Anda di halaman 1dari 22

Laporan Sementara

Laboratorium Bioproses

PEMBUATAN YOGHURT
Disusun oleh:
Kelompok C-4
Syasya Nazifa 2004103010060
Cut Ramhi Azalla 2004103010019
Halimatussakdiah 2004103010027
Alsya Syakira 2004103010063

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Yoghurt merupakan produk yang diperoleh dari susu yang telah dipasteurisasi,
kemudian difermentasi dengan bakteri tertentu samapai diperoleh keasaman, bau,
dan rasa yang khas, dengan atau penambahan bahan lain yang diizinkan. yang
banyak disukai oleh masyarakat. Oleh karena itu yoghurt sangat digemari banyak
orang karena rasa, aroma, dan teksturnya yang khas, menyegarkan, dan sangat
bermanfaat bagi kesehatan (Surajudin, dkk., 2005).
Yoghurt adalah salah satu produk pangan yang diolah secara fermentasi.
Yoghurt dapat dikategorikan sebagai pangan fungsional yaitu makan yang
bermanfaat untuk kesehatan manusia karena adanya penambahan zat selain zat
gizi. Zat selain zat gizi yang terdapat pada produk yoghurt adalah probiotik yaitu
mikroorganisme yang hidup dalam pangan yang dapat menguntungkan inangnya
dengan cara meningkatkan kinerja dari sistem mukosal dan sistem imun, sehingga
dapat meningkatkan keseimbangan penyerapan zat gizi dalam usus (Labiba,
2020).

1.2 Perumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah:
1. Bagaimana proses pembuatan yoghurt.
2. Apa saja faktor yang menunjang terbentuknya yoghurt.
3. Apa saja bakteri yang digunakan dalam pembuatan yoghurt.

1.3 Tujuan Praktikum


1. Mengetahiu proses pembuatan yoghurt.
2. Faktor yang menunjang terbentuknya yoghurt.
3. Mengetahui kadar asam laktat dalam yoghurt.
1.4 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui proses pembuatan
yoghurt. Selain itu, dapat mengetahui bagaimana terbentuknya asam laktat dan
faktor yang yang mempengaruhi pembuatan yoghurt.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Yoghurt merupakan salah satu produk fermentasi yang dihasilkan dengan


menambahkan starter yoghurt aktif yang mengandung kultur campuran
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus yang menghasilkan
asam laktat selama proses fermentasi. Asam laktat yang terbentuk akan
menurunkan pH sekaligus sebagai pengawet karena dalam kondisi asam bakteri
patogen tidak dapat tumbuh. Asam laktat yang terbentuk berasal dari hasil
pemecahan laktosa dalam susu (Ismawati, dkk. 2016).
Susu sapi merupakan cairan yang berasal dari sapi yang sehat dan bersih,
yang diperoleh dengan cara yang benar, yang kandungan alaminya tidak ditambah
atau dikurangi sesuatu apapun dan belum mendapat pelakuan. Susu sapi ini
mengandung laktosa yang berperan sebagai sumber karbon atau sumber energi
utama untuk pertumbuhan Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus
bulgaricus yang merupakan substrat pada proses fermentasi (Abdul, dkk., 2018).
Yoghurt umunya dibuat dari susu skim. Susu skim adalah bagian susu
yang tertinggal setelah krim diambil sebagian atau seluruhnya dlam proses
separasi. Susu skim mengandung semua komponen gizi dari susu yang tidak
dipisahkan, kecuali lemak dan vitamin yang larut dalam lemak (Surajudin, dkk.,
2005).
Pada pembuatan yoghurt dilakukan proses fermentasi dengan
memanfaatkan bakteri asam laktat misalnya dari gololongan Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophilus berkembang biak lebih cepat dan
menghasilkan baik asam maupun CO2. Asam dan CO2 yang dihasilkan tersebut
kemudian merangsang perttumbuhan dari Lactobacillus bulgaricus. Di sisi lain,
aktivitas proteolitik dari Lactobacillus bulgaricus memproduksi peptida
penstimulasi dan asam amino untuk dapat dipakai oleh Streptococcus
thermophilus. Mikroorganisme ini sepenuhnya bertanggungjawab atas
pembentukan tekstur dan rasa yoghurt. Selama proses fermentasi, bakteri asam
laktat akan menfermentasi karbohidrat yang ada hingga terbentuk asam laktat.
Pembentukan asam laktat ini menyebabkan peningkatan keasaman dan penurun
nilai pH dan peningkatan keasaman (Nugroho dan Dwi, 2018).
Bakteri yang penting adalah Streptococcus thermophilus dan
Lactobacillus bulgaricus. Kedua organisme ini harus terdapat dalam biakan
dengan perbandingan jumlah yang sama untuk memperoleh hasil yoghurt yang
baik. Starter (biakan awal) setiap kali harus diperbarui karena penggunaan
berulang – ulang berakibat pada ketidakseimbangan jumlah bakteri. Apabila tidak
diperbarui Lactobacillus bulgaricus akan menjadi lebih dominan. Bakteri
Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus bersamaan secara
simbiosis. Bakteri Streptococcus thermophilus berkembang biak secara cepat pada
permulaan fermentasi. Aktivitas bakteri tersebut menyebabkan terjadinya
pengasaman hingga menjadi 0,6%. Kandungan asam mulai menurun dan berhenti
jika konsentrasi asam laktat mencapai 0,8%. Bakteri Lactobacillus bulgaricus
akan mengambil alih proses pengasaman hingga mencapai nilai maksimum sekitar
1,5-2% asam laktat. Yoghurt ringan yang siap dikonusumsi mengandung laktat
sekitar 1,0-1,3% (Abdurrahman, dkk., 2008).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pembuatan Yoghurt ini diselenggarakan melalui platform
digital Zoom Meetings pada Senin, 30 November 2020 pukul 08.00 s.d. selesai.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Jumlah
1. Autoclave 1 unit
2. Erlenmeyer 100 ml 1 buah
3. Erlenmeyer 25 ml 1 buah
4. Heater 1 buah
5. Magnetic Stirrer 1 buah
6. Gelas ukur 100 ml 1 buah
7. Buret 50 ml 1 buah
8. Pipet tetes 1 buah
9. Aluminium foil secukupnya
10. Inkubator 1 unit
11. Kertas Sampul secukupnya
12. Indikator universal 1 lembar
13. Termometer 1 unit
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Jumlah
1. Susu sapi 75 ml
2. Susu skim 5%
3. Starter yoghurt 10%
4. Larutan PP 2 tetes
5. NaOH 0,1 N Secukupnya
6. Susu Kambing 75 ml
3.3 Prosedur Percobaan
1. Disiapkan semua alat dan bahan.
2. Alat – alat disumbat dengan kapas dan dibungkus dengan kertas sampul
untuk disterilisasi dalam autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit.
3. Sampel 1 (susu sapi) dipasteurisasi menggunakan hot plate dengan
erlenmeyer 100 ml yang dimasukkan dalam gelas beaker 500 ml yang
berisi air dengan tujuan pada saat pengecekan suhu, sampel tetap dalam
keadaan steril. Pasteurisasi dilakukan hingga suhu mencapai 80°C.
4. Diletakkan magnetik stirrer pada erlenmeyer agar susu tidak mengalami
koagulasi.
5. Lalu ditambahkan susu skim sebanyak 5% (2,5 ml) sedikit demi sedikit,
kemudian dibiarkan suhu campuran turun hingga mencapai suhu ruangan
6. Kemudian starter yoghurt diinokulasikan sebanyak 5% (2,5 ml) per 50 ml
susu sampel.
7. Dituang sampel 1 sebanyak 5 ml ke dalam erlenmeyer 25 ml, lalu sampel
diinkubasi.
8. Cek pH sampel pada waktu 0 jam menggunakan pH indikator universal.
Catat hasilnya.
9. Ditambahkan 2 tetes PP ke dalam sampel 1, kemudian di titrasi
menggunakan larutan NaOH 0,1 N hingga sampel berubah warna menjadi
merah muda. Catat larutan NaOH yang digunakan pada titrasi tersebut.
10. Diulangi prosedur ke -3 sampai ke-9 untuk sampel 2 (25 ml susu sapi + 25
ml susu kambing).
11. Selanjutnya dilakukan pengecekan pH dan titrasi pada waktu 18 jam, 21
jam, 24 jam, dan 27 jam untuk sampel 1, sampel 2, dan sampel 3.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 4.1.1 Yoghurt yang telah diukur menggunakan pH indikator
No Sampel Variabel waktu (jam) pH
0 6
19 5
1 Susu Sapi 21 4
23 4
25 3
0 7
19 5,5
2 Susu Sapi + Susu Kambing 21 5
23 4
25 4
0 7
19 6
3 Susu Kambing 21 6
23 5
25 5
Tabel 4.1.2 Kadar Asam Laktat
No Sampel Variabel Volume Volume % Asam
waktu (jam) sampel (ml) NaOH (ml) Laktat
0 5 1,5 0,27%
19 5 2,5 0,45%
1 Susu Sapi 21 5 2,9 0,522%
23 5 3 0,54%
25 5 4,1 0,738%
0 5 1,5 0,27%
Susu Sapi + 19 5 2 0,36%
2 Susu 21 5 3 0,54%
Kambing 23 5 3,4 0,612%
25 5 3,6 0,648%
0 5 1,4 0,252%
19 5 2 0,36%
3 Susu 21 5 2 0,36%
Kambing 23 5 2,4 0,432%
25 5 2,5 0,45%

4.2 Pembahasan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses
pembuatan yoghurt dan mengetahui faktor penunjang terbentuknya yoghurt. Pada
praktikum ini digunakan 75 ml susu sapi, 50 ml untuk sampel 1, dan 25 ml untuk
sampel 2. Susu kambing murni sebanyak 75 ml, 25 ml untuk sampel 2, dan 50 ml
untuk sampel 3. Dan 5% starter/ bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophilus).
Pembuatan yoghurt diawali dengan proses sterilisasi alat menggunakan
autoclave. Alat-alat tersebut disampul terlebih dahulu menggunakan kertas sampul
coklat dan disterilisasi pada suhu 120℃ selama 15 menit. Alat-alat tersebut yaitu
erlenmeyer, gelas ukur, dan gelas beker. Proses sterilisasi bertujuan agar alat yang
dipakai steril dan bahan tidak terkontaminasi.
Setelah proses sterilisasi alat, dilanjutkan proses pasteurisasi susu sampai
suhu 80℃ , selama proses pasteurisasi susu diaduk menggunakan magnetic stirrer
yang bertujuan agar susu tidak menggumpal. Pasteurisasi sendiri bertujuan agar
kandungan pada susu tidak rusak. Kemudian susu skim ditambahkan sebanyak
5% disetiap 50 ml sampel atau sebanyak 2,5 ml, dengan dicampurkan sedikit
demi sedikit sampai suhu campuran turun setara dengan suhu ruangan. Setelah itu,
ditambah 5% starter yoghurt yang mengandung bakteri Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus thermophilus, lalu sampel diaduk agar larutan homogen.
Praktikum ini menggunakan 3 sampel, yaitu sampel 1 yang menggunakan
susu sapi murni, sampel 2 menggunakan susu campuran (susu sapi + susu
kambing) dan sampel 3 menggunakan susu kambing. Ketiga sampel diinkubasi
selama 24 jam pada suhu ruang. Ketika variabel waktu mencapai 0 jam, 19 jam,
21 jam, 23 jam, dan 25 jam masa inkubasi, maka 5 ml sampel yoghurt diambil
pada ketiga sampel untuk diuji pH dengan menggunakan pH indikator universal
dan tingkat kadar asam laktatnya dengan metode titrasi.

4.2.1 Pengaruh pH terhadap Waktu Inkubasi


Yoghurt yang baik dikonsumsi memiliki derajat keasaman antara pH 4-5.
pH 4-5 termasuk pH dengan rasa asam, rasa ini berasal dari kerja bakteri yang
mengubah susu menjadi asam laktat.
8
7
6
5
4 susu sapi
pH

3 susu campuran
2 susu kambing
1
0
0 19 21 23 25
Waktu (jam)

Grafik 4.1 Pengaruh pH terhadap Waktu Inkubasi


Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa pada ketiga sampel terjadi
penurunan pH. Pada waktu 0 jam, pH yoghurt disampel 1, 2, dan 3 berturut-turut
adalah 6; 7; dan 7. Dan setelah diinkubasi selama 19 jam, pH yoghurt menurun
menjadi 5; 5,5; dan 6. Hal ini membuktikan bahwa penurunan pH disebabkan oleh
bakteri asam laktat yang dihasilkan dari Lactobacillus bulgaris dan Streptococus
thermophilus. Dimana kedua bakteri ini merombak gula menjadi asam laktat dan
asam-asam organik lainnya yang dapat menurunkan pH. Setiap akumulasi dari
asam laktat yang dihasilkan dari metabolisme bakteri asam laktat dapat
menurunkan pH medium (Winarti, 2018).
Proses pembentukan yoghurt sangat dipengaruhi oleh pH susu selama
proses fermentasi berjalan. Penggunaan bakteri asam laktat dalam pembuatan
yoghurt menghasilkan sejumlah besar asam laktat sebagai hasil dari fermentasi
laktosa yang terkandung dalam susu. Perbedaan nilai pH yoghurt antara susu
kambing dan susu sapi disebabkan oleh kandungan laktosa susu kambing yang
lebih tinggi dari pada susu sapi sebagai bahan baku pembentuk asam laktat
(Rachman, 2018).

4.2.2 Pengaruh kadar asam laktat terhadap waktu inkubasi


80
70
% Asam Laktat

60
50 susu sapi
40
susu campuran
30
susu kambing
20
10
0
0 19 21 23 25
Waktu (jam)

Grafik 4.2 Pengaruh asam laktat tehadap waktu inkubasi


Pada grafik di atas, dapat dilihat bahwa sampel mengalami kenaikan antara
waktu inkubasi dengan kadar asam laktat dalam yogurt. Kandungan laktosa dalam
susu terurai menjadi asam laktat selama inkubasi berlangsung. Adanya asam laktat
menyebabkan penggumpalan susu menjadi tekstur yogurt yang khas dan
penurunan pH. Pada waktu 0 jam kadar asam laktat sampel berada di masing-
masing 0.27%, 0.27%, dan 0.252%. Seiring berjalannya waktu inkubasi, kadar
asam laktat dalam seluruh sampel pun bertambah. Akibat kandungan laktosa yang
lebih rendah pada susu kambing, kandungan asam laktat pada susu kambing pun
lebih sedikit dibandingkan susu sapi dan susu campuran.
Dapat disimpulkan bahwa perbedaan perlakuan jumlah starter bakteri pada
pembuatan yoghurt tidak berpengaruh nyata terhadap kadar total asam laktat yang
diperoleh. Hal ini karena Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophilus bersifat homo fermentatif, dimana dalam proses fermentasi hanya
memproduksi asam laktat, sehingga nilai TAT lebih tinggi. Peningkatan TAT dan
penurunan pH pada fermentasi susu dengan kultur bakteri asam laktat. Karena
penambahan susu skim yang dapat meningkatkan jumlah laktosa yang akan
difermentasi menjadi asam laktat oleh starter bakteri. Jumlah susu skim yang
ditambahkan dapat mempengaruhi asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri
(Umela, 2017).
4.2.3 Tabel Syarat Mutu Yoghurt SNI (2981:2009)
Yoghurt tanpa Perlakuan Yoghurt dengan Perlakuan
Panas setelah Fermentasi Panas setelah Fermentasi
No Kriteria Uji Satuan Yoghurt Yoghurt Yoghurt Yoghurt
Yoghur Renda tanpa Yoghurt Renda tanpa
t h Lema h Lema
Lemak k Lemak k
1 Keadaan
1.1 Penampakan - Cairan kental – padat Cairan kental – padat
1.2 Bau - Normal/khas Normal/khas
1.3 Rasa - Asam/ Asam/khas
khas
1.4 Konsistensi - Homogen Homogen
Maks. Maks.
2 Kadar lemak (b/b) % Min. 0,6 – 2,9 0,5 Min. 3,0 0,6 – 2,9 0,5
3,0
Total padatan
3 susu bukan % Min. 8,2 Min. 8,2
lemak (b/b)
4 Protein (Nx6,38) % Min. 2,7 Min. 2,7
(b/b)
5 Kadar abu (b/b) % Maks. 1,0 Maks. 1,0
Keasaman
6 (dihitung % 0,5 – 2,0 0,5 – 2,0
sebagai asam
laktat) (b/b)
7 Cemaran logam
7.1 Timbal (Pb) mg/ Maks. 0,3 Maks. 0,3
kg
7.2 Tembaga (Cu) mg/ Maks. Maks. 20,0
kg 20,0
7.3 Timah (Sn) mg/ Maks. Maks. 40,0
kg 40,0
7.4 Raksa (Hg) mg/ Maks. Maks. 0,03
kg 0,03
8 Arsen mg/ Maks. 0,1 Maks. 0,1
kg

Menurut SNI (2981:2009), yoghurt yang baik memiliki rentang keasaman


yang amana untuk dikonsumsi sebesar 0,5-2,0% dari data yang didapatkan, kadar
asam laktat tertinggi pada ketiga sampel 0,738%. Sampel yoghurt pada percobaan
ini telah memenuhi syarat mutu yoghurt, kecuali pada sampel ke-3 belum
memenuhi standar kadar asam laktat yang telah ditentukan. Sedangkan pada
yoghurt Cimory memiliki kadar keasaman 0,792% sehingga telah memenuhi
ketetapan mutu yoghurt SNI. Selain itu, yoghurt yang baik memiliki kadar protein
minimal 3,5% sehingga yoghurt yang dihasilkan belum memenuhi standar yang
ditetapkan. Hal ini diduga karna susu yang digunakan dalam pembuatan yoghurt
hanya mengandung protein 2,63%. Kadar protein yoghurt ditentukan oleh kualitas
susu segar sebagai bahan dasarnya. Semakin tinggi kadar protein susu semakin
baik kualitas yoghurt yang dihasilkan (Widiani, 2017).

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Penggunaan starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophilus pada pembuatan yoghurt sangat mempengaruhi
pembentukan keasaman, citarasa dan tekstur pada yoghurt.
2. Semakin lama waktu inkubasi maka semakin rendah pH yang terdapat di
dalam yoghurt tersebut. Seperti berdasarkan hasil pengamatan 25 jam
waktu inkubasi didapatkan pH tertinggi adalah 5 pada sampel susu
kambing dan pH terendah terdapat pada sampel susu sapi dengan pH
sebesar 3.
3. Waktu inkubasi yang semakin lama akan mempengaruhi kadar asam
laktat, yaitu kadar asam laktat akan semakin besar. Pada waktu 25 jam
didapatkan kadar asam laktat tertinggi pada susu sapi sebesar 0,738% susu
sapi dan pH terendah terdapat pada sampel susu kambing sebesar 0,45%.
4. Sampel yang sudah sesuai dengan SNI adalah sampel 1 dan sampel 2
dengan pH yoghurt yang aman dikonsusmsi adalah sebesar 4-5 dan kadar
protein yoghurt ditentukan oleh kualitas susu segar sebagai bahan
dasarnya. Semakin tinggi kadar protein susu semakin baik kualitas yoghurt
yang dihasilkan.
5. Menurut syarat SNI (2981:2009), pH yoghurt yang aman dikonsumsi
adalah sebesar 4-5, serta memiliki kadar asam laktat sebesar 0,5-2,0%.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, A., Syams. K., dan Faisal D. 2018. Pengaruh Penambahan Susu Sapi
terhadap Kadar Asam Laktat pada Pembuatan Yoghurt Jagung Manis
Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus. Bioma: Jurnal
Biologi Makasar, 3(2), 1-9.
Abdurrahman, D., Fahri A., dan Dadan N. 2008. Biologi Kelompok Pertanian dan
Kesehatan. Bandung: Gafindo Media Pratama.
Ismawati, N., Nurwantoro, dan Yoyok Budi P. 2016. Nilai pH, Total Padatan
terlarut, dan Sifat Sensoris Yoghurt dngan Penambahan Ekstra Bit (Beta
Vulgaris L.). Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 5(3), 89-91.
Labiba, Naila M., Avliya Quratul M., dan Nanang N. 2020. Pengembangan
Soyghurt (Yoghurt Susu Kacang Kedelai) sebagai Minuman Probiotik
Tinggi Isoflavon. Amerta Nutrition, 4(3), 244-249.
Mulyani, H., Sundowo, A., Euis. F., dan Teni, E. 2019. Pengaruh Penambahan
Starter Dan Waktu Inkubasi: Dark Coklat (Theobromo Cacao L.) Terhadap
Aktivitas Antioksidan Dan Kualitas Minuman Probiotik. Jurnal Teknologi
Pangan dan Gizi, 18(1), 25-32.
Nugroho, Endik D. dan Dwi Anggorowati R. 2018. Penuntun Praktikum
Bioteknologi. Yogyakarta: Deepublish.
Surajudin, Fauzi R. K., dan Dwi P. 2005. Yoghurt: Susu Fermentasi yang
Menyehatkan. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Rachman, A.,Taufik, E., Arief, I. 2018. Karakteristik Yoghurt Probiotik Rosella
Berbahan Baku Susu Kambing dan Susu Sapi Selama Penyimpanan Suhu,
Ruang. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan, 6(2), 73-80.
Umela, S. 2017. Variasi Konsentari Starter Lactobacillus Bulgaris dan
Streptococus Thermophillus Terhadap Karakteristik Yoghurt Jagung Pulut.
Journal of Agritech Science, 1(2), 51-63.
Widiani, N., Gres, M., Syarifah, S. 2017. Pengaruh Variasi Temperature Terhadap
Karakteristik Fisika, Kimia dan Biologi Yoghurt Susu Jagung. Biosfer
Jurnal Tadris Pendidikan Biologi, 8(1), 28-39.
Winarti, Sarofa, U., dan Rodiah, K.F. 2018. Karakteristik Jelly Drink in Simbiotic
Dari Susu Kedelai dan Estrak Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus).
Jurnal Teknologi Industri. 12(1). 61-67.
LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN

A.1 Tabel 1 Data Pengamatan


No Sampel Variabel waktu (jam) pH
0 6
19 5
1 Susu Sapi 21 4
23 4
25 3
0 7
2 Susu Sapi + Susu Kambing 19 5,5
21 5
23 4
25 4
0 7
19 6
3 Susu Kambing 21 6
23 5
25 5

A.2 Tabel 2 Data Pengamatan


No Sampel Variabel Volume Volume % Asam
waktu (jam) sampel (ml) NaOH (ml) Laktat
0 5 1,5 0,27%
19 5 2,5 0,45%
1 Susu Sapi 21 5 2,9 0,522%
23 5 3 0,54%
25 5 4,1 0,738%
0 5 1,5 0,27%
Susu Sapi + 19 5 2 0,36%
2 Susu 21 5 3 0,54%
Kambing 23 5 3,4 0,612%
25 5 3,6 0,648%
0 5 1,4 0,2526%
19 5 2 0,36%
3 Susu 21 5 2 0,36%
Kambing 23 5 2,4 0,432%
25 5 2,5 0,45%

LAMPIRAN B
DATA PERHITUNGAN

B.1 Menghitung Kadar Asam Laktat


Rumus menghitung kadar Asam Laktat
VNaOH x N x BM
Asam Laktat= x 100 %
Vsampel x 1000
B.1.1 Menghitung Kadar Asam Laktat pada Susu Sapi
 t=0
1,5× 0,1× 90
% asam laktat = ×100%
5 ×1000
= 0,27%
 t = 19
2,5× 0,1× 90
% asam laktat = ×100%
5 ×1000
= 0,45%
 t = 21
2,9× 0,1× 90
% asam laktat = ×100%
5 ×1000
= 0,522%
 t = 23
3× 0,1 ×90
% asam laktat = ×100%
5 ×1000
= 0,54%
 t = 25
4,1 ×0,1 ×90
% asam laktat = ×100%
5 ×1000
= 0,738%
B.1.2 Menghitung Kadar Asam Laktat pada Susu Campuran
 t=0
1,5× 0,1× 90
% asam laktat = ×100%
5 ×1000
= 0,27%

 t = 19
2× 0,1× 90
% asam laktat = ×100%
5 ×1000
= 0,36%
 t = 21
3× 0,1 ×90
% asam laktat = ×100%
5 ×1000
= 0,54%
 t = 23
3,4 ×0,1 ×90
% asam laktat = ×100%
5 ×1000
= 0,612%
 t = 25
3,6 ×0,1 ×90
% asam laktat = ×100%
5 ×1000
= 0,648%
B.1.3 Menghitung Kadar Asam Laktat pada Susu Kambing
 t=0
1,4 ×0,1 ×90
% asam laktat = ×100%
5 ×1000
= 0,252%
 t = 19
2× 0,1× 90
% asam laktat = ×100%
5 ×1000
= 0,36%
 t = 21
2× 0,1× 90
% asam laktat = ×100%
5 ×1000
= 0,36%
 t = 23
2,4 ×0,1 ×90
% asam laktat = ×100%
5 ×1000
= 0,432%
 t = 25
2,5× 0,1× 90
% asam laktat = ×100%
5 ×1000
= 0,45%
B.1.4 Menghitung Kadar Asam Laktat Yoghurt Cimory
4,4 × 0,1× 90
 % asam laktat = ×100%
5 ×1000
= 0,792%

Anda mungkin juga menyukai