Anda di halaman 1dari 5

ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBRANGAN

Disusun Oleh :
Octavia Rachmasari
16.03.015

ASDP yang berarti “Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan” merupakan istilah yang
terdiri dari dua aspek yaitu “Angkutan Sungai dan Danau” atau ASD dan “Angkutan
Penyeberangan:. Istilah ASDP ini merujuk pada sebuah jenis “moda” atau “jenis angkutan”
dimana suatu sistem transportasi terdiri dari 5 macam yaitu moda angkutan darat (jalan raya), moda
angkutan udara, moda angkutan kereta api, moda angkutan pipa (yang mungkin belum dikenal
luas), moda angkutan laut dan moda ASDP.

Angkutan Perairan Daratan atau angkutan perairan pedalaman merupakan istilah lain dari
Angkutan Sungai dan Danau (ASD). Jenis angkutan ini telah lama dikenal oleh manusia bahkan
terbilang tradisional. Sebelum menggunakan angkutan jalan dengan mengendarai hewan seperti
kuda dan sapi, manusia telah memanfaatkan sungai untuk menempuh perjalanan jarak jauh.
Demikian juga di Indonesia, sungai merupakan wilayah favorit sehingga banyak sekali pusat
pemukiman, ekonomi, budaya maupun kota-kota besar yang berada di tepian sungai seperti
Palembang.

Angkutan Perairan Daratan merupakan sebuah istilah yang diserap dari bahasa Inggris
yaitu Inland Waterways atau juga dalam bahasa Perancis yaitu Navigation d’Interieure atau juga
voies navigables yang memiliki makna yang sama yaitu pelayaran atau aktivitas angkutan yang
berlangsung di perairan yang berada di kawasan daratan seperti sungai, danau dan kanal.

Sementara itu, menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran,


terutama pada pasal 1, dijelaskan bahwa angkutan perairan daratan yang juga dikenal sebagai
angkutan sungai dan danau ( ASD ) adalah meliputi angkutan di waduk, rawa, anjir, kanal, dan
terusan. Di Indonesia, angkutan perairan daratan merupakan bagian dari sub sistem perhubungan
darat dalam sistem transportasi nasional.

Moda angkutan ini tentunya tidak mempergunakan perairan laut sebagai prasarana
utamanya namun perairan daratan. Dalam kamus Himpunan Istilah Perhubungan, istilah perairan
daratan didefinisikan sebagai semua perairan danau, terusan dan sepanjang sungai dari hulu dari
hulu sampai dengan muara sebagaimana dikatakan undang-undang atau peraturan tentang wilayah
perairan daratan.

Sementara itu, angkutan penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan
bergerak yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan kereta api yang terputus karena
adanya perairan. Dalam bahasa Inggris, moda ini dikenal dengan istilah ferry transport. Lintas
penyeberangan Merak – Bakauheni dan Palembang – Bangka bahkan juga Inggris – Perancis
adalah beberapa contoh yang sudah dikenal masyarakat.

Pada angkutan sungai terkadang terdapat adanya lintas penyeberangan di sungai yang rutin
dimana hal ini tidak terdapat pada angkutan jalan. Sementara itu, angkutan danau cenderung
memiliki daerah pelayanan yang lebih terbatas karena hanya dapat melayani pengguna jasa di
sekitar danau saja dan lebih bersifat sebagai angkutan penyeberangan di kawasan danau tersebut.

Secara teknis, karakteristik angkutan perairan daratan memberikan keunggulan kepada


moda tersebut untuk bersaing dengan moda lain. Keungggulan-keunggulan tersebut antara lain:

a. Pada daerah yang mempunyai sungai yang bisa digunakan untuk transportasi, maka tidak
perlu dibangun infrastruktur baru selain dermaga bongkar muat karena telah tersedia secara alami.
Di India, dengan panjang jalur transportasi yang sama, biaya untuk mengembangkan angkutan
perairan daratan hanya sekitar 5% hingga 10% dari biaya mengembangkan jalan tol 4 lajur ataupun
membangun jaringan kereta api (Akanda, 1993).

b. Infrastruktur sungai hanya perlu dipelihara dengan biaya yang murah sehingga kapasitas
infrastruktur umumnya akan mencukupi. Di India, dengan panjang jalur transportasi yang sama,
biaya pemeliharaan angkutan perairan daratan hanya sekitar 20% dari biaya pemeliharaan jalan
(Akanda, 1993);

c. Berperan sebagai angkutan utama untuk daerah terpencil (remote area) dimana
konstruksi jalan belum atau mahal untuk dibangun;
d. Mempunyai tingkat keselamatan yang lebih tinggi dibandingkan angkutan jalan dari
aspek kecepatannya yang rendah, terutama bila dilengkapi dengan peralatan keselamatan yang
memadai;

e. Bahan bakar lebih efisien

f. Mempunyai dampak lingkungan lebih rendah bila dibandingkan jalan dan rel

g. Lebih ekonomis untuk angkutan barang curah pada jarak relatif panjang;

h. Amat cocok untuk angkutan wisata;

i. Mampu mengangkut secara langsung dari angkutan perairan laut dalam ke perairan
daratan dan sebaliknya.

j. Mampu mengangkut dengan volume besar;

Pada sisi lain, karakteristik angkutan perariran daratan juga mempunyai kelemahan antara lain:

· Mempunyai hambatan alam (tergantung pada kedalaman dan kelebaran alur);

· Fluktuasi air pada musim kemarau;

· Pada musim hujan terkadang terjadi banjir;

· Rawan terjadinya pendangkalan dan erosi tebing sungai;

· Kecepatan relatif lebih rendah;

· Tingkat reliabilitas kurang terjaga;

· Kurang fleksibel karena jangkauan daerah (catchment area) yang kecil di sepanjang aliran alur
saja;

· Aksesibiltas rendah karena terkadang sulit dijangkau dari jalan;

· Ada kecenderungan angkutan untuk over capacity;

· Investasi tinggi untuk kapal baru;

· Tingkat kenyamanan yang rendah untuk angkutan penumpang;


· Budaya yang konservatif dan tradisional pada operasional penyediaan jasa angkutan perairan
daratan;

· Peran yang kecil (modal share) pada sistem transportasi; dan

· Waktu operasi terbatas karena pada malam hari sulit berlayar dengan sarana bantu navigasi yang
terbatas.

Angkutan perairan daratan bisa berkembang bila ada faktor-faktor lain yang mendukung, seperti:

· Kemacetan di jalan raya;

· Disediakan fasilitas pergudangan di atas air (gudang yang mengambang);

· Efisiensi angkutan perairan daratan ditingkatkan; dan

· Terjadi peningkatan biaya pada transportasi jalan raya.

ASDP dilaksanakan bersama antara BUMN dengan Swasta dalam memberikan pelayanan
kepada Masyarakat. Dalam hal pelayanan tidak bisa dilakukan secara komersil, pelayanan
dilaksanakan dengan memberikan subsidi angkutan Perintis. Pemerintah mengharapkan bahwa
pelayanan angkutan perintis ini merupakan langkah untuk mendongkrak pemerataan dan
perekonomian masyarakat yang terhubungkan dengan pelayanan angkutan.

Pembanguan transportasi air di perairan daratan menurut Paskah Zuseta[4] memiliki


potensi yang besar untuk menjadi pilihan sebagai moda transportasi yang efektif terutama di
wilayah dengan lahan rawa pasang-surut yang luas, seperti di Pulau Sumatera, Kalimantan dan
Papua. Untuk itu diperlukan langkah-langkah terobosan yang perlu ditindaklanjuti:

• Pertama, menyusun master plan mengenai rencana pengembangan sistem


transportasi air secara menyeluruh dan terpadu dengan rencana pengembangan
wilayah dan sektor lainnya, seperti lingkungan hidup, teknologi, dan sumber daya
air;
• Kedua, memberikan iklim yang kondusif bagi usaha swasta atau masyarakat untuk
berperan serta dalam berinvestasi maupun dalam penyelenggaraan operasi dan
pemeliharaan sistem transportasi air

Demi ketertiban dan keberlangsungan usaha angkutan sungai, danau dan penyeberangan
perlu pengendalian yang baik oleh pemerintah sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya kepada masyarakat, demikian pula pengusaha angkutan dapat beroperasi memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat dengan keuntungan yang wajar.
Keseimbangan inilah yang perlu dikendalikan oleh pemerintah dengan baik, kesalahan dalam
mengatur keseimbangan ini dapat mengakibatkan masyarakatnya tidak terlayani dengan baik
ataupun pengusaha menuju kepada kebangkrutan.

Fungsi pengawasan/pengendalian pada intinya adalah memastikan pelaksanaan pekerjaan


sesuai rencana, sehingga harus ada perencanaan tertentu dan intruksi dan wewenang kepada
bawahan kita. Prinsip lainnya adalah harus mengrefleksikan sifat-sifat dan kebutuhan dari aktifitas
yang harus dievaluasi, dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan, fleksibel,
dapt merefleksikan pola organisasi, ekonomis, dapat dimengerti dan dapat menjamin diadakannya
tindakan korektif.

Anda mungkin juga menyukai