Anda di halaman 1dari 6

UJI EFEK TERATOGENIK SIRUP KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii Bl)

PADA FETUS MENCIT

Gustia Indah Prabandasari1, Almahdy A2, Yuni Andriani1


1
Program Studi Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi, Jambi,
Indonesia.
2
Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang, Indonesia.

INTISARI
Kayu manis C. burmannii telah lama digunakan sebagai salah satu bahan dalam pengobatan
tradisional. Kayu manis banyak digunakan untuk mengobati diabetes melitus tipe 2, peluruh
kentut, peluruh keringat, antirematik, penambah nafsu makan dan penghilang rasa sakit.
Kayu manis dapat digunakan dalam bentuk kulit pohohnnya, atau kulit pohonnya yang sudah
dijadikan serbuk. Selain itu, kini telah tersedia kulit kayu manis dalam bentuk sirup. Dalam
sirup kayu manis C. burmannii mengandung sinamaldehid, kumarin, dan berbagai senyawa
lain yang tidak diketahui keamanan penggunaannya terhadap wanita hamil. Karena itu, perlu
dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah sirup kayu manis dapat menyebabkan efek
teratogenik bila dikonsumsi dalam keadaan hamil. Sampel yang diuji adalah sirup yang
beredar di pasaran dan sirup yang dibuat sendiri. Sirup kayu manis diberikan secara oral
kepada mencit putih betina dengan dosis 74 mg/kgBB, 222 mg/kgBB dan 740 mg/kgBB dari
hari ke-6 sampai hari ke-15 kehamilan. Hasilnya, sebagian induk mencit mengalami
pendarahan, terutama pada dosis 222 mg/kgBB dan 740 mg/kgBB. Hasil pemeriksaan fetus
dengan menggunakan alizarin merah menunjukkan penurunan total fetus dan abnormalitas
pada tulang kranial dan sterna dari fetus terjadi pada berbagai tingkatan dosis baik pada sirup
yang beredar di pasaran maupun sirup yang dibuat sendiri. Berdasarkan hasil penelitian, sirup
kayu manis dapat menyebabkan pendarahan pada induk mencit dan memberikan efek
teratogenik berupa gangguan osifikasi pada fetus mencit yang terjadi pada berbagai tingkatan
dosis.
Kata Kunci : Sirup, Cinnamomum burmannii, teratogen, mencit.

A. Pendahuluan
Kayu manis C. burmannii telah lama digunakan sebagai salah satu bahan dalam
pengobatan tradisional. Cinnamomum burmannii memiliki banyak khasiat medis, diantaranya
pengurang resistensi insulin sehingga dapat digunakan untuk pengobatan diabetes melitus
tipe 2. Selain itu juga bermanfaat sebagai peluruh kentut, peluruh keringat, antirematik,
penambah nafsu makan dan penghilang rasa sakit[1].
Kandungan utama dari C. burmannii, yakni sinamaldehid diketahui memiliki efek
teratogenik pada fetus tikus berupa osifikasi tengkorak yang buruk yang terjadi pada semua
kelompok uji[2]. Selain itu, kumarin juga diketahui dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan fetus resorpsi dan penurunan berat badan fetus[3].

1
Di masyarakat mulai berkembang penggunaan sirup kayu manis. Sehubungan dengan
hal tersebut, perlu dilakukan uji keamanan melalui uji efek teratogenik karena meskipun obat
yang berasal dari tanaman dipercaya memiliki efek samping yang minimal, akan tetapi bahan
kimia di dalamnya dapat mempengaruhi kondisi fetus yang dikandung wanita hamil. Oleh
karenanya perlu dilakukan uji efek teratogenik untuk menentukan keamanan sirup yang
banyak beredar[4].

B. Metodologi
1. Alat
Alat yang digunakan adalah alat gelas, sonde oral, wadah pemeliharaan, spatel, pinset,
kaca pembesar, timbangan hewan, wadah perendaman fetus, alat bedah, dan kamera digital.

2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah sirup kayu manis, air, kulit kayu manis, larutan
Bouin’s, dan larutan alizarin.

3. Perlakuan
Setelah aklimasi selama 10 hari, mencit betina yang sedang estrus dicampur dengan
mencit jantan dengan perbandingan 4:1[5]. Hewan yang sudah mengalami perkawinan
ditandai dengan adanya sumbat vagina. Mencit yang memiliki sumbat vagina dianggap
berada pada masa kehamilan ke-0[6].
Selanjutnya mencit dikelompokkan : Kelompok kontrol hanya diberi air suling;
kelompok sirup di pasaran dengan 3 tingkatan dosis : 74 mg/kgBB, 222 mg/kgBB dan 740
mg/kgBB; serta kelompok sirup kayu manis buatan sendiri dengan tingkatan dosis yang sama
seperti kelompok sirup di pasaran. Pemberian sirup dilakukan dari hari ke-6 sampai hari ke-
15 kehamilan.
Laparatomi dilakukan pada hari ke-18 kehamilan setelah mencit dikorbankan dengan
cara dislokasi leher. Selanjutnya diamati resorpsi pada tanduk uterus, fetus yang hidup atau
mati, jumlah fetus mati dan kelainan morfologis[7].
Sebagian dari fetus difiksasi dengan larutan larutan merah alizarin selama 3 hari dan
sebagian lagi direndam dengan larutan Bouin’s selama 14 hari sampai diperoleh fetus kenyal
seperti tahu dan berwarna kuning dan mudah disayat[6][8][9].

C. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
Pemberian sirup kayu manis tidak mempengaruhi berat badan induk selama masa
kehamilan (Data pada tabel 1). Namun terjadi pendarahan pada induk mencit. Pendarahan
terjadi pada hampir setiap tingkatan dosis di tiap kelompok perlakuan sirup. Sebagian mencit
yang mengalami pendarahan kehilangan seluruh janin, namun ada yang tidak (Data dapat
dilihat pada tabel 2).

2
Hewan Sirup 1 Sirup 2
Kontrol
uji 74mg 222mg 740mg 74mg 222mg 740mg
1 32.57 g 32.21 g 36.68 g 32.62 g 29.19 g 26.67 g 28.08 g
2 37.17 g 29.34 g 30.91 g 30.76 g 28.84 g 33,78 g 25.36 g
3 30.18 g 29.95 g 30 g 26.69 g 29.63 g 31.35 g 31.83 g
4 32.03 g 25.83 g 30.62 g 26,96 g 29.35 g 26.14 g 33.34 g
5 28.54 g 31.64 29,97 g 26,49 g 32.03 g 29.55 g 32.34 g
Rata- 32.098 29.794 31.636 28.704 29.808 29.498 30.19
rata

Tabel 1 rata-rata berat badan induk mencit selama kehamilan

Sirup di pasaran sirup buatan sendiri


Kontrol
74 mg 222 mg 740 mg 74 mg 222 mg 740 mg
0 1 0 4 0 3 2

Tabel 2 jumlah induk mencit yang mengalami pendarahan


Hasil perhitungan statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan antara total fetus
kelompok kontrol dengan kelompok yang diberikan sirup kayu manis. Tidak ada fetus yang
mengalami resorpsi ataupun mati.

Hewan Sirup di pasaran Sirup buatan sendiri


Kontrol
uji 74 mg 222 mg 740 mg 74 mg 222 mg 740 mg
1 7 8 6 5 7 12 7
2 7 9 5 2 5 6 10
3 6 7 5 0 8 8 8
Jumlah 20 24 16 7 20 26 25
Rata-
rata 6,67 8 5,33 2,33 6,67 8,67 8,33

Tabel 3 Total fetus pada setiap kelompok perlakuan


Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal berat badan fetus baik pada kelompok
kontrol maupun yang diberikan sirup kayu manis. Begitupun dengan panjang fetus, tidak ada
perbedaan yang signifikan antara kontrol dengan kelompok yang diberikan kayu manis.
Hasil pemeriksaan fetus menggunakan larutan alizarin merah menunjukkan adanya
abnormalitas pada kranial bagian frontal, interparietal, dan suppraoccipital; dan sterna.
Abnormalitas tersebut mulai terjadi pada dosis 74 mg/kgBB baik pada sirup buatan sendiri
maupun sirup di pasaran.

3
Hewan Sirup di Pasaran sirup buatan sendiri
uji Kontrol 74 mg 222 mg 740 mg 74 mg 222 mg 740 mg
1 1,13 g 1,38 g 1,26 g 0,89 g 1,01 g 1,23 g 1,04 g
2 1,33 g 1,06 g 1,37 g 0,79 g 1,38 g 1,42 g 0,86 g
3 1,47 g 0,93 g 1,32 g 0 0,93 g 1,23 g 0,41 g
rata-rata 1,31 g 1,12 g 1,32 g 0,56 g 1,11 g 1,29 g 0,77 g
∑ 3,93 3,37 3,95 1,68 3,32 3,88 2,31

Tabel 4 Abnormalitas fetus

Kontrol 74 mg/kgBB 222mg/kgBB 740mg/kgBB

74 mg/kgBB 222 mg/kgBB 740 mg/kgBB


Gambar 1 Abnormalitas pada kranial fetus

Kontrol 222 mg/kgBB 740 mg/kgBB


Gambar 2 Abnormalitas pada sternae

2. Pembahasan
Dari hasil pengamatan, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan berata badan induk
pada kelompok kontrol maupun perlakuan pada berbagai tingkatan dosis. Hal ini serupa
dengan penelitian tentang kandungan utama kayu manis, yakni sinamaldehid, dimana

4
pemberian senyawa tersebut pada mencit betina dengan dosis tinggi tidak menyebabkan
perbedaan berat yang signifikan[10].
Pendarahan pada induk terjadi pada beberapa hari setelah pemberian sirup kayu
manis. Pendarahan terjadi pada berbagai tingkatan dosis di setiap kelompok sirup namun
tidak setiap indukan yang mengalami pendarahan kehilangan seluruh fetusnya. Mekanisme
pendarahan belum dipahami secara pasti, namun dipercaya bekerja melalui melalui
penghambatan efek prostaglandin oleh sinamaldehid, kumarin, cinnamyl alcohol, asam
sinamat dimana senyawa-senyawa tersebut menghambat sintesa prostaglandin E2 (PGE2)
sehingga mengganggu rasio PGE2 dan PGF2α[11]. PGF2α menurunkan aliran darah ke uterus.
Hal ini menyebabkan terjadinya kekurangan oksigen pada jaringan uterus. Selain itu, PGF2α
merupakan stimulator poten untuk kontraktilitas uterus. Sehingga memicu terjadinya
kontraksi uterus yang berlebihan dan meluruhkan embrio yang tertanam[12].
Pendarahan pada induk mempengaruhi total fetus dimana ada sebagian induk yang
saat pendarahan semua embrio ikut meluruh sehingga saat dilakukan laparatomi tidak
ditemukan adanya fetus. Sedang sebagian lagi yang mengalami pendarahan, embrio tidak
meluruh seluruhnya. Pendarahan pada induk paling banyak terjadi pada kelompok dosis
740mg/kgBB sirup di pasaran dimana dari 4 yang mengalami pendarahan 3 diantaranya
mengalami peluruhan seluruh embrio sehingga total fetus jauh lebih kecil dari kontrol.
Sedangkan pada sirup yang dibuat sendiri, hanya ada 2 ekor indukan yang mengalami
pendarahan namun embrio tidak meluruh seluruhnya.
Selain sinamaldehid, C. burmannii juga mengandung kumarin jumlah yang cukup
banyak. Kumarin dapat menyebabkan efek teratogenik berupa peningkatan fetus resorpsi dan
penurunan berat fetus[3]. Namun pada penelitian kali ini tidak ditemukan hasil yang nyata
perbedaan berat badan fetus pada semua kelompok. Sama halnya dengan penelitian yang
telah dilakukan dimana sinamaldehid, cinnamyl alcohol, dan asam sinamat tidak memberikan
efek yang signifikan terhadap berat dan panjang fetus pada berbagai tingkatan dosis[2] [13].
Meski tidak memberikan perbedaan yang nyata dalam hal berat badan fetus dan
panjang fetus, pemberian sirup kayu manis menyebabkan abnormalitas yang terjadi pada
setiap tingkatan dosis. Abnormalitas pada kranial terutama terlihat pada bagian frontal,
interparietal, dan supraoccipital yang mulai terlihat pada dosis 74 mg/kgBB, baik pada sirup
buatan sendiri maupun sirup di pasaran. Selain itu, juga terjadi abnormalitas pada sterna. Hal
ini disebabkan oleh paparan sinamaldehid dimana sinamaldehid dapat menyebabkan
keterlambatan atau asimetri pada bagian interparietal dan supraoccipital pada kranial serta
asimetri, meruncingnya sterna atau sterna terbagi menjadi dua pada fetus mencit[2].

D. Kesimpulan dan Saran


Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa pemberian sirup kayu manis memberikan
efek teratogenik pada fetus mencit berupa menurunnya total fetus dan abnormalitas pada
kranial dan sterna. Abnormalitas terjadi pada setiap tingkatan dosis, baik pada sirup yang
beredar di pasaran maupun sirup yang dibuat sendiri.
Disarankan kepada industri terkait untuk menambahkan label kontraindikasi produk
pada kemasan untuk keamanan penggunaan oleh masyarakat, terutama ibu hamil.

5
DAFTAR PUSTAKA

[1]
Hariana, H. A, 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Jakarta : Penerbit Penebar
Swadaya.
[2]
Mantovani, A., Stazi, A.V., Macri, C., Ricciardi, C., Piccioni, A., Badellino, E. 1989. Pre-
natal (Segment II) Toxicity Study of Cinnamic Aldehyde in the Sprague-Dawley
Rat. Food Chemical Toxicology. 27. 12. 781-786.
[3]
Morgan, A.M. 2006. Teratogenic Effect of the Coumarinic Anticoagulant Rodenticide,
Racumin in White Rats. J. Egyptian Society of Toxicology. 34. 5-14.
[4]
Anggadiredja, K., Sukandar, E.Y., Santosa, S. 2006. Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda
citrifolia) pada Tikus Wistar Putih. Jurnal Kedokteran Maranatha.
[5]
Yulianty, R., dan Nawir. 2008. Uji Efek Teratogenik Perasan Rimpang Kunyit Putih
(Curcuma alba Val) Pada Mencit Betina. Majalah Farmasi dan Farmakologi. 12.
1. 5-10.
[6]
Almahdy A, 2012, Teratologi eksperimental, 55-60, Padang : Andalas University Press.
[7]
Almahdy A, Hilmarni, Helmi A. 2008. Uji Efek Teratogenitas Serbuk Biji Mahoni pada
mencit. Jurnal Obat Bahan Alam. 7. (2). 126-130.
[8]
Manson, J.M, H. Zenick and R.D. Costlow.1982. Teratology Test Methods for Laboratory
Animals. Revent Press, New York.
[9]
Wilson. J. G. and J. Warkany. 1997. Teratologi Principle and Techniques. Chicago
IL : Univercity of Chicago Press.
[10]
Hardin B.D., Schufer, R.L., Burg, J. R., Booth, G.M., Hazelden, K.P., MacKenzie, K.M.,
Piccirillo, V. J. and Smith, K.N.(1987) Evaluation of 60 Chemicals in a
Preliminary Developmental Toxicity Test. Teratogenesis, Carcinogenesis and
Mutagenesis 7: 29-48.
[11]
Liao, J. et al. 2012. Anti inflamatory Activities of Cinnamomum cassia Constituents in
vitro and in vivo. Evidence Based Complementary and Alternative Medicine.
[12]
Walsh, S. 2011. Prostaglandin in Preganancy. United States: Glob. libr. women's med.
[13]
Zaitsev A.N. dan Maganova N.B. 1975. Embryotoxic effects of some aromatizers for food
products. Vopr. Pitan. 3. 64-68.

Anda mungkin juga menyukai