Anda di halaman 1dari 11

PENGAUDITAN II

Penyelesaian Pengujian Dalam Siklus Penjualan Dan Pengumpulan


Piutang: Piutang Usaha

KELOMPOK : 1
Ruang EII1

NAMA : NIM
1. Dwiki Vernanda Krisnayana Putra 1607532022
2. Gede Wahya Dhiyatmika 1607532025
3. I Gede Dika Waisna Putra 1607532030

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI NON REGULAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR BALI
2018
BAB 13
“PENYELESAIAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN
PENGUMPULAN PIUTANG: PIUTANG USAHA”

A. METODOLOGI UNTUK PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO

Dalam perancangan pengujian rinci saldo untuk piutang usaha, auditor harus mendapatkan
hasil yang memuaskan atas delapan tujuan audit saldo. Tujuan audit saldo piutang usaha
diantaranya adalah: 1.Piutang usaha dalam daftar umur piutang cocok dengan jumlah dalam master
file yang bersangkutan dan pemjumlahannya sudah benar dan cocok dengan saldo di buku besar
(Kecocokan saldo), 2.Piutang yang tercantum dalam pembukuan sungguh-sungguh ada
(Keberadaan), 3.Semua piutang yang ada telah dicatat dalam pembukuan (Kelengkapan),
4.Piutang usaha telah dicatat dengan akurat (Ketelitian), 5.Piutang usaha telah digolongkan dengan
benar (Penggolongan), 6.Pisah batas piutang usaha ditetapkan dengan benar (Pisah batas),
7.Piutang usaha dinyatakan sebesar nilai yang direalisasi (Nilai bisa direalisasi), 8.Klien memiliki
hak terhadap piutang usaha.

 Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang berhubungan dengan piutang usaha (Tahap
I).

Pengujian Piutang usaha didasarkan pada prosedur penetapan risiko oleh auditor yang
memberi pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien. Risiko bisnis klien yang
mempengaruhi piutang usaha dipertimbangkan dalam evaluasi auditor tentang risiko bawaan dan
rencana pengumpulan bukti untuk piutang usaha. Sebagai contoh, Sebagai akibat adanya
penurunan dalam kondisi perekonomian, auditor bisa menaikan risiko bawaan untuk nilai bersih
bisa direalisasi piutang usaha.

 Menetapkan kesalahan penyajian bisa ditoleransi dan risiko bawaan (Tahap I).

Auditor pertama-tama menetapkan pertimbangan materialitas pendahuluan untuk


keseluruhan laporan keuangan dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan
tersebut ke setiap akun neraca yang signifikan. Pengalokasian ini disebut menetapkan kesalahan
penyajian bisa ditoleransi. Auditor umumnya mengidentifikasi suatu risiko kecurangan (fraud
risk) tertentu untuk pengakuan pendapatan. Hal ini bisa mempengaruhi penetapan risiko bawaan
oleh auditor untuk tujuan seperti keberadaan, pisah batas penjualan, dan pisah batas retur
penjualan.

 Menetapkan risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan pengumpulan piutang


(Tahap I).

Pada kebanyakan perusahaan, pengendalian internal atas penjualan dan pengumpulan


piutang serta piutang usaha yang berasangkutan, biasanya cukup efektif karena manajemen
barkepentingan untuk memiliki catatan yang akurat guna menjalin hubungaan baik dengan para
pelanggan, auditor biasanya menekankan 3 aspek pengendalian internal, yaitu: 1.Pengendalian
untuk mencegah atau mendeteksi kesalahan dan kecurangan, 2.Pengendalian terhadap pisah batas
(cutoff), 3.Pengendalian yang berkaitan dengan akun cadangan kerugian piutang. Auditor harus
menghubungkan risiko pengendalian untuk transaksi dengan tujuan audit saldo dalam menetapkan
risiko diteksi direncanakan dan bukti yang direncanakan untuk pengujian detil saldo.

 Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif


transaksi (Tahap II).

Hasil pengujian pengendalian menentukan apakah penetapan risiko pengendalian untuk


penjualan dan pengumpulan piutang harus harus direvisi atau tidak. Auditor menggunakan hasil
pengujian substantif transaksi untuk menentukan seberapa besar risiko diteksi untuk memenuhi
setiap tujuan audit saldo piutang usaha.

 Merancang dan melaksanakan prosedur analitis (Tahap III).

Kebanyakan prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian detil dilakukan
setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian detil saldo. Tidak banyak manfaatnya bila auditor
melakukan prosedur anlitis sementara klien masih mencatat transaksi yang terjadi tahun yang
bersangkutan dan menyelesaikan laporan keuangannya. Auditor melakukan prosedur analitis
untuk keseluruhan siklus penjualan dan pengumpulan piutang, tidak hanya piutang usaha. Hal ini
penting karena adanya hubungan yang erat antara akun-akun laba-rugi dengan akun-akun neraca.
 Merancang dan melaksanakan pengujian detil saldo piutang usaha (Tahap III).

Tugas untuk memadukan faktor-faktor yang menentukan risiko deteksi direncanakan


cukup kompleks karena pengukuran setiap faktor tidak bisa dipresisi dan bobot yang diberikan
pada setiap faktor sangat subyektif. Sebaliknya, hubungan antara setiap faktor dan risiko diteksi
direncanakan ditetapkan dengan baik. Sebagai contoh, Auditor mengetahui bahwa risiko bawaan
atau risiko pengendalian yang tinggi menurunkan risiko deteksi direncanakan dan menaikan
pengujian substantif direncanakan, sedangkan hasil pengujian substantif transaksi yang baik
menaikan risiko deteksi direncanakan dan menurunkan pengujian substantif direncanakan lainnya.

Jumlah bukti audit direncanakan berkebalikan dengan risiko deteksi direncanakan. Setelah
bukti audit direncanakan ditentukan apakah tinggi, medium, atau rendah, selanjutnya auditor harus
memutuskan prosedur audit, ukuran sampel, unsur yang harus dipilih, dan saat yang tepat.

B. PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO

Meskipun pada rincian saldo,auditor lebih menekan pada akun-akun neraca,namun tidak
berarti bahwa auditor mengabaikan akun-akun nominal (akun-akun laba rugi) karena akun-akun
laba rugi diuji sebagai hasil sampingan dari pengujian atas akun-akun neraca.

Konfirmasi utang usaha adalah pengujian rinci saldo piutang usaha yang paling
penting.Pembahasan pengujian rinci saldo atas piutang usaha.

 Kecocokan Saldo dalam Catatan

Biasanya auditor menguji kecocokan informasi dalam daftar piutang sebelum melakukan
pengujian lain untuk memastikan bahwa populasi yang akan diuji cocok dengan buku besar dan
master file piutang usaha. Kolom total dan kolom-kolom yang dibagi menurut umur piutang harus
diuji kebenaran penjumlahan vertikalnya (footing) dan total pada daftar ini dibandingkan dengn
saldo di buku besar .Auditor harus menelusur suatu sampel dari saldo individual ke dokumen
pendukung seperti misalnya duplikat faktur penjualan untuk memastikan kebenaran nama
pembeli,jumlah saldo, dan kebenaran penentuan umurnya.

 Keberadaan – Piutang Usaha

Konfirmasi saldo piutang adalah pengujian rinci saldo terpenting untuk menentukan
keberadaan piutang usaha sebagaimana tercantum dalam pembukuan.Apabila pelanggan tidak
memberikan jawaban atas konfirmasi,auditor juga memeriksa dokumen pendukung untuk
memastikan bahwa barang sungguh-sungguh telah dikirimkan dan bukti adanya penerimaan kas
untuk menentukan bahwa piutang telah diterima pembayarannya setelah tanggal neraca.

 Kelengkapan – Piutang Usaha

Sulit untuk auditor menguji akun piutang yang sengaja dihilangkan (tidak dicantumkan)
dari daftar umur piutang dan hanya mengandalkan pada sifat keseimbangan ang dimiliki oleh
master file piutang.Contohnya,apabila klien pada suatu ketika menghilangkan suatu piutang dari
daftar umur piutang,satu-satunya cara bagi auditor untuk menemukan hal tersebut dengancara
mentotal (menjumlahkan secara vertical) daftar umur piutang dan mencocokan hasil penjumlahan
trsebut dengan saldo yang tercantum dalam akun control piutang usaha dibuku besar.

 Penggolongan Piutang Usaha

Auditor dapat mengevaluasi penggolongan piutang dengan mudah.Caranya dengan


mereview daftar umur piutang dapat diketahui ada tidaknya piutang dapat diketahui ada tidaknya
piutang kepada perusahaan afiliasi,piutang kepada pejabat dan staff perusahaan,atau piutang
kepada pihak-pihak berelasi yang material.

Ada hubungan yang erat antara tujuan audit saldo tentang penggolongan dengan tujuan
audit kejelasan penyajian dan pengungkapan tentang penggolongan.Untuk memenuhi tujuan audit
saldo tentang penggolongan,auditor harus memastikan bahwa klien telah menggolongkan piutang
dengan tepat,dan piutang usaha dipisahkan dari piutang lainnya.
 Pisah Batas – Piutang Usaha

Kesalahan penyajian pisah batas terjadi apabila transaksi tahun inidicatat pada tahun
berikutnya atau sebaliknya.Tujuan pengujian pisah batas (cutoff test), apapun jenis transaksinya
adalah untuk memeriksa apakah transaksi menjelang akhir tahun buku telah dicatat pada periode
yang tepat.Tujuan pisah batas adalah salah satu yang paling penting dalam siklus ini karena
kesalahan penyajian pisah batas bisa berpengaruh signifikan terhadap laba bersih periode ini.

Kesalahan penyajian pisah batas bisa terjadi pada penjualan, retur penjualan, dan
penerimaan kas.Untuk menentukan kewajaran pisah batas, auditor melakukan pendekatan :

1. Tetapkan kriteria yang tepat untuk pisah batas.

2. Evaluasi apakah klien telah menetapkan prosedur yang memadai untuk pisah batas
yang sewajarnya.

3. Ujilah apakah pisah batas telah dilakukan dengan benar.

 Pisah Batas Penjualan

Pada kebanyakan perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur, pencatatan suatu


penjualan biasanya didasarkan pada kriteria pengiriman barang.Sejumlah perusahaan lain yang
mencatat faktur penjualan pada saat berpindahnya hak kepemilikan yang bisa terjadi sebelum
barang dikirimkan pada saat barang dikirim,atau setelah barang dikirimkan.Untuk kepentingan
pengukuran laba periodik yang benar,metode hendaknya sesuai dengan standar akuntansi dan
diterapkan secara konsisten.

Apabila pengendalian internal perusahaan klien cukup baik,auditor biasanya dapat


memeriksa pisah batas dengan meminta dokumen pengiriman barang yang terakhiryang dilakukan
pada akhir tahun buku dan membandingkan nomor bukti pengiriman barang ini dengan penjualan
tahun ini dan penjualan tahun berikutnya.

 Pisah Batas Retur Penjualan

Standar akuntansi mensyaratkan retur penjualan bisa ditandingkan dengan penjualan yang
bersangkutan pada periode yang sama,apabila jumlahnya material.Apabila auditor percaya bahwa
klien mencatat semua penjualan retur dengan benar,pisah batas bisa dilakukan dengan mudah dan
langsung.Auditor dapat memeriksa suatu sampel bukti pendukung retur penjualan yang terjadi
beberapa minggu setelah berakhirnya tahun buku untuk menentukan tanggal penjualan yang
berkaitan dengan retur tersebut.

 Pisah Batas Penerimaan Kas

Dalam audit pada umumnya,pisah batas yang tepat untuk penerimaan kas biasanya
dipandang kurang penting dibandingkan dengan pisah batas untuk penjualan dan retur penjualan
karena pisah batas kas yang tidak tepat hanya akan berpengaruh terhadap saldo kas dan piutang
usaha,bukan pada laba perusahaan.Pengujian kesalahan penyajian pisah batas penerimaan kas
mudah dilakukan denga cara menelusur penerimaan kas ke setoran kas ke bank yang Nampak
dalam laporan bank pada periode berikutnya.Apabila terjadi penundaan sampai beberapa hari,hal
itu bisa menjadi petunjuk bahwa teradinya kesalah penyajian pisah batas.

 Nilai Bersih yang Bisa Direalisasi – Piutang Usaha

Standar akuntansi keuangan (SAK) mensyaratkan perusahaan menyatakan piutang usaha


sebesar jumlah yang akhirnya akan bisa diterima pembayarannya.Nilai piutang yang bisa
direalisasi sama dengan piutang bruto dikurangi dengan cadangan kerugian piutang.Untuk
menghitung besarnya cadangan,klien menaksir jumlah total yang diperkirakan tidak akan bisa
ditagih.

 Beban Kerugian Piutang

Setelah auditor merasa puas dengan cadangan kerugian piutang, selanjutnya akan mudah
untuk memeriksa beban kerugian piutang dengan asumsi bahwa :

1. Saldo awal dalam akun cadangan telah diperiksa sebagai bagian dari audit tahun yang
lalu.

2. Piutang tak tertagih yang telah dihapus telah diperiksa sebagai bagian dari pengujian
substantif transaksi.

3. Saldo akhir dalam akun cadangan telah diperiksa dengan berbagai cara.
 Hak Klien atas Piutang Usaha

Hak klien atas piutang usaha umumnya tidak merupakan masalah dalam audit, karena
piutang biasanya memang merupakan milik klien.Sebagaian dari piutang mungkin saja dijadikan
jaminan atau digadaikan,atau dijual kepada seseorang,atau dijual dengan discount.Untuk
mengungkapkan situasi dimana klien telah dibatasi haknya atas piutang, auditor bisa mereview
notulen rapat,membicarakannya dengan klien, mengirim konfirmasi ke bank, memeriksa
perjanjian pinjaman untuk mencari informasi tentang penggadaian atau pengiriman piutang, serta
memeriksa arsip korespondensi.

 Penyajian dan Pengungkapan – Piutang Usaha

Pengujian atas keempat tujuan penyajian dan pengungkapan biasanya dilakukan sebagai
bagian dari tahap penyelesaian audit.Sejumlah pengajian dan pengungkapan sering dilakukan
dengan pengujian untuk memenuhi tujuan audit saldo.

Bagian yang penting dalam penilaian menyangkut keputusan tentang apakah klien telah
memisahkan sejumlah piutang yang berjumlah aterial yang membutuhkan pengungkapan dalam
laporan.Contoh, piutang kepada direksi dan karyawan harus dipisahkan dari piutang usaha apabila
piutang tersebut berjumlah material.

C. KONFIRMASI PIUTANG USAHA

Tujuan Konfirmasi Piutang adalah memenuhi tujuan keberadaan, keakuratan, dan pisah batas.
Konfirmasi piutang usaha memiliki 4 jenis konfirmasi yang dapat digunakan antara lain:

1. Konfirmasi Positif
Jenis konfirmasi permintaan kepada pihak ketiga untuk mengkonfirmasi apakah informasi
yang diminta pihak penerima disetujui atau tidak disetujui
2. Konfirmasi bentuk kosong
Jenis konfirmasi positif tetapi konfirmasi yang tidak menyatakan jumlah rupiah melainkan
meminta pihak penerima untuk menyampaikan informasi lainnya
3. Konfirmasi faktur
Jenis konfirmasi positif yang hanya meminta konfirmasi atas faktur tertentu
4. Konfirmasi negatif
Jenis konfirmasi permintaan kepada pihak ketiga tetapi hanya meminta respon untuk tidak
setuju dengan informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi.

Konfirmasi tidak tepat digunakan dalam keadaan tertentu, sebagai berikut :

1. Auditor memandang konfirmasi tidak akan menjadi bukti yang efektif karena tingkat
jawaban diperkirakan tidak akan cukup atau tidak bisa dipercaya.
2. Tingkat risiko bawaan ditambah dengan risiko pengendalian adalah rendah dan bukti
substantif lain bisa dikumpulkan untuk memperoleh bukti yang cukup.

 Pengiriman Konfirmasi

Bukti dapat dipercaya dari konfirmasi apabila konfirmasi dikirim sedekat mungkin dengan akhir
tahun buku, dikarenakan auditor secara langsung menguji saldo piutang usaha yang tercantum di
neraca tanpa harus memutahirkan saldo dengan transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi
dan tanggal neraca.

 Ukuran Sampel untuk Dikonfirmasi dan Pengawasan atas Konfirmasi

Faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel piutang yang akan dikirimi konfirmasi meliputi:

1. Kesalahan penyajian yang dapat ditoleransi


2. Risiko bawaan (ukuran relatif total piutang, jumlah akun, hasil tahun lalu)
3. Risiko Pengendalian
4. Risiko yang dicapai dari pengujian substantif lain
5. Jenis konfirmasi

Auditor wajib melakukan prosedur pemeriksaan alamat, alamat e-mail yang digunakan dalam
konfirmasi. Apabila alamat e-mail tidak sama dengan alamat web site pelanggan maka auditor
harus melakukan pertimbangan tambahan.
 Tindak Lanjut atas Konfirmasi Tak Berjawab

Konfirmasi yang dikirim tetapi tidak dikembalikan oleh pihak ketiga tidak dapat dianggap sebagai
bukti audit yang signifikan. Untuk setiap konfirmasi positif yang tidak dikembalikan, auditor dapat
memeriksa dokumen-dokumen berikut untuk memeriksa keberadaan dan ketelitian transaksi
penjualan individual yang membentuk saldo akhir piutang usaha :

1. Penerimaan kas kemudian


2. Duplikat faktur penjualan
3. Dokumen pengiriman barang
4. Korespondensi dengan klien

 Analisis Selisih

Apabila permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pihak ketiga, auditor harus menentukan
penyebab setiap perbedaan yang dilaporkan. Jenis-jenis perbedaan dalam konfirmasi yang sering
dilaporkan, yaitu:

1. Pembayaran telah dilakukan pihak ketiga


2. Barang belum diterima
3. Barang telah dikembalikan (retur)
4. Kesalahan pencatatan atau kerancuan jumlah

 Menarik Kesimpulan

Apabila semua perbedaan telah diselesaikan, auditor harus mengevaluasi ulang pengendalian
internal. Keputusan akhir mengenai piutang usaha dan penjualan adalah apakah bukti yang
mencukupi telah diproses melalui pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi,
prosedur analitis, prosedur pisah batas, konfirmasi, dan pengujian substansif lainnya untuk
menjustifikasi penarikan kesimpulan mengenai kebenaran saldo yang dinyatakan.
Referensi

AI. Haryono Jusup. 2014. AUDITING (Pengauditan Berbasis ISA) Edisi II. Yogyakarta: Bagian
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN

Anda mungkin juga menyukai