor outflow  increase in uveoscleral outflow, increase
(latanoprost, travoprost, trabecular outflow, regulate matrix metaloproteinase and remodelling of
bimatoprost) Extracellular matrix, widening connective tissue filled spaces and changes
in the shapes of cells.
DOC Topical prostaglandin are chosen over topical beta blocker and other class
of medication as initial therapy in open angle glaucoma
2. Beta blocker (timolol, Decreasing aquos humor production --> blockade of symphatetic nerve
levobunolol, endings in the cilliary epithelium
metipranolo)
3. Alpha adrenergic Increasing aquos humor outflow and decresasing the production. Simillary
agonist effective to beta blockers but are associated with a number ocular side
effect including allergic conjunctivitis, ocular pruritus, and hyperemia
4. Carbonic anhidrase Decreasing aquos humor production. Systemic CAI have been replaced by
inhibitor newer topical drugs whic have fewer systemic side effects. Topical CAI
(Acetazolamide) don`t appear to be as effective in treating open angle glaucoma compared
to other topical drugs.
5. Cholinergic agonist Increasing aquos humor outflow. Have fewer systemic side effect
compared to beta blocker, but ocular side effect is higher (myopia, small
pupils, visual distrubance related to coexistent cataract)
Soal no.68
• Pasien datang dengan keluhan penglihatan
kabur. Ada trauma sebelumnya. Tes
fluoresensi positif. COA terdapat cairan putih.
Apa diagnosis yang tepat?
Soal no.68
A. Ulkus kornea dengan hipopion
B. Keratitis
C. Erosi kornea
D. Uveitis anterior
E. Endoftalmitis

• Jawaban: A. Ulkus kornea dengan hipopion


68. Ulkus kornea
ANAMNESIS

MATA MERAH MATA MERAH MATA TENANG


MATA TENANG VISUS
VISUS NORMAL VISUS TURUN VISUS TURUN
TURUN MENDADAK
• struktur yang PERLAHAN
mengenai media
bervaskuler 
refraksi (kornea, • uveitis posterior • Katarak
sklera konjungtiva •
uvea, atau perdarahan vitreous • Glaukoma
• tidak • Ablasio retina • retinopati
seluruh mata)
menghalangi • oklusi arteri atau vena penyakit sistemik
media refraksi retinal • retinitis
• neuritis optik pigmentosa
• Keratitis
• Konjungtivitis murni • neuropati optik akut • kelainan refraksi
• Keratokonjungtivitis
• Trakoma karena obat (misalnya
• Ulkus Kornea
• mata kering, etambutol), migrain,
• Uveitis
tumor otak
xeroftalmia • glaukoma akut
• Pterigium • Endoftalmitis
• Pinguekula • panoftalmitis
• Episkleritis
• skleritis
Ulkus kornea
Konjungtivitis Keratitis Ulkus kornea Uveitis
Visus N <N <N N/<N
Sakit - ++ ++ +/++
Fotofobia - +++ - +++
Eksudat +/+++ -/+++ ++ -
Sekresi + - + +
Etiologi Bakteri/jamur/virus/a Bakteri/jamur/virus Infeksi, bahan kimia, Reaksi
lergi /alergi trauma, pajanan, imunologik
radiasi, sindrom lambat/dini
sjorgen, defisiensi
vit.A, obat-obatan,
reaksi
hipersensitivitas,
neurotropik
Tatalaksana Obat sistemik/topikal Obat Obat sesuai etiologi Steroid
sesuai etiologi sistemik/topikal
sesuai etiologi

Ilmu Penyakit Mata, Sidarta Ilyas, 2005


ULKUS KORNEA
• Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2: Penatalaksanaan :
1. Ulkus kornea sentral – harus segera ditangani oleh
– Ulkus kornea bakterialis spesialis mata
– Pengobatan tergantung
– Ulkus kornea fungi
penyebabnya, diberikan obat
– Ulkus kornea virus tetes mata yang mengandung
– Ulkus kornea acanthamoeba antibiotik, anti virus, anti
jamur,
2.Ulkus kornea perifer
– sikloplegik
– Ulkus marginal
– Mengurangi reaksi
– Ulkus mooren (ulkus peradangan dengan steroid.
serpinginosa kronik/ulkus – Berikan analgetik jika nyeri
roden)
– Jangan menggosok-gosok
– Ulkus cincin (ring ulcer) mata yang meradang
– Mencegah penyebaran infeksi
dengan mencuci tangan
Fluorescein test
• Fluorescein staining helps identify a corneal epithelial
defect.
• Step by step :
– A drop of topical anesthetic (proparacaine 0.5%) is applied
directly into the eye or on a fluorescein strip.
– The patient’s lower lid is pulled down, and the fluorescein
strip is lightly touched to the bulbar conjunctiva.
– The dye spreads over the cornea as the patient blinks, and
stains any exposed basement membrane of the
epithelium.
– In normal light, an abrasion may stain yellow
– Illumination with cobalt blue light shows the defect as
green
– Cobalt blue filters are present in many ophthalmoscopes,
as well as in slit lamps and Wood lamps.
• Interpretation
– Traumatic corneal
abrasions typically have
linear or geographic
shapes.
– contact lenses  the
abrasion may have
several punctate lesions
that coalesce into a
round, central defect. In normal light
– A branching (dendritic)
appearance suggests
herpetic keratitis and
warrants immediate
referral
– Multiple vertical lines on
the superior cornea
suggest a foreign body
under the upper eyelid
Viewed with cobalt blue light
Penatalaksanaan
Soal no.69
• Seorang wanita, 24 tahun, datang dengan
mata merah sejak 3 minggu. Selain itu, mata
nyeri, silau, dan penglihatan buram. Tidak
ada riwayat trauma dan pemakaian kontak
lensa. Keluhan ini pernah dirasakan 2 bulan
yang lalu. Pada pemeriksaan VODS 20/200,
injeksi silier (+), terdapat keratik presipitat,
kedalaman bilik mata depan sedang, pupil
ireguler, sinekia posterior (+). Apa terapi awal
yang diberikan ?
Soal no.69
A. Tetes mata steroid
B. Tetes mata antibiotic
C. Tetes mata antiglaukoma
D. Tetes mata kombinasi steroid dengan
antibiotic
E. Salep mata steroid

• Jawaban: A. Tetes mata steroid


69. UVEITIS
•Uveitis :
–inflamasi di uvea
yaitu iris, badan siliar
dan koroid yang
dapat menimbulkan
kebutaan.
–Di negara maju,
10% kebutaan pada
populasi usia
produktif adalah
akibat uveitis
No. Jenis Keterangan
Pemeriksaan
Penunjang pada
Uveitis
1 Slit lamp menilai segmen anterior injeksi siliar dan episklera, skleritis,
edema kornea, presipitat keratik, bentuk dan jumlah sel di bilik
mata, hipopion serta kekeruhan lensa
2 Oftalmoskop menilai kelainan di segmen posterior seperti vitritis, retinitis, perdarahan
retina, koroiditis dan kelainan papil nervus optik

3 Pemeriksaan bermanfaat pada kelainan sistemik misalnya darah perifer lengkap, laju
laboratorium endap darah, serologi, urinalisis, dan antinuclear antibody
4 Optical coherence merupakan pemeriksaan non-invasif yang dapat memperlihatkan edema
tomography (OCT) makula, membran epiretina, dan sindrom traksi vitreomakula
5 USG B –scan sangat membantu memeriksa segmen posterior mata pada keadaan
media keruh misalnya pada katarak dan vitritis

6 Fundus fluoresen fotografi fundus yang dilakukan berurutan dengan cepat setelah injeksi
angiografi (FFA) zat warna natrium fluoresen (FNa) intravena.
FFA memberikan informasi mengenai sirkulasi pembuluh darah retina dan
koroid, detail epitel pigmen retina dan sirkulasi retina serta menilai
integritas pembuluh darah saat fluoresen bersirkulasi di koroid dan retina.
Penatalaksanaan Uveitis
• Prinsip penatalaksanaan uveitis
1. Menekan reaksi inflamasi
• Kortikosteroid topikal merupakan terapi pilihan untuk
mengurangi inflamasi : 1).prednisolon 0,5%,; 2).
prednisolon asetat 1%; 3). betametason 1% ; 4).
deksametason 0,1%, dan 5). fluorometolon 0,1%.
• Injeksi kortikosteroid periokular diberikan pada kasus yang membutuhkan
depo steroid dan menghindari efek samping kortikosteroid jangka panjang.
• Kortikosteroid sistemik diberikan untuk mengatasi uveitis berat atau uveitis
bilateral
• Imunosupresan dapat dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama pada
penyakit behcet, granulomatosis wegener, dan skleritis nekrotik karena
penyakit tersebut dapat mengancam jiwa. Imunosupresan dibagi menjadi
golongan antimetabolit, supresor sel T, dan sitotoksik.
2. Mencegah dan memperbaiki kerusakan struktur,

Sitompul R. Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalam Upaya Mencegah Kebutaan. Jurnal universitas Indonesia. Vol. 4, No. 1, April 2016
3. Memperbaiki fungsi penglihatan
• Terapi bedah diindikasikan untuk memperbaiki penglihatan.
• Operasi dilakukan pada kasus uveitis yang telah tenang
(teratasi) tetapi mengalami perubahan permanen akibat
komplikasi seperti katarak, glaukoma sekunder, dan ablasio
retina.
• Kortikosteroid diberikan 1-2 hari sebelum operasi dan steroid
intraokular atau periokular dapat diberikan pasca-operasi
• Vitrektomi ditujukan untuk memperbaiki tajam penglihatan
bila kekeruhan menetap setelah pengobatan.
4. Menghilangkan nyeri dan fotofobia.
• NSAID digunakan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi sedangkan
siklopegik diberikan untuk mencegah sinekia posterior.
• Obat yang diberikan adalah siklopentolat 0,5-2% dan homatropin

Sitompul R. Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalam Upaya Mencegah Kebutaan. Jurnal universitas Indonesia. Vol. 4, No. 1, April 2016
Soal no.70
• Laki-laki, berumur 70, mengeluh matanya
kabur sudah sejak setahun, seperti melihat
asap. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
nukleus lensa berada di bawah. Stadium
penyakit pasien adalah....
Soal no.70
a. Insipien
b. imatur
c. matur
d. hipermatur
e. absolut

Jawaban: D. Hipermatur
Ilmu Penyakit Mata Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006

KATARAK-SENILIS
• Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang • 4 stadium: insipien, imatur (In some patients, at
terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 this stage, lens may become swollen due to
tahun
continued hydration  ‘intumescent cataract’),
matur, hipermatur
• Epidemiologi : 90% dari semua jenis katarak • Gejala : distorsi penglihatan, penglihatan
• Etiologi :belum diketahui secara pasti  kabur/seperti berkabut/berasap, mata tenang
multifaktorial: • Penyulit : Glaukoma, uveitis
 Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan • Tatalaksana : operasi (ICCE/ECCE)
pengaruh genetik
 Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi
yang sangat kuat mempunyai efek buruk
terhadap serabu-serabut lensa.
 Faktor imunologik
 Gangguan yang bersifat lokal pada lensa,
seperti gangguan nutrisi, gangguan
permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi
cahaya matahari.
 Gangguan metabolisme umum
Oxford American Handbook of Ophthalmology 2011
Oxford American Handbook of Ophthalmology 2011
Oxford American Handbook of Ophthalmology 2011
BEDAH KATARAK
Lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau
ekstrakapsular:
•Ekstraksi Katarak Intrakapsular (EKIK) :
 Mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya
 Tidak boleh dilakukan pada pasien usia <40thn, yang masih mempunyai
ligamen hialoidea kapsular
•Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular (EKEK):
 Dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dapat keluar melalui robekan tersebut
 Dilakukan pada pasien muda, dengan kelainan endotel, bersama-sama
keratoplasti, implantasi lensa intraokuler posterior, perencanaan implastasi
sekunder lensa intraokuler, kemungkinan akan dilakukan bedah glaukoma,
mata dengan predisposisi terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya pasien
mengalami ablasio retina, mata dengan makular edema, pasca bedah ablasi.
•Fakofragmentasi dan Fakoemulsifikasi : teknik ekstrakapsular menggunakan
getaran ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi
lumbus yang kecil

Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata


www.optimaprep.co.id
OPTIMA MEDAN
NEUROLOGI
Soal no.71
• Seorang wanita diantar oleh keluarganya
karena tidak sadar, sebelumnya pasien
mengalami kecelakaan motor. Setelah
kecelakaan pasien sempat tidak sadarkan diri,
tetapi kemudian bisa membawa motornya
untuk pulang, namun ketika sampai rumah, 1
jam kemudian pasien alami penurunan
kesadaran. Pemeriksaan apa yang dibutuhkan
untuk menegakkan diagnosis?
Soal no.71
a. MRI
b. CT Scan Kepala non Kontras
c. CT Scan Kepala dengan Kontras
d. CT Angiography
e. Foto Schedel

• Jawaban: B. CT Scan Kepala non Kontras


71. EPIDURAL HEMATOM
• Pengumpulan darah diantara
tengkorak dg duramater.
Biasanya berasal dari arteri yg
pecah oleh karena ada fraktur
atau robekan langsung.
• Gejala (trias klasik) :
1. Interval lusid.
2. Hemiparesis/plegia.
3. Pupil anisokor.
 Diagnosis akurat dg CT scan
kepala : perdarahan bikonveks
atau lentikulerdi daerah
epidural.

PERDOSSI. Trauma Kapitis. 2006


HEMATOM
HEMATOM EPIDURAL HEMATOM SUBDURAL
SUBARAKHNOID

• Lucid interval • SDH akut : kurang dari • Kaku kuduk


• Kesadaran makin 72 jam • Nyeri kepala
menurun • SDH subakut : 3-21 hr • Bisa didapati
• Late hemiparesis pasca trauma. gangguan kesadaran
kontralateral lesi • SDH khronis : > 21 • Akibat pecah
• Pupil anisokor hari. aneurisme berry
• Babinsky (+) • Gejala: sakit kepala
kontralateral lesi disertai /tidak disertai
• Fraktur daerah penurunan kesadaran
temporal * akibat robekan
* akibat pecah a. bridging vein
meningea media
Soal no.72
• Wanita, 23 tahun, mengeluhkan nyeri kepala
sebelah sejak 1 hari smrs, durasi 5-6 jam, 2x
sehari. Keluhan nyeri kepala, disertai fotofobi
dan mual-muntah. Nyeri kepala menyebabkan
pasien tidak bisa bekerja dan terutama dirasa
setelah memakan coklat. TTV: 120/80, nadi
84x/mnt, RR 24x/mnt, suhu 36,8OC.
Pemeriksaan status neurologis dalam batas
normal. Kemungkinan diagnosis pasien
adalah…
Soal no.72
a. Cluster type headache
b. Migrain dengan aura
c. Migrain tanpa aura
d. Chronic tension type headache
e. Episodic tension type headache

Jawaban: C. Migrain tanpa aura


72. Migrain

Olesen J et al. The International Classification of Headache Disorders 3rd edition. International Headache Society . 2013
Kriteria Diagnosis Migrain
https://www.medscape.com/viewarticle/446557_3
Penatalaksanaan Migrain
• Pada saat serangan pasien dianjurkan untuk menghindari stimulasi
sensoris berlebihan.
• Bila memungkinkan beristirahat di tempat gelap dan tenang dengan
dikompres dingin

Pengobatan Abortif :
1. Analgesik spesifik analgesik khusus untuk nyeri kepala.
– Lebih bermanfaat untuk kasus yang berat atau respon buruk dengan NSAID.
Contoh: Ergotamin, Dihydroergotamin, dan golongan Triptan (agonis selektif
reseptor serotonin / 5-HT1)
– Ergotamin dan DHE migren sedang sampai berat apabila analgesik non
spesifik kurang terlihat hasilnya atau memberi efek samping.
– Kombinasi ergotamin dengan kafein bertujuan untuk menambah absorpsi
ergotamin sebagai analgesik. Hindari pada kehamilan, hipertensi tidak
terkendali, penyakit serebrovaskuler serta gagal ginjal.

IDI. Panduan praktik klinis bagia dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer. Ed I.2013
2. Analgesik non-spesifik
Yakni: analgesik yang dapat digunakan pada nyeri selain nyeri kepala

Respon terapi dalam 2 jam (nyeri kepala residual ringan atau hilang
dalam 2 jam)
• Aspirin 600-900 mg + metoclopramide
• Asetaminofen 1000 mg
• Ibuprofen 200-400 mg

Terapi Profilaksis (The U.S. Headache Consortium’s)


• Diberikan pada orang yang memiliki KI atau intoleransi terhadap terapiabortif
• Nyeri kepala muncul lebih dari 2 hari/minggu
• Nyeri kepala yang berat dan mempengaruhi kualitas hidup (walau telah diberi
terapi abortif)
• Gejala migrain jarang including hemiplegic migraine, basilar migraine, migraine
with prolonged aura, or migrainous infarction
• Terapi preventif jangka pendek pasien akan terkena faktor risiko yang telah
dikenal dalam jangka waktu tertentu, misalnya migren menstrual.
• Terapi preventif kronis diberikan dalam beberapa bulan bahkan tahun tergantung
respon pasien.
Soal no.73
• Wanita, 38 tahun, dibawa ke puskesmas
karena lengan dan tungkai kanan tidak bisa
digerakkan sejak 5 bulan yang lalu. Selain itu
pasien juga mengalami sakit kepala sejak 5
tahun yang lalu yang semakin lama semakin
memberat. Pada pemeriksaan fisik TD 130/80,
FN 80x/m, RR 20x/m, reflek cahaya (+). Pupil
anisokor kiri lebih lebar dari yang kanan.
Diagnosis yang mungkin dari pasien diatas
adalah...
Soal no.73
a. CVD
b. Migraine
c. Meningitis
d. Polineuropati
e. tumor intracranial

Jawaban: E. Tumor intracranial


73. Tumor Intrakranial
Tumor otak primer adalah penyakit yang jarang ditemui, insidensnya hanya sekitar 2% dari
populasi di USA
Tumor lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita, dengan umur yang paling sering
terkena adalah 69 – 75 tahun

Chandhana S, Singh T. Primary Brain Tumors in Adult. (Am Fam Physician. 2008;77(10):1423-1430.
Tanda dan gejala tumor otak primer

Tanda dan Gejala Persentase %


1. Nyeri kepala 56
2. Hilangnya memori 35
3. Perubahan kognitif 34
4. Defisit motorik 33
5. Defisit bahasa 32
6. Kejang 32
7. Perubahan kepribadian 23
8. Gangguan penglihatan 22
9. Perubahan kesadaran 16
10. Mual dan muntah 13
11. Defisit sensoris 13
12. Papiledema 5

Chandhana S, Singh T. Primary Brain Tumors in Adult. (Am Fam Physician. 2008;77(10):1423-1430.
Soal no 74
• Seorang wanita, usia 55 tahun, datang ke
puskesmas dengan keluhan nyeri di sekitar
pipi kanan hilang timbul seperti disayat pisau.
Serangan dirasakan saat mengunyah, dan
sikat gigi. Pada pemeriksaan fisik TD
130/80mmHg, nadi 78x/mnt, RR 24x/mnt,
suhu 37OC. Pemeriksaan neurologis DBN.
Diagnosis pasien tersebut adalah…
Soal no.74
a. Bell’s palsy
b. Vertigo
c. Arteritis temporal
d. Neuralgia trigeminal
e. Cluster headache

• Jawaban: D. Neuralgia trigeminal


74. Neuralgia Trigeminal (Tic Douloureux)
Soal no.75
• Seorang wanita usia 40 tahun datang dengan keluhan tidak
sadarkan diri setelah jatuh dari motor dan kepalanya terbentur
aspal 15 menit SMRS. Pasien tidak membuka mata meskipun
dipanggil, tangan ekstensi pada perangsangan nyeri, pasien
mengerang.Pada pemeriksaan didapatkan TD140/100 mmHg, nadi
100x/mnt, nafas 30x/mnt. Pupil anisokor, pupil kanan 3 mm, refleks
cahaya langsung dan tidak langsung (+), pupil kiri 5 mm, refleks
cahaya langsung dan tidak langsung (+). Pasien tidak memiliki
riwayat hipertensi ataupun DM. Keluarga pasien menolak dilakukan
pemeriksaan apapun terhadap pasien karena alasan biaya. Setelah
dirawat selama 24 jam TD menjadi 180/100 mmHg, nadi 120x/mnt,
respirasi 28x/mnt. Apa penyebab kenaikan tekanan darah pada
pasien ini?
Soal no 75
a. Vasokonstriksi sistemik
b. Peningkatan frekuensi denyut nadi
c. Peningkatan stress hormon
d. Kompensasi tubuh untuk mengatasi TIK
e. Hipertensi esensial

Jawaban: D. Kompensasi tubuh untuk


mengatasi TIK
75. Meningitis Bakterialis
Soal no.76
• Laki laki jatuh dari motor. Terjadi stretching
antara bahu dan kepala. Didiagnosis oleh
dokter sebagai Erb’s palsy. Topis dari kelainan
ini adalah…
Soal no.76
a. C3-4
b. C5-6
c. C7-8
d. T1-2
e. T3-4

• Jawaban: B. C5-6
76. Cedera Pleksus Brakhialis

• Pleksus brakhialis
dibentuk oleh radiks C5
– T1
• Cedera pleksus
Brakhialis dapat dibagi
menjadi cedera pleksus
bagian atas dan bawah
Upper Brachial Plexus Injury – Erb’s Palsy
• Appearance: drooping, wasted shoulder; pronated and
extended limb hangs limply (“waiter’s tip palsy”)
• Loss of innervation to abductors, flexors, & lateral
rotators of shoulder and flexors & supinators of
elbow
• Loss of sensation to lateral aspect of UE
• More common; better prognosis

Bayne & Costas


(1990)

Netter 1997
Soal no.77
• Bayi baru lahir, mengalami kelainan pada
tulang belakangnya. Pada PF ditemukan
benjolan sebesar bola tenis pada vertebra
regio L2-L4. Pada benjolan ditemukan jaringan
saraf tanpa adanya jaringan yang menutupi.
Jenis kelainan yang dialami oleh bayi tersebut
adalah…
Soal no.77
a. Mieloskisis
b. Meningokel
c. Closed spinal dysphrapism
d. Spina bifida occulta
e. Mielomeningokel

• Jawaban: A. Mieloskisis
77. Spina Bifida
• Spina bifida berarti terbelahnya arcus vertebrae dan
bisa melibatkan jaringan saraf di bawahnya atau tidak.
• Spina bifida disebut juga myelodisplasia
– suatu keadaan dimana ada perkembangan abnormal pada
tulang belakang, spinal cord, saraf-saraf sekitar dan kantung
yang berisa cairan yang mengitari spinal cord.
• Kelainan ini menyebabkan pembentukan struktur yang
berkembang di luar tubuh

485
Spina Bifida Classifications
Several classifications that vary in
severity depending on location and
extent of opening
• Spina bifida occulta (Closed spinal dysraphism)
• Spina bifida aperta (Open spinal dysraphism)
A. Spina Bifida cystica
1. meningocele
2. Myelomenigocele
B. Myeloschisis
• Spina bifida ventralis
Spina bifida occulta – tethered spinal cord
• Often occurs later in life
• Caused by limitations of movement of the spinal cord within the
spinal column
• Patients often have low back pain, weakness in the legs, and/or
incontinence depending on the site of tethering

http://www.uwhealth.org/images
/ewebeditpro2/upload/6144_Fig
ure_1.jpg
Spina bifida cystica – meningocele
• The bony vertebra is open, part of the meninges is protruding
out of the spinal canal
• Since the spinal cord is not protruding, there is often normal
function
• Some cases of tethering have been reported
Spina bifida cystica – myelomeningocele
• The bony vertebra is open, part of the meninges and part or
all of the spinal cord is protruding out of the spinal canal
• Since the spinal cord is protruding, it is often not fully
developed
• Involved nerve roots are often not developed resulting in
weakness, pain, and/or paralysis
Meningomielokel
• bentuk spina bifida dimana jaringan saraf ikut di dalam
kantong tersebut.
• Bayi yang terkena akan mengalami paralisa di bagian bawah
• affected babies: leg paralysis and bladder and bowel control problems

490
Spina bifida ventralis – anterior opening
• Much less common than other forms of spina bifida
• Meningeal sac will protrude into the retroperitoneal space
and impinge on retroperitoneal organs such as the duodenum,
ascending/descending colon, kidneys, adrenal glands,
pancreas, aorta, and inferior vena cava

http://myweb.lsbu.ac.uk/dirt/museum/margaret/871-3398-2082230.jpg
Myeloschisis/rakiskisis
Soal no.78
• Perempuan, 70 tahun, datang diantar
keluarganya ke dokter praktek klinik dengan
keluhan tangan gemetar, bila berjalan
langkahnya kecil dan lambat serta cenderung
jatuh bila berjalan. Tampak wajah datar dan
air liur sering keluar. Apa diagnosanya?
Soal no.78
a. Stroke ischemic
b. Stroke non ischemic
c. Parkinson
d. Neuropati
e. Katalepsi

Jawaban: C. Parkinson
Parkinson Disease
Gejala dan Tanda Parkinson
Gejala awal tidak spesifik Gejala Spesifik

• Nyeri • Tremor
• Gangguan tidur • Sulit untuk berbalik badan
•Ansietas dan depresi di kasur
•Berpakaian menjadi lambat •Berjalan menyeret
•Berjalan lambat •Berbicara lebih lambat

Tanda Utama Parkinson :

1. Rigiditas : peningkatan tonus otot


2. Bradykinesia : berkurangnya gerakan spontan (kurangnya kedipan mata, ekspresi
wajah berkurang, ayunan tangan saat berjalan berkurang ), gerakan
tubuh menjadi lambat terutama untuk gerakan repetitif
3. Tremor : tremor saat istirahat biasanya ditemukan pada tungkai, rahang dan
saat mata agak menutup
4. Gangguan berjalan dan postur tubuh yang membungkuk
Penatalaksanaan Parkinson
• Prinsip pengobatan parkinson adalah
meningkatkan aktivitas dopaminergik di
jalur nigrostriatal dengan memberikan :
– Levodopa  diubah menjadi dopamine
di substansia nigra
– Agonis dopamine
– Menghambat metabolisme dopamine
oleh monoamine oxydase dan cathecol-
O-methyltransferase
– Obat- obatan yang memodifikasi
neurotransmiter di striatum seperti
amantadine dan antikolinergik

Wilkinson I, Lennox G. Essential Neurology 4th edition. 2005


Soal no.79
• Seorang anak perempuan, 10 tahun,
diperiksakan ke dokter dengan keluhan
penurunan kesadaran sesaat. Keluhan
dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Selain
keluhan tersebut juga mata berkedip-kedip
dan mendelik ke atas. Diagnosis pasien ini
adalah…
Soal no.79
a. Atonic seizure
b. Petit mall seizure
c. Grand mall seizure
d. Myoclonic seizure
e. Generalized tonic clonic seizure

• Jawaban: B. Petit mall seizure


Kejang
1. Kejang parsial ( fokal, lokal )
a) Kejang parsial sederhana : Kesadaran tidak terganggu, dapat
mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
– Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi .
Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah,
dilatasi pupil.
– Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik,
merasa seakan jtuh dari udara, parestesia.
– Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
– Kejang tubuh; umumnya gerakan setiap kejang sama.
b) Parsial kompleks
– Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai
kejang parsial simpleks
– Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap –
ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang –
ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
– Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
– Durasi >30 detik,
– frekuensi tidak menentu
– Setelah kejang pasien tampak bingung/ pingsan
2. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
a) Kejang absens
– Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
– Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik
– Awitan dan akhiran cepat, setelah kejang, kembali waspada dan konsentrasi penuh
– Dipicu oleh hiperventilasi
b) Kejang mioklonik
– Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.
– Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron
dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
– Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
– Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c) Kejang tonik klonik
– Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang
tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
– Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
– Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
– Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d) Kejang atonik
– Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala
menunduk,atau jatuh ke tanah.
– Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
Soal no.80
• Laki-laki, 25 tahun, mengalami kecelakaan lalu
lintas 2 hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan paresis nervus III sinistra dan
hemiparesis extremitas dextra. Di mana
kemungkinan letak lesi?
Soal no.80
a. Batang otak
b. Thalamus
c. Lobus occipital
d. Lobus parietal
e. Cerebellum

• Jawaban: A. Batang otak


Hemiplegia Alternans
• Hemiplegia alternans
superior – (Weber) –
n.III
• Hemiplegia alternans
media – (Millard
Gubler) – n.VII
• Hemiplegia alternans
inferior – (Jackson II) –
n.XII
Lesi Mesensefalon
Jenis Sindrom Keterangan

Sindrom Weber Hemiplegia alternans okulomotorius (didapatkan


hemiplegia kontralateral lesi dan parese nervus III
ipsilateral
Sindrom Benedict Parese N.III ipsilateral, hemiparesis kontralateral,
hiperkinesis kontralateral dan ataxia.

Sindrom Parinaud Hilangnya tatapan vertikal, midriasis, hilangnya konvergensi


, refleks cahaya menghilang, retraksi kelopak mata dan
nistragmus retraktorius
Sindrom Claude Parese N.III ipsilateral disertai ataxia cerebellum
Sindrom Top Of Basillar Sindrom Parinaud, parese N.III ipsilateral dan abulia
inisiatif
Sindrom Nothnagel Parese N.III unilateral atau bilateral disertai ataxai
cerebellar
Lesi Pons
Jenis Sindrom Keterangan

Sindrom Pons (sindrom Hemiplegia alternans n.abdusens dan n.fasialis


Millard Gubler) (didapatkan hemiplegia kontralateral lesi dan parese
n.VI dan n.VII tipe LMN)
Sindrom Benedict Parese N.III ipsilateral, hemiparesis kontralateral,
hiperkinesis kontralateral dan ataxia.

Sindrom Parinaud Hilangnya tatapan vertikal, midriasis, hilangnya konvergensi


, refleks cahaya menghilang, retraksi kelopak mata dan
nistragmus retraktorius
Lesi Medulla Oblongata
Jenis Sindrom Keterangan

Sindrom Medula Hemiplegia alternans n.hipoglosus, hemiplegia


Oblongata alternans n. glossopharyngeus dan n.vagus
(sindrom Wallenberg)
Sindrom Avellis Paralisis palatum molle dan pita suara disertai
hemianestesia kontralateral

Sindrom Jackson Sindrom Avellis disertai paralisis lidah ipsilateral


OPTIMA MEDAN
OPTIMA MEDAN
Soal no.81
• Pasien masuk IGD dengan keluhan penurunan
kesadaran. Pada pemeriksaan didapatkan
pasien tidak membuka mata meskipun
dengan rangsangan nyeri, lengan dan kaki
ekstensi abnormal, dan pasien hanya
mengeluarkan suara mengerang. Berapa GCS
pasien tersebut?
Soal no.81
a. GCS 5
b. GCS 6
c. GCS 7
d. GCS 3
e. GCS 4

• Jawab: A. GCS 5
Jenis Pemeriksaan Nilai
Respon buka mata (Eye Opening, E)
· Respon spontan (tanpa stimulus/rangsang) 4
· Respon terhadap suara (suruh buka mata) 3
· Respon terhadap nyeri (dicubit) 2
· Tida ada respon (meski dicubit) 1
Respon verbal (V)
• Berorientasi baik 5
• Berbicara mengacau (bingung) 4
• Kata-kata tidak teratur (kata-kata jelas dengan substansi tidak jelas dan 3
non-kalimat, misalnya, “aduh… bapak..”)
• Suara tidak jelas (tanpa arti, mengerang) 2
• Tidak ada suara 1
Respon motorik terbaik (M)
• Ikut perintah 6
• Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang 5
nyeri) 4
• Fleksi normal (menarik anggota yang dirangsang) 3
• Fleksi abnormal (dekortikasi: tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas
dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri) 2
• Ekstensi abnormal (deserebrasi: tangan satu atau keduanya extensi di sisi
tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri) 1
• Tidak ada (flasid)
Soal no.82
• Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke
praktik dokter umum dengan keluhan
kesemutan pada kedua telapak tangan. Selain
itu juga terdapat keluhan kesemutan, seperti
tertusuk dan terbakar pada kedua telapak
kaki. Pasien menderita DM sejak 10 tahun.
Pada pemeriksaan neurologis didapatkan
glove and stocking parastesia dan hipestesia.
Apakah terapi yang paling tepat diberikan
pada pasien tersebut?
Soal no.82
a. Parasetamol dan muscle relaxan
b. NSAID dan muscle relaxan
c. NSAID dan ergotamine
d. Parasetamol dan ergotamine
e. Anti epileptik dan anti depresan

• Jawaban: E. Anti epileptic dan anti depresan


82. Neuropati Diabetikum
• Neuropati diabetikum merupakan komplikasi yang paling sering
pada diabetes mellitus (DM), sekitar 50% dari pasien dengan DM
tipe 1 dan tipe 2.
• Neuropati diabetika perifer meliputi gejala atau tanda- tanda
disfungsi pada saraf perifer pada penderita diabetes mellitus
setelah penyebablainnya disingkirkan.
• Neuropati perifer simetrik yang mengenai systemsaraf motorik
serta sensorik ekstremitas bawah yang disebabkan oleh
jejas sel Schwann, degenerasi myelin, dan kerusakan akson saraf.
• Neuropati otonom dapat menimbulkan impotensi seksual yang
bersifat fokal (mononeuropati diabetik) paling besar
kemungkinannya disebabkan olehmakroangiopati
Klasifikasi Diabetic Neuropathy

• Peripheral simetric distal polyneuropathy


(sensoric >> motoric)

• Autonomic neuropathy

• Asymetric Mononeuropathy/ Mononeuropathy


(motoric >> sensoric)

515
Symmetric Polyneuropathy
• Bentuk paling lazim dari diabetic neuropathy
• Mengenai ekstremitas bawah distal dan
tangan (“stocking-glove” sensory loss)
• Gejala/tanda
– Nyeri, rasa terbakar pada feet, leg, hand, arm
– Numbness
– Tingling
– Paresthesia

516
Autonomic neuropathy
• Mengenai saraf otonom yang mengendalikan organ internal
– Genitouri
kontrol kandung kemih (43-87% DM1, 25% DM-2))
erectile dysfunction (35-90%)
– Gastrointestinal
Kesulitan menelan (50%) Konstipasi
GET turun (40%) Diare
– Kardiovaskular (50%)
HR cepat-tidak teratur
Hipertensi orthosatik
- Disfungsi sudomotor - kulit kaki kering
- Gagal merespons - hipoglikemia 517
Mononeuropathy
• Peripheral mononeuropathy
– Saraf tunggal rusak karena kompresi atau iskemia

– Terjadi pada wrist (carpal tunnel syndrome), elbow, atau foot (unilateral
foot drop)

– Gejala
• numbness
• edema
• nyeri
• Prickling
• Cranial mononeuropathy
– Mempengaruhi saraf III, IV dan VI yang menghubungkan otak dan
kontrol penglihatan, pergerakan mata, pendengaran, dan rasa

– Gejala dan tanda-tanda


• Nyeri unilateral dekat mata yang kena
• Paralisis otot mata
• Penglihatan ganda
518
DOC
Soal no.83
• Wanita, 25 tahun, datang ke IGD dengan
keluhan sesak napas, awalnya disertai tebal-
tebal di ujung jari tangan dan kaki, kemudian
menjadi lemas dan menjalar ke paha dan
lengan. Satu minggu sebelumnya pasien
mengeluhkan batuk dan nyeri tenggorokan.
Refleks patologis (-), kelemahan pada
keempat ekstrimitas (+). Diagnosis yang
paling mungkin adalah…
Soal no.83
a. Guillain Barre Syndrome
b. Polineuropathy
c. Myasthenia Gravis
d. Poliradikulopati
e. Polio

• Jawaban: A. Guillain Barre Syndrome


83. Guillain Barre Syndrome
Soal no.84
• Pasien post KLL mengalami penurunan
kesadaran. Dilakukan CT scan kepala dan
didapatkan hasil seperti gambaran di atas.
Diagnosis pada kasus ini ialah...
Soal no.84
a. Subarachnoid hemorrhage
b. ICH
c. SDH
d. EDH
e. Tumor cerebri

• Jawaban: B. ICH
Hematoma Intrakranial
• Jenis:
– Hematoma ekstradural (hematoma epidural)
– Hematoma subdural
– Hematoma intraparenkimal:
• Hematoma subarakhnoid
• Hematoma intraserebral
• Hematoma intraserebellar

Konsensus nasional penanganan trauma kapitis.


PERDOSSI 2006.
Hematoma Epidural
• Perdarahan terjadi antara
tabula interna – • Bila hematoma epidural di
duramater fossa posterior, gejala dan
• Ruptur arteri meningeal tanda klinis:
media, arteri meningeal – Lucid interval tidak jelas
anterior atau sinus
venosus – Fraktur kranial oksipital
• Tanda Diagnostik Klinis: – Kehilangan kesadaran
– Lucid interval cepat
– Kesadaran makin menurun – Gangguan serebellum,
– Late hemiparesis batak otak, dan
kontralateral lesi pernafasan
– Dilatasi pupil ipsilateral – Pupil isokor
– Babinsky (+) kontralateral
lesi
– Fraktur daerah temporal
Konsensus nasional penanganan trauma kapitis. PERDOSSI 2006.
McBride W. Intracranial epidural hematoma in adults. Uptodate 2018.
Hematoma Epidural
• Pemeriksaan:
– CT Scan: gambaran
hiperdens antara
tulang tengkorak dan
duramater,
umumnya daerah
temporal, bikonveks

Konsensus nasional penanganan trauma kapitis. PERDOSSI 2006.


McBride W. Intracranial epidural hematoma in adults. Uptodate 2018.
Hematoma Subdural
• Perdarahan terjadi di antara duramater –
arakhnoid akibat ruptur “bridging vein”
• Klasifikasi
– Akut  1-3 hari pasca trauma
– Subakut  4 -21 hari
– Kronik  > 21 hari
• Gejala & Tanda:
– Sakit kepala
– Muntah
– Kejang
– Kesadaran menurun +/-
Konsensus nasional penanganan trauma kapitis. PERDOSSI 2006.
McBride W. subdural hematoma in adults. Uptodate 2018.
Hematoma Subdural
• Pemeriksaan:
– CT Scan: gambaran hiperdens antara duramater
dan arakhnoid, tampak seperti bulan sabit.

Konsensus nasional penanganan trauma kapitis. PERDOSSI 2006.


McBride W. subdural hematoma in adults. Uptodate 2018.
Hematoma Subarakhnoid Traumatik
• Perdarahan di rongga subarakhnoid antara
arakhnoid dan piamater yang normalnya terisi
CSF
• Gejala dan tanda:
– Tanda rangsang meningeal +, ex: Kaku kuduk
– Muntah
– Nyeri kepala hebat tiba-tiba  thunderclap
– Penurunan kesadaran secara cepat
– Fotofobia
• Penyebab tersering malformasi arteri vena,
aneurisma Berry
Konsensus nasional penanganan trauma kapitis. PERDOSSI 2006.
Siddiq F. subarachnoid hemorrhage. Uptodate. 2018
Hematoma Subarakhnoid Traumatik
• Pemeriksaan:
– CT Scan: Perdarahan di ruang subarakhnoid
mengikuti girus serebri  “star sign”

Konsensus nasional penanganan trauma kapitis. PERDOSSI 2006.


Siddiq F. subarachnoid hemorrhage. Uptodate. 2018
Hematoma Intraserebral
• Gejala dan Tanda:
– Muntah
– Penurunan kesadaran gradual
– Fotofobia
– Refleks patologis
– Nyeri kepala gradual
– Gejala neurologis tergantung lokasi perdarahan
• Penyebab ruptur arteri atau vena parenkim otak, dengan etiologi antara lain
trauma, hipertensi, malformasi vascular
• Tanda neurologis:
– Perdarahan putamen  hemiplegia, gangguan hemisensori, homonim hemianopsia, gaze
palsy, stupor, koma
– Perdarahan serebellar  berasal dari nukleus dentata  gangguan keseimbangan tanpa
hemiparesis
– Perdarahan thalamik  hemiparesis, gangguan hemisensori, homonim hemianopsia trasien
– Perdarahan lobar  tergantung lobus yang terkena
– Perdarahan pons  koma, paralisis total

Konsensus nasional penanganan trauma kapitis. PERDOSSI 2006.


Rordorf G, McDonald C. Intracerebral hemorrhage. Uptodate. 2018
Hematoma Intraserebral
• Pemeriksaan:
– CT Scan: gambaran hiperdens di parenkim otak

Konsensus nasional penanganan trauma kapitis. PERDOSSI 2006.


Rordorf G, McDonald C. Intracerebral hemorrhage. Uptodate. 2018
ILMU
PSIKIATRI
Soal no.85

• Seorang laki-laki usia 48 tahun dibawa


keluarganya karena sering termenung. Pasien
kadang tidak mau makan dan tidak bisa tidur.
Kadang-kadang pasien menangis sendiri dan
tidak bisa dihentikan. Sebelumnya 6 bulan yang
lalu pasien dibawa ke dokter karena tidak bisa
diam, suka marah dan mengamuk sampai
melempar barang-barang rumah tangga.
Diagnosis pasien adalah...
• depresi
Soal no.85
a. Gangguan depresi
b. Gangguan ansietas
c. Gangguan afektif bipolar, episode kini manik
d. Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi
e. Gangguan tidur

• Jawaban: D. Gangguan afektif bipolar,


episode kini
85. Pedoman Diagnosis Gangguan Bipolar
(PPDGJ-III)
• Ditandai setidaknya 2 episode yang menunjukkan
pada 1 waktu tertentu terjadi peninggian mood
dan energi (mania/hipomania), dan pada 1 waktu
lain berupa penurunan mood dan energi
(depresi).
• Ada periode penyembuhan sempurna antar
episode.
• Manik terjadi tiba-tiba, lamanya antara 2 minggu-
5 bulan.
• Depresi biasanya terjadi selama 6 bulan-1 tahun.
Bipolar Tipe I dan II

Gangguan bipolar

Bipolar tipe I Bipolar tipe II

1 atau lebih Episode depresi


episode manik, Pada pria dan berulang dan Lebih sering pada
dapat disertai wanita episode wanita
gejala psikotik hipomanik

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17696573
Tatalaksana Gangguan Bipolar
FASE AKUT (DOC: Lithium) MAINTENANCE
• Manik – Lithium atau Asam valproat,
– Lithium, atau setidaknya selama 6 bulan.
– Asam valproat
– Antipsikotik perlu diteruskan
bila pasien cenderung memiliki
• Depresi risiko mengalami gejala psikotik
– Lithium, atau berulang
– Lamotrigine
– Monoterapi dengan – Psikoterapi
antidepresan tidak
direkomendasikan – Electroconvulsive therapy
(ECT)
• Gejala psikotik
– Antipsikotik, diutamakan
golongan atipikal

American Psychiatric Association, 2010


Soal no.86
• Pasien dimanja oleh keluarganya, mudah
menangis jika menghadapi masalah, sering
bertingkah untuk mencari perhatian orang
lain, mudah merubah keputusan, sering
berganti-ganti gaya berbusana. Pasien
mengalami gangguan kepribadian apa?
Soal no.86
a. Gangguan kepribadian anankastik
b. Gangguan kepribadian histrionik
c. Gangguan kepribadian skizophrenik
d. Gangguan kepribadian cemas
e. Gangguan kepribadian dissosial

• Jawaban: B. Gangguan kepribadian histronik
Ciri Khas Masing-masing Gangguan Kepribadian

Gangguan Kepribadian Cluster A (ditandai dengan perilaku/ tindakan yang


eksentrik):
• Paranoid: mudah curiga, sering berpikiran buruk
• Skizotipal: penampilan dan kepercayaan aneh/ magis
• Skizoid: introvert, suka menyendiri, afek terbatas

Gangguan Kepribadian Cluster B (orang yang cenderung emosional):


• Antisosial: suka melanggar peraturan, mudah marah
• Borderline/ ambang: moodnya tidak stabil, perilaku impulsive
• Histrionik: ‘drama-queen’
• Narsistik: hanya peduli diri sendiri, kurang empati

Gangguan Kepribadian Cluster C (orang yang cenderung mudah cemas):


• Avoidant/ cemas menghindar: hipersensitif terhadap pandangan negatif orang lain
• Dependen: tidak bisa mengambil keputusan sendiri, harus dirawat orang lain
• Anankastik: kaku, perfeksionis, sangat taat aturan
Soal no.87
• Seorang wanita usia 40 tahun datang ke RS
dengan keluhan berubah-ubah. Punggung
nyeri, perut kembung dan panas, nyeri pada
kemaluan, kedua kaki terasa lemah. Pekerjaan
sehari-hari dan status sosial pasien terganggu.
Tidak ada kondisi medik yang mendasari
penyakit. Apa diagnosis yang paling mungkin?
Soal no.87
a. Gangguan nyeri
b. Gangguan somatisasi
c. Gangguan konversi
d. Gangguan hipokondriasis
e. Gangguan dismorfik tubuh

• Jawaban: B. Gangguan somatisasi


87. GANGGUAN SOMATOFORM (F45)
Diagnosis Karakteristik
Gangguan somatisasi Banyak keluhan fisik (4 tempat nyeri, 2 GI tract, 1
seksual, 1 pseudoneurologis).
Hipokondriasis Keyakinan ada penyakit fisik.

Disfungsi otonomik Bangkitan otonomik: palpitasi, berkeringat,


somatoform tremor, flushing.

Nyeri somatoform Nyeri menetap yang tidak terjelaskan.

Gangguan Dismorfik Preokupasi adanya cacat pada tubuhnya


Tubuh Jika memang ada kelainan fisik yang kecil,
perhatian pasien pada kelainan tersebut akan
dilebih-lebihkan

PPDGJ
Kriteria Diagnosis Somatisasi
A. Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode beberapa tahun
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan:
– 4 gejala (G) nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung,
sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi)
– 2 G gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama
kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
– 1 G seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi,
menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).
– 1 G pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau deficit yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak
terbatas pada nyeri (gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis, sulit menelan, retensi urin, halusinasi,
hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau
hilangnya kesadaran selain pingsan).
C. Salah satu (1)atau (2):
– Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah
kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau
alkohol)
– Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya
adalah melebihi apa yang diperkirakan dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan
buatan atau pura-pura).
Referensi: PPDGJ-III
Soal no.88
• Seorang wanita, 19 tahun, 1 bulan yang lalu
mengalami kecelakaan mobil di tol cipularang
yang mengakibatkan kematian kedua
orangtuanya. Saat ini pasien sering mengalami
mimpi buruk, sering berdebar-debar jika
mendengar suara klakson mobil, terbangun dari
tidur karena memimpikan kejadian kecelakaan
maut itu. Pasien mengaku sulit konsentrasi di
sekolah, sering mual-muntah, dan sakit kepala.
Diagnosis pasien ini adalah...
Soal no.88
a. PTSD
b. Gangguan penyesuaian
c. Fobia
d. Gangguan panik
e. Depresi

Jawaban: A. PTSD
GANGGUAN MENTAL SESUDAH TRAUMA
Gangguan Karaktristik

Reaksi stres akut Kesulitan berkonsentrasi, merasa terlepas dari tubuh,


mengingat detail spesifik dari peristiwa traumatik (prinsipnya
gejala serupa dengan PTSD), terjadinya beberapa jam setelah
kejadian traumatis, dan paling lama gejala tersebut bertahan
selama 1 bulan.

Reaksi stres pasca trauma Adanya bayang-bayang kejadian yang persisten, mengalami
(Post traumatic stress gejala penderitaan bila terpajan pada ingatan akan trauma
disorder/ PTSD) aslinya, menimbulkan hendaya pada kehidupan sehari-hari.
Gejala terjadi selama 1-6 bulan.
Diagnosis Post Traumatic Stress Disorder
(PTSD)
• Diagnosis baru bisa ditegakkan apabila gangguan stres
pasca trauma ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah
kejadian traumatik berat.

• Gejala yang harus muncul sebagai bukti tambahan selain


trauma bahwa seseorang telah mengali gangguan ini
adalah:
1. Individu tersebut mengalami mimpi-mimpi atau bayang-
bayang dari kejadian traumatik tersebut secara berulang-
ulang kemabali (flashback)
2. Muncul gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan
tingkah laku, gejala ini mungkin saja mewarnai hasil
diagnosis akan tetapi sifatnya tidak khas.

PPDGJ-III
Soal no.89
• Wanita, 29 tahun, diantar keluarga periksa
karena sering melamun dan tiba-tiba
menangis sejak setelah melahirkan 2 minggu
yang lalu. Nafsu makan pasien juga menurun.
Apakah kemungkinan diagnosis pasien
tersebut?
Soal no.89
a. Baby blues
b. Skizofrenia
c. Gangguan cemas
d. Depresi
e. Psikotik

• Jawaban: A. Baby blues


Baby Blues vs Postpartum Depression
POSTPARTUM MAJOR
CHARACTERISTIC BABY BLUES DEPRESSION
Duration Less than 10 days More than two weeks

Onset Within two to three days Often within first month;


postpartum may be up to one year

Prevalence 80 percent 5 to 7 percent


Severity Mild dysfunction Moderate to severe
dysfunction

Suicidal ideation Not present May be present

Postpartum Depression, Am Fam Physician. 2010 Oct 15;82(8):926-933


Dosis Obat Golongan SSRI
pada Postpartum Depression
USUAL
STARTING TREATMENT MAXIMAL ADVERSE
DRUG DOSAGE DOSAGE DOSAGE EFFECTS
Selective serotonin reuptake inhibitors
Citalopram 10 mg 20 to 40 mg 60 mg Headache,
(Celexa) nausea,
diarrhea,
Escitalopram 5 mg 10 to 20 mg 20 mg
sedation,
(Lexapro)
insomnia,
Fluoxetine 10 mg 20 to 40 mg 80 mg tremor,
(Prozac) nervousness,
Paroxetine 10 mg 20 to 40 mg 50 mg loss of libido,
(Paxil) delayed
orgasm
Sertraline 25 mg 50 to 100 mg 20
(Zoloft)
Postpartum Depression, Am Fam Physician. 2010 Oct 15;82(8):926-933
Soal no.90
• Pasien Perempuan, 53 tahun, mengeluh suka
lupa ketika menaruh barang, dan sering lupa
pada hal-hal yang sederhana. Pasien juga
menjadi sering marah-marah kepada
suaminya. Pada pemeriksaan MMSE
didapatkan skor 23. Kemungkinan diagnosis
pasien ini adalah...
Soal no.90
a. Demensia
b. Skizofrenia
c. Mild cognitive impairment
d. Gangguan cemas menyeluruh
e. Gangguan psikotik

• Jawaban: C. Mild cognitive impairment
90. DEMENSIA
Pedoman diagnostik demensia (PPDGJ III):
• Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan
daya pikir, yang sampai mengganggu kegiatan
harian seseorang (personal activities of daily
living) seperti : mandi, berpakaian, makan,
kebersihan diri, buang air besar dan kecil.
• Tidak ada gangguan kesadaran (clear
consciousness)
• Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling
sedikit 6 bulan
Klasifikasi Demensia Berdasarkan
Etiologinya
• Demensia pada penyakit Alzheimer
• Demensia vaskular
• Demensia pada penyakit Pick
• Demensia pada penyakit Creutfeld-Jacob
• Demensia pada penyakit Huntington
• Demensia pada Penyakit Parkinson
• Demensia pada Penyakit HIV/AIDS
Demensia tipe Alzheimer prevalensinya paling besar (50-
60%), disusul demensia vaskular (20-30%).
Deteksi Dini Demensia
• Dengan menggunakan mini mental state
examination (MMSE)/ Folstein test.

• Interpretasi skor MMSE:


– 24-30: kognitif normal
– 19-23: mild cognitive impairment
– 10-18: moderate cognitive impairment
Demensia
– <=9: severe cognitive impairment

Practical Guidelines for the Recognition and Diagnosis of Dementia,


J Am Board Fam Med May-June 2012 vol. 25 no. 3 367-382
OPTIMA MEDAN
OPTIMA MEDAN
Soal no.91
• Seorang anak perempuan umur 7 tahun
diantar ibunya ke puskesmas dengan keluhan
sukar berinteraksi dengan teman sekolah dan
orang tuanya. Sulit komunikasi dan
kegiatannya hanya bermain dengan boneka
perempuan yang sudah usang dan menolak
untuk diganti. Diagnosis anak ini adalah...
Soal no.91
a. Afasia
b. Disleksia
c. Retardasi mental
d. Autisme pada anak
e. Gangguan adaptasi

• Jawaban: D. Autisme pada anak


Asperger, PDD-NOS, Autism
PDD-NOS Autism Asperger
Impaired social interaction Impaired social interaction Impaired social interaction

OR AND AND

Impaired communication Impaired communication Normal communication/


language development
OR AND
AND
Restricted repetitive and Restricted repetitive and
stereotyped patterns or stereotyped patterns or Restricted repetitive and
behaviors behaviors stereotyped patterns or
behaviors
Autisme – Gangguan Komunikasi
• Keterlambatan perkembangan bicara tanpa
usaha komunikasi non verbal
• Yang bisa bicara  sulit memulai atau
mempertahankan percakapan dengan orang
lain
• Bahasa stereotipik, pengulangan, aneh
• Tidak memahami pembicaraan orang lain
• Kurang variasi dan spontanitas dalam
permainan role play
Autisme – Gangguan Interaksi Sosial
• Hendaya perilaku nonverbal:
– Tidak respon saat dipanggil
– Tidak ada kontak mata
– Eksprsi wajah dan postur tubuh kaku
• Asyik sendiri
• Tidak ada keinginan berbagi kesenangan dengan
orang lain
• Tidak ingin mengadakan hubungan emosional
dan sosial timbal balik
• Tidak dapat merasakan yang dirasakan orang lain
Autisme – Gangguan Perilaku
• Acuh tak acuh terhadap lingkungan
• Preokupasi dengan 1 pola perilaku atau minat
stereotipik (misal tertarik dengan benda
bergerak, kelekatan pada benda tertentu)
• Manerisme motorik stereotipik repetitif (jalan
mondar-mandir, berlarian, berlompatan, dll)
• Perilaku agresif atau menyakiti diri sendiri
• Melamun atau bengong
Autisme – Gangguan Emosi
• Tertawa, menangis, marah tanpa sebab
• Emosi tak terkendali: temper tantrum
• Rasa takut yang tidak wajar
Autisme – Gangguan Sensoris
• Menjilat atau mencium benda, tidak mau
mengunyah
• Menutup telinga bila menengar suara tertentu
• Tidak suka memakai baju dengan tekstur kasar
• Sensitif terhadap sentuhan tertentu
• Tahan terhadap rasa sakit
• Melirik-lirik
• Keseimbangan terganggu
Tatalaksana
Psikofarmaka Non farmakologi
• Untuk gejala iritabilitas • Terapi perilaku
– Membantu mempelajari
• Risperidon 0.01 mg/kgBB 2x perilaku yang diharapkan dan
sehari, tappering up sesuai membuang perilaku yang
kebutuhan bermasalah
• Terapi okupasi
• Aripiprazole 2,5-10 mg dosis – Melatih koordinasi dan
tunggal kekuatan motorik halus
• Terapi wicara
– Melatih bahasa reseptif dan
ekspresi
– Memperbaiki artikulasi
– Berdialog dan berkomunikasi
verbal
Soal no.92
• Seorang wanita, 34 tahun, datang berobat ke
rumah sakit dengan keluhan merasa jantung
berdebar bila berada di keramaian. Dia juga
merasa dadanya terasa sakit, seperti tercekik
dan mau mati. Keluhan ini timbul secara
mendadak dan sudah dirasakan sejak 4 bulan
yang lalu. Apa diagnosis yang tepat pada kasus
diatas?
Soal no.92
a. Gangguan panik
b. Gangguan somatoform
c. Gangguan psikosomatis
d. Gangguan kepribadian avoidant
e. Gangguan kepribadian dependent

• Jawaban: A. Gangguan panik
92. Ansietas
Diagnosis Characteristic
Gangguan panik Serangan ansietas yang intens & akut disertai dengan perasaan akan
datangnya kejadian menakutkan.
Tanda utama: serangan panik yang tidak diduga tanpa adanya
provokasi dari stimulus apapun & ada keadaan yang relatif bebas dari
gejala di antara serangan panik.
Tanda fisis:Takikardia, palpitasi, dispnea, dan berkeringat.
Serangan umumnya berlangsung 20-30 menit, jarang melebihi 1 jam.
Tatalaksana: terapi kognitif perilaku + antidepresan.
Gangguan fobik Rasa takut yang kuat dan persisten terhadap suatu objek atau situasi,
antara lain: hewan, bencana, ketinggian, penyakit, cedera, dan
kematian.
Gangguan Gejala emosional (ansietas/afek depresif ) atau perilaku dalam waktu
penyesuaian <3 bulan dari awitan stresor. Tidak berhubungan dengan duka cita
akibat kematian orang lain.
Gangguan cemas Ansietas berlebih terus menerus berlangsung setiap hari sampai bbrp
menyeluruh minggu disertai Kecemasan (khawatir akan nasib buruk), ketegangan
motorik (gemetar, sulit berdiam diri, dan sakit kepala), hiperaktivitas
otonomik (sesak napas, berkeringat, palpitasi, & gangguan
gastrointestinal), kewaspadaan mental (iritabilita).
Panic Disorder (DSM 5)
A.Recurrent unexpected panic attacks. A panic attack is an abrupt surge of intense
fear or intense discomfort that reaches a peak within minutes, and during which
time four (or more) of the following symptoms occur; Note: The abrupt surge can
occur from a calm state or an anxious state.
1. Palpitations, pounding heart, or accelerated heart rate.
2. Sweating.
3. Trembling or shaking.
4. Sensations of shortness of breath or smothering.
5. Feelings of choking.
6. Chest pain or discomfort.
7. Nausea or abdominal distress.
8. Feeling dizzy, unsteady, light-headed, or faint.
9. Chills or heat sensations.
10.Paresthesias (numbness or tingling sensations).
11.Derealization (feelings of unreality) or depersonalization (being detached from
oneself).
12.Fear of losing control or “going crazy.”
13.Fear of dying.
Note: Culture-specific symptoms (e.g., tinnitus, neck soreness, headache, uncontrollable
screaming or crying) may be seen. Such symptoms should not count as one of the four
required symptoms.
B. At least one of the attacks has been followed by 1 month (or more) of one
or both of the following:
1. Persistent concern or worry about additional panic attacks or their
consequences (e.g., losing control, having a heart attack, “going crazy”).
2. A significant maladaptive change in behavior related to the attacks (e.g.,
behaviors designed to avoid having panic attacks, such as avoidance of
exercise or unfamiliar situations).

C. The disturbance is not attributable to the physiological effects of a


substance (e.g., a drug of abuse, a medication) or another medical
condition (e.g., hyperthyroidism, cardiopulmonary disorders).

D. The disturbance is not better explained by another mental disorder (e.g.,


the panic attacks do not occur only in response to feared social situations,
as in social anxiety disorder: in response to circumscribed phobic objects
or situations, as in specific phobia: in response to obsessions, as in
obsessive-compulsive disorder: in response to reminders of traumatic
events, as in posttraumatic stress disorder: or in response to separation
from attachment figures, as in separation anxiety disorder).
Tatalaksana Gangguan Panik
• Cognitive-Behavioral Therapy • Medication
– This is a combination of cognitive therapy – SSRIs
– Cognitive therapymodify or eliminate • the first line of medication treatment for panic
thought patterns contributing to the disorder
patient’s symptoms – Tricyclic antidepressants
– Behavioral therapy aims to help the – High-potency benzodiazepines
patient to change his or her behavior. • Ex: Clonazepam
– Cognitive-behavioral therapy generally • may cause depression and are associated with
requires at least eight to 12 weeks adverse effects during use and after
discontinuation of therapy
• Some people may need a longer time in
treatment to learn and implement the • Poorer outcome and global functioning than
skills antidepresant
– monoamine oxidase inhibitors (MAOIs)
• Treatment i n Emergency Departement • Combination Therapy
– Oral benzodiazepine • Psychodynamic therapy
– Iv medication, e.x. Lorazepam – help to relieve the stress that contributes to
– Sometimes beta blockers are used to panic attacks, they do not seem to stop the
reduce anxiety attacks directly

http://www.aafp.org/afp/2005/0215/p733.html
Soal no.93
• Seorang laki-laki usia 58 tahun datang ke
poliklinik di bawa oleh tetangganya karena
suka bicara sendiri sejak 2 bulan yang lalu.
Pasien meyakini ada yang mengikutinya,
setelah melihat ada sekelompok orang. Pasien
mendengar suara yang mengatakan kelompok
tersebut sedang membicarakannya dan
menyuruhnya untuk membunuh orang-orang
yang membicarakannya itu. Bagaimana terapi
pada pasien ini?
Soal no.93
a. Diazepam
b. Haloperidol
c. Klozapin
d. Tryhexilpenidil
e. Buspiron

• Jawaban: b. Haloperidol
93. Pedoman Diagnostik Skizofrenia
• Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat
jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-
gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
– Thought echo, atau thought insertion or withdrawal, atau
thought broadcasting
– Delusion of control/ passivity/ influence/ perception
– Halusinasi auditorik
– Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut
budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang
mustahil (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)

Referensi: PPDGJ-III
Pedoman Diagnostik Skizofrenia
• Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang
harus selalu ada secara jelas:
– Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja
– Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau
pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
– Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah
(excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atay
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
– Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan
respons emosional yang menumpul tidak wajar

• Telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau


lebih
Referensi: PPDGJ-III
PPDGJ

SKIZOFRENIA
Skizofrenia Gangguan isi pikir, waham, halusinasi, minimal 1
bulan
Paranoid merasa terancam/dikendalikan
Hebefrenik 15-25 tahun, afek tidak wajar, perilaku tidak dapat diramalkan,
senyum sendiri
Katatonik stupor, rigid, gaduh, fleksibilitas cerea
Skizotipal perilaku/penampilan aneh, kepercayaan aneh, bersifat magik, pikiran
obsesif berulang
Waham menetap hanya waham
Psikotik akut gejala psikotik <2 minggu.
Skizoafektif gejala skizofrenia & afektif bersamaan
Residual Gejala negatif menonjol, ada riwayat psikotik di masa lalu yang
memenuhi skizofrenia
Simpleks Gejala negatif yang khas skizofrenia (apatis, bicara jarang, afek
tumpul/tidak wajar) tanpa didahului halusinasi/waham/gejala
psikotik lain. Disertai perubahan perilaku pribadi yang bermakna
(tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, penarikan diri).
Obat Antipsikotik Tipikal dan Atipikal
Soal no.94
• Laki-laki, 35 tahun, datang ke poliklinik dengan
keluhan tidak bisa tidur 1 bulan ini dan
tangan suka berkeringat. 2 bulan yang lalu
pasien diberhentikan kerja. Pasien menikah
dan punya 3 anak. Pasien saat ini tampak
sedih, menangis sendiri, merasa bersalah
kepada istri dan anaknya. Diagnosisnya
adalah...
Soal no.94
a. Gangguan anxietas
b. Gangguan somatoform
c. Gangguan penyesuaian
d. Gangguan depresi dengan somatisasi
e. Gangguan konversi

• Jawaban: C. Gangguan penyesuaian


94. Ansietas
Diagnosis Characteristic
Gangguan panik Serangan ansietas yang intens & akut disertai dengan perasaan akan
datangnya kejadian menakutkan.
Tanda utama: serangan panik yang tidak diduga tanpa adanya provokasi
dari stimulus apapun & ada keadaan yang relatif bebas dari gejala di
antara serangan panik.
Tanda fisis:Takikardia, palpitasi, dispnea, dan berkeringat.
Serangan umumnya berlangsung 20-30 menit, jarang melebihi 1 jam.
Tatalaksana: terapi kognitif perilaku + antidepresan.
Gangguan fobik Rasa takut yang kuat dan persisten terhadap suatu objek atau situasi,
antara lain: hewan, bencana, ketinggian, penyakit, cedera, dan
kematian.
Gangguan Gejala emosional (ansietas/afek depresif ) atau perilaku dalam waktu
penyesuaian <3 bulan dari awitan stresor. Tidak berhubungan dengan duka cita
akibat kematian orang lain.
Gangguan cemas Ansietas berlebih terus menerus berlangsung setiap hari sampai bbrp
menyeluruh minggu disertai Kecemasan (khawatir akan nasib buruk), ketegangan
motorik (gemetar, sulit berdiam diri, dan sakit kepala), hiperaktivitas
otonomik (sesak napas, berkeringat, palpitasi, & gangguan
gastrointestinal), kewaspadaan mental (iritabilita).
GANGGUAN PENYESUAIAN (F43) (DSM-IV)
Tatalaksana Gangguan Penyesuaian
• Tatalaksana utama: PSIKOTERAPI
– Terapi keluarga
– Terapi relaksasi
– Cognitive behavior therapy

• Terapi medikamentosa dengan antidepresan.


– DOC: Antidepresan SSRI (Fluoxetine)
Soal no.95
• Pria, 48 tahun, membakar televisi karena
beritanya menurut pasien adalah isi
pikirannya. Pasien merasa takut ditangkap
karena isi pikirannya adalah dokumen
penting negara. Hal ini termasuk gejala…
Soal no.95
a. Thought of echo
b. Thought of broadcasting
c. Thought of withdrawal
d. Delusion of control
e. Thought of influence

• Jawaban: B.Thought of broadcasting


95. WAHAM
• Waham merupakan suatu perasaan keyakinan
atau kepercayaan yang keliru, berdasarkan
simpulan yang keliru tentang kenyataan
eksternal, tidak konsisten dengan intelegensia
dan latar belakang budaya pasien, dan tidak
bisa diubah lewat penalaran atau dengan jalan
penyajian fakta.
Jenis Waham
Waham Karakteristik
Bizzare keyakinan yang keliru, mustahil dan aneh
Sistematik keyakinan yang keliru atau keyakinan yang tergabung dengan satu
tema/kejadian.
Nihilistik perasaan yang keliru bahwa diri dan lingkungannya atau dunia tidak ada
atau menuju kiamat.
Somatik perasaan yang keliru yang melibatkan fungsi tubuh.
Paranoid termasuk didalamnya waham kebesaran, waham kejaran/presekutorik,
waham rujukan (reference), dan waham dikendalikan.
Kebesaran/ keyakinan atau kepercayaan, biasanya psikotik sifatnya, bahwa dirinya
grandiosity adalah orang yang sangat kuat, sangat berkuasa atau sangat besar.
Kejar/ mengira bahwa dirinya adalah korban dari usaha untuk melukainya, atau
persekutorik yang mendorong agar dia gagal dalam tindakannya.
Rujukan/ selalu berprasangka bahwa orang lain sedang membicarakan dirinya dan
delusion of kejadian-kejadian yang alamiah pun memberi arti khusus/berhubungan
reference dengan dirinya
Jenis Waham
Waham Karakteristik
Kendali keyakinan yang keliru bahwa keinginan, pikiran, atau perasaannya
dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Termasuk di dalamnya:
thought of withdrawal, thought of broadcasting, thought of
insertion.
Thought of withdrawal waham bahwa pikirannya ditarik oleh orang lain atau
kekurangannya.
Thought of insertion/ waham bahwa pikirannya disisipi oleh orang lain atau kekuatan
sisip pikir lain.
Thought of waham bahwa pikirannya dapat diketahui oleh orang lain, tersiar
broadcasting/ siar pikir di udara.
Cemburu keyakinan yang keliru yang berasal dari cemburu patologis
tentang pasangan yang tidak setia.
Erotomania keyakinan yang keliru, biasanya pada wanita, merasa yakin bahwa
seseorang sangat mencintainya.
Soal no.96
• Seorang pasien terdiagnosis TB. Pasien
tersebut mengatakan “Saya tidak mungkin
kena TB, hidup saya bersih, makan tidak
sembarangan, keluarga juga tidak ada yang
TB”. Kelakuan pasien termasuk...
Soal no.96
a. Denial
b. Menerima
c. Pasrah
d. Marah-marah
e. Depresi

• Jawaban: A. Denial
1) Denial ( pengingkaran )
96. Stages of Grieving • Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia
akan meninggal dan dia tidak dapat menerima
informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan
• Dr.Elisabeth Kublerr-Ross mungkin mengingkarinya
2) Anger ( Marah )
telah mengidentifikasi lima
• Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi
tahap berduka yang dapat mengingkari kenyataan bahwa ia akan
terjadi pada pasien meninggal
3) Bergaining ( tawar-menawar )
menjelang ajal • Merupakan tahapan proses berduka dimana
pasien mencoba menawar waktu untuk hidup
4) Depetion ( depresi )
• Tahap dimana pasien datang dengan
Stage 5: kesadaran penuh bahwa ia akan segera mati.
Stage 4: Acceptance
Depression
Ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia
Stage 3: tidak akan lama lagi bersama keluarga dan
Bargaining
teman-teman.
Stage 2: 5) Acceptance ( penerimaan)
Anger
• Merupakan tahap selama pasien memahami
Stage
dan menerima kenyataan bahwa ia akan
1:
Shock • meninggal. Ia akan berusaha keras untuk
and menyelesaikan tugas-tugasnya yang belum
Denial terselesaikan
Soal no.97
• Seorang siswi SMP sedang mengikuti ujian dan
tiba-tiba saja berteriak tanpa alasan yang
jelas. Pelajar tersebut mengatakan kalau
sekolah perlu direnovasi. Dan pasien juga
mengamuk-mengamuk dan mengatakan hal-
hal yang tidak jelas. Di lingkungannya anak
tersebut pendiam dan mudah cemas.
Diagnosis yang tepat adalah...
Soal no.97
a. Amnesia disosiatif
b. Konversi histeri
c. Depersonalisasi
d. Trans disosiatif
e. Fugue disosiatif

• Jawaban: D. Trans disosiatif
97. Gangguan Disosiatif
• Gangguan integrasi kesadaran, ingatan, identitas,
emosi, persepsi, kontrol motorik, dan perilaku.
• Klasifikasi:
– Gangguan identitas disosiatif
– Gangguan amnesia disosiatif, dengan/tanpa fugue
disosiatif
– Depersonalisasi/derealisasi
– Gangguan disosiasi lainnya  meliputi trans disosiatif
– Gangguan disosiasi yang tak terinci

DSM 5
97. Gangguan Disosiatif
PPDGJ III
• Kehilangan sebagian atau seluruh dari integrasi normal (di bawah kendali
kesadaran) dari hal-hal berikut:
– Ingatan masa lalu
– Awareness of identity and immediate sensations
– Kontrol gerakan tubuh

• Klasifikasi:
– Amnesia disosiatif
– Fugue disosiatif
– Stupor disosiatif
– Gangguan trans dan kesurupan
– Gangguan motorik disosiatif
– Konvulsi disosiatif
– Anestesia dan kehilangan sensorik disosiatif
– Gangguan disosiatif campuran
– Gangguan disosiatif lainnya: sindrom Ganser, kepribadian ganda, YDT
Amnesia disosiatif
• Hilangnya daya ingat biasanya tentang hal penting yang
baru terjadi, tanpa gangguan mental organik
• Membedakan dengan malingering amnesia buatan
biasanya tentang problem yang jelas (keuangan, proses
hukum, dll)

Fugue disosiatif
• Terdapat ciri-ciri amnesia disosiatif
• Melakukan perjalanan tertentu lebih dari yang umum
dilakukan sehari-hari

Stupor disosiatif
• Sangat berkurang/hilangnya gerakan-gerakan volunter
dan respon normal terhadap rangsangan luar
• Tidak ada gangguan fisik ataupun gangguan jiwa lain
Gangguan trans dan kesurupan
• Kehilangan sementara aspek penghayatan akan identitas diri dan
kesadaran terhadap lingkungan
• Individu berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan
gaib, atau kekuatan lain
• Gangguan trans involunter dan bukan merupakan aktivitas biasa

Gangguan motorik disosiatif


• Ketidak mampuan untuk menggerakan seluruh atau sebagian dari
anggota gerak

Konvulsi disosiatif
• Gerakan-gerakan seperti kejang, tanpa kehilangan kesadaran, sangat
jarang disertai lidah tergigit, luka serius karena terjatuh, dll. Tanpa
kelainan organik.

Anestesia dan kehilangan sensorik disosiatif


• Anestesi batas tegas
• Kehilangan sensorik yang tidak mungkin disebabkan oleh kerusakan
neurologis
• Penglihatangangguan visus atau tunnel vision. Tuli atau anosmia sangat
jarang
Soal no.98
• Pasien perempuan dewasa datang ke praktek
dokter karena dikeluhkan keluarga sering
keluar dari rumah. Dari pemeriksaan pasien
mengaku sangat menyukai berhubungan
seksual dengan laki-laki, kalau bisa setiap hari.
Diagnosis pasien ini adalah...
Soal no.98
a. Piromania
b. Nymphomania
c. Erotomania
d. Trikotilomania
e. Satyriasis

• Jawaban: B. Nymphomania
98. Gangguan Hiperseksual
• Topik kontroversial
– tidak diikutsertakan dalam DSM 5
• DSM IV
– termasuk ke dalam kelompok “Sexual Disorder – Not
Otherwise Specified”
• Satiriasis
– keinginan seksual berlebih yang tidak terkontrol pada
pria
• Nymphomania
– Keinginan seksual berlebih yang tidak terkontrol pada
wanita
American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistical Manual, Fourth Edition, Revised
Kafka, M. P. (2010). Hypersexual disorder: A proposed diagnosis for DSM-V. Archives of sexual behavior, 39(2), 377-400.
Gangguan Disruptif, Kontrol Impuls,
dan Konduktif
• Jenis:
1. Oppositional Defiant Disorder (ODD)
• gangguan berupa mood mudah marah/iritabel, tingkah laku
mendebat/menentang, atau pendendam
2. Gangguan Konduktif
• Gangguan tingkah laku repetitif dan persisten berupa pelanggaran
terhadap hak orang lain atau norma/aturan sosial disertai agresi
terhadap orang/hewan atau pengrusakan atau bohong
3. Gangguan Eksplosif Intermiten
• ledakan perilaku berulang akibat kegagalan mengendalikan impuls
agresif
4. Lain-Lain
 Pyromania  tindakan berulang membuat api dengan sengaja.
Punya ketertarikan tidak biasa dengan api. Memicu api untuk
melepas emosi.
 Kleptomania

American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5). 2013.
KULIT & KELAMIN,
MIKROBIOLOGI,
PARASITOLOGI
Soal no.99
• Laki-laki, 25 tahun, datang dengan keluhan
nyeri saat berkemih, os mengaku pernah
berhubungan dengan PSK. Pada pemeriksaan
terdapat ulkus dsasar kotor, dan mikroskopik
tampak gambaran school of fish. Apakah
tatalaksana untuk kasus diatas ?
Soal no.99
a. Ciprofloxacin 1 gr single dose
b. Eritromicin 1gr single dose
c. Azitromicin 1 gr single dose
d. Seftriaxon 1gr single dose
e. Amoxicillin 1gr single dose

• Jawaban: C. Azitromicin 1 gr single dose


99. Ulkus Pada IMS
Ulkus Durum Ulkus Mole (Chancroid)
• Treponema pallidum (spiral) • Haemophilus ducreyi
• Dasar bersih (kokobasil, gram negatif)
• Tidak nyeri (indolen) • Dasar kotor, mudah berdarah
• Sekitar ulkus keras (indurasi) • Nyeri tekan
• Soliter • Lunak
• Multipel
• Tepi ulkus menggaung
Prinsip diagnosis
• Diagnosis definitif adalah menemukan H. ducrei
dengan medium kultur spesifikTidak tersedia di
semua negara, sensitivitas <80%kurang efisien
• Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini:
1. Adanya 1 atau lebih ulkus genital yang nyeri
2. Limfadenopati regional tidak wajib ada
3. Terbukti tidak ada syphilis melalui
pemeriksaan lapang pandang gelap
4. HSV negatif

2015 STD Treatment Guideline CDC


Ulkus Mole
Gambaran mikroskopis
• Kokobasil gram negatif
• School of fish

Seperti sekelompok ikan berenang


Tatalaksana Chancroid
PERDOSKI 2017

• DOC: (urutan berdasarkan prioritas)


Azitromisin 1 gram per oral dosis tunggal, atau
Eritromisin 4x500 mg per oral selama 7 hari, atau
Seftriakson 250 mg injeksi intramuskular dosis
tunggal, atau
Siprofloksasin 2x500 mg per oral selama 3 hari
Soal no.100-101
100. Pasien gatal pada telapak tangan, gatal
terutama pada malam hari. Teman sekamarnya
juga mengeluhkan hal yang sama. Lesi sebatas
lapisan mana pada kasus diatas?
Soal no.100
a. Stratum korneum
b. Stratum lusidum
c. Stratum granulosum
d. Stratum basale
e. Stratum spinosum

• Jawaban: A. Stratum korneum


Soal no.101
• Pasien laki-laki umur 13 tahun datang ke
Puskesmas dengan keluhan sering gatal di
bokong dan sela jari sejak 1 minggu yang lalu.
Keluhan terutama dirasakan pada malam hari.
Pasien tinggal di asrama. Hampir seluruh
teman pasien di asrama mengeluhkan hal
yang sama. Pada pemeriksaan dermatologis
ditemukan papul, eritem, pustul pada bokong
dan sela jari. Pemeriksaan penunjang
selanjutnya adalah…
Soal no.101
a. Menemukan terowongan pada kulit
b. Menemukan telur parasit
c. Pemeriksaan serologis
d. Kultur kerokan kulit
e. Pemeriksaan histologi

• Jawaban: A. Menemukan terowongan pada


kulit
100-101. Skabies
• Penyakit kulit akibat infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var.
hominis
• Termasuk dalam infeksi menular seksual
• Transmisi: langsung (skin to skin) dan tidak langsung
• Diagnosis perkiraan (presumtif)1-3 apabila ditemukan trias:
 Lesi kulit pada daerah predileksi.
• Lesi kulit: terowongan (kunikulus) berbentuk garis lurus atau berkelok, warna putih atau
abu-abu dengan ujung papul atau vesikel. Apabila terjadi infeksi sekunder timbul pustul
atau nodul.
• Daerah predileksi pada tempat dengan stratum korneum tipis, yaitu: sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak, areola mamae, umbilikus,
bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat mengenai wajah,
skalp, telapak tangan dan telapak kaki.
 Gatal terutama pada malam hari (pruritus nocturnal).
 Terdapat riwayat sakit serupa dalam satu rumah/kontak.
• Diagnosis pasti apabila ditemukan: tungau, larva, telur atau kotorannya
melalui pemeriksaan penunjang (mikroskopis).
• Terdapat 2 tipe, yaitu Classic Scabies dan Crusted (Norwegian) Scabies

PERDOSKI 2017
Modalitas pemeriksaan
• Menemukan terowongan (kedua teknik sama
sensitifnya)
1. Burrow Ink Test
- Cara kerja: tinta dioleskan pada kulit dan tinta ini akan
melakukan penetrasi ke stratum korneumdibersihkan
dengan alkoholtinta mewarnai terowongan.
- Metode ini sangat efektif terutama juga pada anak-anak dan
penderita dengan jumlah terowongan yang kecil dan sedikit
2. Tetracycline:
- Cara kerja:Tetrasiklin topikal dioleskan di kulit kemudian
dibersihkan dengan alkohollampu wood: terowongan akan
berwarna kehijauan
- Metode ini lebih disukai karena colorless dan bisa
mendeteksi area kulit yang luas
PPK PERDOSKI 2017
Modalitas pemeriksaan
(lebih advanced dan butuh tenaga terlatih)
• Skin scraping
- Cara kerja: kulit yang ada terowongan dikerok dengan
scalpeldiperiksa di mikroskopditemukan 1-2 telur atau
tungau
- Hasil sering false negative
• Adhesive tape test
- Cara kerja: beberapa tape ditaruh di kanalikuli kemudian
dilepaskan tiba-tiba dan diperiksa di bawah mikroskop
- Yang dicari sama seperti skin scraping, namun sensitivitas tes
ini lebih bagus dari skin scraping
• Dermatoscopy
- Lebih akurat dibandingkan pemeriksaan adhesive tape test,
yaitu sensitivitasnya 83%
- Butuh tenaga terlatih
PPK PERDOSKI 2017
Antiskabies
Drugs Possible adverse Effect Efektif

Benzyl benzoat 25% Irritation, anasthesia & hypoesthesia, ocular All stadium
irritation, rash, pregnancy category B

Permethrine 5% Mild &transient burning & stinging, pruritus, All stadium


pregnancy category B, not recomended for
children under 2 months

Gameksan 1% Toksis to SSP for pregnancy and children under 6 All stadium
years old, pregnancy category C

Krotamiton 10% Allergic contact dermatitis/primary irritation, All stadium


pregnancy category C

Sulfur precipitate 6% Erythema, desquamation, irritation, pregnancy Not efective for


category C egg state
OPTIMA MEDAN
OPTIMA JAKARTA
Soal no.102
• Laki-laki, 55 tahun, dengan keluhan bercak
kemerahan dan bersisik pada lipatan hidung
dan alis mata dan disertai gatal. Keluhan
dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Pemeriksaan
dermatologis tampak makula eritematosa,
skuama halus berminyak dengan warna
kekuningan, simetris. Diagnosis yang tepat
untuk kasus ini adalah....
Soal no.102
a. Dermatitis atopik
b. Dermatitis seboroik
c. Dermatitis nurmularis
d. Dermatitis kontak iritan
e. Neurodermatitis sirkumkripta

• Jawaban: B. Dermatitis seboroik


102. Dermatitis seboroik
• Kelainan kulit papuloskuamosa kronis yang umum
dijumpai pada anak dan dewasa.
• Penyakit ini ditemukan pada area kulit yang memiliki
banyak kelenjar sebasea seperti wajah, kulit kepala,
telinga, tubuh bagian atas dan fleksura (inguinal,
inframammae, dan aksila).
Gejala klinis
• Pada bayi:
– Biasanya terjadi pada 3 bulan pertama kehidupan.
– Sering disebut cradle cap.
– Keluhan utama biasanya berupa sisik kekuningan yang
berminyak dan umumnya tidak gatal.
• Pada anak dan dewasa, biasanya yang menjadi keluhan
utama adalah kemerahan dan sisik di kulit kepala, lipatan
nasolabial, alis mata, area post aurikula, dahi dan dada.
– Lesi lebih jarang ditemukan di area umbilikus, interskapula,
perineum dan anogenital.
– Area kulit yang kemerahan biasanya gatal.
– Pasien juga dapat mengeluhkan ketombe (Pitiriasis sika).
– Keluhan dapat memburuk jika terdapat stressor atau cuaca
dingin.

PPK PERDOSKI 2017


*AIAFp: non steroid anti-
inflammatory agent with
antifungal properties
Contoh krim piroctone
olamine/alglycera/bisabolol

PPK PERDOSKI 2017


Soal no.103
• Seorang anak berusia 8 tahun dibawa ibunya
ke puskesmas karena pada kulit kaki anaknya
muncul benda seperti benang-benang
kemerahan yang berpindah tempat. Tadinya
ada di betis, sekarang sudah naik ke paha.
Pasien sering bermain bola di lapangan tanpa
alas kaki. Organisme apakah yang
menyebabkan kelainan di atas?
Soal no.103
a. Ancylostoma braziliense
b. Ascaris lumbricoides
c. Taenia saginata
d. Taenia solium
e. Wucheria bancrofti

• Jawaban: A. Ancylostoma braziliense


103. Cutaneus larva Etiologi: Ancylostoma braziliense dan
Ancylostoma caninum Uncinaria stenocephala,
migrans Bunostomum phlebotomum

Dalam 5-10 hari jadi


filariform

Ke manusia hanya bis


menginfeksi kulit

Berkembangbiaknya di hewan

Menetas dalam 1-2 hari

Telur di tanah

Faktor resiko: TIDAK MEMAKAI ALAS KAKI, atau


berhubungan dengan tanah dan pasir (tentara,
petani, anak-anak bermain tanpa alas kaki)
A. caninum dan A. braziliense

• Kedua cacing ini termasuk dalam hookworm, satu keluarga


dengan Ancylostoma duodenale dan Necator americanus.
• Akan tetapi, A. caninum dan A. duodenale tidak menimbulkan
gejala seberat A. duodenale maupun necator.
• Kedua cacing ini mempenetrasi kulit dan biasanya hanya
menyebabkan lesi kulit serpiginosa.
• Ancylostoma caninum mempunyai tiga pasang gigi,
sedangkan Ancylostoma braziliense kapsul bukalnya
memanjang dan berisi dua pasang gigi sentral
• Ancylostoma braziliense endemik pada anjing dan kucing,
sering ditemukan di sepanjang Pantai Atlantik Amerika Utara
bagian tenggara, Teluk Meksiko, Laut Karibia, Uruguay, Afrika
(Afrika Selatan, Somalia, Republik Kongo, Sierra Leone),
Australia, dan Asia
Gejala dan temuan klinis
Larva masuk ke kulit

Gejala:
1. Peradangan berbentuk Lesi serpiginosa
- linear
- berkelok-kelok
- menimbul
- Progresif
2. Gatal di malam hari

PPK PERDOSKI 2017


Tatalaksana (PERDOSKI 2017)
• Medikamentosa
• Prinsip: mematikan larva cacing, yaitu dengan: (urutan berdasarkan
proritas)
• Topikal
Salep albendazol 10% dioleskan 3 kali sehari selama 7-10 hari.
Salep thiabendazol 10-15% dioleskan 3 kali sehari selama 5-7 hari Dapat
diberikan pada anak berusia kurang dari 2 tahun atau berat badan kurang
dari 15 kg.
• Sistemik
Albendazol 400 mg untuk anak usia >2 tahun atau >10 kg selama 3-7 hari
berturut-turut.
Thiabendazol 50 mg/kg/hari selama 2-4 hari.
Ivermektin 200 μg/kg dosis tunggal, dosis kedua diberikan bila gagal.
Sebaiknya tidak diberikan pada anak berusia kurang dari 5 tahun atau berat
badan kurang dari 15 kg
• Kombinasi
 Bedah beku dengan nitrogen cair atau etil klorida dapat dikombinasi
albendazol.
PPK PERDOSKI 2017
Soal no.104
• Perempuan, 52 tahun, datang ke poliklinik
dengan keluhan luka pada mata kaki kanan
dan nyeri sejak 6 hari yang lalu. Pasien
menderita varises. Status lokalis : di atas
malleolus interna pedis dextra, ulkus dangkal,
soliter, bentuk tidak teratur, tepi rata,
tertutup jaringan nekrotik, disekitarnya
hiperpigementasi dan dekat lesi tampak
varises. Diagnosis yang mungkin pada pasien
adalah…
Soal no.104
a. Ulkus kalosum
b. Ulkus tropikum
c. Ulkus varikosum
d. Ulkus arteriosum
e. Ulkus neurotropik

• Jawaban: C. Ulkus varikosum
104. Ulkus varikosum
• Sinonim: ulkus venosum
• Ulkus pada tungkai bawah akibat gangguan aliran darah vena
• Etiologi: kelainan vaskular pada vena berupa trombosis,
tromboflebitis, kelainan katup vena, dan kelainan lain yang
menyebabkan obstruksi pada vena sehingga terjadi trombosis
(tumor, kehamilan, dsb)
• Predileksi: proksimal dari malleolus medialis, yaitu area sekitar
vena safena magna, atau di malleolus lateral di area sekitar
vena safena parfa
Tatalaksana
• Elevasi tungkai saat berbaring mengurangi hambatan
pada aliran vena
• Varises di proksimal ulksudiberi bebat
elastismenunjang kerja otot tungkai bawah untuk
memompa darah ke arah jantung
• Jika terdapat infeksi sekunder diberi kompres antiseptik:
 Gram positifpermanganas kalikus 1/5000
 Gram negatiflarutan perak nitrat 0,5% atau 0,25%
 Jika sudah keringgentamisin atau neomisin topikal
 Antibiotik oral harus diberikan
Ulkus arteriosum
• Lebih banyak ditemukan pada orang usia >45
tahun
• Penyebabnya adalah ateroma atau defek pada
pembuluh darah, sehingga kulit disekitarnya
mengalami kelainanterkena traumaulkus
Ulkus neurotrofik

• Ulkus yang timbul perlahan-lahantidak


disadari oleh penderitatidak nyeri
• Disebabkan oleh tekanan atau trauma pada
kulit yang anestetik
• Bentuk ulkus bulat, tidak nyeri, berisi jaringan
nekrotik, kering, dan kulit disekeliling ulkus
hiperkeratotik (kalus)
Soal no.105
• Seorang anak, 7 tahun, datang dengan
keluhan gatal pada daerah leher, pada
pemeriksaan fisik didapatkan macula
hipopigemtasi, skuama halus, dilakukan tes
KOH 10% ditemukan hifa pendek. Apabila
dilakukan pemeriksaan lampu wood, hasil apa
yang dapat ditemukan?
Soal no.105
a. Fluoresensi merah bata
b. Fluoresensi kuning kehijauan
c. Fluoresensi coklat
d. Fluoresensi kuning keemasan
e. Flueresensi kebiruan

• Jawaban: D. Fluoresensi kuning keemasan
Pemeriksaan Lampu Wood
WARNA ETIOLOGI
Kuning Emas Tinea versicolor – M. furfur

Hijau Pucat Trichophyton schoenleini


Hijau Kekuningan Microsporum audouini or M.
(terang) Canis
Tosca - Biru Pseudomonas aeruginosa
Pink – Coral Porphyria Cutanea Tarda

Ash-Leaf-Shaped Tuberous Sclerosis


Putih Pucat Hypopigmentation
Coklat-Ungu Hyperpigmentation
Putih terang, Depigmentation, Vitiligo
Putih Kebiruan
Putih terang Albinism
Bluewhite Leprosy
Tatalaksana
• Terdapat beberapa obat yang dapat • Sistemik
dipilih sesuai dengan indikasi sebagai Untuk lesi luas atau jika sulit
berikut: disembuhkan dapat digunakan terapi
– Topikal sistemik ketokonazol 200 mg/hari
• Sampo ketokonazol 2% dioleskan pada selama 10 hari.
daerah yang terinfeksi/seluruh badan, 5 Alternatif:
menit sebelum mandi, sekali/hari
selama 3 hari berturut-turut. – Itrakonazol 200 mg/hari selama 7 hari
• Sampo selenium sulfida 2,5% sekali/hari atau 100 mg/hari selama 2 minggu.
15-20 menit selama 3 hari dan diulangi – Flukonazol 400 mg dosis tunggal atau
seminggu kemudian. Terapi rumatan 300 mg/minggu selama 2- 3 minggu.
sekali setiap 3 bulan.
• Sampo zinc pyrithione 1% dioleskan di – Obat dihentikan bila pemeriksaan klinis,
seluruh daerah yang terinfeksi/seluruh lampu Wood, dan pemeriksaan
badan, 7-10 menit sebelum mandi, mikologis langsung berturut-turut
sekali/hari atau 3-4 kali seminggu. selang seminggu telah negatif.
• Khusus untuk daerah wajah dan genital – Padakasus kronik berulang terapi
digunakan vehikulum solutio atau pemeliharaan dengan topikal tiap 1-2
golongan azol topikal (krim mikonazol 2 minggu atau sistemik ketokonazol
kali/hari).
• Krim terbinafin 1% dioleskan pada
2x200 mg/hari sekali sebulan.
daerah yang terinfeksi, 2 kali/hari
selama 7 hari.

PPK PERDOSKI 2017


Soal no.106
• Seorang laki-laki usia 23 tahun datang ke
puskesmas dengan keluhan terdapat cairan
kuning pada celana dalamnya sejak 1 minggu
yang lalu. Keluhan disertai rasa nyeri dan
panas saat BAK. Sebelumnya pasien mengaku
telah berhubungan seksual dengan PSK. Pada
pemeriksaan didapatkan orifisium uretra
eksterna hiperemis dan terdapat sekret
kuning. Pemeriksaan apa yang selanjutnya
dilakukan?
Soal no.106
a. Test Frei
b. Test thompson
c. Test fermentasi
d. Pewarnaan gram dari secret
e. Pewarnaan KOH 20% dari secret

• Jawaban: D. Pewarnaan gram dari secret


106. Gonorrhea
• Gonore IMS yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae
(N.gonorrhoeae) suatu kuman Gram negatif, berbentuk biji
kopi, terletak intrasel
Gejala klinis
• Laki-laki:
 Gatal pada ujung kemaluan
 Nyeri saat kencing
 Keluar duh tubuh berwarna putih atau kuning kehijauan
kental dari uretra
• Perempuan:
 Keputihan
 Atau asimtomatik
• Pada keduanya didapatkan adanya riwayat kontak seksual
sebelumnya (coitus suspectus).
PPK PERDOSKI 2017
Pemeriksaan Fisik Gonorrhea
• Laki-laki:
 Orifisium uretra hiperemis, edema, dan ektropion disertai disuria
 Duh tubuh uretra mukopurulen
 Infeksi rektum pada pria homoseksual dapat menimbulkan duh tubuh anal
atau nyeri/rasa tidak enak di anus/perianal
 Infeksi pada faring biasanya asimtomatik
• Perempuan:
 Seringkali asimtomatik
 Serviks hiperemis, edema, kadang ektropion
 Duh tubuh endoserviks mukopurulen
 Dapat disertai nyeri pelvis/perut bagian bawah
 Infeksi pada uretra dapat menyebabkan disuria
• Komplikasi
 Laki-laki: epididimitis, orkitis, dan infertilitas
 Perempuan: penyakit radang panggul, bartolinitis, dan infertilitas.

PPK PERDOSKI 2017


Pemeriksaan Penunjang Gonorrhea
• Gram: diplokokus Gram negatif intraselular.
• Kultur menggunakan Thayer-Martin atau modifikasi Thayer-
Martin dan agar coklat McLeod
• Tes definitif (dilakukan pada hasil kultur yang positif)
 Tes oksidasi
 Tes fermentasi
 Tes beta-laktamase

PPK PERDOSKI 2017


Tatalaksana Gonorrhea
• DOC: sefiksim 400 mg per oral, dosis tunggal
• Obat alternatif:
• Seftriakson 250 mg injeksi IM dosis tunggal
• Kanamisin 2 gram injeksi IM, dosis tunggal
• Jika sudah komplikasi bartolinitis, prostatitis:
 DOC: sefiksim 400 mg peroral selama 5 hari
 Obat alternatif:
 Levofloksasin 500 mg per oral 5 hari
 Kanamisin 2 gram injeksi intramuskular 3 hari
 Seftriakson 250 mg injeksi intramuskular 3 hari
• Infeksi gonokokus dan infeksi Chlamydia trachomatis hampir selalu
bersamaan  sebaiknya diberikan juga pengobatan untuk infeksi
Chlamydia.

PPK PERDOSKI 2017


Soal no.107
• Seorang anak dibawa ibunya ke dokter dengan
keluhan diare sejak 1 minggu yang lalu. Selain
itu pasien juga mengeluhkan perut terasa
kembung. Dari pemeriksaan feses didapatkan
telur dengan struktur onkosfer dan embriofor.
Jenis cacing yang dimaksud dan obat yang
paling sesuai adalah…
Soal no.107
a. Enterobius vermicularis; albendazole
b. Taenia saginata; prazikuantel
c. Trichuris trichiura; pirantel pamoat
d. Trichuris trichiura; mebendazole
e. Ascaris lumbricoides; pirantel pamoat

Jawaban: D. Trichuris trichiura; mebendazole


Trikuriasis (Cacing Cambuk)
Gejala
• nyeri ulu hati, kehilangan
nafsu makan, diare,
anemia, prolaps rektum
Telur
• Seperti tempayan/ lemon,
memiliki dua kutub
• Ukuran 20-25 mcm dan 50-
55 mcm

DOC: Mebendazole 500 mg SD


Alternatif: Albendazole 400 mg selama 3 hari
Hamil atau usia < 2 tahun: Pyrantel pamoat 11
mg/kgBB selama 3 hari
KEY POINTS
KEY POINTS
KEY POINTS
KEY POINTS
Mebendazole
• Terapi cacing gelang, cacing cambuk, cacing kremi, cacing tambang

• Cara kerja : membunuh cacing, menghancurkan telur & larva cacing dengan
jalan menghambat pengambilan glukosa oleh cacing  produksi ATP
sebagai sumber energi <<  kematian cacing

• Kontra Indikasi:
– Ibu hamil (teratogenik), menyusui
– Gangguan fungsi hati & ginjal, anak < 2 tahun

• Dosis sediaan : 100 mg per tablet


– Tablet dapat dikunyah, ditelan atau digerus lalu dicampur dengan
makanan

• Efek samping : perasaan kurang nyaman pada saluran cerna dan sakit
kepala, mulut terasa kering
Soal no.108
• Tn. Toko, 35 tahun, datang dengan keluhan nyeri
pada area lipat paha sejak 2 hari yang lalu. Nyeri
dikatakan terjadi mendadak. Pasien juga
mengatakan adanya benjolan yang teraba pada
daerah tersebut. Sebelumnya, pasien mengaku
sempat ada luka pada kemaluannya 2 minggu
yang lalu namun sembuh sendiri. Pasien juga
memiliki riwayat berhubungan dengan PSK 3
minggu lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
adanya pembesaran kelenjar getah bening
inguinal dan terdapat nyeri tekan. Apa etiologi
penyakit pada pasien?
Soal no.108
a. Candida albicans
b. Chlamydia trachomatis
c. Gardnerella vaginalis
d. Neisseria gonorrhea
e. Treponema pallidum

• Jawaban: B. Chlamydia trachomatis


108. Limfogranuloma Venerum
• Etiologi: Chlamydia trachomatis serovar L1,L2,L3
intraselular obligat

• Papul & ulkus genital self-limited, yang diikuti oleh


limfadenopati inguinal dan/ femoral yang nyeri
– Tahap pertama: papul/pustul genital yang tidak nyeri dan
cepat sembuh, sulit dibedakan dengan sifilis  periksa
secara serologis
– Tahap kedua: limfadenopati inguinal yang nyeri muncul
setelah 2-6 minggu dari tahap pertama  bubo (dapat
pecah), groove sign (pada pria)
– Tahap ketiga: proktokolitis, sindrom genitoanorektal
(sering pada wanita atau gay)
Limfogranuloma Venerum
Diagnosis
• Klinis
• Tes serologis  sulit untuk mengkultur organisme
– Tes Frei
Currently, the Frei intradermal test is only of historical interest. The Frei
test would become positive 2-8 weeks after infection. Unfortunately,
the Frei antigen is common to all chlamydial species and is not specific
to LGV. Commercial manufacturing of Frei antigen was discontinued in
1974.
– Complement fixation (CF)
– The microimmunofluorescence test
• Gambaran badan inklusi
• Definitive diagnosis may be made by aspiration of the
bubo and growth of the aspirated material in cell
culture. C trachomatis can be cultured in as many as
30% of cases.

• Tatalaksana
– DOC: Doksisiklin 100 mg PO 2x/hari selama 21 hari atau
– Eritromisin 500 mg PO 4x/hari selama 21 hari

http://emedicine.medscape.com/article/220869-treatment
Soal no.109
• Seorang laki -laki berusia 40 tahun datang ke
Puskesmas dengan keluhan gatal-gatal di
kedua selangkangan sejak 1 minggu yang lalu.
Pada pemeriksaan ditemukan patch eritema
dengan maserasi di inguinal kiri dan kanan,
dengan lesi satelit di bagian tepi. Diagnosis
yang paling mungkin adalah ...
Soal no.109
a. Eritrasma
b. Tinea kruris
c. Psoriasis inversa
d. Candidiasis intertriginosa
e. Dermatitis kontak alergi

• Jawaban: D. Candidiasis intertriginosa


109. Kandidiasis kutis
• Kelompok penyakit infeksi akut dan kronik di kulit
atau diseminata yang disebabkan oleh ragi
• Etiologi tersering: Candida albicans
• Dapat ditemukan pada semua usia, mengenai daerah
intertriginosa yang lembab dan mudah mengalami
maserasi, misalnya sela paha, ketiak, sela jari, infra
mamae, atau sekitar kuku, dan juga dapat meluas ke
bagian tubuh lainnya.
• Kulit tampak bercak eritematosa berbatas tegas,
bersisik, dan basah
• Dikelilingi oleh lesi satelit berupa papul, vesikel dan
pustul kecil di sekitarnya
PPK PERDOSKI 2017
Pemeriksaan penunjang
• Diperlukan jika klinis tidak khas.
Kandidiasis superfisialis:
• Pewarnaan sediaan langsung kerokan kulit dengan KOH
20% atau Gram: ditemukan pseudohifa.
• Kultur dengan agar Saboraud: tampak koloni berwarna
putih, tumbuh dalam 2-5 hari
Kandidiasis sistemik
• Jika ada lesi kulit; dari kerokan kulit dapat dilakukan
pemeriksan histopatologi dan kultur jaringan kulit

PPK PERDOSKI 2017


Tatalaksana Kandidiasis Kutis
Topikal
• Krim imidazol (mikonazol 2%, klotrimazol
1%) selama 14-28 hari.
• Bedak nistatin atau mikonazol selanjutnya
dapat untuk pencegahan.
Sistemik
• Flukonazol 50 mg/hari atau 150 mg/minggu.
• Itrakonazol 100-200 mg/hari

PPK PERDOSKI 2017


Soal no.110
• Perempuan, 45 tahun, datang ke puskesmas
dengan keluhan gatal pada lipat paha kiri dan
kanan. Lesi: papul eritem, makula eritem,
tepi meninggi, pucat di tengah, gambaran
central healing. Tatalaksana pada pasien ini
adalah…
Soal no.110
a. Ketokonazole tablet 1x200mg selama 1 minggu dan
kelokonazole topical
b. Cefadroksil tablet 2x500 mg selama 1minggu dan
griseovulvin topical
c. Hidrokortison tablet 2x4mg selama 1 minggu dab
hidrokortison topical
d. Metronidazol 3x500 mg selama 1 minggu dan
metronidazol topical
e. Asiklovir selama 1 minggu dan asiklovir topical

• Jawaban: A. Ketokonazole tablet 1x200mg selama 1


minggu dan kelokonazole topical
Dermatofita: Umum
Diagnosis Dermatofitosis
– Anamnesa
– Gambaran klinis
– Sediaan langsung + lar KOH 10%: garis-garis hifa diantara
sel epitel, bersepta, biasanya bercabang + artrospora
– Wood’s light: T.kapitis (hijau kekuningan)
– Biakan pada agar Sabouraud  spesies penyebabnya

Pilihan terapi Dermatofitosis:


1. Terbinafin
2. Griseofulvin
3. Ketokonazol, flukonazol, itrakonazol (golongan azol)
Drug of Choice Dermatofita

D E R M ATO F I TA DOC
Tinea Kapitis • Griseofulvin: DOC untuk spesies Microsporum
• Terbinafin: DOC untuk spesies Trichophyton

Tinea barbae • Mengenai struktur kulit bagian dalam  butuh terapi


sistemik
• DOC: Terbinafin, itrakonazol, flukonazol

Tinea facialis, Tinea korporis, • Mengenai struktur kulit superfisial  terapi topikal
tinea kruris, tinea pedis • DOC: grup alilamin (terbinafin, naftifin)

Tinea Unguium • Oral lebih baik dibanding topikal


• DOC: Terbinafin
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
Soal no.111
• Anak, 5 tahun, datang dibawa orang tuanya
dengan keluhan pada lipat siku tangan
terdapat kemerahan. Efloresensi: xerotik,
lipat kaki makula papul eritem, ibu riwayat
asma positif. Terapi yang diberikan ialah...
Soal no.111
a. Gentamisin salep
b. Betametason salep
c. Griseofulvin cream
d. Ketokonazol cream
e. Itrakonazol cream

• Jawaban: B. Betamethasone salep


111. Dermatitis Atopi
• Peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal dan umumnya
terjadi pada masa bayi dan anak-anak
• Berhubungan dengan riwayat atopi peningkatan kadar IgE
• Morfologi umumnya berupa papul gatal eskoriasilikenifikasi
• Predileksi pada daerah lipatan/fleksura
Klasifikasi
Based on phases/age
• Dermatitis atopi fase infantil (usia 2 bulan-2 tahun)
- Lesi di muka (dahi, pipi) berua eritema, papulo-vesikel yang halus
- Gataldigosokpecaheksudatifkrusta
- Kalau anak merangkaklesi di lutut
- Gatal sangat menggangguanak rewel dan sulit tidur
- Usia 18 bulantransformasi menjadi likenifikasi
- 2 tahun seharusnya sembuh, jika tidak berlanjut keD.A fase
anak
Klasifikasi
Based on phases/age
• Dermatitis atopi fase anak (usia 2 tahun-10
tahun)
- Kelanjutan dari fase infantil atau timbul sendiri(de novo)
- Lesi lebih kering, eksudatif minimal, lebih banyak papul,
likenifikasi, dan sedikit skuama
- Predileksi: lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan bagian
fleksor, kelopak mata, leher, dan jarang di muka
- Siklus setan: gatalgaruklikenifikasisemakin
gatalgaruk lagi
- Jika luas lesi mencapai >50% tubuh dapat memperlambat
pertumbuhan
Klasifikasi
Based on phases/age
• Dermatitis atopi fase remaja dan dewasa
- Plak papular eritematosa dan berskuama
- Plak likenifikasi yang gatal
- Predileksi:
 Remaja: Lipat siku, lipat lutut, dan samping leher, dahi, dan
sekitar mata
 Dewasa: distribusi tidak khas, paling banyak di tangan dan
pergelangan tangan
Prinsip tatalaksana
• The easiest and the most effective: avoidance
• Kulit penderita D.A kering dan fungsi sawarnya
kurangmudah retakberikan emolien (pelembab)
setiap 6 jam
• Kortikosteroid topikal: hidrokortison 1%-2.5% (bayi),
anak dan dewasa: triamsinolone acetonide 0.1%
• Imunomodulator topikal: takrolimus jika
kortikosteroid sudah lama dipakai dan D.A masih
berlangsung (karena penggunaan kortikosteroid topikal
jangka panjang bisa menyebabkan atrofi kulit)
• Kortikosteroid oral dan antihistamin oraljika
diperlukan
Soal no.112
• Laki-laki usia 29 tahun dengan keluhan bintil-
bintil pada penis, tidak gatal tidak nyeri,
awalnya sedikit lama kelamaan banyak. Aktif
berhubungan seksual dan ganti-ganti
pasangan. Hasil PF: papil multiple sewarna
kulit, kering tidak bergaung sekelilingnya,
kemerahan tidak ada. Diagnosis pasien
adalah…
Soal no.112
a. Pearly papule penis
b. Condiloma lata
c. Condiloma akuminata
d. Sifilis
e. Herpes genitalis

• Jawaban: C. Condiloma akuminata


Kondiloma Akuminata
Manifestasi KA
• Bentuk akuminata  daerah lipatan lembab,
vegetasi bertangkai dan papilomatosa
(berjonjot), awalnya kemerahan lalu kehitaman,
kutil bersatu seperti kembang kol
• Bentuk papul  daerah keratinisasi sempurna
(korpus penis, vulva lateral, perianal,
perineum), papul halus licin tersebar diskret
• Bentuk datar  makula atau tak tampak
kelainan, baru tampak dengan asam asetat atau
kolposkopi
• Keganasan:
– Giant condyloma Buschke-Lowenstein 
vegetasi besar
– Papulosis Bowenoid  likenoid warna
coklat kemerahan Ghadishah D. Condyloma acuminatum. Emedicine. 2018.
Menaldi SL, Bramono K. Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. 2014.
Kondiloma Akuminata
• Pemeriksaan:
– Tes asam asetat 5%  warna lesi acetowhite
– Kolposkopi
– Histopatologi  gambaran papilomatosis, akantosis, pemenjangan
dan penebalan rete ridges, parakeratosis, dan koisilositosis
• Tata Laksana:
– Kemoterapi:
• podofilin 25%  lesi permukaan verukosa, tidak boleh pada
hamil&menyusui serta lesi luas
• podofilotoksin 0,5%  tidak boleh pada hamil
• asam triklorasetat 80-90%  lesi genital eksterna, serviks, dan di dalam
anus, boleh hamil
– Krioterapi  lesi genital eksterna, vagina, serviks, meatus uretra,
dan di dalam anus
– Imunoterapi  krim imiquimod bila lesi luas dan resisten
– Pembedahan:
• Elektrokauterisasi  lesi anogenital, terutama ukuran besar
• Bedah skalpel  eksisi  lesi sangat besar sehingga menimbulkan
obstruksi atau tidak dapat dilakukan terapi lain Ghadishah D. Condyloma
acuminatum. Emedicine. 2018.
• Bedah laser CO2  lesi anogenital, vagina, serviks, lesi besar Kutil Anogenital. Perdoski.
2017.
ILMU
KESEHATAN
ANAK
Soal no.113
• Seorang anak perempuan berusia 4 tahun
tidak dapat makan selama dua hari karena
penyakit gastro-intestinal. Dari jawaban di
bawah ini, manakah yang menjadi sumber
utama energi yang akan dioksidasi pada otot
rangka penderita tersebut?
Soal no.113
a. Kreatin Fosfat otot
b. Glikogen otot
c. Trigliserida otot
d. Asam lemak serum
e. Glukosa serum

• Jawaban: D. Asam lemak serum


Metabolisme otot rangka
Metabolisme otot rangka membutuhkan ATP yang dapat tersedia
melalui:
• ATP yang memang sudah tersedia di serat otot untuk menjaga
kontraksi untuk beberapa detik
• Kreatin fosfat. Molekul berenergi tinggi di sel otot, untuk mengubah
ADP ke ATP. Kreatin fosfat dapat menghasilkan ATP yang bisa
menyebabkan kontraksi otot hingga 15 detik.
• Glikogen otot. Melalui proses glikogenolisis, glikogen akan dipecah
menjadi glukosa. Glukosa kemudian akan menghasilkan ATP melalui
respirasi sel.
• Glukosa dan asam lemak yang terdapat pada darah. Ketika energi
dalam jumlah besar dibutuhkan, glikogen dalam hati dan asam
lemak dalam sel adiposa akan dilepaskan ke aliran darah. Glikogen
dan asam lemak dalam darah ini akan diabsorbsi oleh otot dan
diubah menjadi ATP
https://www.cliffsnotes.com/study-guides/anatomy-and-physiology/muscle-tissue/muscle-metabolism
Metabolisme otot rangka
Fasted State
• During short-term fasting periods,
the liver produces and releases
glucose mainly through
glycogenolysis (see diagram).
• During prolonged fasting,
glycogen is depleted, and
hepatocytes synthesize glucose
through gluconeogenesis using
lactate, pyruvate, glycerol, and
amino acids.
• These gluconeogenic substrates
are either generated in the liver
or delivered to the liver through
the circulation from extrahepatic
tissues.
Early Fasting State
• The entry of glucose into muscle and adipose tissue decreases in response
to a low insulin level.
• The diminished utilization of glucose by muscle and adipose tissue also
contributes to the maintenance of the bloodglucose level.
• The net result of these actions of glucagon is to markedly increase the
release of glucose by the liver.
• Both muscle and liver use fatty acids as fuel when the blood-glucose level
drops.
• Thus, the blood-glucose level is kept at or above 80 mg/dl by three major
factors: (1) the mobilization of glycogen and the release of glucose by the
liver, (2) the release of fatty acids by adipose tissue, and (3) the shift in the
fuel used from glucose to fatty acids by muscle and the liver.
Prolonged Starvation
• The metabolic changes on the first day of starvation are like those
after an overnight fast.
• The low blood-sugar level leads to decreased secretion of insulin
and increased secretion of glucagon.
• The dominant metabolic processes are the mobilization of
triacylglycerols in adipose tissue and gluconeogenesis by the liver.
• The liver obtains energy for its own needs by oxidizing fatty acids
released from adipose tissue.
• The uptake of glucose by muscle is markedly diminished because
of the low insulin level, whereas fatty acids enter freely.
• Consequently, muscle shifts almost entirely from glucose to fatty
acids for fuel.
The plasma levels of fatty acids and ketone bodies increase in
starvation, whereas that of glucose decreases.
Soal no.114
• Anak usia 4 tahun dibawa ke RS karena tidak
sadar. Pada PF didapatkan kaku kuduk (+),
ditemukan petachie dan ekimosis pada
punggung pasien. Hasil pemeriksaan LCS
leukosit 1.500/mm3, glukosa 25 mg/dl,
protein 100 mg/dl. Pencegahan untuk
penyakit ini adalah...
Soal no.114
a. Vaksin BCG
b. Vaksin pneumococcus
c. Vaksin meningococcus
d. Vaksin DPT
e. Vaksin hemopthylus influenza

• Jawaban: C. Vaksin meningococcus


114. Meningitis & ensefalitis
• Meningitis
– Meningitis bakterial: E. coli, Streptococcus grup B (bulan
pertama kehidupan); Streptococcus pneumoniae, H. influenzae,
N. meningitidis (anak lebih besar)
– Meningitis viral: paling sering pada anak usia < 1 tahun.
Penyebab tersering: enterovirus
– Meningitis fungal: pada imunokompromais
– Gejala klasik: demam, sakit kepala hebat, tanda rangsang
meningeal (+). Gejala tambahan: iritabel, letargi, muntah,
fotofobia, gejala neurologis fokal, kejang
• Ensefalitis: inflamasi pada parenkim otak
– Penyebab tersering: ensefalitis viral
– Gejala: demam, sakit kepala, defisit neurologis (penurunan
kesadaran, gejala fokal, kejang)
Hom J. Pediatric meningitis and encephalitis.
http://emedicine.medscape.com/article/802760-overview
Pemeriksaan Penunjang
• Darah perifer lengkap dan kultur darah
• Gula darah dan elektrolit jika terdapat indikasi
• Pungsi lumbal untuk menegakkan diagnosis dan menentukan
etiologi
– Pada kasus berat sebaiknya ditunda
– Kontraindikasi mutlak : Terdapat gejala peningkatan tekanan
intrakranial
– Diindikasikan pada suspek meningitis, SAH, dan penyakit SSP yang lain
(eg. GBS)
– Protokol pertama pada kasus kejang pada anak usia < 1 tahun 
sangat dianjurkan; 12-18 bln  dianjurkan; > 18 bln  tidak rutin
dilakukan
• CT Scan dengan kontras atau MRI pada kasus berat, atau dicurigai
adanya abses otal, hidrosefalus, atau empiema subdural
• EEG jika ditemukan perlambatan umum
Cairan serebrospinal pada infeksi SSP

Bact.men Viral men TBC men Encephali Encephal


tis opathy
Tekanan  Normal/   

Makros. Keruh Jernih Xantokrom Jernih Jernih

Lekosit > 1000 10-1000 500-1000 10-500 < 10

PMN (%) +++ + + + +

MN (%) + +++ +++ ++ -

Protein  Normal/  Normal Normal

Glukosa  Normal  Normal Normal

Gram Positif Negatif Negatif Negatif Negatif


/Rapid T.
Meningococcal Infection
• Acute systemic meningococcal disease is most frequently manifest by three
syndromes:
– Meningitis
– Meningitis with accompanying meningococcemia
– Meningococcemia without clinical evidence of meningitis
• The typical initial presentation of meningitis due to N. meningitidis consists
of the sudden onset of fever, nausea, vomiting, headache, decreased ability
to concentrate, and myalgias
• Nonspecific symptoms common to many self-limiting viral illnesses (eg,
fever, headache, loss of appetite, nausea, vomiting, and upper respiratory
symptoms, such as sore throat and coryza) were the earliest clinical
symptoms.
• The first classic symptom of meningococcal disease was rash, which
sometimes evolved from nonspecific to petechial to hemorrhagic over
several hours (in 42 to 70 percent of cases).
Pediatric Bacterial Meningitis
Treatment
• Treatment:
– Supportive therapy: Fluid and electrolyte management
– Antimicrobial therapy
– Dexamethasone may help decrease the inflammatory response &
prevent hearing loss.
– Increased intracranial pressure (ICP) can be treated with mannitol.
– Anticonvulsant
• Prophylaxis:
– Hib Vaccine  prevention of Hemophilus Influenza type b meningitis
– PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine)  prevention of S. Pneumonia
meningitis
– Meningococcal vaccine  prevention of N. meningitidis meningitis
Soal no.115
• Bayi baru lahir dari usia kehamilan 30 minggu.
Sebelumnya ibu pasien disuntik steroid. Hal
ini dikarenakan steroid dapat 'meningkatkan
surfaktan'. Apa yang dipengaruhi oleh
surfaktan?
Soal no.115
a. Tegangan alveolus
b. Tegangan intramural
c. Tegangan bronkus
d. Tegangan vaskular
e. Tegangan bronkiolus

• Jawaban: A. Tegangan alveolus


Asfiksia Neonatal

Mathai SS. Management of respiratory distress in the newborn. MJAFI 2007; 63: 269-72.
• Penyakit membran hialin RESPIRATORY DISTRESS
(PMH) merupakan gangguan SYNDROME (Hyaline
pernapasan yang disebabkan membrane disease)
imaturitas paru dan defisiensi
surfaktan, terutama terjadi
pada neonatus usia gestasi <34
minggu atau berat lahir <1500
gram
• Etiology:
– Defisiensi surfaktan (produksi
dan sekresi menurun)
• Surfactant
– Berperan untuk pengembangan
alveolus
– Komposis utama surfaktan :
• dipalmitoyl phosphatidylcholine
(lecithin)
• Phosphatidylglycerol
• apoproteins (surfactant proteins
SP-A, -B, -C, -D)
• Cholesterol

Hyaline Membrane Disease (Respiratory Distress Syndrome). Nelson Textbook of http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/010/102


Pediatrics 91-0550x0475.jpg
Pneumosit sebagai Penghasil
Surfaktan
• Pada dinding alveolus dibedakan atas 2
macam sel:
– sel epitel gepeng ( squamous pulmonary epitheal
atau sel alveolar kecil atau pneumosit tipeI).
– sel kuboid yang disebut sel septal atau alveolar
besar atau pneumosit tipe II.
• Menghasilkan surfaktan untuk menurunkan tegangan
permukaan dan mempertahankan bentuk dan besar
alveolus
Tatalaksana HMD
• Endotracheal (ET) tube
• Continuous positive airway pressure (CPAP)
• Surfactant replacement
• Broad spectrum antibiotic (Ampicillin) stop if there is no proof
of infection
• Corticosteroid  reduced overall incidence of death or chronic lung
disease
– Early Postnatal Corticosteroids (<96 hours)  not suggested because
risk> benefit (CP, development delay, Hyperglicemia, hypertension, GI
bleeding)
– Moderately Early Postnatal Corticosteroids (7-14 days)  not
suggested because risk> benefit
– Delayed Postnatal Corticosteroids (> 3 weeks)  can be used for
ventilator dependant infants in whom it is felt that steroids are
essential to facilitate extubation.
Soal no.116
• Anak Hajime Ippon, 3 tahun, datang dengan
kelumpuhan ekstremitas kiri. Sebelumnya
pasien demam selama 1 minggu. Kelumpuhan
bersifat flaccid. Status imunisasi pasien tidak
lengkap. Vaksin yang sebaiknya diberikan
untuk pencegahan penyakit di atas, diberikan
melalui...
Soal no.116
a. Per oral
b. IM anterolateral paha
c. IV
d. Intracutan
e. IM gluteal

• Jawaban: A. Per oral


116. Imunisasi
Jadwal Imunisasi Anak Usia 0 – 18 Tahun
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2017
Usia
Imunisasi Bulan Tahun
Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6 7 8 9 10 12 18
Hepatitis B 1 2 3 4
Polio 0 1 2 3 4
BCG 1 kali
DTP 1 2 3 4 5 6 (Td/Tdap) 7 (Td)
Hib 1 2 3 4
PCV 1 2 3 4
Rotavirus 1 2 3a
Influenza Ulangan 1 kali setiap tahun
Campak 1 2 3
MMR 1 2
Tifoid Ulangan setiap 3 tahun
Hepatitis A 2 kali, interval 6 – 12 bulan
Varisela 1 kali
HPV 2 atau 3 kalib
Japanese encephalitis 1 2
Dengue 3 kali, interval 6 bulan

Keterangan 5. Vaksin pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan;
Cara membaca kolom usia : misal 2 berarti usia 2 bulan (60 hari) s.d. 2 bulan 29 hari (89 hari) dan pada usia lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal
Rekomendasi imunisasi berlaku mulai Januari 2017 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
Dapat diakses pada website IDAI (http:// idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai.html) 6. Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis
a
Vaksin rotavirus monovalen tidak perlu dosis ke-3 (lihat keterangan) pertamaatidk diberikan pada usia > 15 minggu), dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhir
b
Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi pemberian pada usia 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14
setara dengan 3 dosis (lihat keterangan) minggu (dosis pertamaatidk diberikan pada usia > 15 minggu), dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10
Optimal Catch-up Booster Daerah Endemis minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32 minggu.
7. Vaksineinflunz a. Vaksineinflunz a diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulangp setia tahun. Untuk imunisasi
Untuk memahami tabel jadwal imunisasi perlu membaca keterangan tabel pertama kali (primary immunizatio
n ) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4
1. Vaksin hepatiti s B (HB). Vaksin HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir minggu. Untuk anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan a atau lebih, dosis 0,5 mL.
dan didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Jadwal pemberian vaksin HB monova- 8. Vaksin campak. Vaksin campak kedua (18 bulan) tidk per l u diberikan apabila sudah mendapatkan MMR.
len adalah usia 0,1, dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobulin hepatit
i s B 9. Vaksin MMR/MR. Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan
(HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian pada pada usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan vaksin campak, maka
usia 2, 3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal pemberian pada usia 2, 4, dan 6 bulan. dapat diberikan vaksin MMR/MR.
2. Vaksin polio. Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir di sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat 10. Vaksin varisela. Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebelum masuk sekolah dasar.
bayi dipulangkan. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling se- Apabila diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
dikit harus mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan dengan pemberian OPV-3. 11. Vaksin human papiloma virus (HPV). Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga
3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, a optiml usia 2 bulan. Apabila diberikan pada kali dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan jadwal 0,2,6 bulan. Apabila diberikan pada remaja
usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antib
o d i setara dengan 3 dosis.
4. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTPw atau 12. Vaksin Japanese encephalitis (JE). Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau turis yang
DTPa atau kombinasi dengan vaksin lain. Apabila diberikan vaksin DTPa maka interval mengikuti rekomendasi vaksin akan bepergian ke daerah endemis tersebut. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun
tersebut yaitu usia 2, 4, dan 6 bulan. Untuk anak usia lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6 berikutnya.
dapat diberikan Td/Tdap pada usia 10-12 tahun dan booster Td diberikan setia p 10 t ahun. 13. Vaksin dengue. Diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0, 6, dan 12 bulan.
Vaksin Polio
• Ada 2 bentuk: OPV (oral polio vaccine) & IPV
(inactivated polio vaccine)
• Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0.
• Apabila lahir di sarana kesehatan OPV-0 diberikan saat
dipulangkan.
• Untuk polio 1,2, dan 3 dan booster diberikan OPV atau
IPV.
• Paling sedikit harus mendapat satu dosis IPV
bersamaan dengan OPV-3
• OPV iberikan sebanyak 2 tetes secara oral
• IPV is administered by intramuscular injection (IM) in a
dose of 0.5 ml into the outer part of the thigh
Vaksin Polio
• IPV is recommended in addition to the oral
vaccine.
• IPV does not replace the oral vaccine.
• Until polio is eradicated globally, OPV is still the
main preventative measure against polio.
• IPV is recommended in addition to OPV and does
not replace OPV.
• Why introduce IPV?
– Protection from type 2 poliovirus once OPV2 is
withdrawn
– Gives extra immunity for types 1 and 3 polioviruses
Soal no.117
• Anak Kotoko Mizumi, perempuan, usia 3
tahun datang dengan keluhan kejang sejak 1
hari. Ibu pasien mengatakan anaknya kejang 2
kali masing masing sekitar 15 menit dan
kejang hanya di tubuh bagian kiri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan Suhu 39.6. Lain-
lain dbn. Diagnosis yang mungkin adalah...
Soal no.117
a. KDK
b. KDS
c. Kejang parsial
d. Kejang umum
e. Epilepsi

Jawaban: A. KDK
117. Kejang demam
• Kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38 C yang
TIDAK disebabkan oleh proses intrakranial
• Mayoritas terjadi pada hari pertama sakit
• Bukan disebabkan infeksi SSP, gangguan metabolik, tidak pernah
ada riwayat kejang tanpa demam.
• Usia antara 6 bulan – 5 tahun, mayoritas usia 12-18 bulan.
• Anak berumur antara 1-6 bulan masih dapat mengalami kejang
demam, namun jarang sekali.
• Bila anak berumur kurang dari 6 bulan mengalami kejang didahului
demam, pikirkan kemungkinan lain, terutama infeksi susunan saraf
pusat.
• Bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam
rekomendasi ini melainkan termasuk
Rekomendasi dalam
Kejang Demam. 2016. IDAI kejang neonatus
Klasifikasi

Kejang • Kejang kurang dari 15 menit


demam • Kejang umum tonik-klonik
• Kejang tidak berulang
sederhana

Kejang • Kejang lebih dari 15 menit


demam • Kejang fokal, fokal menjadi umum
• Kejang berulang dalam 24 jam
kompleks
KET:
1. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam
2. Sebagian besar kejang demam sederhana berlangsung kurang dari 5 menit dan berhenti sendiri.
Tatalaksana
• Saat kejang : algoritme tatalaksana kejang akut dan SE
• Setelah kejang berhenti :
– Profilaksis atau tidak
– Profilaksis intermiten atau kontinyu
• Antipiretik:
– Tidak mengurangi risiko berulangnya kejang
– Memberikan rasa nyaman bagi pasien
– Mengurangi kekhawatiran orangtua
– Kesimpulan: dokter neurologi anak di Indonesia sepakat bahwa
antipiretik tetap dapat diberikan.
– Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali
diberikan tiap 4-6 jam.
– Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
Tatalaksana Saat Kejang
• Pada umumnya kejang berlangsung singkat (rerata 4
menit) dan pada waktu pasien datang, kejang sudah
berhenti.
• Apabila saat pasien datang dalam keadaan kejang, obat
yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah
diazepam intravena.
• Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg
perlahan-lahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau
dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10 mg.
• Secara umum, penatalaksanaan kejang akut mengikuti
algoritma kejang pada umumnya.
Tatalaksana Saat Kejang
• Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua di rumah
(prehospital)adalah diazepam rektal.
– Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk
anak dengan berat badan kurang dari 12 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih
dari 12 kg.
• Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5
menit.
• Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang,
dianjurkan ke rumah sakit.
• Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena.
• Jika kejang masih berlanjut, lihat algoritme tatalaksana status epileptikus.
• Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari
indikasi terapi antikonvulsan pro laksis.
Soal no.118
• Seorang anak usia 6 tahun dibawa ibunya ke
puskesmas dengan keluhan batuk berdahak
sejak 1 minggu yang lalu, dahak sulit
dikeluarkan karena kental. Terapi yang tepat
ialah...
Soal no.118
a. Mukolitik
b. Ekspektoran
c. Kortikosteroid
d. Antibiotik
e. Antitusif

• Jawaban: A. Mukolitik
118. Types of cough

COUGH

Non Productive (Dry) Productive (Tenacious)


It is characterized by presence of
cough is considered as serving
excessive sputum and may be
no useful purpose, rather it
associated with conditions such as
increased discomfort to the
chronic bronchitis and
patient.
bronchiectasis.
Type of Active ingredient(s) in
About the medicine
medicine medicine
Demulcents Demulcents are cough syrups (or cough linctus) that may suppress Sugar (sucrose) and
coughing by forming a protective layer over the throat (pharynx). glycerol
Mucolytics  Mucolytics are medications that change the biophysical Bromhexine or
properties of mucus by degrading the mucin polymers, DNA, acetylcysteine,
fibrin, or Filamentous actin (F-actin) in airway secretions, carbocysteine
generally decreasing viscosity  make it easier to cough up
mucus.
 They may help in long-term (chronic) bronchitis or chronic
obstructive pulmonary disease (COPD).
Expectorants  Expectorants are defined as medications that improve the bland aerosol,
ability to expectorate purulent secretions. oral hydration,
 Medications that increase airway water or the volume of potassium iodide or
airway secretions  increases bronchial secretions  reduce iodinated glycerol,
the thickness bronchial secretions  increasing mucus flow glyceryl guaiacolate
that can be removed more easily through coughing (guaifenesin),
 Can be used for coughs that produce mucus (productive ammonium chloride,
coughs). ammonia, sodium
citrate or ipecacuanha
Suppressants  Cough suppressants suppress the body's urge to cough. Codeine,
 Cough suppressants containing opioids: dextromethorphan,
 European Medicines Agency ruled that codeine should not dihydrocodeine,
be used to treat cough and cold in children younger than pholcodine, or
12 years. pentoxyverine
http://www.nps.org.au/medicines/respiratory-system/cough-and-cold-medicines/for-individuals/types-of-cough-medicines
Soal.119
• Anak Nakamura, laki-laki, 3 tahun, dengan
keluhan nyeri kepala. Riwayat lahir dengan
hidrosefalus dan kalsifikasi serebral.
Pemeriksaan yang dianjurkan ialah....
Soal 119
a. AB CMV
b. AB HIV
c. AB HSV
d. AB Toksoplasma
e. AB dengue

• Jawaban: D. AB Toksoplasma
119. Congenital Toxoplasmosis
• Merupakan manifestasi dari infeksi T. gondii melalui
vertical transmission
• Vertical transmision: dari ibu ke anak
• Paling mungkin terjadi jika ibu terinfeksi pada saat
gestasi,
• Kalau infeksi primer sebelum gestasi sangat jarang
bisa menularkan ke anak kecuali ibu
immunocompromised
• T. gondii memiliki 3 fase hidup, yaitu takizoit (bentuk
proliferatif), kista (berisi bradizoit, dan ookista (berisi
sporozoit).
• Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan satu
ujung runcing dan ujung lain agak membulat.
PPM IDAI 2011
Korioretinitis
Atrophic scar di
retino choroidal
Peningkatan
vaskularisasi

Trias Congenital
Hidrosefalus
Toxoplasmosis
Ventriculomegali

Kalsifikasi
PPM IDAI 2011 Intrakranial Kalsifikasi
Jones J, Lopez A, Wilson M. Congenital
toxoplasmosis. AAFP, 2013
Hidrosefalus
• Pelebaran ventrikel otak + peningkatan TIK
• Etiologi:
1. Obstruksi CSF
2. Absorbsi CSF yang menurun di vili arachnoid
3. Produksi CSF di pleksus choroid meningkat
• Tipe:
1. Non-komunikans
2. Komunikans
PPM IDAI 2011
Jones J, Lopez A, Wilson M. Congenital toxoplasmosis. AAFP, 2013
Hidrosefalus
- Gejala Klinis -
• Pertumbuhan lingkar kepala abnormal >+2 SD
• UUB masih terbuka pada anak usia > 18 bulan atau UUB membonjol
• Kelainan bentuk kepala: oksipital yang prominen, asimetri bentuk kepala,
pembesaran diameter biparietal,dan frontal boosing
• Funduskopi: papiledema jika terdapat peningkatan tekanan
intrakranial, perdarahan retina pada hidrosefalus akut, atrofi nervus
optic pada hidrosefalus kronik, korioretinitis pada infeksi toksoplasma
atau CMV.
• Kelainan saraf kranial: “sun-set appearance” dimana mata terlihat
deviasi kebawah.
• Tanda-tanda lesi upper motor neuron: hiperrefleks, klonus, spastisitas.
• Lesi di daerah tulang belakang: benjolan, dimple, hair tuft, atau
hemangioma yang merupakan tanda spina bi da.

PPM IDAI 2011


Prinsip Tatalaksana Toxoplasma
Trimester I dan IIDOC: Spiramisin 100 mg/kgBB/hari
• Ibu saat hamil selama 30-45 hari

Trimester II akhir dan IIIDOC:

Pirimetamin/sulfadiazin + leucovorin
 Pirimetamin: 100 mg di hari 1 lanjut 25-50 mg/hari
 Sulfadiazin: 4 x 1 gram/hari
 Leucovorin (asam folat): 7.5 mg/hari selama 4-6 minggu

• Anak
 Pirimetamin 1mg/kgBB/12 jam selama 2 hari dilanjutkan tiap hari sampai usia2-6 bulan,
dan 3x/minggu sampai usia 1 tahun.
 Sulfadiazin 50mg/kgBB/12jam sampai usia 1 tahun.
 Asam folat 10 mg, 3x/minggu sampai 1 minggu setelah pemberian pirimetamin
berhentiuntuk mencegah supresi sumsum tulang.
 Prednison 0,5 mg/kgBB/12jam diberikan pada infeksi susunan saraf pusat yang aktif
(protein >1g/dL), korioretinitis aktif, penglihatan yang mengancam
 Bayi dari ibu yang terinfeksi HIV dan T.gondii dapat diberikan terapi bersama
antiretroviral seperti zidovudin.
PPM IDAI 2011
Soal no.120
• Anak Shizuka, perempuan, 4 tahun, keluhan
bab cair, nyeri perut (+), darah dan lendir (-).
Makroskopis tinja darah (-), lemak (+).
Mikroskopis tinja dijumpai parasit pipih
simetris bilateral dengan flagel 4. Diagnosis
pasien ini ialah....
Soal no.120
a. Ascariasis
b. Balantidiasis
c. Ulkus peptikum
d. Amoebiasis
e. Giardiasis

• Jawaban: E. Giardiasis
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
Soal no.121
• Pasien usia 10 tahun datang dengan keluhan
diare berlemak sejak 1 minggu yang lalu.
Diare 5-6x/hari, disertai muntah-muntah.
Pasien sudah dibawa ke dokter oleh
orangtuanya, dan diberi antibiotik namun
keluhan tidak membaik. Pada pemeriksaan
mikrobiologis didapatkan bentuk seperti
layang-layang (pear shape), berinti 2.
Bagaimana cara penularan organisme di atas?
Soal no.121
a. Hand-mouth
b. Transmisi kongenital
c. Kontak seksual
d. Transfusi
e. Air borne

• Jawaban: A. Hand-mouth
120-121. Giardiasis
Anerior membulat

Trofozoit
Kista

Trofozoit:
- Pear shaped
Flagel Inti - Sepasang
nukleusseperti mata
- Pada bagian ventral
Posterior tajam terdapat alat
isapuntuk menempel
di mukosa usus
Giardiasis
• Etiologi: Giardia interstinalisdikenal sebagai Giardia
lamblia (protozoa)
Akut: berbau, mual, distensi
• Gejala klinis: abdomen, demam, tidak ada darah
dalam tinja
 Dapat asimptomatik
 Diare bisa menjadi akut/kronik
Ekskresi lemak meningkatsteatorrhea Kronik: nyeri dan distensi
• Terapi: abdomen, tinja berlendir, dan BB
turun
DOC: metronidazole 3x250 mg selama 5-7hari
(anak: 3x15 mg/kgBB selama 5 hari)
Alternatif: Tinidazole 2 gr PO SD (anak: 50 mg/kgBB
PO SD)
Soal 122
• Anak usia 8 tahun mengeluhkan lemas dan
dingin di tangan dan kaki, sebelumnya pasien
transfusi darah. Pasien merupakan penderita
talasemia. TD 50/palpasi. HR 121x/menit, RR
36x/menit, T 36,5 C. Dokter IGD memberikan
adrenalin 0,01 mg/kgBb diencerkan 1 : 1000.
Apakah tindakan selanjutnya dilakukan?
Soal 122
a. Berikan cairan koloid 20 ml/kgBB
b. Berikan adrenalin 0,01 mg/kgBB diencerkan
1: 100
c. Resusitasi jantung paru
d. Berikan difenhidramin
e. Berikan kortikosteroid

• Jawaban: D. Berikan difenhidramin
Gejala klinis Syok Anafilaktik
SYSTEM S I G N S A N D S Y M P TO M S
Fussiness, irritability, drowsiness, lethargy, reduced level of
General/CNS
consciousness, somnolence

Skin Urticaria, pruritus, angioedema, flushing

Stridor, hoarseness, oropharyngeal or laryngeal edema, uvular


Upper airway edema, swollen lips/tongue, sneezing, rhinorrhea, upper airway
obstruction

Lower airway Coughing, dyspnea, bronchospasm, tachypnea, respiratory arrest

Tachycardia, hypotension, dizziness, syncope, arrhythmias,


Cardiovascular
diaphoresis, pallor, cyanosis, cardiac arrest

Gastrointestinal Nausea, vomiting, diarrhea, abdominal pain


http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3043023/
Pharmacological management of anaphylaxis
DRUG AND ROUTE OF FREQUENCY OF PA E D I AT R I C D O S I N G
A D M I N I S T R AT I O N A D M I N I S T R AT I O N (MAXIMUM DOSE)
Immediately, then every 5–15 min as
Epinephrine (1:1000) IM 0.01 mg/kg (0.5 mg)
required
6 months to <2 years: 2.5 mg OD
Cetirizine PO Single daily dose 2–5 years: 2.5–5 mg OD
>5 years: 5–10 mg OD
Every 4–6 h as required for cutaneous
Diphenhydramine IM/IV 1 mg/kg/dose (50 mg)
manifestations
Every 8 h as required for cutaneous
Ranitidine PO/IV 1 mg/kg/dose (50 mg)
manifestations
Corticosteroids: prednisone PO
Every 6 h as required 1 mg/kg PO (75 mg) or 1 mg/kg IV (125 mg)
or methylprednisolone IV
Every 20 min or continuous for
5–10 puffs using MDI or 2.5–5 mg by
Salbutamol respiratory symptoms (wheezing or
nebulization
shortness of breath)
Every 20 min to 1 h for symptoms of
Nebulized epinephrine (1:1000) 2.5–5 mL by nebulization
upper airway obstruction (stridor)
Continuous infusion for hypotension –
Epinephrine IV (infusion) 0.1–1 μg/kg/min (maximum 10 μg/min)
titrate to effect
Bolus followed by continuous infusion – 20–30 μg/kg bolus (maximum 1 mg), then
Glucagon IV
titrate to effect infusion at 5–15 μg/min
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3043023/
Children doses for anaphylactic drug

• Continuous infusion of epinephrine (1:10,000) starting at 0.1 mg/kg per


minute up to 1 mg/kg per minute.
• Because of the risk of potentially lethal dysrhythmias, IV/IO epinephrine
(1:10,000) should be reserved for the patient with uncompensated shock.
• Other vasopressors to consider: dopamine, vasopressin, and norepinephrine.
• Glucagon should be given to the hypotensive patient who is taking b-blockers
(The intravenous dose for children weighing 20 kg or less is 0.02 to 0.03 mg/kg
up to 0.5 mg/dose; for children weighing greater than 20 kg give 1 mg/dose)
• Diphenhydramine is the intravenous H1 antihistamine of choice.
• Ranitidine (0.5 – 1 mg/kg up to 50 mg per dose) is an H2 antihistamine that
can be given intravenously with established pediatric use.
• Methylprednisolone succinate is the preferred intravenous corticosteroid and
can be given as 1 to 2 mg/kg, up to a maximum of 125 mg.
Soal no.123
• Anak perempuan usia 13 tahun dibawa ibunya
ke poliklinik dengan keluhan panas badan
terus menerus sejak 3 hari yang lalu. Demam
disertai nyeri kepala, nyeri otot terutama
tungkai, mual muntah, keluar darah dari
hidung, dan bintik-bintik merah di tungkai.
Pemeriksaan yang selanjutnya dilakukan
adalah…
Soal 123
a. Tes RL
b. Widal
c. Darah rutin
d. Apus tenggorok
e. Mantoux

Jawaban: A. Tes RL
Shock
Bleeding
Rumple leede test

• A tourniquet test used to determine the presence of


vitamin C deficiency or thrombocytopenia
• A circle 2.5 cm in diameter, the upper edge of which is
4 cm below the crease of the elbow, is drawn on the
inner aspect of the forearm, pressure midway between
the systolic and diastolic blood pressure is applied
above the elbow for 15 minutes
• Count petechiae within the circle is made:
– 10  normal
– 10-20  marginal
– more than 20  abnormal.
• Transfusi trombosit:
• Hanya diberikan pada
DBD dengan
perdarahan masif (4-5
ml/kgBB/jam) dengan
jumlah trombosit
<100.000/uL, dengan
atau tanpa DIC.
• Pasien DBD
trombositopenia tanpa
perdarahan masif tidak
diberikan transfusi
trombosit.
Soal no.124
• Ibu membawa anaknya usia 1 tahun ke dokter
dengan keluhan terdapat bercak-bercak putih
di mukosa pipi kanan dan kiri serta lidah.
Tatalaksana pasien tersebut adalah…
Soal no.124
a. Nystatin
b. Cloramphenicol
c. Amoxycillin
d. Cotrimoxazole
e. Cefadroxil

• Jawaban: A. Nystatin
124. Kandidosis Oral
JENIS KLINIS GAMBARAN KLINIS
Kandidosis Pseudomembran Akut • Plak putih serupa susu pada
(Thrush) mukosa --> Diangkat --> dasar
eritema

Kandidosis Eritematosa Atrofik • Area eritematosa pada dorsum


Akut dan Kronik lidah, palatum atau mukosa
bukal
Kandidosis Hiperplasia Kronik • Plak putih yang tidak dapat
• Kandidosis Oral Kronik diangkat
(Leukoplakia Kandida)
• Sindrom Kandidosis Endokrin
• Kandidosis Mukokutaneus
Terlokalisasi Kronis
• Kandidosis Kronik Difus
Denture Related Stomatitis • Eritema dan edema kronik
pada mukosa yang berkontak
dengan denture
Kelitis Angular • Lesi pada sudut mulut
• perih, eritema dan fissura

a
Prinsip tatalaksana

Gejala klinis DOC Keterangan

Ringan • Nistatin drops 7-14 hari Catatan:


- Dewasa: 4x400.000-600.000 U • Mild thrush –
- 1-12 bulan: 4x200.000 U Involves <50
- 1-18 tahun: sama dengan dewasa percent of the oral
mucosa and
absence of deep,
erosive lesions
• Moderate/severe
thrush – Involves
Sedang-berat Fluconazole oral 1x100-200mg/hari selama 7-14
≥50 percent of the
hari
oral mucosa or
deep, erosive
lesions
Soal no.125
• Pasien usia 8 bulan, dibawa ibunya karena
BAB mencret > 8 kali/ hari. Pasien tidak aktif,
masih mau minum, mata cekung, ubun-ubun
cekung. Terapi awal yang diberikan
berdasarkan WHO adalah…
Soal no.125
a. Pemberian zinc 10 mg
b. Pemberian zinc 20 mg
c. Pemberian antibiotik
d. Pemberian flagyl
e. Pemberian antivirus

• Jawaban: B. Pemberian zinc 20 mg


125. Diare akut
• Diare akut:
- BAB >3 kali dalam 24 jam
- Konsistensi cair
- Durasi <1 minggu

• Diare kronik: diare karena penyebab apapun dan


berlangsung ≥ 14 hari
Gejala dan tanda dehidrasi
Tanpa dehidrasi

Dehidrasi ringan-sedang
Dehidrasi berat

Terapi zinc
Soal no.126
• Seorang anak perempuan usia 12 tahun diantar
orang tuanya ke praktek dokter umum dengan
keluhan timbul benjolan dileher sejak 7 bulan
yang lalu. Dari anamnesis diketahui bahwa pasien
tinggal didaerah pegunungan, dan banyak
masyarakat di daerah itu mengalami keluhan
yang sama. Pada pemeriksaan fisis tampak
benjolan pada colli anterior, diameter 3 cm
kenyal padat. Kemungkinan penyebab keluhan
pasien diatas adalah…
Soal no.126
a. Kekurangan asupan iodium
b. Kekurangan asupan protein
c. Kekurangan asupan kalium
d. Kekurangan asupan kalsium
e. Kekurangan asupan karbohidrat

• Jawaban: A. Kekurangan asupan iodium
126. DEFISIENSI YODIUM

• Defisiensi yodium yang • Manifestasi klinis:


parah berpengaruh pada – Endemic goiter
sintesis hormon tiroid – Hipotiroid: fatigue, weight
dan/atau pembesaran gain, cold intolerance, dry
tiroid. skin, constipation, or
depression
• Spektrum Iodine deficiency – Kretinism
disorders (IDDs): endemic – Retardasi mental
goiter, hypothyroidism,
• Tx: yodium 150 mcg/day (pd
cretinism, decreased
ps. Yg tdk hamil),
fertility rate, increased
levotiroksin, radioactive
infant mortality, and mental
iodine, bedah (jika
retardation
kompresif)
DEFISIENSI YODIUM
• Recommended daily • defisiensi iodium postnatal
allowance (RDA) menurut pada bayi dan anak bisa
WHO: mengganggu perkembangan
– Adults and adolescents > 12 mental dan psikomotorik (
years - 150 mcg/day terutama kemampuan memori
– Pregnant women & Lactating dan bahasa)
women - 200 mcg/day • Retardasi mental yang
– Children aged 7-12 years - 120 disebabkan karena kekurangan
mcg/day iodium posnatal bisa bersifat
– Children aged 2-6 years – 90 reversible dengan terapi
mcg/day hormon tiroid.
– Infants – 50 mcg/day
• Retardasi mental karena
kekuraan iodium prenatal
bersifat ireversibel
Soal no.127
• Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa
oleh ibunya masuk ke UGD RS dengan keluhan
pembengkakan seluruh tubuh.
Pembengkakan ini terjadi untuk kedua kalinya.
Pembengkakan pertama terjadi tahun lalu.
Apakah diagnosa yg tepat untuk pasien ini?
Soal no.127
a. Sindroma nefrotik idiopatik
b. Sindroma nefrotik resisten kortikosteroid
c. Sindroma nefrotik relaps jarang
d. Sindroma nefrotik relaps sering
e. Sindroma nefrotik sensitive kortikosteroid

• Jawaban: C. Sindroma nefrotik relaps jarang.


127. Sindrom Nefrotik

• Sindrom nefrotik (SN) adalah suatu sindrom klinik


dengan gejala:
– Proteinuria massif (≥ 40 mg/m2 LPB/jam atau rasio
protein/kreatinin pada urin sewaktu > 2 mg/mg atau
dipstik ≥ 2+)
– Hipoalbuminemia ≤ 2,5 g/dL
– Edema
– Dapat disertai hiperkolesterolemia
• Etiologi SN dibagi 3 yaitu kongenital, primer/idiopatik,
dan sekunder (mengikuti penyakit sistemik antara lain
lupus eritematosus sistemik (LES), purpura Henoch
Schonlein)

KONSENSUS TATA LAKSANA SINDROM NEFROTIK IDIOPATIK PADA ANAK.


Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia
Nefrotik vs Nefritik
Diagnosis
• Anamnesis : Bengkak di kedua kelopak mata, perut,
tungkai atau seluruh tubuh. Penurunan jumlah urin.
Urin dapat keruh/kemerahan
• Pemeriksaan Fisik : Edema palpebra, tungkai, ascites,
edema skrotum/labia. Terkadang ditemukan hipertensi
• Pemeriksaan Penunjang : Proteinuria masif ≥ 2+, rasio
albumin kreatinin urin > 2, dapat disertai hematuria.
Hipoalbumin (<2.5g/dl), hiperkolesterolemia (>200
mg/dl). Penurunan fungsi ginjal dapat ditemukan.
Definisi pada Sindrom Nefrotik
• Remisi : proteinuria negatif atau trace (proteinuria < 4 mg/m2 LPB/jam) 3
hari berturut-turut dalam 1 minggu
• Relaps : proteinuria ≥ 2+ (proteinuria ≥ 40 mg/m2 LPB/jam) 3 hari
berturut-turut dalam 1 minggu
• Relaps jarang : relaps terjadi kurang dari 2 kali dalam 6 bulan pertama
setelah respons awal atau kurang dari 4 kali per tahun pengamatan
• Relaps sering (frequent relaps) : relaps terjadi ≥ 2 kali dalam 6 bulan
pertama setelah respons awal atau ≥ 4 kali dalam periode 1 tahun
• Dependen steroid : relaps terjadi pada saat dosis steroid diturunkan atau
dalam 14 hari setelah pengobatan dihentikan, dan hal ini terjadi 2 kali
berturut-turut
• Resisten steroid : tidak terjadi remisi pada pengobatan prednison dosis
penuh (full dose) 2 mg/kgBB/hari selama 4 minggu.

KONSENSUS TATA LAKSANA SINDROM NEFROTIK IDIOPATIK PADA ANAK.


Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia
Tatalaksana

KONSENSUS TATA LAKSANA SINDROM NEFROTIK IDIOPATIK PADA ANAK.


Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia
Tatalaksana Diet pada SN Anak
• Pemberian diit tinggi protein dianggap merupakan
kontraindikasi karena akan menambah beban glomerulus
untuk mengeluarkan sisa metabolisme protein
(hiperfiltrasi) dan menyebabkan sklerosis glomerulus.
• Bila diberi diit rendah protein akan terjadi malnutrisi energi
protein (MEP) dan menyebabkan hambatan pertumbuhan
anak.
• Jadi cukup diberikan diit protein normal sesuai dengan RDA
(recommended daily allowances) yaitu 1,5-2 g/kgbb/hari.
• Diit rendah garam (1-2 g/hari) hanya diperlukan selama
anak menderita edema.
Soal no.128
• Anak usia 8 tahun dengan keluhan gangguan
perkembangan. Antropometri tinggi 80cm,
berat badan 18 kg. Tes intelegensia IQ di
bawah rata-rata anak seusianya. Diagnosis
yang tepat adalah…
Soal no.128
a. Defisiensi insulin
b. Defisiensi tiroksin
c. Defisiensi epinefrin
d. Defisiensi metaldin
e. Defisiensi growth hormone

• Jawaban: B. Defisiensi tiroksin


128. Hipotiroid Kongenital
• Hipotiroid kongenital adalah kelainan fungsi dari kelenjar tiroid yang
didapat sejak bayi baru lahir.
• Kondisi ini dapat terjadi karena kelainan anatomi atau gangguan
metabolisme pembentukan hormon tiroid atau defisiensi iodium.
• Selama kehamilan, plasenta berperan sebagai media transportasi
elemen-elemen penting untuk perkembangan janin. Thyroid Releasing
Hormone (TRH) dan iodium – yang berguna untuk membantu
pembentukan Hormon Tiroid (HT) janin – bisa bebas melewati plasenta.
Demikian juga hormon tiroksin (T4). Namun disamping itu, elemen yang
merugikan tiroid janin seperti antibodi (TSH receptor antibody) dan obat
anti tiroid yang dimakan ibu, juga dapat melewati plasenta. Sementara,
TSH, yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan dan
produksi HT, justru tidak bisa melewati plasenta.

Pedoman skrining hipotiroid kongenital kemenkes 2014


Hipotiroid kongenital pada Anak
• Merupakan salah satu penyebab retardasi
mental yang dapat dicegah. Bila terdeteksi
setelah usia 3 bulan, akan terjadi penurunan IQ
bermakna.
• Tata laksana tergantung penyebab. Sebaiknya
diagnosis etiologi ditegakkan sebelum usia 2
minggu dan normalisasi hormon tiroid
(levotiroksin)sebelum usia 3 minggu.

Postellon DC. Congenital hypothyroidism. http://emedicine.medscape.com/article/919758-overview


Gambaran klinis
Skrining
• Pengambilan spesimen darah yang paling ideal adalah ketika umur
bayi 48 sampai 72 jam.
• Namun, pada keadaan tertentu pengambilan darah masih bisa
ditolerir antara 24–48 jam (contoh: ibu pulang paksa).
• Akan tetapi, sebaiknya darah tidak diambil dalam 24 jam pertama
setelah lahir karena pada saat itu kadar TSH masih tinggi, sehingga
akan memberikan sejumlah hasil tinggi/positif palsu (false positive).
• Jika bayi sudah dipulangkan sebelum 24 jam, maka spesimen perlu
diambil pada saat kontrol, tepatnya saat bayi berusia 48 sampai 72
jam
• Sampel darah diteteskan di kertas saring dan diperiksa di
laboratorium
• Hasil sudah bisa diperoleh dalam 1 minggu

Pedoman skrining hipotiroid kongenital kemenkes 2014


Intepretasi hasil
• Kadar TSH < 20 μU/mL berarti normal
• Jika kadar TSH antara ≥ 20 μU/mL , perlu pengambilan
spesimen ulang (resample) atau dilakukan
pemeriksaan DUPLO (diperiksa dua kali dengan
spesimen yang sama, kemudian diambil nilai rata-
rata). Bila pada hasil pengambilan ulang didapatkan:
 Kadar TSH < 20 μU/mL, maka hasil tersebut
dianggap normal.
 Kadar TSH ≥ 20 μU/mL, maka harus dilakukan
pemeriksaan TSH dan FT4 serum

Pedoman skrining hipotiroid kongenital kemenkes 2014


Tatalaksana
• Pengobatan dengan L-T4 diberikan segera setelah hasil tes
konfirmasi.
• Bayi dengan hipotiroid berat diberi dosis tinggi, sedangkan bayi
dengan hipotiroid ringan atau sedang diberi dosis lebih rendah.
• Bayi yang menderita kelainan jantung, mulai pemberian 50% dari
dosis, kemudian dinaikkan setelah 2 minggu.
Dosis levotiroksin (L-T4)

Pedoman skrining hipotiroid kongenital kemenkes 2014


Soal no.129
• Anak, 9 tahun, dibawa oleh ke puskesmas dengan
keluhan bengkak pada kedua pipi di bawah telinga
sejak 3 hari yang lalu. Bengkak terasa panas dan nyeri
saat ditekan. Keluhan disertai demam tinggi selama 3
hari, pegal-pegal, nyeri sendi, mulut terasa kering dan
pahit, dan penurunan nafsu makan. Pemeriksaan fisik
TD 120/80 mmHg, nadi 90x/ menit RR 20x/menit S
38,5oC. Status lokalis pada regio bukal sinistra et
dekstra menunjukkan pembengkakan yang
memanjang dari depan liang telinga sampai rahang
bawah berukuran 5x3x2 cm dengan konsistensi
kenyal, hangat, tidak ada makula eritem, nyeri tekan
ada. Tatalaksana pada pasien ini adalah....
Soal no.129
a. Paracetamol 3 x 500 mg
b. Amoxicilin 3 x 500 mg
c. Axiclovir 4 x 500 mg
d. Asam Mefenamat 3 x 500 mg
e. Dexametason 3 x 0.5 mg

• Jawaban: A. Paracetamol 3 x 500 mg
Mumps (Parotitis Epidemica)
• Acute, self-limited, systemic
viral illness characterized by the
swelling of one or more of the
salivary glands, typically the
parotid glands.
• Highly infectious to nonimmune
individuals and is the only cause
of epidemic parotitis.
• Taksonomi:
– Species: Mumps rubulavirus
– Genus: Rubulavirus
– Family: Paramyxoviridae
– Order: Mononegavirales
Mumps
• Salah satu penyebab parotitis • Penularan terjadi sejak 6 hari
• Satu-satunya penyebab parotitis sebelum timbulnya
yang mengakibatkan “occasional pembengkakan parotis sampai 9
outbreak” hari kemudian.
• Disebabkan oleh paramyxovirus, • Bisa tanpa gejala
dengan predileksi pada kelenjar • Masa inkubasi 12-25 hari, gejala
dan jaringan syaraf. prodromal tidak spesifik ditandai
• The transmission mode is person dengan mialgia, anoreksia,
to person via respiratory droplets malaise, sakit kepala dan demam
and saliva, direct contact, or ringan  Setelah itu timbul
fomites. pembengkakan
• Insidens puncak pada usia 5-9 unilateral/bilateral kelejar parotis.
tahun. • Gejala ini akan berkurang setelah
• Imunisasi dengan live attenuated 1 minggu dan biasanya
vaccine sangat berhasil (98%) menghilang setelah 10 hari.
Mumps
• Komplikasi : Meningitis/encephalitis, Sensorineural hearing
loss/deafness, Guillain-Barré syndrome, Thyroiditis,
Myocarditis, orchitis (terjadi pada laki-laki usia
postpubertal)
• Approximately one third of postpubertal male patients
develop unilateral orchitis.
• Prevention : Vaccinating children with MMR Jadwal IDAI
2017: jika sudah imunisasi campak 9 bulan, MMR diberikan
usia 15 bulan (interval minimal 6 bulan); jika belum
mendapat campak 9 bulan, MMR bisa diberikan usia 12
bulan
Mumps Treatment
• Conservative, supportive medical care is indicated for
patients with mumps.
• No antiviral agent is indicated, as mumps is a self-
limited disease.
• Encouraging oral fluid intake
• Refrain from acidic foods and liquids as they may cause
swallowing difficulty, as well as gastric irritation.
• Analgesics (acetaminophen, ibuprofen)
• Topical application of warm or cold packs to the
swollen parotid may soothe the area.
Soal no.130
• Seorang bayi yang baru lahir melalui operasi
SC ec solution plasenta, mendapatkan O2
100% per ETT. Bayi tersebut tampak
mengalami gangguan perfusi, heart rate 54
x/mnt. Apakah yang saudara berikan untuk
life saving bayi tersebut?
Soal no.130
a. Bolus albumin
b. Epinefrin intratekal
c. Kompresi
d. Infus Natrium bikarbonat
e. Nalokson hidroklorat IM

• Jawaban: C. Kompresi
130. Resusitasi
Neonatus
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
Soal 131
• Anak, 5 tahun, demam sulit menelan. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan ulseratif di
tenggorokan, gusi, dan lidah. Vesikel tampak
di telapak tangan dan kaki. Penyebab pada
kasus ini adalah…
Soal 131
a. Echovirus
b. Rhinovirus
c. Herpes virus
d. Varicella virus
e. Coxsackievirus A

• Jawaban: E. Coxsackievirus A
131. Hand-Foot-Mouth
Disease
• Hand-foot-and-mouth disease (HFMD) is an acute viral
illness that presents as a vesicular eruption in the mouth,
but it can also involve the hands, feet, buttocks, and/or
genitalia.
• Coxsackievirus A type 16 (CVA16) is the etiologic agent
involved in most cases of HFMD
– Physical findings: Initially, macular lesions appear on the
buccal mucosa, tongue, and/or hard palate ; rapidly progress
to vesicles that erode and become surrounded by an
erythematoLesions may also be found on the hands, feet,
buttocks, and genitalia
– A fever of 38-39°C may be present for 24-48 hours
• Symptoms: Sore mouth or throat, Malaise, rarely,
vomiting occurs in HFMD cases caused by EV-71
Hand-Foot-Mouth Disease

• Management:
– adequate fluid intake to prevent dehydration
– Spicy or acidic substances may cause discomfort
– Intravenous hydration may be necessary if the
patient has moderate-to-severe dehydration or if
discomfort precludes oral intake
– antipyretics
– Pain treated with acetaminophen or ibuprofen
– Direct analgesia may also be applied to the oral
cavity via mouthwashes or sprays
Soal 132
• Seorang pasien laki-laki berusia 3 tahun
datang ke praktik dokter dengan keluhan gigi
bewarna kecoklatan. Pasien mempunyai
riwayat terbiasa mengkonsumsi antibiotic
karena sering sakit batuk dan pilek. Jenis
antibiotic yang menyebabkan gigi bewarna
kecoklatan adalah…
Soal 132
a. Sefalosforin
b. Tetrasiklin
c. Kotrimoksasol
d. Amoksisilin
e. Klindamicyn

• Jawaban: B. Tetrasiklin
132. Tetrasklin
• Tetracycline is a broad-spectrum antibiotic that crosses
placental barrier
• Tetrasiklin merupakan salah satu antibotik spektrum luas yang
dapat melintasi sawar darah plasenta
• Antibiotik ini memang tergolong superior, namun memiliki
beberapa efek samping, terutama pada anak-anak
• Sebagian besar efek samping ini terdapat pada organ tubuh
tulang dan juga gigi, karena pada area inilah tetrasiklin dapat
terdeposisi
• Hal ini dibuktikan dengan paparan sinar UV pada gigi milik
pasien yang mengkonsumsi tetrasiklin, yaitu terdapat
fluoresensi yang menjadi ciri khas dari molekul tetrasiklin
Venilla v et.al. Tetracycline-Induced Discoloration of Deciduous Teeth: Case Series. Journal of International Oral Health 2014; 6(3):115-119
• Mekanisme efek samping obat ini hanya terjadi pada gigi anak
yang berusia dibawah 8 tahun
• Mengapa demikian? karena pada prinsipnya selama kalsifikasi
pada anak masih berlangsung maka terjadi pertukaran ion
terutama kation.
• Obat ini akan berikatan dengan kation dan akan terdeposisi
dalam gigi membentuk tetracycline-calcium orthophosphate
complex.
• Pada awalnya complex ini hanya menyebabkan diskolorasi,
namun pada penggunaan jangka panjang dapat mengganggu
pertumbuhan gigi.
• Oleh karena itu, penggunaan obat ini tidak direkomendasikan
pada anak usia <8 tahun dan untuk penggunaan jangka panjang

Kline JM, Wietholter JP, Kline VT, Confer J. Pediatric Antibiotic Use: A Focused Review of Fluoroquinolones and Tetracyclines. US
Pharm. 2012;37(8):56-59
Soal 133
• Anak laki-laki usia 12 tahun datang dengan
keluhan batuk paroxysmal selama 2 minggu.
Dari pemeriksaan dahak ditemukan bakteri
gram negative sesuai bakteri Bordetella
pertussis. Fase/tahap dari penyakit ini yang
paling menular adalah…
Soal 133

a. Inkubasi
b. Paroxysmal
c. Katarhalis
d. Konvalesen
e. Prodromal

• Jawaban: B. Katarhalis
133. Pertusis
• Batuk rejan (pertusis) adalah penyakit akibat infeksi
Bordetella pertussis (basil gram -)
• Karakteristik : uncontrollable, violent coughing which
often makes it hard to breathe. After fits of many
coughs needs to take deep breathes which result in a
"whooping" sound.
• Anak yang menderita pertusis bersifat infeksius
selama 2 minggu sampai 3 bulan setelah terjadinya
penyakit
Guinto-Ocampo H. Pediatric pertussis. http://emedicine.medscape.com/article/967268-overview
Stadium Pertusis
• Stadium katarrhal: hidung tersumbat, rinorrhea, demam
subfebris. Sulit dibedakan dari infeksi biasa. Penularan terjadi
dalam stadium ini.
• Stadium paroksismal: Batuk paroksismal yang dicetuskan oleh
pemberian makan (bayi) dan aktivitas; fase inspiratori batuk atau
batuk rejan (inspiratory whooping); post-tussive vomiting. Dapat
pula dijumpai: muka merah atau sianosis; mata menonjol; lidah
menjulur; lakrimasi; hipersalivasi; distensi vena leher selama
serangan; apatis; penurunan berat badan
• Stadium konvalesens: gejala akan berkurang dalam beberapa
minggu sampai dengan beberapa bulan; dapat terjadi petekia
pada kepala/leher, perdarahan konjungtiva, dan terdengar crackles
difus.
Vaksin Pertusis
• Vaksin pertussis whole cell: • Untuk vaksin Td ditambahkan
merupakan suspensi kuman B. perlu booster tiap 10 tahun.
pertussis mati. • Kejadian ikutan pasca imunisasi
• Vaksin pertusis aselular adalah DTP
vaksin pertusis yang berisi – Reaksi lokal kemerahan, bengkak,
komponen spesifik toksin dari dan nyeri pada lokasi injeksi terjadi
Bordettellapertusis. pada separuh (42,9%) penerima
DTP.
• Vaksin pertussis aselular bila
– Demam
dibandingkan dengan whole-cell
– Anak gelisah dan menangis terus
ternyata memberikan reaksi lokal menerus selama beberapa jam
dan demam yang lebih ringan, pasca suntikan (inconsolable
diduga akibat dikeluarkannya crying).
komponen endotoksin dan – Kejang demam
debris. – ensefalopati akut atau reaksi
anafilaksis
Soal no.134
• Seorang ibu membawa anaknya yang berusia
1 bulan dengan keluhan terdapat bercak di
kedua pipi berwarna kemerahan. Keluhan
disertai dengan nafas berbunyi 'grok grok'
yang semakin hari semakin memberat. Pasien
sejak lahir diberi asi. Apa edukasi yang
seharusnya diberikan pada ibu pasien?
Soal 134
a. Menghentikan pemberian asi
b. Mengganti asi dengan susu terhidrolisat
c. Tidak ada kemungkinan terkena alergi susu sapi
bagi bayi yang diberikan asi
d. Tetap memberikan ASI, dan ibu melakukan diet
eliminasi
e. Mengganti ASI dengan susu formula

• Jawaban: D. Tetap memberikan ASI, dan ibu


melakukan diet eliminasi
134. Food Allergy
• Hipersensitivitas terhadap protein di dalam makanan (cth kasein & whey dari
produk sapi)
• Mekanisme pertahanan spesifik dan non-spesifik saluran cerna belum sempurna,
antigen masuk lewat saluran cerna  hipersensitivitas
• Hipersensitivitas bisa diperantarai IgE atau Tidak diperantarai IgE
• The prevalence of food allergies has been estimated to be 5-6% in infants and
children younger than 3 years and 3.7 % in adults
• Gejala:
– Anafilaktik
– Kulit: dermatitis atopik, urtikaria, angioedema
– Saluran nafas: asma, rinitis alergi
– Saluran cerna: oral allergy syndrome, esofagitis eosinofilik, gastritis eosinofilik, gastroenteritis
eosinofilik, konstipasi kronik, dll.
• Pemeriksaan: skin test, IgE serum, eliminasi diet, food challenge
• Tata laksana:
– Eliminasi makanan yang diduga mengandung alergen
– Breastfeeding, ibu ikut eliminasi produk susu sapi dalam dietnya
– Susu terhidrolisat sempurna bila susah untuk breastfeeding
Nocerino A. Protein intolerance. http://emedicine.medscape.com/article/931548-overview
Soal 135
• Bayi, 1 bulan, datang ke puskemas untuk
pemeriksaan rutin. Bayi lahir cukup bulan,
berat badan lahir 3000 gram, asi eksklusif.
Pasien anak kedua, dengan riwayat anemia
defisiensi Fe pada anak pertama. Pada
pemeriksaan bayi tampak normal, berat
badan 4100 gram, anemis (-),
hepatosplenomegali (-). Kapan waktu yang
tepat untuk skrining anemia?
Soal 135
a. Usia 1 bulan
b. Usia 3 bulan
c. Usia 6 bulan
d. Usia 9 bulan
e. Usia 12 bulan
• Jawaban: D. Usia 9 bulan
Pendekatan Anemia pada anak
• idai
Anemia Defisiensi Besi
• Serum iron concentration
– is a measurement of circulating iron (Fe³+) bound
to transferrin
– Only 0.1% of total body iron is bound to
transferrin at any one time
Diagnosis
Tatalaksana
• Fe oral
– Aman, murah, dan efektif
– Enteric coated iron tablets  tidak dianjurkan karena
penyerapan di duodenum dan jejunum
– Beberapa makanan dan obat menghambat penyerapan
• Jangan bersamaan dengan makanan, beberapa antibiotik, teh,
kopi, suplemen kalsium, susu. (besi diminum 1 jam sebelum atau 2
jam setelahnya)
• Konsumsi suplemen besi 2 jam sebelum atau 4 jam setelah
antasida
• Tablet besi paling baik diserap di kondisi asam  konsumsi
bersama 250 mg tablet vit C atau jus jeruk meningkatkan
penyerapan
Tatalaksana

– Absorbsi besi yang terbaik adalah pada saat


lambung kosong,
– Jika terjadi efek samping GI, pemberian besi dapat
dilakukan pada saat makan atau segera setelah
makan meskipun akan mengurangi absorbsi obat
sekitar 40%-50%
– Efek samping:
• Mual, muntah, konstipasi, nyeri lambung
• Warna feses menjadi hitam, gigi menghitam (reversibel)
Skrining
• The American Academyof • Pemeriksaan tersebut dilakukan
Pediatrics (AAP) dan CDC di pada populasi dengan risiko
Amerika menganjurkan tinggi:
melakukan pemeriksaan (Hb) – kondisi prematur
dan (Ht) setidaknya satu kali – berat lahir rendah
padausia 9-12 bulan dan diulang – riwayat mendapat perawatan lama
6 bulan kemudian pada usia 15- di unit neonatologi
18 bulan atau pemeriksaan – anak dengan riwayatperdarahan
tambahan setiap 1 tahun sekali – infeksi kronis
pada usia 2- 5 tahun. – etnik tertentu denganprevalens
• Pada bayi prematur atau dengan anemia yang tinggi
berat lahir rendah yang tidak – mendapat asi ekslusif tanpa
mendapat formula yang suplementasi
difortifikasi besi perlu – mendapat susu sapi segarpada
dipertimbangkan untuk usia dini
melakukan pemeriksaan Hb – dan faktor risiko sosiallain.
sebelum usia 6 bulan

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia


Suplemen Besi

Rekomendasi Ikatan Dokter Indonesia


Soal 136
• Seorang ibu membawa anaknya yang berusia
6 bulan dengan keluhan kepala anak selalu
miring ke kiri, bayi menangis kesakitan saat
ibu berusaha membenarkan posisi. Pada
pemeriksaan tampak leher sebelah kiri lebih
pendek, teraba benjolan di area
sternocleidomastoideus. Riwayat persalinan
di bidan, dan saat persalinan bahu sulit lahir.
Apa diagnosisnya?
Soal 136
a. Abses bezold
b. Fraktur clavicula
c. Torticolis
d. Fraktur humerus
e. Fraktur scapula

• Jawaban: C. Torticolis
136. Torticollis/ Wryneck

• Merupakan suatu kondisi yang menggambarkan suatu


distonia pada kepala dan leher
• Lateral twisting of the neck that causes the head to tilt
to one side with the chin turned to the opposite side
• Penampakan klinis khasnya berupa spasme pada otot
sternokleidomastoideus, trapezius, dan otot leher lain
yang lebih condong ke salah satu arah sehingga leher
tertahan pada posisi memutar atau miring
Torticollis
• Types:
– Congenital torticollis – Congenital torticollis is a
postural deformity of the neck that develops
prenatally;
• Incidence 0.3% to 2%, and 3rd most common congential
musculoskeletal anomaly after Developmental Dysplasia of
Hip (DDH) and clubfoot

– Acquired torticollis – Acquired torticollis develops


postnatally.
Patogenesis
• Congenital torticollis
Local trauma sebelum atau saat persalinanfibrosis otot
sternocleidomastoideus (SCM)otot SCM memendek

• Acquired torticollis
Trauma tumpul pada leher dan kepala atau posisi tidur
yang anehspasme otot SCM

• Abnormalitas basal gangliadisfungsi


neuronaldistonia
Congenital Torticollis
• Congenital torticollis is more common than acquired torticollis.
• Facial asymmetry (secondary plagiocephaly) is often present in children who
have congenital torticollis, but rarely in those with acquired torticollis, and is
sometimes used to distinguish the two types.

• Usually arises from muscular fibrosis of the SCM


muscle (Congenital muscular torticollis) and less
commonly from other causes like neurologic or
bony abnormalities (nonmuscular causes, e.g.
congenital scoliosis, clavicle fracture, ocular
torticollis, Arnold Chiari malformation)
• Congenital muscular torticollis is the most
common form of congenital torticollis
Management
Operative:
Nonoperative:
• The rare indications for
• Manual passive stretching of
the sternocleidomastoid
surgical management
muscle before the age of 12 include the following:
months is the most effective – 6 to 12 months of age and
mode of physical therapy continue to have
• Limited range of motion of the
• Botulinum toxin (Botox) could neck (ie, deficit in rotation of
enhance the effectiveness of >15°)
stretching, but lacking • Clinically significant
plagiocephaly or facial
evidence from studies  not asymmetry
generally recommended. – Torticollis in children older
than 12 months

Emedicine | Uptodate
Soal 137
• Bayi baru lahir dari ibu obesitas, berat badan
lahir 4120 g, GDS 35 mg/dl. Mekanisme yang
menyebabkan hipoglikemia pada bayi tersebut
adalah...
Soal 137
a. Hipoinsulin
b. Hiperplasi sel B langerhans
c. Hipertrofi sel B langerhans
d. Meningkatnya lipogenesis
e. Terhambat lipolisis

• Jawaban: B. Hiperplasia sel B langerhans
137. Hipoglikemia pada Neonatus

• Hipoglikemia adalah kondisi bayi • Insulin dalam aliran darah fetus


dengan kadar glukosa darah <45 tidak bergantung dari insulin ibu,
mg/dl (2.6 mmol/L), baik bergejala tetapi dihasilkan sendiri oleh
atau tidak
pankreas bayi
• Hipoglikemia berat (<25 mg/dl) dapat
menyebabkan palsi serebral,
• Pada Ibu DM terjadi hiperglikemia
retardasi mental, dan lain-lain dalam peredaran darah
• Etiologi uteroplasental bayi
– Peningkatan pemakaian glukosa mengatasinya melalui hiperplasia
(hiperinsulin): Neonatus dari ibu DM, sel B langerhans yang
Besar masa kehamilan, eritroblastosis
fetalis
menghasilkan insulin  insulin
– Penurunan produksi/simpanan glukosa: tinggi
Prematur, IUGR, asupan tidak adekuat
• Begitu lahir, aliran glukosa yang
– Peningkatan pemakaian glukosa: stres
perinatal (sepsis, syok, asfiksia, menyebabkan hiperglikemia tidak
hipotermia), defek metabolisme ada, sedangkan insulin bayi tetap
karbohidrat, defisiensi endokrin, dsb
tinggi  hipoglikemia
Pedoman Pelayanan Medis IDAI 2010
PPM IDAI jilid 1
Soal 138
• Anak laki-laki usia 1 bulan, tidak mau minum
ASI. Setiap minum ASI muntah, gerak tidak
aktif, lemah. Pasien lahir prematur 34 minggu
dengan BB 2400 gr, sempat di rawat 2 minggu
di bidan desa. Pada pf didapatkan tetraplegi,
hiperreflek, strabismus dan tonus otot
meningkat. Diagnosis yang tepat adalah...
Soal 138
a. Cerebral palsy
b. Distonia akut
c. Mielodisplasi
d. Spinal muscular atrophy
e. Muscular dystrophy

• Jawaban: A. Cerebral palsy


138. Cerebral Palsy
• Cerebral palsy (CP) describes a group of permanent disorders of the
development of movement and posture, causing activity limitation,
that are attributed to non-progressive disturbances that occurred in
the developing fetal or infant brain.
• The motor disorders of cerebral palsy are often accompanied by
disturbances of sensation, perception, cognition, communication,
and behaviour, by epilepsy, and by secondary musculoskeletal
problems. ”Rosenbaum et al, 2007
• Although the lesion is not progressive, the clinical manfestations
change over time
• CP is caused by a broad group of developmental, genetic,
metabolic, ischemic, infectious, and other acquired etiologies that
produce a common group of neurologic phenotypes
Behrman: Nelson Textbook of Pediatrics, 17th ed
Cerebral Palsy Risk factor
Clinical Manifestation
• CP is generally divided into several major motor syndromes
that differ according to the pattern of neurologic involvement,
neuropathology, and etiology
DDx: Acute dystonia
• Gejala ekstrapiramidal
akibat obat-obatan
neuroleptic
• Kondisi ini reversibel
• Karakteristiknya berupa
kontraksi involunter atau
spasme intermiten pada
otot-otot wajah, leher, dada,
pelvis, ektremitas, hingga
laring.
DDx: Myelodysplasia
• Kelainan hematopoiesis yang sering dijumpai pada usia
lanjut dengan karakteristik utama berupa sitopenia
• Sitopenia dapat terjadi pada 1 atau hingga 3 progenitor
myeloid, yaitu erythrocytic, granulocytic, megakaryocytic
• Gejala:
Anemia: lemas, mudah lelah
CHF pada mereka yang anemia berat
Ptekiae, ekimosis, dan epistaksis
• Pemeriksaan darah dapat menunjukkan satu sitopenia
(anemia, thrombositopenia, or neutropenia) pada fase
awal, bisitopenia (2 deficient cell lines), atau pansitopenia
(3 deficient cell lines) pada stadium lebih lanjut.
DDx: Spinal muscular atrophy
• Kelainan yang diturunkan secara autosomal resesif berupa kelemahan
progresif dari LMN
• Gejala utamanya berupa kelemahan and muscle wasting ekstremitas,
pernapasan, dan bulbar atau brainstem muscles
• Terdapat 4 tipe, yaitu
SMA type I - Acute infantile or Werdnig-Hoffman disease
 Severe, progressive muscle weakness and flaccid or reduced muscle
tone (hypotonia)
 Bulbar dysfunction includes poor suck ability, reduced swallowing,
and respiratory failure
SMA type II - Chronic infantile form
 Developmental motor delay
 SMA type III - Chronic juvenile or Kugelberg-Welander syndrome
 Slowly progressive proximal weakness
SMA type IV - Adult-onset form
 Seperti tipe 3 namun onsetnya di usia 30an
DDx: Muscular dystrophy
• Kelemahan dan penurunan massa otot secara
progresif tanpa adanya kelainan pada sistem saraf
pusat maupun perifer
• Etiologinya adalah kelainan genetik yang mengkode
dystrophin
• Dystrophin berperan untuk stabilisasi sarkolema,
kelainan pada gen yang mengkode dystrophin
menyebabkan gangguan sarkolemma berupa
bocornya komponen intraselular yang mengakibatkan
kematian sel otot secara progresif
• Salah satu bentuk terseringnya adalah Duchenne
Muscular Dystrophy
OBSTETRI &
GINEKOLOGI
Soal 139
• Seorang ibu berusia 23 tahun G1P0A0 hamil
aterm datang dengan perut mulas-mulas
sejak 2 jam yang lalu disertai keluar lendir.
Pada pemeriksaan didapatkan TFU sesuai usia
kehamilan, kepala sudah masuk PAP, DJJ baik,
his baik, pembukaan 3 cm. Bagaimana
tatalaksana pada pasien ini?
Soal 139
a. Observasi
b. Misoprostol per vaginam
c. Oksitosin drip
d. Oksitosin intramuscular
e. Sectio cesarean

• Jawaban: A. Observasi
139. Persalinan normal
Kala I (Kala Pembukaan) Yaitu kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Kala pembukaan
dibagi menjadi 2 fase, yaitu :
1. Fase laten, Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, pembukaan
serviks berlangsung perlahan dari 0 cm sampai 3 cm. Lama kala I
untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada
multigravida sekitar 8 jam. Pada pemulaan his (kontraksi)
2. Fase aktif, Kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih sering. Fase aktif
berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase :
• Periode akselerasi : berlangsung 2 jam dari pembukaan 3cm menjadi 4 cm.
• Periode dilatasi maksimal : selama 2 jam dari pembukaan 4cm berlangsung
cepat menjadi 9 cm.
• Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam dari pembukaan 9
cm menjadi 10 cm atau lengkap.
Persalinan Normal
Kala II (Kala Persalinan) adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari
pembukaan lengkap sampai bayi lahir.

Tanda dan gejala kala II adalah :


• Ibu merasakan ada dorongan untuk meneran (Doran), karena his
semakin kuat, kira-kira 2-3 menit sekali
• Terlihat ada tekanan pada anus (Teknus),
• Terlihat perineum menonjol (Perjol), akibat dorongan pada
saat meneran
• Vulva dan vagina dan spingter ani terlihat membuka (Vulka)
• Peningkatan pengeluaran lendir darah
• Kepala tela turun ke dasar panggul
• Pada primigravida berlangsung 1 ½ - 2 jam dan pada multigravida
berlangsung ½ - 1 jam.
Persalinan normal
Kala III (Kala Pengeluaran plasenta/uri)
• Segera setelah bayi lahir harus meraba bagian
perut ibu untuk memastikan tidak ada janin
kedua.
• Dalam waktu 1 – 5 menit seluruh plasenta
terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan
lahir spontan
• Seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30
menit setelah bayi lahir
• Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah kira-kira 100 – 200 cc.
Soal 140
• Wanita usia 30 tahun. G2P1A0 usia kehamilan 29
minggu datang dengan keluhan kandungan
terlihat lebih besar dari usia kehamilan
seharusnya. Riwayat anak pertama lahir normal
usia khamilan 37 mingguberat 2,9 kg. Dari
pemeriksaan fisik tinggi fundus 34 cm. USG
didapatkan DJJ (+), bayi edem anasarka, asites,
polihidroamnion. Dari pemeriksaan darah
didapatkan ibu resus negatif dan golongan darah
AB. Diagnosis pada pasien ini adalah...
Soal 140
a. Hygroma colii
b. Non imune fetal hydrops
c. Fetal disease
d. Hydrops fetal karena inkompatibilitas resus
e. Hydrops fetal kerena inkompatibilitas darah ABO

Jawaban: D. Hydrops fetal karena inkompatibilitas


resus
140. Inkompatibilitas Rhesus

• Faktor Rh: salah satu jenis antigen permukaan


eritrosit
• Inkompatibilitas rhesus: kondisi dimana wanita
dengan rhesus (-) terekspos dengan eritrosit Rh (+),
sehingga membentuk antibodi Rh
– Ketika ibu Rh (-) hamil dan memiliki janin dengan Rh (+),
terekspos selama perjalanan kehamilan melalui kejadian
aborsi, trauma, prosedure obstetrik invasif, atau kelahiran
normal
– Ketika wanita dengan Rh (-) mendapatkan transfusi darah
Rh (+)
Tes Laboratorium
• Prenatal emergency care • Postnatal emergency care
– Tipe Rh ibu – Cek tipe ABO dan Rh,
– the Rosette screening test hematokrit, Hb, serum
atau the Kleihauer-Betke bilirubin, apusan darah,
acid elution test bisa dan direct Coombs test.
mendeteksi – direct Coombs test yang
alloimmunization yg positif menegakkan
disebabkan oleh fetal diagnosis antibody-induced
hemorrhage hemolytic anemia yang
– Amniosentesis/cordosente menandakan adanya
sis inkompabilitas ABO atau
Rh

http://emedicine.medscape.com/article/797150
Tatalaksana
• Jika sang ibu hamil Rh – dan belum tersensitisasi,
berikan human anti-D immunoglobulin (Rh IgG atau
RhoGAM)
• Jika sang ibu sudah tersensitisasi, pemberian Rh IgG
tidak berguna
• Jika bayi telah lahir dan mengalami inkompatibilitas,
transfusi tukar/ foto terapi tergantung dari kadar
bilirubin serum, rendahnya Ht, dan naiknya
reticulocyte count

http://emedicine.medscape.com/article/797150
Inkompatibilitas ABO
• Terjadi pada ibu dengan • Gejala yang timbul adalah
golongan darah O terhadap ikterik, anemia ringan, dan
janin dengan golongan peningkatan bilirubin
darah A, B, atau AB serum.
• Tidak terjadi pada ibu gol A • Lebih sering terjadi pada
dan B karena antibodi yg bayi dengan gol darah A
terbentuk adalah IgM yg tdk dibanding B, tetapi
melewati plasenta, hemolisis pada gol darah
sedangkan 1% ibu gol darah tipe B biasanya lebih berat.
O yang memiliki titer • Inkompatibilitas ABO jarang
antibody IgG terhadap sekali menimbulkan hidrops
antigen A dan B, bisa fetalis dan biasanya tidak
melewati plasenta separah inkompatibilitas Rh
I N K O M PAT I B I L I TA S A B O I N K O M PAT I B I L I TA S R H
Tidak memerlukan proses sensitisasi Butuh proses sensitisasi oleh kehamilan RH +
oleh kehamilan pertama karena sdh pertama karena ibu blm punya antibodi.
terbentuk IgG. Dapat terjadi pada Terjadi pada anak ke dua atau lebih
anak 1
Inkompatibilitas ABO jarang sekali
Gejala biasanya lebih parah jika
menimbulkan hidrops fetalis dan
dibandingkan dengan inkompatibilotas ABO,
biasanya tidak separah
bahkan hingga hidrops fetalis
inkompatibilitas Rh
Risiko dan derajat keparahan meningkat
seiring dengan kehamilan janin Rh (+)
Risiko dan derajat keparahan tidak berikutnya, kehamilan kedua menghasilkan
meningkat di anak selanjutnya bayi dengan anemia ringan, sedangkan
kehamilan ketiga dan selanjutnya bisa
meninggal in utero

apusan darah tepi memberikan pada inkompatibilitas Rh banyak ditemukan


gambaran banyak spherocyte dan eritoblas dan sedikit spherocyte
sedikit erythroblasts
Fetal Hydrops
• Fetal hydrops is an abnormal, generalized
increase in interstitial fluid (edema) occurring
prenatally and may be observed at any gestation
from first trimester to term
• Classification :
– Minor fetal hydrops is very common, particularly
among preterm neonates,and is often unexplained
– Major or severe fetal hydrops : defined as generalized
edema or 5-mm subcutaneous edema in a third-
trimester fetus and accompanied by effusions in at
least one body cavity
Clinical Presentation
• First trimester of pregnancy :
– hydrops is observed incidentally in spontaneous abortions, during routine
ultrasound scanning, and in scans prior to chorionic villus sampling
• Second trimester :
– often presented with signs and symptoms related to intrauterine death of the
fetus.
• Third trimester :
– are discovered during the investigation of women who are “large for dates.”
– Many of these women have clinically apparent polyhydramnios or rapid-onset
preeclampsia
– premature onset of labor and third-stage complications, particularly
postpartum hemorrhage and manual removal of the edematous placenta

• In rare cases, severe fetal hydrops may be accompanied by excessive


maternal fluid retention (mirror syndrome; also known as Ballantyne
syndrome, pseudotoxemia, and maternal hydrops syndrome).
Causes and Associations of
Fetal Hydrops
• α-thalassemia is the commonest cause of fetal
hydrops and is still a major problem in Southeast
Asia
• Rhesus incompatibility
• Fetal anemia
• Chromosomal or other genetic abnormality
• Congenital anomaly (particularly cardiovascular)
• Infection
• Twin-to-twin transfusion syndrome
• Tumor
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
Soal 141
• Seorang wanita, 36 tahun, datang ke poliklinik
dengan keluhan benjolan di bibir vagina sejak
1 minggu SMRS. Benjolan teraba lunak dan
nyeri sehingga pasien merasa tidak nyaman
ketika berjalan. Keluhan juga disertai dengan
nyeri saat berhubungan seksual. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan massa di labium
minor arah jam 5. Diagnosis yang tepat
adalah...
Soal 141
a. Kista Nabothi
b. Ca serviks
c. Myoma uteri
d. Polip cerviks
e. Kista Bartholin
• Jawaban E. Kista Bartholin
141. Bartholin Cyst
• Bartholin cyst • Bartholin abscess
– If the orifice of the – An obstructed Bartholin
Bartholin duct becomes duct can become infected
obstructed, mucous and form an abscess
produced by the gland
accumulates, leading to
cystic dilation proximal to
the obstruction.
– Obstruction is often caused
by local or diffuse vulvar
edema.
– Bartholin cysts are usually
sterile and the gland is not
affected.

Uptodate.com
Clinical Presentation
• Bartholin cyst :
– Unilateral, 1-3 cm
– typically painless, and may be asymptomatic or mild pain
– Most Bartholin cysts are detected during a routine pelvic examination or by the woman
herself.
– Larger cysts  discomfort, typically during sexual intercourse, sitting, or ambulating.
– Patients may also find the presence of a cyst to be disfiguring, even in the absence of
symptoms.
– Cysts are likely to have clear or white fluid.

• Bartholin abscesses :
– typically present with such severe pain and swelling and patients are unable to walk, sit,
or have sexual intercourse.
– Abscesses have a purulent discharge that is typically yellow or green
– Fever - One-fifth of patients with abscess are febrile
– Unilateral, warm, tender, soft, or fluctuant mass in the lower medial labia majora or lower
vestibular area, occasionally surrounded by erythema (cellulitis) and edema
(lymphangitis).
– A large abscess, however, can expand into the upper labia.
– If the abscess is very close to the surface, pus may break through the thin layer of skin at a
point (pointing) and may drain spontaneously.
Treatment
• Cyst • Abscess
– No intervention is necessary – The mainstay of treatment is
for asymptomatic Bartholin I&D (Insicion and Drainage)
cysts. with placement of a Word
– A possible exception to this is catheter, under local
women age 40 years or older, anesthesia.
for whom some experts – Immediate pain relief occurs
suggest incision and drainage upon drainage of pus.
(I&D) to allow a biopsy to – Antibiotic therapy is only
exclude carcinoma. given in patients with risk
– Cysts that are disfiguring or factors or clinical findings
symptomatic are treated is indicative of a more severe
the same manner as a infection or for recurrent
Bartholin abscess. abscesses.
– Marsupialization refers to a
procedure whereby a new
ductal orifice is created.
• This is achieved by incising
the cyst/abscess and then
everting and suturing the
epithelium to the skin at the
edge of the incision.
Kista Pada Alat Reproduksi Wanita
Kista Bartholin Kista pada kelenjar bartholin yang terletak di kiri-kanan bawah
vagina,di belakang labium mayor. Terjadi karena sumbatan muara
kelenjar e.c trauma atau infeksi
Kista Nabothi (ovula) Terbentuk karena proses metaplasia skuamosa, jaringan endoserviks
diganti dengan epitel berlapis gepeng. Ukuran bbrp mm, sedikit
menonjol dengan permukaan licin (tampak spt beras)
Polip Serviks Tumor dari endoserviks yang tumbuh berlebihan dan bertangkai,
ukuran bbrp mm, kemerahan, rapuh. Kadang tangkai panjang sampai
menonjol dari kanalis servikalis ke vagina dan bahkan sampai
introitus. Tangkai mengandung jar.fibrovaskuler, sedangkan polip
mengalami peradangan dengan metaplasia skuamosa atau ulserasi
dan perdarahan.
Karsinoma Serviks Tumor ganas dari jaringan serviks. Tampak massa yang berbenjol-
benjol, rapuh, mudah berdarah pada serviks. Pada tahap awal
menunjukkan suatu displasia atau lesi in-situ hingga invasif.
Mioma Geburt Mioma korpus uteri submukosa yang bertangkai, sering mengalami
nekrosis dan ulserasi.
Soal 142
• Seorang wanita, 32 tahun, G2P1A0, hamil 12
minggu, Hb 10 g/dL, MCV dan MCHC turun.
Apakah yang seharusnya diberikan kepada
pasien ini?
Soal 142
a. Tidak perlu diberikan apa-apa
b. Beri Fe (elemental) 180 mg/hari
c. Kadar ferritin diperiksa
d. Beri vitamin C
e. Menyarankan diet makanan yang mengandung
banyak Fe

Jawaban: B. Beri Fe (elemental) 180 mg/hari


142. ANEMIA
• Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat
kekurangan sel darah merah atau hemoglobin.
• Diagnosis :
– Kadar Hb < 11 g/dl (pada trimester I dan III) atau <
10,5 g/dl (pada trimester II)

• Faktor Predisposisi :
– Diet rendah zat besi, B12, dan asam folat
– Kelainan gastrointestinal
– Penyakit kronis
– Riwayat Keluarga
Tatalaksana Umum
• Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan
pemeriksaan apusan darah tepi untuk melihat morfologi sel
darah merah.
• Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan
suplementasi besi dan asam folat.
– Tablet yang saat ini banyak tersedia di Puskesmas adalah tablet
tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 µg
asam folat.
– Pada ibu hamil dengan anemia, tablet tersebut dapat diberikan
3 kali sehari. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan
pemberian tablet sampai 42 hari pascasalin.
– Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam folat
kadar hemoglobin tidak meningkat, rujuk pasien ke pusat
pelayanan yang lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia.
• Tabel jumlah kandungan besi elemental yang
terkandung dalam berbagai jenis sediaan
suplemen besi yang beredar:
Soal 143
• Pasien P1A1 berusia 25 tahun datang dengan
keluhan tidak bisa menahan BAB. Keluhan
tidak disertai dengan demam, mual dan
muntah. Riwayat melahirkan 2 minggu lalu di
dukun beranak. Pasien didiagnosis
inkontinesia alvi oleh karena fistula
rectovaginal. Apa kemungkinan penyebab
kasus di atas?

Soal 143
a. Ruptur uterus
b. Ruptur serviks
c. Atonia Uteri
d. Robekan Perineum Totalis
e. Sisa plasenta

• Jawaban: D. Robekan Perineum Totalis


143. Fistula rektovaginal
• Derajat laserasi perineum
– I : Laserasi pada epitel vagina
atau kulit perineum saja
– II : Melibatkan kerusakan pada
otot-otot perineum, tetapi
tidak melibatkan kerusakan
sfingter ani
– III: Kerusakan pada otot
sfingter ani
• 3a : robekan <50% sfingter ani
eksterna
• 3b: robekan >50% sfingter ani
eksterna
• 3c: robekan juga meliputi
sfingter ani interna
– IV: Robekan stadium tiga
disertai robekan mukosa
rektum
Soal 144
• Ny Ani, 35 tahun, hamil 14 minggu datang
dengan keluhan perut mulas sejak 1 hari yang
lalu. Dari hasil anamnesis di dapatkan keluar
darah dari jalan lahir beserta jaringan. Tanda
vital didapatkan tekanan darah 100/60 mmHg,
nadi 88x/menit, suhu afebris. Dilakukan
pemeriksaan vagina dan didapatkan OUE terbuka
dengan adanya darah pada jalan lahir.
Tatalaksana yang paling tepat pada kasus
tersebut adalah...
Soal 144
a. Kuretase dan resusitasi
b. Kuretase
c. Observasi dengan pemberian tokolitik
d. Induksi persalinan
e. Persiapan transfusi PRC

Jawaban: B. Kuretase
Jenis Abortus
Abortus Imminens Abortus Insipiens Abortus Inkomplit

Abortus Komplit Missed Abortion


Abortus: Tatalaksana Umum
• Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
• Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik
<90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok
• Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan
tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena
kondisinya dapat memburuk dengan cepat
• Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
– Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
– Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
– Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
• Segera rujuk ibu ke rumah sakit .
• Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional
dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
• Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus
Tatalaksana Abortus Imminens
• Pertahankan kehamilan.
• Tidak perlu pengobatan khusus.
• Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan
seksual.
• Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya
pada pemeriksaan antenatal termasuk pemantauan kadar
Hb dan USG panggul serial setiap 4 minggu. Lakukan
penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi.
• Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan
USG. Nilai kemungkinan adanya penyebab lain.
Tatalaksana Abortus Insipiens
• Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu: lakukan evakuasi isi uterus (dengaan
AVM) Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera:
– Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu)
– Rencanakan evakuasi segera.
• Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
– Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi sisa hasil konsepsi dari dalam
uterus (lakukan dengan AVM).
– Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi
• Lakukan pemantauan pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi ibu
baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
• Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
• Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24
jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang.
Tatalaksana Abortus Inkomplit
• Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
mencuat dari serviks.
• Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi isi
uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah metode yang dianjurkan. Kuret tajam
sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedia. Jika evakuasi tidak dapat segera
dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
• Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl
0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu
pengeluaran hasil konsepsi.
– Lebih disarankan untuk memakai kuret tajam jika usia kehamilan >16 minggu
• Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi ibu
baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
• Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan
patologi ke laboratorium.
• Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi
urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam. BIla hasil
pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang
Tatalaksana Abortus Komplit
• Tidak diperlukan evakuasi lagi.
• Konseling untuk memberikan dukungan
emosional dan menawarkan KB pasca keguguran.
• Observasi keadaan ibu.
• Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet
sulfas ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu, jika
anemia berat berikan transfusi darah.
• Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.
Soal 145
• Perempuan, 21 tahun, G2P1A0 datang dengan
keluhan keluar cairan dari kemaluan usia
kehamilan 38 minggu. Pada pemeriksaan
dalam ditemukan pembukaan 5 cm, kontraksi
4x dalam 10 menit, lamanya 40 detik, kepala
masuk masuk PAP 3/5. Disebut apakah fase
persalinan pada ibu ini?
Soal 145
a. Kala 2
b. Kala 1 fase laten
c. Kala 1 fase aktif
d. Kala 3
e. Kala 2 memanjang

• Jawaban: C. kala 1 fase aktif


Kala Persalinan: Sifat HIS
Kala 1 awal (fase laten)
• Tiap 10 menit, amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka sampai 3 cm
• Frekuensi dan amplitudo terus meningkat

Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir


• Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4
kali / 10 menit, lama 60-90 detik (minimal 40”) . Serviks terbuka sampai lengkap
(+10cm).

Kala 2
• Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit.
• Refleks mengejan akibat stimulasi tekanan bagian terbawah menekan anus dan rektum

Kala 3
• Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun.
Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap
menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
Kala Persalinan: Kala I
Fase Laten
• Pembukaan sampai mencapai 3 cm (8 jam)

Fase Aktif
• Pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung
sekitar 6 jam
• Fase aktif terbagi atas :
1. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4
cm.
2. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm
sampai 9 cm.
3. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai
lengkap (+ 10 cm).
Kala Persalinan: Kala II
• Dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi

• Gejala dan tanda kala II persalinan


– Dor-Ran  Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi
– Tek-Num  Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada
rektum dan/atau vaginanya.
– Per-Jol Perineum menonjol
– Vul-Ka  Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
– Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah

• Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam


(informasi objektif)
– Pembukaan serviks telah lengkap, atau
– Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
Kala Persalinan: Kala III
• Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban

• Tanda pelepasan plasenta


– Semburan darah dengan tiba-tiba: Karena penyumbatan
retroplasenter pecah saat plasenta lepas
– Pemanjangan tali pusat: Karena plasenta turun ke segmen
uterus yang lebih bawah atau rongga vagina
– Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular
(bulat): Disebabkan oleh kontraksi uterus
– Perubahan dalam posisi uterus, yaitu uterus didalam
abdomen: Sesaat setelah plasenta lepas TFU akan naik, hal ini
disebabkan oleh adanya pergerakan plasenta ke segmen
uterus yang lebih bawah
(Depkes RI. 2004. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan)
Soal 147
• Seorang wanita hamil datang untuk
melakukan persalinan. Dari hasil pemeriksaan,
didapatkan pembukaan serviks 4 cm.
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan
setiap berapa lama?
Soal 147
a. 1 jam
b. 2 jam
c. 3 jam
d. 4 jam
e. 5 jam

• Jawaban: D. 4 jam
Partograf: Umum
• Denyut jantung janin: setiap 1⁄2 jam
• Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap
1⁄2 jam
• Nadi: setiap 1⁄2 jam
• Pembukaan serviks: setiap 4 jam
• Penurunan: setiap 4 jam
• Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4
jam
• Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2-4 jam
Partograf: Pencatatan Kondisi Bayi
• Denyut jantung janin: setiap 1⁄2 jam
– DJJ Normal: 110-160 x/menit

• Menilai Air Ketuban


– U : selaput ketuban utuh (belum pecah)
– J : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban jernih
– M : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
– D : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban bercampur darah
– K : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban kering (tidak mengalir lagi)

• Molase Tulang Kepala Janin


– Semakin besar penyusupan semakin besar kemungkinan disporposi kepala panggul. Lambang yang
digunakan:
• 0: tulang –tulang kepala janin terpisah, sutura mudah dipalpasi
• 1: tulang-tulang kepa janin sudah saling bersentuhan
• 2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tapi masih bisa dipisahkan
• 3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
Partograf: Kemajuan Persalinan
• Pembukaan Serviks
– Angka pada kolom kiri 0-10  pembukaan serviks
– Menggunakan tanda X pada titik silang antara angka yang sesuai dengan temuan
pertama pembukaan serviks pada fase aktif dengan garis waspada
– Hubungan tanda X dengan garis lurus tidak terputus

• Penurunan bagian terbawah janin


– Tulisan “turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5 pada sisi yang sama
dengan angka pembukaan serviks
– Berikan tanda “●” pada waktu yang sesuai dan hubungkan dengan garis lurus.

• Garis waspada
– Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada  waspadai
kemungkinan adanya penyulit persalinan
– Jika persalinan telah berada di sebelah kanan garis bertindak yang sejajar dengan
garis waspada  perlu segera dilakukan tindakan penyelesaian persalinan

• Garis bertindak dan waktu


– Waktu mulainya fase aktif persalinan diberi angka 1-16, setiap kotak: 1 jam yang
digunakan untuk menentukan lamanya proses persalinan telah berlangsung
– Waktu aktual saat pemeriksaan merupakan kotak kosong di bawahnya yang harus
diisi dengan waktu yang sebenarnya saat kita melakukan pemeriksaan
Partograf: Kontraksi Uterus

• Terdapat lima kotak mendatar untuk kontraksi


• Pemeriksaan dilakukan setiap 30 menit, raba
dan catat jumlah dan durasi kontaksi dalam 10
menit
• Misal jika dalam 10 menit ada 3 kontraksi yang
lamanya 20 setik maka arsirlah angka tiga
kebawah dengan warna arsiran yang sesuai
untuk menggambarkan kontraksi 20 detik
(arsiran paling muda warnanya)
Partograf
• Obat-obatan dan cairan yang diberikan
– Catat obat dan cairan yang diberikan di kolom yang
sesuai. Untuk oksitosin dicantumkan jumlah tetesan
dan unit yang diberikan

• Kondisi Ibu
– Catat nadi ibu setiap 30 menit dan beri tanda titik
pada kolom yang sesuai. Ukur tekanan darah ibu tiap
10 menit dan beri tanda ↕ pada kolom yang sesuai.
Temperatur dinilai setiap dua jam dan catat di tempat
yang sesuai

• Volume urine, protein dan aseton


– Lakukan tiap 2 jam jika memungkinkan
Soal 147-148
147. Wanita, 30 tahun, datang ke praktek dokter
umum untuk berkonsultasi. Sejauh ini pasien
telah menggunakan alat kontrasepsi pil KB yang
berjumlah 28 butir tetapi dua hari yang lalu
pasien lupa meminumnya dan tadi malam telah
melakukan hubungan intim. Apakah saran yang
dapat diberikan?
Soal 147
a. Langsung minum 1 obat pil KB & minum pil KB rutin
b. Langsung minum 2 obat pil KB untuk 2 hari berturut-
turut dan selanjutnya melanjutkan pil KB rutin
c. Melakukan tes kehamilan
d. Menghentikan obat KB
e. Mengganti pil KB dengan strip yang baru

• Jawaban: B. Langsung minum 2 obat pil KB untuk 2


hari berturut-turut dan selanjutnya melanjutkan pil
KB rutin
Soal 148
• Seorang wanita berumur 34 tahun datang ke
Puskesmas untuk konsultasi KB. Wanita ini
menikah pada umur 30 tahun dan telah
dikaruniai dua orang anak perempuan
berumur 3 tahun dan 1 tahun. Apa jenis KB
yang cocok untuk wanita ini, dimana wanita
ini adalah seorang perokok dan menderita
hipertensi ringan?
Soal 148
a. Kondom
b. Tubektomi
c. AKDR
d. Implan
e. Pil Kombinasi

• Jawaban: C. AKDR
147-148. Konseling KB
• Prinsip pelayanan kontrasepsi saat ini adalah memberikan kemandirian
pada ibu dan pasangan untuk memilih metode yang diinginkan.
• Pemberi pelayanan berperan sebagai konselor dan fasilitator, sesuai
langkah-langkah di bawah ini.
1. Jalin komunikasi yang baik dengan ibu
– Beri salam kepada ibu, tersenyum, perkenalkan diri Anda.
– Gunakan komunikasi verbal dan non-verbal sebagai awal interaksi
dua arah.
– Tanya ibu tentang identitas dan keinginannya pada kunjungan ini.
2. Nilailah kebutuhan dan kondisi ibu
– Tanyakan tujuan ibu berkontrasepsi dan jelaskan pilihan metode
yang dapat diguakan untuk tujuan tersebut.
– Tanyakan juga apa ibu sudah memikirkan pilihan metode tertentu.

Buku pelayanan Kesehatan Ibu di Faskes Dasar dan Rujukan. 2013.


Vasektomi
Permanen
Tubektomi

IUD
Berbantu
Kondom/
Barrier
diafragma

Spermisida
Metode Sementara
Kontrasepsi
Implan
MAL
Hormonal Pil/suntik
Pantang
Alami
berkala
Kondar
Senggama
terputus
Aturan Minum Pil KB

• Pil KB Andalan diminum di hari pertama haid


• Satu tablet setiap hari pada waktu yang sama untuk
mengurangi kemungkinan efek samping
• Bila lupa minum 1 butir pil hormonal (berwarna kuning)
harus minum 2 butir pil hormonal segera setelah Anda
mengingatnya
• Apabila lupa meminum 2 butir/ lebih pil hormonal (berwarna
kuning)  minum 2 pil selama 2 hari berturut-turut dan+
gunakan kondom bila melakukan hubungan seksual atau
hindari hubungan seksual selama 7 hari
• Apabila lupa meminum 1 butir pil pengingat (berwarna putih)
maka buang pil pengingat yang terlupakan
AKDR: Profil
• Sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang (dapat
sampai 10 tahun: CuT 380A)
• Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
• Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan
• Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
• Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada
infeksi menular seksual (IMS)
• Jenis
• Copper-releasing: Copper T 380A, Nova T, Multiload 375
• Progestin-releasing: Progestasert, LevoNova (LNG-20), Mirena
• AKDR CuT-380A
• Kecil kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi
oleh kawat halus yang terbuat tembaga (Cu)
• Tersedia di Indonesia dan terdapat di mana-mana
• AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering)
Mekanisme Kerja
• Ada beberapa mekanisme cara kerja AKDR:
– Timbulnya reaksi radang radang lokal di dalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang
telah dibuahi terganggu.
– Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya implantasi.
– Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri serta merusak sperma

• Copper IUDs work by disrupting sperm motility and damaging sperm (Copper
acts as a spermicide within the uterus)
• The presence of copper increases the levels of copper ions, prostaglandins, and
white blood cells within the uterine and tubal fluids.
• Ova from copper IUD users were distinctive for being without vitellus
(abnormal) and surrounded by macrophages
• Copper can also alter the endometrial lining, this alteration can prevent
implantation
AKDR: Informasi Umum
• AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan

• AKDR bekerja dengan membuat inflamasi ringan pada rahim

• AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama


beberapa bulan pertama

• Kemungkinan terjadi perdarahan atau spotting beberapa hari setelah


pemasangan perdarahan menstruasi biasanya akan lebih lama dan lebih
banyak

• Tidak ada efek samping hormonal dari CuT-380A

• AKDR mungkin dilepas setiap saat atas kehendak kliennya

• Jelaskan pada klien jenis AKDR apa yang digunakan, kapan akan dilepas
dan berikan kartu tentang informasi semua ini
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/budi.iman/material/akdr.pdf
AKDR
Alat kecil yang dipasang dalam rahim • Rangka plastik yang lentur dengan lengan tembaga dan benang.

• Sangat efektif dan tidak tergantung pada daya ingat.


• Cara kerja utama mencegah sperma bertemu telur.
Sangat efektif dan aman • Sebagian besar ibu bisa memakai AKDR, termasuk ibu yang belum
pernah hamil.
.
Rumor yang umum:
• AKDR tidak dapat keluar dari rahim atau berjalan ke seluruh tubuh
• AKDR tidak mengganggu selama bersenggama, walaupun kadang
pasangan merasakan benangnya.
• AKDR tidak berkarat di dalam tubuh, bahkan setelah bertahun-tahun.

Dapat dicabut kapan saja Anda


inginkan • Klien bisa kembali hamil setelah AKDR dilepas.
Bekerja hingga 10 tahun, tergantung • Copper T 380 A bekerja hingga 10 tahun.
jenisnya • Harus dilepas 1 tahun setelah menstruasi terakhir pada menopause.
Dapat menambah pendarahan Efek Samping:
menstruasi atau menyebabkan kram • Biasanya kembali normal setelah 3 bulan.
Tidak melindungi dari AIDS/IMS • Untuk perlindungan terhadap AIDS/IMS, pakai juga kondom.
Yang tidak bisa memakai AKDR
Sebagian besar ibu tidak bisa memakai AKDR, jika:

• Jika ragu, pakai daftar periksa pada Tambahan 1 atau lakukan tes
Kemungkinan hamil kehamilan.
Baru saja melahirkan • Pemasangan AKDR hanya boleh dilakukan sebelum 48 jam dan
(2 – 28 hari pasca persalinan) setelah 4 minggu pasca persalinan.

Mereka yang berisiko terinfeksi IMS/HIV mencakup mereka:


Memiliki risiko IMS (termasuk HIV) • Yang mempunyai lebih dari 1 pasangan tidak selalu memakai
kondom;
• Yang memiliki pasangan dengan HIV/IMS dan tidak selalu memakai
kondom;
• Memakai jarum suntik bersama, atau pasangan memakai jarum
suntik bersama (hanya untuk HIV tetapi tidak untuk IMS)

Menstruasi yang tak biasa • Menstruasi tak biasa harus diases sebelum memasang AKDR.
Infeksi atau masalah dengan organ
• Setiap infeksi harus diobati sepenuhnya sebelum AKDR dipasang.
kewanitaan:
— IMS atau Penyakit Radang Panggul dalam 3 • Obati penyakit radang panggul ataupun IMS dan tunggu 3 bulan
bulan terakhir? sebelum memasang AKDR. Anjurkan agar pasangan juga diobati.

— HIV atau AIDS? • Jika HIV atau AIDS pakai AKDR hanya jika tidak ada metode lain
yang cocok.
— Infeksi setelah melahirkan atau keguguran
— Kanker pada organ kewanitaan atau TB • Jangan memasang AKDR jika klien memiliki kanker rahim,
panggul endometrium atau kanker indung telur; penyakit tropoblas jinak
atau ganas; tbc panggul.
Setelah pemasangan, AKDR bisa diperiksa oleh
akseptor KB sendiri.

• Kapan memeriksa?
• Satu minggu setelah pemasangan
• Kapan saja setiap selesai masa haid

• Bagaimana cara memeriksa benang?


• Cuci tangan, duduk dalam posisi jongkok, masukkan jari ke dalam vagina
dan rasakan benang AKDR di mulut rahim. Jangan menarik benangnya.
Cuci tangan setelah selesai.

• Jika tidak bisa merasakan benang, atau benang terasa lebih panjang atau
pendek secepatnya kembali ke klinik. AKDR mungkin telah terlepas dan perlu
memakai back up.
KB: Kontrasepsi Pasca Persalinan
Metode Waktu Pascapersalinan Ciri Khusus Catatan

MAL Mulai segera • Manfaat kesehatan bagi • Harus benar-benar ASI


ibu dan bayi eksklusif
• Efektivitas berkurang jika
sudah mulai suplementasi
Kontrasepsi • Jangan sebelum 6- • Akan mengurangi ASI • Merupakan pilihan terakhir
Kombinasi 8mg pascapersalinan • Selama 6-8mg bagi klien yang menyusui
• Jika tidak menyusui pascapersalinan • Dapat diberikan pada klien
dapat dimulai 3mg mengganggu tumbuh dgn riw.preeklamsia
pascapersalinan kembang bayi • Sesudah 3mg
pascapersalinan akan
meningkatkan resiko
pembekuan darah

Kontrasepsi • Bila menyusui, • Selama 6mg pertama • Perdarahan ireguler dapat


Progestin jangan mulai pascapersalinan, progestin terjadi
sebelum 6mg mempengaruhi tumbuh
pascapersalinan kembang bayi
• Bila tidak menyusui • Tidak ada pengaruh pada
dapat segera dimulai ASI
KB: Kontrasepsi Pasca Persalinan
Metode Waktu Pascapersalinan Ciri Khusus Catatan

AKDR • Dapat dipasang • Tidak ada pengaruh • Insersi postplasental


langsung terhadap ASI memerlukan petugas
pascapersalinan • Efek samping lebih terlatih khusus
sedikit pada klien yang
menyusui
Kondom/S • Dapat digunakan Tidak pengaruh terhadap Sebaiknya dengan kondom
permisida setiap saat laktasi dengan pelicin
pascapersalinan
Diafragma Tunggu sampai 6mg • Tidak ada pengaruh • Perlu pemeriksaan dalam
pascapersalinan terhadap laktasi oleh petugas

KB Alamiah • Tidak dianjurkan • Tidak ada pengaruh • Suhu basal tubuh kurang
sampai siklus haid terhadap laktasi akurat jika klien sering
kembali teratur terbangun malam untuk
menyusui
KB: Usia > 35 Tahun
Metode Catatan

Pil/suntik • Tidak untuk perokok


Kombinasi • Dapat digunakan sebagai terapi sulih hormon pada masa
perimenopause
Kontrasepsi • Dapat digunakan pada masa perimenopause (40-50 tahun)
Progestin (implan, • Dapat untuk perokok
pil, suntikan) • Implan cocok untuk kontrasepsi jangka panjang yang belum
siap dengan kontap
AKDR • Tidak terpapar pada infeksi saluran reproduksi dan IMS
• Sangat efektif, tidak perlu tindak lanjut, efek jangka panjang
Kondom • Satu-satunya metode kontrasepsi yang dapat mencegah
infeksi saluran reproduksi dan IMS
• Perlu motivasi tinggi bagi pasangan untuk mencegah
kehamilan
Kontrasepsi Benar-benar tidak ingin tambahan anak lagi
Mantap
Soal 149
• Seorang pasien perempuan 24 tahun G3P2A0
hamil 12 minggu datang ke IGD RS dengan
keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 1
hari yang lalu. Keluhan disertai rasa kram pada
perut. Pada pemeriksaan kandungan
didapatkan kontraksi uterus. Pada
pemeriksaan dalam tampak keluar flek
namun OUE tertutup. Pemeriksaan USG umur
kehamilan 12 minggu. Apa diagnosis pasien?
Soal 149
a. Abortus komplit
b. Abortus inkomplit
c. Blighted ovum
d. Abortus iminens
e. Missed abortion

• Jawaban: D. Abortus iminens
Jenis Abortus
Soal 150
• Seorang perempuan berusia 40 tahun datang
dengan keluhan keluar darah dari
kemaluannya sejak 6 bulan yang lalu. Pasien
juga mengeluhkan nyeri setelah berhubungan
seksual. Pada VT didapatkan porsio rapuh dan
mudah berdarah. Apa mikroorganisme yang
menyebabkannya?
Soal 150
a. HPV 16 dan 18
b. HIV
c. HPV 6
d. HPV 11
e. Cytomegalovirus

• Jawaban: A. HPV 16 dan 18
Kanker Serviks
• Keganasan pada serviks Faktor Risiko :
• Perubahan sel dari normal  • HPV (faktor utama) 50% oleh
pre kanker (displasia)  HPV 16 & 18
kanker • Multipartner
• Insidens : usia 40-60 tahun • Merokok
• Riwayat penyakit menular
seksual
• Berhubungan seks pertama
pada usia muda
• Kontrasepsi oral
• Multiparitas
• Status ekonomi sosial rendah
• Riwayat Keluarga
• Imunosupresi
• Defisiensi nutrien dan vitamin
Etiologi
HPV
(Human Papilloma Virus)
Terutama tipe risiko tinggi
memiliki kemampuan
untuk menonatifkan p53
dan pRb epitel serviks
berperan sebagai
penghambat
kelangsungan siklus sel.
Patofisiologi
Hubungan Seksual

HPV risiko tinggi HPV risiko rendah

Zona Transformasi Epitel


Faktor penunjang lain
Infeksi transien/jinak
Lesi kondiloma Infeksi persisten

HSIL LSIL

Integrasi gen virus ke sel inang

Kanker invasif
Kanker Serviks: Tanda dan Gejala

• Perdarahan pervaginam
• Perdarahan menstruasi lebih lama dan lebih banyak
dari biasanya
• Perdarahan post menopause atau keputihan >>
• Perdarahan post koitus
• Nyeri saat berhubungan
• Keputihan (terutama berbau busuk + darah)
• Massa pada serviks, mudah berdarah
• Nyeri pada panggul, lumbosakral, gluteus, gangguan
berkemih, nyeri pada kandung kemih dan rektum

Panduan Pelayanan Klinis Kanker Serviks, Komite Penanggulangan Kanker (KPKN) 2015
Kanker Serviks: Diagnostik

• Diagnostik
– Pelayanan primer: anamnesis dan pemeriksaan
fisik
– Pelayanan Sekunder: kuret endoserviks,
sistoskopi, IVP, foto toraks dan tulang, konisasi,
amputasi serviks
– Pelayanan Tersier: Proktoskopi

Panduan Pelayanan Klinis Kanker Serviks, Komite Penanggulangan Kanker (KPKN) 2015
Deteksi Lesi Pra Kanker
• Deteksi Lesi Pra Kanker
– Pelayanan Primer: IVA, VILI (Visual inspection with
Lugol's iodine (VILI), a.k.a Schiller's test), sitologi
pap smear
– Pelayanan Sekunder: Liquid base cytology
– Pelayanan Tersier: DNA HPV
Algoritma Diagnosis Deteksi Dini dan Tata Laksana
(Program Skrining IVA)
Deteksi Kanker Serviks: IVA
Metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
• Pemeriksaan oleh
dokter/bidan/paramedik terhadap leher
rahim yang telah diberi asam
asetat/asam cuka 3-5% secara inspekulo
dengan mata telanjang

• Lesi prakanker jaringan ektoserviks rahim


yang diolesi larutan asam asetoasetat
(asam cuka)  berubah warna menjadi
putih (acetowhite)

• Bila ditemukan lesi makroskopis yang


dicurigai kanker, pengolesan asam asetat
tidak dilakukan dan pasien segera dirujuk
ke sarana yang lebih lengkap

• Pemeriksaan IVA mempunyai


kemampuan yang hampir sama dengan
pemeriksaan sitologi dalam mendeteksi
lesi prakanker serviks
Algoritma Diagnosis Deteksi Dini dan Tata Laksana
(Program Skrining Pap Smear)
Deteksi Kanker Serviks: Pap Smear
Pap Smear
• Sampel sel-sel diambil dari luar serviks dan dari liang serviks dengan
melakukan usapan dengan spatula yang terbuat dari bahan kayu atau
plastik
• Setelah usapan dilakukan, sebuah cytobrush (sikat kecil berbulu halus,
untuk mengambil sel-sel serviks) dimasukkan untuk melakukan usapan
dalam kanal serviks
• Setelah itu, sel-sel diletakkan dalam object glass (kaca objek) dan
disemprot dengan zat untuk memfiksasi, atau diletakkan dalam botol
yang mengandung zat pengawet, kemudian dikirim ke laboratorium
untuk diperiksa
Lower 1/3 of Epithelium Middle 1/3 of Epithelium > 2/3 of Epithelium

Bethesda (NCI) squamous


LSIL HSIL HSIL
intraepithelial lesion
Cervical intraepithelial
CIN1 CIN2 CIN3
neoplasia
Reagan terminology mild moderate severe/CIS (dysplasia)
Deteksi Dini Kanker Serviks: Kolposkopi
• Kolposkopi
– Mempelajari serviks saat hasil Pap
mendeteksi sel abnormal.
– Pemeriksaan porsio, vagina dan vulva
dengan pembesaran 10-15x; untuk
menampilkan porsio, dipulas terlebih
dahulu dengan asam asetat 3-5%
– Porsio dengan kelainan (infeksi HPV
atau Neoplasia Intraepitel Serviks)
terlebih bercak putih atau perubahan
corakan pembuluh darah
– Mahal dan ketersediaan alat terbatas
 hanya digunakan untuk
pemeriksaan lanjut dari hasil tes pap
abnormal
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/24546/4/Chapter%20II.pdf
Pemeriksaan
• Biopsi Cone
Prosedur diagnostik dan terapeutik
www.optimaprep.co.id
OPTIMA MEDAN
Soal 151
• Seorang perempuan, 17 tahun, datang ke
klinik dokter dengan keluhan terlambat haid
sudah 1 bulan. Bulan yang lalu haidnya masih
normal. Siklus haid 28 hari. Pasien juga
mengeluh sering mual dan muntah setelah
makan, disertai keletihan dan pembesaran
payudara. Tanda vital dalam batas normal.
Pada pemeriksaan obstetrik didapatkan tinggi
fundus uteri 2 jari di atas sympisis.
Kesimpulan yang tepat ialah...
Soal 151
a. Usia gestasional sekitar 12 minggu
b. Usia gestasional sekitar 10 minggu
c. Ukuran uterus lebih kecil dari usia gestasional
d. Ukuran uterus cukup dengan usia gestasional
e. Ukuran uterus lebih besar dari usia gestasional

• Jawaban: E. Ukuran uterus lebih besar dari usia


gestasional
151. Taksiran usia janin
Mola Hidatidosa: Manifestasi Klinis

T I P E KO M P L I T T I P E PA R S I A L
• Perdarahan pervaginam • Seperti tipe komplit hanya
setelah amenorea lebih ringan
• Uterus membesar secara • Biasanya didiagnosis
abnormal dan menjadi lunak sebagai aborsi inkomplit/
• Hipertiroidism missed abortion
• Kista ovarium lutein • Uterus kecil atau sesuai usia
• Hiperemesis dan pregnancy kehamilan
induced hypertension
• Tanpa kista lutein
• Peningkatan hCG 100,000
mIU/mL
Mola Hidatidosa: Diagnosis
• Pemeriksaan kadar hCG 
sangat tinggi, tidak sesuai usia
kehamilan

• Pemeriksaan USG  ditemukan


adanya gambaran vesikuler atau
badai salju
– Komplit: badai salju
– Partial: terdapat bakal janin dan
plasenta

• Pemeriksaan Doppler  tidak


ditemukan adanya denyut
jantung janin
Mola Hidatidosa: Tatalaksana

Tatalaksana Kuret
• Kuretase dengan kuret tumpul  seluruh jaringan hasil kerokan di
PA
• 7-10 hari sesudahnya  kerokan ulangan dengan kuret tajam, agar
ada kepastian bahwa uterus betul-betul kosong dan untuk
memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblas yang dapat
ditemukan
Soal 152
• Perempuan, 45 tahun, (P2A2) datang ke
Puskesmas dengan keluhan haid banyak dan
tidak teratur sejak 4 bulan lalu. Apa jenis
gangguan haid pada pasien ini?
Soal 152
a. Hipermenorea
b. Polimenorea
c. Menoragia
d. Metroragia
e. Menometroragia

• Jawaban: E. Menometroragia
152. Gangguan Menstruasi
Disorder Definition
Amenorrhea Primer Tidak pernah menstruasi setelah berusia 15 tahun dengan tanda seks
sekunder, atau berusia 13 tahun tanpa menstruasi sebelumnya dan
tidak terdapat tanda-tanda perkembangan seksual sekunder

Amenorrhea Sekunder Tidak terdapat menstruasi selama 3 bulan pada wanita dengan sklus
haid teratur, atau 6 bulan pada wanita dengan siklus menstruasi tidak
teratur
Oligomenorea Menstruasi yang jarang, siklus menstruasi berada antara >35 hari
hingga 3 bulan; atau dengan perdarahan yang sangat sedikit
Polimenorea Gangguan menstruasi dimana siklus menstruasi menjadi <21 hari

Menorrhagia Perdarahan yang banyak dan memanjang pada interval menstruasi


yang teratur; volume darah yang hilang saat menstruasi 80 mL (normal
35-40 mL)
Metrorrhagia Perdarahan pada interval yang tidak teratur, biasanya diantara siklus

Menometrorrhagia Perdarahan yang banyak dan memanjang, lebih sering dibandingkan


dengan siklus normal
Abnormal uterine bleeding in nonpregnant
reproductive-age wome
Soal 153
• Ny. R, hamil datang dengan kontrol kehamilan
didapatkan dalam pemeriksaan uterus sesuai
dengan kehamilan, teraba 3 jari bagian
terbesar, balotement +3, dan DJJ didapatkan
terdengar di 2 tempat yang berbeda. Apa
faktor presdiposisi pasien ini?
Soal 153
a. Keturunan
b. Paritas
c. Induksi ovulasi
d. Ras
e. Mutasi genetik

• Jawaban: C. Induksi ovulasi
153. Kehamilan Gemelli

• Kehamilan dengan
dua janin atau lebih

• Faktor yang
mempengaruhi:
– Faktor obat-obat
konduksi ovulasi,
faktor keturunan,
faktor yang lain belum
diketahui.
Kehamilan Gemelli: Diagnosis
Anamnesis
• Ibu mengatakan perut tampak lebih buncit dari seharusnya
umur kehamilan
• Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil
• Uterus terasa lebih cepat membesar
• Pernah hamil kembar atau terdapat riwayat keturunan

Pemeriksaan Inspeksi dan Palpasi


• Kesan uterus lebih besar dan cepat tumbuhnya dari biasa
• Teraba gerakan-gerakan janin lebih banyak
• Banyak bagian-bagian kecil teraba
• Teraba 3 bagian besar janin
• Teraba 2 balotemen
Kehamilan Gemelli: Diagnosis
Pemeriksaan Auskultasi
• Terdengar dua denyut jantung janin pada 2
tempat yang agak berjauhan dengan perbedaan
kecepatan sedikitnya 10 denyut per menit

Ultrasonografi
• Terlihat 2 janin pada triwulan II, 2 jantung yang
berdenyut telah dapat ditentukan pada triwulan I
Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
– Asuhan antenatal sebaiknya dilakukan oleh dokter spesialis
obstetri dan ginekologi.
– Persalinan untuk kehamilan ganda sedapat mungkin dilakukan di
rumah sakit dengan fasilitas seksio sesarea.
– Janin pertama
• Siapkan peralatan resusitasi dan perawatan bayi.
• Pasang infus dan berikan cairan intravena.
• Pantau keadaan janin dengan auskultasi denyut jantung janin. Jika denyut
jantung janin <100 kali/menit atau >180 kali/menit, curigai adanya gawat
janin.
• Jika presentasi janin verteks, usahakan persalinan spontan dan monitor
persalinan dengan partograf.
• Jika presentasi bokong atau letak lintang, lakukan seksio sesarea.
• Tinggalkan klem pada ujung maternal tali pusat dan jangan melahirkan
plasenta sebelum janin kedua dilahirkan.
• Janin kedua atau janin berikutnya
– Segera setelah bayi pertama lahir, lakukan palpasi abdomen untuk menentukan letak
janin kedua atau berikutnya.
– Jika perlu, lakukan versi luar agar letak janin kedua memanjang.
– Periksa denyut jantung janin.
– Lakukan periksa dalam vagina untuk menentukan:
– presentasi janin kedua
• selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah
• ada tidaknya prolapsus tali pusat.
– Jika presentasi verteks:
• Pecahkan ketuban dengan klem kokher jika ketuban belum pecah.
• Periksa denyut jantung janin antara kontraksi uterus untuk menilai keadaan janin.
• Jika his tidak adekuat setelah kelahiran bayi pertama, berikan infus oksitosin dengan cara cepat untuk
menimbulkan his yang baik (tiga kontraksi dalam 10 menit, dengan lama stiap his lebih baik 40 detik).
• Jika janin tidak lahir dalam 2 jam dengan his yang baik, atau terdapat tanda-tanda gawat janin
(denyut jantung janin <100 kali/menit atau >180 kali/menit), lakukan seksio sesarea.
– Jika presentasi bokong:
• Apabila taksiran berat badan janin tidak lebih dari janin pertama dan serviks tidak mengecil,
rencanakan partus spontan.
• Jika his tidak ada atau tidak adekuat setelah kelahiran janin pertama, berikan infus oksitosin secara
cepat untuk menimbulkan his yang baik (tiga kontraksi dalam 10 menit, dengan lama setiap his lebih
dari 40 detik).
• Pecahkan ketuban dengan klem kokher jika ketuban belum pecah dan bokong sudah turun.
• Periksa denyut jantung janin di antara 2 kontraksi uterus. Jika <100 kali/menit atau >180 kali/menit,
lakukan ekstraksi bokong (lihat lampiran A.13).
• Jika persalinan per vaginam tidak mungkin, lahirkan bayi dengan seksio sesarea.
• Jika letak lintang:
– Apabila selaput ketuban utuh, lakukan versi luar.
– Jika versi luar gagal dan pembukaan lengkap dan selaput ketuban
masih utuh, lakukan versi dalam dan lanjutkan dengan ekstraksi
(lakukan versi dalam podalik).
– Dengan memakai sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi,
masukkan satu tangan ke dalam uterus dan raihlah kaki janin.
– Secara perlahan tarik janin ke bawah.
– Lanjutkan dengan ekstraksi sungsang.
– Periksa denyut jantung janin di antara his.
– Jika versi luar gagal dan versi dalam tidak dianjurkan atau gagal, segera
lakukan seksio sesarea.
– Berikan oksitosin 10 unit IM atau ergometrin 0,2 mg IM dalam waktu 1
menit setelah bayi terakhir lahir dan teruskan penanganan aktif kala III
untuk mengurangi perdarahan pascapersalinan
Soal 154
• Seorang wanita, 21 tahun, G2P1A0 kehamilan
30 minggu datang ke dokter dengan keluhan
nyeri kepala dan nyeri epigastrium, tanda vital
TD 180/110 mmHg, HR 90x/menit, RR
24x/menit, Suhu 36,7. Dijumpai proteinuria
+3. Dari pemeriksaan, sesuai usia kehamilan
dengan taksiran berat janin 2800 gram.
Apakah pengobatan yang diberikan untuk
mencegah terjadinya kejang pada pasien ini?
Soal 154
a. Lisinopril
b. Diazepam
c. MgSO4
d. Fenitoin
e. Dexamethason

• Jawaban: C. MgSO4
154. Preeklampsia
• Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi
pada kehamilan / diatas usia kehamilan 20 minggu disertai adanya
gangguan organ.
• Kebanyakan kasus preeklampsia ditegakkan dengan adanya protein
urin, namun jika protein urin tidak didapatkan, salah satu gejala dan
gangguan lain dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
preeklampsia, yaitu:
– 1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
– 2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada
kelainan ginjal lainnya
– 3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali
normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas
abdomen
– 4. Edema Paru

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tatatalaksana Preeklamsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
– 5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri
kepala, gangguan visus
– 6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi
tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta :
Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR)
atau didapatkan adanya absent or reversed end
diastolic velocity (ARDV)
Pre Eklampsia Berat
Kriteria terminasi kehamilan pada PEB
Pre Eklampsia & Eklampsia: Kejang
• Pencegahan dan Tatalaksana Kejang
– Bila terjadi kejang perhatikan prinsip ABCD
• MgSO4
– Eklampsia  untuk tatalaksana kejang
– PEB  pencegahan kejang

Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
• Syarat pemberian MgSO4: Terdapat refleks patella, tersedia
kalsium glukonas, napas> 16x/menit, dan jumlah urin
minimal 0,5 ml/kgBB/jam
Soal 155
• Seorang wanita, 30 tahun, G2P1A0 datang ke
praktek dokter umum dengan keluhan keluar
cairan berbau dari vagina sejak 12 jam yang lalu,
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
120/80 mmHg nadi 120 x/menit, napas 20
x/menit, suhu 39 derajat celcius. Pemeriksaan
obstetri tinggi fundus 30 cm, presentasi kepala,
pemeriksaan dalam porsio lunak, tidak teraba
selaput ketuban, pembukaan 1 cm, his (-). Apa
diagnosis kasus tersebut?
Soal 155
A. Infeksi intrauterine
B. Ketuban Pecah Dini
C. Endometriosis
D. Petumbuhan janin terhambat
E. Partus lama kala I fase aktif

• Jawaban: A. Infeksi intrauterin


155. Korioamnionitis
• Etiologi dan Faktor Risiko
– Infeksi ascending dari vagina (IMS, BV)
– serviks pendek
– Persalinan prematur
– Persalinan lama
– Ketuban pecah lama
– Pemeriksaan dalam yang dilakukan berulang-ulang
– Alkohol
– Rokok
• Gejala dan Tanda
– Demam > 38 C (paling sering), takikardia ibu > 100 bpm, takikardia janin >
160 bpm, cairan ketuban/keputihan purulen atau berbau, nyeri fundus
saat tidak berkontraksi, leukositosis ibu > 15.000
• Bila terdapat 2 atau lebih gejala dan tanda diatas  risiko sepsis
neonatal >>>
http://emedicine.medscape.com/article/973237-medication
Tatalaksana

• Rujuk pasien ke rumah sakit.


• Beri antibiotika kombinasi: ampisilin 2 g IV tiap 6 jam
ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam.
• Terminasi kehamilan. Nilai serviks untuk menentukan cara
persalinan:
– Jika serviks matang: lakukan induksi persalinan dengan oksitosin
– Jika serviks belum matang: matangkan dengan prostaglandin
dan infus oksitosin, atau lakukan seksio sesarea
• Jika persalinan dilakukan pervaginam, hentikan antibiotika
setelah persalinan. Jika persalinan dilakukan dengan seksio
sesarea, lanjutkan antibiotika dan tambahkan metronidazol
500 mg IV tiap 8 jam sampai bebas demam selama 48 jam.
Soal 156
• Seorang wanita usia 35 tahun G3P2A0 hamil
20 minggu datang untuk melakukan
pemeriksaan. PF ditemukan TD 130/80 mmHg,
T 37oC, HR 90x/menit, RR 20x/menit,
pemeriksaan lab didapatkan Hb 10 g/dL, Ht
31%, trombosit 200.000/mm3, leukosit 6000,
GDS 240 mg/dL, GDP 180 mg/dL. Komplikasi
yang terjadi pada janin yang dikandung pasien
adalah...
Soal 156
a. Mikrochepali
b. Mikrosomia
c. Infeksi intrauterine
d. Distosia bahu
e. Partus prematurus

• Jawaban: D. Distosia bahu


156. Diabetes pada kehamilan
• Diabetes pragestasional • Diabetes gestasional:
atau overt diabetes – Intolerasi terhadap
atau preexisting: karbohidrat dan
– Riw. gula darah tinggi diketahu pertama kali
disertai glukosuri atau saat kehamilan
ketoasidosis • Komplikasi:
– GDS > 200 mg/dl disertai – Ibu: HT, preeklampsi, DM
gejala trias 3P tipe 2
– GDP > 125 mg/dl – Janin: Makromosi,
– Insulin dependence prematuritas,
hipolglikemi
Gestasional
Diagnosis dan

Diabetes Melitus
Penatalaksanaan

Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Gestasional


dr. Arietta Pusponegoro, SpOG (K) Dept. Obstetri Ginekologi FKUI/RSUPN-CM
Disampaikan pada: Pelatihan Manajemen DMG di Fasyankes Primer 06-07 Sept. ‘17 di R.
Rapat 1 (R. Mochtar) Gd. IKK FKUI
Interpretasi Hasil
Kriteria WHO
• Diabetes Mellitus in Pregnancy
– Fasting blood glucose >= 126 mg/dL or
– 2 hr-post prandial glucose >= 200 mg/dL or
– Random blood glucose => 200 mg/dL
• Gestational Diabetes
– Fasting blood glucose 92-125 mg/dL or
– 2 hr post prandial glucose >= 153 mg/dL or
– Random blood glucose 153-199 mg/dL
GDM Treatment Scheme
GDM

FPG <130 mg/dL FPG ≥130 mg/dL


ADA
FPG ≥ 105 or
Medical nutrition
therapy (MNT) 1 week PPBG ≥ 120 mg/dL

FPG <105 and FPG>105 or


2 hr pp PG <120 2 hr pp PG >120

MNT MNT + Insulin

Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia , PERKENI 2015
Managemen Diabetes Gestasional
Managemen gaya hidup
• Pengaturan diet:
– Bb ideal : 90% x (TB-100)
– Kebutuhan kalori : BB ideal x 25 + Tingkat aktivitas
(10%-30%) + 300 kalori untuk ibu hamil
– 20%-30% tergantung status nutrisi ibu
– Protein : 1-1.5 g/kgbb
• Olahraga  150 menit / minggu
• Pengaturan berat badan
• Rutin evaluasi: tinggi fundus, USG, FDJP
Farmakoterapi Diabetes Gestasional
• Pilihan utama adalah insulin  aman bagi ibu
dan janin
• OHO tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan hipoglikemi pada janin
• Target gula darah : GDP <105 mg/dl, GDPP
<120 mg/dl

Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia , PERKENI 2015
Komplikasi DM gestasional
MATERNAL FETAL
• Hipertensi gestasional • Makrosomia
• Preeklamsia • Hipoglikemia neonatus
• SC
• Hiperbilirubinemia
• Subsequent development
of type 2 DM • Birth trauma
• Respiratory distress syndrome
• Distosia bahu
• Birth defects
• Subsequent adolescent and
childhood overweight
Soal 157
• Seorang perempuan berusia 27 tahun G1P0A0,
usia kehamilan 38 minggu dibawa ke UGD RS
dengan keluhan mules-mules seperti mau
melahirkan. Pasien mengatakan sudah keluar air
pervaginam berwarna jernih. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah 100/60, nadi
88x/menit. Pada pemeriksaan obstetri
didapatkan kontraksi tiap 2 menit, pembukaan
serviks 6 cm, selaput ketuban -, presentasi muka
dengan dagu di anterior. Apakah penatalaksanaan
yang tepat terhadap pasien ini?
Soal 157
• A. Pimpin persalinan
• B. Observasi kemajuan persalinan
• C. Disiapkan untuk operasi SC
• D. Stimulasi persalinan
• E. Ekstraksi forcep

• Jawaban: B. Observasi kemajuan persalinan


157. Persalinan normal
• Persalinan dan kelahiran dikatakan normal
jika:
– Usia kehamilan cukup bulan (37- <42 minggu)
– Persalinan terjadi spontan
– Presentasi belakang kepala
– Berlangsung tidak lebih dari 18 jam
– Tdak ada komplikasi pada ibu maupun janin
Kala Persalinan
PERSALINAN dipengaruhi 3 • PEMBAGIAN FASE / KALA
FAKTOR “P” UTAMA PERSALINAN
1. Power Kala 1
His (kontraksi ritmis otot polos Pematangan dan pembukaan
uterus), kekuatan mengejan ibu, serviks sampai lengkap (kala
keadaan kardiovaskular respirasi pembukaan)
metabolik ibu. Kala 2
2. Passage Pengeluaran bayi (kala
Keadaan jalan lahir pengeluaran)
Kala 3
3. Passanger Pengeluaran plasenta (kala uri)
Keadaan janin (letak, presentasi, Kala 4
ukuran/berat janin, ada/tidak Masa 1 jam setelah partus,
kelainan anatomik mayor) terutama untuk observasi
(++ faktor2 “P” lainnya :
psychology, physician, position)
Kala Persalinan: Sifat HIS
Kala 1 awal (fase laten)
• Tiap 10 menit, amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka sampai 3 cm
• Frekuensi dan amplitudo terus meningkat

Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir


• Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4
kali / 10 menit, lama 60-90 detik (minimal 40”) . Serviks terbuka sampai lengkap
(+10cm).

Kala 2
• Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit.
• Refleks mengejan akibat stimulasi tekanan bagian terbawah menekan anus dan rektum

Kala 3
• Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun.
Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap
menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
Letak, presentasi, posisi dan habitus
janin
• Letak
– Hubungan antara sumbu panjang fetus terhadap sumbu panjang ibu. Letak
janin yang dapat dijumpai adalah letak lintang (transverse), longitudinal dan
oblique
• Presentasi
– Bagian terbawah janin yang berada/mendekati jalan lahir
– Terdiri atas presentasi kepala, bokong, transversal, ganda, wajah dan dahi
• Posisi
– Hubungan antara bagian terbawah janin terhadap tubuh ibu. Pada presentasi
kepala yang menjadi penanda adalah vertex. Normalnya vertex berada di
bagian anterior tubuh ibu
• Habitus
– Sikap tubuh janin selama dalam uterus.
– Normalnya sikap janin adalah kepala flexi dan dagu menyentuh sternum,
punggung convex, paha melipat ke arah perut, tungkai flexi pada lutut,
Presentasi Muka
• Disebabkan oleh terjadinya ekstensi yang penuh dari kepala
janin .
• Penolong akan meraba muka, mulut , hidung dan pipi
• Etiologi: panggul sempit,janin besar,multiparitas,perut
gantung,anensefal,tumor dileher,lilitan talipusat
• Dagu merupakan titik acuan, sehingga ada presentasi muka
dengan dagu anterior dan posterior
• Sering terjadi partus lama. Pada dagu anterior kemungkinan
persalinan dengan terjadinya fleksi.

Irmansyah, Frizar. Malpresentasi dan Malposisi


Presentasi Muka

• Pada presentasi muka dengan dagu posterior


akan terjadi kesulitan penurunan karena
kepala dalam keadaan defleksi maksimal

• Posisi dagu anterior, bila pembukaan lengkap :


- lahirkan dengan persalinan spontan pervaginam
- bila kemajuan persal lambat lakukan oksitosin drip
- bila penurunan kurang lancar, lakukan forsep

Irmansyah, Frizar. Malpresentasi dan Malposisi


Soal 158
• Wanita, 28 tahun, mengeluhkan tidak
menstruasi sejak melahirkan anaknya sekitar 6
bulan yang lalu. Riwayat penyakit serius tidak
ada, pemakaian KB (-). Pasien masih menyusui
eksklusif anaknya, test kehamilan (-). Hal yang
mendasari kasus di atas adalah...
Soal 158
• A. Peningkatan Oksitosin
• B. Peningkatan Estrogen
• C. Penurunan Estrogen
• D. Penurunan Progesterone
• E. Peningkatan Progesterone

• Jawaban: C. Penurunan Estrogen


158. KB: Metode Alami
• Menghitung masa subur
– Periode: (siklus menstruasi terpendek – 18) dan (siklus menstruasi terpanjang -
11)
– Menggunakan 3 – 6 bulan siklus menstruasi

• Mengukur suhu basal


tubuh (pagi hari)
• Saat ovulasi: suhu tubuh
akan meningkat 1-2° C
KB: Metode Alami
• Metode Amenorea Laktasi • Keuntungan khusus bagi
Mekanisme: kesehatan:
– pemberian Air Susu Ibu (ASI) – Mendorong pola menyusui yang
eksklusif untuk menekan ovulasi. benar, sehingga membawa
– Metode ini memiliki tiga syarat – manfaat bagi ibu dan bayi.
yang harus dipenuhi:
• Ibu belum mengalami haid lagi
• Bayi disusui secara eksklusif dan • Risiko bagi kesehatan:
sering, sepanjang siang dan malam – Tidak ada.
• • Bayi berusia kurang dari 6 bulan
• Efek samping:
• Efektivitas: – Tidak ada.
– Risiko kehamilan tinggi bila ibu
tidak menyusui bayinya secara • Mengapa beberapa orang
benar. menyukainya:
– Bila dilakukan secara benar, risiko – Metode alamiah, mendorong
kehamilan kurang dari 1 di antara kebiasaan menyusui, dan tidak
100 ibu dalam 6 bulan setelah perlu biaya.
persalinan.
Analisis Soal
• Hisapan dari bayi merangsang pembentukan hormon
prolaktin dan menekan produksi hormon GnRH
Turunnya kadar hormon GnRH menyebabkan
turunnya produksi FSH dan LH  Tanpa adanya kedua
hormon tersebut, hormon estrogen tidak diproduksi,
sehingga tidak terjadi ovulasi  kurangnya estrogen
juga mempengaruhi fase proliferasi pada
endometrium. Tidak terjadinya ovulasi akan
menyebabkan korpus luteum tidak terbentuk,
progesteron tidak dihasilkan dan akhirnya tidak ada
menstruasi.
Soal 159
• Seorang wanita, 38 tahun, G5P4A0, dibawa
keluarganya ke UGD karena mengalami
perdarahan yang sangat banyak saat
melahirkan. Dari pemeriksaan didapatkan
uterus setinggi pusat dan lembek. Penyebab
dari kondisi tersebut adalah…
Soal 159
• A. Atonia uteri
• B. Ruptur uteri
• C. Solusio plasenta
• D. Eklampsia
• E. Syok septik

• Jawaban: A. Atonia uteri


159. Hemorrhagia Post Partum

Etiologi (4T dan I) Pemeriksaan

• Tone (tonus) – atonia uteri • Palpasi uterus


– Bagaimana kontraksi uterus dan tinggi
fundus uterus.
• Trauma – trauma traktus • Memeriksa plasenta dan ketuban:
– lengkap atau tidak.
genital • Melakukan eksplorasi kavum uteri
untuk mencari :
– Sisa plasenta dan ketuban.
• Tissue (jaringan)- retensi – Robekan rahim.
plasenta – Plasenta suksenturiata.
• Inspekulo :
– untuk melihat robekan pada serviks,
• Thrombin – koagulopati vagina dan varises yang pecah.
• Pemeriksaan laboratorium :
– periksa darah, hemoglobin, clot
• Inversio Uteri observation test (COT), dan lain-lain.
Hemorrhagia Post Partum: Diagnosis
GEJALA DAN
G E J A L A D A N TA N D A TA N D A YA N G
DIAGNOSIS
YA N G S E L A L U A D A KADANG-KADANG
ADA
• Uterus tidak teraba • Syok neurogenik Inversio uteri
• Lumen vagina terisi massa • Pucat dan limbung
• Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)
• Perdarahan segera
• Nyeri sedikit atau berat

• Sub-involusi uterus • Anemia Perdarahan


• Nyeri tekan perut bawah • Demam terlambat
• Perdarahan > 24 jam setelah persalinan. Perdarahan Endometritis atau
sekunder atau P2S. Perdarahan bervariasi (ringan atau sisa plasenta
berat, terus menerus atau tidak teratur) dan berbau (terinfeksi atau
(jika disertai infeksi) tidak)

• Perdarahan segera (Perdarahan intraabdominal dan / • Syok Robekan dinding


atau pervaginam • Nyeri tekan perut uterus (Ruptura
• Nyeri perut berat atau akut abdomen • Denyut nadi ibu cepat uteri
HPP: Tatalaksana

2 komponen utama:
1. Tatalaksana
perdarahan
obstetrik dan
kemungkinan syok
hipovolemik
2. Identifikasi dan
tatalaksana
penyebab utama
Perdarahan Postpartum: Atonia Uteri
• Merupakan penyebab tersering PPH

• Faktor Risiko dan Etiologi


– Overdistensi uterus (makrosomia, polihidramnion, gemelli dll)
– Kontraksi uterus lemah akibat persalinan lama atau induksi
– Implantasi plasenta di segmen bawah uterus
– Toksin Bakteri, hipoksia, atau hipotermia

• Tatalaksana
– Resusitasi perdarahan
– Kosongkan kandung kemih
– Oksitosin 5 IU bolus IV ATAU 20 IU dalam 1 L NS secepatnya
ATAU 10 IU IM bila akses IV sulit

• http://emedicine.medscape.com/article/275038-treatment#d12
• http://patient.info/doctor/postpartum-haemorrhage
Masase uterus segera setelah plasenta lahir (15 detik) ATONIA
UTERI:
TATALAKSANA
kompresi bimanual interna maks 5 menit

Identifikasi sumber
Jika terus berdarah, Kompresi bimanual eksterna + perdarahan lain
Infus oksitosin dalam NS** • Laserasi jalan
Infus untuk restorasi cairan & jalur obat esensial, kemudian
lahir
lanjutkan KBI
• Hematoma
parametrial
Tidak berhasil • Ruptur uteri
• Inversio uteri
• Sisa fragmen
plasenta
Rujuk; Selama perjalanan Kompresi
bimanual eksterna **Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml
Berhasil Kompresi aorta abdominalis larutan NaCl 0,9%/Ringer
Tekan segmen bawah atau aorta Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan
abdominalis; lanjutkan infus infus 20 IU 10 unitIM. Lanjutkan infus oksitosin 20
unitdalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer
oksitosin dalam 500 ml NS/RL/ jam Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit
hingga perdarahan berhenti.

Terkontrol Di rumah sakit rujukan, lakukan tindakan operatif bila kontraksi uterus tidak membaik,
dimulai dari yang konservatif. pilihan tindakan operatif yang dapat dilakukan:
B-Lynch/embolisasi arteri uterina/ Ligasi a. uterina & ovarika/ histerektomi subtotal
Transfusi Rawat & Observasi
Medikamentosa Atonia Uteri
Jenis dan Cara Oksotosin Ergometrin misoprostol
Dosis dan cara IV : 20 unit dalam 1 L IM atau IV Oral atau rectal 400
pemberian awal larutan garam (lambat):0,2mg mg
fisiologis dengan
tetesan cepat
IM: 10 unit
Dosis lanjutan IV: 10 unit dalam 1 L Ulangi 0,2 mg IM 400 mg 2 – 4 jam
larutan garam setelah 15 menit. setelah dosis awal
fisiologis dengan 40 Bila masih diperlukan
tetes/menit beri IM/IV setiap 2 -4
jam
Dosis maksimal per Tidak lebih dari 3 L Total 1 mg atau 5 Total 1200 mg atau 3
hari larutan dengan dosis dosis
oksitosin
Indikasi kontra atau Pemberian IV secara Preeklamsi, vitium Nyeri kontraksi asma
hati - hati cepat atau bolus kordis, hipertensi
Soal 160
• Seorang wanita, 27 tahun, datang ke RS
dengan keluhan nyeri pada saat haid, sejak 3
bulan terakhir, dirasakan makin nyeri, nyeri
saat berhubungan dengan suami, belum
punya anak. Pada pemeriksaan didapatkan
vagina normal, portio tertarik ke belakang,
uterus terfiksir. Diagnosis yang tepat adalah...
Soal 160
• A. Endometriosis
• B. Vulvovaginitis akut
• C. Salpingitis
• D. Adnexitis
• E. Servisitis

• Jawaban: A. Endometriosis
160. Endometriosis
• Endometriosis
– Pertumbuhan jaringan yang mirip dengan
endometrium di luar kavum uteri
• Endometriosis interna / Adenomiosis
– Endometriosis yang terdapat di dalam miometrium

• Pelvic endometriosis muncul bersamaan dengan


adenomyosis uteri pada 2–24% kasus, hal ini
menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara dua
kelainan ini
KELUHAN ENDOMETRIOSIS

INFERTILITAS NYERI

NYERI PADA ENDOMETRIOSIS

Nyeri pelvik merupakan keluhan


tersering
• Dismenorea
• Dispareunia
• Diskezia
• Disuria
Dysmenorrhea: Endometriosis
Pengertian : adanya jaringan endometrium (kelenjar atau
stroma) di luar uterus.:

Etiologi: Penyakit estrogen dependen


1. Teori transplantasi ektopik jaringan endometrium
2. Teori meteplasia jaringan selomik
3. Teori induksi

1014
Endometriosis: Gejala Klinik
• Dismenore
– Timbul beberapa saat sebelum keluarnya darah haid,
berlangsung selama menstruasi dan progresif

• Subfertilitas/infertilitas

• Dispareunia

• Abortus spontan
– Meningkat 40% dibanding wanita normal 15-25%

• Keluhan lain
– Di kolon & rektum : distensi abdomen, kostipasi
– Di ureter : obstruksi, disuri, hematuri dll
1015
Endometriosis: Pemeriksaan
• Umumnya tidak menunjukkan kelainan

• Nodul pada daerah ligamentum sakrouterina dan


kavum douglas

• Nyeri pada septum rektovagina dan pembesaran


ovarium unilateral (kistik)

• Kasus berat : uterus retroversi fiksata, pergerakan


ovarium dan tuba terbatas

http://www.nhs.uk/Conditions/Endometriosis/Pages/Treatment.aspx
Endometriosis: Pemeriksaan
• Laparoskopi : untuk biopsi lesi
• USG, CT scan, MRI

http://www.nhs.uk/Conditions/Endometriosis/Pages/Treatment.aspx
Endometriosis: Terapi
1. Operatif
2. Non-Operatif
– Anti nyeri (NSAID, aspirin, morphine, and codeine)
– Hormonal
• Pil KB
• Levonorgestrel-releasing intrauterine system
(LNG-IUS)
• Gonadotrophin-releasing hormone (GnRH)
analogues
• Progestogens (medroxyprogesterone acetate)

http://www.nhs.uk/Conditions/Endometriosis/Pages/Treatment.aspx
OPTIMA MEDAN
OPTIMA MEDAN
Soal 161
• Seorang suami istri sudah menikah selama 3
tahun dan belum mempunyai anak. Siklus haid
istri normal dan sudah dilakukan pemeriksaan
kedokter kandungan dalam batas normal. Dan
suami juga dilakukan pemeriksaan analisis
sperma dengan hasil didapatkan dengan
jumlah 3 cc, berwarna putih, bau khas, jumlah
15 juta/cc, motilitas 40%, bentuk sperma
normal, diagnosis yang paling mungkin
adalah…
Soal 161
• A. Azospermia dan teratosperma
• B. Azospermia dan astenospermia
• C. Azosperma dan oligospermia
• D. Oligospermia dan astenospermia
• E. Oligospermia dan teratospermia

• Jawaban: D. Oligospermia dan astenospermia


• Asthenozoospermia is the medical term for
reduced sperm motility: the percentage of
progressively motile sperm is below 32%.
• Causes of asthenozoospermia are insufficient
liquefaction, autoantibodies, inflammation
and disorders of the sperm tails.
• Causes of false-negative asthenozoospermia
are cold sperm, old sperm or sperm collection
with contamination (e.g. soap).
WHO laboratory manual for the Examination and processing of human semen 5th ed. 2010
Sperma Abnormal

• Azoospermia: tidak terdapat sperma hidup dalam cairan


sperma dalam cairan ejakulat ejakulat
• Oligospermia: jumlah sperma • Astenozoospermia: motilitas <
kurang dari 20 juta per ml normal
cairan ejakulat • Teratozoospermia: morfologi
abnormal
• Necrozoospermia: tidak ada
Soal 162
• Wanita G2P1A0 usia kehamilan 28 minggu datang
dengan keluhan demam menggigil 7 hari disertai
nyeri kepala, mual, muntah dan disertai nyeri
pada tulang. Demam sekarang berangsur
menurun. Pasien baru saja pulang dari Maluku.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80
mmHg, nadi 104x/menit, napas 17x/menit, dan
suhu 40oC. Apakah diagnosis yang tepat?

• A. Demam tifoid
• B. Demam dengue
• C. Malaria
• D. Leptospirosis
• E. Chikungunya

• Jawaban: C. Malaria
162. Malaria dalam Kehamilan
• Ditemukan parasit pada darah maternal dan darah plasenta

• Pengaruh pada Janin


– IUFD, abortus, prematur, BBLR, malaria placenta, malaria
kongenital, lahir mati

• Gambaran klinis pada wanita hamil


– Non imun: ringan sampai berat
– Imun : tidak timbul gejala  tidak dapat didiagnosa klinis
Kemoprofilaksis Malaria dalam Kehamilan
WHO: Dosis terapeutik anti malaria untuk semua wanita hamil di daerah
endemik malaria pada kunjungan ANC pertama, kemudian diikuti
kemoprofilaksis teratur. Pengobatan malaria di Indonesia hanya
memakai klorokuin untuk kemoprofilaksis pada kehamilan.

Perlindungan dari gigitan nyamuk, kontak antara ibu dengan vektor dapat dicegah
dengan:
• Memakai kelambu yang telah dicelup insektisida (misal: permethrin)
• Pemakaian celana panjang dan kemeja lengan panjang
• Pemakaian penolak nyamuk (repellent)
• Pemakaian obat nyamuk (baik semprot, bakar dan obat nyamuk listrik)
• Pemakaian kawat nyamuk pada pintu-pintu dan jendela-jendela
Penatalaksanaan Umum
1. Perbaiki keadaan umum penderita (pemberian cairan dan perawatan
umum)

2. Monitoring vital sign setiap 30 menit (selalu dicatat untuk mengetahui


perkembangannya), kontraksi uterus dan DJJ juga harus dipantau

3. Jaga jalan nafas untuk menghindari terjadinya asfiksia, bila perlu beri
oksigen

• Pemberian antipiretik untuk mencegah hipertermia

• Parasetamol 10 mg/kgBB/kali, dan dapat dilakukan kompres

• Jika kejang, beri antikonvulsan: diazepam 5-10 mg iv (secara perlahan


selama 2 menit) ulang 15 menit kemudian jika masih kejang;
maksimum 100 mg/24 jam. Bila tidak tersedia diazepam, dapat
dipakai fenobarbital 100 mg im/kali (dewasa) diberikan 2 kali sehari
Farmakologi Terapi Malaria dan Kehamilan
• Malaria Falciparum dan vivax
– artemisin based combination (ACT): DHP (dihidroartemisinin- piperakuin) 1 x 3
tablet (BB 41-59 kg) / 1x4 tablet (BB ≥ 60 kg) selama 3 hari ATAU artesunat 1 x
4 tablet dan amodiakuin 1 x 4 tablet selama 3 hari.
• Kontraindikasi: primakuin hemolisis sel darah merah, doksisiklin,
tetrasiklin
• Profilaksis
– Klorokuin (sudah banyak resistensi), meflokuin (rekomendasi untuk semua
trimester)
– Kontraindikasi: doksisiklin dan primakuin
Soal 163
• Seorang wanita, 30 tahun, datang ke praktik
dokter umum dengan keluhan keputihan sejak
1 bulan yang lalu, pemeriksaan fisik dalam
batas normal, pemeriksaan genital didapatkan
pada vulva dan vagina lecet-lecet dan dari
liang vagina keluar seperti butir butir nasi dan
bau masam. Apa pemeriksaan selanjutnya?
• A. USG
• B. Urin
• C. Darah
• D. Papsmear
• E. Vaginal Swab

• Jawaban: E. Vaginal swab


163. Kandidiasis vaginalis
• Kandidiasis adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh jamur Candida sp.

• Diagnosis:
– Duh tubuh vagina putih kental dan bergumpal, tidak berbau
– Rasa gatal
– Disuria/nyeri berkemih
– Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan KOH 10% untuk melihat pseudohifa dan miselium

• Faktor predisposisi
– Penggunaan antibiotik spektrum luas, peningkatan kadar estrogen, diabetes melitus,
HIV/AIDS, imunokompromais.

• Tatalaksana
– Berikan mikonazol atau klotrimazol 200 mg intra vagina setiap hari selama 3 hari, ATAU
– Klotrimazol, 500 mg intra vagina dosis tunggal, ATAU
– Nistatin, 100.000 IU intra vagina setiap hari selama 14 hari.
• Keputihan sangat gatal
dengan duh putih
kekuningan dan
berbutir-butir

• Sel berbentuk panjang-


panjang  pseudohifa

• Sel-sel bulat/oval 
yeast-like cells
Diagnosis Banding

Habif T.P. Clinical Dermatology A Color Guide To Diagnosis and Therapy. Sixth edition. 2016
Terapi

Habif T.P. Clinical Dermatology A Color Guide To Diagnosis and Therapy. Sixth edition. 2016
Kandidosis Vagina: Terapi (CDC & WHO)
Soal 164
• Seorang wanita G2P1A0 dengan usia
kehamilan 30 minggu datang ke klinik
kandungan untuk konsultasi ke dokter karena
takut anak kedua perkembangannya seperti
anak pertama, dimana anak pertama
persalinan normal tapi seiring perkembangan
usia terdapat benjolan di tulang vertebranya.
Apa terapi yang harusnya diberikan untuk
mencegah berulangnya kejadian tersebut?
• A. Asam folat 4 mg
• B. Kalsium
• C. Asam folat 0,4 mg
• D. Zink
• E. Vit A

• Jawaban: A. Asam Folat


164. Suplementasi dan Nutrisi Kehamilan
• Suplementasi dan Medikamentosa
– Asam Folat
– Zat Besi
– Kalsium
– Aspirin
– Tetanus Toxoid

• Nutrisi
– Penambahan kalori 300 Kal/Hari dan air 400 ml/hari

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO


Suplementasi Kehamilan: Asam Folat
• Kebutuhan Asam Folat
• 50-100 μg/hari pada wanita normal
• 300-400 μg/hari pada wanita hamil  hamil kembar lebih
besar lagi

• Dosis
– Pencegahan defek pada tube neural: Min. 400 mcg/hari
– Defisiensi asam folat: 250-1000 mcg/hari
– Riwayat kehamilan sebelumnya memiliki komplikasi defek
tube neural atau riwayat anensefali: 4mg/hari pada sebulan
pertama sebelum kehamilan dan diteruskan hingga 3 bulan
setelah konsepsi

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO


Suplementasi Kehamilan: Zat Besi
• Tablet Tambah Daerah Generik dikemas dalam bungkus warna putih,
berisi 30 tab/bungkus

• Memenuhi spesifikasi
– Setiap tablet mengandung 200 mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental
dan 0,25 mg asam folat

• Pemakaian dan Efek Samping


– Minum dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu atau kopi 
mengurangi penyerapan zat besi dalam tubuh
– Efek samping dari minum TTD adalah mual dan konstipasi, namun tidak
berbahaya
– Untuk menghindari efek mual dan konstipasi, dianjurkan minum TTD
menjelang tidur malam
– Lebih baik disertai makan buah dan sayur. Misalnya pepaya atau pisang

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO


Suplementasi Kehamilan: Kalsium
• Sasaran
– Area dengan asupan kalsium rendah

• Tujuan
– Pencegahan preeklampsia bagi semua ibu hamil,
terutama yang memiliki risiko tinggi (riwayat
preeklampsia di kehamilan sebelumnya, diabetes,
hipertensi kronik, penyakit ginjal, penyakit autoimun,
atau kehamilan ganda)
– Suplementasi kalsium minimal 1 g/hari
direkomendasikan terutama pada wanita dengan
asupan kalsium yang rendah

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO


IKK &
FO R E N S I K
Soal 165
• Seorang dokter laki – laki berusia 30 tahun
bekerja di PKM kota A. di sana dia memiliki 2
orang bidan, dua orang perawat, satu asisten
apoteker, satu juru imunisasi, satu tenaga
sanitarian dan satu tenaga SKM. Luas wilayah
kerjanya terdiri dari 3 kelurahan dengan jumlah
penduduk 45.000 orang. Di wilayah kerja tersebut
banyak bermunculan pengobatan tradisional.
Bagaimana cara puskesmas membina pengobatan
tradisional?
• A. Pendataan jenis pengobatan tradisional di wilayahnya
• B. Pemberdayaan melalui pelatihan promkes
• C. Melatih ketrampilan dalam pengobatan tradisional
yang benar
• D. Melibatkan peranan pengobatan tradisional
mendukung pelayanan kesehatan primer
• E. Pendataan, pemberdayaan, memberi peran
pengobatan tradisional dalam upaya kesehatan primer

• Jawaban: E. Pendataan, pemberdayaan, memberi peran


pengobatan tradisional dalam upaya kesehatan primer
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA

https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA

https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA

https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA

https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA

https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA

https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA

https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA

https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA

https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA

https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Soal 166
• Seorang laki–laki usia 35 tahun sebagai
seorang dokter di puskesmas menyampaikan
pesan kepada pasiennya yang ingin berhenti
merokok “ setelah saya sampaikan tentang
bahaya merokok, coba bapak ceritakan
kembali sesuai pemahaman bapak supaya bisa
saya tambahkan bila ada yang kurang”.
Apakah yang dibutuhkan dalam tahapan dari
proses komunikasi yang dilakukan oleh dokter
tersebut?
• A. Komunikator
• B. Message
• C. Refleksi
• D. Noise
• E. Feedback

• Jawaban: E. Feedback
166. Komunikasi Dokter Pasien
• Komunikasi efektif
– Pengembangan hubungan dokter pasien secara
efektif yang berlangsung dengan efisien
– dengan tujuan menyampaikan informasi atau
pemberian penjelasan dalam rangka membangun
kerja sama antara dokter dan pasien secara verbal
dan non verbal
Komunikasi Efektif (7C)
• Credibility (keterpercayaan)
– rasa saling percaya antara komunikator dan komunikan.
• Context (pertalian)
– kesesuaian pesan dengan kenyataan masyarakat.
• Content (kepuasan)
– penggunaan kata sesuai dengan target audience dalam hal ini komunikan
dapat memahami maksud komunikator sehingga komunikator merasa puas.
• Clarity (kejelasan)
– komunikator harus menyampaikan pesan / berita secara jelas istilahnya pun
harus jelas sehingga tercapainya tujuan.
• Continuity
– pesan dilakukan secara berulang-ulang, tetapi bervariasi dalam penyampaian.
• Consistency
– pesan tidak bertentangan dari awal sampai akhir
• Capability
– kemampuan komunikator untuk menjelaskan dengan akurat, dirancang untuk
menarik perhatian, disampaikan menggunakan symbol-simbol, memberikan
motivasi dan solusi
Langkah komunikasi
• Empat langkah komunikasi (SAJI)
– Salam
– Ajak bicara  komunikasi dua arah, dorong pasien
mengemukakan pikiran dan perasaannya
– Jelaskan  Luruskan persepsi yang keliru. Berikan
penjelasan mengenai sakitnya
– Ingatkan  ingatkan untuk hal yang penting
Proses Komunikasi
• Source
– Orang yang menyampaikan informasi dan bertanggung jawab
menerjemahkan ide (encoding) menjadi suatu pesan
• Chanel
– Saluran untuk menyampaikan pesan
• Receiver
– penerima pesan dan menerjemahkan (decoding) berdasarkan
pngertian yang dimiliki
• Noise
– penghambat yang menimbulkan kesenjangan antara sorce dan
receiver
• Feedback
– proses klarifikasi untuk menghindari salah intrepetasi
Soal 167
• Laki–laki usia 65 tahun datang ke dokter
karena keluhan sesak nafas. Dokter puskesmas
mengalami kesulitan dalam menganamnesis
karena pasien hanya mampu berbicara
dengan bahasa wilayah setempat. Manakah
jenis barrier berikut yang sesuai dengan
kondisi dokter ini?
• A. Barier semantik
• B. Barier fisik
• C. Barier psikologis
• D. Barier budaya
• E. Barier intelektual

• Jawaban: A. Barier semantik


167. Barrier dalam Komunikasi

I. Physical barriers
II. Cross-cultural barriers.
III. Semantic barriers (words/language)
IV. Psychological barriers
V. Organizational barriers
Physical barriers
 Noise
i. Physical noise (outside disturbance)
ii. Psychological noise (inattentiveness)
iii. Written noise (bad handwriting/typing)
iv. Visual noise (late arrival of employees)
 Distance
 Improper time
 Inadequate/overload of information
Cross Cultural Barriers
Why communicate with cross culture?
1. Globalisation
2. Ability to work more harmoniously
3. Get good people despite their differences

• Example of cross cultural barriers: Eye


contactto elders in Indonesia is disrespect.
Semantic barriers

• Different languages
• Different context for words and symbols
• Poor vocabulary
Psychological barriers
• Status
• Attitude
• Perceptions
• Poor listening
• Egotism
• Emotions (excited, nervous, confused,…)
• Resistance to change
Organizational barriers
• Rules and regulations (rigid/flexible)
• Hierarchial relationship
• Wrong choice of channel
Soal 168
• Pasien laki-laki, 30 tahun, datang dengan
keluhan batuk-batuk sejak 1 bulan yang lalu.
Sebagai dokter, Anda ingin mengetahui faktor
psikososial yang dapat mempengaruhi
timbulnya penyakit ini dan mempengaruhi
hasil dari pengobatan yang Anda berikan. Hal
ini termasuk dalam asas...
Soal 168
• A. Continuity
• B. Holistik
• C. Komprehensif
• D. Simplicity
• E. Effectivity

• Jawaban: B. Holistik
168. PRINSIP PELAYANAN
KEDOKTERAN KELUARGA
• Holistik
• Komprehensif
• Terpadu
• Berkesinambungan

Danasari. 2008. Standar Kompetensi Dokter Keluarga. PDKI : Jakarta


Pelayanan Kedokteran Keluarga
HOLISTIK
• Mencakup seluruh tubuh jasmani dan rohani
pasien (whole body system), nutrisi
• Tidak hanya organ oriented
• Patient and Family oriented
• Memandang manusia sebagai mahluk
biopsikososial pada ekosistemnya.
Pelayanan Kedokteran Keluarga
KOMPREHENSIF (Menyeluruh)
• Tidak hanya kuratif saja, tapi pencegahan dan
pemulihan
• Health promotion
• Spesific protection
• Early diagnosis and Prompt treatment
• Disability limitation
• Rehabilitation
• Penatalaksanaan tidak hanya patient oriented,
tapi juga family oriented dan community oriented
Pelayanan Kedokteran Keluarga
BERKESINAMBUNGAN
• Tidak sesaat, ada follow upnya dan
perencanaan manajemen pasien

TERPADU / TERINTEGRASI
• Memakai seluruh ilmu kedokteran yang telah
di dapat bekerja sama dengan pasien,
keluarga, dokter spesialis atau tenaga
kesehatan lain
Soal 169
• Seorang perempuan berusia 60 tahun datang
dengan keluhan sering sesak nafas. Saat
berkomunikasi dengan dokter pasien tampak
selalu ingin bercerita dan cenderung membantah
pembicaraan dokter, sehingga akhirnya dokter
memilih diam dan membiarkan pasien
menentukan pilihan pengobatannya baru
kemudian dokter membicarakan kelemahan dan
kekuatan pilihannya tersebut. Apakah strategi
pemecahan konflik yang digunakan dokter
tersebut...
• A. Menarik diri
• B. Merendahkan diri
• C. Menekan
• D. Kompromi
• E. Bernegosiasi

• Jawaban: D. Kompromi
169. Manajemen Konflik
• Gottman dan Korkoff menyebutkan bahwa
secara garis besar ada dua manajemen konflik,
yaitu :
– Manajemen konflik destruktif
– Manajemen konflik konstruktif
Manajemen Konflik Destruktif
• Manajemen konflik destruktif yang meliputi
• conflict engagement (menyerang dan lepas control),
• withdrawal (menarik diri) dari situasi tertentu yang
kadangkadang sangat menakutkan hingga menjauhkan diri
ketika menghadapi konflik dengan cara menggunakan
mekanisme pertahan diri,
• compliance (menyerah dan tidak membela diri)
Manajemen Konflik Konstruktif
• Merupakan positive problem solving yang terdiri dari
kompromi dan negosiasi.
• Kompromi
• suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian
terhadap perselisihan yang ada.
• Sikap dasar untuk melaksanakan kompromi adalah bahwa salah
satu pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan
pihak lainnya
• Negosiasi
• suatu cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati
dan diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa dan
bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang.
Soal 170
• Seorang dokter UGD dalam tindakannya
terhadap pasien selalu melakukan evaluasi diri
sendiri, mempertimbangkan keputusan yang
akan diambil dan menyiapkan pesan-pesan
yang akan disampaikan. Apakah jenis
komunikasi yang dilakukan oleh dokter
tersebut?
• A. Komunikasi intrapersonal
• B. Komunikasi interpersonal
• C. Komunikasi efektif
• D. Komunikasi publik
• E. Komunikasi refleksi

• Jawaban: A. Komunikasi intrapersonal


170. Jenis-jenis Komunikasi
• Komunikasi interpersonal
– komunikasi antara orang-orang secara tatap muka,
yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik
secara verbal atau nonverbal.
– Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi
yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua
sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan
sebagainya
Komunikasi Intrapersonal
• Komunikasi intrapersonal
– keterlibatan internal secara aktif dari individu
dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan.
• Seorang individu menjadi pengirim sekaligus
penerima pesan, memberikan umpan balik
bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang
berkelanjutan.
• Bertujuan untuk mengetahui mengenai dirinya
pribadi melalui proses-proses psikologis.
Komunikasi Kelompok
• Komunikasi kelompok
– komunikasi yang dilakukan sekelompok kecil orang
(small-group communication).
• Kelompok sendiri merupakan sekumpulan orang
yang mempunyai tujuan bersama, yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama, saling mengenal satu sama lain,
dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut. Komunikasi antarpribadi
berlaku dalam komunikasi kelompok.
Komunikasi Publik
• Merupakan komunikasi antara seorang pembicara
dengan sejumlah orang (khalayak), yang tidak bisa
dikenali satu persatu.

• Komunikasi publik meliputi ceramah, pidato, kuliah,


tabligh akbar, dan lain-lain.

• Ciri-ciri komunikasi publik adalah:


– berlangsung lebih formal; menuntut persiapan pesan yang
cermat, menuntut kemampuan menghadapi sejumlah
besar orang; komunikasi cenderung pasif; terjadi di tempat
umum yang dihadiri sejumlah orang; merupakan peristiwa
yang direncanakan; dan ada orang-orang yang ditunjuk
secara khusus melakukan fungsi-fungsi tertentu.
Komunikasi Massa
• Komunikasi yang menggunakan media massa
cetak maupun elektronik yang dikelola sebuah
lembaga atau orang yang dilembagakan yang
ditujukan kepada sejumlah besar orang yang
tersebar, anonim, dan heterogen. Pesan-
pesannya bersifat umum, disampaikan secara
serentak, cepat dan selintas.
Komunikasi Refleksi
• Atau disebut sebagai komunikasi terapeutik.
• Biasanya dilakukan oleh perawat kepada
pasien.
• Komunikasi terapeutik terjadi dengan tujuan
menolong pasien yang dilakukan oleh orang-
orang yang profesional dengan menggunakan
pendekatan personal berdasarkan perasaan
dan emosi.
OPTIMA MEDAN
OPTIMA MEDAN
Soal 171
• Sebuah posyandu dengan jumlah balita 50 dan
kader 7 orang. Hasil evaluasi selama 3 tahun :
penimbangan 10 kali, cakupan KIA 80%,
cakupan KB 60%, imunisasi 90% dengan 2
program tambahan. Seorang dokter sebagai
manajer ingin meningkatkan satu tingkat
status posyandu tersebut menjadi status apa?
• A. Pratama
• B. Mandiri
• C. Madya
• D. Swadaya
• E. Purnama

• Jawaban: B. Mandiri
171. POSYANDU
• Terdapat 4 jenis posyandu:
– Posyandu pratama (warna merah)
– Posyandu madya (warna kuning)
– Posyandu purnama (warna hijau)
– Posyandu mandiri (warna biru)
Keberhasilan Posyandu
• Cakupan SKDN
– S: semua balita di wilayah kerja Posyandu
– K: semua balita yang terdaftar dan memiliki KMS
– D: jumlah balita yang datang dan ditimbang
– N: jumlah balita yang naik berat badannya

Indikator cakupan program posyandu:


• Liputan program = K/S
– Kemampuan program untuk menjangkau balita yang ada di masing-
masing wilayah
• Tingkat kelangsungan penimbangan = D/K
– Kemantapan pengertian dan motivasi orang tua balita untuk
menimbang anak secara teratur
• Tingkat partisipasi masyarakat terhadap program posyandu = D/S
• Dampak program = N/D
– Berhasil/tidaknya program posyandu
Soal 172
• Seorang petugas kesehatan ingin mengetahui
status kesehatan reproduksi, kependudukan,
dan kesehatan di suatu wilayah. Apakah
indikator utama yang dipakai?
• A. Angka kematian ibu
• B. Angka kematian bayi
• C. Angka kematian balita
• D. Angka kematian kasar
• E. Angka kelahiran kasar

• Jawaban: A. Angka kematian ibu


172. Indikator Kesehatan Reproduksi (Depkes)

• Angka Kematian Ibu (AKI) makin tinggi AKI, makin rendah derajat
kesehatan reproduksi.

• Angka Kematian Bayi (AKB) makin tinggi AKB, makin rendah derajat
kesehatan reproduksi.

• Angka cakupan pelayanan keluarga berencana dan partisipasi laki-


laki dalam keluarga berencana (makin rendah angka cakupan
pelayanan KB, makin rendah derajat kesehatan reproduksi).

• Jumlah ibu hamil dengan “4 terlalu” atau “terlalu muda, terlalu tua,
terlalu banyak anak, dan terlalu dekat jarak antar kelahiran (makin
tinggi jumlah ibu hamil dengan “4 terlalu”, makin rendah derajat
kesehatan reproduksi).
Indikator Kesehatan Reproduksi
(Depkes)
• Jumlah perempuan dan/atau ibu hamil dengan masalah
kesehatan, terutama anemia dan kurang energi kronis/KEK,
(makin tinggi jumlah anemia dan KEK, makin rendah derajat
kesehatan reproduksi).

• Perlindungan bagi perempuan terhadap penularan penyakit


menular seksual (PMS), (makin rendah perlindungan bagi
perempuan, makin rendah derajat kesehatan reproduksi).

• Pemahaman laki-laki terhadap upaya pencegahan dan


penularan PMS (makin rendah pemahaman PMS pada laki-
laki, makin rendah derajat kesehatan reproduksi).
Indikator Kesehatan Reproduksi
(WHO)
• Total Fertility Rate (TFR)Total number of children a woman would have by
the end of her reproductive period if she experienced the currently
prevailing age-specific fertility rates throughout her childbearing life
• Contraceptive Prevalence Rate (CPR)1Percent of women of reproductive
age (15-49) who are using (or whose partner is using) a contraceptive
method at a particular point in time
• Maternal Mortality Ratio (MMR)Annual number of maternal deaths per
100,000 live births
• Antenatal Care CoveragePercent of women attended at least once during
pregnancy, by skilled health personnel (excluding trained or untrained
traditional birth attendants), for reasons relating to pregnancy
• Percent of Births Attended by Skilled Health PersonnelPercent of births
attended by skilled health personnel (excluding trained or untrained
traditional birth attendants)
• Availability of Basic Essential Obstetric CareNumber of facilities with
functioning basic essential obstetric care per 500,000 population
Indikator Kesehatan Reproduksi
(WHO)
• Availability of Comprehensive Essential Obstetric CareNumber of facilities with
functioning comprehensive essential obstetric care per 500,000 population
• Perinatal Mortality Rate (PMR)Number of perinatal deaths per 1,000 total births
• Low Birth Weight Prevalence Percent of live births that weigh less than 2,500g
• Positive Syphilis Serology Prevalence in Pregnant WomenPercent of pregnant
women (15-24) attending antenatal clinics, whose blood has been screened for
syphilis, with positive serology for syphilis
• Prevalence of Anemia in Women Percent of women of reproductive age (15-49)
screened for hemoglobin levels with levels 110g/l for pregnant women, and 120g/l
for non-pregnant women
• Percent of Obstetric and Gynecological Admissions Owing to AbortionPercent of
all cases admitted to service delivery points providing in-patient obstetric and
gynecological services, which are due to abortion (spontaneous and induced, but
excluding planned termination of pregnancy)
• Reported Prevalence of Women with FGC Percent of women interviewed in a
community survey reporting having undergone FGC
Indikator Kesehatan Reproduksi
(WHO)
• Prevalence of Infertility in Women Percent of women of
reproductive age (15-49) at risk of pregnancy (not pregnant,
sexually active, non-contracepting, and non-lactating) who report
trying for a pregnancy for two years or more
• Reported Incidence of Urethritis in Men Percent of men aged (15-
49) interviewed in a community survey reporting episodes of
urethritis in the last 12 months
• HIV Prevalence among Pregnant Women Percent of pregnant
women (15-24) attending antenatal clinics, whose blood has been
screened for HIV and who are sero-positive for HIV
• Knowledge of HIV-related Prevention Practices Percent of all
respondents who correctly identify all three major ways of
preventing the sexual transmission of HIV and who reject three
major misconceptions about HIV transmission or prevention
Soal 173
• Terdapat kelompok mahasiswa kedokteran pada
blok kedokteran komunitas dengan jumlah laki-
laki 60% dan perempuan 40%. Jika ada seorang
peneliti yang ingin mewawancarai mahasiswa
dengan jenis kelamin yang berbeda maka peneliti
harus mewawancarai laki-laki 8 orang dan
perempuan 2 orang, teknik pengambilan sampel
yang dipakai bukan teknik acak namun teknik
pengambilan sampel yang diambil secara
kebetulan. Teknik apakah yang dipakai?
• A. Snowball sampling
• B. Purposive sampling
• C. Quota sampling
• D. Sistematic Random Sampling
• E. Simple Random Sampling

• Jawaban: C. Quota sampling


173. TEKNIK SAMPLING
Probability Sampling Technique lebih baik
dibanding non-probability
• Simple Random Sampling: pengambilan sampel dari
semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata/tingkatan yang ada dalam
populasi itu.

• Stratified Sampling: Penentuan sampling tingkat


berdasarkan karakteristik tertentu (usia, jenis kelamin,
dsb). Misalnya untuk mengambil sampel dipisahkan
dulu jenis kelamin pria dan wanita. Baru kemudian dari
kelompok pria diambil sampel secara acak, demikian
juga dari kelompok wanita.
Probability Sampling Technique lebih
baik dibanding non-probability
• Cluster Sampling: disebut juga sebagai teknik sampling daerah.
Pemilihan sampel berdasarkan daerah yang dipilih secara acak.
Contohnya mengambil secara acak 20 kecamatan di Jakarta.
Seluruh penduduk dari 20 kecamatan terpilih dijadikan sampel.

• Multistage random sampling: teknik sampling yang menggunakan 2


teknik sampling atau lebih secara berturut-turut. Contohnya
mengambil secara acak 20 kecamatan di Jakarta (cluster sampling).
Kemudian dari masing-masing kecamatan terpilih, diambil 50
sampel secara acak (simple random sampling).

• Systematical Sampling anggota sampel dipilh berdasarkan urutan


tertentu. Misalnya setiap kelipatan 10 atau 100 dari daftar pegawai
disuatu kantor, pengambilan sampel hanya nomor genap atau yang
ganjil saja.
Non-probability Sampling
• Purposive Sampling: sampel yang dipilih secara khusus
berdasarkan tujuan penelitiannya.
• Snowball Sampling: Dari sampel yang prevalensinya
sedikit ,peneliti mencari informasi sampel lain dari
yang dijadikan sampel sebelumnya, sehingga makin
lama jumlah sampelnya makin banyak
• Quota Sampling:anggota sampel pada suatu tingkat
dipilih dengan jumlah tertentu (kuota) dengan ciri-ciri
tertentu
• Convenience sampling:mengambil sampel sesuka
peneliti (kapanpun dan siapapun yang dijumpai
peneliti)
When population is small,
homogeneous & readily
available. All subsets of the
frame are given an equal
probability.

The frame organized into


separate "strata." Each stratum
is then sampled as an
independent sub-population,
out of which individual
elements can be randomly
selected
In this technique, the total
population is divided into these
groups (or clusters) and
a simple random sample of the
groups is selected (two stage)
Ex. Area
sampling or geographical
cluster sampling
Soal 174
• Sebagai seorang dokter puskesmas memiliki
kewajiban dalam pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit di samping juga
kewajiban terhadap pemulihan penyakit dan
pelayanan kesehatan. Apakah fungsi
puskesmas seperti yang dituliskan di atas?
• A. Puskesmas sebagai pembangunan kesehatan
masyarakat
• B. Puskesmas sebagai pelayanan strata pertama
• C. Puskesmas sebagai pelayanan bagi perorangan
• D. Puskesmas sebagai pelayanan bagi kelompok
• E. Puskesmas sebagai pemberdayaan masyarakat

• Jawaban: B. Puskesmas sebagai pelayanan strata


pertama
174. Fungsi Puskesmas
• Terdapat 3 fungsi utama Puskesmas:
– Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan
Kesehatan
– Pusat Pemberdayaan Masyarakat
– Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas sebagai Pusat Penggerak Puskesmas sebagai Pusat
Pembangunan Berwawasan Pemberdayaan Masyarakat
Kesehatan
• Berupaya menggerakkan lintas sektor
– Berupaya agar perorangan memiliki
dan dunia usaha di wilayah kerjanya kesadaran, kemauan dan
agar menyelenggarakan pembangunan kemampuan melayani diri sendiri
yang berwawasan kesehatan dan masyarakat untuk hidup sehat
• Aktif memantau dan melaporkan – Berperan aktif dalam
dampak kesehatan dari memperjuangkan kepentingan
penyelenggaraan setiap program
pembangunan di wilayah kerjanya kesehatan termasuk pembiayaan
– Menetapkan menyelenggarakan dan
memantau pelaksanaan program
Pusat Pelayanan Kesehatan Strata kesehatan
Pertama
Menyelenggarakan pelayanan – Membina peran serta masyarakat di
kesehatan tingkat pertama (primer) wilayah kerjanya dalam rangka
secara menyeluruh, terpadu dan meningkatkan kemampuan untuk
berkesinambungan (kontinyu) hidup sehat
mencakup : – Merangsang masyarakat termasuk
– Pelayanan kesehatan perorangan swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong
– Pelayanan kesehatan masyarakat. dirinya sendiri.
Soal 175
• Puskesmas B merupakan puskesmas pedesaan
yang terletak 20 Km dari RS kabupaten dan
dapat dijangkau dengan baik dari daerah
sekitarnya dengan keadaan bermotor. Dinas
kesehatan setempat ingin menambah fasilitas
di puskesmas tersebut untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat. Fasilitas
pendukung apa yang tepat?
• A. Bidan desa
• B. Puskesmas keliling
• C. Puskesmas pembantu
• D. Puskesmas rawat inap
• E. Puskesmas perkotaan

• Jawaban: D. Puskesmas rawat inap


175. Jenis Puskesmas
Jenis Puskesmas menurut pelayanan kesehatan medis, dibagi dua
kelompok yakni:
• Puskesmas Perawatan, pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat
inap (memberikan pelayanan 24 jam dan dapat merawat pasien one
day care (atau maksimal selama 3 hari)
• Puskesmas Non Perawatan, hanya pelayanan kesehatan rawat jalan
(pelayanan pengobatan di fasilitas pelayanan kesehatan dalam jam
kerja saja, kecuali untuk pelayanan persalinan)

Menurut wilayah kerjanya, dikelompokkan menjadi:


• Puskesmas Induk / Puskesmas Kecamatan  Sasaran penduduk
30.000/puskesmas
• Puskesmas Satelit / Puskesmas Kelurahan
PUSKESMAS
Puskesmas Pembantu (Pustu):
• Biasanya ada satu buah di setiap desa/kelurahan
• Membantu puskesmas induk
• Pelayanan medis sederhana oleh perawat atau bidan, disertai jadwal kunjungan dokter
• Sasaran meliputi 2-3 desa atau dengan jumlah penduduk 2.500 (luar jawa & bali)
sampai 10.000 orang (jawa & bali)

Puskesmas Keliling (Puskel) :


• Kegiatan pelayanan khusus ke luar gedung, di wilayah kerja puskesmas.
• Menggunakan kendaraan bermotor roda 4, roda 2, atau perahu.
• Pelayanan medis terpadu oleh dokter, perawat, bidan, gizi, pengobatan dan
penyuluhan.
• Menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan Puskesmas dalam wilayah
kerjanya yang belum terjangkau.
Wilayah Kerja Puskesmas
• Pembagian Puskesmas
• Puskesmas Pembantu
– Pelayanan kesehatan sederhana untuk menunjang dan
membantu pelaksanaan kegiatan puskesmas dalam ruang
lingkup yang lebih kecil
– satu pustu  2-3 desa dengan jumlah penduduk 2500 (luar
jawa dan bali), 10.000 (jawa dan bali)
• Puskesmas Keliling (unit pelayanan kesehatan yang
dilekngkapi dengan kendaraan bermotor 4 atau perahu
motor dan peralatan komunikasi
• Bidan Desa : untuk pelayanan persalinan di polindes
• Posyandu : Keterpaduan antara puskesmas dan masyarkat
di tingkat desa yang diwujudkan dalam pos pelayanan
terpadu. Satu posyandu sebaiknya melayani sekitar 100
balita, atau sesuai dengan kemampuan petugas dan
keadaan setempat
Soal 176
• Seorang tukang becak peserta BPJS, 8 bulan
yang lalu pasien kehilangan becaknya,
sehingga ia tidak bisa membayar iuran. Tetapi
1 bulan yang lalu pasien mendapat becak
baru, dan sudah membayar iuran. Suatu hari
pasien mengalami kecelakaan dan dirawat
inap di RS mitra BPJS. Pasien sudah membayar
iuran, tetapi BPJS belum bisa digunakan. Apa
saran kepada tukang becak?
• A. Melakukan pembayaran denda sebelum 2x24 jam hari
kerja atau sebelum pasien pulang
• B. Melakukan pembayaran denda sebelum 3x24 jam hari
kerja atau sebelum pasien pulang
• C. Melakukan pembayaran denda sebelum 4x24 jam hari
kerja atau sebelum pasien pulang
• D. Melakukan pembayaran denda sebelum 5x24 jam hari
kerja atau sebelum pasien pulang
• E. Melakukan pembayaran denda sebelum 6 hari kerja
atau sebelum pasien pulang

• Jawaban: B. Melakukan pembayaran denda sebelum 3x24


jam hari kerja atau sebelum pasien pulang
176. Iuran Peserta BPJS Kesehatan
• Peserta PBI: Rp 19.225,00 per orang per bulan (ditanggung
oleh pemerintah).

• Bukan peserta PBI: 5% dari gaji/ upah per bulan.


– Pegawai pemerintah (PNS, TNI, POLRI): 3% dibayar oleh pemberi
kerja, 2% dibayar oleh pekerja.
– Pegawai non pemerintah: 4% dibayar oleh pemberi kerja, 1%
dibayar oleh pekerja.

• Peserta individu:
– Kelas 1: Rp 80.000,00/bulan
– Kelas 2: Rp 51.000,00/bulan
– Kelas 3: Rp 25.500,00/bulan
Denda Iuran BPJS (Permenkes 82 thn
2018)
Ketentuan denda pelayanan atas keterlambatan pembayaran iuran JKN-KIS sebagai
berikut :
• Denda hal keterlambatan pembayaran Iuran JKN-KIS lebih dari 1 (satu) bulan sejak
tanggal 10, maka penjamin peserta diberhentikan sementara.
• Pemberhentian sementara penjaminan peserta berakhir dan kepesertaan kembali
aktif apabila:
– peserta membayar iuran tertunggak paling banyak untuk waktu 24 bulan.
– Membayar iuran pada bulan peserta ingin mengakhiri pemberhentian sementara
jaminan
• Dalam waktu 45 (empat puluh lima) hari sejak status kepesertaan aktif kembali,
peserta JKNKIS wajib membayar denda kepada BPJS Kesehatan untuk setiap
pelayanan kesehatan rawat inap.
• Denda sebagaimana yang dimaksud adalah sebesar 2,5 % (dua koma lima persen)
dari setiap biaya pelayanan kesehatan untuk setiap bulan tertunggak, dengan
ketentuan :
– Jumlah bulan tertunggak paling banyak 12 (dua belas) bulan.
– Besar denda paling tinggi Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah).

• Pelunasan denda harus dilakukan dalam 3x24 jam sejak masuk rawat inap atau
sebelum pasien pulang.
Soal 177
• Seorang peneliti ingin melakukan penelitian
kadar kolesterol pada pria (diambil 100 orang
pria). Peneliti melakukan penelitian pada dua
tempat yaitu desa dan kota. Rata-rata kadar
kolesterol dan standar deviasi dari masing-
masing sample dipakai dalam pengolahan
statistik. Uji apa yang dapat menunjukkan
perbedaan antara kedua rata-rata kadar
kolesterol?
• A. Uji normalitas
• B. Uji T
• C. Uji Z
• D. Chi-squares test
• E. Analisa korelasi

• Jawaban: B. Uji T
177. Langkah Menentukan Uji
Statistik
• Tentukan sifat variabel yang diuji (numerik atau kategorik)

• Bila ada variabel yang bersifat numerik, tentukan apakah


variabel tersebut terdistribusi normal atau tidak. Atau bila
kedua variabel bersifat kategorik, tentukan apakah
memenuhi persyaratan uji chi square. Untuk mengerjakan
soal UKDI, bila tidak disebutkan, maka diasumsikan bahwa
variabel tersebut terdistribusi normal atau memenuhi
persyaratan chi square.

• Lihat tabel untuk menentukan uji hipotesis apa yang sesuai.


TABEL UJI HIPOTESIS
VARIABEL
U J I S TAT I S T I K U J I A LT E R N AT I F
INDEPENDEN DEPENDEN

Fisher (digunakan untuk tabel


Kategorik Kategorik Chi square 2x2)*
Kolmogorov-Smirnov
(digunakan untuk tabel bxk)*

Kategorik T-test independen Mann-Whitney**


Numerik
(2 kategori)
T-test berpasangan Wilcoxon**

One Way Anova (tdk


Kruskal Wallis**
Kategorik berpasangan)
Numerik
(>2 kategori) Repeated Anova
Friedman**
(berpasangan)
Numerik Numerik Korelasi Pearson Korelasi Spearman**
Regresi Linier
Keterangan:
* : Digunakan bila persyaratan untuk uji chi square tidak terpenuhi
**: Digunakan bila distribusi data numerik tidak normal
Syarat Uji Chi Square
• Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau
disebut juga Actual Count (F0) sebesar 0 (Nol).
• Apabila bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh
ada 1 cell saja yang memiliki frekuensi harapan atau
disebut juga expected count (“Fh”) kurang dari 5.
• Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misak 2 x 3, maka
jumlah cell dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5
tidak boleh lebih dari 20%.

Bila tidak memenuhi salah satu atau lebih persyaratan


di atas, maka uji chi square tidak dapat digunakan.
One Sample vs Two Sample T-Test
One sample T-test Two Sample T-test
• Mengetahui perbedaan mean • Mengetahui apakah terdapat
(rerata) satu kelompok perbedaan mean antara dua
dibandingkan dengan mean kelompok populasi.
yang sudah ditetapkan peneliti
atau mean sudah diketahui di • Misalnya penelitian ingin
populasi. mengetahui apakah terdapat
perbedaan mean GDS dari
• Misalnya penelitian tentang kelompok pasien DM yang
mean gula darah sewaktu (GDS) diberi metformin dengan
pada pasien DM yang diberi kelompok pasien DM yang
metformin. Contoh pertanyaan diberi insulin?
penelitiannya adalah: apakah
mean GDS pasien DM yang
diberi metformin lebih dari 200
mg/dl?
Uji Parametrik (2 kategorik VS numerik)

• z-test is a statistical test to help determine the probability that new data will be near the
point for which a score was calculated.
• A z-score is calculated with population parameters such as “population mean” and
“population standard deviation” and is used to validate a hypothesis that the sample drawn
belongs to the same population.
• A t-test is used when the population parameters (population mean and population
standard deviation) are not known.
Key Differences Between T-test and Z-
test
• The t-test can be understood as a statistical test which is used to compare and
analyse whether the means of the two population is different from one another
or not when the population standard deviation is not known. As against, Z-test is
a parametric test, which is applied when the population standard deviation is
known, to determine, if the means of the two datasets differ from each other.
• The t-test is based on Student’s t-distribution. On the contrary, z-test relies on the
assumption that the distribution of sample means is normal. Both student’s t-
distribution and normal distribution appear alike, as both are symmetrical and bell-
shaped. However, they differ in the sense that in a t-distribution, there is less space
in the centre and more in the tails.
• One of the important conditions for adopting t-test is that population variance is
unknown. Conversely, population variance should be known or assumed to be
known in case of a z-test.
• Z-test is used to when the sample size is large, i.e. n > 30, and t-test is appropriate
when the size of the sample is small, in the sense that n < 30.
T-Test vs Z-Test
T Test VS Z-test
T-Test

x ̅is the sample mean


s is sample standard deviation
n is sample size
μ is the population mean
Z-Test

x ̅is the sample mean


σ is population standard deviation
n is sample size
μ is the population mean
Analisis Soal
• Pada soal tidak diketahui varians populasi dan
standard deviasi populasi penelitian, sehingga
uji Z score tidak bisa digunakan, walau jumlah
sample >30
Soal 178
• Seorang dokter ingin meneliti tentang
efektivitas vaksin hepatitis B. Subjek dibagi
menjadi 100 orang yang dengan vaksinasi
Hepatitis B (+) dan 100 orang yang tidak
tervaksinasi. Kemudian dilihat 3 tahun ke
depan. Jenis penelitian yang dilakukan
berupa....
• A. Cohort
• B. Cross sectional
• C. Case control
• D. Case report
• E. Eksperimen

• Jawaban: A. Cohort
DESAIN PENELITIAN

STUDY
DESIGNS

Analytical Descriptive

Case report (E.g. Cholera)

Case series
Observational Experimental
Cross-sectional

1. Cross-sectional Clinical trial (parc vs. aspirin


in Foresterhill)
2. Cohort
3. Case-control Field trial (preventive
programmes )
4. Ecological
Prinsip Desain Studi Analitik
Observasional

PAST PRESENT FUTURE


Time
Assess exposure
Cross -sectional study and outcome

Assess Known
Case -control study exposure outcome

Known Assess
Prospective cohort exposure outcome

Known Assess
Retrospective cohort exposure outcome
Prinsip
Kohort

• Studi kohort selalu dimulai dari subyek yang tidak sakit. Kelompok subyek
dibagi menjadi subyek yang terpajan dan tidak terpajan. Kemudian
dilakukan pengamatan sampai terjadinya penyakit atau sampai waktu
yang ditentukan.
Kohort Prospektif vs Retrospektif
• Baik kohort prospektif
maupun retrospektif selalu
dimulai dari menjadi subyek
yang tidak sakit.

• Kohort prospektif dimulai


saat ini dan diikuti ke depan
sampai terjadi penyakit.

• Pada kohort retrospektif,


peneliti “kembali ke masa
lalu” melalui rekam medik,
mencari subyek yang sehat
pada tahun tertentu
kemudian mengikuti
perkembangannya melalui
catatan rekam medik hingga
terjadinya penyakit.
Desain Kohort
KELEBIHAN: KEKURANGAN:
• Mengukur angka insidens. • Memerlukan waktu penelitian
• Keseragaman observasi yang relative cukup lama.
terhadap faktor risiko dari • Memerlukan sarana dan
waktu ke waktu sampai terjadi prasarana serta pengolahan
outcome, sehingga merupakan data yang lebih rumit.
cara yang paling akurat untuk • Kemungkinan adanya subyek
membuktikan hubungan penelitian yang drop out/ loss
sebab-akibat. to follow up besar.
• Mengukur Relative Risk (RR). • Menyangkut masalah etika
karena faktor risiko dari
subyek yang diamati sampai
terjadinya efek, menimbulkan
ketidaknyamanan bagi subyek.
Soal 179
• Seorang peneliti ingin mengadakan penelitian
mengenai hubungan kebiasaan minum kopi
dengan GERD. Dari 500 peserta, ditemukan
dari 200 orang suka minum kopi, 100 di
antaranya menderita GERD. Sedangkan dari
yang tidak minum kopi ditemukan 20 orang
yang menderita penyakit GERD. Berapa besar
risiko orang yang suka minum kopi menderita
GERD?
a. 2,5
b. 3
c. 3,5
d. 4
e. 4,5

• Jawaban: B. 3
Ukuran Asosiasi yang Sering Digunakan

– Relative risk (RR) ukuran asosiasi dari studi kohort


– Odds ratio (OR)  ukuran asosiasi dari studi case
control
– Prevalence ratio (PR) & prevalence odds ratio (POR)
 ukuran asosiasi dari studi cross sectional
Tabel 2x2
Cara yang paling umum dan sederhana untuk
menghitung ukuran asosiasi.

Outcome
Exposure Yes No Total
Yes a b a+b
No c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
Outcome
Exposure Yes No Total
Yes a b a+b
No c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d

Relative risk (RR):


insidens penyakit pada kelompok yang terpapar (a/(a+b))
dibandingkan dengan insidens penyakit pada kelompok yang tidak
terpapar (c/(c+d))

Rumus RR: a/(a+b)


c/(c+d)
Outcome
Exposure Yes No Total
Yes a b a+b
No c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d

Odds ratio (OR):


Odds penyakit pada kelompok terpapar (a/b) dibandingkan dengan
odds penyakit pada kelompok tidak terpapar (c/d)

Rumus OR: a/b = ad


c/d bc
Outcome

Exposure Yes No Total

Yes a b a+b

No c d c+d

Total a+c b+d a+b+c+d

Rumus prevalence ratio (PR) sama dengan rumus RR, yaitu:


PR: a/(a+b)
c/(c+d)

Rumus prevalence odds ratio (POR) sama dengan rumus OR, yaitu:
POR: ad
bc
Interpretasi RR/OR/PR

RR/OR/PR= 1 menunjukkan tidak ada hubungan antara paparan


dengan outcome.

RR/OR/PR lebih dari 1 menunjukkan asosiasi positif (semakin tinggi


paparan, semakin tinggi risiko mengalami penyakit)  paparan
yang diteliti merupakan FAKTOR RISIKO suatu penyakit.

RR/OR/PR kurang dari 1 menunjukkan bahwa paparan bersifat


protektif terhadap terjadinya outcome(semakin tinggi paparan,
semakin rendah risiko mengalami penyakit)  paparan yang diteliti
merupakan FAKTOR PROTEKTIF terjadinya suatu penyakit.
Analisis Soal
• Terdapat 2 cara menghitung relative risk (RR) sebagai berikut:
• Cara pertama dengan membuat tabel 2x2.

GERD(+) GERD(-)
Minum kopi (+) 100 100
Minum kopi (-) 50 250

• RR = a/(a+b)
c/(c+d)
RR = (100/200)/(50/300)
RR = 3
Analisis Soal
• Cara kedua adalah dengan memahami apa itu RR
• RR adalah insidens penyakit pada kelompok yang terpapar
dibagi insidens penyakit pada kelompok tidak terpapar.
• Maka dalam soal ini:
– RR = insidens PJK pada kelompok peminum kopi/ insidens PJK
pada kelompok bukan peminum kopi
– Insidens GERD pada peminum kopi = 100/200
– Insidens PJK pada kelompok bukan peminum kopi =50/300
– RR = (100/200)/(50/300)= 3
• Interpretasi hasil RR=3 adalah orang yang minum kopi
memiliki risiko kali lebih besar untuk mengalami GERD
dibanding dengan orang yang tidak minum kopi.
Soal 180
• Seorang detailer obat datang kepada dokter
disuatu tempat praktek. Dia memberi
penawaran kepada dokter tersebut untuk
menggunakan merk obat pada setiap
terapinya, dengan imbalan akan
memberangkatkan dokter tersebut seminar ke
luar negeri. Apabila dokter tersebut
menerimanya, dokter tersebut berarti...
• A. Melanggar sumpah dokter Indonesia
• B. Tidak melaksanakan profesi sebagai standar profesi
tertinggi
• C. Tidak menjalankan kebebasan, dan kemandirian
berprofesi
• D. Kurang hati-hati dalam mengumumkan dan
menggunakan obat yang belum terbukti secara klinis
• E. Kurang mengamati penerapan palayanan kesehatan
secara menyeluruh

• Jawaban: C. Tidak menjalankan kebebasan, dan


kemandirian berprofesi
180. Intisari KODEKI
KEWAJIBAN UMUM KEWAJIBAN THD PASIEN KEWAJIBAN THD DIRI SENDIRI & TS

menjunjung tinggi, menghayati dan ..wajib merujuk jika tidak setiap dokter harus memelihara
mengamalkan sumpah dokter (pasal mampu, atas persetujuan kesehatannya supaya dapat
1) pasien(pasal 14) bekerja dengan baik (pasal 20)

Seorang dokter wajib selalu setiap dokter wajib merahasiakan setiap dokter harus senantiasa
melakukan pengambilan keputusan segala sesuatu yang diketahuinya mengikuti perkembangan ilmu
profesional secara independen, dan tentang seorang pasien , bahkan pengetahuan dan teknologi
mempertahankan perilaku juga setelah pasien itu meninggal kedokteran/kesehatan (psl 21)
profesional dalam ukuran yang dunia (pasal 16)
tertinggi. (pasal 2) setiap dokter memperlakukan
setiap dokter wajib melakukan teman sejawat nya sebagaimana
dalam melakukan pekerjaannya pertolongan darurat sbg suatu ia sendiri ingin diperlakukan
seorang dokter tidak boleh tugas perikemanusiaan, kecuali (pasal 18)
dipengaruhi oleh sesuatu yang bila ia yakin ada orang lain
mengakibatkan hilangnya bersedia dan mampu
kebebasan & kemandirian profesi memberikannya (pasal 17)
(pasal 3)

seorang dokter hanya memberi


surat keterangan dan pendapat yang
telah diperiksa sendiri kebenarannya
(pasal7)
OPTIMA MEDAN
OPTIMA JAKARTA
Soal 181
• Laki-laki, 45 tahun, berencana menuntut RS A
setelah memulangkan anaknya dengan
diagnosis ISPA. Setelah 12 jam, anak tersebut
mengalami penurunan kesadaran dan dibawa
ke RS B dengan diagnosis dengue syok
syndrom. Laki-laki tersebut mendatangi RS A
dan meminta rekam medis kepada pihak RS.
Namun RS tidak memberinya. Apa alasan RS
tidak memberikan rekam medis?
• A. Rekam medis adalah hak RS
• B. Rekam medis adalah hak RS dan pasien
• C. Rekam medis dikeluarkan atas persetujuan
pengadilan
• D. Rekam medis adalah hak kementrian
kesehatan
• E. Rekam medis adalah hak polisi

• Jawaban: C. Rekam medis dikeluarkan atas


persetujuan pengadilan
181. ASPEK HUKUM REKAM MEDIS
• Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran: setiap dokter atau dokter gigi
dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.

• Pasal 47 ayat (1): Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 46 merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan
kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien.

• Mengenai isi rekam medis diatur lebih khusus dalam Pasal 12 ayat
(2) dan ayat (3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis: Isi rekam medis
merupakan milik pasien yang dibuat dalam bentuk ringkasan rekam
medis..
Rekam Medis
– Administrative Value
– Legal Value
– Financial Value
– Research Value
– Education Value
– Documentation Value
Kepemilikan Rekam Medis
• Permenkes No.269 tahun 2008: isi Rekam Medis
adalah milik pasien, sedangkan berkas Rekam
Medis (secara fisik) adalah milik Rumah Sakit atau
institusi kesehatan.

• Pasal 10 Permenkes No. 749a menyatakan bahwa


berkas rekam medis itu merupakan milik sarana
pelayanan kesehatan, yang harus disimpan
sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun
terhitung sejak tanggal terakhir pasien berobat.
Kepemilikan Rekam Medis
• Aplikasi: Karena isi Rekam Medis merupakan milik
pasien, maka pada prinsipnya tidak pada tempatnya jika
dokter atau petugas medis menolak memberitahu
tentang isi Rekam Medis kepada pasiennya, kacuali pada
keadaan-keadaan tertentu yang memaksa dokter untuk
bertindak sebaliknya.

• Sebaliknya, karena berkas Rekam Medis merupakan milik


institusi, maka tidak pada tempatnya pula jika pasien
meminjam Rekam Medis tersebut secara paksa, apalagi
jika institusi pelayanan kesehatan tersebut menolaknya.
RAHASIA MEDIS
• Sesuai dengan UU Rumah Sakit pasal 38:
• Yang dimaksud dengan “rahasia kedokteran”
adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan hal yang ditemukan oleh dokter dan
dokter gigi dalam rangka pengobatan dan
dicatat dalam rekam medis yang dimiliki
pasien dan bersifat rahasia.
Wajib Simpan Rahasia Kedokteran
• Dasar hukum
– PP no 10 tahun 1966 tentang Wajib Simpan
Rahasia Kedokteran tgl 21 mei 1966.
– Pasal 55 undang-undang no 23/1992
– Pasal 11 PP 749.MENKES/PER/XII/1989 tentang
REKAM MEDIS: “rekam medis merupakan berkas
yang wajib disimpan kerahasiaannya”
– PERMENKES NO.36 TAHUN 2012 ttg Rahasia
Kedokteran
Yang Berhak Terhadap Isi Rekam Medis
• PASIEN

Bila pasien tidak kompeten, disampaikan kepada:


1. Keluarga pasien, atau
2. Orang yang diberi kuasa oleh pasien atau keluarga
pasien, atau
3. Orang yang mendapat persetujuan tertulis dari
pasien atau keluarga pasien
Kapan Rahasia Medis Dapat Dibuka?
• Atas persetujuan/izin pasien
• Untuk kepentingan kesehatan pasien
• Mendesak/membahayakan kepentingan umum atau
membahayakan orang lain
• Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan.
• Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan
perundang-undangan
• Untuk kepentingan penelitian, pendidikan atau audit medis
sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien.

Pasal 10 ayat (2) Permenkes No. 269/2008


UU No.36 Tahun 2009
Soal 182
• Perempuan, 17 tahun, dibawa ke UGD RS
setelah menjadi korban tabrak lari. Setelah
dilakukan pemeriksaan, pasien harus
dilakukan operasi untuk live saving. Namun
tidak ada keluarga pasien. Apa yang harus
dilakukan dokter?
• A. Meminta polisi menyetujui informed consent
• B. Melakukan tindakan konservatif
• C. Melakukan operasi sampai keluarga pasien
ditemukan.
• D. Melakukan operasi segera tanpa informed consent
• E. Informed consent dilakukan oleh orang yang
mengantar

• Jawaban: D. Melakukan operasi segera tanpa informed


consent
182. INFORMED CONSENT
• Informed Consent adalah persetujuan tindakan
kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga
terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut.

• Menurut Lampiran SKB IDI No. 319/P/BA./88 dan


Permenkes no 585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang
Persetujuan Tindakan Medis Pasal 4 ayat 2
menyebutkan dalam memberikan informasi kepada
pasien / keluarganya, kehadiran seorang perawat /
paramedik lainnya sebagai saksi adalah penting.
Yang Berhak Memberikan Informed Consent

• Pasien yang telah dewasa (≥21 tahun atau


sudah menikah, menurut KUHP) dan dalam
keadaan sadar.
• Bila tidak memenuhi syarat di atas, dapat
diwakilkan oleh keluarga/ wali dengan urutan:
– Suami/ istri
– Orang tua (pada pasien anak)
– Anak kandung (bila anak kandung sudah dewasa)
– Saudara kandung
Tujuan Informed Consent
• Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap
tindakan dokter yang sebenarnya tidak diperlukan dan
secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang
dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.
• Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap
suatu kegagalan dan bersifat negatif, karena prosedur
medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap
tindakan medik ada melekat suatu resiko

( Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 )


• Tindakan medis yang dilakukan tanpa izin pasien, dapat
digolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaan
berdasarkan KUHP Pasal 351 (trespass, battery, bodily
assault ). Menurut Pasal 5 Permenkes No 290 / Menkes /
PER / III / 2008, persetujuan tindakan kedokteran dapat
dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi
persetujuan, sebelum dimulainya tindakan ( Ayat 1 ).
Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran harus
dilakukan secara tertulis oleh yang memberi persetujuan (
Ayat 2 ).

• Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi


sebelum dimintakan persetujuan tindakan kedokteran
adalah:
– Dalam keadaan gawat darurat ( emergensi ), dimana dokter
harus segera bertindak untuk menyelamatkan jiwa.
– Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa
menghadapi situasi dirinya.
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
• Persetujuan tindakan medis secara praktis
dibagi menjadi 2:
Implied consent Pasien tidak menyatakan persetujuan baik secara tertulis maupun
lisan, namun dari tingkah lakunya menyatakan persetujuannya.
Contoh: pasien membuka baju untuk diperiksa, pasien
mengulurkan lengan untuk diambil sampel darah.

Expressed Persetujuan dinyatakan secara lisan atau tertulis. Khusus setiap


consent tindakan yang mengandung risiko tinggi, harus diberikan
persetujuan tertulis oleh pasien atau yang berhak mewakili (sesuai
UU No.29 tahun 2004 pasal 45)

Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyelidikan,


A. Munim Idries, 2013
Jenis Consent Lainnya
JENIS
PENJELASAN
CONSENT
Consent yang diberikan pada pasien secara tertulis,
Informed consent yang ditandatangani langsung oleh pasien yang
berangkutan.

Consent yang diberikan oleh wali pasien (orangtua,


suami/istri, anak, saudara kandungnya dsb) karena
Proxy consent
pasien tidak kompeten untuk memberikan consent
(misalnya pada pasien anak).

Pasien tidak dapat memberikan consent, namun


diasumsikan bahwa bila pasien sadar, ia akan setuju
Presumed
dengan tindakan medis yang diambil. Consent jenis ini
consent
biasanya dilakukan pada kondisi kegawatdaruratan atau
pada donor organ dari cadaver.
Appelbaum PS. Assessment of patient’s competence to consent to treatment. New England Journal of Medicine. 2007; 357: 1834-
1840.
Soal 183
• Laki-laki datang ke dokter dengan keluhan flu.
Oleh dokter diberi terapi/pengobatan yang
sesuai standar. Beberapa hari kemudian
pasien tersebut mendadak mengeluh hanya
dapat ereksi dalam beberapa menit. Hal
tersebut sudah berkali-kali terjadi setelah
minum CTM dari dokter. Pasien berniat akan
menuntut dokter. Hal yang dilakukan dokter
ini termasuk...
Soal 183
• A. Unforseeable risk
• B. Near miss
• C. Adverse event
• D. Violation
• E. Acceptable risk

• Jawaban: C. Adverse event


183. INSIDENS KESELAMATAN PASIEN
Pasien tidak
cedera
NEAR MISS

Medical
Error
PREVENTABLE
• Kesalahan nakes
Pasien cedera ADVERSE MALPRAKTIK
• Dapat dicegah
• Karena berbuat (commission) EVENT
• Karena tdk berbuat
(ommision)
Acceptable
Risk

Process of UNPREVENTABLE Unforseeable


care Pasien cedera Risk
(Non error) ADVERSE EVENT
Complication
of Disease
Adverse Event
Preventable Adverse Event
• Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang
tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan (commission) atau karena tidak
bertindak (ommision), dan bukan karena
“underlying disease”.

• Adverse event yang menimbulkan akibat fatal,


misalnya kecacatan atau kematian, disebut juga
sentinel event.
Adverse Event
Unpreventable Adverse Event
• Acceptable risk: Kejadian tidak diharapkan yang merupakan risiko
yang harus diterima dari pengobatan yang tidak dapat dihindari.
Contoh: Pasien Ca mammae muntah-muntah pasca kemoterapi

• Unforseeable risk: Kejadian tidak diharapkan yang tidak dapat diduga


sebelumnya. Contoh: Terjadi Steven Johnson Syndrome pasca pasien
minum paracetamol, tanpa ada riwayat alergi obat sebelumnya.

• Complication of disease: Kejadian tidak diharapkan yang merupakan


bagian dari perjalanan penyakit atau komplikasi penyakit. Contoh:
Pasien luka bakar dalam perawatan mengalami sepsis.
KLASIFIKASI INSIDENS KESELAMATAN PASIEN
MENURUT PERMENKES NO.11 TAHUN 2017

• Kondisi Potensial Cedera (KPC): kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden. Misalnya: ventilator di ICU rusak, tetapi belum ada
pasien yang membutuhkan ventilator.

• Kejadian Tidak Cedera (KTC): insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul
cedera. Misalnya: pasien salah diberi obat, sudah terlanjur diminum pasien, tetapi tidak
muncul efek samping apapun.

• Kejadian Nyaris Cedera (KNC): Terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
Misalnya: hendak salah memberikan obat tetapi diketahui sebelum terlanjur terjadi.

• Kejadian Tidak Diharapkan (KTD): Insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.
Misalnya: pasien jatuh dari tempat tidur karena penghalang tidak dipasang.

• Kejadian sentinel: KTD yang menyebabkan kondisi yang mengancam nyawa.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN
Kejadian Nyaris Cedera/ Near Miss
• Suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius
tidak terjadi, karena :
– “keberuntungan” (mis.,pasien terima suatu obat kontra indikasi
tetapi tidak timbul reaksi obat),
– “pencegahan” (suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya
sebelum obat diberikan),
– “peringanan” / mitigasi (suatu obat dengan overdosis lethal
diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya
Soal 184
• Seorang laki- laki, 50 tahun, dibawa oleh anaknya
ke IGD karena mata kirinya tertusuk bambu. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan laserasi palpebra
dan perdarahan subkonjungtiva. Dokter jaga
melakukan pertolongan pertama pada mata kiri
untuk menghentikan perdarahan sementara
sebelum dirujuk ke dokter spesialis mata. Apakah
tindakan yang dilakukan oleh dokter tersebut
yang juga merupakan prinsip non maleficence?
• A. Memberi suatu resep
• B. Merujuk ke spesialis mata
• C. Mengutamakan altruisme
• D. Menolong pasien emergensi
• E. Memaksimalkan hak – hak pasien secara
keseluruhan

• Jawaban: D. Menolong pasien emergensi


Soal 185
• Seorang perempuan, 35 tahun, datang ke dokter
dengan keluhan keputihan. Pada pemeriksaan
dalam, pada vagina pasien ditemukan serpihan
kondom. Dokter kemudian memberi obat dan
edukasi kepada pasien tersebut. Di suatu hari
dokter bertemu dengan teman lamanya yang
ternyata merupakan suami dari pasien tersebut.
Dokter bercerita mengenai keluhan pasien
tersebut kepada suaminya. Si suami terkejut atas
keluhan istrinya karena dia tidak pernah
menggunakan kondom. Apakah yang anda
lakukan jika Anda dokter tersebut?
• A. Menasihati pasien agar membahas penyakitnya
dengan suaminya
• B. Menasihati suami agar berhati hati bila menggunakan
kondom
• C. Tidak membahas penyakit pasien di depan suaminya
• D. Menyarankan pasien agar menjaga kebersihan
vaginanya
• E. Menyuruh sang suami mengingat ingat kapan
menggunakan kondom

• Jawaban: C. Tidak membahas penyakit pasien di depan


suaminya
184-185. KAIDAH DASAR MORAL

Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.
Berbuat baik (beneficence) Tidak berbuat yang merugikan
(nonmaleficence)
• Selain menghormati martabat manusia,
dokter juga harus mengusahakan agar • Praktik Kedokteran haruslah memilih
pasien yang dirawatnya terjaga keadaan pengobatan yang paling kecil risikonya dan
kesehatannya (patient welfare). paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno:
• Pengertian ”berbuat baik” diartikan first, do no harm, tetap berlaku dan harus
bersikap ramah atau menolong, lebih diikuti.
dari sekedar memenuhi kewajiban.
Keadilan (justice)
Menghormati martabat manusia (respect
• Perbedaan kedudukan sosial, tingkat
for person) / Autonomy ekonomi, pandangan politik, agama dan
faham kepercayaan, kebangsaan dan
• Setiap individu (pasien) harus kewarganegaraan, status perkawinan,
diperlakukan sebagai manusia yang serta perbedaan jender tidak boleh dan
tidak dapat mengubah sikap dokter
memiliki otonomi (hak untuk menentukan terhadap pasiennya.
nasib diri sendiri), • Tidak ada pertimbangan lain selain
• Setiap manusia yang otonominya kesehatan pasien yang menjadi perhatian
berkurang atau hilang perlu mendapatkan utama dokter.
perlindungan. • Prinsip dasar ini juga mengakui adanya
kepentingan masyarakat sekitar pasien
yang harus dipertimbangkan
Soal 186
• Seorang dokter menemukan sebuah dus di depan
rumahnya yang berisi seorang bayi yang baru
lahir dalam keadaan hidup dengan tali pusar
masih terhubung dengan plasenta. Dokter lalu
menghubungi rumah sakit dan kepolisian. Polisi
lalu berhasil menemukan orang tua bayi yang
menelantarkan anaknya. Pihak penyidik meminta
keterangan kepada dokter tersebut. Apakah jenis
alat bukti yang paling sesuai berkaitan dengan
keterangan yang diminta pihak penyidik kepada
dokter tersebut?
• A. Keterangan saksi ahli
• B. Visum et repertum
• C. Keterangan saksi
• D. Keterangan ahli
• E. Laporan medis

• Jawaban: C. Keterangan saksi
186. SAKSI vs SAKSI AHLI
SAKSI SAKSI AHLI
TIDAK HARUS MEMILIKI KEAHLIAN
HARUS MEMILIKI KEAHLIAN TERTENTU
TERTENTU

TIDAK HARUS, DAPAT MEMPELAJARI


HARUS MENGALAMI (INDERAWI) BUKTI-BUKTI DAN MEMBERIKAN
KETERANGAN SESUAI KEAHLIANNYA

SATU SAKSI BELUM TENTU MENJADI ALAT SATU SAKSI SAJA SUDAH MERUPAKAN
BUKTI PRODUSEN ALAT BUKTI SAH

TAK ADA PEER GROUP ADA, BAHKAN LINTAS DISIPLIN


Peran Dokter dalam VeR & sebagai
Saksi Ahli
• Visum et Repertum: Laporan (jawaban) tertulis
dokter yang berdasarkan sumpah jabatan dan
keilmuannya, tentang obyek medik-forensik yang
dilihat dan diperiksa atas permintaan tertulis
penyidik berwenang, untuk kepentingan peradilan.
Obyek medik-forensik ini adalah manusia (hidup
ataupun mati), bahagian tubuh manusia maupun
sesuatu yang diduga bahagian tubuh manusia.
Soal 187
• Perempuan, 17 tahun, diantar orang tua ke
tempat praktek dokter umum. Pasien bercerita
sambil menangis bahwa dia ditinggal pergi oleh
pacarnya, padahal telah melakukan hubungan
badan. Hamil 1 bulan dan karena merasa malu,
mereka minta digugurkan kandungannya. Pasien
ini menjadi terganggu jiwanya akibat hamil
tersebut dan anda akhirnya melakukan
pengguguran kandungan. Termasuk apakah
tindakan Anda?
Soal 187
A. Abortus provocatus kriminalis
B. Abortus provocatus medisinalis
C. Abortus spontan
D. Abortus habitualis
E. Abortus terapeutik

Jawaban: A. Abortus provocatus kriminalis


187. ABORTUS PROVOKATUS
• Abortus menurut pengertian kedokteran terbagi
dalam:
– Abortus spontan
– Abortus provokatus, yang terbagi lagi ke dalam:
Abortus provokatus terapeutikus & Abortus
provokatus kriminalis

• Abortus provokatus kriminalis sajalah yang


termasuk ke dalam lingkup pengertian
pengguguran kandungan menurut hukum.
Abortus buatan (provokatus), jika ditinjau dari aspek hukum
dapat digolongkan ke dalam dua golongan yakni :
• Abortus buatan legal
– Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat
dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Populer
juga disebut dengan abortus provocatus therapcutius/
medisinalis, karena alasan yang sangat mendasar untuk
melakukannya adalah untuk menyelamatkan
nyawa/menyembuhkan si ibu.
• Abortus buatan ilegal
– Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain dari pada
untuk menyelamatkan/ menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh
tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan
cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus
golongan ini sering juga disebut dengan abortus provocatus
criminalis, karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau
kejahatan.
Idries A.M. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Penerbit
Binarupa Aksara. 1997
Indikasi Medis Abortus Provocatus
• Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang
terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
• Mola Hidatidosa
• Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
• Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika
dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit
keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara.
• Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
• Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
• Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit
jantung organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru
aktif, toksemia gravidarum yang berat.
• Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang
disertaikomplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.
• Epilepsi yang luas dan berat.
• Hiperemesis gravidarum yang berat dengan chorea gravidarum.
• Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus
seperti ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan
dengan psikiater.
Payung Hukum Abortus Provokatus
Medisinalis/ Abortus Terapeutik
• UU Kesehatan No.23 Tahun 1992
– Mengatur indikasi dapat dilakukan abortus provokatus
dan syaratnya

• UU Kesehatan No.36 Tahun 2009


– Ditambahkan mengenai diperbolehkannya abortus
provokatus pada kasus kehamilan akibat pemerkosaan
– Dilakukan sebelum usia kehamilan 6 minggu, kecuali
pada kasus gawat darurat
Abortus Provokatus Menurut
UU No.23 Tahun 1992 Pasal 15
1. Dalam kedaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan
jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan
medis tertentu
2. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) hanya dapat dilakukan:
– Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya
tindakkan tersebut.
– Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta
berdasarkan pertimbangan tim ahli.
– Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya.
– Pada sarana kesehatan tertentu
Abortus Provokatus Menurut
UU No.36 Tahun 2009
PASAL 75
1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi.

2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:


– indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat
dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan
bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
– kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.

3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan
yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan PASAL 76.
Abortus Provokatus Menurut
UU No.36 Tahun 2009
PASAL 76
• Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat
dilakukan :
a) sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b) oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri;
c) dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d) dengan izin suami, kecuali korban perkosaan;
e) penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri
Soal 188
• Ditemukan mayat tenggelam di laut, masih
dalam keadaan baru, dan tangannya
menggenggam rumput yang sulit untuk
dilepaskan. Bagaimana kita dapat mengetahui
apakah mayat tenggelam di laut, atau di
sungai lalu dipindahkan ke laut?
Soal 188
A. Pemeriksaan getah paru
B. Pemeriksaan diatomae
C. Pemeriksaan destruksi
D. Pemeriksaan digesti asam
E. Pemeriksaan darah jantung

Jawaban: E. Pemeriksaan darah jantung


188. TENGGELAM
• Tipe Kering (Dry drowning):
– akibat dari reflek vagal yang dapat menyebabkan henti jantung
atau akibat dari spasme laring karena masuknya air secara tiba-
tiba kedalam hidung dan traktus respiratorius bagian atas.
– Banyak terjadi pada anak-anak dan dewasa yang banyak
dibawah pengaruh obat-obatan (Hipnotik sedatif) atau alkohol
 tidak adausaha penyelamatan diri saat tenggelam.

• Tipe Basah (Wet drowning)


– terjadi aspirasi cairan
– Aspirasi air sampai paru menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah paru. Air bergerak dengan cepat ke membran kapiler
alveoli. Surfaktan menjadi rusak sehingga menyebabkan
instabilitas alveoli, ateletaksis dan menurunnya kemampuan
paru untuk mengembang.
Tipe Tenggelam
• Secondary drowning/near drowning
– Korban masih hidup atau masih bisa diselamatkan
saat hampir tenggelam. Namun setelah dilakukan
resusitasi selama beberapa jam, akhirnya korban
meninggal.

• Immersion syndrome
– Korban meninggal tiba-tiba saat tenggelam pada air
yang sangat dingin
– Akibat refleks vagal
Berdasarkan Lokasi Tenggelam
AIR TAWAR AIR LAUT
• Air dengan cepat diserap • Pertukaran elektrolit dari
dalam jumlah besar air asin ke darah 
hemodilusi  natrium plasma
hipervolemia dan meningkat  air akan
hemolisis massif dari sel- ditarik dari sirkulasi 
sel darah merah  hipovolemia dan
kalium intrasel akan hemokonsentrasi 
dilepas  hiperkalemia hipoksia dan anoksia
 fibrilasi ventrikel dan
anoksia yang hebat pada
miokardium.
Tanda Tenggelam
Tanda korban masih hidup saat tenggelam:
• Ditemukannya tanda cadaveric spasme
• Perdarahan pada liang telinga
• Adanya benda asing (lumpur, pasir, tumbuhan dan binatang
air) pada saluran pernapasan dan pencernaan
• Adanya bercak paltouf di permukaan paru
• Berat jenis darah pada jantung kanan dan kiri berbeda
• Ditemukan diatome
• Adanya tanda asfiksia
• Ditemukannya mushroom-like mass
Pemeriksaan Luar Korban Tenggelam
• Mayat dalam keadaan basah berlumuran pasir dan benda-benda asing lainnya yang
terdapat di dalam air laut dan kadang-kadang bercampur lumpur.
• Busa halus putih yang berbentuk jamur (mush room-like mass).
– Masuknya cairan kedalam saluran pernafasan merangsang terbentuknya mukus,
substansi ini ketika bercampur dengan air dan surfaktan dari paru-paru dan terkocok
oleh karena adanya upaya pernafasan yang hebat. Busa dapat meluas sampai trakea,
bronkus utama dan alveoli.
• Cutis anserina pada ekstremitas akibat kontraksi otot erector pilli yang dapat terjadi karena
rangsangan dinginnya air.
• Washer woman hand. Telapak tangan dan kaki berwarna keputihan dan berkeriput yang
disebabkan karena inhibisi cairan ke dalam cutis dan biasanya membutuhkan waktu yang
lama.
• Cadaveric spasme. Merupakan tanda vital yang terjadi pada waktu korban berusaha
menyelamatkan diri., dengan cara memegang apa saja yang terdapat dalam air.
• Luka lecet akibat gesekan benda-benda dalam air.
• Penurunan suhu mayat
• Lebam mayat terutama pada kepala dan leher
Pemeriksaan Dalam Korban Tenggelam
• Pemeriksaan terutama ditujukan pada sistem pernapasan, busa halus putih
dapat mengisi trakhea dan cabang-cabangnya, air juga dapat ditemukan,
demikian pula halnya dengan benda-benda asing yang ikut terinhalasi bersama
benda air.
• Benda asing dalam trakhea dapat tampak secara makroskopis misalnya pasir,
lumpur, binatang air, tumbuhan air dan lain sebagainya; sedangkan yang tampak
secara mikroskopis diantaranya telur cacing dan diatome (ganggang kersik).
• Pleura dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik perdarahan.
Perdarahan ini dapat terjadi karena adanya kompresi terhadap septum
interalveoli, atau oleh karena terjadinya fase konvulsi akibat kekurangan oksigen.
• Bercak perdarahan yang besar (diameter 3-5 cm), terjadi karena robeknya partisi
inter alveolar, dan sering terlihat di bawah pleura; bercak ini disebut sebagai
bercak ”Paltauf”.
– Bercak berwarna biru kemerahan dan banyak terlihat pada bagian bawah paru-paru,
yaitu pada permukaan anterior dan permukaan antar bagian paru-paru.
Pemeriksaan Dalam Korban Tenggelam
• Kongesti pada laring
• Emphysema aquosum atau emphysema
hyroaerique yaitu paru-paru tampak pucat
dengan diselingi bercak-bercak merah di antara
daerah yang berwarna kelabu;
• Obstruksi pada sirkulasi paru-paru akan
menyebabkan distensi jantung kanan dan
pembuluh vena besar dan keduanya penuh berisi
darah yang merah gelap dan cair, tidak ada
bekuan.
PEMERIKSAAN KHUSUS
PADA KASUS TENGGELAM
• Terdapat pemeriksaan khusus pada kasus mati
tenggelam (drowning), yaitu :
– Percobaan getah paru (lonset proef)
– Pemeriksaan diatome (destruction test)
– Pemeriksaan kimia darah (gettler test & Durlacher
test).
Tes getah paru (lonset proef)
• Kegunaan melakukan percobaan paru (lonsef proef)
yaitu mencari benda asing (pasir, lumpur, tumbuhan,
telur cacing) dalam getah paru-paru mayat.
• Syarat melakukannya adalah paru-paru mayat
harus segar / belum membusuk.
• Cara melakukan percobaan getah paru (lonsef proef)
yaitu permukaan paru-paru dikerok (2-3 kali) dengan
menggunakan pisau bersih lalu dicuci dan iris
permukaan paru-paru. Kemudian teteskan diatas objek
gelas. Syarat sediaan harus sedikit mengandung
eritrosit.
Tes Diatom
TES DIATOM 4 CARA PEMERIKSAAN DIATOM:
• Diatom adalah alga atau ganggang • Pemeriksaan mikroskopik langsung.
bersel satu dengan dinding terdiri Pemeriksaan permukaan paru disiram
dari silikat (SiO2) yang tahan panas dengan air bersih iris bagian perifer
dan asam kuat. ambil sedikit cairan perasan dari
jaringan perifer paru, taruh pada
gelas objek tutup dengan kaca
• Bila seseorang mati karena penutup. Lihat dengan mikroskop.
tenggelam maka cairan bersama
diatome akan masuk ke dalam
saluran pernafasan atau pencernaan • Pemeriksaan mikroskopik jaringan
kemudian diatome akan masuk dengan metode Weinig dan Pfanz.
kedalam aliran darah melalui
kerusakan dinding kapiler pada waktu • Chemical digestion. Jaringan
korban masih hidup dan tersebar dihancurkan dengan menggunakan
keseluruh jaringan. asam kuat sehingga diharapkan
diatom dapat terpisah dari jaringan
tersebut.

• Inseneration. Bahan organik


dihancurkan dengan pemanasan
dalam oven.
Tes Kimia Darah
TEST KIMIA DARAH • Test Gettler: Menunjukan
• Mengetahui ada tidaknya adanya perbedaan kadar
hemodilusi atau klorida dari darah yang diambil
hemokonsentrasi pada dari jantung kanan dan
masing-masing sisi dari jantung kiri. Pada korban
jantung, dengan cara tenggelam di air laut kadar
memeriksa gaya berat spesifik klorida darah pada jantung kiri
dari kadar elektrolit antara lain lebih tinggi dari jantung kanan.
kadar sodium atau clorida dari
serum masing-masing sisi. • Tes Durlacher: Penentuan
perbedaan berat plasma
• Dianggap reliable jika jantung kanan dan kiri. Pada
dilakukan dalam waktu 24 jam semua kasus tenggelam berat
setelah kematian jenis plasma jantung kiri lebih
tinggi daripada jantung kanan .
Soal 189 – 190
189. Perempuan, 18 tahun, diculik dari kampus, 2 hari
setelah itu ditemukan mayat perempuan mengapung di
sungai tidak jauh dari kampus. Mayat sudah busuk.
Korban dibawa ke rumah sakit dan dilakukan
pemeriksaan demi kepentingan visum. Dari hasil
pemeriksaan ditemukan, mayat sudah mulai
menggembung, terdapat beberapa luka lecet pada
tungkai dan pada leher ditemukan bekas luka yang sudah
mulai menghitam. Pada pemeriksaan getah paru tidak
ditemukan tumbuhan air, pada selaput dara ditemukan
robekan sampai ke dasar. Apakah kemungkinan sebab
kematian korban tersebut?
Soal 189
• A. Kekerasan tumpul pada seluruh tubuh
• B. Kekerasan tumpul pada leher
• C. Perkosaan
• D. Mati lemas
• E. Tenggelam

• Jawaban: B. Kekerasan tumpul pada leher


Soal 190
• Seorang petani menemukan sesosok mayat
tergantung di pohon durian. Mayat tersebut
masih segar, berpakaian lengkap, dari mulut
keluar buih dan lidah tergigit. Warga lapor
Polisi dan mayat di turunkan. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan luka lecet tekan yang
melingkari leher, berjalan mendatar, posisi
dibawah jakun. Bagaimana cara mati korban?
Soal 190
A. Gantung diri
B. Penjeratan
C. Pencekikan
D. Penganiayaan
E. Pembunuhan

Jawaban: E. Pembunuhan
189-190. SEBAB-MEKANISME-CARA KEMATIAN

• Untuk dapat menentukan sebab kematian,


secara mutlak harus dilakukan otopsi.

• Sedangkan perkiraan sebab kematian dapat


diteliti dari kelainan yang ditemukan pada
pemeriksaan luar.

Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
Sebab Kematian
• Sebab kematian lebih ditekankan pada alat atau
sarana yang dipakai untuk mematikan korban.
– Contoh: karena tenggelam, karena terbakar, karena
tusukan benda tajam, karena pencekikan, karena
kekerasan benda tumpul.

• Sebab kematian banyak membantu penyidik dalam


melaksanakan tugas, misalnya untuk mencari dan
menyita benda yang diperkirakan dipakai sebagai alat
pembunuh, sehingga sebab kematian seperti mati
lemas tidak tepat.

Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
Mekanisme Kematian
• Mekanisme kematian menunjukkan bagaimana
korban itu mati setelah umpamanya tertembak atau
tenggelam.
– Contoh: asfiksia, karena perdarahan, karena refleks vagal,
karena hancurnya jaringan otak

• Mekanisme lebih bersifat teoritis dan tidak selalu


dapat diketahui pasti

Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
Cara Kematian
• Dalam ilmu kedokteran forensik dikenal 3 cara
kematian, yaitu:
1. Wajar: kematian korban karena penyakit, bukan
karena kekerasan atau rudapaksa.
2. Tidak wajar, yang dibagi menjadi kecelakaan, bunuh
diri, dan pembunuhan.
3. Tidak dapat ditentukan, yang disebabkan karena
keadaan mayat telah sedemikian rusak atau busuk
sehingga luka atau penyakit tidak dapat ditemukan
lagi.

Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
190. Tipe Penggantungan
• Suicidal hanging (gantung diri)
– Paling banyak ditemui
– Korban bunuh diri
• Accidental hanging
– Lebih banyak ditemukan pada anak-anak utamanya pada umur antara 6-12 tahun.
Tidak ditemukan alasan untuk bunuh diri karena pada usia itu belum ada tilikan
dari anak untuk bunuh diri. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengawasan dari orang
tua.
– Pada orang dewasa, bisa terjadi akibat pelampiasan nafsu seksual yang
menyimpang.
• Homicidal hanging
– Pembunuhan yang dilakukan dengan metode menggantung korban.
– Biasanya dilakukan bila korbannya anak-anak atau orang dewasa yang kondisinya
lemah baik oleh karena penyakit atau dibawah pengaruh obat, alcohol, atau korban
sedang tidur.
PENGGANTUNGAN ANTEMORTEM VS POSTMORTEM
NO PENGGANTUNGAN ANTEMORTEM PENGGANTUNGAN POSTMORTEM

Tanda-tanda penggantungan ante-mortem


Tanda-tanda post-mortem menunjukkan kematian
1 bervariasi. Tergantung dari cara kematian
yang bukan disebabkan penggantungan
korban

Tanda jejas jeratan miring, berupa lingkaran Tanda jejas jeratan biasanya berbentuk lingkaran utuh
2 terputus (non-continuous) dan letaknya pada (continuous), agak sirkuler dan letaknya pada bagian
leher bagian atas leher tidak begitu tinggi

Simpul tali biasanya tunggal, terdapat pada Simpul tali biasanya lebih dari satu, diikatkan dengan
3
sisi leher kuat dan diletakkan pada bagian depan leher

Ekimosis pada salah satu sisi jejas penjeratan tidak


Ekimosis tampak jelas pada salah satu sisi dari
ada atau tidak jelas. Lebam mayat terdapat pada
4 jejas penjeratan. Lebam mayat tampak di atas
bagian tubuh yang menggantung sesuai dengan posisi
jejas jerat dan pada tungkai bawah
mayat setelah meninggal

Pada kulit di tempat jejas penjeratan teraba


5 seperti perabaan kertas perkamen, yaitu Tanda parchmentisasi tidak ada atau tidak begitu jelas
tanda parchmentisasi
PENGGANTUNGAN ANTEMORTEM VS POSTMORTEM
NO PENGGANTUNGAN ANTEMORTEM PENGGANTUNGAN POSTMORTEM

Sianosis pada wajah, bibir, telinga, dan lain-


Sianosis pada bagian wajah, bibir, telinga dan lain-lain
6 lain sangat jelas terlihat terutama jika
tergantung dari penyebab kematian
kematian karena asfiksia

Wajah membengkak dan mata mengalami


Tanda-tanda pada wajah dan mata tidak terdapat,
kongesti dan agak menonjol, disertai dengan
7 kecuali jika penyebab kematian adalah pencekikan
gambaran pembuluh dara vena yang jelas
(strangulasi) atau sufokasi
pada bagian dahi

Lidah tidak terjulur kecuali pada kasus kematian


8 Lidah bisa terjulur atau tidak sama sekali
akibat pencekikan
Penis. Ereksi penis disertai dengan keluarnya
cairan sperma sering terjadi pada korban pria. Penis. Ereksi penis dan cairan sperma tidak
9
Demikian juga sering ditemukan keluarnya ada.Pengeluaran feses juga tidak ada
feses

Air liur. Ditemukan menetes dari sudut mulut,


dengan arah yang vertikal menuju dada. Hal Air liur tidak ditemukan yang menetes pad kasus
10
ini merupakan pertanda pasti penggantungan selain kasus penggantungan.
ante-mortem
GANTUNG DIRI VS PEMBUNUHAN
NO PENGGANTUNGAN PADA BUNUH DIRI PENGGANTUNGAN PADA PEMBUNUHAN

Usia. Gantung diri lebih sering terjadi pada


Tidak mengenal batas usia, karena tindakan
remaja dan orang dewasa. Anak-anak di bawah
1 pembunuhan dilakukan oleh musuh atau lawan dari
usia 10 tahun atau orang dewasa di atas usia 50
korban dan tidak bergantung pada usia
tahun jarang melakukan gantung diri

Tanda jejas jeratan, berupa lingkaran tidak terputus,


Tanda jejas jeratan, bentuknya miring, berupa
mendatar, dan letaknya di bagian tengah leher,
2 lingkaran terputus (non-continuous) dan
karena usaha pelaku pembunuhan untuk membuat
terletak pada bagian atas leher
simpul tali

Simpul tali, biasanya hanya satu simpul yang Simpul tali biasanya lebih dari satu pada bagian
3
letaknya pada bagian samping leher depan leher dan simpul tali tersebut terikat kuat

Riwayat korban. Biasanya korban mempunyai


Sebelumnya korban tidak mempunyai riwayat untuk
4 riwayat untuk mencoba bunuh diri dengan cara
bunuh diri
lain

Cedera. Luka-luka pada tubuh korban yang bisa


Cedera berupa luka-luka pada tubuh korban
5 menyebabkan kematian mendadak tidak
biasanya mengarah kepada pembunuhan
ditemukan pada kasus bunuh diri
GANTUNG DIRI VS PEMBUNUHAN
NO PENGGANTUNGAN PADA BUNUH DIRI PENGGANTUNGAN PADA PEMBUNUHAN

Racun. Adanya racun dalam lambung korban,


Terdapatnya racun berupa asam opium hidrosianat atau kalium
misalnya arsen, sublimat korosif, dll tidak
sianida tidak sesuai pada kasus pembunuhan, karena untuk hal ini
6 bertentangan dengan kasus gantung diri. Rasa
perlu waktu dan kemauan dari korban itu sendiri. Dengan demikian
nyeri yang disebabkan racun tersebut mungkin
maka kasus penggantungan tersebut adalah karena bunuh diri
mendorong korban untuk gantung diri

Tangan tidak dalam keadaan terikat, karena sulit Tangan yang dalam keadaan terikat mengarahkan dugaan pada
7
untuk gantung diri dalam keadaan tangan terikat kasus pembunuhan

Kemudahan. Pada kasus bunuhdiri, biasanya


tergantung pada tempat yang mudah dicapai Pada kasus pembunuhan, mayat ditemukan tergantung pada
8 oleh korban atau di sekitarnya ditemukan alat tempat yang sulit dicapai oleh korban dan alat yang digunakan
yang digunakan untuk mencapai tempat untuk mencapai tempat tersebut tidak ditemukan
tersebut

Tempat kejadian. Jika kejadian berlangsung di


dalam kamar, dimana pintu, jendela ditemukan
Tempat kejadian. Bila sebaliknya pada ruangan ditemukan terkunci
9 dalam keadaan tertutup dan terkunci dari
dari luar, maka penggantungan adalah kasus pembunuhan
dalam, maka kasusnya pasti merupakan bunuh
diri

Tanda-tanda perlawanan, tidak ditemukan pada Tanda-tanda perlawanan hampir selalu ada kecuali jika korban
10
kasus gantung diri sedang tidur, tidak sadar atau masih anak-anak.
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
THT-KL
Soal 191
Tn. Lucas, 70 tahun, datang dengan keluhan
penurunan pendengaran telinga kanan. Pada
pemeriksaan audiometri nada murni ambang
dengar pasien AC (air conduction) dan BC (bone
conduction) pada 80 dB. Diagnosis pada pasien
ini adalah…
A. Tuli konduktif berat
B. Tuli sensorineural sedang-berat
C. Tuli sensorineural berat
D. Tuli campuran sedang-berat
E. Tuli campuran berat

Jawaban: C. Tuli sensorineural berat


Audiologi Nada Murni
Audiometri nada murni:
• Ambang Dengar (AD): bunyi nada murni terlemah pada
frekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga
seseorang.
• Perhitungan derajat ketulian:
(AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz + AD 4000 Hz) / 4
• Derajat ketulian:
– 0-25 dB : normal
– >25-40 dB : tuli ringan
– >40-55 dB : tuli sedang
– >55-70 dB : tuli sedang berat
– >70-90 dB : tuli berat
– >90 dB : tuli sangat berat
Soal 192
• Tn. Elliot, 57 tahun, datang dengan keluhan
mimisan sejak 30 menit yang lalu. Hidung
kanan sudah dipencet ± 15 menit namun tidak
berhenti. Pasien diketahui mengonsumsi obat
aspirin dan pasien menderita hipertensi tidak
terkontrol. Kelainan kemungkinan terletak di…
• A. Konka media inferior
• B. Septum anterior
• C. Arteri sfenopalatina
• D. Pleksus kiesselbach
• E. Arteri etmoidalis anterio

• Jawaban: C. Arteri sfenopalatina


192. Epistaksis
Penatalaksanaan
• Perbaiki keadaan umum
– Nadi, napas, tekanan darah

• Hentikan perdarahan
– Bersihkan hidung dari darah & bekuan
– Pasang tampon sementara yang telah dibasahi adrenalin
1/5000-1/10000 atau lidokain 2%
– Setelah 15 menit, lihat sumber perdarahan

• Cari faktor penyebab untuk mencegah rekurensi


– Trauma, infeksi, tumor, kelainan kardiovaskular, kelainan darah,
kelainan kongenital
Epistaksis
• Epistaksis anterior:
– Sumber: pleksus kisselbach plexus atau a. ethmoidalis
anterior
– Dapat terjadi karena infeksi & trauma ringan, mudah
dihentikan.
– Penekanan dengan jari selama 10-15 menit akan menekan
pembuluh darah & menghentikan perdarahan.
– Jika sumber perdarahan terlihat  kauter dengan AgNO3, jika
tidak berhenti  tampon anterior 2 x 24 jam.

Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.


Epistaksis
• Epistaksis Posterior
– Perdarahan berasal
dari a. ethmoidalis
posterior atau a.
sphenopalatina, sering
sulit dihentikan.
– Terjadi pada pasien
dengan hipertensi
atau arteriosklerosis.
– Terapi: tampon
bellocq/posterior
selama 2-3 hari.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Soal 193
Anak Bela, 3 tahun, datang dibawa ibunya ke UGD
dengan keluhan sesak, tidak mau makan dan lemas.
Batuk pilek di sangkal. Pada PF didapatkan:
Telinga/hidung: tidak ada keluhan
Tenggorok: T3/T3,terdapat lapisan putih mudah
berdarah.
Pada Regio coli pembesaran KGB
Apakah pemeriksaan penunjang dan komplikasi
pada kasus tersebut?
• A. Test titer ASO, gagal nafas
• B. Swab tenggorok, sumbatan jalan napas
• C. Test titer ASO dan swab tenggorok, gagal
jantung
• D. Swab tenggorok, Stenosis diafragma
• E. Swab tenggorok, gagal nafas

• Jawaban: B. Swab tenggorok, sumbatan jalan


napas
193. Tonsilitis difteri
• Tonsilitis difteri merupakan salah satu dari
kelompok tonsilitis membranosa
• Etiologi: kuman Corynebacterium diphteriae
• Sering ditemukan pada anak usia kurang dari
10 tahun
193. Tonsilitis difteri
• Gambaran klinik dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
– Gejala umum : subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu
makan, badan lemah, nadi lambat, nyeri menelan
– Gejala lokal: tonsil membengkak ditutupi bercak putih
kotor membentuk membran semu yang mudah
berdarah, kelenjar limfe leher membengkak
menyerupai leher sapi (bullneck/ Burgemeester’s hals)
– Gejala akibat eksotoksin:
• Pada jantung  miokarditis hingga dekom kordis
• Pada n.kranial  kelumpuhan otot palatum & otot
pernapasan
• Pada ginjal  albuminuria
Patogenesis
Entry into nose or mouth
The organism remains in the superficial layers of skin lesions or respiratory tract mucosa,
inducing local inflammatory reaction

The major virulence of the organism lies in its ability to produce the
potent 62-kd polypeptide exotoxin, which inhibits protein synthesis and
causes local tissue necrosis

Within the first few days of respiratory tract infection , a dense necrotic coagulum
of organisms, epithelial cells, fibrin, leukocytes and erythrocytes forms, advances,
and becomes a gray-brown, leather-like adherent pseudomembrane . Removal is
difficult and reveals a bleeding edematous submucosa  AIRWAY OBSTRUCTION
Severity of Airway Obstruction
Jackson Criteria
I : Patient Calm
Stridor --> Inspiratory
Retraction --> Suprasternal

II : Patient Discomfort
Stridor --> Inspiratory
Retraction --> Suprasternal, Substernal

III : Patient Dyspnea


Stridor --> Inspiratory, Expiratory
Retraction --> Suprasternal, Substernal, Intercostal

IV : Patient Cyanosis/Apathy
Stridor --> Inspiratory, Expiratory
Retraction --> Suprasternal, Substernal, Intercostal
193. Difteri
• Pemeriksaan :
– Pemeriksaan Gram & Kultur; sediaan berasal dari swab
tenggorok, jika bisa diambil dibawah selaput
pseudomembran
– Kultur bisa menggunakan medium cystine tellurite blood
agar (CTBA), medium hoyle dan medium tinsdale 
medium selektif untuk kultur Corynebacterium diphtheriae
– Untuk megisolasi Corynebacterium digunakan agar darah
telurit (Mc Leod), sebagai media selektif, setelah inkubasi
selama 24 jam koloni bakteri terlihat berwarna abu-abu tua-
hitam.
– Selanjutnya untuk biakan murni Corynebacterium digunakan
media perbenihan Loeffler dalam tabung

Todar K. Diphtheria. http://textbookofbacteriology.net/diphtheria.html


Demirci CS. Pediatric diphtheria. http://emedicine.medscape.com/article/963334-overview
Tatalaksana
• Antitoksin: harus diberikan segerah setelah diagnosis
dibuat. Sebelum diberikan, harus dilakukan skin test. (dosis
ADS lihat tabel)
• Anbiotik: Penisillin prokain 50.000-100.000 Unit/kgBB IM
per hari selama 10-14 hari atau eritromisin 40-50
mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 10-14 hari
• Hindari oksigen kecuali jika terjadi obstruksi saluran repirasi
(Pemberian oksigen dengan nasal prongs dapat membuat
anak tidak nyaman dan mencetuskan obstruksi)

PPK RSCM & Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO.


Tatalaksana
• Jika anak demam (≥ 39o C) beri parasetamol.
• Jika sulit menelan, beri makanan melalui pipa
nasogastrik.
• Kortikosterod dianjurkan pada kasus difteria
dengan gejala penyerta obstruksi saluran
nafas bagian atas ( dengan atau tanpa bullneck
) dan bila terdapat penyulit miokarditis.
– Prednison dengan dosis 2mg/kgBB/hari yang
diturunkan secara bertahap.
Tindakan Kesehatan Masayarakat
• Rawat anak di ruangan isolasi
• Lakukan imunisasi pada anak serumah sesuai
dengan riwayat imunisasi
• Berikan eritromisin pada kontak serumah
sebagai tindakan pencegahan (12.5 mg/kgBB,
4xsehari, selama 3 hari)
• Lakukan biakan usap tenggorok pada keluarga
serumah

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO.


Soal 194
• Pasien dengan keluhan keluar sekret kental
kekuningan dari hidung. Nyeri tekan pada pipi
kanan dan kiri. Mukosa nasi hiperemis, konka
edem, sekret (+). Diagnosais pasien ini
adalah...
• A. Sinusitis maksilaris
• B. Sinusitis etmoidalis
• C. Rinitis
• D. Rinosinusitis
• E. Sinusitis frontalis

• Jawaban: A. Sinusitis maksilaris


194. Rhinosinusitis
Diagnosis Clinical Findings
Rinosinusitis 2/lebih gejala: obstruksi nasal/rhinorea ditambah nyeri wajah atau
akut hiposmia/anosmia.
• Nyeri pipi: sinusitis maksilaris
• Nyeri retroorbital: sinusitis etmoidalis
• Nyeri dahi atau kepala: sinusitis frontalis
Akut bila gejala sampai 4 minggu, lebih dari 3 minggu sampai 3 bulan
disebut subakut.
Sinusitis kronik Kronik: > 3 bulan. Gejala tidak spesifik, dapat hanya ada 1 atau 2 dari
gejala berikut: sakit kepala kronik, postnasal drip, batuk kronik,
gangguan tenggorok, gangguan telinga akibat sumbatan tuba,
sinobronkitis, pada anak gastroenteritis akibat mukopus yang tertelan.
Sinusitis Dasar sinus maksila adalah prosesus alveolaris, dan hanya terpisahkan
dentogen oleh tulang tipis. Infeksi gigi rahang atas mudah menyebar secara
langsung ke sinus, atau melalui pembuluh darah dan limfe.
Sinusitis jamur Faktor risiko:pemakaian antibiotik, kortikosteroid, imunosupresan, dan
radioterapi.Ciri: sinusitis unilateral, sulit sembuh dengan antibiotik,
terdapat gambaran kerusakan tulang dinding sinus, atau bila ada
membran berwarna putih keabuan pada irigasi antrum.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
194. Rhinosinusitis
• Sebagian besar sinusitis akut, terjadi sekunder karena:
 common cold;
 influenza;
 measles, whooping cough, etc.

• Pada 10% kasus infeksi berasal dari gigi:


 Abses apikal,
 Cabut gigi.

• Organisme penyebab umumnya: Streptococcus pneumoniae,


Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis. Pada infeksi gigi,
bakteri anaerob dapat ditemukan.
TRANSILLUMINATION TEST
• Dim the room lights.

• Place the lighted otoscope


directly on the infraorbital rim (bone
just below the eye).

• Ask the patient to open their


mouth and look for light
glowing through the mucosa
of the upper mouth.

Principle: In the setting of inflammation,


the maxillary sinus becomes fluid
filled and will not allow this
transillumination.
194. Rhinosinusitis
• Pemeriksaan penunjang rhinosinusitis:
– Foto polos: posisi waters, caldwell, lateral 
menilai sinus-sinus besar (maksila & frontal).
Kelainan yang tampak: perselubungan, air fluid level,
penebalan mukosa.
– CT scan: mampu menilai anatomi hidung & sinus,
adanya penyakit dalam hidung & sinus, serta
perluasannya  gold standard.
Karena mahal, hanya dikerjakan untuk penunjang
sinusitis kronik yang tidak membaik atau pra-operasi
untuk panduan operator.

Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.


Modalitas X-Ray
Foto Deskripsi
Waters Maxillary, frontal, & ethmoidal sinus

Schedel PA & lateral PA: frontal sinus


Lateral: frontal, sphenoidal, & ethmoidal sinus

Schuller Lateral mastoid


Towne Posterior wall of maxillary sinus
Stenver Os Temporal
Caldwell Frontal sinus,inferior and posterior orbital rim
Rhese/oblique Posterior of ethmoidal sinus, optic canal, &
floor of orbit.
Rhinosinusitis
• Terapi rhinosinusitis
– Tujuan:
• Mempercepat penyembuhan
• Mencegah komplikasi
• Mencegah perubahan menjadi kronik
– Prinsip:
• Membuka sumbatan di kompleks osteomeatal (KOM) → drainasi & ventilasi pulih
– Farmakologi:
• AB amoksisilin 10-14 hari
• Dekongestan
• Lain-lain: analgetik, mukolitik, steroid oral/topikal, NaCl
• Saline irrigation — Mechanical irrigation with buffered, physiologic, or hypertonic saline
may reduce the need for pain medication and improve overall patient comfort,
particularly in patients with frequent sinus infections.
– Operasi
• untuk sinusitis kronik yang tidak membaik, sinusitis disertai kista atau kelainan
ireversibel, polip ekstensif, komplikasi (kelainan orbita, intrakranial, osteomielitis,
kelainan paru), sinusitis jamur.

Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.


Tatalaksana Sinusitis Akut

• Acute Viral Rhinosinusitis


– Analgesik dan antipiretik
– Saline irigation
– Intranasal glucocorticoids
– Oral decongestan  useful when eustachian tube
dysfunction is a factor for patients with AVRS.
– Intranasal decongestan  no more than three
consecutive days.
– Antihistamin
– Mucolytics  guaifenesin

Patel ZM. Uncomplicated acute sinusitis and rhinosinusitis in adults: Treatment. Uptodate 2018
Soal 195
• Pasien perempuan usia 14 tahun datang
dengan keluhan nyeri pada belakang telinga
kiri sejak 3 hari yang lalu. Riwayat keluar
cairan kental kekuningan dan demam hilang
timbul sejak 2 bulan lalu. Di belakang telinga
tampak udem, hiperemis, fluktuasi (-). Di liang
telinga tampak kotor dan sekret mukopurulen.
Diagnosis pada pasien ialah...
• A. Fistula pre aurikula
• B. Mastoiditis akut
• C. Perikondritis
• D. Abses bezold
• E. Abses Citelli

• Jawaban: B. Mastoiditis akut


195. Mastoiditis
• Mastoiditis merupakan infeksi yang meluas ke tulang
berongga di belakang telinga. Peradangan terjadi pada
mukosa antrum mastoid.
• Mastoid merupakan salah satu komplikasi otitis media
akut.
• Etiologi: Streptococcus pneumonia, streptococcus
pyogenes, staphylococcus aureus dan haemophilus
influenza.
• Gejala: umumnya pasien mengeluh nyeri tekan
mastoid dan pembengkakan mastoid. Tulang eritem
terlihat kemerahan. Gejala demam juga dan sakit
kepala juga akan dikeluhkan pasien.
Mastoiditis
• Diagnosis mastoiditis berdasarkan gejala klinis
pasien. Selain itu, pemeriksaan penunjang dapat
dilakukan seperti CT scan atau MRI.
• Pengobatan mastoiditis meliputi pemberian
antibitoik empiris sebelum ada kultur antibiotik
(broad spectrum antibiotic seperti ceftriaxone
dapat digunakan).
• Apabila mastoiditis tidak berespon dengan
pengobatan, dapat dipertimbangkan
mastoidektomi (pengambilan tulang mastoid).
Radiographic Position of Mastoids

Stenver’s view (Axio-anterior oblique posterior):


Law View (15º lateral oblique): Sagittal plane of the Facing the film and head slightly flexed and rotated to
skull is parallel to the film and X-ray beam is 45 degrees to the opposite of side under examination
projected 15 degrees cephalocaudal. and X-ray beam is angulated 14 degrees caudal

Schuller’s or Rugnstrom view (30º lateral oblique): Similar to Law’s view but
cephalocaudal beam makes an angle of 30 degrees instead of 15 degrees
• Acute mastoiditis: Diffuse haziness or clouding of mastoid air cells,
destruction of intercellular septa (loss of trabecular pattern) & the lateral
sinus plate appears more prominent
• Chronic mastoiditis: Diffuse sclerosis of cellular mastoid and prominence of
periantral triangle
• Cholesteatomas: Cholesteatomas are radiolucent and can only be diagnosed
if they erode bone. An erosion of mastoid antrum is seen as an area of
translucency in a sclerotic mastoid.

Sumber : Radiography of The Mastoid Process available from https://ce4rt.com/positioning/radiography-of-the-mastoid-process


Radiographic Position of Mastoids

Submentovertical view (Full axial): Chin raised and


Towne’s view (30º Fronto-occipital neck hyperextended until orbito-meatal line is parallel
axial): Anteroposterior view with 30 degrees tilt from to the film and the beam is projected at right angles to
above and in front the film from submental area

Transorbital view (Anteroposterior or


Posteroanterior): AP or PA view with orbito-meatal
line perpendicular to the film and the X-ray beam
also perpendicular to the film

Sumber : Radiography of The Mastoid Process available from https://ce4rt.com/positioning/radiography-of-the-mastoid-process


Mastoiditis – Tatalaksana
• Initiated with IV antibiotics directed against the common organisms S.
pneumoniae and H. influenzae.Useful agents are amoxicillin/ clavulanate,
ceftriaxone, and cefotaxime or combination penicillinase-resistant
penicillin and aminoglykosida. If a patient is allergic to penicillin (history
of anaphylaxis), clindamycin can be considered instead.
• If the disease in the mastoid has had a prolonged course, coverage for S.
aureus with gram-negative enteric bacilli may be considered for initial
therapy until results of cultures become available. Add vancomycin if
MRSA suspected or nafcillin/oxacillin if culture is positive for S. aureus,
methicillin susceptible.
• Antibiotics continued until all signs of mastoiditis have resolved Directed
against enteric gram-negative organisms and anaerobes in chronic
mastoiditis
• Indications for mastoidectomy:
1. Failure to improve after 72 hr of therapy
2. Persistent fever
3. Imminent or overt signs of intracranial complications
4. Evidence of a subperiosteal abscess in the mastoid bone
Soal 196
• Anak, 10 tahun, dibawa dengan keluhan telinga
kanan dan kiri sakit. Sebelumnya anak batuk
pilek, saat ini anak kalau dipanggil kurang dengar.
Tidak keluar cairan dari telinga. KU composmentis
HR 110X, RR 20, T 36,7. PF inspeksi tidak ada
kemerahan pada aurikula, cairan keluar (-),
palpasi nyeri tekan tragus (-), otoskopi CAE bersih
tidak ada kemerahan, serumen (-), MT intak,
hiperemis, tampak cairan dan gelembung udara
di anteroinferior. Diagnosis pasien ini adalah…
• A. OME
• B. OMA stadium presupurasi
• C. OMA supurasi
• D. Miringobulosa
• E. Labirinitis

• Jawaban: B. OMA stadium presupurasi


196. Otitis Media Akut
Otitis Media Akut
• Etiologi:
Streptococcus pneumoniae 35%,
Haemophilus influenzae 25%,
Moraxella catarrhalis 15%.
 Perjalanan penyakit otitis media akut:
1. Oklusi tuba: membran timpani retraksi atau suram.
2. Hiperemik/presupurasi: hiperemis & edema.
3. Supurasi: nyeri, demam, eksudat di telinga tengah, membran
timpani membonjol.
4. Perforasi: ruptur membran timpani, demam berkurang.
5. Resolusi: Jika tidak ada perforasi membran timpani kembali
normal. Jika perforasi  sekret berkurang.
1) Lecture notes on diseases of the ear, nose, and throat. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Stadium Otitis Media Akut
• Tahapan:
– Oklusi tuba: retraksi membran timpani
atau berwarna keruh.
– Hiperemik/presupurasi: tampak
hiperemis dan pelebaran pembuluh
darah.
– Supurasi: edema yanghebat pada
mukosa telinga tengah, bulging,
demam, nyeri
– Perforasi: membran timpani ruptur,
demam menurun
– Resolusi: jika membran timpani tetap
utuh maka membran timpani akan
kembali normal.
Penatalaksanaan OMA
• Tatalaksana
– Oklusi tuba: Dekongestan topikal (ephedrine HCl)
– Hiperemis: AB selama 7 hari + dekongestan
(ampicylin/amoxcylin/ erythromicin) & analgetik.
– Supurasi: Miringotomi + AB
– Perforasi: Ear toilet (H2O2 3%) + AB
– Resolusi: Jika tidak terjadi fase resolusi, lanjutkan
AB sampai 3 minggu
Soal 197
• Pasien anak laki-laki usia 10 tahun datang
dengan keluhan keluar cairan dari telinga sejak
3 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan
batuk pilek 3 hari yang lalu. Pasien pernah
mengalami hal serupa 3 tahun yang lalu dan
tidak di obati secara sempurna. Lain-lain
dalam batas normal. Pemeriksaan telinga
tampak membran perforasi di central, keluar
cairan kuning kehijauan, tidak tampak massa.
Diagnosis pada pasien ini adalah…
• A. OMA
• B. OME
• C. Otitis eksternal sirkumskripta
• D. OMSK benigna
• E. OMSK maligna

• Jawaban: D. OMSK benigna


197. Otitis Media Supuratif Kronik
Klasifikasi OMSK:

• Tipe benign/mucosal:
– Tidak melibatkan tulang.
– Tipe perforasi: sentral.
– Th/: ear wash with H2O2 3% for 3-5 Large central perforation
days, ear drops AB & steroid,
systemic AB

• Tipe malignant/tulang:
– Melibatkan tulang atau
kolesteatoma.
– Tipe perforasi: marginal atau attic.
– Th/: mastoidektomi.
Cholesteatoma at attic
type perforation
1) Diagnostic handbook of otorhinolaryngology. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
197. Otitis Media Supuratif Kronik
• Tanda dini OMSK tipe maligna:
Adanya perforasi marginal atau atik,
Tanda lanjut
• abses atau fistel aurikular,
• polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang
berasal dari dalam telinga tengah,
• terlihat kolesteatoma pada telinga tengah (sering
terlihat di epitimpanum),
• sekret berbentuk nanah & berbau khas,
• terlihat bayangan kolesteatoma pada foto mastoid.
Terapi OMSK
• OMSK tipe benigna:
– Secara umum terapi OMSK jinak adalah konservatif.
Obat yang dapat digunakan berupa obat cuci telinga
H2O2 3% selama 3-5 hari, antibiotik (penggunaan
antara 1-2 minggu) dan antibiotik oral. Miringoplasti
atau timpanoplasti dapat dilakukan setelah dua bulan
ketika keadaan sekret sudah kering.
• OMSK tipe bahaya:
– Secara umum pembedahan, mastoidektomi dengan
atau timpanoplasti.
197. Tatalaksana Pembedahan untuk
OMSK
• Mastoidektomi sederhana:
– Indikasi: OMSK tipe aman yg tidak membaik dgn terapi konservatif
– Tujuan: membersihkan jaringan patologik pada ruang mastoid, sehingga infeksi
tenang dan sekret tidak keluar lagi.
– Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
• Miringoplasti (timpanoplasti tipe I)
– Rekonstruksi membran timpani tanpa memperbaiki rongga telinga tengah
– Indikasi: OMSK tipe aman dengan tuli ringan hanya akibat perforasi membran
timpani. Infeksi telah teratasi.
– Mencegah rekurensi infeksi telinga tengah, memperbaiki fungsi pendengaran.
• Timpanoplasti (tipe II, III, IV, V)
– Eksplorasi kavum timpani dengan/tanpa mastoidektomi dilanjutkan rekonstruksi
membran timpani dan tulang pendengaran
– Indikasi: OMSK tipe aman dgn kerusakan lebih berat, OMSK tipe aman yang gagal
medika mentosa
– Menghentikan proses infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani dan
tulang pendengaran
• Mastoidektomi radikal
– Untuk OMSK tipe bahaya
• Mastoidektomi radikal dengan modifikasi:
– Dinding dipertahankan  pada OMSK tipe bahaya tanpa kerusakan luas
Soal 198
• Laki-laki, 40 tahun, datang dengan keluhan
nyeri pada telinga kanan. Os juga
mengeluhkan telinga berdenging. Penurunan
pendengaran disangkal. Pada pemeriksaan TD
120/80 mmHg, FN 108x/mnt, RR 20x/mnt,
temp 38,5 celcius. Pada pemeriksaan telinga
kanan didapati vesikel-vesikel berkelompok,
liang telinga lapang. Apakah virus penyebab
keluhan pasien tersebut?
• A. Eipsten barr virus
• B. Herpes simpleks 1
• C. Herpes simpleks 2
• D. Herpes zoster
• E. Varicella zoster

• Jawaban: E. Varicella zoster


198. Herpes Zoster Otikus
• Etiologi
 Reaktivasi infeksi virus varicella
zoster pada telinga dalam,
telinga tengah atau telinga luar.

• Manifestasi klinis
 Otalgia berat
 Erupsi vesikular pada kanalis
eksternus dan pinna

• Komplikasi
 Ramsay Hunt syndrome
Ramsay Hunt Syndrome
• Definisi
 Infeksi virus herpes terlokalisasi yg
melibatkan nervus 7 dan ganglia
genikulatum sehingga menyebabkan
hilangnya pendengaran, vertigo dan
paralisis nervus fasialis.
• Manifestasi klinis
 Adanya vesikel pada
Pinna
Canalis auditorius eksternus
Distribusi nervus fasialis
 Paralisis wajah pd sisi yg terkena
 Gejala auditori dpt berupa tinnitus, tuli, vertigo
dan nystagmus.
Ramsay Hunt Syndrome
Tatalaksana akut Tatalaksana Kronis
 Acyclovir (800 mg PO five times  postherpetic pain  Duloxetine
qd for 10 days), famciclovir (500 and amitriptyline
mg tid for 7 days), or  Other agents for postherpetic
 valacyclovir (1 g q8h for 7 days) pain include gabapentin and
may hasten healing. pregabalin.
 Use of prednisone (60 mg PO qd  Narcotic analgesics may
for 7 days or on a tapering occasionally be necessary.
regimen, 40 mg PO for 2 days, 30
mg for 7 days, followed by
tapering course) is
recommended by some authors
but its use remains controversial.
 Analgesics should be used as
indicated.
Soal 199
• Anak, 3 tahun, mengeluh gatal pada telinga
kiri sejak 4 hari yang lalu. Tidak ada riwayat
keluar cairan dari telinga. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan hifa berwarna hitam.
Diagnosis yang paling tepat adalah…
• A. Otomikosis
• B. Otitis eksterna sirkumskripta
• C. Otitis eksterna difusa
• D. Otitis media kronis
• E. Otosklerosis

• Jawaban: A. Otomikosis
199. Otomikosis
• The infection may be either sub
acute or acute and is characterized
by inflammation, pruritis, scaling and
severe discomfort.

• The mycosis results in inflammation,


superficial epithelial masses of debris
containing hyphae, suppuration and
pain.

• In addition, symptoms of hearing loss


and aural fullness are as a result of
accumulation of fungal debris in the
canal.

Pak J Med Sci. 2014 May-Jun; 30(3): 564–567.


Otomikosis (Fungal Otitis Externa)

Tatalaksana
Asam asetat 2% dalam alkohol atau povidon iodine 5%
atau antifungal topikal (nistatin/clotrimazol 1%)
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003.
Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Soal 200
• Laki-laki umur 40 tahun datang dengan keluhan
leher sebelah kanan bengkak.riwayat keluar
cairan kental berwarna kuning dari telinga kanan
1 minggu yg lalu. Pasien juga memiliki riwayat
keluar cairan dari telingan sejak kecil. Dari
pemeriksaan telinga ditemukan perforasi pada
membran tympani dan nyeri tekan pada belakang
telinga, kemudian didapatkan massa berwarna
merah, berfluktuasi pada leher bagian atas
sebelah kanan. Apakah diagnosa pada pasien ini?
• A. Abses Luc
• B. Abses Cetelli
• C. Abses retroaurikular
• D. Abses zigomatikum
• E. Abses Bezold

• Jawaban: E. Abses Bezold


Komplikasi Mastoiditis

Devan PP. Mastoiditis. Emedicine. 2018.


Sullivan DJ. Chronic otitis media, cholesteatoma, and mastoiditis. Uptodate 2018.
Devan PP. Mastoiditis. Emedicine. 2018.
Sullivan DJ. Chronic otitis media, cholesteatoma, and mastoiditis. Uptodate 2018.
Abses Bezold Abses Citelli
Abses Bezold
• Tata Laksana:
– Antibiotik spektrum luas  sefalosporin generasi 3
(cefotaxime, ceftriaxone), klindamisin, atau golongan
karbapenem (merponeme)
– Pembedahan untuk drainage abses dan debridement
jaringan granulasi di sekitarnya bersamaan dengan
mastoidektomi

McMullan B. Bezold’s abscess. J of Paed and Child Health. 2009: 616-8.


Dimatos SC, Neves LR. Bezold’s abscess. 2009.
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai