Anda di halaman 1dari 8

UNDANG-UNDANG

MAHASISWA UNIVERSITAS RIAU


NOMOR 2 TAHUN 2017

Tentang

PEDOMAN UMUM TEKNIK PERSIDANGAN


KELEMBAGAAN MAHASISWA UNIVERSITAS RIAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PRESIDEN MAHASISWA UNIVERSITAS RIAU,

Menimbang a. bahwa persidangan mahasiswa merupakan sarana untuk


: mewujudkan demokrasi kampus yang menjamin hak-hak
setiap Mahasiswa Universitas Riau;
b. bahwa persidangan hakekatnya berjalan aman, aspiratif, dan
demokratis;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Undang-Undang
tentang Pedoman Umum Persidangan Kelembagaan
Mahasiswa Universitas Riau;

Mengingat : Pasal 6, Pasal 9 ,Pasal 19, Pasal 24, Pasal 25 Undang-Undang Dasar
Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau.
Memperhatikan : Pendapat, saran dan kritik anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa
Universitas Riau.

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA
UNIVERSITAS RIAU
dan
PRESIDEN MAHASISWA
UNIVERSITAS RIAU

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PEDOMAN UMUM
MEMUTUSKAN PERSIDANGAN KELEMBAGAAN MAHASISWA
UNIVERSITAS RIAU.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1) Sidang adalah forum dalam pengambilan keputusan.
2) Persidangan adalah sidang-sidang yang berlaku di Kelembagaan Mahasiswa
Universitas Riau.
3) Presidium sidang adalah orang-orang yang memimpin jalannya persidangan.
4) Peserta Sidang adalah pihak-pihak yang mengikuti jalannya persidangan yang terdiri
dari peserta penuh, peserta peninjau, dan peserta undangan.
5) Peserta penuh adalah peserta yang memiliki hak suara dan hak bicara
6) Peserta peninjau adalah peserta yang memiliki hak bicara
7) Peserta undangan adalah peserta yang memiliki hak bicara setelah mendapat izin dari
pimpinan sidang dan persetujuan dari peserta penuh.
8) Pengunjung adalah orang yang hadir dipersidangan untuk menyaksikan jalannya
persidangan, didalam maupun diluar ruang sidang.
9) Pihak keamanan adalah panitia yang bertugas menjaga keamanan sidang.
10) Surat Ketetapan Persidangan adalah surat keputusan yang berisi hasil-hasil pembahasan
yang berlaku keluar dan ke dalam persidangan yang telah disahkan yang bersifat
mengikat dan memaksa.
11) Skorsing adalah memberhentikan sidang untuk sementara waktu dengan tujuan tertentu
seperti istirahat, lobby, dan lain-lain sehingga peserta sidang tidak meninggalkan ruang
persidangan.
12) Pending adalah memberhentikan sidang untuk sementara waktu dengan tujuan tertentu
seperti istirahat, lobby, penundaan siding sehingga peserta sidang dapat meninggalkan
ruang persidangan.
13) Peninjauan kembali adalah mekanisme yang digunakan untuk mengulang kembali
pembahasan/ putusan yang telah ditetapkan.
14) Lobby adalah mekanisme komunikasi antar pihak yang berbeda pendapat untuk saling
berargumen dan mengambil pendapat.
15) Voting adalah pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak dari peserta penuh.
16) Walk out ialah keadaan tidak menyetujui dengan kesepakatan sidang karena
persidangan sudah tidak relevan dengan prinsip mereka dan memilih untuk keluar dari
acara persidangan.

BAB II
TUJUAN TEKNIK PERSIDANGAN
Pasal 2
1) Teknik Persidangan bertujuan sebagai pedoman untuk memudahkan mahasiswa dalam
melaksanakan kegiatan persidangan.
2) Sebagai sarana pemersatu terhadap sesama organisasi kemahasiswaan di lingkungan
Universitas Riau.
3) Persidangan hakikatnya berjalan aman, aspiratif, dan demokratis.

BAB III
PERANGKAT SIDANG
Pasal 3
Perangkat Sidang terdiri dari :
1) Peserta sidang :
a. Peserta penuh
b. Peserta Peninjau
c. Peserta Undangan
2) Presidium sidang
3) Materi persidangan
4) Perlengkapan sidang :
a. Kursi
b. Meja
c. Palu Sidang
d. Jam dinding
e. Bendera merah putih
f. Musyawarah Mahasiswa Universitas Riau (Musyma UR) ditambahkan bendera
Universitas Riau.
g. Musyawarah atau Sidang setingkat fakultas ditambahkan bendera fakultas.
h. Musyawarah atau sidang setingkat kelembagaan mahasiswa ditambahkan bendera
kelembagaan.
5) Surat Ketetapan Persidangan (SK)
6) Tata tertib persidangan
7) Draft Agenda
8) Pihak Keamanan

Pasal 4
PRESIDIUM SIDANG

1) Presidium Sidang bertugas ;


a. Membuka dan menutup sidang
b. Menjelaskan dan mengatur serta mengarahkan permasalahan agar fokus.
c. Membuat keputusan-keputusan

2) Presidium Sidang berusaha mendudukkan persoalan, menyimpulkan dan meluruskan


pembicaraan sesuai dengan agenda sidang.
3) Presidium sidang tidak boleh berpihak pada salah satu pihak peserta sidang dan hanya
boleh memutuskan sesuatu atas persetujuan peserta penuh.
4) Presidium Sidang wajib menjaga agar sidang tetap dalam suasana kondusif dalam
sidang untuk mencapai mufakat.
5) Apabila sidang dalam suasana tidak kondusif, Presidium Sidang berhak menetapkan
kebijakan demi kelancaran persidangan.

Pasal 5

1) Presidium Sidang berjumlah 3 orang presidium sidang.


2) Presidium Sidang I bertugas untuk memimpin dan mengatur jalannya persidangan
seperti aturan yang disepakati peserta sidang.
3) Presidium Sidang II bertugas untuk sebagai notulensi selama jalannya persidangan.
4) Presidium Sidang III bertugas untuk membantu Presidium Sidang I untuk melihat
peserta sidang yang ingin hak yang dimilikinya.
5) Presidium Sidang II dan III berperan membantu Presidium Sidang I dalam memberi
pertimbangan dan mengatur jalannya persidangan.
6) Apabila Presidium Sidang I tidak dapat melanjutkan memimpin persidangan, dapat
dialihkan ke Presidium Sidang II ataupun Presidium Sidang III
7) Mekanisme Pengalihan Presidium Sidang ditentukan oleh Peserta Sidang.

Pasal 6

1) Presidium Sidang harus memenuhi syarat :


a. Mempunyai sifat leadership, bijaksana dan bertanggung jawab
b. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang tehnik persidangan
c. Peka terhadap situasi dan cepat mengambil inisiatif dalam situasi kritis
d. Mampu mengontrol emosi sehingga tidak terpengaruh kondisi persidangan
2) Apabila syarat tersebut tidak dipenuhi dalam persidangan, peserta sidang berhak
mengusulkan pengalihan pimpinan presidium sidang

Pasal 7
PALU SIDANG

1) Pengetukan Palu Sidang untuk Satu kali :


a. Menerima dan menyerahkan pimpinan sidang.
b. Mengesahkan keputusan/kesepakatan peserta sidang poin perpoin (keputusan yang
bersifat sementara).
c. Memberi peringatan kepada peserta sidang agar tidak gaduh.
d. Menskors dan mencabut kembali skorsing sidang yang waktunya tidak terlalu lama
sehingga peserta sidang tidak perlu meninggalkan tempat sidang.
e. Mencabut kembali / membatalkan ketukan terdahulu yang dianggap keliru;
2) Pengetukan Palu Sidang Untuk Dua kali :
a. untuk membuka dan men-Pending selama 2x sekian menit (dalam waktu yang
cukup lama)
b. untuk mengesahkan SK yang ada di dalam sidang
3) Pengetukan Palu Sidang Untuk Tiga kali untuk membuka dan menutup sidang secara
resmi
4) Pengetukan Palu Sidang Untuk berkali-kali untuk menenangkan peserta sidang atau
meminta peserta memperhatikan jalannya sidang.

Pasal 8
MATERI PERSIDANGAN

1) Materi persidangan disiapkan sebelum persidangan


2) Materi persidangan yang telah disiapkan disepakati oleh peserta penuh dan disesuaikan
dengan agenda Sidang.

BAB IV
TATA TERTIB PERSIDANGAN
Pasal 9
(1) Peserta sidang dan pengunjung sidang yang menghadiri sidang wajib mengenakan pakaian
rapi dan sopan.
(2) Peserta sidang dan pengunjung sidang wajib bersikap tertib, tenang, dan sopan.
(3) Peserta Sidang wajib:
a. Menempati tempat duduk yang telah disediakan serta duduk tertib dan sopan selama
persidangan;
b. Menunjukkan sikap hormat kepada Presidium Sidang; dan
c. Meminta izin Presidium sidang sebelum menyampaikan pendapat dan/atau
tanggapan.
(4) Peserta dan pengunjung sidang dilarang:
a. Membawa, menggunakan, memakai senjata dan/atau benda-benda lain yang dapat
membahayakan atau mengganggu peserta dan jalannya persidangan;
b. Membuat gaduh, berlalu-lalang, bersorak-sorai di dalam ruang sidang selama
persidangan berlangsung;
c. Mengaktifkan alat komunikasi yang dapat menyebabkan mengganggu jalannya
persidangan;
d. Membawa peralatan demonstrasi masuk keruang sidang;
e. Merusak dan/atau mengganggu fungsi sarana, prasarana, dan/atau perlengkapan
persidangan lainnya;
f. menghina Presidium sidang, peserta sidang, dan pengunjung;
g. melakukan perbuatan atau tingkahlaku yang dapat mengganggu persidangan;
h. merendahkan kehormatan, martabat, dan wibawa Presidium; dan
i. memberikan ungkapan atau pernyataan di dalam persidangan yang isinya berupa
ancaman.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Tertib Persidangan sebagaimana dimaksud pasal 9
diatur dalam peraturan mahasiswa.
BAB V
MEKANISME PERSIDANGAN
Pasal 10

1) Sidang dianggap quorum jika dihadiri ½ dari jumlah peserta penuh ditambah 1;
2) Jika tidak memenuhi quorum maka ditunda 1x15 menit, setelah itu sidang dianggap
sah dan dapat dilanjutkan;
Pasal 11
1) Pengambilan ketetapan sidang dilaksanakan melalui musyawarah untuk mufakat.
2) Apabila ayat (1) tidak tercapai maka selanjutnya dilakukan lobby dan sidang di skors
selama waktu yang ditentukan kemudian.
3) Apabila musyawarah mufakat tidak tercapai setelah melalui mekanisme lobby maka
keputusan diambil melalui voting.

BAB VI
INTERUPSI PERSIDANGAN
Pasal 12

Interupsi dilakukan dengan mengangkat tangan terlebih dahulu, dan berbicara setelah
mendapat ijin dari Presidium Sidang

Pasal 13

1) Interruption of order, Bentuk interupsi yang dilakukan untuk meminta penjelasan atau
memberikan masukan yang berkaitan dengan jalannya persidangan.
2) Interruption of information, Bentuk interupsi berupa informasi yang perlu diperhatikan
oleh seluruh peserta sidang termasuk pimpinan sidang.
3) Interruption of clarification, Bentuk interupsi dalam rangka memberi klarifikasi tentang
pernyataan peserta sidang lainnya agar tidak terjadi penangkapan bisa ketika seseorang
memberikan tanggapan atau sebuah penegasan terhadap suatu pernyataan.
4) Interruption of explanation, Bentuk interupsi untuk menjelaskan suatu pernyataan yang
kita sampaikan agar tidak ditangkap keliru oleh peserta lain atau suatu pelurusan
terhadap pernyataan kita.
5) Interruption of personal/previllage, Bentuk interupsi yang disampaikan bila pernyataan
yang disampaikan oleh peserta lain sudah diluar pokok masalah dan cenderung
menyerang secara pribadi.
Pasal 14

Apabila dalam persidangan, Presidium Sidang tidak mampu menguasai dan mengendalikan
jalannya persidangan, maka Panitia Pengarah (SC) diberikan wewenang untuk mengambil alih
jalannya persidangan, atas permintaan Presidium Sidang dan atau Peserta Sidang

BAB VII
SANKSI
Pasal 15
Sanksi dapat berupa:
a. Teguran Lisan
b. Jika Butir a tidak dilaksanakan, maka Sanksi berikutnya berupa dikeluarkan dari ruang
Persidangan
c. Jika pelanggaran yang dimaksud telah melanggar hukum, maka akan diproses sesuai
dengan sanksi hukum yang berlaku.

BAB VIII
ATURAN PERALIHAN
Pasal 16

Bagi kelembagaan mahasiswa yang ada di Universitas Riau harus menyesuaikan pedoman
umum teknik persidangan sesuai dengan aturan ini.

BAB IX
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 17

Mekanisme Teknik Persidangan dapat ditinjau ulang atas dasar usulan sedikitnya 1⁄2
Anggota DPM UR + 1 Orang Anggota DPM UR

BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18

(1) Undang-Undang ini mulai berlaku semenjak diundangkan dan apabila terjadi kekeliruan
dapat ditinjau kembali.
(2) Hal-hal yang belum diatur dalam Undang-Undang ini akan diatur kembali melalui
Peraturan DPM Universitas Riau.
Disahkan di Universitas Riau
Pada tanggal 25 Februari 2017

Presiden Mahasiswa Universitas Riau,

Abdul Khair
Diundangkan di Universitas Riau
Pada Tanggal 25 Februari 2017

Menteri Hukum dan Advokasi


Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas
Riau,

Faizal Indra Rangkuti


Lembaran Universitas Riau Tahun 2017 Nomor 002

Anda mungkin juga menyukai