1.1. Latar Belakang: Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang: Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
Sumber daya (resources) adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan bagi
kehidupan manusia, baik itu sumber daya manusia, sumberdaya alam hayati, sumber
daya alam non hayati, dan sumberdaya buatan. Indonesia dianugrahi Tuhan YME
sumber daya alam yang banyak terkandung di dalam bumi Indonesia ini diantaranya:
minyak dan gas alam (migas), emas (Au), nikel (Ni) berbagai jenis batuan yang salah
satunya adalah batubara. Untuk itu sebagai Negara yang terus berkembang Indonesia
terus berusaha untuk meningkatkan pembangunannya dari berbagai bidang yang
bertujuan untuk mensejahterakan kahidupan masyarakat Indonesia, baik dari segi
ekonomi maupun sumberdaya manusia masyarakat Indonesia itu sendiri. (PT.
Central Omega Resources)
Endapan bijih nikel terbentuk dari proses pelapukan batuan ultrabasa dimana
batuan ini banyak mengandung mineral olivin, piroksin, magnesium, nikel, silica dan
besi. Pada saat pelapukan nikel tertransportasi oleh air kelapisan yang biasa disebut
saprolit sedangkan besi akan berasosiasi dengan oksida dan berada pada lapisan atas.
Untuk penambangan endapan nikel biasanya diterapkan system tambang terbuka
dengan metode open cut/open pit. Oleh karena itu untuk mendapatkan mineral
tersebut maka harus dilakukan kegiatan penambangan urutan pekerjaan
penambangan adalah pembersihan lahan, pengupasan tanah penutup, penggalian
bijih, pemuatan, dan pengangkutan. (PT. Central Omega Resources)
Dalam kegiatan penambangan Nikel (Ni) yang menggunakan sistem
penambangan tambang terbuka dengan pengoperasian peralatan mekanis seperti
excavator untuk pemuatan dan dump truck untuk pengangkutan. Pada sistem
tambang terbuka pengupasan lapisan overburden merupakan salah satu kegiatan yang
sangat berpengaruh terhadap pencapaian target produksi, oleh karena itu, objek
penelitian ini di tekankan untuk meningkatkan produksi alat gali muat berdasarkan
analisa nilai waktu edar (cycle time) alat gali muat dan kebutuhan alat muat dan alat
angkut pada titik pemuatan (loading point) dengan pola pemuatan single front dan
double front, kondisi loading point dan tinggi bench dan nilai ketersediaan alat . (PT.
Central Omega Resources).
1
Pada perusahaan PT Mulia Pasific Resources,Tbk menggunakan alat berat jenis
PC 300 yang mana alat ini berfungsi sebagai alat gali muat dalam proses kegiatan
penambangan. Selain alat berat jenis Pc 300, Itamatra Nusantara juga menggunakan
alat muat DT berkapasitas 20 ton untuk mengangkut ore yang akan di bawa ke
stockfile (PT.Central Omega Resources,Tbk).
Sesuai dengan judul yang diangkat dan dengan melihat batasan masalah sebagai
berikut yaitu “bagaimana cara menghitung produktivitas dari alat gali muat yang
digunakan”.
Untuk membuat laporan agar lebih terarah maka dalam penyusunan laporan ini
tidak semua dapat dibahas. Akan tetapi, penulis hanya membatasi ruang lingkup
pembahasan yaitu mengenai “Perhitungan Keserasian Alat Gali Muat dan alat Alat
Angkut pada Front Penambangan PT.Mulia Pasific Resources,Tbk”.
2
1.5.3. Manfaat untuk Perusahaan
Manfaat untuk perusahaan dapat membantu dalam menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaan kantor dan outputnya dapat menjadi rujukan bagi pihak perusahaan untuk
menerima karyawan selanjutnya.
Untuk mencapai lokasi penelitian dapat ditempuh dengan rute darat yaitu dengan
menggunakan kendaraan roda 4 atau bus umum, dari terminal Daya menuju Soroako
dapat ditempuh dalam waktu ± 12 jam, dilanjutkan dengan menyebrang danau
Matano dari Sorowako ke Nuha dengan perahu (Raft) dapat ditempuh ± 1 jam
kemudian dilanjutkan perjalanan darat dengan menggunakan kendaraan roda 4 atau
LV dari Nuha menuju site di Desa Ganda-ganda, Kecamatan Petasia, Kabupaten
Morowali Utara dapat ditepuh dalam waktu ± 3 jam (PT.Central Omega Resources)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
DKFT juga mengakuisisi sebuah perusahaan bernama PT Itamatra Nusantara
(PT. IMN). PT. IMN adalah pemilik izin usaha tambang nikel di Morowali, sehingga
dengan demikian DKFT memegang dua tambang nikel di Morowali
5
Pulau Sulawesi merupakan salah satu pulau yang telah mengalami suatu proses
tektonik yang sangat kompleks dalam waktu geologi. Bentuk pulau ini yang
menyerupai huruf “K” setidaknya memberikan gambaran bahwa pulau ini
mempunyai karakteristik berbeda khususnya kondisi geologi. Bentuk K dari pulau
Sulawesi (sebelumnya celebes) terdiri dari empat semenanjung yang dikenal sebagai
“lengan atau arm”. Lengannya terdiri dari Lengan Selatan, Lengan Utara, Lengan
Timur dan Lengan Tenggara (PT. ITAMATRA NUSANTARA).
Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik, dan
IndoAustralia serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang
menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks. Kumpulan batuan dari busur
kepulauan, ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses
penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya (Van Leeuwen, 1994).
Daerah Morowali termasuk dalam bagian dari Ofiolit Sulawesi Timur (East
Sulawesi Ophiolite/ESO). Ofiolit Sulawesi Timur (ESO) adalah satu dari tiga ofiolit
terbesar di dunia. Total panjang ESO lebih dari 700 km dari Teluk Gorontalo,
melewati Lengan Barat dan Tengah mengarah ke Lengan Tenggara Sulawesi dan dan
pulau Buton serta Kabaena. ESO juga meluas ke Kompleks Lamasi Lengan Selatan
melewati Teluk Bone. Total area singakapan lebih dari 15000 km2. (Kadarusman,
dkk., 2004).
6
Deretan litologi ofiolit (ultramafik dan mafik sekuen) hadir disepanjang bagian
Utara pesisir Lengan Barat. Pada bagian yang lebih besar dari ESO, sekuen
ultramafik mendominasi pada Lengan Tenggara, bagian selatan Lengan Barat dan
Pulau Kabaena, sedangkan unit vulkanik basaltic muncul di area Lamasi. Batuan
ultramafik Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah sebagian besar tersusun oleh
peridotit yang telah terserpentinisasi pada berbagai derajat. (Kadarusman, dkk.,
2004)
Berdasarkan peta geologi regional lembar Poso, Sulawesi skala 1 : 250.000
(Simandjutak, dkk., 1997), Formasi batuan yang terdapat di sekitar daerah IUP PT
MPR yaitu Kompleks Ultramafik, Formasi Tetambahu, Formasi Matano, dan
Aluvium dan Endapan Pantai .
Kompleks Ultramafik (MTosu): merupakan bagian dari jalur oriolit Sulawesi
terdiri atas peridotite, harzburgit, lherzolit, werlit, websterit, serpentinit, dan dunit.
Satuan ini diduga telah mengalami beberapa kali pengalihtempatan, sejak kapur
sampai Miosen tengah. Formasi Tetambahu (Jtl) : Batugamping, Napal, Batupasir
dengan lensa rijang. Berdasrkan kandungan fosil Moluska dan Amonit dalam
Kalsilutit, maka umur satuan ini adalah Jura Akhir, sedang lensa rijang yang
mengandung radiolaria mungkin menunjukkann lingkungan pengendapan laut dalam.
Tebal formasi mencapai sekitar 500 m
Formasi Matano (Km): Batugamping hablur, kalsiluti, argilit dan serpih, serta
sisipan rijang dan batusabak. Batugamping mengandung fosil Heserohelix sp, sedang
rijangnya mengandung radiolaria. Fosil- fosil tersebut menunjukkan umur kapur
akhir, dan lingkungan pengendapan laut dalam. Tebal formasi mencapai 1000 m.
Aluvium dan Endapan Pantai ( Qal) : Lumpur, lempung, pasir, kerikil, dan kerakal.
Adanya beberapa fase tektonik yang terjadi selama dan sesudah proses
penyatuan ketiga mendala geologi menyebabkan terbentuknya struktur geologi yang
cukup rumit di daerah pemetaan. Sesar, lipatan maupun struktur geologi lainnya
dihasilkan dalam beberapa generasi yang berbeda. Sesar naik utama yang dapat
diamati di daerah pemetaaan adalah sesar naik berarah hampir utara- selatan ,
termasuk sesar yang memisahkan mendala Sulawesi Barat dengan mendala Sulawesi
Timur (Sesar Poso) dan juga Sesar Wekuli. Disamping itu juga dijumpai zona Sesar
7
mendatar besar (Zona Sesar Palu- Koro) yang berarah Barat laut tenggara . Sesar ini
diduga masih aktif sampai sekarang. Lipatan yang dijumpai di lapangan merupakan
hasil dari beberapa pencenanggaan yang berbeda sehingga memberikan bentuk dan
pola yang berbeda dari lipatan tegak sampai rebah, dari lipatan tertutup sampai
terbuka. Diduga paling tidak ada empat generasi pembentukan lipatan (Pt. Itamatra
Nusantara).
Litologi endapan nikel didaerah ini hampir seluruhnya berasal dari pelapukan
batuan ultra basa yang lebih dikenal dengan sebutan endapan bijih nikel laterit :
harzburgit merupakan batuan asal penghasil nikel tersebut, secara umum disusun
oleh mineral-mineral olivine dan ortopiroksine. Olivine itu sendiri mengandung nikel
dalam jumlah kecil ± 0,25%, kemudian mengalami pengayaan hingga mencapai
kadar bijih tertentu. Proses pelapukan pada batuan ultramafik tersebut antara lain
oleh pensesaran, perlipatan, dan pengkekaran yang terjadi dalam waktu yang cukup
lama dan berulang-ulang sehingga mineral penyusunnya mengalami desintegrasi dan
dekomposisi (Pt.Itamatra Nusantara).
8
Stratigrafi daerah penelitian disusun oleh beberapa batuan diantaranya adalah
batuan ultra basa dan batuan sediment kapur :
1. Batuan Ultra Basa :
Dunit umumnya berwarna hijau tua franerik, granular euhedral dalam keadaan
segar, dan mengandung olivine > 90% dan piroksin. Harzburgit : berwarna hijau tua,
fanerik sedang, granular subhedral mengandung piroksin dan olivine.
2. Batuan sedimen kapur
Berupa batu gamping berwarna putih kelabu dan merah, berbutir halus-sedang,
mengandung banyak fosil dan plankton, menunjukkan umur kapur akhir dengan
pengendapan laut dalam.
Secara umum ciri khas yang menonjol pada lokasi penelitian adalah Topografi
yang landai dan ditandai dengan kemiringan lereng yang sangat curam dengan
kemiringan lereng yang berkisar ± 35° – 45°. Daerah dataran hanya ditemukan pada
beberapa tempat di sepanjng daerah pesisir pantai (PT. ITAMATRA NUSANTARA).
Kondisi morfologi daerah penelitian, merupakan daerah perbukitan yang
berlereng curam dengan ketingian mencapai ± 400 – 500 meter diatas permukaan
laut. Pada tiap daerah perbukitan terlihat adanya pungungan utama yang kemudian di
batasi oleh lembah hingga lereng dengan kedalaman yang sangat berfariasi dan
daerah ini dicirikan oleh batuan ultra basa yang menjadi penyusun utama dari daerah
ini (Pt.Itamatra Nusantara).
Vegetasi yang ada pada daerah ini terdiri dari vegetasi hutan pantai dan
vegetasi hutan pegunungan. Vegetasi hutan pantai menempati hampir seluruh garis
pantai daerah PT. Mulia Pacific Recources dan sekitarnya ,vegetasi yang ada yaitu
hutan Mangrove di sepanjang pantai yang berlumpur, jenis-jenis yang dominan
adalah Bakau (Rhizopora apiculata, R. mucronata, dan R. alba) sedangkan vegetasi
9
hutan pegunungan terdiri dari tumbuhan nyato, kumera, palapi, bintangor dan bunu
(Pt.Itamatra Nusantara).
Dalam ilmu pertambangan dapat kita lihat berbagai macam bidang pekerjaaan
baik eksploitasi, penambangan, pengangkutan, pemasaran dan lain sebagainya.
Dalam perencanaan kebutuhan alat muat dan alat angkut maka perlu diketahui teori
mengenai alat-alat tersebut:
10
Gambar 2.3. Alat Berat Backhoe ( https://www.cat.com)
2. Dragline
Menurut buku pemindahan tanah mekanis oleh Partanto 1983, dragline memiliki
tenaga penggali yang kecil dari tenaga penggali lainnya, karena hanya mengandalkan
kekuatan sendiri dari digging bucket. Tetapi memiliki jangkauan yang relative lebih
besar.
11
Gambar 2.4. Alat Berat Dragline
3. Power Shovel
Power Shovel sangat baik digunakan sebagai alat penggali dan sebagai alat
pemuat karena dapat digunakan pada tebing yang letaknya lebih tinggi, menurut
buku pemindahan tanah mekanis oleh Partanto 1983, berdasarkan system kendalinya
power shovel dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Kendali kabel
b. Kendali hidrolik
12
Gambar 2.5. Power Shovel
Dalam hal pembahasan mengenai alat gali muat tidak terlepas dari bagian-
bagiannya. Bagian utama dalam penentuan produktivitas terutama yaitu bucket.
Dimana bucket merupakan suatu mangkuk dari alat gali muat untuk proses digging
sampai di masukan dalam alat angkut.
13
4. PC 300
1. Bucket capacity menunjukkan kapasitas dari bucket pada saat terisi penuh
dengan material atau istilah lainnya adalah bucket struck.
2. Bucket heaped adalah volume bucket pada saat terisi material penuh ditambah
dengan gundukan tanah/ material yang ikut terangkut.
3. Operating weight merupakan berat unit siap operasi (F).
4. Pada unit PC 300-8 hanya terdapat 2 seri yaitu LC dan seri biasa. Sehingga
digging forcenya sama.
14
5. Swing speed 9,5 RPM artinya unit tersebut bila dilakukan operasi swing
selama 1 menit maka akan menghasilkan 9,5 putaran. Jadi berapakah waktu
yang dibutuhkan untuk berputar 1x putaran?
6. Swing operation maximum slope angle ini merupakan sudut kemiringan
maksimum yang diperbolehkan pada saat beroperasi swing. Bila unit
melakukan swing operation melebihi standart max. Angle maka akan
menyebabkan kerusakan pada komponen swing bearing. Karena dengan
beroperasi pada posisi miring, maka swing bearing akan mendapat tumpuan
besar di sisi depan.
7. Travel speed pada PC 300-8 mempunyai 3 setting speed yaitu Low, medium
dan high speed.
8. Gradeability merupakan kondisi kemiringan pada saat unit tersebut travel.
Dari komatsu disebutkan bahwa gradeability 35 derajad.
9. Ground pressure merupakan gaya tekan yang diterima oleh permukaan tanah
karena beban dari unit.
10. F = P x A
11. F = Berat Unit.
12. P = Ground pressure.
13. A = Luas penampang.
14. Luas penampang merupakan permukaan track shoe yang bersentuhan
langsung dengan tanah.
15. Ground pressure ini akan berpengaruh terhadap kemampuan unit saat
beroperasi pada area yang lunak. Semakin kecil ground pressure maka unit
semakin mudah untuk bekerja di permukaan yang lunak karena gaya tekan ke
tanah menjadi kecil.
15
16. Untuk memperkecil ground pressure dilakukan dengan memperbesar luas
penampang track shoe yang bersentuhan langsung dengan tanah. Seperti pada
type LC, karena track yang bersentuhan dengan permukaan tanah lebih
panjang, maka ground pressurenya pun menjadi lebih kecil dibandingkan
dengan yang type biasa
a. Untuk PC 300-8 ini menggunakan engine type SAA6D114E, engine ini telah
menggunakan system CRI (Common Rail Injection).
b. S = Supercharged — Menggunakan turbocharger
c. AA = Intercooler/ Air to air after cooler atau bias dalam bahasa Indonesia
berarti udara yang akan masuk ke dalam intake manifold akan didinginkan
oleh hembusan udara dari kipas radiator.
d. Dilihat dari konstruksinya engine dengan type AA akan menempatkan
aftercoolernya di luar engine. Sedang untuk untuk engine yang bertype A,
letak aftercoolernya berada di dalam engine/ di ruang intake manifold.
e. 6 = Jumlah cylinder liner ada 6
f. D = Diesel direct engine
g. 114 = Diameter cylinder line
h. E = Low emission/ ramah lingkungan
16
i. Untuk machine PC 300-8 ini sudah memakai system ECO3-Economy,
Ecology & Technology menggantikan system GALEO (Genuine Answer for
Land & Environtment Optimization).
j. Dengan menggunakan engine CRI ini maka proses pembakaran didalam
engine akan lebih sempurna, sehingga akan mengurangi emisi gas buang/
lebih ramah lingkungan.
k. Engine ini merupakan engine long stroke karena langkah piston/ stroke lebih
panjang daripada diameter piston.
l. Masih ingat bagaimana rumus engine displacement?
m. Total piston displacement =???
n. Silahkan anda diskusikan dengan rekan kerja dan instruktur anda!
o. Rated speed adalah RPM engine tertinggi saat HP max.
Faktor pengisian mangkuk alat muat (F) dapat dinyatakan sebagai perbandingan
volume nyata (Vn) dengan volume teoritis (Vt), seperti yang dinyatakan dalam
persamaan :
17
F = Vn / Vt x 100 %
Rumus 2.1. Persamaan Mangkuk Alat Muat
Keterangan :
F = Faktor pengisian mangkuk alat muat, (%)
Vn = Volume nyata atau kapasitas nyata mangkuk, (m3)
Vt = Volume teoritis mangkuk, (m3)
c
Keterangan :
d
a. Fill Factor100-110
%
b. Fill Factor90-100 %
c. Fill Factor85-90 %
d. Fill Factor75-85 %
𝑾
𝑴𝑨 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑾+𝑹
18
2. Kesediaan Fisik/Physical Availability (PA)
Merupakan faktor yang menunjukan berapa waktu suatu alat dipakai selama
waktu total kerjanya.
𝐖+𝐒
𝐏𝐀 = 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝐖+𝐑+𝐒
Rumus 2.3. Kesediaan Fisik
Selain kedua cara sebelumnya, masih ada dua faktor lagi untuk mengoreksi jam
kerja alat yang sesungguhnya, yaitu:
a. Kesediaan Pemakaian/Used of Availabitity (UA)
Menunjukan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk
beroperasi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan.
𝑾
𝑼𝑨 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑾+𝑺
ruru .
Rumus 2.4. Kesediaan Pemakaian
b. Penggunaan Efektif/Effective Utilization (EU)
Menunjukan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat
dimanfaatkan untuk kerja produktif (efisiensi kerja)
𝑾
𝑬𝑼 = 𝒙𝟏𝟎𝟎%
𝑾+𝑹+𝑺
Rumus 2.5. Penggunaan Efektif
Keterangan :
W = Working/jumlah jam kerja alat, (jam)
R = Repair/jumlah jam untuk perbaikan, (jam)
S = Stand by/waktu yang terbuang, (jam)
W+R+S = Seluruh jam dimana alat dijadwalkan beroperasi (24 jam).
19
3. Fill Factor
Faktor Pengisian merupakan perbandingan antara kapasitas nyata suatu alat
berat (kapasitas bucket-nya) dengan kapasitas teoritis alat tersebut.
Kn
FF = 𝑥100% Rumus 2.6. Pencarian Fill Factor
𝐾𝑡
Dimana :
FF = Fill Factor.
Kn= Kapasitas Nyata
Kt = Kapasitas Teoritis.
Pada pemuatan material kedalam alat angkut maka Faktor Pengisian sangat
perlu diperhitungkan pada alat muat oleh karena pengisian bucket yang bervariasi.
Besarnya faktor pengisian suatu alat sangat tergantung pada : ukuran butir material
dimana semakin besar ukuran butir maka FF akan semakin kecil, kondisi material,
dan khususnya keterampilan dan pengalaman operatornya.
a. Produktivitas Alat Muat
Produksi Alat Muat dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Pm = Kb x Sf x Ff x Eff x 60 menit/jam
CT (menit)
Rumus 2.7. Produktivitas alat muat
Dimana :
Pm = Produksi alat muat (ton/jam) bisa juga dlm m3/jam
Kb = Kapasitas Bucket (ton) bisa juga dalam m3
SF = Swell Factor (%)
FF = Fill Factor (%)
Eff = Efisiensi Kerja (%)
CT = Cycle Time (menit)
20
Ks = Ph
Rumus 2.8. Untuk mencari Jumlah Alat Gali Muat
Ps
Dimana :
Ks = Jumlah alat gali/muat yang dibutuhkan.
Ph = Target/Sasaran Produksi Per Hari Kerja.
Ps = Kemampuan Produksi (produktifitas) alat gali/muat per hari.
21
Gambar 2.7. Top Loading dan Bottom Loading(Yanto, 2012).
2.5.1. Dumptruck
Dump truck adalah alat angkut yang digunakan pada jarak dekat dan jarak
jauh. Jenis – jenis Dump truck:
a. Side dump truck
Dump truck yang penumpahan baknya kesamping.
b. Rear dump truck
Dump truck yang penumpahan baknya kebelakang
c. Rear and side dump truck
Dump truck yang penumpahan baknya kebelakang dan kesamping
22
Gambar 2.8. Dump Truck (Karsa Husada, 2009).
3. Roda penggeraknya adalah rida-roda depan dan belakang (four wheel drive),
sehingga daya dorongnya lebih besar. Oleh sebab itu truk jenis ini banyak
dipakai padfa jalur-jalur jalan yang becek dan lembek.
23
Dump truck yang digunakan untuk mengangkut material overburden maupun
material produksi seperti batu granit. Jenis dump trcuk yang digunakan adalah
articulate dump truck caterpillar dan volvo. memiliki berbagai kapasitas dari mulai
kapasitas kecil 20 ton hingga kapasitas 100 ton yang digunakan dalam kegiatan
pengangkutan produksi .
Articulae dump truck merupakan kombinasi dari traktor trailer, dimana kabin dan
dump body-nya dapat bergerak secara bebas dan fleksibel ketika melewati lahan
basah dan berlumpur. Hal ini sangat mendukung karena kondisi lapangan quarry
diwn hill bukit potot yang berkelok-kelok dengan kemiringan yang cukup curam.
Persamaan yang digunakan pada produktivitas articulae dump truck adalah:
Pa = 3600 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 x n x Cb x Ff x Sf x Eff (2) Keterangan: Pa = Produksi per
jam (ton/jam) Cta = Cycle time = Excavating Time + Swing Time (Loaded) +
Dumping Time + Swing Time (Empty) (sec) Cb = Bucket Capacity (heaped) (ton) Ff
= Bucket Fill Factor Sf = Swell Factor Eff = Efektivitas Kerja
24
Diketahui waktu kerja yang telah ditetapkan atau dijadwalkan oleh perusahaan
untuk aktifitas penambangan adalah sebesar 20 jam/hari dengan jadwal kerja yang
terdiri dari 2 shift, siang dan malam.
Mengetahui jumlah pemakaian bahan bakar untuk mencapai target produksi.
Setelah dilakukan evaluasi mengenai produksi dari alat mekanis kemudian dilakukan
perhitungan pemakaian bahan bakar pada pemenuhan target produksi, hal ini
dilakukan agar dapat dilakukan penekanan dan kesesuaian jumlah pemakaian
kebutuhan bahan bakar yang telah diketahui. Persamaan yang digunakan untuk
menghitung pemakaiaan bahan bakar.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi batu granit. Ada beberapa
faktor yang dapat berpengaruh terhadap produktivtas alat mekanis yaitu kondisi jalan
yang nantinya akan berdampak pada cycle time alat tersebut. Jalan angkut pada
lokasi tambang mempengaruhi kelancaran operasi penambangan terutama dalam
kegiatan pengangkutan. Beberapa geometri yang perlu diperhatikan agar tidak
menimbulkan gangguan/hambatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan
pengangkutan. Menurut AASHTO di dalam “Manual Rural High-way Design”
perhitungan lebar jalan angkut didasarkan pada lebar kendaraan terbesar yang
dioperasikan. Semakin lebar jalan angkut yang digunakan maka operasi
pangangkutan akan semakin aman dan lancar [7]. Lebar jalan angkut ganda minimun
L = n. Wt + (n + 1) (0,5. Wt) (4)
Kondisi dan keadaan baik buruknya suatu jalan angkut akan sangat
mempengaruhi waktu edar (cycle time). Dalam hal ini waktu edar yang dimkasud
adalah waktu yang diperlukan alat muat dalam aktifitas pengisian atau pemuatan
(loading), pengangkutan (hauling) untuk dump truck dan sejenisnya atau swing
untuk backhoe dan power shovel, pengosongan (dumping), kembali kosong, dan
mempersiapkan posisi (manuver) untuk diisi atau dimuat. Di samping aktifitas-
aktifitas tersebut terdapat pula waktu menunggu (delay) bila terjadi antrian untuk
mengisi atau dimuati.
25
Waktu edar yang terdiri dari dua jenis, yaitu waktu tetap (fixed time) dan waktu
variabel (variable time); jadi waktu. edar total adalah penjumlahan waktu, tetap dan
waktu variabel. Yang termasuk ke dalam waktu tetap adalah waktu pengisian atau
pemuatan termasuk manuver dan menunggu, waktu pengosongan muatan, waktu
membelok dan waktu mengganti gigi dan percepatan; sedangkan yang tergolong
waktu variabel adalah waktu mengangkut muatan dan waktu kembali kosong.
Pemilihan macam pengosongan truk tergantung dari keadaan tempat kerja, artinya
tergantung dari keadaan dan letak tempat pembuangan material (dump site).
b. Lebar jalan
Pada kegiatan tambang terbuka, lebar jalan sangat berpengaruh terhadap besar
atau tidaknya produksi alat angkut. Lebar jalan tambang dapat dihitung dengan
rumus:
26
c. Tanjakan maksimum dan jarak pengangkutan
Tanjakan maksimum biasanya dinyatakan dengan persen (%). Biasanya untuk
jalan tambang yang baik besar tanjakan maksimum adalah 8 %. Artinya jalan
tambang naik sebesar 8 m setiap jarak mendatar 100 m. Apabila suatu kendaraan
mendaki suatu tanjakan maka gaya yang diperlukan untuk mempertahankan
kendaraan tetap bergerak akan meningkat lebih kurang sebanding dengan kemiringan
jalan begitupun sebaliknya.
d. Effisiensi Kerja
Dalam kegiatan pengangkutan waktu produktif yang digunakan kendaraan
angkut kadang-kadang berada di bawah kondisi ideal dari waktu yang tersedia, hal
ini karena adanya faktor-faktor yang menjadi penghambat dan tidak dapat dihindari
sehingga mempengaruhi kondisi kerja, persiapan alat kerja, keterampilan kerja
operator, pengisian bahan bakar, pengaturan dan keserasian kerja antara alat muat
dan alat angkut, pemeliharaan alat, metoda kerja dan hal-hal lainnya.
e. Iklim dan Cuaca
Iklim dan cuaca adalah hal yang sangat mempunyai pengaruh besar terhadap
aktifitas pengangkutan dalam kegiatan penambangan. Pada musim hujan front
penambangan akan licin dan becek, sebaliknya pada musim kemarau front
penambangan dan jalan tambang akan berdebu sehingga menghalangi kerja operator
alat muat dan alat angkut, terutama operator alat angkut. Debu-debu ini akan
menghalangi pandangan mata operator terhadap keadaan jalan di depannya dan dapat
mengurangi kecepatan pengangkutan batubara. Dengan kondisi demikian kecepatan
kerja alat angkut akan berkurang.
Pa =
CT (menit)
27
Dimana :
Pa = Produksi alat angkut (ton/jam) bisa juga dlm m3/jam
KB = Kapasitas Bak (ton) (atau dlm m3). (Kb x SF x FF) . n
Kb = Kapasitas Bucket (ton) (atau dlm m3) alat muat.
SF = Swell Factor material (%)
FF = Fill Factor (%) alat muat.
n = Jumlah Pengisian
Eff = Efisiensi Kerja (%)
CT = Cycle Time (menit)
Alat Angkut yang dibutuhkan adalah berdasarkan Target Produksi harian
(Catt : masih hitungan yang sifatnya perkiraan atau hitungan kasar) :
Ph
Ka = --------
Pa
Rumus.....................(2.11)
Dimana :
Ka = Jumlah alat angkut yang dibutuhkan.
Ph = Sasaran (Target) Produksi Material yang diangkut (dikupas) perhari.
Pa = Produktifitas alat angkut per hari. Ton atau m3.
28
2.6. Keserasian Kerja Alat /Match Factor
Untuk menilai keserasian kerja alat muat dan alat angkut digunakan dengan
menggunakan Match Factor yang dirumuskan :
Keterangan :
MF = Match Factor
Na = Jumlah alat angkut, unit.
Nm = Jumlah alat muat, unit.
CTm = Waktu edar alat muat, menit.
CTa = Waktu edar alat angkut, menit.
Adapun cara menilainya adalah :
1. MF < 1 , artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkut bekerja
100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena menunggu alat
angkut yang belum datang.
𝑛MxCTa
WTM = − 𝐶𝑡𝑚
𝑛𝑎
Rumus...................... (2.12)
Keterangan :
- CTm = waktu tunggu alat muat (menit)
- MF = 1 , artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehigga tidak terjadi
waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.
2. MF > 1 , artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja kurang
dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.
𝑛𝑎 𝑥 𝐶𝑇𝑚
WTa = − 𝐶𝑇𝑎
𝑛𝑚
Rumus............................ (2.13)
Keterangan :
CTm = waktu tunggu alat angkut (menit)
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada tahap ini persiapan yang di lakukan berupa kelengkapan administrasi dan
Studi Pustaka di Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
3.1.1. Studi Literatur
Pada tahap ini persiapan yang dilakukan adalah mempelajari matei-materi dan
berbagai macam referensi sebelum pengambilan data.
3.1.2. Perlengkapan Lapangan
Pada tahapan ini yaitu, pembagian kelengkapan yang digunakan selama
mengikuti kerja praktek, dalam hal ini APD (Alat Perlindungan Diri)
3.1.3. Orientasi Lapangan
Pada tahap ini kami di bawa di lapangan untuk diperkenalkan lokasi-lokasi
daerah tambang/pit yang sedang ditambang oleh manajer eksplorasi.
30
3.4. Penyusunan Laporan
Tahap penyusunan laporan dilakukan pada bagian akhir dari metodologi
penelitan untuk membuat suatu laporan kerja praktek berdasarkan rumusan atau
ketetapan penyusunan laporan kerja praktek yang di lakukan pada lokasi penelitian
yaitu PT. Mulia Pasific Resources, Tbk, Desa Ganda-Ganda, Kecamatan Petasia,
Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah maupun di Jurusan Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia.
31
3.4 Penyusunan Laporan
Tahap penyusunan laporan dilakukan pada bagian akhir dari metodologi
penelitan untuk membuat suatu laporan kerja praktek berdasarkan rumusan atau
ketetapan penyusunan laporan kerja praktek yang di lakukan pada lokasi penelitian
yaitu PT. Mulia Pasific Nusantara, Desa Ganda-Ganda, Kecamatan Petasia,
Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah maupun di Jurusan Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia.
32
TAHAP PENDAHULUAN
A. Administrasi
B. Studi Pustaka/Literatur
C. Perlengkapan Lapangan
D. Orientasi Lapangan
TAHAP PENGAMBILAN DATA
PERANGKUMAN DATA
PENYUSUNAN
LAPORAN
PEMAPARAN
LAPORAN
SELESAI
33
Gambar 3.1. Bagan Alir Kerja Praktek
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Setelah proses pengambilan data kemudian data tersebut diolah dan di jadikan
hasil dalam suatu penyusunan laporan. Adapun data berikut adalah data hasil dari
waktu edar alat muat.
1 Digging 30”
35
3 Dumping 38”
TOTAL 120”
Total 54,72’
Waktu
Urutan Kegiatan Keterangan
(menit)
A. Waktu kerja (W)
1. Waktu efektif (We)
- waktu loading 130,30 540/9 jam/hari
- waktu swing isi 92,74 CT = 120 detik
36
- waktu dumping 77,60 = 2 menit
- waktu swing kosong 76,33
Waktu
Urutan Kegiatan Keterangan
(menit)
A. Waktu kerja (W)
1. Waktu efektif (We)
- waktu manuver kosong 16,49 13 trip/9jam/hari
- waktu muat 63,07 CT = 54 menit
- waktu angkut 130,56
37
- waktu manuver isi 18,87
- waktu dumping 19,38
- waktu kembali kosong 109,65
4.2. Pembahasan
sistem single side untuk penggalilan ore/bijih. Dimana alat berat yang digunakan
1. Digging = 30 detik
38
2. Swing Isi = 27 detik
3. Dumping = 38 detik
= 30+27+38+25
= 120 detik
= 2 menit
Pada perusahaan yang saya tempati Kerja Praktek ini menggunakan sistem
single side untuk penggalilan ore/bijih. Dimana angkutan yang digunakan adalah
W S
2. Phisical Availability (PA) = x 100 %
W R S
39
430 50
= x100 %
430 0 50
Waktu Efektif
5. Efisiensi Kerja = x 100 %
Waktu Kerja Tersedia
376,97
= x 100 %
540
= 78,54%
W S
1. Phisical Availability (PA) = x 100 %
W R S
435 45
= x100 %
4305 0 45
= 100%
Waktu Efektif
2. Efisiensi Kerja = x 100 %
Waktu Kerja Tersedia
358,02
= x100 %
480
= 74,59%
40
Sistem Pemuatan Single Side
Dimana :
Kb x Ff x x SF
Pm =
= 3,465 x 6 = 20,7
No Of Truck Load = 60
4,43
= 13,54 x 20,79
= 282 ton/jam
- Total Produksi Alat Muat Perhari = 282 ton x 9 jam = 2538 ton/hari
Jadi, total produksi alat muat perjam = 282 ton/jam dan total produksi perhari=
2538 ton/hari.
41
Sistem Pemuatan Single Side
Keserasian alat kerja (Match Factor) sangat penting dalam kondisi single side
nA x ctM
MF =
nM x ctA
Dimana :
MF = Match factor
ctM = Waktu muat ( jumlah waktu yang dibutuhkan oleh alat muat
42
12 unit x 12
MF =
1 unit x 54
= 0,44
≈<1
Jadi hasil perhitungan kombinasi kerja antara alat muat dan alat angkut untuk
Excavator PC 300 menunjukkan bahwa MF = <1. , artinya alat muat bekerja kurang
dari 100%, sedang alat angkut bekerja 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi
43
Gambar 4.1 Lebar face kerja single side loading
44
4.5. Kebutuhan Alat Mekanis Untuk Pencapaian Target Produksi
maka dilakukan perhitungan kebutuhan alat muat dan alat angkut, sehingga dapat
diketahui jumlah unit alat mekanis yang digunakan untuk memenuhi target
produksi tersebut.
Target produksi yang ditetapkan oleh PT. Mulia Pacifik Resources, Tbk.
adalah sebesar 926370 ton/tahun (282 ton/jam). Adapun produksi alat muat
Jumlah unit alat angkut yang diperlukan untuk memenuhi target produksi
adalah:
282 ton/jam
=
3,465 ton/jam
= 13
= 13 unit
45
BAB V
PENUTUP
1.1. KESIMPULAN
Adapun yang dapat saya simpulkan pada laporan ini yaitu :
Dalam pencapaian keserasian alat gali muat dan alat angkut menghasilkan
perhitungan kombinasi kerja antara alat muat dan alat angkut untuk Excavator PC
300 menunjukkan bahwa MF = <1. , artinya alat muat bekerja kurang dari 100%,
sedang alat angkut bekerja 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat
karena menunggu alat angkut yang belum datang.
Dan dimana dalam pencapain target produktivitas belum maksimal dikarenakan
kurangnya alat angkut yang beroperasi.
1.2. SARAN
Adapun saran saya untuk perusahaan ini kedepannya agar lebih ditingkatkan lagi
safety lapangannya terutama dalam perbaikan jalan tambang dan tentunya dalam
pengoperasian alat muat dan alat angkut yang lebih dioptimalkan lagi.
46
DAFTAR PUSTAKA
Nurhakim, 2004, Buku Panduan Kuliah Lapangan II edisi ke02. Program Studi
Teknik Pertambangan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru
Suryaputra, August, 2009, Skripsi Produksi Alat Muat dan Alat Angkut Pada
Kegiatan Pengupasan Tanah Penutup, Universitas Pembangunan
Nasional Veteran.
file:///D:/TEKNIK%20PERTAMBANGAN%202014/LAPORAN%20KERJA%
20PRAKTEK%20PT%20COR%20II%20MOROWALI%20UTARA%20FIKS/j
urnal%20alat%20gali%20muat/jurnal%20kp%20alat%20gali%20muat.pdf
47
LAMPIRAN
48
Pengambilan data alat muat Pengambilan Data Waktu Edar alat angkut
49
Pengambilan data Dumping
di stock file
50
Foto bersama ktt tambang
300
51
Foto saat penginputan data
52