Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber daya (resources) adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan bagi
kehidupan manusia, baik itu sumber daya manusia, sumberdaya alam hayati, sumber
daya alam non hayati, dan sumberdaya buatan. Indonesia dianugrahi Tuhan YME
sumber daya alam yang banyak terkandung di dalam bumi Indonesia ini diantaranya:
minyak dan gas alam (migas), emas (Au), nikel (Ni) berbagai jenis batuan yang salah
satunya adalah batubara. Untuk itu sebagai Negara yang terus berkembang Indonesia
terus berusaha untuk meningkatkan pembangunannya dari berbagai bidang yang
bertujuan untuk mensejahterakan kahidupan masyarakat Indonesia, baik dari segi
ekonomi maupun sumberdaya manusia masyarakat Indonesia itu sendiri. (PT.
Central Omega Resources)
Endapan bijih nikel terbentuk dari proses pelapukan batuan ultrabasa dimana
batuan ini banyak mengandung mineral olivin, piroksin, magnesium, nikel, silica dan
besi. Pada saat pelapukan nikel tertransportasi oleh air kelapisan yang biasa disebut
saprolit sedangkan besi akan berasosiasi dengan oksida dan berada pada lapisan atas.
Untuk penambangan endapan nikel biasanya diterapkan system tambang terbuka
dengan metode open cut/open pit. Oleh karena itu untuk mendapatkan mineral
tersebut maka harus dilakukan kegiatan penambangan urutan pekerjaan
penambangan adalah pembersihan lahan, pengupasan tanah penutup, penggalian
bijih, pemuatan, dan pengangkutan. (PT. Central Omega Resources)
Dalam kegiatan penambangan Nikel (Ni) yang menggunakan sistem
penambangan tambang terbuka dengan pengoperasian peralatan mekanis seperti
excavator untuk pemuatan dan dump truck untuk pengangkutan. Pada sistem
tambang terbuka pengupasan lapisan overburden merupakan salah satu kegiatan yang
sangat berpengaruh terhadap pencapaian target produksi, oleh karena itu, objek
penelitian ini di tekankan untuk meningkatkan produksi alat gali muat berdasarkan
analisa nilai waktu edar (cycle time) alat gali muat dan kebutuhan alat muat dan alat
angkut pada titik pemuatan (loading point) dengan pola pemuatan single front dan
double front, kondisi loading point dan tinggi bench dan nilai ketersediaan alat . (PT.
Central Omega Resources).

1
Pada perusahaan PT Mulia Pasific Resources,Tbk menggunakan alat berat jenis
PC 300 yang mana alat ini berfungsi sebagai alat gali muat dalam proses kegiatan
penambangan. Selain alat berat jenis Pc 300, Itamatra Nusantara juga menggunakan
alat muat DT berkapasitas 20 ton untuk mengangkut ore yang akan di bawa ke
stockfile (PT.Central Omega Resources,Tbk).

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul yang diangkat dan dengan melihat batasan masalah sebagai
berikut yaitu “bagaimana cara menghitung produktivitas dari alat gali muat yang
digunakan”.

1.3. Batasan Masalah

Untuk membuat laporan agar lebih terarah maka dalam penyusunan laporan ini
tidak semua dapat dibahas. Akan tetapi, penulis hanya membatasi ruang lingkup
pembahasan yaitu mengenai “Perhitungan Keserasian Alat Gali Muat dan alat Alat
Angkut pada Front Penambangan PT.Mulia Pasific Resources,Tbk”.

1.4. Tujuan Kerja Praktek


Membandingkan sinkronisasi alat gali muat dan alat angkut pada front
penambangan PT. Mulia Pasifik Resources, Tbk

1.5. Manfaat Kerja Praktek

1.5.1. Manfaat untuk diri sendiri


1. Dapat memberikan kita pengalaman sebelum memasuki dunia kerja
2. Dapat meningkat mutu dan kualitas cara berpikir dalam dunia kerja

1.5.2. Manfaat untuk Akademisi


Manfaat akademis yang diharapkan adalah bahwa hasil penelitian dapat
dijadikan rujukan bagi upaya pengembangan Ilmu Pertambangan, dan berguna
juga untuk menjadi referensi bagi mahasiswa yang melakukan kajian terhadap
materi pertambangan dalam meningkatkan mutu dan semangat belajar.

2
1.5.3. Manfaat untuk Perusahaan
Manfaat untuk perusahaan dapat membantu dalam menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaan kantor dan outputnya dapat menjadi rujukan bagi pihak perusahaan untuk
menerima karyawan selanjutnya.

1.6. Lokasi dan Kesampaian Daerah


Lokasi IUP PT. Mulia Pacific Resources berada di Kecamatan Petasia,
Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah. IUP PT. MPR mempunyai
luas sekitar 4.800 Ha. Secara geografis terletak di 01057’00” – 0201’8” LS dan
antara 121˚ 16’00” – 121021’7” BT. Letak wilayah goegrafis Kecamatan Petasia
sebelah utara berbatasan dengan Wilayah Kecamatan Soyo Jaya dan Bungku Utara,
sebelah selatan berbatasan dengan Wilayah Kecamatan Lembo dan wilayah
kecamatan Witaponda, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Witaponda dan
Perairan Teluk Tolo, dan sebelah barat berbatasan dengan Wilayah Kecamatan Mori
Atas dan Wilayah Kecamatan Lembo (PT.Central Omega Resources)

Untuk mencapai lokasi penelitian dapat ditempuh dengan rute darat yaitu dengan
menggunakan kendaraan roda 4 atau bus umum, dari terminal Daya menuju Soroako
dapat ditempuh dalam waktu ± 12 jam, dilanjutkan dengan menyebrang danau
Matano dari Sorowako ke Nuha dengan perahu (Raft) dapat ditempuh ± 1 jam
kemudian dilanjutkan perjalanan darat dengan menggunakan kendaraan roda 4 atau
LV dari Nuha menuju site di Desa Ganda-ganda, Kecamatan Petasia, Kabupaten
Morowali Utara dapat ditepuh dalam waktu ± 3 jam (PT.Central Omega Resources)

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Latar Belakang Perusahaan

PT. Central Omega Resources (DKFT) dulunya adalah perusahaan jasa


pembiayaan dengan nama PT. Duta Kirana Finance. Perusahaan merupakan spesialis
pembiayaan sepeda motor asal negara China. Perusahaan mengalami masa-masa
keemasan pada awal tahun 2000-an, namun setelah itu pendapatan perusahaan terus
menurun seiring dengan semakin berkurangnya minat masyarakat terhadap sepeda
motor asal China. Hingga akhirnya pada tahun 2006, perusahaan berhenti beroperasi
sama sekali (PT.Central Omega Resources).
Lalu pada tahun 2008, perusahaan menjadi objek backdoor listing oleh PT
Jinsheng Mining, sebuah perusahaan investasi dengan minat di bidang usaha
tambang mineral logam. Jinsheng menyuntikkan dana sebesar Rp30 milyar untuk
menjadi pemilik perusahaan, dan DKFT pun seketika berubah menjadi perusahaan
tambang. DKFT kemudian mengakuisisi dua perusahaan tambang, yaitu PT. Mulia
Pacific Resources (PT. MPR), dan PT. Mega Buana Resources (PT. MBR). Masih di
tahun 2008, DKFT mengakuisisi satu perusahaan lagi bernama PT Bumi Konawe
Abadi (PT. BKA). Di struktur perusahaan,PT. BKA ini diletakkan di bawah PT.
MPR dan PT. MBR, sehingga statusnya adalah sebagai cucu usaha dari DKFT
(PT.Central Omega Resources)
Melalui PT. MPR, DKFT memegang empat izin usaha pertambangan, yaitu dua
tambang tembaga di Halmahera (Maluku Utara), satu tambang nikel di Morowali
(Sulawesi Tengah), dan satu tambang tembaga di Kupang (Nusa Tenggara Timur).
Khusus untuk tambang tembaga, terdapat juga potensi ‘hasil sampingan’ berupa
emas. Sedangkan melalui PT. BKA, DKFT memegang satu izin usaha
pertambangan, yaitu tambang nikel di Konawe ( Sulawesi Tenggara ).
Hingga akhir tahun 2011, seluruh tambang di atas masih dalam tahap eksplorasi,
kecuali dua tambang nikel di Konawe dan Morowali, yang sepanjang tahun 2011 lalu
sudah menghasilkan bijih nikel (nickel ore) sebanyak total 1.4 juta ton. Sementara
cadangan bijih nikel di dua lokasi tambang tersebut terakhir tercatat 5.5 juta ton.

4
DKFT juga mengakuisisi sebuah perusahaan bernama PT Itamatra Nusantara
(PT. IMN). PT. IMN adalah pemilik izin usaha tambang nikel di Morowali, sehingga
dengan demikian DKFT memegang dua tambang nikel di Morowali

Gambar 2.1 struktur perusahaan PT. Central Omega Resources, Tbk

2.2. Kondisi Geologi

2.2.1. Geologi Regional

Gambar 2.2. Peta geologi regional pulau Sulawesi (Kadarusman,dkk, 2004)

5
Pulau Sulawesi merupakan salah satu pulau yang telah mengalami suatu proses
tektonik yang sangat kompleks dalam waktu geologi. Bentuk pulau ini yang
menyerupai huruf “K” setidaknya memberikan gambaran bahwa pulau ini
mempunyai karakteristik berbeda khususnya kondisi geologi. Bentuk K dari pulau
Sulawesi (sebelumnya celebes) terdiri dari empat semenanjung yang dikenal sebagai
“lengan atau arm”. Lengannya terdiri dari Lengan Selatan, Lengan Utara, Lengan
Timur dan Lengan Tenggara (PT. ITAMATRA NUSANTARA).
Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik, dan
IndoAustralia serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang
menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks. Kumpulan batuan dari busur
kepulauan, ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses
penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya (Van Leeuwen, 1994).

Berdasarkan keadaan litotektonik Pulau Sulawesi dibagi 4 yaitu :


1. Mandala barat (West &North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) sebagai jalur
magmatik (Cenozoic Volcanic s and Plutonic Rocks) yang merupakan bagian
ujung timur Paparan Sunda;
2. Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan
sebagai bagian dari blok Australia;
3. Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan
segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-
Miosen
4. Banggai–Sula and Tukang Besi Continental fragments, kepulauan paling timur
Banggai-Sula dan Buton merupakan pecahan benua yang berpindah ke arah
barat karena strike-slip faults dari New Guinea.

Daerah Morowali termasuk dalam bagian dari Ofiolit Sulawesi Timur (East
Sulawesi Ophiolite/ESO). Ofiolit Sulawesi Timur (ESO) adalah satu dari tiga ofiolit
terbesar di dunia. Total panjang ESO lebih dari 700 km dari Teluk Gorontalo,
melewati Lengan Barat dan Tengah mengarah ke Lengan Tenggara Sulawesi dan dan
pulau Buton serta Kabaena. ESO juga meluas ke Kompleks Lamasi Lengan Selatan
melewati Teluk Bone. Total area singakapan lebih dari 15000 km2. (Kadarusman,
dkk., 2004).

6
Deretan litologi ofiolit (ultramafik dan mafik sekuen) hadir disepanjang bagian
Utara pesisir Lengan Barat. Pada bagian yang lebih besar dari ESO, sekuen
ultramafik mendominasi pada Lengan Tenggara, bagian selatan Lengan Barat dan
Pulau Kabaena, sedangkan unit vulkanik basaltic muncul di area Lamasi. Batuan
ultramafik Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah sebagian besar tersusun oleh
peridotit yang telah terserpentinisasi pada berbagai derajat. (Kadarusman, dkk.,
2004)
Berdasarkan peta geologi regional lembar Poso, Sulawesi skala 1 : 250.000
(Simandjutak, dkk., 1997), Formasi batuan yang terdapat di sekitar daerah IUP PT
MPR yaitu Kompleks Ultramafik, Formasi Tetambahu, Formasi Matano, dan
Aluvium dan Endapan Pantai .
Kompleks Ultramafik (MTosu): merupakan bagian dari jalur oriolit Sulawesi
terdiri atas peridotite, harzburgit, lherzolit, werlit, websterit, serpentinit, dan dunit.
Satuan ini diduga telah mengalami beberapa kali pengalihtempatan, sejak kapur
sampai Miosen tengah. Formasi Tetambahu (Jtl) : Batugamping, Napal, Batupasir
dengan lensa rijang. Berdasrkan kandungan fosil Moluska dan Amonit dalam
Kalsilutit, maka umur satuan ini adalah Jura Akhir, sedang lensa rijang yang
mengandung radiolaria mungkin menunjukkann lingkungan pengendapan laut dalam.
Tebal formasi mencapai sekitar 500 m
Formasi Matano (Km): Batugamping hablur, kalsiluti, argilit dan serpih, serta
sisipan rijang dan batusabak. Batugamping mengandung fosil Heserohelix sp, sedang
rijangnya mengandung radiolaria. Fosil- fosil tersebut menunjukkan umur kapur
akhir, dan lingkungan pengendapan laut dalam. Tebal formasi mencapai 1000 m.
Aluvium dan Endapan Pantai ( Qal) : Lumpur, lempung, pasir, kerikil, dan kerakal.

2.2.2. Struktur Geologi

Adanya beberapa fase tektonik yang terjadi selama dan sesudah proses
penyatuan ketiga mendala geologi menyebabkan terbentuknya struktur geologi yang
cukup rumit di daerah pemetaan. Sesar, lipatan maupun struktur geologi lainnya
dihasilkan dalam beberapa generasi yang berbeda. Sesar naik utama yang dapat
diamati di daerah pemetaaan adalah sesar naik berarah hampir utara- selatan ,
termasuk sesar yang memisahkan mendala Sulawesi Barat dengan mendala Sulawesi
Timur (Sesar Poso) dan juga Sesar Wekuli. Disamping itu juga dijumpai zona Sesar

7
mendatar besar (Zona Sesar Palu- Koro) yang berarah Barat laut tenggara . Sesar ini
diduga masih aktif sampai sekarang. Lipatan yang dijumpai di lapangan merupakan
hasil dari beberapa pencenanggaan yang berbeda sehingga memberikan bentuk dan
pola yang berbeda dari lipatan tegak sampai rebah, dari lipatan tertutup sampai
terbuka. Diduga paling tidak ada empat generasi pembentukan lipatan (Pt. Itamatra
Nusantara).

2.2.3 Geologi Lokal Daerah Penelitian

Mengenai adanya endapan nikel secara geologi dapat disebutkan bahwa


pelapukan batuan ultra basa membentuk lapisan laterit yang menghasilkan residual
serta pengkayaan nikel yang tidak mudah larut dan membentuk endapan nikel (Ni)
dan Magnesium (Mg) dalam bentuk garnierite (Ni Mg)3 SiO2Os (OH)4 pada lapisan
saprolit terbentuk pula mineral hematit (Fe2O3) pada lapisan laterit. Singkapan
batuan ultra basa umumnya telah mengalami pelapukan berwarna kuning kecoklatan
berbentuk hitam atau abu-abu putih dengan warna kehijauan pada bagian tepi atau
pinggir (Pt. Itamatra Nusantara).
Tampak pula batuan ultra basa pada penelitian ini telah mengalami proses
serpentinisasi yang cukup kuat selain oleh keadaan morfologi. Pembentukan endapan
bijih nikel laterit brecia sangat banyak pula terpengaruh oleh tektonik lempeng.
Pelapukan batuan pada hakekatnya dipermudah karena adanya bagian yang lemah
seperti perakahan, retakan, sesar dan sebagiannya. Pada lapangan terlihat bahwa
banyak rekahan-rekahan kecil yang umumnya telah terisi oleh mineral-mineral
sekunder (silica dan magnetit) (Pt. Itamatra Nusantara).

Litologi endapan nikel didaerah ini hampir seluruhnya berasal dari pelapukan
batuan ultra basa yang lebih dikenal dengan sebutan endapan bijih nikel laterit :
harzburgit merupakan batuan asal penghasil nikel tersebut, secara umum disusun
oleh mineral-mineral olivine dan ortopiroksine. Olivine itu sendiri mengandung nikel
dalam jumlah kecil ± 0,25%, kemudian mengalami pengayaan hingga mencapai
kadar bijih tertentu. Proses pelapukan pada batuan ultramafik tersebut antara lain
oleh pensesaran, perlipatan, dan pengkekaran yang terjadi dalam waktu yang cukup
lama dan berulang-ulang sehingga mineral penyusunnya mengalami desintegrasi dan
dekomposisi (Pt.Itamatra Nusantara).

8
Stratigrafi daerah penelitian disusun oleh beberapa batuan diantaranya adalah
batuan ultra basa dan batuan sediment kapur :
1. Batuan Ultra Basa :
Dunit umumnya berwarna hijau tua franerik, granular euhedral dalam keadaan
segar, dan mengandung olivine > 90% dan piroksin. Harzburgit : berwarna hijau tua,
fanerik sedang, granular subhedral mengandung piroksin dan olivine.
2. Batuan sedimen kapur
Berupa batu gamping berwarna putih kelabu dan merah, berbutir halus-sedang,
mengandung banyak fosil dan plankton, menunjukkan umur kapur akhir dengan
pengendapan laut dalam.

2.3. Geografis Daerah Penelitian

2.3.1 Topografi dan Morfologi

Secara umum ciri khas yang menonjol pada lokasi penelitian adalah Topografi
yang landai dan ditandai dengan kemiringan lereng yang sangat curam dengan
kemiringan lereng yang berkisar ± 35° – 45°. Daerah dataran hanya ditemukan pada
beberapa tempat di sepanjng daerah pesisir pantai (PT. ITAMATRA NUSANTARA).
Kondisi morfologi daerah penelitian, merupakan daerah perbukitan yang
berlereng curam dengan ketingian mencapai ± 400 – 500 meter diatas permukaan
laut. Pada tiap daerah perbukitan terlihat adanya pungungan utama yang kemudian di
batasi oleh lembah hingga lereng dengan kedalaman yang sangat berfariasi dan
daerah ini dicirikan oleh batuan ultra basa yang menjadi penyusun utama dari daerah
ini (Pt.Itamatra Nusantara).

2.3.2 Vegetasi Daerah Penelitian

Vegetasi yang ada pada daerah ini terdiri dari vegetasi hutan pantai dan
vegetasi hutan pegunungan. Vegetasi hutan pantai menempati hampir seluruh garis
pantai daerah PT. Mulia Pacific Recources dan sekitarnya ,vegetasi yang ada yaitu
hutan Mangrove di sepanjang pantai yang berlumpur, jenis-jenis yang dominan
adalah Bakau (Rhizopora apiculata, R. mucronata, dan R. alba) sedangkan vegetasi

9
hutan pegunungan terdiri dari tumbuhan nyato, kumera, palapi, bintangor dan bunu
(Pt.Itamatra Nusantara).

2.3.3 Iklim dan Curah Hujan

Sebagaimana daerah tropis lainnya, Kabupaten Morowali memiliki dua musim


yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan
Juni – Oktober, dan musim penghujan antara Desember - Mei. Curah hujan tahunan
bervariasi dari yang terendah 2.273 mm tercatat di Stasiun Beteleme dan tertinggi
3.435 mm di Kolonodale. Bulan terbasah terjadi pada bulan April (336 mm) dan bulan
terkering (91 mm) terjadi pada bulan September. Berdasarkan klasifikasi Schmidt-
Fergusson, Wilayah Kabupaten Morowali tergolong iklim A atau sangat basah dengan
suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 26,5oC sampai 27,4oC. (RPJMD
Kabupaten Morowali, 2008)

2.4. Pengenalan Alat Gali Muat

Dalam ilmu pertambangan dapat kita lihat berbagai macam bidang pekerjaaan
baik eksploitasi, penambangan, pengangkutan, pemasaran dan lain sebagainya.
Dalam perencanaan kebutuhan alat muat dan alat angkut maka perlu diketahui teori
mengenai alat-alat tersebut:

2.4.1. Alat Gali


Excavator adalah alat gali dan alat muat yang terdiri dari beberapa jenis dan
masing-masing jenis penggunaanya disesuaikan dengan kondisi kerja yang dihadapi
dilapangan.
Jenis-jenis excavator yaitu:
1. Backhoe
Backhoe adalah alat untuk menggali permukaan tanah asli, pemotongan, dan
perapian tebing dengan alat yang diletakkan di atas permukaan tanah asli atau
khususnya untuk pekerjaan penggalian yang letaknya di bawah kedudukan backhoe
itu sendiri. Alat ini dipakai untuk pekerjaan yang memerlukan pengontrolan secara
teliti dan dapat digunakan sebagai alat pemuat untuk dump truck.

10
Gambar 2.3. Alat Berat Backhoe ( https://www.cat.com)

Kegiatan pemuatan material batubara dilakukan untuk memuat material ke alat


angkut untuk dipindahkan ke processing atau pemindahan material dari stockroom ke
stockpile atau untuk pemasaran. Keadaan material yang keras tidak memungkinkan
pemuatan material dengan menggunakan tenaga manusia karena tidak efektif dan
membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan pemuatan tersebut (Partanto
1983).
Kegiatan diatas menentukan lamanya waktu siklus, tetapi waktu siklus
tergantung pada ukuran backhoe dan sudut swing yang dibentuk. Backhoe yang kecil
waktu siklusnya akan lebih cepat dari backhoe yang lebih besar dan sudut swing
yang kecil akan lebih cepat dari sudut swing yang lebih besar. Disamping itu kondisi
kerja juga sangat berpengaruh terhadap waktu siklus yang dibuat oleh suatu alat
(Partanto 1983).

2. Dragline
Menurut buku pemindahan tanah mekanis oleh Partanto 1983, dragline memiliki
tenaga penggali yang kecil dari tenaga penggali lainnya, karena hanya mengandalkan
kekuatan sendiri dari digging bucket. Tetapi memiliki jangkauan yang relative lebih
besar.

11
Gambar 2.4. Alat Berat Dragline

Penggunaan dragline menguntungkan karena alat ini bisa menggali dengan


lengannya yang besar dan panjang artinya bias melakukan gerakan dari jauh. Apalagi
bila tanah galian diangkut dengan dump truck, alat pengangkut ini tidak perlu masuk
ke lobang galian. Dragline sangat cocok untuk penggalian parit dan material yang
keras ataupun material yang lunak. Untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih
baik dari alat ini, diperlukan keahlian yang mantap dari operator dalam
pengoperasiannya.

3. Power Shovel
Power Shovel sangat baik digunakan sebagai alat penggali dan sebagai alat
pemuat karena dapat digunakan pada tebing yang letaknya lebih tinggi, menurut
buku pemindahan tanah mekanis oleh Partanto 1983, berdasarkan system kendalinya
power shovel dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Kendali kabel
b. Kendali hidrolik

12
Gambar 2.5. Power Shovel

Dalam hal pembahasan mengenai alat gali muat tidak terlepas dari bagian-
bagiannya. Bagian utama dalam penentuan produktivitas terutama yaitu bucket.
Dimana bucket merupakan suatu mangkuk dari alat gali muat untuk proses digging
sampai di masukan dalam alat angkut.

13
4. PC 300

Spesifikasi Komatsu Excavator PC 300-8

Tabel 2.1. Tabel Spesifikasi Pc 300

1. Bucket capacity menunjukkan kapasitas dari bucket pada saat terisi penuh
dengan material atau istilah lainnya adalah bucket struck.
2. Bucket heaped adalah volume bucket pada saat terisi material penuh ditambah
dengan gundukan tanah/ material yang ikut terangkut.
3. Operating weight merupakan berat unit siap operasi (F).
4. Pada unit PC 300-8 hanya terdapat 2 seri yaitu LC dan seri biasa. Sehingga
digging forcenya sama.

14
5. Swing speed 9,5 RPM artinya unit tersebut bila dilakukan operasi swing
selama 1 menit maka akan menghasilkan 9,5 putaran. Jadi berapakah waktu
yang dibutuhkan untuk berputar 1x putaran?
6. Swing operation maximum slope angle ini merupakan sudut kemiringan
maksimum yang diperbolehkan pada saat beroperasi swing. Bila unit
melakukan swing operation melebihi standart max. Angle maka akan
menyebabkan kerusakan pada komponen swing bearing. Karena dengan
beroperasi pada posisi miring, maka swing bearing akan mendapat tumpuan
besar di sisi depan.
7. Travel speed pada PC 300-8 mempunyai 3 setting speed yaitu Low, medium
dan high speed.
8. Gradeability merupakan kondisi kemiringan pada saat unit tersebut travel.
Dari komatsu disebutkan bahwa gradeability 35 derajad.
9. Ground pressure merupakan gaya tekan yang diterima oleh permukaan tanah
karena beban dari unit.
10. F = P x A
11. F = Berat Unit.
12. P = Ground pressure.
13. A = Luas penampang.
14. Luas penampang merupakan permukaan track shoe yang bersentuhan
langsung dengan tanah.
15. Ground pressure ini akan berpengaruh terhadap kemampuan unit saat
beroperasi pada area yang lunak. Semakin kecil ground pressure maka unit
semakin mudah untuk bekerja di permukaan yang lunak karena gaya tekan ke
tanah menjadi kecil.

15
16. Untuk memperkecil ground pressure dilakukan dengan memperbesar luas
penampang track shoe yang bersentuhan langsung dengan tanah. Seperti pada
type LC, karena track yang bersentuhan dengan permukaan tanah lebih
panjang, maka ground pressurenya pun menjadi lebih kecil dibandingkan
dengan yang type biasa

a. Untuk PC 300-8 ini menggunakan engine type SAA6D114E, engine ini telah
menggunakan system CRI (Common Rail Injection).
b. S = Supercharged — Menggunakan turbocharger
c. AA = Intercooler/ Air to air after cooler atau bias dalam bahasa Indonesia
berarti udara yang akan masuk ke dalam intake manifold akan didinginkan
oleh hembusan udara dari kipas radiator.
d. Dilihat dari konstruksinya engine dengan type AA akan menempatkan
aftercoolernya di luar engine. Sedang untuk untuk engine yang bertype A,
letak aftercoolernya berada di dalam engine/ di ruang intake manifold.
e. 6 = Jumlah cylinder liner ada 6
f. D = Diesel direct engine
g. 114 = Diameter cylinder line
h. E = Low emission/ ramah lingkungan

16
i. Untuk machine PC 300-8 ini sudah memakai system ECO3-Economy,
Ecology & Technology menggantikan system GALEO (Genuine Answer for
Land & Environtment Optimization).
j. Dengan menggunakan engine CRI ini maka proses pembakaran didalam
engine akan lebih sempurna, sehingga akan mengurangi emisi gas buang/
lebih ramah lingkungan.
k. Engine ini merupakan engine long stroke karena langkah piston/ stroke lebih
panjang daripada diameter piston.
l. Masih ingat bagaimana rumus engine displacement?
m. Total piston displacement =???
n. Silahkan anda diskusikan dengan rekan kerja dan instruktur anda!
o. Rated speed adalah RPM engine tertinggi saat HP max.

2.4.2. Faktor Pengisian Mangkuk/Bucket


Faktor pengisian mangkuk merupakan perbandingan antara kapasitas nyata
material yang masuk ke dalam mangkuk dengan kapasitas baku mangkuk alat muat
yang dinyatakan dalam persen. Semakin besar faktor pengisian mangkuk maka akan
semakin besar pula kapasitas dari alat muat tersebut. Faktor pengisian mangkuk ini
digunakan untuk mengetahui kapasitas dari alat muat yang digunakan untuk
pemuatan batubara. Faktor yang mempengaruhi pengisian mangkuk adalah sebagai
berikut :
Kandungan air, dimana semakin besar kandungan air maka faktor pengisian
semakin kecil, karena terjadi pengurangan volume material.
1. Ukuran material, semakin besar ukuran material maka faktor pengisian akan
semakin kecil.
2. Keterampilan dan kemampuan operator, dimana operator yang berpengalaman
dan terampil dapat memperbesar faktor pengisian mangkuk.

Faktor pengisian mangkuk alat muat (F) dapat dinyatakan sebagai perbandingan
volume nyata (Vn) dengan volume teoritis (Vt), seperti yang dinyatakan dalam
persamaan :

17
F = Vn / Vt x 100 %
Rumus 2.1. Persamaan Mangkuk Alat Muat

Keterangan :
F = Faktor pengisian mangkuk alat muat, (%)
Vn = Volume nyata atau kapasitas nyata mangkuk, (m3)
Vt = Volume teoritis mangkuk, (m3)

c
Keterangan :
d
a. Fill Factor100-110
%
b. Fill Factor90-100 %
c. Fill Factor85-90 %
d. Fill Factor75-85 %

Gambar 2.6. Ilustrasi Fill Factor Pada Mangkok/Bucket (Caterpillar, 2004)

2.4.3. Ketersediaan Alat (Availability)


Faktor yang sangat penting dalam melakukan penjadwalan suatu alat ialah
faktor availability alat, yaitu :
1. Kesediaan Mekanis/Mechanical Availability (MA)
Merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis yang sesungguhnya
dari alat yang sedang dipergunakan.

𝑾
𝑴𝑨 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑾+𝑹

Rumus 2.2. Kesediaan Mekanis

18
2. Kesediaan Fisik/Physical Availability (PA)
Merupakan faktor yang menunjukan berapa waktu suatu alat dipakai selama
waktu total kerjanya.

𝐖+𝐒
𝐏𝐀 = 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝐖+𝐑+𝐒
Rumus 2.3. Kesediaan Fisik

Selain kedua cara sebelumnya, masih ada dua faktor lagi untuk mengoreksi jam
kerja alat yang sesungguhnya, yaitu:
a. Kesediaan Pemakaian/Used of Availabitity (UA)
Menunjukan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk
beroperasi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan.

𝑾
𝑼𝑨 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑾+𝑺

ruru .
Rumus 2.4. Kesediaan Pemakaian
b. Penggunaan Efektif/Effective Utilization (EU)
Menunjukan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat
dimanfaatkan untuk kerja produktif (efisiensi kerja)

𝑾
𝑬𝑼 = 𝒙𝟏𝟎𝟎%
𝑾+𝑹+𝑺
Rumus 2.5. Penggunaan Efektif

Keterangan :
W = Working/jumlah jam kerja alat, (jam)
R = Repair/jumlah jam untuk perbaikan, (jam)
S = Stand by/waktu yang terbuang, (jam)
W+R+S = Seluruh jam dimana alat dijadwalkan beroperasi (24 jam).

19
3. Fill Factor
Faktor Pengisian merupakan perbandingan antara kapasitas nyata suatu alat
berat (kapasitas bucket-nya) dengan kapasitas teoritis alat tersebut.

Kn
FF = 𝑥100% Rumus 2.6. Pencarian Fill Factor
𝐾𝑡

Dimana :
FF = Fill Factor.
Kn= Kapasitas Nyata
Kt = Kapasitas Teoritis.

Pada pemuatan material kedalam alat angkut maka Faktor Pengisian sangat
perlu diperhitungkan pada alat muat oleh karena pengisian bucket yang bervariasi.
Besarnya faktor pengisian suatu alat sangat tergantung pada : ukuran butir material
dimana semakin besar ukuran butir maka FF akan semakin kecil, kondisi material,
dan khususnya keterampilan dan pengalaman operatornya.
a. Produktivitas Alat Muat
Produksi Alat Muat dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Pm = Kb x Sf x Ff x Eff x 60 menit/jam

CT (menit)
Rumus 2.7. Produktivitas alat muat
Dimana :
Pm = Produksi alat muat (ton/jam)  bisa juga dlm m3/jam
Kb = Kapasitas Bucket (ton)  bisa juga dalam m3
SF = Swell Factor (%)
FF = Fill Factor (%)
Eff = Efisiensi Kerja (%)
CT = Cycle Time (menit)

b. Jumlah Alat Gali Muat


Alat Gali/Muat yang dibutuhkan adalah :

20
Ks = Ph
Rumus 2.8. Untuk mencari Jumlah Alat Gali Muat
Ps

Dimana :
Ks = Jumlah alat gali/muat yang dibutuhkan.
Ph = Target/Sasaran Produksi Per Hari Kerja.
Ps = Kemampuan Produksi (produktifitas) alat gali/muat per hari.

2.4.4. Pola Pemuatan


Pola pemuatan sangat berpengaruh dalam produksi alat-alat mekanis yang
digunakan baik secara teknis maupun ekomomis. Pada umumnya operasi
penambangan dimulai dari jenjang paling atas kemudian berurutan ke jenjang di
bawahnya, dengan maksud :
a. Memudahkan dalam mengontrol kemajuan operasi penambangan.
b. Pelaksanaan penambangan dapat dilakukan dengan lebih mudah tanpa ada
pekerjaan lain yang mengganggu.

Sedangkan pola pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan


operasi penambangan serta alat-alat mekanis yang digunakan dengan asumsi bahwa
setiap alat angkut yang datang, mangkuk alat muat sudah terisi penuh dan siap
ditumpahkan.Setelah alat angkut terisi penuh segera keluar dan dilanjutkan dengan
alat angkut lainnya sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada alat angkut maupun alat
muatnya. Pola pemuatan dapat dilihat dari beberapa keadaan yang ditunjukkan alat
muat dan alat angkut, yaitu (Yanto, 2012).
Pola Pemuatan Berdasarkan Posisi Excavator Terhadap Dump Truk
1. Top Loading, yaitu backhoe melakukan pemuatan dengan menempatkan dirinya
di atas jenjang atau truk berada di bawah alat muat.
2. Bottom Loading, yaitu backhoe melakukan pemuatan dengan menempatkan
dirinya di jenjang yang sama dengan posisi alat angkut.

21
Gambar 2.7. Top Loading dan Bottom Loading(Yanto, 2012).

Pola Pemuatan Berdasarkan Jumlah Penempatan Truk


1. Single Back Up, yaitu truk memposisikan diri untuk dimuati pada satu
tempat, sedangkan truk berikutnya menunggu truk pertama dimuati
sampai penuh, setelah truk pertama berangkat truk kedua memposisikan
diri untuk dimuati, sedangkan truk ketiga menunggu dan begitu
seterusnya.
2. Double Back Up, yaitu truk memposisikan diri untuk dimuati pada dua
tempat, kemudian backhoe mengisi salah satu truk sampai penuh, setelah
itu mengisi truk kedua yang sudah memposisikan diri di sisi lain,
sementara truk kedua diisi truk ketiga, memposisikan diri di tempat yang
sama dengan truk pertama dan seterusnya.
2.5. Pengenalan Alat Angkut

2.5.1. Dumptruck
Dump truck adalah alat angkut yang digunakan pada jarak dekat dan jarak
jauh. Jenis – jenis Dump truck:
a. Side dump truck
Dump truck yang penumpahan baknya kesamping.
b. Rear dump truck
Dump truck yang penumpahan baknya kebelakang
c. Rear and side dump truck
Dump truck yang penumpahan baknya kebelakang dan kesamping

22
Gambar 2.8. Dump Truck (Karsa Husada, 2009).

Dump Truck dapat digolong-golongkan berdasarkan beberapa cara, antara lain :


a. Berdasarkan macam roda penggeraknya (wheel drive)
Ada bermacam-macam kemungkinan roda penggerak (wheel-drive), yaitu:
1. Roda penggeraknya adalah roda-roda depan (front wheel drive). Pada
umumnya lebih lambat dan cepat aus ban-ban depannya.

2. Roda penggeraknya adalah roda-roda belakang (rear wheel drive or


standard). Tipe truk yang paling banyak dipergunakan pada saat ini, karena
keausan ban.

3. Roda penggeraknya adalah rida-roda depan dan belakang (four wheel drive),
sehingga daya dorongnya lebih besar. Oleh sebab itu truk jenis ini banyak
dipakai padfa jalur-jalur jalan yang becek dan lembek.

4. Roda penggeraknya adalah semua roda-roda belakang (double rear wheel


drive). Pada umumnya roda penggerak jenis ini dipakai untuk truk-truk yang
berkapasitas besar dan dipakai untuk jalur jalan yang daya dukungnya rendah.

b Berdasarkan cara mengosongkan muatan


Ada tiga macam cara truk jungkit mengosongkan muatannya, yaitu :
1. End dump or rear dump, atau mengosongkan muatan ke belakang.
2. Side-dump, atau mengosongkan muatan ke samping.
3. Bottom-dump, atau mengosongkan muatan ke arah bawah

23
Dump truck yang digunakan untuk mengangkut material overburden maupun
material produksi seperti batu granit. Jenis dump trcuk yang digunakan adalah
articulate dump truck caterpillar dan volvo. memiliki berbagai kapasitas dari mulai
kapasitas kecil 20 ton hingga kapasitas 100 ton yang digunakan dalam kegiatan
pengangkutan produksi .

Articulae dump truck merupakan kombinasi dari traktor trailer, dimana kabin dan
dump body-nya dapat bergerak secara bebas dan fleksibel ketika melewati lahan
basah dan berlumpur. Hal ini sangat mendukung karena kondisi lapangan quarry
diwn hill bukit potot yang berkelok-kelok dengan kemiringan yang cukup curam.
Persamaan yang digunakan pada produktivitas articulae dump truck adalah:
Pa = 3600 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 x n x Cb x Ff x Sf x Eff (2) Keterangan: Pa = Produksi per
jam (ton/jam) Cta = Cycle time = Excavating Time + Swing Time (Loaded) +
Dumping Time + Swing Time (Empty) (sec) Cb = Bucket Capacity (heaped) (ton) Ff
= Bucket Fill Factor Sf = Swell Factor Eff = Efektivitas Kerja

Mengupayakan usaha-usaha untuk mencapai target produksi yang telah


ditetapkan oleh perusahaan. Salah satu upaya yang akan dilakukan untuk
meningkatkan target produksi adalah dengan cara meningkatkan waktu efektifitas
kerja yang ada. Efisiensi kerja merupakan elemen produksi yang harus
diperhitungkan di dalam upaya mendapatkan harga produksi alat per satuan waktu.
yang akurat. Sebagian besar harga efisiensi kerja diarahkan terhadap operator, yaitu
orang yang menjalankan atau mengoperasikan unit alat. Walaupun demikian, apabila
ternyata efisiensi kerjanya rendah belum tentu penyebabnya adalah kemalasan
operator yang bersangkutan, bisa juga dipengaruhi faktor lain yang tidak dapat
dihindari, antara lain cuaca, kerusakan mendadak, kabut dan lain-lain. Untuk
meningkatkan efisiensi kerja operator kadang-kadang perlu semacam perangsang
atau bonus yang mendidik dari perusahaan dengan harapan operator dapat
mempertinggi etos kerja, lebih bertanggung jawab dan termotivasi.

24
Diketahui waktu kerja yang telah ditetapkan atau dijadwalkan oleh perusahaan
untuk aktifitas penambangan adalah sebesar 20 jam/hari dengan jadwal kerja yang
terdiri dari 2 shift, siang dan malam.
Mengetahui jumlah pemakaian bahan bakar untuk mencapai target produksi.
Setelah dilakukan evaluasi mengenai produksi dari alat mekanis kemudian dilakukan
perhitungan pemakaian bahan bakar pada pemenuhan target produksi, hal ini
dilakukan agar dapat dilakukan penekanan dan kesesuaian jumlah pemakaian
kebutuhan bahan bakar yang telah diketahui. Persamaan yang digunakan untuk
menghitung pemakaiaan bahan bakar.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi batu granit. Ada beberapa
faktor yang dapat berpengaruh terhadap produktivtas alat mekanis yaitu kondisi jalan
yang nantinya akan berdampak pada cycle time alat tersebut. Jalan angkut pada
lokasi tambang mempengaruhi kelancaran operasi penambangan terutama dalam
kegiatan pengangkutan. Beberapa geometri yang perlu diperhatikan agar tidak
menimbulkan gangguan/hambatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan
pengangkutan. Menurut AASHTO di dalam “Manual Rural High-way Design”
perhitungan lebar jalan angkut didasarkan pada lebar kendaraan terbesar yang
dioperasikan. Semakin lebar jalan angkut yang digunakan maka operasi
pangangkutan akan semakin aman dan lancar [7]. Lebar jalan angkut ganda minimun
L = n. Wt + (n + 1) (0,5. Wt) (4)

Lebar jalan angkut minimum pada tikungan


W = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C (5) C = Z = ½ (U + Fa + Fb)

Kondisi dan keadaan baik buruknya suatu jalan angkut akan sangat
mempengaruhi waktu edar (cycle time). Dalam hal ini waktu edar yang dimkasud
adalah waktu yang diperlukan alat muat dalam aktifitas pengisian atau pemuatan
(loading), pengangkutan (hauling) untuk dump truck dan sejenisnya atau swing
untuk backhoe dan power shovel, pengosongan (dumping), kembali kosong, dan
mempersiapkan posisi (manuver) untuk diisi atau dimuat. Di samping aktifitas-
aktifitas tersebut terdapat pula waktu menunggu (delay) bila terjadi antrian untuk
mengisi atau dimuati.

25
Waktu edar yang terdiri dari dua jenis, yaitu waktu tetap (fixed time) dan waktu
variabel (variable time); jadi waktu. edar total adalah penjumlahan waktu, tetap dan
waktu variabel. Yang termasuk ke dalam waktu tetap adalah waktu pengisian atau
pemuatan termasuk manuver dan menunggu, waktu pengosongan muatan, waktu
membelok dan waktu mengganti gigi dan percepatan; sedangkan yang tergolong
waktu variabel adalah waktu mengangkut muatan dan waktu kembali kosong.

Pemilihan macam pengosongan truk tergantung dari keadaan tempat kerja, artinya
tergantung dari keadaan dan letak tempat pembuangan material (dump site).

2.5.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi alat angkut


Salah satu tolak ukur untuk mengetahui baik buruknya hasil kerja alat angkut
adalah besarnya produksi yang dicapai oleh suatu alat. Adapun faktor yang langsung
mempengaruhi hasil kerja alat tersebut adalah:
a. Keadaan jalan
Yaitu meliputi kekerasan dan kehalusan permukaan jalan. Jalan tambang dengan
kekerasan permukaan yang tinggi maka akan memberi pengaruh yang besar terhadap
kelancaran proses pengangkutan, jalan yang licin, becek dan berdebu juga akan
mempengaruhi kecepatan alat angkut untuk membawa batubara maupun tanah
penutup. Jarak dari front penambangan sampai ke stock pile Dump Truck harus
menempuh 150 m, jalan yang rusak dari 150 m jarak tempuh ditemukan 2 (dua) titik
kerusakan, 10 m dari front penambangan dan 50 m dari stock pile ditemukan
kerusakan jalan.

b. Lebar jalan
Pada kegiatan tambang terbuka, lebar jalan sangat berpengaruh terhadap besar
atau tidaknya produksi alat angkut. Lebar jalan tambang dapat dihitung dengan
rumus:

Lebar jalan = 3 x lebar alat angkut terbesar + 2 x bahu jalan + 2 x saluran

Rumus (2.9) Untuk mencari lebar jalan

26
c. Tanjakan maksimum dan jarak pengangkutan
Tanjakan maksimum biasanya dinyatakan dengan persen (%). Biasanya untuk
jalan tambang yang baik besar tanjakan maksimum adalah 8 %. Artinya jalan
tambang naik sebesar 8 m setiap jarak mendatar 100 m. Apabila suatu kendaraan
mendaki suatu tanjakan maka gaya yang diperlukan untuk mempertahankan
kendaraan tetap bergerak akan meningkat lebih kurang sebanding dengan kemiringan
jalan begitupun sebaliknya.

d. Effisiensi Kerja
Dalam kegiatan pengangkutan waktu produktif yang digunakan kendaraan
angkut kadang-kadang berada di bawah kondisi ideal dari waktu yang tersedia, hal
ini karena adanya faktor-faktor yang menjadi penghambat dan tidak dapat dihindari
sehingga mempengaruhi kondisi kerja, persiapan alat kerja, keterampilan kerja
operator, pengisian bahan bakar, pengaturan dan keserasian kerja antara alat muat
dan alat angkut, pemeliharaan alat, metoda kerja dan hal-hal lainnya.
e. Iklim dan Cuaca
Iklim dan cuaca adalah hal yang sangat mempunyai pengaruh besar terhadap
aktifitas pengangkutan dalam kegiatan penambangan. Pada musim hujan front
penambangan akan licin dan becek, sebaliknya pada musim kemarau front
penambangan dan jalan tambang akan berdebu sehingga menghalangi kerja operator
alat muat dan alat angkut, terutama operator alat angkut. Debu-debu ini akan
menghalangi pandangan mata operator terhadap keadaan jalan di depannya dan dapat
mengurangi kecepatan pengangkutan batubara. Dengan kondisi demikian kecepatan
kerja alat angkut akan berkurang.

f. Produktivitas Alaat angkut


Produktifitas Alat Angkut dapat dihitung menggunakan rumus :

KB x Eff x 60 menit / jam

Pa =

CT (menit)

Rumus (2.10) Produktivitas Alat Angkut

27
Dimana :
Pa = Produksi alat angkut (ton/jam)  bisa juga dlm m3/jam
KB = Kapasitas Bak (ton) (atau dlm m3). (Kb x SF x FF) . n
Kb = Kapasitas Bucket (ton) (atau dlm m3) alat muat.
SF = Swell Factor material (%)
FF = Fill Factor (%) alat muat.
n = Jumlah Pengisian
Eff = Efisiensi Kerja (%)
CT = Cycle Time (menit)
Alat Angkut yang dibutuhkan adalah berdasarkan Target Produksi harian
(Catt : masih hitungan yang sifatnya perkiraan atau hitungan kasar) :

Ph

Ka = --------

Pa

Rumus.....................(2.11)

Dimana :
Ka = Jumlah alat angkut yang dibutuhkan.
Ph = Sasaran (Target) Produksi Material yang diangkut (dikupas) perhari.
Pa = Produktifitas alat angkut per hari. Ton atau m3.

g. Cycle Time Alat Angkut


CT alat angkut dihitung untuk 1 Trip-nya berdasarkan penjumlahan dari :
- Waktu manuver kosong, menit.
- Waktu muat, menit.
- Waktu angkut, menit.
- Waktu manuver isi, menit.
- Waktu dumping, menit.
- Waktu kembali kosong, menit

28
2.6. Keserasian Kerja Alat /Match Factor
Untuk menilai keserasian kerja alat muat dan alat angkut digunakan dengan
menggunakan Match Factor yang dirumuskan :
Keterangan :
MF = Match Factor
Na = Jumlah alat angkut, unit.
Nm = Jumlah alat muat, unit.
CTm = Waktu edar alat muat, menit.
CTa = Waktu edar alat angkut, menit.
Adapun cara menilainya adalah :
1. MF < 1 , artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkut bekerja
100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena menunggu alat
angkut yang belum datang.

𝑛MxCTa
WTM = − 𝐶𝑡𝑚
𝑛𝑎

Rumus...................... (2.12)

Keterangan :
- CTm = waktu tunggu alat muat (menit)
- MF = 1 , artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehigga tidak terjadi
waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.

2. MF > 1 , artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja kurang
dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.

𝑛𝑎 𝑥 𝐶𝑇𝑚
WTa = − 𝐶𝑇𝑎
𝑛𝑚

Rumus............................ (2.13)

Keterangan :
CTm = waktu tunggu alat angkut (menit)

29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tahap Pendahuluan

Pada tahap ini persiapan yang di lakukan berupa kelengkapan administrasi dan
Studi Pustaka di Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
3.1.1. Studi Literatur
Pada tahap ini persiapan yang dilakukan adalah mempelajari matei-materi dan
berbagai macam referensi sebelum pengambilan data.
3.1.2. Perlengkapan Lapangan
Pada tahapan ini yaitu, pembagian kelengkapan yang digunakan selama
mengikuti kerja praktek, dalam hal ini APD (Alat Perlindungan Diri)
3.1.3. Orientasi Lapangan
Pada tahap ini kami di bawa di lapangan untuk diperkenalkan lokasi-lokasi
daerah tambang/pit yang sedang ditambang oleh manajer eksplorasi.

3.2. Tahap Pengambilan Data


Pada tahap ini yaitu tahap pengambilan data yang dimana data yang diambil ada
dua jenis data yaitu :
3.2.1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung
dilpangan oleh orang yang melakukan kerja praktek. Data primer juga biasa disebut
dengan data asli atau data baru.
3.2.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan kerja praktek dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasa
didapatkan dari perpustakaan atau dari laporan peneliti-peneliti terdahulu.

3.3. Perangkuman Materi


Pada tahap ini semua data yang di ambil saat tahapan pengambilan data di
kumpulkan dan di olah untuk tahap selanjutnya pada pembuatan laporan .

30
3.4. Penyusunan Laporan
Tahap penyusunan laporan dilakukan pada bagian akhir dari metodologi
penelitan untuk membuat suatu laporan kerja praktek berdasarkan rumusan atau
ketetapan penyusunan laporan kerja praktek yang di lakukan pada lokasi penelitian
yaitu PT. Mulia Pasific Resources, Tbk, Desa Ganda-Ganda, Kecamatan Petasia,
Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah maupun di Jurusan Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia.

3.5. Pemaparan Laporan


Pada tahap ini, laporan yang telah di susun kemudian di presentasikan ke
pembimbing kp saat di perusahaan masing-masing.

31
3.4 Penyusunan Laporan
Tahap penyusunan laporan dilakukan pada bagian akhir dari metodologi
penelitan untuk membuat suatu laporan kerja praktek berdasarkan rumusan atau
ketetapan penyusunan laporan kerja praktek yang di lakukan pada lokasi penelitian
yaitu PT. Mulia Pasific Nusantara, Desa Ganda-Ganda, Kecamatan Petasia,
Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah maupun di Jurusan Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia.

3.5 Pemaparan Laporan


Pada tahap ini, laporan yang telah di susun kemudian di presentasikan ke
pembimbing kp saat di perusahaan masing-masing.

32
TAHAP PENDAHULUAN
A. Administrasi
B. Studi Pustaka/Literatur
C. Perlengkapan Lapangan
D. Orientasi Lapangan
TAHAP PENGAMBILAN DATA

DATA PRIMER DATA SEKUNDER

1. Tahap Pengambilan 1. Peta Lokasi PT.


Data Alat Gali Muat Itamatra Nusantara
2. Tahap Pengambilan 2. Profil Perusahaan
Data Alat Angkut PT.Itamatra
3. Pengambilan Dokumentasi Nusantara
lapangan 3. Keadaan Geologi

PERANGKUMAN DATA

PENYUSUNAN

LAPORAN
PEMAPARAN

LAPORAN
SELESAI

Gambar 3.1. Bagan Alir Kerja Praktek

33
Gambar 3.1. Bagan Alir Kerja Praktek

34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Setelah proses pengambilan data kemudian data tersebut diolah dan di jadikan
hasil dalam suatu penyusunan laporan. Adapun data berikut adalah data hasil dari
waktu edar alat muat.

Tabel 4.1. Nilai rata-rata waktu edar alat muat


NO Waktu Edar Alat Muat Time

1 Digging 30”

2 Swing Isi 27”

35
3 Dumping 38”

4 Swing Kosong 25”

TOTAL 120”

4.1.2 Alat Angkut

Setelah proses pengambilan data kemudian data tersebut diolah dan di


jadikan hasil dalam suatu penyusunan laporan. Adapun data berikut adalah data
hasil dari waktu edar alat angkut.

Tabel 4.2. Nilai rata-rata waktu edar alat angkut


NO Waktu Edar Alat Angkut Time

1 Manuver Kosong 0,74’

2 Waktu Muat 1,56’

3 Waktu Angkut 23,8’

4 Waktu Manuver isi 0,56’

5 Waktu Dumping 0,76’

6 Waktu Kembali kosong 27,30’

Total 54,72’

4.1.1. Ketersediaan Alat Mekanis

Tabel 4.3. Ketersediaan Alat muat (Pc 300)

Waktu
Urutan Kegiatan Keterangan
(menit)
A. Waktu kerja (W)
1. Waktu efektif (We)
- waktu loading 130,30 540/9 jam/hari
- waktu swing isi 92,74 CT = 120 detik

36
- waktu dumping 77,60 = 2 menit
- waktu swing kosong 76,33

Jumlah waktu efektif 376,97


2. Waktu delay (Wd)
- Keperluan operator 5
- Ganti operator 5
- Perbaikan loading point 5
- Pindah tempat kerja 10
- Waktu tunggu 28,03
Jumlah waktu delay 53,97
Total Waktu kerja (W) 430
B. Waktu Standby (S)
- Makan 30
- Pemeriksaan harian 10
- Shalat 10
Jumlah waktu standby 50
C. Waktu Repair (R)
- Perbaikan selama jam operasi 0
Jumlah waktu repair 0
Total Waktu Tersedia 540

4.2.2 Alat Angkut

Tabel 4.3 Ketersediaan Alat Angkut (Dump Truck)

Waktu
Urutan Kegiatan Keterangan
(menit)
A. Waktu kerja (W)
1. Waktu efektif (We)
- waktu manuver kosong 16,49 13 trip/9jam/hari
- waktu muat 63,07 CT = 54 menit
- waktu angkut 130,56

37
- waktu manuver isi 18,87
- waktu dumping 19,38
- waktu kembali kosong 109,65

Jumlah waktu efektif 358,02


2. Waktu delay (Wd)
- Keperluan operator 5
- Perbaikan loading point 5
- Perbaikan disposal 5
- Ganti operator 5
- Shovel pindah 10
- Waktu tunggu 46,98
Jumlah waktu delay 76,98
Total Waktu kerja (W) 435
B. Waktu Standby (S)
- Makan 30
- Refueling 5
- Shalat 10
Jumlah waktu standby 45
C. Waktu Repair (R)
- Perbaikan selama jam operasi 0
Jumlah waktu repair 0
Total Waktu Tersedia 540

4.2. Pembahasan

4.2.1. Waktu Edar Alat Gali Muat (PC 300)


Pada perusahaan yang saya tempati Kerja Praktek ini menggunakan

sistem single side untuk penggalilan ore/bijih. Dimana alat berat yang digunakan

adalah Excavator Pc 300. Berikut penyelesaian untuk mendapatkan hasil dari

waktu edar alat muat :

1. Digging = 30 detik
38
2. Swing Isi = 27 detik

3. Dumping = 38 detik

4. Swing Kosong = 25 detik

CT(m) = Digging + Swing Loaded + Dumping + Swing Empty

= 30+27+38+25

= 120 detik

= 2 menit

4.2.2. Waktu Edar Alat Angkut (Dump Truck)

Pada perusahaan yang saya tempati Kerja Praktek ini menggunakan sistem

single side untuk penggalilan ore/bijih. Dimana angkutan yang digunakan adalah

Dump Truck merk Nissan muatan 20 ton. Berikut penyelesaian untuk

mendapatkan hasil dari waktu edar alat angkut :

1. Waktu Manuver Kosong = 0,74 menit

2. Waktu Muat = 1,56 menit

3. Waktu Angkut = 23,8menit

4. Waktu Manuver Isi = 0,56 menit

5. Waktu Dumping = 0,76 menit

6. Waktu Kembali Kosong = 27,30 menit

CT(a) = STL + LT + LTT + STD + DT + ETT


= 0,74+1,56+23,8+0,56+0,76+27,30
= 54,72 menit
Untuk mengetahui keadaan alat muat Excavator PC300 dan efektivitas

penggunaannya maka dilakukan perhitungan sebagai berikut :

W S
2. Phisical Availability (PA) = x 100 %
W  R S

39
430  50
= x100 %
430  0  50

Waktu Efektif
5. Efisiensi Kerja = x 100 %
Waktu Kerja Tersedia

376,97
= x 100 %
540

= 78,54%

Untuk mengetahui keadaan alat muat Excavator PC 300 dan efektivitas

penggunaannya maka dilakukan perhitungan sebagai berikut :

W S
1. Phisical Availability (PA) = x 100 %
W  R S

435  45
= x100 %
4305  0  45

= 100%

Waktu Efektif
2. Efisiensi Kerja = x 100 %
Waktu Kerja Tersedia

358,02
= x100 %
480

= 74,59%

4.3. Faktor Pengisian (Fill Factor) dan Jumlah Pengisian

Faktor pengisian (fill factor) merupakan perbandingan antara kapasitas nyata

dengan kapasitas teoritis suatu alat muat. Berdasarkan hasil pengamatan

dilapangan, diperoleh faktor pengisian bucket rata-rata yaitu 100-110% dengan

jumlah pengisian rata-rata 6 kali pemuatan.

4.3.1. Analisa Produktivitas Alat muat

40
Sistem Pemuatan Single Side

Kb x Ff x Eff x SF x 60 menit / jam


Pm =
CT

Dimana :

Pm = Kemampuan produksi alat muat (ton/jam)

Kb = Kapasitas bucket (18,7 ton)

Ff = Fill factor (95%)

Eff = Efesiensi kerja (78,54%)

SF = Swell factor (85%)

CT = Cycle time (0,74 menit)

Kemampuan produksi alat muat excavator PC 300 berdasarkan sistem

single side loading adalah sebagai berikut:

Kb x Ff x x SF
Pm =

2,1 x 1,1 x 1,5


=

= 3,465 x n (waktu pengisian bucket ke Dumptruck)

= 3,465 x 6 = 20,7

No Of Truck Load = 60
4,43
= 13,54 x 20,79
= 282 ton/jam
- Total Produksi Alat Muat Perhari = 282 ton x 9 jam = 2538 ton/hari
Jadi, total produksi alat muat perjam = 282 ton/jam dan total produksi perhari=
2538 ton/hari.

4.3.2. Analisa Produktivitas Alat Angkut

41
Sistem Pemuatan Single Side

Pa = total berat muatan dump truck x 60 menit


CT
= 20,79 ton x 60
54
= 23.1 ton/jam

4.4. Sinkronisasi Alat Kerja

Keserasian alat kerja (Match Factor) sangat penting dalam kondisi single side

loading maupun double side loading. MF dapat dihitung dengan rumus:

nA x ctM
MF =
nM x ctA

Dimana :

MF = Match factor

nA = Jumlah alat angkut

ctM = Waktu muat ( jumlah waktu yang dibutuhkan oleh alat muat

untuk mengisi penuh satu alat angkut)

nM = Jumlah alat muat

ctA = Cycle time alat angkut

4.4.1. Sistem Pemuatan Single Side

- Jumlah alat muat = 1 unit

- Jumlah alat angkut = 12 unit

- Waktu edar alat angkut = 54 menit

- Waktu edar alat muat = 2 menit

- Jumlah pemuatan = 6 kali

- Waktu pemuatan = 2 x 6 kali = 12 menit

42
12 unit x 12
MF =
1 unit x 54

= 0,44

≈<1

Jadi hasil perhitungan kombinasi kerja antara alat muat dan alat angkut untuk

Excavator PC 300 menunjukkan bahwa MF = <1. , artinya alat muat bekerja kurang

dari 100%, sedang alat angkut bekerja 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi

alat muat karena menunggu alat angkut yang belum datang.

43
Gambar 4.1 Lebar face kerja single side loading

44
4.5. Kebutuhan Alat Mekanis Untuk Pencapaian Target Produksi

Pada pencapaian target produksi sebesar 926370 ton/tahun (282 ton/jam),

maka dilakukan perhitungan kebutuhan alat muat dan alat angkut, sehingga dapat

diketahui jumlah unit alat mekanis yang digunakan untuk memenuhi target

produksi tersebut.

4.5.1. Kebutuhan alat angkut

Target produksi yang ditetapkan oleh PT. Mulia Pacifik Resources, Tbk.

adalah sebesar 926370 ton/tahun (282 ton/jam). Adapun produksi alat muat

Excavator PC 300 yang tercapai sebesar 3,465 ton/jam.

Jumlah unit alat angkut yang diperlukan untuk memenuhi target produksi

adalah:

( target produksi per jam )


Jumlah Alat Angkut =
(produksi unit per jam )

282 ton/jam
=
3,465 ton/jam

= 13

= 13 unit

45
BAB V
PENUTUP

1.1. KESIMPULAN
Adapun yang dapat saya simpulkan pada laporan ini yaitu :
Dalam pencapaian keserasian alat gali muat dan alat angkut menghasilkan
perhitungan kombinasi kerja antara alat muat dan alat angkut untuk Excavator PC
300 menunjukkan bahwa MF = <1. , artinya alat muat bekerja kurang dari 100%,
sedang alat angkut bekerja 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat
karena menunggu alat angkut yang belum datang.
Dan dimana dalam pencapain target produktivitas belum maksimal dikarenakan
kurangnya alat angkut yang beroperasi.

1.2. SARAN
Adapun saran saya untuk perusahaan ini kedepannya agar lebih ditingkatkan lagi
safety lapangannya terutama dalam perbaikan jalan tambang dan tentunya dalam
pengoperasian alat muat dan alat angkut yang lebih dioptimalkan lagi.

46
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, “Caterpillar Performance handbook Edition 38”, Caterpillar Inc.,


Peoria, Ilinois, U.S.A.

Nurhakim, 2004, Buku Panduan Kuliah Lapangan II edisi ke02. Program Studi
Teknik Pertambangan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru

Prodjosumarto, P., 1989, Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik


Pertambangan Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Indonesianto, Y., 2008, Pemindahan Tanah Mekanis, UPN, Yogyakarta. Hal

Abby, 2012,Jenis-Jenis Alat Angkut, http://abbyminers.blogspot.com/2012/12


jenis-jenis-alat-angkut-haulers.html, Blogger.

Suryaputra, August, 2009, Skripsi Produksi Alat Muat dan Alat Angkut Pada
Kegiatan Pengupasan Tanah Penutup, Universitas Pembangunan
Nasional Veteran.

file:///D:/TEKNIK%20PERTAMBANGAN%202014/LAPORAN%20KERJA%
20PRAKTEK%20PT%20COR%20II%20MOROWALI%20UTARA%20FIKS/j
urnal%20alat%20gali%20muat/jurnal%20kp%20alat%20gali%20muat.pdf

47
LAMPIRAN

48
Pengambilan data alat muat Pengambilan Data Waktu Edar alat angkut

Pengambilan Data Waktu Edar alat muat

49
Pengambilan data Dumping

di stock file

Foto Bersama operator alat berat pc 300


Foto bersama tim pengukur di pit b

50
Foto bersama ktt tambang

Foto depan alat berat excavator pc

300

Foto depan jetty pt cor

51
Foto saat penginputan data

52

Anda mungkin juga menyukai