Laporan Sintesis Garam
Laporan Sintesis Garam
1. Menentukan kemurnian NaCl dan kAl(SO4)2.12H2O dengan cara penguapan dan kristalisasi
2. Menentukan % rendemen NaCl dan % rendemen kAl(SO4)2.12H2O
3. Menghitung % hilangnya NaCl yang didapatkan secara teoritis
4. Membandingkan penjernihan air yang kotor dengan menggunakan tawas dan kAl(SO4)2.12H2O
yang diperoleh
5. Menganalisis persamaan reaksi yang terjadi dari percobaan sintesi NaCl dan sinstesi
kAl(SO4)2.12H2O
Dasar Teori
Kristal merupakan susunan atom-atom yang teratur dalam ruang tiga dimensi. Keteraturan
susunan tersebut terjadi karena harus terpenuhinya kondisi geometris, ketentuan ikatan atom, serta
susunan yang rapat, walaupun tidak mudah untuk menyatakan bagaimana atom tersusun dalam
padatan, namun ada hal-hal yang bisa menjadi faktor penting yang menentukan terbentuknya
polihedra koordinasi susunan atom-atom. Secara ideal, susunan polihidra koordinasi paling stabil
adalah yang memungkinkan terjadinya energi per satuan volume yang minimum.[3]. Kristal
tunggal adalah suatu padatan yang atom-atom dalam molekulnya diatur dalam keterulangan
dimana sebagian padatan kristal tersusun dari jutaan kristal tunggal yang disebut grain. Kristal
tunggal juga disebut sebagai monokristalin, yaitu suatu padatan kristal yang mempunyai kisi
kristal yang susunannya teratur secara kontinyu dan kisi-kisi kristal yang membentuk bingkai
tersebut tidak rusak atau tetap strukturnya.[1]
Proses terbentuknya struktur kristal dikenal sebagai kristalisasi. Meski proses pendinginan
sering menghasilkan bahan kristal, dalam keadaan tertentu cairannya bisa membeku dalam bentuk
non kristal. Banyak kasus ini terjadi karena pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atomnya
tidak dapat mencapai lokasi kisinya. Suatu bahan non kristal biasa disebut bahan amorf atau seperti
gelas, walaupun terkadang bahan seperti ini juga disebut sebagai padatan amorf, meskipun ada
perbedaan jelas antara padatan dan gelas. Proses pembentukan gelas tidak melepaskan kalor lebur
jenis, karena alasan ini banyak ilmuwan yang menganggap bahan gelas sebagai cairan, bukan
padatan.[5]
Seperti telah dipahami bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kristal
yaitu:[6]
1. Sifat zat itu sendiri, meliputi tingkat keterlautan bahan, derajat keasaman dan tingkat kejenuhan.
2. Suhu, meliputi suhu Iingkungan dan suhu larutan yang salah satunya adalah suhu pertumbuhan
(Growth Temperatrue).
3. Gangguan mekanik.
Beberapa suhu yang berkaitan dengan proses penumbuhan kristal antara 1ain:[7]
1. Suhu nukleasi (nucleation temperatur), yaitu suhu ketika suatu larutan membentuk inti. Proses
pengintian (nucleation) akan lebih cepat terjadi pada suhu tinggi bergantung pada jenis bahan.
2. Suhu saturasi (saturation temperature), yaitu suhu ketika larutan tepat akan jenuh. Kristal akan
terbentuk ketika Iautan tepat jenuh. Ketidak jenuhan mungkin terjadi ketika suhu saturasi
meningkat walaupun sedikit, bergantung pada jernih 1arutan.
3. Suhu pertumbuhan (growth temperatur) yaitu suhu pada saat kristal itu tumbuh. Setelah proses
nukleasi maka kristal itu akan tumbuh
4. Suhu ketidak larutan (dissolution temperatute) yaitu suhu ketika bahan terlatut sudah tidak
dapat latut dalam 1autan 1agi.
Unsur-unsur tertentu mengkristal dalam struktur padatan yang sangat sederhana yang atomnya
terletak pada setiap titik kisi. Polonium ialah salah satunya unsur yang diketahui mengkristal
dalam kisi kubik sederhana, yang atomnya terletak pada perpotongan tiga pasang bidang yang
berjarak sama yang membentuk sudut siku-siku. Logam alkali mengkristal dalam struktur kubik
pusat badan (KPB) pada tekanan atmosfer. Logam aluminium, nikel, tembaga dan perak
mengkristal dalam struktur kubik pusat muka (KPM).[8]
Teori medan kristal menjelaskan ikatan dalam ion kompleks semata-mata dari segi gaya
elektrostatik, dalam ion kompleks ada dua jenis interaksi elektrostatik. Salah satunya ialah tarik
menarik antara ion logam positif dan ligan yang bermuatan negatif atau ujung bermuatan negatif
dari suatu ligan polar, gaya inilah yang mengikat ligan dengan logam. Jenis kedua ialah interaksi
tolak menolak elektrostatik antara pasangan elektron bebas pada ligan dan elektron dalam orbital
logam itu.[9]
Tawas (Alum) adalah kelompok garam rangkap berhidrat berupa kristal dan bersifat
isomorf. Kristal tawas ini cukup mudah larut dalam air dan kelarutannya berbeda-beda tergantung
pada jenis logam dan suhu. Alum merupakan salah satu senyawa kimia yang dibuat dari dari
molekul air dan dua jenis garam, salah satunya biasanya [Al2(SO4)3]. Alum kalium, juga sering
dikenal dengan alum mempunyai rumus formula yaitu [K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O]. Alum kalium
merupakan jenis alum yang paling penting. Alum kalium merupakan senyawa yang tidak berwarna
dan mempunyai bentuk kristal oktahedral atau kubus ketika kalium sulfat dan aluminium sulfat
keduanya dilarutkan dan didinginkan. Larutan alum kalium tersebut bersifat asam. Alum kalium
sangat larut dalam air panas. Ketika kristalin alum kalium dipanaskan terjadi pemisahan secara
kimia, dan sebagian garam yang terdehidrasi terlarut dalam air.[11]
Alat
Alat Ukuran Jumlah
Kaca Arlogi - 1 Buah
Botol Semprot 50mL 1 Buah
Buret 50mL 1 Buah
Pipet Tetes - 2 Buah
Erlenmeyer 250mL 3 Buah
Cawan Porselen - 1 Buah
Corong - 1 Buah
Batang Pengaduk - 1 Buah
Spatula - 1 Buah
Pembakar Spirtus - 1 Buah
Kasa - 1 Buah
Kaki Tiga - 1 Buah
Magnet Tirer - 1 Buah
Kertas Saring - 1 Buah
Neraca Analitik - 1 Buah
Statik dan Klem - 1 Buah
Bahan
Bahan Konsentrasi Jumlah
Soda Kue - 8.4 gram
Hcl 3M 100mL
Indokator MM - Secukupnya
Padatan Al - 0.515 gram
KOH 4M 10mL
H2SO4 6M 15mL
Aquadest - Secukupnya
Es Batu - Secukupnya
Etanol Absolut - Secukupnya
Prosedur Kerja
1.Sintesis NaCl
Pada percobaan ini digunakan soda kue yang mengandung NaHCO3 , ditimbang sebanyak 8,4
gram lalu dilarutkan dengan aquades hingga 10 ml. Larutan soda kue yang didapatkan
ditambahkan indikator metil merah sebanyak 3 tetes dan ditambah HCl dengan cara titrasi, larutan
hasil titrasi diuapkan pada penangas air. Kristal yang didapatkan dicuci dengan etanol, lalu
disaring dan dimurnikan dengan cara dioven pada suhu 105°C selama 15 menit dan didinginkan.
Setelah itu padatan kering NaCl(l) yang dihasilkan ditimbang dan dianalisis.
3.Uji Air Kotor Dengan Tawas Komersial Dan Tawas Hasil Sintesis (Perbandingan)
Ditimbang tawas komersial sebanyak 5 gram dan tawas hasil sintesis sebanyak 5 gram, lalu kedua
tawas masing-masing dimasukkan kedalam 50 ml air kotor pada 2 gelas kimia berbeda. Diaduk
beberapa saat secara bersamaan, lalu dianalisis hasil perbedaan tawas komersial dan tawas sintesis.
4.Pembuatan Larutan
MSDS
Hasil Pengamatan
- KOH 4M 100 mL
𝑀 . 𝑀𝑟. 𝑣
𝑔=
1000
4. 56,11. 100
𝑔=
1000
𝑔 = 22,4 𝑔𝑟𝑎𝑚
b. Perhitungan NaCl
- Konsentrasi Sampel yang bereaksi
(M1. V1) NaHCO3 = (M2.V2)HCl
M1. 10 = 3. 40
M1 = 12 M
- Stoikiometri
NaHCO3(s) + HCl(aq) → NaCl(s) + H2CO3(aq)
0,099 mol 0,12 mol
0,099 mol 0.099 mol 0,099 mol 0,099 mol
0,021 mol 0,099 mol
c. Perhitungan Tawas
- Mol Al
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑛=
𝑀𝑟
0,515 𝑔
𝑛=
26,98 𝑔/𝑚𝑜𝑙
𝑛 = 0,0190 𝑚𝑜𝑙 → (𝑥)
- Mol H2SO4
𝑛 = 𝑀. 𝑉
𝑛 = 6 𝑀 . 0,015 𝐿
𝑛 = 0,09 𝑚𝑜𝑙 → (𝑦)
- Stoikiometri
2Al(s) + H2SO4(aq) + K2SO4(aq) + 6H2O(l) → KAl(SO4)2.12H2O
0,038 mol 0,09 mol
0,038 mol 0,038 mol 0,038 mol
0,052 mol 0,038 mol
Persamaan reaksi
Sintesis NaCl
Sintesis Tawas
2Al (s) + 2KOH (aq) + 2H2O (l) 2KAlO2 (aq) + 3H2 (g)
Pada penambahan KOH reaksi berjalan cepat yang merupakan reaksi eksoterm ditandai dengan
terdapatnya kalor hasilnya terdapat gas H2 yang ditandai dengan terbentuknya gelembung-
gelembung gas. Gelembung-gelembung gas hilang setelah semua aluminium bereaksi. Setelah Al
larut, dihasilkan larutan berwarna abu tua. Reaksi antar Al dan KOH berlangsung melalui
persamaan berikut
2Al (s) + 2KOH (aq) + 2H2O (l) → 2KAlO2 (aq) + 3H2 (g)
Setelah proses pelarutan selesai, dilakukan penambahan asam sulfat 6 M. Proses penambahan
asam sulfat ini dilakukan secara perlahan sambil diaduk, hal ini bertujuan agar semua Al yang
berada di dalamnya dapat bereaksi sempurna dengan pembentukan endapan yang sempurna secara
teratur. Selain itu, penambahan asam sulfat 6 M ini bertujuan untuk menetralkan larutan. Larutan
asam sulfat 6 M sebelumnya dibuat dengan cara pengenceran asam sulfat 98%(yang tersedia di
laboratorium) yaitu dengan mencampurkan H2SO4 dan aquades dengan perbandingan volume 1:1
.Reaksi antar zat yang dihasilkan dari reaksi antar Al dan KOH dengan asam sulfat menghasilkan
endapan yang berwarna putih, terbukti saat menyimpan larutan di dalam ice bath. Tujuan
penyimpanan dalam ice bath adalah untuk mempercepat terbentuknya endapan Kristal kasar dari
tawas.
Warna putih yang terbentuk berasal dari senyawa Al(OH)3. senyawa Al(OH)3 yang bersifat basa
dicampurkan dengan asam sulfat. Hal tersebut bertujuan untuk membentuk kation-kation (K+ dan
Al3+) yang merupakan elemen elemen yang diperlukan untuk membentuk tawas.
Setelah terbentuk Kristal, lalu di saring dengan tujuan agar terpisah dari filtratnya. Kristal
kemudian di masukkan ke dalam cawan kosong seberat 22,92 gram. Setelah itu, Kristal dalam
cawan tersebut didingin kan di dalam desikator. Setelah Kristal tawas kering, lalu di timbang.
Pada percobaan ini didapatkan jumlah kristal tawas yang diperoleh adalah sebesar 8,38648 gram
yang dihasilkan dari reaksi antara alumunium foil dengan KOH dan Rendemen KAl(SO4)2.12H2O
dari hasil perhitungan sebesar 46,56 %
2 K[Al(OH)4] (s) + H2SO4 (aq) → 2 Al(OH)3 (aq) + K2SO4 (aq) + 2 H2O (l) 2 Al(OH)3 (aq) + 3 H2SO4
(aq) → Al2(SO4)3 (s) + 6 H2O (l)
Setelah diperoleh hasil titrasi yang terindikasi adanya garam tunggal (NaCl), selanjutnya dilakukan
penguapan dengan cara pemanasan untuk memperoleh kristal NaCl yang diinginkan. Dari proses
penguapan tersebut diperoleh kristal NaCl namun masih terkontaminasi oleh indikator metil
merah. Oleh karena itu, untuk memperoleh kristal NaCl yang lebih murni maka dilakukan
penambahan alkohol kedalamnya, penambahan alkohol ini dapat menghilangkan zat pengotor dan
mengurangi kandungan air yang ada pada kristal sehingga indikator metil merah yang
mengkontaminasi dapat dihilangkan dan proses pengeringan pun akan berlangsung cepat karena
kadar air didalam kristal telah berkurang, untuk lebih mempercepat pengeringan maka kristal hasil
pemurnian disaring dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya lalu dipanaskan dalam oven
pada suhu 105⁰C. Setelah diperoleh kristal kering, selanjutnya kristal hasil sintesis diuji rasanya,
hasilnya terasa asin yang membuktikan sintesis garam tunggal (NaCl) telah berhasil dilakukan.
Dari percobaan ini juga dapat diketahui % rendemen dari NaCl hasil sintesis, melalui perhitungan
yang dilakukan diperoleh hasil sebesar 59,76 % dengan massa NaCl yang diperoleh sebesar
5,78556 gram dan dapat diketahui juga konsentrasi sampel yang bereaksi dengan NaCl dengan
hasil perhitungan yang telah dilakukan sebesar 12 M.
PEMBAHASAN
“RISNA SALMA LIANTI (1147040065)”
pada percobaan kali ini yaitu dilakukan sintesis NaCl dari NaHCO3 dan sintesis
KAl(SO4)2.12H2O dengan metode kristalisasi. Adapun definisi dari sintesis itu sendiri adalah
kegiatan melakukan reaksi kimia untuk memperoleh suatu produk kimia, ataupun beberapa
produk. Hal ini terjadi berdasarkan peristiwa fisik dan kimia yang melibatkan satu reaksi atau
lebih. Sintesis NaCl dilakukan dengan metode titrasi. Titrasi merupakan metode analisis kimia
secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari
reaktan. Soda kue dikenal orang sebagai bahan pengembang pada adonan roti atau secara kimia
disebut sodium/natrium bikarbonat ( NaHCO3 ). NaHCO3 dihasilkan dari hasil samping
pada proses Solvay, yang merupakan reaksi dari Kalsium Karbonat, sodium klorida, amonium,
dan karbon dioksida dalam air. Ini diproduksi sekitar 100.000 ton / tahun (sejak 2001).
CO2 + 2NaOH → Na2CO3 + H2O
Karena sistesis ini dilakukan pada soda kue maka perlakuan pertama yaitu dengan
melarutkan soda kue pada akuades. Hal ini agar soda kue larut dan menjadi cairan agar bisa
direaksikan dengan asam klorida pada saat tirtasi. Reaksi yang terjadi adalah
Selanjutnya yaitu menambahkan 3 tetes metil merah pada larutan soda kue untuk
mengetaui titik akhir titrasi dengan perubahan warna dari berwarna putih menjadi merah muda.
Titran yang digunakan adalah HCl, hal ini agar soda kue bereaksi dengan asam klorida untuk
membentuk garam. Adapun reaksi yang terjadi adalah
Hasil titrasi kemudian diuapkan pada penangas air , dilakukan penguapan karena
kelarutan sutu bahan yang berkurang sedikit demi sedikit dengan menurunnya suhu.
Kondisi lewat jenuhnya dapat dipakai dengan penguapan sebagian pelarut (yang artinya
pemikatan larutan). Hal ini bertujuan agar terbentuk endapan NaCl. Endapan yang dihasilkan
kemudian dicuci dengan etanol untuk membersihkan Kristal dari zat-zat pengotor sehingga Kristal
yang didapatkan murni. Kristal yang didapatkan masih basah sehingga dilakukan pemanasan
dalam oven dengan suhu 105oC selama 15 menit agar kristal kering dan dapat ditimbang. Dari
hasil percobaan didapatkan NaCl sebanyak 5,78556 gram dan NaCl yang hilang sebanyak 1,72806
gram dengan persen rendemen sebesar 59,76%. Percobaan yang dilakukan terbilang berhasil
meskipun %rendemen tidak menunjukkan 100% akan tetapi ketika Kristal garam dicoba oleh
praktikan rasanya asin seperti garam pada umumnya.
Percobaan selanjutnya yaitu sintesis tawas. Tawas (Alum) adalah kelompok garam rangkap
berhidrat berupa kristal dan bersifat isomorf. Kristal tawas ini cukup mudah larut dalam air, dan
kelarutannya berbeda-beda tergantung pada jenis logam dan suhu. Alum merupakan salah satu
senyawa kimia yang dibuat dari dari molekul air dan dua jenis garam, salah satunya biasanya
Al2(SO4)3. Tawas merupakan alumunium sulfat yang dapat digunakan sebagai penjernih air seperti
sedimentasi (water treatment) karena tawas yang dilarutkan dalam air mampu mengikat kotoran-
kotoran dan mengendapkan kotoran dalam air sehingga menjadikan air menjadi jernih. Tawas
dikenal sebagai koagulan didalam pengolahan air limbah. Sebagai koagulan tawas sangat efektif
untuk mengendapkan partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun suspensi. Selain
digunakan sebagai penjernih air, tawas juga dapat digunakan sebagai zat aditif untuk antiperspirant
(deodorant). Tawas dihasilkan dengan mereaksikan logam aluminium (Al) dalam larutan basa kuat
dan akan larut membentuk aluminat dan menghasilkan gas hidrogen. Proses melarutkan ini dibantu
dengan adanya panas untuk mempercepat reaksi, dikarenakan dalam reaksi ini dihasilkan gas
hidrogen yang ditandai dengan adanya gelembung-gelembung udara, pemanasan juga bertujuan
untuk membuat gelembung-gelembung tersebut menghilang. Larutan aluminat kemudian
dinetralkan dengan menggunakan asam sulfat. Reaksi ini akan membentuk endapan putih dari
Al(OH)3. Penambahan larutan H2SO4 dilakukan agar seluruh senyawa K[Al(OH)4] dapat bereaksi
sempurna. Al(OH)3 yang terbentuk langsung bereaksi dengan H2SO4 dengan persamaan reaksi
sebagai berikut :
2Al (s) + 2KOH (aq) + 2H2O (l) 2KAlO2 (aq) + 3H2 (g)
Setelah proses pelarutan selesai maka dilakukan penambahan asam sulfat 6 M pada larutan
yang dihasilkan tadi. Proses penambahan asam sulfat ini dilakukan secara perlahan-lahan sambil
diaduk dengan tujuan agar semua Al yang berada di dalamnya dapat bereaksi sempurna dengan
pembentukan endapan yang sempurna secara teratur dan asam sulfat ini digunakan untuk
menetralkan larutan basa. Reaksi antar zat yang dihasilkan dari pencampuran Al, KOH dengan
asam sulfat menghasilkan endapan yang berwarna putih. Selanjutnya larutan disimpan didalam ice
bath dengan tujuan untuk mempercepat terbentuknya endapan kristal kasar dari tawas. Reaksi yang
terjadi yaitu:
2KAlO3(aq) + 2H2O(l) + H2SO4(aq) K2SO4(aq) + 2Al(OH)3(s) + 6O2(g)
Kristal warna putih yang terbentuk berasal dari senyawa Al(OH)3 dimana senyawa
Al(OH)3 yang bersifat basa dicampurkan dengan asam sulfat membentuk kation-kation (K+ dan
Al3+) yang merupakan elemen-elemen yang diperlukan untuk membentuk tawas. Saat terjadi
penambahan asam sulfat berlebih pada larutan, maka akan terjadi reaksi:
H2SO4(aq) + K2SO4(aq) + 2Al(OH)3(s) 2KAl(SO4)2(aq) + 6H2O(l)
2Al(OH)3(aq) + 3H2SO4(aq) Al2(SO4)3(s) + 6H2O(l)
Setelah terbentuk kristal, lalu di saring menggunakan kertas saring dengan tujuan agar
residu terpisah dari filtratnya. Kristal (residu) kemudian di masukkan ke dalam cawan kosong dan
di oven sehingga didapatkan kristal putih yang kemudian ditimbang untuk menentukan berat
persen yang hilang. Berat kristal yang didapatkan yaitu 8,3864 gram dengan bentuk kristal
berwarna putih dan nilai persenr rendemen hasil perhitungan yaitu 46,56%.
Reaksi kimia pembuatan tawas yang terjadi secara keseluruhan yaitu :
2Al(s) + 2KOH(aq) + 2H2O(l) 2KAlO2(aq) + 3H2(g)
2Al(s) + 2KOH(aq) + 6H2O(l) 2K[Al(OH)4](s) + 3H2(g)
2 KAlO3(aq) + 2 H2O(l) + H2SO4(aq) K2SO4(aq) + 2 Al(OH)3(s) + 6 O2(g)
2 K[Al(OH)4](s) + H2SO4(aq) 2 Al(OH)3(aq) + K2SO4(aq) + 2 H2O(l)
H2SO4(aq) + K2SO4(aq) + 2 Al(OH)3(s) 2 KAl(SO4)2(aq) + 6 H2O(l)
2 Al(OH)3(aq) + 3H2SO4(aq) Al2(SO4)3(s) + 6H2O(l)
K2SO4(aq) + Al2(SO4)3(s) + 12H2O(l) → 2 KAl(SO4)2.12H2O(s)
Uji Penjernihan pada Air Kotor
Uji penjernihan pada air kotor dilakukan dengan menggunakan tawas hasil sintetis,
dan tawas komersial dengan massa yang sama yaitu 5 g. Prinsip penjernihan air ini adalah dengan
menggunakan stabilitas partikel-partikel bahan pencemar dalam bentuk koloid. Tawas sebagai
koagulan didalam pengolahan air maupun limbah. Koagulan aluminium sulfat sangat efektif untuk
mengendapkan partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun suspensi. Dari hasil
percobaan dilihat bahwa air kotor lebih jernih ketika di masukan tawas komersial. Selain itu,
proses penjernihan air kotor dengan tawas komersial ini lebih cepat di bandingkan dengan tawas
hasil sintesis yang cenderung agak lambat prosesnya. Hal ini terjadi karena tawas yang di hasilkan
tidak terlalu murni karena factor pembuatan tawas yang masih belum sempurna. Bisa disebabkan
karena masih terdapat zat pengotor di dalam tawas tersebut.
Pembahasan : Ridha Ulfah (1147040062)
Percobaan kali ini didasarkan pada sintesis dan karakterisasi garam tunggal dan garam
rangkap yang diwakili oleh sintesis NaCl sebagai garam tunggal dan sintesis KAl(SO4)2.12H2O
sebagai garam rangkap.
Setelah diperoleh hasil titrasi yang terindikasi adanya garam tunggal (NaCl), selanjutnya dilakukan
penguapan dengan cara pemanasan untuk memperoleh kristal NaCl yang diinginkan. Dari proses
penguapan tersebut diperoleh kristal NaCl namun masih terkontaminasi oleh indikator metil
merah. Oleh karena itu, untuk memperoleh kristal NaCl yang lebih murni maka dilakukan
penambahan alkohol kedalamnya, penambahan alkohol ini dapat menghilangkan zat pengotor dan
mengurangi kandungan air yang ada pada kristal sehingga indikator metil merah yang
mengkontaminasi dapat dihilangkan dan proses pengeringan pun akan berlangsung cepat karena
kadar air didalam kristal telah berkurang, untuk lebih mempercepat pengeringan maka kristal hasil
pemurnian disaring dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya lalu dipanaskan dalam oven
pada suhu 105⁰C. Setelah diperoleh kristal kering, selanjutnya kristal hasil sintesis diuji rasanya,
hasilnya terasa asin yang membuktikan sintesis garam tunggal (NaCl) telah berhasil dilakukan.
Dari percobaan ini juga dapat diketahui % rendemen dari NaCl hasil sintesis, melalui perhitungan
yang dilakukan diperoleh hasil sebesar 59,76 % dengan massa NaCl yang diperoleh sebesar
5,78556 gram dan dapat diketahui juga konsentrasi sampel yang bereaksi dengan NaCl dengan
hasil perhitungan yang telah dilakukan sebesar 12 M.
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini yakni mengenai “Sintesis dan Karakterisasi NaCl dan KAl(SO4)-
2.12H2O dengan Metode Kristalisasi dan Titrimetri Serta Uji Penjernihan Air Kotor Sebagai
Parameter” dimana tujuan utama dari percobaan ini adalah untuk mensintesis garam tunggal dan
garam rangkap yang dimiliki oleh NaCl dan Tawas (KAl(SO4)2.12H2O). garam rangkap itu sendiri
adalah garam yang terdiri dari dua kation yang berbeda dengan sebuah anion yang sama dalam
satu sisi kristalnya. Garam rangkap ini biasanya lebih mudah membentuk kristal besar
dibandingkan dengan garam tunggal. Kation garam rangkap umunya terdiri dari kation logam
transisi yang bergabung dengan kation logam alkali atau ion amonium dan contoh garam rangkap
adalah tawas atau kalium aluminium sulfat (KAl(SO4)2.12H2O) .
Percobaan pertama adalah mengenai sintesis garam tunggal yang dimiliki oleh NaCl. percobaan
ini didasarkan pada merekasikan soda kue (NaHCO3) dengan HCl dengan metode titrimetri yang
reaksinya NaHCO3(aq) + HCl(aq) → NaCl + CO2- + H2O-, larutan hasil titrasi yang berwarna merah
muda kemudian diuapkan hingga didapatkan kristal dan dilakuakn pemurnian kristal dengan uji
pemanasan pada oven dengan suhu 105°C sebelumnya ditambahkan etanol 95% kemudian
didinginkan hingga didapatkan kristal.
Pertama sebanyak 8,4 gram soda kue ditimbang dan dilarutkan dalam 10ml aquades. Tujuan
penambahan aquades adalah karena air mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik balik ke
kation maupun anion membentuk ion terhidrasi. dan pada percobaan ini digunakan sampel soda
kue yang mengandung NaHCO3 dengan tujuan untuk menentukan kemurnian NaCl dengan cara
penguapan dan kristalisasi, menentukan % rendemen NaCl dan menghitung presentase hilangnya
NaCl yang didapatkan secara teoritis. Kemudian, larutan soda kue tersebut ditambahkan dengan 3
tetes indicator mm dan dititrasi dengan HCl. Tujuan dilakukannya titrasi oleh larutan HCl adalah
untuk dpat menentukan garam NaCl yang terbentuk antara soda kue dan larutan HCl. Selain itu,
titrasi dilakukan dengan menggunakan bantuan indicator metil merah yang bertujuan untuk
menentukan titik akhir titrasi. Perubahan warna yang di hasilkan yaitu dari putih
kekuningan menjadi warna merah muda dengan volume HCl yang digunakan yaitu 40 mL.
Pada saat proses pentitrasian larutan soda kue dengan HCl, terdapat gelembung-gelembung
(berbuih). Larutan NaCl yang terbentuk dari titrasi (titrat) selanjutnya diuapkan dengan
dipanaskan. Hasil penguapan yang telah dingin ditambahkan dengan etanol 95% secukupnya
hinggga stirer terendam dan di stirer selama 5 menit , tujuan ditambahkannya etanol adalah untuk
penyempurnaan proses penguapan dan pemurnian. Setelah disaring diperoleh filtrat berupa larutan
berwarna merah muda seulas cerah dan endapan berwarna putih. Untuk penyempurnan proses
pengeringan endapan dipanaskan dalam oven pada suhu 105˚C selama 15 menit , kemudian
diperoleh padatan Kristal berwarna putih yang merupakan padatan Kristal NaCl. Persamaan reaksi
yang terjadi yaitu:
Dari hasil percobaan diperoleh massa kristal NaCl yang didapatkan yaitu 3,4575 gram dan nilai
persen rendemen hasil perhitungan yaitu 59,76 %
Dalam reaksi ini terbentuk gas H2 yang ditandai dengan munculnya gelembung- gelembung gas.
Gelembung-gelembung gas hilang setelah semua aluminium bereaksi. Setelah didiamkan dan
didinginkan, disaring endapan yang filtratnya ditampung dengan menggunakan erlenmeyer.
Selanjutnya filtrat yang ada di erlenmeyer itu ditambahkan larutan asam sulfat sebanyak 15 ml.
Proses penambahan asam sulfat ini dilakukan secara perlahan sambil diaduk, hal ini bertujuan agar
semua Al yang berada di dalamnya dapat bereaksi sempurna dengan pembentukan endapan yang
sempurna secara teratur. Reaksi yang terjadi adalah :
Tujuan penambahan larutan H2SO4 dilakukan agar seluruh senyawa K[Al(OH)4] dapat bereaksi
sempurna. Al(OH)3 yang terbentuk langsung bereaksi dengan H2SO4 dengan persamaan reaksi
sebagai berikut :
Penambahan asam sulfat secara perlahan juga bertujuan agar dapat mengendalikan pH dengan
mengecek pH setiap beberapa tetes sekali, sehingga larutan tidak akan terlalu asam dan tidak
terlalu basa, sehingga penambahan H2SO4 dapat dihentikan tepat pada pH 1-2, karena pada pH 1-
2 terjadi pengendapan yang sempurna dan dapat mengikat kation K+ dan Al3+. Reaksi antar zat
yang dihasilkan dari reaksi antar Al dan KOH dengan asam sulfat menghasilkan endapan yang
berwarna putih.
Warna putih yang terbentuk berasal dari senyawa Al(OH)3. senyawa Al(OH)3 yang bersifat basa
dicampurkan dengan asam sulfat hingga pHnya 1-2. Hal tersebut bertujuan untuk membentuk
kation-kation (K+ dan Al3+) yang merupakan elemen elemen yang diperlukan untuk membentuk
tawas.
Selanjutnya setelah terbentuk endapan lalu disaring kembali dan dicuci dengan menggunakan
etanol secukupnya yang bertujuan untuk menyerap kelebihan air dan mempercepat
pengeringan. Hasil dari penyaringan didapatkan filtrat yang merupakan larutan tak berwarna dan
endapan berwarna putih. Untuk penyempurnaan proses pengeringan dari tawas yan diperoleh ,
endapan kemudian dipanaskan pada suhu 105˚C selama 15 menit. Dari hasil percobaan didapatkan
netto dari tawas yang dihasilkan adalah sebesar 8,378 gram. Tawas yang berkualitas baik memiliki
ciri-ciri berbentuk bongkahan dan tidak berwarna (bening). Dari percobaan yang kami lakukan,
Pada padatan alumunium juga menghasilkan sejumlah tawas yang berbentuk serbuk halus
berwarna putih.
Untuk menguji tawas yang telah dibuat dapat dilakukan dengan menggunakan air limbah (air yang
sudah tidak jernih lagi). Sebanyak 5 gram tawas hasil sintesis dan tawas komersil ditimbang.
Kemudian masing-masing tawas dilarutkan dalam 50ml air keruh yang berbeda lalu
dihomogenkan. Masing-masing larutan didiamkan dan dari hasil percobaan teranalisis bahwa hasil
penjernihan air lebih jernih ketika ditambahkan dengan tawas komersil dibandingkan dengan
tawas hasil sintesis. Hal ini disebabkan Karena tawas sintesis yang diperoleh masih kurang baik
dalam kemurniannya. Dari hasil percobaan diperoleh rendemen KlA(SO4)2.12H2O hasil sintesis
dapat ditentukan dari hasil perhitungan sebesar 46,56%.
KESIMPULAN
1. Sintesis NaCl dari bahan soda kue (NaHCO3) dengan metode kristalisasi dapat dilakukan
dengan hasil sintesis berupa kristal berwarna putih dengan berat 3,4575 gram
2. Konsentrasi sampel yang bereaksi dengan NaCl dapat ditentukan dengan perhitungan yang
telah dilakukan sebesar 12 M.
3. Massa teoritis dari NaCl dapat ditentukan dengan perhitungan yang telah dilakukan sebesar
5,78556 gram
4. Rendemen NaCl hasil sintesis dapat ditentukan dari hasil perhitungan sebesar 59,76 %
5. Sintesis KAl(SO4)2.12H2O dari campuran alumunium, KOH, dan H2SO4 dengan metode
kristalisasi dapat dilakukan dengan hasil sintesis berupa kristal berwarna putih dengan berat
8,38648 gram
6. Uji KAl(SO4)2.12H2O dapat dilakukan dengan mengujinya pada air kotor dan
membandingkannya dengan tawas komersial. Hasilnya, air kotor lebih jernih ketika ditambah
tawas komersial dibandingkan dengan hasil sintesis
7. Massa teoritis dari KAl(SO4)2.12H2O dapat ditentukan dengan perhitungan yang telah
dilakukan sebesar 18,01162 gram
8. Rendemen KAl(SO4)2.12H2O hasil sintesis dapat ditentukan dari hasil perhitungan sebesar
46,56 %
KESIMPULAN : NISSA YULDINAR (1147040050)
Sintesis NaCl dari bahan soda kue (NaHCO3) dengan metode kristalisasi dapat dilakukan
dengan hasil sintesis berupa kristal berwarna putih dengan berat 3,4575 gram.
Konsentrasi sampel yang bereaksi dengan NaCl dapat ditentukan dengan perhitungan yang
dilakukan sebesar 12 M, massa teoritis dari NaCl dapat ditentukan dengan perhitungan
yang dilakukan 5,78556 gram.
Rendemen NaCl hasil sintesis dapat ditentukan dari hasil perhitungan sebesar 59,76 %
% kehilangan NaCl secara teoritis pada NaCl hasil sintesis dapat ditentukan
Sintesis KAl(SO4)2.12H2O dari campuran alumunium, KOH dan H2SO4 dapat dilakukan
dengan metode kristalisasi. Hasil sintesis berupa kristal berwarna putih dengan berat
8,38648 gram
Uji KAl(SO4)2.12H2O dapat dilakukan dengan mengujinya pada air kotor dan
membandingkannya dengan tawas komersial. Hasilnya air kotor lebih jernih ketika
ditambahkan tawas komersial dibandingkan dengan tawas hasil sintesis. Karena tawas
komersil lebih murni
Rendemen Kal(SO4)2.12H2O hasil sintesis dapat ditentukan dari hasil perhitungan sebesar
46,56%
Massa teoritis Kal(SO4)2.12H2O dari hasil sintesis dapat ditentukan dari hasil perhitungan
sebesar 18,01162 gram.
NaCl dapat disintesis dengan soda kue (NaHCO3) dengan metode penguapan..
NaCl hasl sntesis dapa dimurnikan dengan etanol dan dikeringkan dengan oven pada suhu
105˚C.
Nilai mol H2SO4 sebesar 0,09 mol dan mol Al adalah 0,0190 mol
Daftar Pustaka
[3]Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (Jakarta; Erlangga, 1999), h.1.
[6]Thoifah dan Frida U. Ermawati, “Pengaruh Suhu Pertumbuhan pada Laju Perumbuhan
Kristal Tunggal Garam Rochelle (KNaC6H606.4H20)” Jurnal Fisika dan Aplikasinya 3, no 2
(Juni 2007), h. 1.
[7]Thoifah dan Frida U. Ermawati, “Pengaruh Suhu Pertumbuhan pada Laju Perumbuhan
Kristal Tunggal Garam Rochelle (KNaC6H606.4H20)” 3, no 2 (Juni 2007), h. 1.
[8]Oxtoby, Gillis Nachtrieb, Principles of Modern Chemistry, terj. Suminar Setiati Achmadi,
Prinsip-prinsip Kimia Modern (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 171.
[9]Raymond Chang, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 245.